BAB II_1
-
Upload
bonaferrophandicka -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of BAB II_1
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perilaku caring
a. Defenisi
Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan
menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada
seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak. Karena perilaku
caring merupakan perpaduan perilaku manusia yang berguna dalam
peningkatan derajat kesehatan dalam membantu pasien yang sakit.
Perilaku caring sangat penting untuk mengembangkan, memperbaiki
dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku caring
sangat penting dalam layanan keperawatan karena akan memberikan
kepuasan pada klien dan perawatan akan lebih memahami konsep
caring, khususnya perilaku caring dan mengaplikasikan dalam
pelayanan keperawatan. seorang perawat memerlukan kemampuan
untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan
interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang
(Dwidiyanti, 2007).
-
8
Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus
pemersatu untuk praktek keperawatan. Perilaku caring juga sangat
penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki dan meningkatkan
kondisi atau cara hidup manusia (Blais, 2007). Caring mengandung 3
hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan
dilakukan dengan ikhlas. Caring juga merupakan sikap peduli,
menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan
mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang
berfikir dan bertindak (Sitorus, 2007). Memberikan asuhan (Caring)
secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah
laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai
perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan berfungsi
membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap
orang yg berbeda pada satu tempat (Dwidiyanti, 2007), maka kinerja
perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam
mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di
rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi
pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan
mutu pelayanan (Potter dan Perry, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar. Namun dalam memberikan respons sangat
-
9
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap
stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Faktor perilaku
dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Perilaku dibedakan atas pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo,
2003):
1. Pengetahuan
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan:
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
-
10
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c) Aplikasi (Aplication)
Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.
-
11
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (dalam
marat, 1991), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok:
a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b) Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek
c) Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total atitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting.
Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi
merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari
hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan
dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang,
mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan
perawatan keluarga.
a) Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan
seseorang lainnya yang merupakan sarana untuk mendekatkan
diri dan menyampaikan manfaat caring. Kehadiran berarti ada
-
12
di dan ada dengan. Ada di berarti kehadiran tidak hanya
dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian.
Sedangkan ada dengan berarti perawata selalu bersedia dan
ada untuk klien. Kehadiran seorang perawat membantu
menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi
tertekan.
b) Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan
dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk
memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan,
yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan
kontak merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit.
Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata.
Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori:
1) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat
menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang ramah dan
cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan
rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-
hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.
-
13
2) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang
tangan klien, memijat punggung klien, menempatkan klien
dengan hati-hati, atau terlibat dalam pembicaraan
(komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien,
meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi
tentang kanyataan.
3) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang
digunakan untuk melindungi perawat dan/atau klien.
Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah
terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan
mengingatkan klien agar tidak terjatuh. Sentuhan dapat
menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus
digunakan secara bijaksana.
c) Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien,
mendengarkan merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan
perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan
membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud
-
14
klien dan membantu menolong klien mencari cara untuk
mendapatkan kedamaian.
d) Memahami klien
Salah satu proses caring adalah memahami klien. Memahami
klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam
membuat keputusan klinis. Memahami klien merupakan
pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan
intervensi berikutnya. Pemahaman klien merupakan gerbang
penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin
suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
e) Caring Dalam Spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh
terhadap kesehatan fisik seseorang. Spiritual menawarkan rasa
keterikatan yang baik, baik melalui hubungan intrapersonal
atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau
hubungan dengan orang lain dan lingkungan, serta
transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan
tertinggi.
f) Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan
intervensi keperawatan sering bergantung pada keinginan
keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat untuk
-
15
menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan
klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam proses
penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga.
Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien
membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk
hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien.
Menurut Purwanto (1998), sikap adalah pandangan atau
perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap suatu
obyek. Ciri ciri sikap adalah:
a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam
hubungannya dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya
dengan sifat-sifat biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan
istirahat.
b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila
terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang
mempermudah sikap pada orang itu.
c) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain,
sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa
berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dirumuskan
-
16
dengan jelas. Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal
tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal
tersebut.
d) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap
inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
e) Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif.
