BAB II Value Engineering

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada perencanaan dan pelaksanaan proyek sering terjadi pembengkakan biaya karena hal-hal yang tidak perlu. Hal ini perlu diperhatikan, karena pada dasarnya kita sebagai engineer harus bisa mengefisiensikan biaya pada perncanaan dan pelaksanaan suatu proyek. Maka dari itu, perlu adanya rekayasa teknis dari perencanaan bangunan, tanpa mengurangi fungsi struktur maupun arsitektur bangunan sehingga didapatkan biaya pelaksanaan dan pekerjaan yang lebih murah. Hal ini disebut value engineering, biasanya dilakukan oleh kontraktor dan pemilik proyek sebelum melaksanakan sebuah pekerjaan. Value engineering juga dilakukan oleh konsultan perencana dalam mennetukan tipe struktur, bahan, serta bentuk bangunan yang akan dituangkan ke dalam sebuah design bangunan secara utuh. 1.2 Maksud dan Tujuan Tujuan pokok dari uraian singkat ini ialah menambah pengetahuan untuk Mahasiswa Teknik Sipil tentang Value Engineering. 1

description

metode pelaksanaan konstruksi

Transcript of BAB II Value Engineering

Page 1: BAB II Value Engineering

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada perencanaan dan pelaksanaan proyek sering terjadi pembengkakan biaya

karena hal-hal yang tidak perlu. Hal ini perlu diperhatikan, karena pada dasarnya kita

sebagai engineer harus bisa mengefisiensikan biaya pada perncanaan dan pelaksanaan

suatu proyek.

Maka dari itu, perlu adanya rekayasa teknis dari perencanaan bangunan, tanpa

mengurangi fungsi struktur maupun arsitektur bangunan sehingga didapatkan biaya

pelaksanaan dan pekerjaan yang lebih murah. Hal ini disebut value engineering,

biasanya dilakukan oleh kontraktor dan pemilik proyek sebelum melaksanakan

sebuah pekerjaan. Value engineering juga dilakukan oleh konsultan perencana dalam

mennetukan tipe struktur, bahan, serta bentuk bangunan yang akan dituangkan ke

dalam sebuah design bangunan secara utuh.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan pokok dari uraian singkat ini ialah menambah pengetahuan untuk

Mahasiswa Teknik Sipil tentang Value Engineering.

1.3 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah metode studi pustaka yaitu dengan

mencari sumber-sumber pustaka yang memuat materi yang hendak disampaikan

dalam hal ini adalah materi mengenai Value Engineering.

1

Page 2: BAB II Value Engineering

1.4 Sistematika Penulisan

Bab I pendahuluan memuat latar belakang pembuatan makalah, maksud dan

tujuan yang diharapkan dari pembuatan makalah ini, metode penulisan makalah dan

sistematika dalam makalah yang dibuat.

Bab II kajian teori yang memuat teori-teori mengenai Value Engineering.

Pada bab ini penulis akan menyampaikan materi mengenai Value Engineering yang

penulis dapatkan dari hasil studi pustaka yang telah dilakukan.

Bab III penutup memuat simpulan akhir dari makalah ini.

2

Page 3: BAB II Value Engineering

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Value Engineering

Rekayasa nilai atau value engineering (VE) didefinisikan sebagai suatu metode

untuk mengurangi biaya produksi atau penggunaan barang dan jasa, tanpa

mengurangi mutu, fungsi, manfaat, dan estetika dari pekerjaan tersebut.

Definisi value engineering menurut para ahli adalah sebagai berikut :

1. Value engineering adalah usaha yang terorganisasi secara sistematis dan

mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui, yaitu teknik mengidentifikasikan

fungsi produk atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan dengan

harga yang terendah (paling ekonomis). (Imam Soeharto. 1995 yang dikutip dari

Society Of American Value Engineers.)

2. Value engineering adalah sebuah teknik dalam manajemen menggunakan

pendekatan sistematis untuk mencari keseimbangan fungsi terbaik antara biaya,

keandalan dan kinerja sebuah proyek. (Dell’Isola. 1975.)

3. Miles (1959) dalam Barrie dan Poulson (1984) mengatakan Value

engineering/rekayasa nilai adalah suatu pendekatan yang bersifat kreatif dan

sistematis dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan biaya-biaya yang tidak

diperlukan.

4. Menurut Zimmerman dan Hart dalam Hutabarat (1995) value engineering adalah

suatu teknik manajemen yang menggunakan pendekatan sistematis untuk

mencapai keseimbangan fungsional terbaik antara biaya, keandalan dan

penampilan dari suatu sistem atau proyek.

3

Page 4: BAB II Value Engineering

5. Heller (1971) dalam Hutabarat (1995) juga menerangkan bahwa value

engineering merupakan penerapan sistematis dari sejumlah teknik untuk

mengidentifikasikan fungsi-fungsi suatu benda dan jasa dengan memberi nilai

terhadap masing-masing fungsi yang ada serta mengembangkan sejumlah

alternatif yang memungkinkan tercapainya fungsi tersebut dengan biaya total

minimum.

