BAB II1

50
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 1. Definisi pengetahuan Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan terhadap proses pembelajaran. Proses ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang didalam menilai suatu obyek yang didasarkan kepada penalaran secara ilmiah, logis, sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan (Nursalam, 2009: 63). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan melalui indera yang 9

Transcript of BAB II1

Page 1: BAB II1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan terhadap proses

pembelajaran. Proses ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti

motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan

sosial budaya (Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI, 2007).

Pengetahuan atau kognitif merupakan kemampuan yang dimiliki

seseorang didalam menilai suatu obyek yang didasarkan kepada penalaran

secara ilmiah, logis, sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan (Nursalam,

2009: 63).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan melalui indera yang dimilikinya (seperti

mata, hidung, dan telinga) terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003;

Taufik, 2007).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya (Mubarak. Wl,dkk, 2007). Pengetahuan adalah

hasil pengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah

dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang

melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu

(Wahit.dkk,2006).

9

Page 2: BAB II1

Menurut Jan Hidayat Tjakraatmadja dan Donal Crestofel lantu dalam

bukunya Knowledge management disebutkan bahwa pengetahuan diperoleh

dari sekumpulan informasi yang saling terhubung secara sistematik sehingga

memiliki makna. Informasi diperoleh dari data yang sudah diolah (disortir,

dianalisis, dan ditampilkan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan melalui

bahasa, grafik dan tabel) sehingga memiliki arti. Selanjutnya data ini akan

dimiliki seseorang dan akan tersimpan dalam neuron-neuron (menjadi memori)

diotaknya. Kemudian ketika manusia tersebut dihadapkan pada suatu masalah

maka informasi-informasi yang tersimpan dalam neuron-neuronnya dan yang

terkait dengan permasalahan tersebut, akan saling terhubungkan dan tersusun

secara sistematik sehingga ia memiliki model untuk memahami atau memiliki

pengetahuan yang terkait dengan permasalahan yang dihadapnya. Kemampuan

memiliki pengetahuan atas obyek masalah yang dihadapi sangat ditentukan oleh

pengalaman, latihan atau proses belajar (proses berfikir) (Jan Hidayat

Tjakraatmadja dan Donal Crestofel lantu, 2006).

2. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007:49) pengetahuan mencangkup didalamnya

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:

a. Tahu

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah pengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu

10

Page 3: BAB II1

merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang

bahwa tahu tentang materi yang telah dipelajari antara lain : menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengiterprestasikan materi

tersebut secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar orang yang telah paham

terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari

misalnya harus menjelaskan mengapa harus melakukan pemeriksaan

payudara sendiri

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diuraikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

dapat diartikan pula sebagai hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya, dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian dapat

menggunakan prinsip-prinsip didalam pemecahan masalah kesehatan yang

diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

subyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur

11

Page 4: BAB II1

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis dapat digunakan pada penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

pemikiran terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu didasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

3. Cara memperoleh pengetahuan

Dalam upaya memperoleh pengetahuan dan memahami suatu, umumnya

manusia melakukan satu atau lebih metode untuk memperoleh pengetahuan.

Secara garis besar, metode yang biasa dilakukan untuk memperoleh

pengetahuan berjumlah empat metode. Keempat metode ini biasa disebut

sebagai metode memperoleh pengetahuan atau methods of knowing, yaitu:

a. Tenacity yaitu cara memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan

sangat meyakini sesuatu, meski bisa jadi apa yang diyakininya belum tentu

12

Page 5: BAB II1

benar, keyakinan ini disebabkan karena hal yang diyakini tersebut umunya

terjadi.

b. Authority yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan

pada pihak yang dianggap kompoten. Contoh: seseorang percaya bahwa

besok akan turun hujan karena ia percaya dengan informasi yang diberikan

oleh prakiraan cuaca esok hari.

c. Apriory yaitu suatu metode memperoleh pengetahuan dengan

menitikberatkan pada kemauan nalar dan intuisi diri sendiri, tanpa

mempertimbangkan informasi dari pihak luar. Contoh: seseorang yang

tengah tersesat namun mempercayakan dirinya untuk menemukan jalan

keluar tanpa ada keinginan untuk bertanya.

d. Secience yaitu cara memperoleh pengetahuan dengan melakukan

serangkaian cara-cara ilmiah, seperti mengajukan dugaan, pengujian

dugaan, mengontrol variabel, hingga penyimpulan. Cara ini dianggap

sebagai cara yang paling dapat diyakini kebenarannya atas pengetahuan

yang diperoleh. Hal ini karena pada science yang telah dilakukan

serangkaian percobaan akhirnya memperoleh pengetahuan berupa

kesimpulan, yang mana pengujian-pengujian seperti ini tidak ditemukan

pada ketiga metode sebelumnya.

