BAB II_1

23
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku caring a. Defenisi Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak. Karena perilaku caring merupakan perpaduan perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dalam membantu pasien yang sakit. Perilaku caring sangat penting untuk mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku caring sangat penting dalam layanan keperawatan karena akan memberikan kepuasan pada klien dan perawatan akan lebih memahami konsep caring, khususnya perilaku caring dan mengaplikasikan dalam pelayanan keperawatan. seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang (Dwidiyanti, 2007).

description

bjkg

Transcript of BAB II_1

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Perilaku caring

    a. Defenisi

    Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan

    menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada

    seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak. Karena perilaku

    caring merupakan perpaduan perilaku manusia yang berguna dalam

    peningkatan derajat kesehatan dalam membantu pasien yang sakit.

    Perilaku caring sangat penting untuk mengembangkan, memperbaiki

    dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku caring

    sangat penting dalam layanan keperawatan karena akan memberikan

    kepuasan pada klien dan perawatan akan lebih memahami konsep

    caring, khususnya perilaku caring dan mengaplikasikan dalam

    pelayanan keperawatan. seorang perawat memerlukan kemampuan

    untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan

    interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang

    (Dwidiyanti, 2007).

  • 8

    Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus

    pemersatu untuk praktek keperawatan. Perilaku caring juga sangat

    penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki dan meningkatkan

    kondisi atau cara hidup manusia (Blais, 2007). Caring mengandung 3

    hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan

    dilakukan dengan ikhlas. Caring juga merupakan sikap peduli,

    menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan

    mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang

    berfikir dan bertindak (Sitorus, 2007). Memberikan asuhan (Caring)

    secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah

    laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk mencapai

    perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan berfungsi

    membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap

    orang yg berbeda pada satu tempat (Dwidiyanti, 2007), maka kinerja

    perawat khususnya pada perilaku caring menjadi sangat penting dalam

    mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di

    rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi

    pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan

    mutu pelayanan (Potter dan Perry, 2005).

    Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku adalah semua kegiatan atau

    aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak

    dapat diamati oleh pihak luar. Namun dalam memberikan respons sangat

  • 9

    tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

    bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap

    stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Faktor perilaku

    dibedakan menjadi dua yaitu:

    1. Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang

    bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat

    emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

    2. Faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,

    budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

    merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

    Perilaku dibedakan atas pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo,

    2003):

    1. Pengetahuan

    Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

    didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

    tidak didasari oleh pengetahuan.

    Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan:

    a) Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya.

  • 10

    b) Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

    menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

    dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

    c) Aplikasi (Aplication)

    Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

    (sebenarnya).

    d) Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

    atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di

    dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu

    sama lain.

    e) Sintesis (Synthesis)

    Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

    meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

    bentuk keseluruhan yang baru.

    f) Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

  • 11

    2. Sikap

    Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

    seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (dalam

    marat, 1991), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

    komponen pokok:

    a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

    b) Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek

    c) Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

    Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

    yang utuh (total atitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,

    pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan

    penting.

    Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi

    merupakan hasil dari kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari

    hubungan dengan orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan

    dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang,

    mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan

    perawatan keluarga.

    a) Kehadiran

    Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan

    seseorang lainnya yang merupakan sarana untuk mendekatkan

    diri dan menyampaikan manfaat caring. Kehadiran berarti ada

  • 12

    di dan ada dengan. Ada di berarti kehadiran tidak hanya

    dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian.

    Sedangkan ada dengan berarti perawata selalu bersedia dan

    ada untuk klien. Kehadiran seorang perawat membantu

    menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi

    tertekan.

    b) Sentuhan

    Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan

    dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk

    memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan,

    yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan

    kontak merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit.

    Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata.

    Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori:

    1) Sentuhan Berorientasi-tugas

    Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat

    menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang ramah dan

    cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan

    rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-

    hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.

  • 13

    2) Sentuhan Pelayanan (Caring)

    Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang

    tangan klien, memijat punggung klien, menempatkan klien

    dengan hati-hati, atau terlibat dalam pembicaraan

    (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat

    mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien,

    meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi

    tentang kanyataan.

    3) Sentuhan Perlindungan

    Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang

    digunakan untuk melindungi perawat dan/atau klien.

    Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah

    terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan

    mengingatkan klien agar tidak terjatuh. Sentuhan dapat

    menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus

    digunakan secara bijaksana.

    c) Mendengarkan

    Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien,

    mendengarkan merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan

    perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan

    membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud

  • 14

    klien dan membantu menolong klien mencari cara untuk

    mendapatkan kedamaian.

    d) Memahami klien

    Salah satu proses caring adalah memahami klien. Memahami

    klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam

    membuat keputusan klinis. Memahami klien merupakan

    pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan

    intervensi berikutnya. Pemahaman klien merupakan gerbang

    penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin

    suatu hubungan yang baik dan saling memahami.

    e) Caring Dalam Spiritual

    Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh

    terhadap kesehatan fisik seseorang. Spiritual menawarkan rasa

    keterikatan yang baik, baik melalui hubungan intrapersonal

    atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau

    hubungan dengan orang lain dan lingkungan, serta

    transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan

    tertinggi.

    f) Perawatan Keluarga

    Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan

    intervensi keperawatan sering bergantung pada keinginan

    keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat untuk

  • 15

    menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan

    klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam proses

    penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga.

    Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien

    membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk

    hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien.

    Menurut Purwanto (1998), sikap adalah pandangan atau

    perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap suatu

    obyek. Ciri ciri sikap adalah:

    a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

    dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam

    hubungannya dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya

    dengan sifat-sifat biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan

    istirahat.

    b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

    karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila

    terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang

    mempermudah sikap pada orang itu.

    c) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

    hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain,

    sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa

    berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dirumuskan

  • 16

    dengan jelas. Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal

    tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal

    tersebut.

    d) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap

    inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau

    pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

    e) Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif.

    Dalam sikap positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati,

    menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam

    sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi,

    menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

    Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan:

    a) Menerima (Receiving )

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

    memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek).

    b) Merespon (Responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

    menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

    sikap.

    c) Menghargai (Valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

    suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

  • 17

    d) Bertanggung jawab (Responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

    dengan segala resiko merupakan sikap yang tinggi.

    3. Tindakan

    Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

    (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

    perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi

    yang memungkinkan.

    Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :

    a) Persepsi (Perception)

    Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

    tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat

    pertama.

    b) Respon terpimpin (Guided Response)

    Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

    sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek

    tingkat dua.

    c) Mekanisme (Mecanism)

    Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

    secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,

    maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

  • 18

    d) Adopsi (Adoption)

    Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

    berkembang dengan baik.

    b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Caring

    Watson (2004), mendasarkan teorinya untuk praktik keperawatan

    dalam sepuluh faktor karatif. Masing-masing memilki komponen

    dinamika fenomena dinamik yang relatif terhadap individu dalam

    hubungan yang didorong oleh keperawatan. Tiga faktor interdependen

    pertama menyediakan dasar filosofi untuk ilmu caring. Sepuluh faktor

    karatif itu adalah:

    1) Pembentukan nilai-nilai sistem humanistik-altruistik.

    Nilai-nilai humanistik-altruistik dipelajari sejak awal dalam

    hidup tapi dapat dipengaruhi oleh perawat pendidik. Faktor ini

    dapat dijelaskan sebagai kepuasan melalui pemberian dan perluasan

    rasa diri. Sistem nilai ini dimediasi oleh pengalaman hidup, belajar,

    dan terpapar dengan kemanusiaan. Watson menduga bahwa caring

    didasarkan pada nilai humanistik dan perilaku altruistik yang dapat

    dikembangkan melalui latihan melihat pandangan diri seseorang,

    keyakinan, interaksi dengan berbagai budaya, dan pengalaman

    tumbuh seseorang. Semuanya penting untuk kedewasaan perawat

    sendiri, yang akan meningkatkan perilaku altruistik kepada yang

    lain.

  • 19

    2) Pemantapan harapan kepercayaan.

    Faktor ini bersama nilai humanistik-altruistik memfasilitasi

    peningkatan asuhan keperawatan yang holistik dan kesehatan positif

    dalam populasi klien. Ini juga menjelaskan tentang peran perawat

    dalam pengembangan hubungan perawat-klien yang efektif dan

    dalam peningkatan kesejahteraan dengan membantu klien

    mengadopsi perilaku mencari kesehatan.

    3) Penanaman sensitifitas terhadap diri sesorang dan terhadap orang

    lain.

    Pengakuan terhadap perasaan mengarahkan ke aktualisasi diri

    melalui penerimaan diri untuk klien dan perawat. Jika perawat

    mengakui sensitifitas dan perasaannya, mereka menjadi lebih sejati,

    autentik dan sensitif terhadap orang lain.

    4) Pengembangan hubungan percaya-membantu.