6. Zimmerman dan Hart dalam Donomartono (1999) value engineering adalah “a

value study on a project or productthat is being developed. It analisys the cost of

the project as it is being designed”. Jadi Value Engineering adalah suatu metode

evaluasi yang menganalisa teknik dan nilai dari suatu proyek atau produk yang

melibatkan pemilik, perencana dan para ahli yang berpengalaman dibidangnya

masing- masing dengan pendekatan sistematis dan kreatif yang bertujuan untuk

menghasilkan mutu yang tetap dengan biaya serendah-rendahnya, yaitu dengan

batasan fungsional dan tahapan rencana tugas yang dapat mengidentifikasi dan

menghilangkan biaya serta usaha yang tidak diperlukan/ tidak mendukung.

Ada anggapan bahwa studi value engineering hanya untuk mengkritik proyek

yang akan didesain atau yang sudah didesain. value engineering bukanlah suatu :

1. Revisi desain yang diperlukan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang

dibuat oleh perencana, maupun mengoreksi perhitungan.

2. Suatu proses untuk membuat sesuatu menjadi murah ataupun pemotongan harga

dengan mengurangi penampilan.

3. Kontrol terhadap kualitas ataupun pemeriksaaan ulang dari perencanaan proyek

atau produk.

Value engineering dalam penerapannya pada proyek konstruksi merupakan

sebuah kegiatan merakayasa teknis dari perencanaan bangunan yang sudah ada tanpa

mengurangi fungsi struktur maupun arsitektur bangunan sehingga didapatkan biaya

4

Page 5: BAB II Value Engineering

pelaksanaan dan pekerjaan yang lebih murah. Value engineering biasanya dilakukan

oleh kontraktor dan pemilik proyek sebelum melaksanakan sebuah pekerjaan. Value

Engineering juga dilakukan oleh konsultan perencana dalam menentukan tipe

struktur, bahan, serta bentuk bangunan yang akan dituangkan kedalam sebuah design

bangunan secara utuh.

2.2 Faktor-faktor Timbulnya Biaya yang tidak Perlu

Beberapa hal yang mendasari value engineering sangat penting dipahami oleh

setiap perencana dan pelaksana proyek sehingga dapat menyebabkan biaya-biaya

yang tidak perlu muncul setap kegiatan proyek berlangsung, hal-hal tersebut antara

lain :

1. Kekurangan waktu (lack of time)

2. Kekurangan informasi (lack of information)

3. Kekurangan ide atau gagasan (lack of idea)

4. Kesalahan konsep (misconceptions)

5. Keadaan sementara yang tidak disengaja namun menjadi ketetapan (temporary

circumstances that inadvertently become permanent)

6. Kebiasaan (habits)

7. Sikap (attitude)

8. Politik (politic)

9. Kekurangan biaya perencanaan (fee)

10. Enggan mendapat saran (reluctance to seek advice)

11. Hubungan masyarakat yang kurang serasi (poor human relation)

2.3 Konsep Dasar Value Engineering

Menurut Zimmerman dan Hart ada unsur utama yang sering disebut dengan Key

Element of Value Engineering. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

5

Page 6: BAB II Value Engineering

1. Analisa fungsi (function analysis)

Analisis fungsi merupakan basis utama di dalam value engineering karena

analisis inilah yang membedakan VE dari teknik-teknik penghematan biaya lainnya.

Analisa fungsi ini diidentifikasi dengan menggunakan deskripsi yang terdiri dari dua

kata , yaitu kata kerja dan kata benda.

2. Berpikir kreatif (creatif thinking)

Dalam melakukan analisa dibutuhkan suatu pengembangan suatu konsep/

gagasan/ pikiran baru yang belum ada pada pemikiran sebelumnya.

3. Model pembiayaan (cost model)

Model pembiayaan ini digunakan sebagai metode untuk mengatur biaya ke

dalam fungsinya melalui perbandingan Basic Cost dan Actual Cost sehingga dapat

dengan mudah diidentifikasi dan diukur.

4. Biaya siklus hidup (life cycle costing)

Analisis ini dilakukan untuk menentukan alternatif dengan biaya paling rendah.

5. Teknik dalam analisa fungsi (function analysis technique/FAST)

Adalah suatu teknik kunci digunakan untuk mendefinisikan dan menguraikan

struktur fungsional.

6. Biaya dan nilai (cost and worth)

Pada rekayasa nilai perlu diperhatikan tentang perbedaan antara arti nilai dan

biaya. Hal ini bertujuan untuk mempermudah analisa yang akan dilakukan.

6

Page 7: BAB II Value Engineering

7. Kebiasaan dan sikap (habits and attituded)

Kebiasaan dan sikap seseorang seringkali berpengaruh dalam hal pengambilan

keputusan terutama saat menghadapi permasalahan.