4. Pengukuran pengetahuan

13

Page 6: BAB II1

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2007). Kedalam pengetahuan yang ingin diketahui

atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.

Pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran

pengetahuan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut;

a. Pertanyaan subjektif ; untuk pertanyaan berupa essay.

b. Pertanyaan objektif ; jenis pertanyaan berupa pilihan ganda, betul/salah dan

pertanyaan menjodohkan.

Pertanyaan berupa essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian

untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga

nilainya akan berbeda dari seseorang nilai dibandingkan dengan yang lain dan

dari satu waktu kewaktu lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul/salah,

menjodohkan, disebutkan pertanyaan objektif karena pertanyaan-pertanyaan

tersebut dapat dinilai secara pasti oleh penilainnya tanpa melibatkan faktor

subjektifitas dari penilai (Notoatmodjo, 2007).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

a. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah dalam menerima

konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan.

Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang,

semakin tinggi pendidikan formal akan semakin baik pengetahuan tentang

14

Page 7: BAB II1

kesehatan (Hastono, 2008). Tingkat pendidikan turut pula menentukan

mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang

mereka peroleh, pada umunya semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin baik pula pengetahuannya (Lukman, 2008).

b. Umur

Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau

menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang (Lukman, 2008).

c. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir

abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari

proses belajar (Lukman, 2008).

d. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang,

dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga buruk

tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan

memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir,

menurut (Lukman, 2008).

e. Kultur /budaya

15

Page 8: BAB II1

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperolah suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan

orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar

dan memperoleh suatu pengalaman pengetahuan (Lukman, 2008).

f. Sosial ekonomi

Seseorang memiliki tingkat ekonomi tinggi biasanya tingkat pendidikannya

tinggi, tingkat pengetahuannya juga tinggi (Lukman, 2008)

g. Informasi

Imformasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan. Dengan

mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio

atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan

seseorang (Lukman, 2008).

h. Pengalaman

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain

(Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan berpangkal dari pengalaman-

pengalaman, jadi semakin banyak pengalaman semakin tinggi pula tingkat

pengetahuan (Lukman, 2008).

B. Tinjauan Umum Tentang Sikap

1. Definisi sikap

Sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus atau

objek. Menurut Newcomb dalam notoadmodjo (2003) sikap merupakan

kesiapan atau kesediaaan untuk bertindak, yang menjadi predisposisi tindakan

suatu perilaku, bukan pelaksanaan motif tertentu.

16

Page 9: BAB II1

Sikap merupakan reaksi yang tertutup tidak dapat dilihat secara

langsung dapat ditafsirkan melalui perilaku yang tampak (Notoadmodjo, 2005).

Menurut Athinson dalam Riyanto (1999) sikap meliputi rasa suka atau tidak

suka, mendekati atau menghindari situasi, orang, kelompok dan aspek

lingkungan yang dapat lainnya termasuk gagasan abstrak kebijakan sosial.

Nilai (value) dan opini atau pendapat sangat berat berkaitan dengan

sikap, bahkan kedua konsep tersebut seringkali digunakan dalam definisi

mengenai sikap. Nilai lebih bersikap mendasar dan stabil sebagai bagian dari

ciri kepribadian, sedangkan sifat bersifat evaluative dan berakar pada nilai atau

norma yang dianut dan terbentuk dalam kaitannya dengan suatu obyek (Azwar,

2000).

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa

yang ditandai dengan timbulnya tanda-tanda pubertas dan berlangsungnya

pematangan fungsi seksual, pada remaja putri ditandai dengan timbulnya tanda-

tanda pubertas menstruasi yang pertama, sedangkan ada remaja laki-laki

ditandai dengan mimpi basah. Masa remaja sebagai periode strum und drang,

yaitu periode peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa yang penuh

gejolak (Purwanto, 2000).