    Perkembangan hubungan percaya - membantu antara perawat

    dan klien penting untuk caring transpersonal. Hubungan saling

    percaya dapat meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan

    positif dan negatif. Ini melibatkan kongruen, empati, kehangatan

    yang tidak posesif, dan komunikasi efektif. Kongruen melibatkan

    kenyataan, jujur, sejati dan autentik. Empati adalah kemampuan

    menunjukkan dan sehingga memahami persepsi dan perasaan orang

    lain dan mengkomunikasikan semua pemahamannya. Kehangatan

  • 20

    yang tidak posesif ditunjukkan dengan volume bicara yang sedang,

    rileks, mimik terbuka, ekspresi wajah yang kongruen dengan

    komunikasi. Komunikasi efektif adalah komponen kognitif, afektif,

    dan respon perilaku.

    5) Peningkatan dan penerimaan ekspresi perasaan positif dan negatif.

    Berbagi perasaan adalah pengalaman mengambil risiko untuk

    klien dan perawat. Perawat harus mempersiapkan diri untuk

    perasaan positif dan negatif. Perawat harus mengakui bahwa

    pemahaman intelektual dan emosional terhadap situasi berbeda-

    beda.

    6) Penggunaan secara sistematik metode penyelesaian masalah ilmiah

    dalam pengambilan keputusan.

    Penggunaan proses keperawatan membawa penyelesaian

    masalah secara ilmiah ke dalam asuhan keperawatan, menghapus

    kesan tradisional bahwa perawat sebagai pembantu dokter. Proses

    keperawatan sama untuk proses riset yang sistematik dan

    terorganisir. Tanpa menggunakan metode penyelesaian masalah

    secara sistematik, praktik yang efektif adalah kecelakaan jika baik

    dan bahaya jika buruk. Metode penyelesaian masalah yang ilmiah

    hanya satu-satunya cara yang mengijinkan untuk mengontrol dan

    memprediksi serta melakukan koreksi diri sendiri.

  • 21

    7) Peningkatan belajar-mengajar interpersonal.

    Faktor ini adalah konsep penting untuk keperawatan yang

    memisahkan caring dan curing. Hal ini mengijinkan klien

    diinformasikan dan memindahkan tanggung jawab untuk

    kesejahteraan seseorang dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi

    proses ini dengan teknik belajar-mengajar yang didesain untuk

    membantu klien memberi perawatan diri sendiri, menentukan

    kebutuhan personal, dan memberi kesempatan untuk pertumbuhan

    personal mereka.

    8) Menyediakan dukungan, perlindungan, dan atau korektif mental,

    fisik, sosiokultural, dan lingkungan spiritual.

    Perawat harus mengakui pengaruh lingkungan internal dan

    eksternal pada kesehatan penyakit individual. Konsep relevan

    dengan lingkungan internal meliputi kesehatan mental dan spiritual,

    dan keyakinan sosiokultural individu. Tambahan individual variabel

    epidemiologi meliputi kenyamanan, privasi, keamanan, dan

    kebersihan serta lingkungan yang estetik.

    9) Membantu dengan pemuasan kebutuhan manusia.

    Perawat mengakui kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial,

    dan intrapersonal dirinya dan klien. Klien harus memuaskan

    kebutuhan yang lebih rendah sebelum berusaha memenuhi

  • 22

    kebutuhan yang lebih tinggi. Adapun urutan derajat kebutuhan

    yaitu:

    a) Derajat lebih rendah

    1. Kebutuhan derajat lebih rendah (kebutuhan biofisik).

    kebutuhan bertahan hidup:

    a. kebutuhan makan dan minum

    b. kebutuhan eliminasi

    c. kebutuhan ventilasi

    2. Kebutuhan derajat lebih rendah (kebutuhan psikofisik).

    kebutuhan fungsional hidup:

    a. kebutuhan aktifitas-inaktifitas

    b. kebutuhan seksualitas

    b) Derajat lebih tinggi

    1. Kebutuhan derajat lebih tinggi (kebutuhan psikososial)

    kebutuhan integrative:

    a. kebutuhan pencapaian

    b. kebutuhan afiliasi

    2. Kebutuhan derajat lebih tinggi (kebutuhan intrapersonal-

    interpersonal)

    kebutuhan mencari pertumbuhan:

    a. kebutuhan aktualisasi diri.

  • 23

    10) Mendukung untuk kekuatan eksistensial-fenomenologikal.

    Fenomenologi menjelaskan data dari situasi segera yang

    membantu orang memahami fenomena dalam pertanyaan.

    Perawat memiliki tanggung jawab di luar sepuluh faktor karatif

    dan memfasilitasi perkembangan klien dalam area promosi kesehatan

    melalui tindakan preventif.

    Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), ada tiga

    factor yang merupakan penyebab perilaku, yaitu faktor pendorong

    (predisposing) seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai yang

    berkenaan dengan motivasi seseorang untuk bertindak. Faktor kedua

    adalah faktor pendukung (enabling) yaitu tersedianya fasilitas, sarana

    atau prasarana yang mendukung dan memfasilitasi terjadinya perilaku

    seseorang atau masyarakat. Faktor ketiga adalah faktor penguat

    (reinforcing) seperti keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas

    kesehatan dan juga termasuk undang-undang atau peraturan-peraturan

    baik yang dari pusat maupun kebijakan daerah yang terkait dengan

    kesehatan.

    c. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku

    Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perubahan

    perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

  • 24

    1) Perubahan alamiah

    Sebagian perubahan alamiah disebabkan oleh perubahan alam

    yang terjadi. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu

    perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka

    anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.

    2) Perubahan terencana

    Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan

    sendiri oleh subjek

    3) Kesediaan untuk berubah

    Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program

    pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah

    sebagian orang akan mengadopsi inovasi tersebut dengan cepat dan

    sebagian mengadopsi secara lambat.

    d. Tingkatan Caring

    Tahap perkembangan hubungan caring ini dibagi menjadi empat

    tingkat yang progresif dan serial yaitu:

    1) Attachment (pertalian)

    Empat tugas yang menandai pertalian yaitu:

    a) Recognisi adalah menyadari kehadiran orang lain dan

    menerima orang lain.

    b) Membuka diri adalah membagi informasi yang beresiko rendah

    atau tidak mengancam.

  • 25

    c) Validasi adalah memberikan persetujuan pada informasi yang

    dibagikan atau perilaku yang diperhatikan.

    d) Potensi adalah kehendak dan kekuatan untuk memajukan

    hubungan.

    2) Assiduity (perilaku selalu penuh perhatian)

    Selama tahap ini perhatian yang diteliti diberikan pada kerja

    menjalin hubungan kepedulian. Respek adalah tugas pertama yang

    melibatkan, mengakui, menerima keinginan, kebutuhan, kesukaan,

    perbedaan dan permintaan orang lain.

    Selanjutnya potentiality, dimana recognisi diberikan pada

    kemungkinan saling meningkatkan hubungan, yang tidak akan

    terjadi dengan mengorbankan individualitas orang lain.

    Memperhatikan, melibatkan, mendengar dan menerima orang lain.

    Kejujuran diperlukan agar hubungan menjadi terbuka, kejujuran

    dapat berupa mengatakan kebenaran atau keinginan untuk tidak

    membahas sesuatu. Membuka diri terjadi dalam dua tahap yaitu

    rasa tanggung jawab dan keberanian untuk maju.

    3) Intimasi (melibatkan berbagi diri)

    Tahap ini ditandai dengan hubungan fisik dan mental yang

    tepat. Tugas dalam hal ini memerlukan ketulusan (integritas,

    kepercayaan), membuka diri (menempatkan seseorang dalam posisi

    yang terbuka), wawasan (memiliki pandangan yang cepat terhadap

  • 26

    orang lain), perlibatan (orang lain dapat dilibatkan dalam hubungan

    tanpa ancaman).

  • 27

    B. KERANGKA TEORI

    Berdasarkan Notoatmodjo (2003), Allport (dalam Marat, 1991),

    kerangka teori untuk penelitian ini adalah :

    Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori

    Faktor `eksternal :

    1. Kontras 2. Perubahan Intensitas 3. Pengulangan (repetition) 4. Sesuatu yang baru (novelty) 5. Sesuatu yang menjadi

    perhatian orang banyak

    Faktor internal :

    1. Pengalaman atau pengetahuan 2. Harapan, Kebutuhan, Motivasi,

    Emosi, Budaya

    PERILAKU CARING MAHASISWA

    Klasifikasi Perilaku :

    1. Pengetahuan : (Tahu/Know, Memahami, Aplikasi, Analisis,

    Sintesis, Evaluasi).

    2. Sikap : (Menerima, Merespon, Menghargai, Bertanggung jawab).

    3. Tindakan : (Persepsi, Respon terpimpin, Mekanisme, Adopsi).

  • 28

    C. KERANGKA KONSEP

    Keterangan:

    Diteliti =

    Tidak diteliti =

    Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep

    Variabel Bebas

    ( Independent )

    Variabel Terikat

    ( Dependent )

    Mahasiswa Profesi Ners

    Laki-laki dan Perempuan

    Perilaku Caring

    - Keluarga - Kepribadian - Tingkat prestasi

    belajar

    Variabel Pengganggu

  • 29

    D. HIPOTESIS PENELITIAN

    Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, dapat

    dirumuskan hipotesis kerja (Ha) penelitian ini yaitu ada perbedaan perilaku

    caring antara mahasiswa profesi ners laki-laki dan perempuan Jurusan

    Keperawatan FKIK Universitas Jenderal Soedirman.