8. Rencana kerja rekayasa nilai (VE job plan)

Pendekatan yang sistematis dan yang terorganisir adalah kunci utama Rekayasa

Nilai yang berhasil.

9. Manajemen hubungan antara pelaku dalam rekayasa nilai (managing the owner/

designer/ value consultan)

Memelihara hubungan yang baik antar tim Rekayasa Nilai dengan seluruh unsur

yang terlibat.

2.4 Komponen Sistem Value Engineering

Penerapan VE dilakukan dengan cara yang berbeda sesuai dengan yang dianggap

cocok dengan kondisi masing-masing. Dalam sistem VE terdapat beberapa alternatif

dari setiap komponen yang ada, kemudian komponen-komponen tersebut

digabungkan dan menjadi sebuah sistem VE. Komponen sistem VE dapat dilihat pada

Tabel 2.1.

7

Page 8: BAB II Value Engineering

Tabel 2.1. Komponen Sistem VE (Mcgeorge dan Palmer, 1997)

VE System VE ComponentFunction Definition Based on Project Function

Based on Space FuntionBased on Elemental Function

Funtion Evaluation Lowest Cost to Perform FuntionFAST Diagram Use

Don't UseAllocated Cost to Funtion Yes

NoGeneration of Alternative Brainstorming

Other Creative TechniquesExternal TeamDesign MixMixture of Two

Value Engineering Facilitator IndependentIn House

Format of The Value Engineering 40 Hours WorkshopThe Two DaysCharetteJapanese Compact StudyContractor Change ProposalOther as Aplicable to the Project

Location Outsite Work EnvironmentInside Work Environment

The Timing of Study InceptionBriefSketch DesignConstruction StageCombination of AboveContinuous Process

Evaluation of Alternative WeightmatrixOther Mathematical Technique

Organisation of The Study Group Approach

2.4.1 Definisi Fungsi (Function Definition)

Langkah awal dalam penerapan VE adalah melakukan definisi fungsi untuk

mengetahui identifikasi fungsi secara tepat dalam proyek konstruksi. Klarifikasi

dilakukan menggunakan 1 kata benda dan 1 kata kerja (1 noun and 1 verb).

8

Page 9: BAB II Value Engineering

2.4.1.1 Definisi Fungsi Proyek (Project Function)

Definisi fungsi proyek yang dilakukan dengan cara melihat proyek itu secara

umum/keseluruhan, untuk apa proyek konstruksi itu dibuat. Contohnya adalah

gedung sekolah yang mempunyai fungsi untuk mendidik anak.

2.4.1.2 Definisi Fungsi Ruang (Space Function)

Definisi fungsi proyek yang dilakukan dengan cara melihat proyek itu secara

ruang-ruang yang dibutuhkan dan yang akan terbentuk dalam proyek, untuk

mendapatkan fungsi ruang yang diperlukan dalam proyek konstruksi, yang dapat

dilihat pada contoh ruang kelas yang berfungsi sebagai tempat pengajaran dilakukan.

2.4.1.3 Definisi Fungsi Elemen (Elemental Function)

Definisi fungsi proyek yang dilakukan dengan cara melihat proyek itu secara

elemental yang dibutuhkan dan yang akan terbentuk dalam proyek konstruksi, yang

dapat dilihat pada contoh pintu ruangan untuk membuka akses atau menutup akses.

2.4.2 Evaluasi Fungsi

Tahapan evaluasi fungsi dilakukan untuk mendapatkan alternatif yang

digunakan. Penentuan alternatif yang dipakai sesuai dengan fungsi yang diharapkan

dan biaya yang terendah.

2.4.3 FAST Diagram

FAST diagram dilakukan untuk melihat identifikasi fungsi dasar dan fungsi

pelengkap. Cara kerja diagram ini berawal dari penentuan fungsi utama dan

bagaimana cara pencapainnya (how), dan akan dijelaskan mengana hal tersebut

dilakukan (why). Diagram ini juga melakukan pembagian antara lingkup desain dan

lingkup konstruksi untuk tercapainya analisa yang dibuat.

9

Page 10: BAB II Value Engineering

Pada FAST diagram dijelaskan konsep pemikiran pada fase desain dan fase

konstruksi. Pada fase desain menjelaskan bagaimana cara yang dilakukan untuk

memecahkan masalah yang akan timbul. Sedangkan pada masa konstruksi dijelaskan

bagaimana cara yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang timbul.

2.4.4 Alokasi Biaya Terhadap Fungsi (Allocated Cost of Function)

Beberapa ahli melakukan alokasi biaya terhadap fungsi dalam fungsi definisi

ini. Seperti contoh, rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai berikut :

- Merawat pasien

- Mendiagnosa pasien

- Merawat inap pasien

Penentuan biaya (cost) dilakukan berdasarkan fungsi dari sumah sakit.,

sehingga dapat melihat biaya yang dihasilkan berdasarkan setiap fungsi. Perhitungan

ini dilakukan dengan membandingkan beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk

mencapai tujuan dan fungi yang sama. Tabel 2.2 memberikan contoh cara alokasi

biaya terhadap fungsi.

