BAB II1
-
Upload
shaun-martin -
Category
Documents
-
view
20 -
download
0
Transcript of BAB II1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan terhadap proses
pembelajaran. Proses ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti
motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan
sosial budaya (Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI, 2007).
Pengetahuan atau kognitif merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang didalam menilai suatu obyek yang didasarkan kepada penalaran
secara ilmiah, logis, sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan (Nursalam,
2009: 63).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan melalui indera yang dimilikinya (seperti
mata, hidung, dan telinga) terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003;
Taufik, 2007).
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya (Mubarak. Wl,dkk, 2007). Pengetahuan adalah
hasil pengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah
dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang
melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu
(Wahit.dkk,2006).
9
Menurut Jan Hidayat Tjakraatmadja dan Donal Crestofel lantu dalam
bukunya Knowledge management disebutkan bahwa pengetahuan diperoleh
dari sekumpulan informasi yang saling terhubung secara sistematik sehingga
memiliki makna. Informasi diperoleh dari data yang sudah diolah (disortir,
dianalisis, dan ditampilkan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan melalui
bahasa, grafik dan tabel) sehingga memiliki arti. Selanjutnya data ini akan
dimiliki seseorang dan akan tersimpan dalam neuron-neuron (menjadi memori)
diotaknya. Kemudian ketika manusia tersebut dihadapkan pada suatu masalah
maka informasi-informasi yang tersimpan dalam neuron-neuronnya dan yang
terkait dengan permasalahan tersebut, akan saling terhubungkan dan tersusun
secara sistematik sehingga ia memiliki model untuk memahami atau memiliki
pengetahuan yang terkait dengan permasalahan yang dihadapnya. Kemampuan
memiliki pengetahuan atas obyek masalah yang dihadapi sangat ditentukan oleh
pengalaman, latihan atau proses belajar (proses berfikir) (Jan Hidayat
Tjakraatmadja dan Donal Crestofel lantu, 2006).
2. Tingkatan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007:49) pengetahuan mencangkup didalamnya
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
a. Tahu
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah pengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu
10
merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang
bahwa tahu tentang materi yang telah dipelajari antara lain : menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengiterprestasikan materi
tersebut secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar orang yang telah paham
terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari
misalnya harus menjelaskan mengapa harus melakukan pemeriksaan
payudara sendiri
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diuraikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
dapat diartikan pula sebagai hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya, dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian dapat
menggunakan prinsip-prinsip didalam pemecahan masalah kesehatan yang
diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
subyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
11
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis dapat digunakan pada penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
pemikiran terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu didasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
3. Cara memperoleh pengetahuan
Dalam upaya memperoleh pengetahuan dan memahami suatu, umumnya
manusia melakukan satu atau lebih metode untuk memperoleh pengetahuan.
Secara garis besar, metode yang biasa dilakukan untuk memperoleh
pengetahuan berjumlah empat metode. Keempat metode ini biasa disebut
sebagai metode memperoleh pengetahuan atau methods of knowing, yaitu:
a. Tenacity yaitu cara memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan
sangat meyakini sesuatu, meski bisa jadi apa yang diyakininya belum tentu
12
benar, keyakinan ini disebabkan karena hal yang diyakini tersebut umunya
terjadi.
b. Authority yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan
pada pihak yang dianggap kompoten. Contoh: seseorang percaya bahwa
besok akan turun hujan karena ia percaya dengan informasi yang diberikan
oleh prakiraan cuaca esok hari.
c. Apriory yaitu suatu metode memperoleh pengetahuan dengan
menitikberatkan pada kemauan nalar dan intuisi diri sendiri, tanpa
mempertimbangkan informasi dari pihak luar. Contoh: seseorang yang
tengah tersesat namun mempercayakan dirinya untuk menemukan jalan
keluar tanpa ada keinginan untuk bertanya.
d. Secience yaitu cara memperoleh pengetahuan dengan melakukan
serangkaian cara-cara ilmiah, seperti mengajukan dugaan, pengujian
dugaan, mengontrol variabel, hingga penyimpulan. Cara ini dianggap
sebagai cara yang paling dapat diyakini kebenarannya atas pengetahuan
yang diperoleh. Hal ini karena pada science yang telah dilakukan
serangkaian percobaan akhirnya memperoleh pengetahuan berupa
kesimpulan, yang mana pengujian-pengujian seperti ini tidak ditemukan
pada ketiga metode sebelumnya.