Dalam hal ini yang berkaitan dengan menstruasi adalah yang

ditampilkan seseorang dalam memperlihatkan reaksi dismenore yang meliputi

sikap terhadap perilaku dalam menghadapi kodratnya sebagai perempuan,

mengalami kontraksi setiap mendapat haid bahkan merasakan rasa sakit yang

sangat hebat selama masa menstruasi. Seseorang dalam menyikapi dismenore

17

Page 10: BAB II1

berbeda-beda tergantung dari pengetahuan yang ada pada remaja. Kesehatan

reproduksi meliputi kesehatan sesama remaja ketika secara biologis kehidupan

seksualnya mulai aktif dan ketika kaum wanita mulai mengalami haid. Dalam

hal ini pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya yang berkaitan

dengan fungsi reproduksi akan meningkatkan kemampuan mereka dalam

mencegah penyakit dan ketepatan dalam mengambil tindakan (Kartono, 1999).

Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari setiap perilaku yang tertutup. Dalam bagian lain Allport

(2000) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yakni

kepercayaan suatu objek, kehidupan emosional, atau evaluasi emosional

terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini

secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Seperti halnya dengan

pengetahuan sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni :

a. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperahtikan stimulus yang

diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Dimana memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

18

Page 11: BAB II1

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoadmodjo, 2007).

2. Pembentukan dan pengubahan sikap

faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap yaitu sebagai

berikut :

a. Faktor Internal

Faktor internal berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu

menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar,

serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Hal-hal

yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri

individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor penentu

pembentukan sikap. Faktor internal ini menyangkut motif dan sikap yang

bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta yang mengarahkan minat dan

perhatian (faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar, dan haus (faktor

fisologis).

b. Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk dan

mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung, misalnya

individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui

perantara, seperti : alat komunikasi dan media masa baik elektronik maupun

nonelektronik. (Azwar, 2003:23) Menurut Azwar (2003), ada beberapa cara

untuk membentuk atau mengubah sikap individu, yaitu : a) Adopsi adalah

suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kejadian yang terjadi

19

Page 12: BAB II1

berulang dan terus-menerus sehingga lama kelamaan secara bertahap hal

tersebut akan diserap oleh individu, dan akan mempengaruhi pembentukan

serta perubahan terhadap sikap individu. b) Deferensiasi adalah suatu cara

pembentukan dan perubahan sikap karena sudah dimilikinya pengetahuan,

pengalaman, intelegensi, dan bertambahnya umur. Oleh karena itu, hal-hal

yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari

jenisnya sehingga membentuk sikap tersendiri.

a) Integrasi

Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi

secara tahap demi tahap, diawali dari macam-macam pengetahuan dan

pengalaman yang berhubungan dengan objek sikap tertentu sehingga pada

akhirnya akan terbentuk sikap terhadap objek tersebut.

b) Trauma

Trauma adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu

kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga meninggalkan kesan

mendalam dalam diri individu tersebut. Kejadian tersebut akan membentuk

atau mengubah sikap individu terhadap kejadian sejenis.

c) Generalisasi

20

Page 13: BAB II1

Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena

pengalaman traumatik pada diri individu terhadap hal tertentu, dapat

menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau sebaliknya.

3. Komponen sikap

Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude) yaitu :

a. Kognitif (cognitive).

Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang

benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan

menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek

tertentu.

b. Afektif (affective)

Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek

sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

obyek tertentu.

c. Konatif (conative)

Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi

(Notoatmodjo ,1997).

C. Tinjauan umum tentang kesehatan reproduksi remaja

21

Page 14: BAB II1

1. Definisi kesehatan reproduksi

Kesehatan bukan hanya tidak ada penyakit di dalam tubuh. Kesehatan

kesejahteraan jasmani, rohani, mental, dan spiritual. Kesehatan dalam UU

kesehatan no 24 tahun 1992 adalah kesehatan badan, rohaniah (mental) dan

sosial, bukan hanya bebas dari penyakit cacat dan kelemahan.

Kesehatan reproduksi mencakup ; a) kesehatan semasa remaja, ketika

secara biologis kehidupan sosialnya mulai aktif dan ketika kaum wanita

mengalami haid, b) kesehatan sewaktu masa usia reproduksi yang mencakup

kesehatan sewaktu hamil dan sewaktu tidak hamil (Kartono, 1995).