Tabel 2.2. Contoh Allocated Cost to Function (Mcgeorge dan Palmer,

1997)

No Verb Noun

1 Exclude Substance Sheet Metal 0.152 Allow Ventilation Holes in Metal 0.153 Facilitate Maintenance Spring Clip 0.104 Please Customer Paint Metal 0.10

Total Lowest Cost to Achieve Function 0.50

Cheapest Mean of Achieving Function

Lowest to Achieve Function ($)

10

Page 11: BAB II Value Engineering

2.4.5 Calculate Worth

Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara biaya

dengan kelayakan dari setiap komponen yang dipakai. Tabel 2.3. memberikan contoh

cara perhitungan calculated worth.

Tabel 2.3. Contoh Calculated Worth (Johny Johan, 2004)

Component Kind Cost

Pencil Make Marks $0.14 Eraser Remove Marks $0.02 Ferrule Hold Eraser $0.01 Wood Hold Lead $0.05 Paint Protect Wood $0.01

Provide BeautyMarkings Identify Product $0.01 Graphite Makes Marks $0.40

Cost/Worth

Function Verb

Function Marks

2.4.6 Pengembangan Alternatif

Alternatif sangat perlu untuk dilakukan pengembangan. Usaha yang biasa

dipakai adalah teknik Brainstorming yang merupakan cara untuk pemecahan masalah

yang terdiri dari beberapa orang dengan disiplin ilmu pengetahuan yang berbeda,

yang secara spontan mengutarakan ide-ide mereka untuk berfikir secara stimulasi

sehingga mendapatkan sebanyak mungkin kemungkinan alternatif lain.

2.4.7 Organisation of Study

VE mengikuti suatu metodologi berupa langkah yang tersusun secara

sistematis yang dikenal dengan rencana kerja rekayasa nilai (value engineering job

plan). Metodologi penelitian sesuai dengan teori Dell’isola adalah sebagai berikut :

11

Page 12: BAB II Value Engineering

1. Tahap Persiapan

Pada tahap pertama ini akan dilakukan identifikasi permasalahan yang terjadi

sehingga dapat ditentukan tujuan yang akan dicapai.

2. Tahap Informasi

Pada tahap ini meliputi pencarian informasi sebanyak-banyaknya untuk menggali

lebih jauh mengenai proyek yang akan dibahas. Informasi ini dapat digunakan

sebagai perencanaan proyek pada tahap selanjutnya.

3. Tahap Kreatif

Pada tahap ini dilakukan identifikasi sejumlah alternatif ide-ide baru, metode

konstruksi baru, perencanaan baru. Hasil yang dapat dicapai adalah

kemungkinan-kemungkinan alternatif lain yang dapat dipakai dalam pemenuhan

fungsi.

4. Tahap Analisa

Tahapan ini bertujuan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada dan

melakukan analisa terhadap alternatif-alternatif tersebut untuk mendapatkan yang

terbaik.

5. Tahap Pengembangan

Tahapan ini membuat perbandingan perencanaan yang direncanakan, sehingga

dapat melihat perbandingan dari tiap-tiap life-cycle cost sehingga dapat melihat

keuntungan maupun kerugian perencanaan yang dibuat.

6. Tahap Presentasi

Tahapan ini paling penting karena komunikasi yang kurang baik akan menjadi

hambatan terhadap respon dari tim perencana. Keberhasilan tahap ini banyak

12

Page 13: BAB II Value Engineering

tergantung pada keahlian mempresentasikan untuk mencapai pesan-pesan yang

benar.

2.4.8 Pendekatan Grup (Group Approach)

Tim yang melakukan analisa VE terhadap proyek konstruksi dapat

menggunakan external team atau internal team maupun kedua-duanya. Penggunaan

tim diatas mempunyai keuntungan maupun kerugian, yang memerlukan

pengorganisasian yang baik untuk tercapainya hasil yang diinginkan.

2.4.9 Fasilitator VE (VE Facilitator)

Fasilitator sangat penting peranannya yang mempunyai kemampuan

pengetahuan yang baik dalam menjembatani antara tim yang melakukan analisa

dengan kebutuhan dari proyek.

2.4.10 Format Studi VE (Format of The VE Study)

Dalam perkembangan pembelajaran VM, terdapat beberapa cara pendekatan

yang dipakai. Berikut ini adalah pendekatan-pendekatan yang digunakan :

1. The 40 Hour Workshop

Pendekatan ini sering digunakan dalam penerapan VE, yang meliputi evaluasi

dari pra rencana (sketch design) oleh tim perencana kedua yang didalamnya

dipimpin oleh value manager selama 1 minggu (Kelly dan Male, 1998). Tabel

2.4. memberikan cara kerja The 40 Hour Workshop.