Dalam sikap positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam
sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan:
a) Menerima (Receiving )
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek).
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
c) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
-
17
d) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang tinggi.
3. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan.
Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :
a) Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat
pertama.
b) Respon terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek
tingkat dua.
c) Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
-
18
d) Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Caring
Watson (2004), mendasarkan teorinya untuk praktik keperawatan
dalam sepuluh faktor karatif. Masing-masing memilki komponen
dinamika fenomena dinamik yang relatif terhadap individu dalam
hubungan yang didorong oleh keperawatan. Tiga faktor interdependen
pertama menyediakan dasar filosofi untuk ilmu caring. Sepuluh faktor
karatif itu adalah:
1) Pembentukan nilai-nilai sistem humanistik-altruistik.
Nilai-nilai humanistik-altruistik dipelajari sejak awal dalam
hidup tapi dapat dipengaruhi oleh perawat pendidik. Faktor ini
dapat dijelaskan sebagai kepuasan melalui pemberian dan perluasan
rasa diri. Sistem nilai ini dimediasi oleh pengalaman hidup, belajar,
dan terpapar dengan kemanusiaan. Watson menduga bahwa caring
didasarkan pada nilai humanistik dan perilaku altruistik yang dapat
dikembangkan melalui latihan melihat pandangan diri seseorang,
keyakinan, interaksi dengan berbagai budaya, dan pengalaman
tumbuh seseorang. Semuanya penting untuk kedewasaan perawat
sendiri, yang akan meningkatkan perilaku altruistik kepada yang
lain.
-
19
2) Pemantapan harapan kepercayaan.
Faktor ini bersama nilai humanistik-altruistik memfasilitasi
peningkatan asuhan keperawatan yang holistik dan kesehatan positif
dalam populasi klien. Ini juga menjelaskan tentang peran perawat
dalam pengembangan hubungan perawat-klien yang efektif dan
dalam peningkatan kesejahteraan dengan membantu klien
mengadopsi perilaku mencari kesehatan.
3) Penanaman sensitifitas terhadap diri sesorang dan terhadap orang
lain.
Pengakuan terhadap perasaan mengarahkan ke aktualisasi diri
melalui penerimaan diri untuk klien dan perawat. Jika perawat
mengakui sensitifitas dan perasaannya, mereka menjadi lebih sejati,
autentik dan sensitif terhadap orang lain.
4) Pengembangan hubungan percaya-membantu.
Perkembangan hubungan percaya - membantu antara perawat
dan klien penting untuk caring transpersonal. Hubungan saling
percaya dapat meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan
positif dan negatif. Ini melibatkan kongruen, empati, kehangatan
yang tidak posesif, dan komunikasi efektif. Kongruen melibatkan
kenyataan, jujur, sejati dan autentik. Empati adalah kemampuan
menunjukkan dan sehingga memahami persepsi dan perasaan orang
lain dan mengkomunikasikan semua pemahamannya. Kehangatan
-
20
yang tidak posesif ditunjukkan dengan volume bicara yang sedang,
rileks, mimik terbuka, ekspresi wajah yang kongruen dengan
komunikasi. Komunikasi efektif adalah komponen kognitif, afektif,
dan respon perilaku.
5) Peningkatan dan penerimaan ekspresi perasaan positif dan negatif.
Berbagi perasaan adalah pengalaman mengambil risiko untuk
klien dan perawat. Perawat harus mempersiapkan diri untuk
perasaan positif dan negatif. Perawat harus mengakui bahwa
pemahaman intelektual dan emosional terhadap situasi berbeda-
beda.
6) Penggunaan secara sistematik metode penyelesaian masalah ilmiah
dalam pengambilan keputusan.