Tujuan memahami kesehatan reproduksi menurut PKBI (2000) adalah :

a. Mengenal tubuh dan organ-organ reproduksinya

b. Memahami fungsi dan perkembangan organ reproduksi secara benar

c. Memahami perubahan fisik dan psikisnya

d. Mempersiapkan masa depan yang sehat dan cerah

e. Mengembangkan sikap dan perilaku bertanggung jawab mengenai proses

reproduksi

2. Definisi Remaja

masa remaja atau masa adolensi adalah masa suatu fase perkembangan

yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode

transisi dari masa anak kemasa dewasa yang ditandai dengan perkembangan

perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada

dekade kedua masa kehidupan (Narendra, 2002).

22

Page 15: BAB II1

Remaja putri adalah seorang remaja yang menempuh pendidikan setara

dengan SMP atau SMA. Seorang remaja putri identik dengan perubahan dan

permasalahan yang terjadi pada dirinya diusia remaja. Masa remaja merupakan

masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, selama masa remaja

akan terjadi penambahan kecepatan pertumbuhan atau pacu tumbuh (Growth

Spurt) mulai munculnya tanda-tanda seks sekunder, perubahan psikososial

(soetjiningsih, 2007).

Pada seorang pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche)

yang berlangsung sekitar umur 10-11 tahun (Manuaba, 2001: 54). Batasan usia

remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara

usia 10-19 tahun dan belum menikah. Sedang menurut BKKBN adalah 10

sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009: 11).

Di Indonesia menurut biro pusat statistik (1999) kelompok umur 10-19

tahun adalah sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja pria dan 49,1% remaja

perempuan (Astana, 2007: 142).

3. Tingkatan umur masa remaja

Menurut Widyastuti (2009:1) berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya,

masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap :

1. Masa remaja awal (10-12 tahun)

a) Merasa lebih dekat dengan teman sebaya

b) Merasa ingin bebas

c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang

khayal

23

Page 16: BAB II1

2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

a) Ada keinginan untuk untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis

b) Mulai muncul perasaan cinta yang mendalam

c) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang

d) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual

3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri

b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya

d) Dapat mewujudkan perasaan cinta

e) Masa remaja akhir, bagi banyak orang tua merupakan masa yang sulit

untuk ditangani, Karena masa itu sering bertepatan dengan masa krisis

dari orang tua, yaitu krisis usia pertengahan, karena dalam tahun-tahun ini

anak masih melawan orang tua secara emosional.

Ciri-ciri umum masa remaja

Karakteristik untuk perkembangan yang terjadi pada remaja terjadi

masa transisi. Remaja sering kali disebut masa pencarian jati diri, masa remaja

ditandai dengan pubertas. Berikut karakteristik perkembangan remaja yaitu :

1. Perkembangan kognitif

Perkembagan kognitif kemampuan untuk memanipulasi dan mengingat

informasi, diperkembangan ini juga remaja mempunyai pemikiran untuk

bebas tentang kemunkinan yang terjadi dimasa yang akan datang, dengan

pengalaman yang masih kurang.

24

Page 17: BAB II1

2. Perkembangan identitas diri

Pada tahap ini identitas diri individu berkembang pada usia remaja, remaja

mempunyai tugas untuk memecahkan krisis identitas diri untuk dapat

menjadi dewasa, hal ini dipengaruhi juga dengan pengetahuan seorang

remaja untuk dapat menemukan identitasnya serta peran orang tua (Santrock,

2002: 42).

Menurut Santrock (2002) oleh karena itu, ada beberapa sikap yang ditunjukkan

pada tahap perkembangan remaja, yaitu sebagai berikut:

a. Aktivitas kelompok

Dimana pada karakteristik ini remaja kebanyakan melakukan aktivitas

bersama teman sebayanya terhadap kegiatan yang mereka sukai dan bahkan

mereka lebih mempercayai teman sebayannya dibanding dengan orang tua

mereka sendiri.

b. Pertentangan

Remaja ditahap ini dikenal sebagai individu yang penuh ego, terkadang juga

melepaskan diri dari orang tua hal ini mempengaruhi keadaan perkembangan

fisik dan psikis remaja, dan kadang kala sering muncul pertentangan antara

diri sendiri maupun dengan orang lain.

c. Masa kritis

Kebimbangan remaja dalam menghadapi dan memecahkan atau menghindari

suatu masalah menjadi indikasi kritisnya masa ini. Seheinfield berpendapat

tentang berbagai perubahan interaksi antara remaja laki-laki dan perempuan

sepanjang periode pubertas dan masa remaja.