13

Page 14: BAB II Value Engineering

Tabel 2.4. The 40 Hour Workshop (Kelly dan Male, 1993)

Monday morning-phase 1 (information)

Monday afternoon-phase 2 (creativity)

Tuesday morning Creativity continues

Tuesday afternoon-phase 3 (evaluation) Selection the best idea from phase 2

Wednesday-phase 4 (development)

Client and design team architect present scope of project to VM team

Brainstorming session to search for alternatives

Best idea from phase 3 development into feasible cost technical alternatives

2. The Charette

Metode ini dilakukan pertama kali oleh ahli VE yang bernama Bob Charette

yang merumuskan arahan melalui identifikasi fungsi dari ruang yang

direncanakan. Pendekatan ini dilakukan pada akhir perumusan arahan pemilik

(setelah tim perencana ditunjuk tetapi sebelum perencanaan dimulai).

Koordinator tim VE memimpin tim perencana dan pemilik melaksanakan VE

selama satu atau dua hari pertemuan.

3. The Contractor Change Proposal

Pelaksanaan VE ini dilakukan atas dasar inisiatif kontraktor yang mengusulkan

perubahan desain setelah pelelangan atau pada tahapan kontruksi, yang sering

disebut VECP (Value Engineering Change Proposal). Hal ini dapat dilakukan

oleh kontraktor yang ditujukan kepada pemilik yang mengajukan proposal

terhadap penghematan biaya yang dapat dihasilkan.

4. Japanese 3 Hour Compact VE Program

14

Page 15: BAB II Value Engineering

Pelaksanaan VE yang dilakukan selama 3 jam yang dilakukan pada lingkup

operasional lapangan dan cocok untuk proyek yang tidak terlalu besar, sehingga

biaya VE rendah.

Tabel 2.5. memberikan perbandingan format pembelajaran VE.

Tabel 2.5. Format Pembelajaran VE

VE Approach Duration of Study40 hours workshop 5 days, 40 hourCharette 2-3 hariJapanese compact study 3 hari

2.4.11 Lokasi Studi

Pelaksanaan pembelajaran ini dapat dilakukan pada lingkungan kerja proyek

maupun diluar lingkungan kerja proyek. Tidak adanya peraturan yang mengatur

mengenai lokasi tempat pembelajaran dilakukan. Namun ada yang menganggap

perlunya lokasi yang berbeda dengan lingkungan kerja, yang dapat dilakukan dihotel

atau fasilitas lainnya.

2.4.12 Waktu Studi

Waktu pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan kondisi dan yang

dianggap cocok. Waktu yang dipakai dalam pembelajaran VE antara lain :

1. Inception

Dilakukan pada saat awal dengan memutuskan apakah benar-benar

diperlukannya pembangunan suatu proyek tertentu.

15

Page 16: BAB II Value Engineering

2. Brief

Pembelajaran yang memerlukan definisi dari fungsi ruang dalam proyek, hal ini

lebih pada alternatif yang dilakukan.

3. Sketch design

Melakukan proses pembelajaran mulai desain pertama itu dibuat, dengan

memperhatikan hal-hal yang penting untuk dilakukan.

4. Construction stage

Proses pembelajaran yang dilakukan pada saat konstruksi dan dilakukan oleh

kontraktor yang ditujukan kepada owner untuk melakukan perubahan dalam

evaluasi penghematan yang dapat dilakukan, biasa disebut dengan VECP (Value

Engineering Change Proposal).

5. Combination of above

Proses pembelajaran yang dilakukan dengan mengkombinasikan dari cara yang

dapat dilakukan seperti diatas.

6. Continuous process

Proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus mulai dari tahap

desain, tahap konstruksi sampai proyek tersebut selesai.

2.4.13 Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternative)

Evaluasi sangat penting dilakukan untuk melihat alternatif mana yang terbaik

dilakukan. Teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan evaluasi alternatif adalah :

16

Page 17: BAB II Value Engineering

1. Weight matrix

Evaluasi dari alternatif yang dihasilkan dengan menggunakan pembobotan pada

setiap komponen.

2. Other mathematical techniques

Teknik matematika yang dapat digunakan dalam penentuan evaluasi alternatif

yang dapat dilakukan.

3. Voting

Melakukan suara terbanyak (voting) yang dapat dilakukan untuk mendapatkan

alternatif yang dipakai.

4. Subjective evaluation

Evaluasi yang dilakukan secara subyektif yang dipakai untuk menentukan

alternatif yang dipakai.

2.5 Waktu Mengaplikasikan Value Engineering

Value Engineering Program dapat diaplikasikan pada setiap saat sepanjang

waktu berlangsungnya proyek itu, dari awal hingga selesainya pelaksanaan

pembangunan proyek tersebut.

Seringkali proyek telah berjalan tanpa diadakan Value Study. Hal yang demikian

ini seharusnya tidak terjadi, adalah penting sekali bagi Value Consultant untuk

menjamin dan meyakinkan bahwa setiap proyek akan dapat mencapai suatu

penghematan biaya melalui usaha Value Engineering. Lebih praktis apabila Value

Engineering dapat diaplikasikan pada saat tertentu dalam tahap perencanaan untuk

mencapai hasil yang maksimal.