Penggunaan proses keperawatan membawa penyelesaian
masalah secara ilmiah ke dalam asuhan keperawatan, menghapus
kesan tradisional bahwa perawat sebagai pembantu dokter. Proses
keperawatan sama untuk proses riset yang sistematik dan
terorganisir. Tanpa menggunakan metode penyelesaian masalah
secara sistematik, praktik yang efektif adalah kecelakaan jika baik
dan bahaya jika buruk. Metode penyelesaian masalah yang ilmiah
hanya satu-satunya cara yang mengijinkan untuk mengontrol dan
memprediksi serta melakukan koreksi diri sendiri.
-
21
7) Peningkatan belajar-mengajar interpersonal.
Faktor ini adalah konsep penting untuk keperawatan yang
memisahkan caring dan curing. Hal ini mengijinkan klien
diinformasikan dan memindahkan tanggung jawab untuk
kesejahteraan seseorang dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi
proses ini dengan teknik belajar-mengajar yang didesain untuk
membantu klien memberi perawatan diri sendiri, menentukan
kebutuhan personal, dan memberi kesempatan untuk pertumbuhan
personal mereka.
8) Menyediakan dukungan, perlindungan, dan atau korektif mental,
fisik, sosiokultural, dan lingkungan spiritual.
Perawat harus mengakui pengaruh lingkungan internal dan
eksternal pada kesehatan penyakit individual. Konsep relevan
dengan lingkungan internal meliputi kesehatan mental dan spiritual,
dan keyakinan sosiokultural individu. Tambahan individual variabel
epidemiologi meliputi kenyamanan, privasi, keamanan, dan
kebersihan serta lingkungan yang estetik.
9) Membantu dengan pemuasan kebutuhan manusia.
Perawat mengakui kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial,
dan intrapersonal dirinya dan klien. Klien harus memuaskan
kebutuhan yang lebih rendah sebelum berusaha memenuhi
-
22
kebutuhan yang lebih tinggi. Adapun urutan derajat kebutuhan
yaitu:
a) Derajat lebih rendah
1. Kebutuhan derajat lebih rendah (kebutuhan biofisik).
kebutuhan bertahan hidup:
a. kebutuhan makan dan minum
b. kebutuhan eliminasi
c. kebutuhan ventilasi
2. Kebutuhan derajat lebih rendah (kebutuhan psikofisik).
kebutuhan fungsional hidup:
a. kebutuhan aktifitas-inaktifitas
b. kebutuhan seksualitas
b) Derajat lebih tinggi
1. Kebutuhan derajat lebih tinggi (kebutuhan psikososial)
kebutuhan integrative:
a. kebutuhan pencapaian
b. kebutuhan afiliasi
2. Kebutuhan derajat lebih tinggi (kebutuhan intrapersonal-
interpersonal)
kebutuhan mencari pertumbuhan:
a. kebutuhan aktualisasi diri.
-
23
10) Mendukung untuk kekuatan eksistensial-fenomenologikal.
Fenomenologi menjelaskan data dari situasi segera yang
membantu orang memahami fenomena dalam pertanyaan.
Perawat memiliki tanggung jawab di luar sepuluh faktor karatif
dan memfasilitasi perkembangan klien dalam area promosi kesehatan
melalui tindakan preventif.
Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), ada tiga
factor yang merupakan penyebab perilaku, yaitu faktor pendorong
(predisposing) seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai yang
berkenaan dengan motivasi seseorang untuk bertindak. Faktor kedua
adalah faktor pendukung (enabling) yaitu tersedianya fasilitas, sarana
atau prasarana yang mendukung dan memfasilitasi terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat. Faktor ketiga adalah faktor penguat
(reinforcing) seperti keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas
kesehatan dan juga termasuk undang-undang atau peraturan-peraturan
baik yang dari pusat maupun kebijakan daerah yang terkait dengan
kesehatan.
c. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku
Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perubahan
perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
-
24
1) Perubahan alamiah
Sebagian perubahan alamiah disebabkan oleh perubahan alam
yang terjadi. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu
perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka
anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.