25

Page 18: BAB II1

4. Definisi Dismenorea Primer

Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang

paling sering. Gangguan nyeri yang hebat, atau dinamakan dismenorea, sangat

mengganggu aktivitas wanita, bahkan acap kali mengharuskan wanita penderita

beristirahat bahkan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam atau

beberapa hari (Joseph dan Nugroho, 2010: 33).

Dismenorea adalah istilah untuk rasa sakit waktu haid sebanyak 16%

wanita yang mengalami dismenorea tidak bisa diatasi dengan obat-obat anti

sakit dan memerlukan istirahat, 40% dismenorea terjadi pada tahun pertama

mendapat haid, 20% berikutnya tahun kedua, 20% berikutnya tahun ketiga

(Yatim, 2006). Dismenorea adalah menstruasi yang nyeri disebabkan oleh

kejang otot uterus (Mitayani, 2009). Rasa nyeri saat menstruasi biasanya terjadi

pada perut bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram, pada

nyeri haid sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau

pingsan dan lekas marah (Manuaba, 2001:372).

Dismenorea merupakan mentruasi yang disertai rasa sakit yang hebat

dan kram (Lastiko Bramantyo, 2008:11). Dismenorea merupakan rasa nyeri

saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-hari wanita dan

mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi kedokter,

puskesmas atau datang kebidan. Dismenorea primer dan dismenorea sekunder

(Manuaba, 2009:402)

Dismenore merupakan nyeri saat menjelang mentruasi dan saat

menstruasi sampai dapat mengganggu aktifitas sehari-hari (Mansjoer,

26

Page 19: BAB II1

2001:518). Sedangkan menurut Bobak, et all., (2005), dismenorea adalah

menstruasi yang menimbulkan nyeri dan merupakan salah satu masalah

ginekologis yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia.

Menurut Hendrik (2006) dismenorea adalah nyeri (kram) pada daerah

yang mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat

bertahan selama 24 jam pertama saat terjadi selama 24-36 jam, meskipun pada

umumnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadi perdarahan

haid. Sedangkan menurut Andrews (2010) dismenorea adalah menstruasi yang

disertai dengan rasa nyeri.

5. Pembagian Dismenorea

Ada beberapa jenis dismenore, berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea dibagi

menjadi, yaitu sebagai berikut :

a. Dismenore kongestif

Dismenore kongestif yaitu nyeri haid yang dirasakan sejak

beberapa hari sebelum datangnya haid. Gejala ini disertai sakit pada buah

dada, perut kembung, sakit kepala, sakit punggung, mudah tersinggung,

gangguan tidur dan muncul memar dipaha dan lengan atas. Gejala tersebut

berlangsung antara dua atau tiga hari sampai kurang dari dua minggu

sebelum datangnya menstruasi.

b. Dismenorea Spasmodik

Dismenorea spasmodik yaitu nyeri yang dirasakan dibagian bawah

perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid

mulai. Beberapa wanita yang mengalami dismenorea spasmodik

27

Page 20: BAB II1

merasa sangat mual, muntah bahkan pingsan. Kebanyakan yang

menderita dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan tetapi

dijumpai pula kalangan wanita berusia di atas 40 tahun yang

mengalaminya (Mansjoer, 2001).

c. Dismenorea sekunder

Dismenorea ini sangat jarang terjadi biasanya, terjadi pada wanita

yang berusia sebelum 25 tahun dan dapat terjadi pada 25% wanita yang

mengalami dismenorea (Andira, 2010).

6. Gejala Klinis Dismenorea Primer

Gejala klinis yang sering ditemukan yaitu, sebagai berikut :

a. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid

dan berlangsung beberapa jam atau lebih.

b. Nyeri yang dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau nyeri timbul

terus-menerus. Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening

(Kasdu, 2005:13).