4. Pengukuran pengetahuan
13
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden (Notoatmodjo, 2007). Kedalam pengetahuan yang ingin diketahui
atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
Pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran
pengetahuan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut;
a. Pertanyaan subjektif ; untuk pertanyaan berupa essay.
b. Pertanyaan objektif ; jenis pertanyaan berupa pilihan ganda, betul/salah dan
pertanyaan menjodohkan.
Pertanyaan berupa essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian
untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga
nilainya akan berbeda dari seseorang nilai dibandingkan dengan yang lain dan
dari satu waktu kewaktu lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul/salah,
menjodohkan, disebutkan pertanyaan objektif karena pertanyaan-pertanyaan
tersebut dapat dinilai secara pasti oleh penilainnya tanpa melibatkan faktor
subjektifitas dari penilai (Notoatmodjo, 2007).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
a. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah dalam menerima
konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan.
Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang,
semakin tinggi pendidikan formal akan semakin baik pengetahuan tentang
14
kesehatan (Hastono, 2008). Tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang
mereka peroleh, pada umunya semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin baik pula pengetahuannya (Lukman, 2008).
b. Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang (Lukman, 2008).
c. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari
proses belajar (Lukman, 2008).
d. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang,
dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga buruk
tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan
memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir,
menurut (Lukman, 2008).
e. Kultur /budaya
15
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperolah suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan
orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar
dan memperoleh suatu pengalaman pengetahuan (Lukman, 2008).
f. Sosial ekonomi
Seseorang memiliki tingkat ekonomi tinggi biasanya tingkat pendidikannya
tinggi, tingkat pengetahuannya juga tinggi (Lukman, 2008)
g. Informasi
Imformasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan. Dengan
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio
atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang (Lukman, 2008).
h. Pengalaman
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain
(Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan berpangkal dari pengalaman-
pengalaman, jadi semakin banyak pengalaman semakin tinggi pula tingkat
pengetahuan (Lukman, 2008).
B. Tinjauan Umum Tentang Sikap
1. Definisi sikap
Sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus atau
objek. Menurut Newcomb dalam notoadmodjo (2003) sikap merupakan
kesiapan atau kesediaaan untuk bertindak, yang menjadi predisposisi tindakan
suatu perilaku, bukan pelaksanaan motif tertentu.
16
Sikap merupakan reaksi yang tertutup tidak dapat dilihat secara
langsung dapat ditafsirkan melalui perilaku yang tampak (Notoadmodjo, 2005).
Menurut Athinson dalam Riyanto (1999) sikap meliputi rasa suka atau tidak
suka, mendekati atau menghindari situasi, orang, kelompok dan aspek
lingkungan yang dapat lainnya termasuk gagasan abstrak kebijakan sosial.
Nilai (value) dan opini atau pendapat sangat berat berkaitan dengan
sikap, bahkan kedua konsep tersebut seringkali digunakan dalam definisi
mengenai sikap. Nilai lebih bersikap mendasar dan stabil sebagai bagian dari
ciri kepribadian, sedangkan sifat bersifat evaluative dan berakar pada nilai atau
norma yang dianut dan terbentuk dalam kaitannya dengan suatu obyek (Azwar,
2000).
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa
yang ditandai dengan timbulnya tanda-tanda pubertas dan berlangsungnya
pematangan fungsi seksual, pada remaja putri ditandai dengan timbulnya tanda-
tanda pubertas menstruasi yang pertama, sedangkan ada remaja laki-laki
ditandai dengan mimpi basah. Masa remaja sebagai periode strum und drang,
yaitu periode peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa yang penuh
gejolak (Purwanto, 2000).