17

Page 18: BAB II Value Engineering

Waktu adalah sangat penting, secara umum bahwa Value Engineering Program

harus dimulai sejak dini pada tahap konsep dan secara kontinyu pada interval sampai

selesainya perencanaan.

2.5.1 Tahap Perencanaan

Aplikasi Value Engineering harus diusahakan pada tahap konsep

perencanaan. Karena pada saat ini, kita mempunyai flexibilitas yang maksimal untuk

mengadakan perubahan-perubahan tanpa menimbulkan biaya untuk redesign. Dengan

berkembangnya proses perencanaan, biaya untuk mengadakan perubahanperubahan

akan bertambah, sampai akhirnya mencapai suatu titik dimana tidak ada penghematan

yang dapat dicapai.

Pada tahap perencanaan ini, pemilik proyek menetapkan tujuan (goals),

keperluan-keperluan (requirements), dan kriteria-kriteria yang bersangkutan

(applicable criteria). Perencana (designer) menetapkan objectives dari proyek dan

kerangka biaya yang menjadi rencana anggaran pembiayaan untuk menentukan batas-

batas dari tujuan (goals), keperluan-keperluan (requirements), dan kriteria-kriteria

yang bersangkutan (applicable criteria).

Menurut Dr. Ir. S. Chandra, Study telah membuktikan bahwa perencana

mempunyai pengaruh yang terbesar pada biaya dari suatu proyek. Demikian pemilik

proyek yang menetapkan keperluan-keperluan dan kriteria mempunyai pengaruh

yang cukup besar terhadap biaya proyek.

Oleh karena itu Value Engineering study yang dilaksanakan pada tahap

konsep perencanaan mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan kualitas dan

menurunkan biaya. Pada tahapan ini, Value Engineering study dapat membantu

pemilik proyek untuk :

18

Page 19: BAB II Value Engineering

- Menetapkan keperluan-keperluan yang sebenarnya dari proyek tersebut, yang

mana memerlukan pengertian yang lengkap terhadap fungsi utama yang akan

ditampilkan didalam perencanaan.

- Koordinasi yang terpadu antara Value Engineering specialist, Pemilik Proyek

dan Perencana meneliti secara mendalam, menyeluruh dan menyatakan dengan

tegas kebenaran dari semua keperluan-keperluan dan menghilangkan kesimpang

siuran.

2.5.2 Tahap Akhir Perencanaan (Late Design Stage)

Dengan kemajuan perencanaan dari konsep, programming, schematic,

pengembangan (design development), sampai ke detail perencanaan (final design),

Value Engineering perlu menyertai kemajuan perencanaan ini. Terutama Value

Engineering analysis harus menyertai setiap penyerahan tahapan perencanaan itu agar

dapat memberikan pengarahan kepada perencana dan menjamin bahwa pertimbangan

dari segi nilai atau biaya telah dikemukakan kepada pemilik proyek guna

mendapatkan perhatian didalam mengambil keputusannya.

Minimum Value Engineering ini harus dilaksanakan pada tahap

pengembangan desain dan menyertai penyampaian hasil dari tahapan pengembangan

perencanaan ini. Pada tahap ini, hasil konsep perencanaan telah diputuskan, bentuk

dan ukuran-ukuran telah diketahui yang mana memungkinkan untuk memberikan

kepastian yang lebih teliti didalam menentukan biaya-biaya dari sistem arsitektur dan

struktur yang akan dipakai.

Selanjutnya, Value Engineering study ini dapat menguntungkan juga untuk

dilaksanakan pada akhir dari tahapan perencanaan, namun elemen-elemen yang dapat

diubah tanpa mengakibatkan pengunduran waktu dan penambahan biaya untuk

merubah perencanaan berkurang dibandingkan tahapan-tahapan sebelumnya, dan

19

Page 20: BAB II Value Engineering

sangat tergantung dengan keadaan time schedule dari proyek pada saat dimana Value

Engineering study akan dilaksanakan.

2.5.3 Tahap Pelelangan dan Pelaksanaan (Preconstruction-Construction Stage)

Value Engineering analysis dapat diaplikasikan pada tahap pelelangan dan

pada tahap pelaksanaan. Hal ini dapat terjadi dan dimungkinkan dalam situasi :

- Apabila suatu item atau sistem telah diteliti oleh Value Engineering study pada

tahapan sebelumnya, yang mana memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum

diputuskan. Misalnya suatu item atau sistem telah diteliti oleh Value Engineering

study pada tahap pengembangan perencanaan, yang mana memerlukan testing

atau research sebelum diputuskan. Meskipun terjadi kelambatan dengan proses

yang demikian, mungkin akan menguntungkan untuk diteruskan apabila dapat

memberikan potensi penghematan biaya dan peningkatan kualitas yang sangat

besar.