7. Penyebab Dismenorea

Menurut Winkjosastro (2005: 230), beberapa faktor memegang peranan sebagai

penyebab dismenorea primer, antara lain :

a. Faktor kejiwaan

Pada gadis yang secara emosional tidak stabil mudah timbul dismenorea.

Apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses

haid.

b. Faktor konstitusi

28

Page 21: BAB II1

Faktor ini erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat juga

menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor ini seperti anemia,

penyakit menular, dan sebagainya.

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea primer

adalah stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap

sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea.

d. Faktor endokrin

Pada mulanya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea

primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin

mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktifitas otot usus

(winkjosastro, 1999 dikutip dalam Arya 2010) menyatakan bahwa

endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin yang

menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang

berlebihan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea,

dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea, muntah.

e. Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara

dismenorea dengan urtikaria, migraine, atau asma brongkhiale. Adanya

peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi

dismenore.

29

Page 22: BAB II1

8. Diagnosa Dismenorea

Diagnosa dismenorea hanya didasarkan pada wanita yang mengeluh kesakitan

pada waktu haid, tetapi perlu juga pemeriksaan yang canggih, seperti :

a. Ultrasonografi untuk mencari adanya kelainan dalam anatomi rahim

b. Hosterosalphingografi untuk mencari apakah terjadi kelainan dalam rongga

rahim.

c. Hysteroscope untuk membuat gambar dalam rongga rahim

d. Laparoscopy untuk melihat kemungkinan endometriosis dan penyakit-

penyakit lain dalam rongga panggul (Yatim, 2006).

9. Tindakan Penanganan Dismenorea

Menurut KBBI upaya yaitu usaha untuk mencapai suatu maksud.

sedangkan penanganan yaitu proses atau cara perbuatan menangani. Upaya

penanganan adalah usaha penetapan tujuan terhadap jangka panjang yang luas

bagai resolusi masalah yang ditargetkan (Albert, 2009). Ada banyak hal yang

dapat dilakukan untuk menangani dismenore sehingga menurunkan angka

kejadian dismenore sehingga tidak bertambah berat, diantaranya :

a. Penerangan dan nasehat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore primer adalah

gangguan siklus menstruasi yang tidak berbahaya bagi kesehatan.

hendaknya dalam masalah ini diadakan penjelasan dan diskusi mengenai

informasi dismenore tidak mengarah pada tingkat yang sedang bahkan

ketingkat berat. Penerangan tentang pemenuhan nutrisi yang baik perlu

diberikan, karena dengan pemenuhan nutrisi yang baik maka status gizi

30

Page 23: BAB II1

remaja menjadi baik. Dengan status gizi baik tersebut maka ketahanan

tubuh meningkat dan gangguan menstruasi dapat dicegah. Nasehat

mengenai makan bergizi, istirahat dan olahraga cukup dapat berguna.

b. Pemberian obat analgesik

Obat analgesik yang sering digunakan adalah preparat kombinasi aspirin,

fenastin. Contoh obat paten yang beredar antara lain postan, novalgin.

c. Pola hidup sehat

Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya menangani

gangguan menstruasi, khususnya dismenorea. Yang termasuk dalam pola

hidup sehat adalah olahraga cukup dan teratur, mempertahankan diit

seimbang seperti peningkatan pemenuhan sumber nutrisi yang beragam.

d. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

Obat ini memegang peranan penting terhadap dismenore primer.

Termasuk di sini indomestamin, ibuprofen, asam mefenamat dan

naproksen. Kurang lebih 70 % penderita mengalami perbaikan.

Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid dan pada hari pertama

haid.

(Winkjosastro, 1999).

Selain beberapa cara diatas, Menurut Taruna (2003) ada cara pengobatan lain

yang dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri haid yaitu :

1) Ketika nyeri haid datang, lakukan pengompresan menggunakan air hangat

diperut bagian bawah karena dapat membantu merilekskan otot-otot dan

system saraf.

31

Page 24: BAB II1

2) Apabila dismenore sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri haid

muncul secara tiba-tiba saat usia dewasa dan sebelumnya tidak pernah

merasakannya, maka periksakan kondisi anda untuk mendapatkan

pertolongan segera, terlebih jika dismenore yang dirasakan mengarah ke

dismenore sekunder.