Dalam hal ini yang berkaitan dengan menstruasi adalah yang
ditampilkan seseorang dalam memperlihatkan reaksi dismenore yang meliputi
sikap terhadap perilaku dalam menghadapi kodratnya sebagai perempuan,
mengalami kontraksi setiap mendapat haid bahkan merasakan rasa sakit yang
sangat hebat selama masa menstruasi. Seseorang dalam menyikapi dismenore
17
berbeda-beda tergantung dari pengetahuan yang ada pada remaja. Kesehatan
reproduksi meliputi kesehatan sesama remaja ketika secara biologis kehidupan
seksualnya mulai aktif dan ketika kaum wanita mulai mengalami haid. Dalam
hal ini pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya yang berkaitan
dengan fungsi reproduksi akan meningkatkan kemampuan mereka dalam
mencegah penyakit dan ketepatan dalam mengambil tindakan (Kartono, 1999).
Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari setiap perilaku yang tertutup. Dalam bagian lain Allport
(2000) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yakni
kepercayaan suatu objek, kehidupan emosional, atau evaluasi emosional
terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini
secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Seperti halnya dengan
pengetahuan sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni :
a. Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperahtikan stimulus yang
diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Dimana memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
18
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoadmodjo, 2007).
2. Pembentukan dan pengubahan sikap
faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap yaitu sebagai
berikut :
a. Faktor Internal
Faktor internal berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu
menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar,
serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Hal-hal
yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri
individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor penentu
pembentukan sikap. Faktor internal ini menyangkut motif dan sikap yang
bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta yang mengarahkan minat dan
perhatian (faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar, dan haus (faktor
fisologis).
b. Faktor Eksternal
Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk dan
mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung, misalnya
individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui
perantara, seperti : alat komunikasi dan media masa baik elektronik maupun
nonelektronik. (Azwar, 2003:23) Menurut Azwar (2003), ada beberapa cara
untuk membentuk atau mengubah sikap individu, yaitu : a) Adopsi adalah
suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kejadian yang terjadi
19
berulang dan terus-menerus sehingga lama kelamaan secara bertahap hal
tersebut akan diserap oleh individu, dan akan mempengaruhi pembentukan
serta perubahan terhadap sikap individu. b) Deferensiasi adalah suatu cara
pembentukan dan perubahan sikap karena sudah dimilikinya pengetahuan,
pengalaman, intelegensi, dan bertambahnya umur. Oleh karena itu, hal-hal
yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari
jenisnya sehingga membentuk sikap tersendiri.
a) Integrasi
Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi
secara tahap demi tahap, diawali dari macam-macam pengetahuan dan
pengalaman yang berhubungan dengan objek sikap tertentu sehingga pada
akhirnya akan terbentuk sikap terhadap objek tersebut.
b) Trauma
Trauma adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu
kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga meninggalkan kesan
mendalam dalam diri individu tersebut. Kejadian tersebut akan membentuk
atau mengubah sikap individu terhadap kejadian sejenis.
c) Generalisasi
20
Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena
pengalaman traumatik pada diri individu terhadap hal tertentu, dapat
menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau sebaliknya.
3. Komponen sikap
Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude) yaitu :
a. Kognitif (cognitive).
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang
benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan
menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek
tertentu.
b. Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek
sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki
obyek tertentu.
c. Konatif (conative)
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan
yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi
(Notoatmodjo ,1997).
C. Tinjauan umum tentang kesehatan reproduksi remaja
21
1. Definisi kesehatan reproduksi
Kesehatan bukan hanya tidak ada penyakit di dalam tubuh. Kesehatan
kesejahteraan jasmani, rohani, mental, dan spiritual. Kesehatan dalam UU
kesehatan no 24 tahun 1992 adalah kesehatan badan, rohaniah (mental) dan
sosial, bukan hanya bebas dari penyakit cacat dan kelemahan.
Kesehatan reproduksi mencakup ; a) kesehatan semasa remaja, ketika
secara biologis kehidupan sosialnya mulai aktif dan ketika kaum wanita
mengalami haid, b) kesehatan sewaktu masa usia reproduksi yang mencakup
kesehatan sewaktu hamil dan sewaktu tidak hamil (Kartono, 1995).