- Apabila pada tahapan perencanaan belum diadakan Value Engineering analysis,

maka aplikasi Value Engineering yang dilaksanakan pada tahapan ini dapat

memberikan potensi penghematan biaya dan peningkatan kualitas yang sangat

besar.

- Apabila kontraktor meneliti suatu bidang pekerjaannya dimana dapat

ditingkatkan kualitasnya dan atau menurunkan biayanya. Keadaan ini sering

timbul apabila dalam perjanjian pemborongan atau kontraknya terdapat pasal

Value Engineering Incentive Clause yang mana kontraktor dengan bantuan dari

Value Engineering Consultant akan mendapatkan pembagian dari penghematan

yang dapat dihasilkannya (savings sharing).

20

Page 21: BAB II Value Engineering

2.6 Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Value Engineering

Menurut majalah konstruksi (Februari 1992) dan penelitian yang dilakukan oleh

Cheah dan Ting (2004) dalam Chandra (2006), dapat dilihat beberapa hambatan

dalam aplikasi VE antara lain :

1. Definisi yang salah tentang VE

VE bukan semata-mata hanya untuk pemotongan biaya, namun lebih kearah

pendekatan yang sistematis untuk menghilangkan biaya yang tidak perlu dengan

mempertimbangkan fungsi proyek tersebut.

2. Kontribusi VE yang kurang terukur

VE tidak hanya memberikan konstribusi pada penghematan biaya tetapi masih

ada kontribusi lainnya yang dapat disumbangkan, namun hanya saja masih sulit

untuk diukur dan belum banyak diketahui oleh penerima jasa. Informasi tentang

keberhasilannya umumnya sampai batas penyelenggara proyek saja, tidak sempat

untuk direkam dan disebarluaskan sebagai suatu prestasi.

3. Kurangnya pengetahuan tentang VE

Pelaksanaan VE di Indonesia tergolong baru apabila dibandingkan dengan

Negara-negara lain (Jepang, Amerika Serikat), sehingga dalam pelaksanaannya

mengalami kendala pengetahuan yang mendalam mengenai pelaksanaan VE. Hal

tersebut dapat mengakibatkan kurang maksimalnya hasil yang diperoleh dari

pelaksanaannya.

4. Kurangnya sikap tegas atau inisiatif dari owner untuk melakukan VE, sehingga

para perencana, kontraktor dan pihak lain yang tergabung tidak melakukan VE

5. Tidak adanya insentif dari penghematan yang dihasilkan sehingga kurang

menarik bagi pelaksana VE, karena tidak adanya hasil yang didapat dalam

21

Page 22: BAB II Value Engineering

melakukan VE pada suatu proyek karena hanya menguntungkan pihak owner

saja.

6. Terbatasnya waktu dan biaya

Terbatasnya waktu dan biaya untuk melakukan VE sehingga kurangnya

kesadaran pelaku proyek untuk melakukan VE.

7. Kurangnya profesionalisme

Tidak adanya keberadaan asosiasi praktisi VE bagi penerapan VE di Indonesia.

Lain halnya dengan di Negara Amerika Serikat dan Jepang yang memiliki

asosiasi praktisi VE yang melakukan dukungan terhadap pelaksanaan dan

pengembangan VE.

8. Konflik yang terjadi antara para Stakeholder

9. Kurangnya komunikasi

10. Wewenang pengambilan keputusan yang terbagi

11. Kurangnya dukungan dari pihak lain yang terkait

12. Kurangnya dleksibelitas dalam kontrak dalam mengatur VE

13. Budaya dan proses pelaksanaan VE yang berbeda-beda

2.7 Analisa Kelayakan Finansial pada Proyek

Secara umum parameter yang menyatakan bahwa suatu proyek dikatakan layak

antara lain sebagai berikut :

22

Page 23: BAB II Value Engineering

1. IRR (Internal Rate of Return)

IRR adalah tingkat balikan suatu investasi dimana pada saat itu Net Present

Value adalah 0. Suatu investasi dikatakan layak dan menguntungkan untuk

dijalankan apabila IRR lebih besar dari cost of capital yang diasumsikan.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

NPV =∑n=0

N Cn

(1+r )n =0

2. NPV (Net Present Value)

NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon

dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor,

atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang

akan datang yang didiskontokan pada saat ini. Untuk menghitung NPV

diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan

pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.

Jadi perhitungan NPV mengandalkan pada teknik arus kas yang didiskontokan.

Rumus yang digunakan :

Arus kas masuk dan keluar yang didiskonkan pada saat ini (present value (PV).

yang dijumlahkan selama masa hidup dari proyek tersebut dihitung dengan

rumus:

NPV =R t

(1+i)t

dimana:

- t = waktu arus kas

- i = adalah suku bunga diskonto yang digunakan

- Rt = arus kas bersih (the net cash flow) dalam waktu t

23

Page 24: BAB II Value Engineering

- NPV > 0 => investasi yang dilakukan memberikan manfaat bagi perusahaan

=> proyek bisa dijalankan

- NPV < 0 => investasi yang dilakukan akan mengakibatkan kerugian bagi

perusahaan => proyek ditolak

- NPV = 0 => investasi yang dilakukan tidak mengakibatkan perusahaan

untung ataupun merugi => Kalau proyek dilaksanakan atau tidak

dilaksanakan tidak berpengaruh pada keuangan perusahaan. Keputusan harus

ditetapkan dengan menggunakan kriteria lain misalnya dampak investasi

terhadap positioning perusahaan.