Menurut Akatri (2000), ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri haid, yaitu :

a) Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan ditempat

datar. Lutut ditekuk dan didekatkan kedada.

b) Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan

c) Meningkatkan konsumsi sayur, buah yang mengandung vitamin B6,

seperti daging organ (khususnya hati), daging ayam, kacang-kacangan.

Tujuan pengobatan dismenore primer adalah mengurangi nyeri atau

gejala yang timbul oleh karena peningkatan produksi prostaglandin (Proctor

dan Farquhar, 2007), sehingga pemberian obat yang menghambat sintesis

prostaglandin dan mempunyai efek analgesik merupakan pilihan (Kamir, 2009).

Pengobatan lain yang umum dipakai adalah latihan fisik, pemanasan

daerah pelvis, intervensi tingkah laku, suplemen diet obat tradisional. Latihan

fisik dapat meningkatkan aliran darah daerah pelvis sehingga menstimulasi

pelepasan β endorfin yang bekerja sebagai analgesic nonspesifik. Penempelan

panas dengan suhu 39℃ selama 12 jam terbukti efektifnya dengan penggunaan

ibuprofen (Proctor dan Fraquhar, 2006).

1. Cara mengurangi nyeri haid (Dismenore)

32

Page 25: BAB II1

Menurut Astuti (2005) ada beberapa cara untuk dapat mengurangi, yaitu

sebagai berikut :

a. Mengurangi konsumsi kopi, karena kopi dapat mengganggu fungsi otak

dan menurunkan daya tahan tubuh. Selain itu juga menambah kadar

kalsium dalam kandung kemih

b. Tidak merokok maupun minum alcohol, dapat mempengaruhi

metabolisme estrogen, gangguan pada metabolisme estrogen dapat

mempengaruhi haid tidak teratur dan nyeri haid

c. Mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak minum air putih

d. Memperbanyak konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran

e. Suhu panas dapat memperingan keluhan, melakukan pengompresan

dengan handuk dengan menggunalan air panas atau botol air panas pada

perut atau punggung bawah yang dirasakan nyeri atau mandi dengan air

hangat.

f. Olahraga mampu meningkatkan produksi endorphin otak yang dapat

menurunkan stress sehingga secara tidak langsung mengurangi stress.

g. Beberapa posisi yang dapat menghilangkan kram dengan posisi berbaring

dengan lutut ditekuk dengan menarik lutut kearah dada sambil memeluk

bantal atau botol berisi air hangat diperut

h. Melakukan aktivitas sehari-hari yang ringan juga membantu melupakan

rasa sakit

i. Cukup tidur, karena kurang tidur menyebabkan kelelahan sehingga sensitif

terhadap sakit.

33

Page 26: BAB II1

Dari teori pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang

memiliki tingkat pendidikan maka semakin mudah dalam menerima informasi

dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain dari segi pendidikan remaja

putri (usia 16-19 tahun) seharusnya sudah memiliki kemampuan untuk

mengenali masalah, khususnya nyeri haid (dismenorea). Karena diusianya saat

ini remaja putri menjalani pendidikan menengah (SMP/SMA) yang dituntut

untuk berfikiran logis.

Namun berdasarkan karakteristik usianya, diusia remaja seseorang

mengalami krisis dimana remaja berada dimasa perpindahan/transisi dari usia

anak ke usia dewasa. Dimasa krisis tersebut biasanya cara berfikir remaja lebih

mementingkan egonya dari pada pemikiran yang logis. Sehingga dalam upaya

penanganan suatu masalahnya remaja mengetahui tentang informasi dalam

menyelesaikan masalahnya tetapi tidak dapat atau sulit untuk

mengaplikasikanya. Khususnya bagi remaja putri yang memiliki pengetahuan

tentang dismenore namun tidak dapat atau sulit melakukan upaya penanganan

dismenore.

Dari teori sikap diatas salah satu komponen sikap yaitu konatif. Konatif

merupakan komponen perilaku yang menunjukkan bagaimana seseorang

berperilaku atau kecenderungan seseorang dalam berperilaku terhadap masalah

yang dihadapinya sehari-hari. Selain itu sikap seseorang juga ditentukan oleh

pengetahuan yang mereka miliki, semakin banyak atau semakin luas

pengetahuan yang dimiliki seseorang maka semakin baik sikap yang ditujukan

dalam menangani suatu masalah begitu juga sebaliknya.