Tujuan memahami kesehatan reproduksi menurut PKBI (2000) adalah :
a. Mengenal tubuh dan organ-organ reproduksinya
b. Memahami fungsi dan perkembangan organ reproduksi secara benar
c. Memahami perubahan fisik dan psikisnya
d. Mempersiapkan masa depan yang sehat dan cerah
e. Mengembangkan sikap dan perilaku bertanggung jawab mengenai proses
reproduksi
2. Definisi Remaja
masa remaja atau masa adolensi adalah masa suatu fase perkembangan
yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode
transisi dari masa anak kemasa dewasa yang ditandai dengan perkembangan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada
dekade kedua masa kehidupan (Narendra, 2002).
22
Remaja putri adalah seorang remaja yang menempuh pendidikan setara
dengan SMP atau SMA. Seorang remaja putri identik dengan perubahan dan
permasalahan yang terjadi pada dirinya diusia remaja. Masa remaja merupakan
masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, selama masa remaja
akan terjadi penambahan kecepatan pertumbuhan atau pacu tumbuh (Growth
Spurt) mulai munculnya tanda-tanda seks sekunder, perubahan psikososial
(soetjiningsih, 2007).
Pada seorang pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche)
yang berlangsung sekitar umur 10-11 tahun (Manuaba, 2001: 54). Batasan usia
remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara
usia 10-19 tahun dan belum menikah. Sedang menurut BKKBN adalah 10
sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009: 11).
Di Indonesia menurut biro pusat statistik (1999) kelompok umur 10-19
tahun adalah sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja pria dan 49,1% remaja
perempuan (Astana, 2007: 142).
3. Tingkatan umur masa remaja
Menurut Widyastuti (2009:1) berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya,
masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap :
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
a) Merasa lebih dekat dengan teman sebaya
b) Merasa ingin bebas
c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang
khayal
23
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
a) Ada keinginan untuk untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis
b) Mulai muncul perasaan cinta yang mendalam
c) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang
d) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
d) Dapat mewujudkan perasaan cinta
e) Masa remaja akhir, bagi banyak orang tua merupakan masa yang sulit
untuk ditangani, Karena masa itu sering bertepatan dengan masa krisis
dari orang tua, yaitu krisis usia pertengahan, karena dalam tahun-tahun ini
anak masih melawan orang tua secara emosional.
Ciri-ciri umum masa remaja
Karakteristik untuk perkembangan yang terjadi pada remaja terjadi
masa transisi. Remaja sering kali disebut masa pencarian jati diri, masa remaja
ditandai dengan pubertas. Berikut karakteristik perkembangan remaja yaitu :
1. Perkembangan kognitif
Perkembagan kognitif kemampuan untuk memanipulasi dan mengingat
informasi, diperkembangan ini juga remaja mempunyai pemikiran untuk
bebas tentang kemunkinan yang terjadi dimasa yang akan datang, dengan
pengalaman yang masih kurang.
24
2. Perkembangan identitas diri
Pada tahap ini identitas diri individu berkembang pada usia remaja, remaja
mempunyai tugas untuk memecahkan krisis identitas diri untuk dapat
menjadi dewasa, hal ini dipengaruhi juga dengan pengetahuan seorang
remaja untuk dapat menemukan identitasnya serta peran orang tua (Santrock,
2002: 42).
Menurut Santrock (2002) oleh karena itu, ada beberapa sikap yang ditunjukkan
pada tahap perkembangan remaja, yaitu sebagai berikut:
a. Aktivitas kelompok
Dimana pada karakteristik ini remaja kebanyakan melakukan aktivitas
bersama teman sebayanya terhadap kegiatan yang mereka sukai dan bahkan
mereka lebih mempercayai teman sebayannya dibanding dengan orang tua
mereka sendiri.
b. Pertentangan
Remaja ditahap ini dikenal sebagai individu yang penuh ego, terkadang juga
melepaskan diri dari orang tua hal ini mempengaruhi keadaan perkembangan
fisik dan psikis remaja, dan kadang kala sering muncul pertentangan antara
diri sendiri maupun dengan orang lain.
c. Masa kritis
Kebimbangan remaja dalam menghadapi dan memecahkan atau menghindari
suatu masalah menjadi indikasi kritisnya masa ini. Seheinfield berpendapat
tentang berbagai perubahan interaksi antara remaja laki-laki dan perempuan
sepanjang periode pubertas dan masa remaja.