Suku bunga yang dipakai harus sejalan (satuan yang sama) dengan waktu arus

kas. Bila waktu arus kas dalam satuan tahun, maka suku bunga juga dalam

periode satu tahun, demikian pula bila waktunya dalam satuan bulan.

3. PP (Payback Period)

Payback period adalah untuk mengetahui berapa lama suatu investasi yang

dilakukan akan kembali dengan cara mengurangkan investasi dengan rangkaian

proceed (laba bersih + penyusutan + bunga + nilai sisa yang akan diterima).

Rumus Payback Period jika arus kas dari suatu rencana investasi proyek berbeda

jumlahnya setiap tahun:

PP=n+ a−bc−b

x1 tahun

Dimana:

n = tahun terakhir dimana arus kas masih belum bisa menutupi nilai investment

a = jumlah nilai investment

b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n

c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n+1

24

Page 25: BAB II Value Engineering

Rumus PP jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek sama jumlahnya

setiap tahun:

PP= initial investmentcash flow

=1tahun

4. BCR (Benefit to Cost Ratio)

BCR adalah perbandingan antara serangkaian penerimaan di masa yang akan

datang yang dinilai saat ini (memakai discount rate) dengan pengeluaran

(investasi) yang dilakukan pada saat ini. Suatu investasi dikatakan layak dan

menguntungkan untuk dijalankan apabila BCR menunjukkan angka lebih besar

dari 1 (satu).

BCR=BC

Dimana :

B = benefit

C = cost

BCR > 1 => menguntungkan

25

Page 26: BAB II Value Engineering

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rekayasa nilai atau value engineering (VE) didefinisikan sebagai suatu metode

untuk mengurangi biaya produksi atau penggunaan barang dan jasa, tanpa

mengurangi mutu, fungsi, manfaat, dan estetika dari pekerjaan tersebut.

Value engineering dalam penerapannya pada proyek konstruksi merupakan

sebuah kegiatan merakayasa teknis dari perencanaan bangunan yang sudah ada tanpa

mengurangi fungsi struktur maupun arsitektur bangunan sehingga didapatkan biaya

pelaksanaan dan pekerjaan yang lebih murah. Value engineering biasanya dilakukan

oleh kontraktor dan pemilik proyek sebelum melaksanakan sebuah pekerjaan. Value

Engineering juga dilakukan oleh konsultan perencana dalam menentukan tipe

struktur, bahan, serta bentuk bangunan yang akan dituangkan kedalam sebuah design

bangunan secara utuh.

VE mengikuti suatu metodologi berupa langkah yang tersusun secara

sistematis yang dikenal dengan rencana kerja rekayasa nilai (value engineering job

plan). Metodologi penelitian sesuai dengan teori Dell’isola adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

2. Tahap Informasi

3. Tahap Kreatif

4. Tahap Analisa

5. Tahap Pengembangan

6. Tahap Presentasi

Secara umum parameter yang menyatakan bahwa suatu proyek dikatakan

layak antara lain sebagai berikut:

26

Page 27: BAB II Value Engineering

1. IRR (International Rate Return)

2. NPV (Net Present Value)

3. PP (Payback Period)

4. BCR (Benefit Cost Ratio)

27

Page 28: BAB II Value Engineering

DAFTAR PUSTAKA

Dell’Isola, Alphonse. 1975. Value Engineering in the Construction Industry. Penerbit

Van Nostrand Company New York.

Marzuki, Puti Farida. 2007. Rekayasa Nilai : Konsep dan Penerapannya di dalam

Industri Konstruksi. Makalah. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut

Teknologi Bandung.

Prastowo, Elfran Budy. 2012. Analisis Penerapan Value Engineering (VE) Pada

Proyek Konstruksi Menurut Persepsi Kontraktor Dan Konsultan. Magister

Teknik Sipil, Manajemen Konstruksi. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Ahadi. 2015. Value Engineering Proyek. [Online]. Tersedia :

http://www.ilmusipil.com/value-engineering-proyek

Elmumtazah. 2010. Parameter Kelayakan Proyek/Usaha. [Online]. Tersedia :

http://elmumtazah.wordpress.com/

Farahdiansari, Ardana Putri. 2014. Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of

Return). [Online]. Tersedia :

http://kelincicoklatdiary.wordpress.com/2010/10/14/net-present-value-npv-dan-

internal-rate-of-return-irr/

Septiantoni. 2015. Value Engineering. [Online]. Tersedia :

http://septiantoni.wordpress.com/engineering/value-engineering/

28