34

Page 27: BAB II1

Sehingga dalam upaya penanganan suatu masalahnya (dismenore)

seseorang akan bersikap sesuai dengan reaksi perasaannya. jika seseorang yang

mengalami atau mendapat masalah, maka perasaannya akan terganggu atau

merasa tidak enak, hal ini dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya.

Sehingga dalam upaya penanganan suatu masalah (dismenore) seseorang akan

sulit untuk menyelesaikan masalah atau sulit untuk mencari pertolongan yang

dikarenakan perasaannya terganggu.

Upaya penanganan merupakan suatu cara yang dilakukan oleh

seseorang untuk mengatasi atau menangani suatu persoalan atau masalah

(Poerwadarmita, 2000 dikuti dalam Arya, 2010). Upaya penanganan keadaan

dismenore (Syaifuddin, 1999 dikuti dalam Arya, 2010), yaitu :

a. Pola hidup sehat

b. Pemberian obat analgetik

c. Terapi hormonal

d. Terapi dengan obat nonsteroid dan tiprostaglandin

10. Komplikasi Dismenorea

Menurut mitayani (2009) komplikasi dismenorea yaitu :

d) Syok

e) Penurunan kesadaran

11. Derajat Dismenorea

35

Page 28: BAB II1

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal

menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenorea secara

siklik dibagi tiga tingkat keparahan, yaitu :

1. Dismenorea Ringan

Dismenorea yang berlangsung beberapa saat dan masih dapat

melaksanakan aktifitas sehari-hari dan biasanya berlangsung antara 1

sampai 2 hari.

2. Dismenorea Sedang

Dismenorea ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasa nyeri

dan kondisi penderita masih dapat beraktifitas. Dismenorea ini biasanya

nyeri berlangsung antara 3 sampai 4 hari.

3. Dismenorea Berat

Dismenorea berat membuat remaja memerlukan istirahat beberapa hari

dan dapat disertai sakit kepala, migraine, pingsan, diare, rasa tertekan,

tertekan, mual.

(Manuaba, 1999)

12. Gejala Dismenorea primer

Pada perempuan yang mengalami dismenorea primer akan merasakan :

a. Nyeri pada perut yang timbul tidak lama sebelumnya bersamaan dengan

awal haid, dapat berlangsung beberapa jam, 24 jam atau bahkan sampai

beberapa hari.

b. Rasa nyeri kejang berjangkit-jangkit yang dirasakan diarea perut bawah

dan dapat menyebar kepinggang dan paha.

36

Page 29: BAB II1

c. Selain adanya rasa nyeri juga dapat terjadi rasa mual, muntah, sakit

kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Prawirohardjo dan Wikjosastro

2008).

13. Dampak Dismenorea Pada Remaja

Dismenorea yang berat seringkali menjadi alasan bagi perempuan

untuk mencari bantuan tenaga kesehatan. selain itu, dismenorea juga

berdampak pada ketidakhadiran ditempat kerja dan sekolah dan juga

mempengaruhi kehidupan seseorang termasuk aspek ekonomi. Diperkirakan

dismenorea berat menyebabkan kerugian produktifitas sebanyak 600 juta jam

kerja dan 2 milyar dolar setiap tahun, dismenorea terutama dengan kondisi

yang berat, akan berdampak pada aktifitas remaja. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Shama et all., (2008), dari total responden remaja yang

bersekolah sebanyak 35% mengatakan biasanya mereka tidak datang ke

sekolah selama episode dismenorea, 5% mengatakan walaupun mereka datang

kesekolah tapi mereka tidur dikelas. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa dismenorea pada remaja harus dapat ditangani dengan tepat untuk

menghindari dampak negatif yang timbul.

D. Kerangka Konsep

1. Skema Kerangka Konsep

37

Page 30: BAB II1

Pengetahuan

Sikap

Tindakan penanganan Dismenorea Primer

Independen Dependen

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel terikat

: Hubungan

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian di atas maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan terhadap tindakan penanganan

dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.

Ha : Ada hubungan pengetahuan terhadap tindakan penanganan

dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.

b. H0 : Tidak ada hubungan sikap terhadap tindakan penanganan

dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.

Ha : Ada hubungan sikap terhadap tindakan penanganan dismenorea

primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.

c. H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan

penanganan dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun

2013.

38

Page 31: BAB II1

Ha : ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan penanganan

dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.

39