25
4. Definisi Dismenorea Primer
Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang
paling sering. Gangguan nyeri yang hebat, atau dinamakan dismenorea, sangat
mengganggu aktivitas wanita, bahkan acap kali mengharuskan wanita penderita
beristirahat bahkan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam atau
beberapa hari (Joseph dan Nugroho, 2010: 33).
Dismenorea adalah istilah untuk rasa sakit waktu haid sebanyak 16%
wanita yang mengalami dismenorea tidak bisa diatasi dengan obat-obat anti
sakit dan memerlukan istirahat, 40% dismenorea terjadi pada tahun pertama
mendapat haid, 20% berikutnya tahun kedua, 20% berikutnya tahun ketiga
(Yatim, 2006). Dismenorea adalah menstruasi yang nyeri disebabkan oleh
kejang otot uterus (Mitayani, 2009). Rasa nyeri saat menstruasi biasanya terjadi
pada perut bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram, pada
nyeri haid sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau
pingsan dan lekas marah (Manuaba, 2001:372).
Dismenorea merupakan mentruasi yang disertai rasa sakit yang hebat
dan kram (Lastiko Bramantyo, 2008:11). Dismenorea merupakan rasa nyeri
saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-hari wanita dan
mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi kedokter,
puskesmas atau datang kebidan. Dismenorea primer dan dismenorea sekunder
(Manuaba, 2009:402)
Dismenore merupakan nyeri saat menjelang mentruasi dan saat
menstruasi sampai dapat mengganggu aktifitas sehari-hari (Mansjoer,
26
2001:518). Sedangkan menurut Bobak, et all., (2005), dismenorea adalah
menstruasi yang menimbulkan nyeri dan merupakan salah satu masalah
ginekologis yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia.
Menurut Hendrik (2006) dismenorea adalah nyeri (kram) pada daerah
yang mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat
bertahan selama 24 jam pertama saat terjadi selama 24-36 jam, meskipun pada
umumnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadi perdarahan
haid. Sedangkan menurut Andrews (2010) dismenorea adalah menstruasi yang
disertai dengan rasa nyeri.
5. Pembagian Dismenorea
Ada beberapa jenis dismenore, berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea dibagi
menjadi, yaitu sebagai berikut :
a. Dismenore kongestif
Dismenore kongestif yaitu nyeri haid yang dirasakan sejak
beberapa hari sebelum datangnya haid. Gejala ini disertai sakit pada buah
dada, perut kembung, sakit kepala, sakit punggung, mudah tersinggung,
gangguan tidur dan muncul memar dipaha dan lengan atas. Gejala tersebut
berlangsung antara dua atau tiga hari sampai kurang dari dua minggu
sebelum datangnya menstruasi.
b. Dismenorea Spasmodik
Dismenorea spasmodik yaitu nyeri yang dirasakan dibagian bawah
perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid
mulai. Beberapa wanita yang mengalami dismenorea spasmodik
27
merasa sangat mual, muntah bahkan pingsan. Kebanyakan yang
menderita dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan tetapi
dijumpai pula kalangan wanita berusia di atas 40 tahun yang
mengalaminya (Mansjoer, 2001).
c. Dismenorea sekunder
Dismenorea ini sangat jarang terjadi biasanya, terjadi pada wanita
yang berusia sebelum 25 tahun dan dapat terjadi pada 25% wanita yang
mengalami dismenorea (Andira, 2010).
6. Gejala Klinis Dismenorea Primer
Gejala klinis yang sering ditemukan yaitu, sebagai berikut :
a. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid
dan berlangsung beberapa jam atau lebih.
b. Nyeri yang dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau nyeri timbul
terus-menerus. Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening
(Kasdu, 2005:13).
7. Penyebab Dismenorea
Menurut Winkjosastro (2005: 230), beberapa faktor memegang peranan sebagai
penyebab dismenorea primer, antara lain :
a. Faktor kejiwaan
Pada gadis yang secara emosional tidak stabil mudah timbul dismenorea.
Apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses
haid.
b. Faktor konstitusi
28
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor ini seperti anemia,
penyakit menular, dan sebagainya.
c. Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu teori paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea primer
adalah stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap
sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea.
d. Faktor endokrin
Pada mulanya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea
primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin
mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktifitas otot usus
(winkjosastro, 1999 dikutip dalam Arya 2010) menyatakan bahwa
endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin yang
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang
berlebihan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea,
dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea, muntah.
e. Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara
dismenorea dengan urtikaria, migraine, atau asma brongkhiale. Adanya
peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi
dismenore.
29
8. Diagnosa Dismenorea
Diagnosa dismenorea hanya didasarkan pada wanita yang mengeluh kesakitan
pada waktu haid, tetapi perlu juga pemeriksaan yang canggih, seperti :
a. Ultrasonografi untuk mencari adanya kelainan dalam anatomi rahim
b. Hosterosalphingografi untuk mencari apakah terjadi kelainan dalam rongga
rahim.
c. Hysteroscope untuk membuat gambar dalam rongga rahim
d. Laparoscopy untuk melihat kemungkinan endometriosis dan penyakit-
penyakit lain dalam rongga panggul (Yatim, 2006).
9. Tindakan Penanganan Dismenorea
Menurut KBBI upaya yaitu usaha untuk mencapai suatu maksud.
sedangkan penanganan yaitu proses atau cara perbuatan menangani. Upaya
penanganan adalah usaha penetapan tujuan terhadap jangka panjang yang luas
bagai resolusi masalah yang ditargetkan (Albert, 2009). Ada banyak hal yang
dapat dilakukan untuk menangani dismenore sehingga menurunkan angka
kejadian dismenore sehingga tidak bertambah berat, diantaranya :
a. Penerangan dan nasehat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore primer adalah
gangguan siklus menstruasi yang tidak berbahaya bagi kesehatan.
hendaknya dalam masalah ini diadakan penjelasan dan diskusi mengenai
informasi dismenore tidak mengarah pada tingkat yang sedang bahkan
ketingkat berat. Penerangan tentang pemenuhan nutrisi yang baik perlu
diberikan, karena dengan pemenuhan nutrisi yang baik maka status gizi
30
remaja menjadi baik. Dengan status gizi baik tersebut maka ketahanan
tubuh meningkat dan gangguan menstruasi dapat dicegah. Nasehat
mengenai makan bergizi, istirahat dan olahraga cukup dapat berguna.
b. Pemberian obat analgesik
Obat analgesik yang sering digunakan adalah preparat kombinasi aspirin,
fenastin. Contoh obat paten yang beredar antara lain postan, novalgin.
c. Pola hidup sehat
Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya menangani
gangguan menstruasi, khususnya dismenorea. Yang termasuk dalam pola
hidup sehat adalah olahraga cukup dan teratur, mempertahankan diit
seimbang seperti peningkatan pemenuhan sumber nutrisi yang beragam.
d. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Obat ini memegang peranan penting terhadap dismenore primer.
Termasuk di sini indomestamin, ibuprofen, asam mefenamat dan
naproksen. Kurang lebih 70 % penderita mengalami perbaikan.
Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid dan pada hari pertama
haid.
(Winkjosastro, 1999).
Selain beberapa cara diatas, Menurut Taruna (2003) ada cara pengobatan lain
yang dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri haid yaitu :
1) Ketika nyeri haid datang, lakukan pengompresan menggunakan air hangat
diperut bagian bawah karena dapat membantu merilekskan otot-otot dan
system saraf.
31
2) Apabila dismenore sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri haid
muncul secara tiba-tiba saat usia dewasa dan sebelumnya tidak pernah
merasakannya, maka periksakan kondisi anda untuk mendapatkan
pertolongan segera, terlebih jika dismenore yang dirasakan mengarah ke
dismenore sekunder.
Menurut Akatri (2000), ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri haid, yaitu :
a) Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan ditempat
datar. Lutut ditekuk dan didekatkan kedada.
b) Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan
c) Meningkatkan konsumsi sayur, buah yang mengandung vitamin B6,
seperti daging organ (khususnya hati), daging ayam, kacang-kacangan.