2) Perubahan terencana
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan
sendiri oleh subjek
3) Kesediaan untuk berubah
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program
pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah
sebagian orang akan mengadopsi inovasi tersebut dengan cepat dan
sebagian mengadopsi secara lambat.
d. Tingkatan Caring
Tahap perkembangan hubungan caring ini dibagi menjadi empat
tingkat yang progresif dan serial yaitu:
1) Attachment (pertalian)
Empat tugas yang menandai pertalian yaitu:
a) Recognisi adalah menyadari kehadiran orang lain dan
menerima orang lain.
b) Membuka diri adalah membagi informasi yang beresiko rendah
atau tidak mengancam.
-
25
c) Validasi adalah memberikan persetujuan pada informasi yang
dibagikan atau perilaku yang diperhatikan.
d) Potensi adalah kehendak dan kekuatan untuk memajukan
hubungan.
2) Assiduity (perilaku selalu penuh perhatian)
Selama tahap ini perhatian yang diteliti diberikan pada kerja
menjalin hubungan kepedulian. Respek adalah tugas pertama yang
melibatkan, mengakui, menerima keinginan, kebutuhan, kesukaan,
perbedaan dan permintaan orang lain.
Selanjutnya potentiality, dimana recognisi diberikan pada
kemungkinan saling meningkatkan hubungan, yang tidak akan
terjadi dengan mengorbankan individualitas orang lain.
Memperhatikan, melibatkan, mendengar dan menerima orang lain.
Kejujuran diperlukan agar hubungan menjadi terbuka, kejujuran
dapat berupa mengatakan kebenaran atau keinginan untuk tidak
membahas sesuatu. Membuka diri terjadi dalam dua tahap yaitu
rasa tanggung jawab dan keberanian untuk maju.
3) Intimasi (melibatkan berbagi diri)
Tahap ini ditandai dengan hubungan fisik dan mental yang
tepat. Tugas dalam hal ini memerlukan ketulusan (integritas,
kepercayaan), membuka diri (menempatkan seseorang dalam posisi
yang terbuka), wawasan (memiliki pandangan yang cepat terhadap
-
26
orang lain), perlibatan (orang lain dapat dilibatkan dalam hubungan
tanpa ancaman).
-
27
B. KERANGKA TEORI
Berdasarkan Notoatmodjo (2003), Allport (dalam Marat, 1991),
kerangka teori untuk penelitian ini adalah :
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori
Faktor `eksternal :
1. Kontras 2. Perubahan Intensitas 3. Pengulangan (repetition) 4. Sesuatu yang baru (novelty) 5. Sesuatu yang menjadi
perhatian orang banyak
Faktor internal :
1. Pengalaman atau pengetahuan 2. Harapan, Kebutuhan, Motivasi,
Emosi, Budaya
PERILAKU CARING MAHASISWA
Klasifikasi Perilaku :
1. Pengetahuan : (Tahu/Know, Memahami, Aplikasi, Analisis,
Sintesis, Evaluasi).
2. Sikap : (Menerima, Merespon, Menghargai, Bertanggung jawab).
3. Tindakan : (Persepsi, Respon terpimpin, Mekanisme, Adopsi).
-
28
C. KERANGKA KONSEP
Keterangan:
Diteliti =
Tidak diteliti =
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep
Variabel Bebas
( Independent )
Variabel Terikat
( Dependent )
Mahasiswa Profesi Ners
Laki-laki dan Perempuan
Perilaku Caring
- Keluarga - Kepribadian - Tingkat prestasi
belajar
Variabel Pengganggu
-
29
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, dapat
dirumuskan hipotesis kerja (Ha) penelitian ini yaitu ada perbedaan perilaku
caring antara mahasiswa profesi ners laki-laki dan perempuan Jurusan
Keperawatan FKIK Universitas Jenderal Soedirman.