Tujuan pengobatan dismenore primer adalah mengurangi nyeri atau
gejala yang timbul oleh karena peningkatan produksi prostaglandin (Proctor
dan Farquhar, 2007), sehingga pemberian obat yang menghambat sintesis
prostaglandin dan mempunyai efek analgesik merupakan pilihan (Kamir, 2009).
Pengobatan lain yang umum dipakai adalah latihan fisik, pemanasan
daerah pelvis, intervensi tingkah laku, suplemen diet obat tradisional. Latihan
fisik dapat meningkatkan aliran darah daerah pelvis sehingga menstimulasi
pelepasan β endorfin yang bekerja sebagai analgesic nonspesifik. Penempelan
panas dengan suhu 39℃ selama 12 jam terbukti efektifnya dengan penggunaan
ibuprofen (Proctor dan Fraquhar, 2006).
1. Cara mengurangi nyeri haid (Dismenore)
32
Menurut Astuti (2005) ada beberapa cara untuk dapat mengurangi, yaitu
sebagai berikut :
a. Mengurangi konsumsi kopi, karena kopi dapat mengganggu fungsi otak
dan menurunkan daya tahan tubuh. Selain itu juga menambah kadar
kalsium dalam kandung kemih
b. Tidak merokok maupun minum alcohol, dapat mempengaruhi
metabolisme estrogen, gangguan pada metabolisme estrogen dapat
mempengaruhi haid tidak teratur dan nyeri haid
c. Mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak minum air putih
d. Memperbanyak konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
e. Suhu panas dapat memperingan keluhan, melakukan pengompresan
dengan handuk dengan menggunalan air panas atau botol air panas pada
perut atau punggung bawah yang dirasakan nyeri atau mandi dengan air
hangat.
f. Olahraga mampu meningkatkan produksi endorphin otak yang dapat
menurunkan stress sehingga secara tidak langsung mengurangi stress.
g. Beberapa posisi yang dapat menghilangkan kram dengan posisi berbaring
dengan lutut ditekuk dengan menarik lutut kearah dada sambil memeluk
bantal atau botol berisi air hangat diperut
h. Melakukan aktivitas sehari-hari yang ringan juga membantu melupakan
rasa sakit
i. Cukup tidur, karena kurang tidur menyebabkan kelelahan sehingga sensitif
terhadap sakit.
33
Dari teori pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
memiliki tingkat pendidikan maka semakin mudah dalam menerima informasi
dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain dari segi pendidikan remaja
putri (usia 16-19 tahun) seharusnya sudah memiliki kemampuan untuk
mengenali masalah, khususnya nyeri haid (dismenorea). Karena diusianya saat
ini remaja putri menjalani pendidikan menengah (SMP/SMA) yang dituntut
untuk berfikiran logis.
Namun berdasarkan karakteristik usianya, diusia remaja seseorang
mengalami krisis dimana remaja berada dimasa perpindahan/transisi dari usia
anak ke usia dewasa. Dimasa krisis tersebut biasanya cara berfikir remaja lebih
mementingkan egonya dari pada pemikiran yang logis. Sehingga dalam upaya
penanganan suatu masalahnya remaja mengetahui tentang informasi dalam
menyelesaikan masalahnya tetapi tidak dapat atau sulit untuk
mengaplikasikanya. Khususnya bagi remaja putri yang memiliki pengetahuan
tentang dismenore namun tidak dapat atau sulit melakukan upaya penanganan
dismenore.
Dari teori sikap diatas salah satu komponen sikap yaitu konatif. Konatif
merupakan komponen perilaku yang menunjukkan bagaimana seseorang
berperilaku atau kecenderungan seseorang dalam berperilaku terhadap masalah
yang dihadapinya sehari-hari. Selain itu sikap seseorang juga ditentukan oleh
pengetahuan yang mereka miliki, semakin banyak atau semakin luas
pengetahuan yang dimiliki seseorang maka semakin baik sikap yang ditujukan
dalam menangani suatu masalah begitu juga sebaliknya.
34
Sehingga dalam upaya penanganan suatu masalahnya (dismenore)
seseorang akan bersikap sesuai dengan reaksi perasaannya. jika seseorang yang
mengalami atau mendapat masalah, maka perasaannya akan terganggu atau
merasa tidak enak, hal ini dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya.
Sehingga dalam upaya penanganan suatu masalah (dismenore) seseorang akan
sulit untuk menyelesaikan masalah atau sulit untuk mencari pertolongan yang
dikarenakan perasaannya terganggu.
Upaya penanganan merupakan suatu cara yang dilakukan oleh
seseorang untuk mengatasi atau menangani suatu persoalan atau masalah
(Poerwadarmita, 2000 dikuti dalam Arya, 2010). Upaya penanganan keadaan
dismenore (Syaifuddin, 1999 dikuti dalam Arya, 2010), yaitu :
a. Pola hidup sehat
b. Pemberian obat analgetik
c. Terapi hormonal
d. Terapi dengan obat nonsteroid dan tiprostaglandin
10. Komplikasi Dismenorea
Menurut mitayani (2009) komplikasi dismenorea yaitu :
d) Syok
e) Penurunan kesadaran
11. Derajat Dismenorea
35
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal
menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenorea secara
siklik dibagi tiga tingkat keparahan, yaitu :
1. Dismenorea Ringan
Dismenorea yang berlangsung beberapa saat dan masih dapat
melaksanakan aktifitas sehari-hari dan biasanya berlangsung antara 1
sampai 2 hari.
2. Dismenorea Sedang
Dismenorea ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasa nyeri
dan kondisi penderita masih dapat beraktifitas. Dismenorea ini biasanya
nyeri berlangsung antara 3 sampai 4 hari.
3. Dismenorea Berat
Dismenorea berat membuat remaja memerlukan istirahat beberapa hari
dan dapat disertai sakit kepala, migraine, pingsan, diare, rasa tertekan,
tertekan, mual.
(Manuaba, 1999)
12. Gejala Dismenorea primer
Pada perempuan yang mengalami dismenorea primer akan merasakan :
a. Nyeri pada perut yang timbul tidak lama sebelumnya bersamaan dengan
awal haid, dapat berlangsung beberapa jam, 24 jam atau bahkan sampai
beberapa hari.
b. Rasa nyeri kejang berjangkit-jangkit yang dirasakan diarea perut bawah
dan dapat menyebar kepinggang dan paha.
36
c. Selain adanya rasa nyeri juga dapat terjadi rasa mual, muntah, sakit
kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Prawirohardjo dan Wikjosastro
2008).
13. Dampak Dismenorea Pada Remaja
Dismenorea yang berat seringkali menjadi alasan bagi perempuan
untuk mencari bantuan tenaga kesehatan. selain itu, dismenorea juga
berdampak pada ketidakhadiran ditempat kerja dan sekolah dan juga
mempengaruhi kehidupan seseorang termasuk aspek ekonomi. Diperkirakan
dismenorea berat menyebabkan kerugian produktifitas sebanyak 600 juta jam
kerja dan 2 milyar dolar setiap tahun, dismenorea terutama dengan kondisi
yang berat, akan berdampak pada aktifitas remaja. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Shama et all., (2008), dari total responden remaja yang
bersekolah sebanyak 35% mengatakan biasanya mereka tidak datang ke
sekolah selama episode dismenorea, 5% mengatakan walaupun mereka datang
kesekolah tapi mereka tidur dikelas. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa dismenorea pada remaja harus dapat ditangani dengan tepat untuk
menghindari dampak negatif yang timbul.
D. Kerangka Konsep
1. Skema Kerangka Konsep
37
Pengetahuan
Sikap
Tindakan penanganan Dismenorea Primer
Independen Dependen
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel terikat
: Hubungan
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian di atas maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan terhadap tindakan penanganan
dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.
Ha : Ada hubungan pengetahuan terhadap tindakan penanganan
dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.
b. H0 : Tidak ada hubungan sikap terhadap tindakan penanganan
dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.
Ha : Ada hubungan sikap terhadap tindakan penanganan dismenorea
primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.
c. H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan
penanganan dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun
2013.
38
Ha : ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan penanganan
dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.
39