BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi...

63
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Makna Belajar Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior as a of experiece. 2) Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen,to follow direction. 3) Geoch, mengatakan : Learning is a change in performance as aresult of practice. ( Sardiman A.M 2007:20 ) Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa meupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. b. Motivasi Praktik dan pengalaman tertentu. Dalam hal ini, belajar perlu dibedakan dengan konsep yang berhubungan dengan berpikir, berperilaku, perkembangan, dan perubahan. Hal di atas sesuai dengan pernyataan Winkel(dalam Hamzah B. Uno 2011:22 ) bahwa belajar pada manusia bisa dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental-psikis yang berinteraksi aktif dengan linkungannya, dan menghasilkan perubahan dalam pengetahan, pemahaman, 8 Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Transcript of BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi...

Page 1: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Motivasi Belajar

a. Makna Belajar

Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan diawali dengan

mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi

tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in

behavior as a of experiece.

2) Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to

read, to imitate, to try something themselves, to listen,to follow

direction.

3) Geoch, mengatakan : Learning is a change in performance as

aresult of practice. ( Sardiman A.M 2007:20 )

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar

itu senantiasa meupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih

baik, kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak

bersifat verbalistik.

b. Motivasi

Praktik dan pengalaman tertentu. Dalam hal ini, belajar perlu

dibedakan dengan konsep yang berhubungan dengan berpikir,

berperilaku, perkembangan, d a n p e r u b a h a n . Hal di atas sesuai

dengan pernyataan Winkel ( dalam Hamzah B. Uno 2011:22 ) bahwa

belajar pada manusia bisa dirumuskan sebagai suatu aktivitas

mental-psikis yang berinteraksi aktif dengan linkungannya, dan

menghasilkan perubahan dalam pengetahan, pemahaman,

8

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 2: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

9

keterampilan, dan sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan dan

berbekas.

Hal tersebut sesuai dengan rumusan pendapat Uno ( 2003 ) tentang

pengertian belajar: (1) memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaiman, (2) suatu proses perubahan tingkah laku individu dengan

lingkungannya, (3) perubahan tingkath laku yang dinyatakan dalam

bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian, atau mengenai

sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasr, yang

terdapat dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam

berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

(4) belajar selalu menunjukan suatu proses perubahan perilaku atau

pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

Selanjutnya, belajar adalah proses seseorang memperoleh berbagai

kecakapan, keterampilan, dan sikap. ( Hamzah B. Uno 2011:22)

Dari beberapa teori belajar yang dikemukakan di atas, dapat

dirangkum bahwa belajar merupakan pengalaman yang diperoleh adanya

interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar menunjukan

suatu peroses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan

praktik atau pengalaman tertentu. Sedangkan dari beberapa definisi

tentang belajar, dapat dirumuskan bahwa belajar adala proses perubahan

perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan interaksi antara individu dan

lingkunganya yang dilakukan secara formal, informal, dan nonformal.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 3: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

10

c. Asal Mula dan Perkembangan Motivasi

Motivasi diterapkan dalam berbagai kegiatan, tidak terkecuali

dalam belajar. Betapa pentinnya motivasi dalam belajar, karena

keberadaanya sangat berarti bagi perbuatan belajar. Selain itu, motivasi

merupakan pengarahan untuk perbuatan belajar kepada tujuan yang jelas

yang diharapakan dapat tercapai.

Di dalam kegiatan belajar, anak memerlukan motivasi. Misalnya

anak yang akan ikut ujian, membutuhkan sejumlah informasi atau ilmu

untuk mempertahankan dirinya dalam ujian, agar memperoleh nilai yang

baik. Jika pada ujian nanti anak tidak dapat menjawab, maka akan muncul

motif anak untuk menyontek karena ingin mempertahankan dirinya, agar

tidak dimarahi orang tuanya karena memperoleh nilai yang buruk. (

Hamzah B. Uno 2011:23).

d. Pengertian Motivasi

Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan

“motif” untuk menunjukan seseorang itu berbuat sesuatu. Apa motifnya si

Badu itu membuat kekacuan, apa motif Aman it rajin membaca, apa motif

Pak Jalu memberikan intensif kepada para pembantunya, dan begitu

seterusnya. Kalau demikian, apa maksud dengan motif?

Kata “motif” , diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam dan didalam sunjek untuk melakaukan aktivitas-

aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat

diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “

motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang

telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama

bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. (

Sardiman A.M 2007:73 )

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,

misalnya tidak berbuat sesuatu yang harusnya dikerjakan, maka perlu

diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam,

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 4: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

11

mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan

lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak

terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki

tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya

upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya kemudian mendorong

seseorang siswa itu mau melakukan kegiatan yang seharsnya dilakukan,

yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar

tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin

melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk

meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu

dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di

dalam diri seseorang.dalam kegiatan belajar. Motivasi dapat dikatakan

sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar dan yang memberi arah, sehingga tujuan uang dikehendaki oleh

subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan “keseluruhan”, karena pada

umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa

untuk belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang

bersifat non-intelektual. Perananya yang khas adalah hal penumbuhan

gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Ibaratnya seseorang itu

menghadiri suatu ceramah, tetapi karena ia tidak tertarik pada materi yang

diceramahkan, maka tidak akan mencamkan, apalagi mencatatat isi

ceramah tersebut. Seseorang tidak memiliki motivasi, kecuali karena

paksaan atau sekedar seremonial. Seorang siswa memiliki inteligensia

yang cukup tinggi, mentak (boleh jadi) gagal karena kekurangan motivasi.

( Sardiman A.M 2007:75 )

Kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk

dicintai dan dikasihi, kebutuhan untuk dapat diterima sebagai anggota

kelompok dan seterusnya itu, bisa terjadi beberapa kebutuhan tertentu

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 5: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

12

dipenuhi secara bersama-sama (lihat gambar 9a) atau malahan semua

kebutuhan tersebut terpenuhi secara bersama-sama terpenuhi secara

serentak, sekalipun masing-masing/kebutuhan-kebutuhan tertentu belum

terpenuhi secara utuh, 100% (lihat gambar 9b).

Kebutuhan manusia

kebutuhan manusia

GAMBAR 9a GAMBAR 9b

( Sardiman A.M 2007:82 )

e. Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi.

Belajar adalah perubahantingkah laku secara relatif permanen dan

potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau pnguatan (reinforced

practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. ( Hamzah

B. Uno 2011:23)

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat

dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-

cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,

lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Tetapi harus diingat, faktor tesebut disebabkan oleh rangsangan tertentu,

sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang

lebih giat dan semangat.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal

pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan

tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang

mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan

1 2 3 4 5 6

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 6: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

13

seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan

sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya

dorongan dan kebutuhan dalam belaja; (3) adanya harapan dan cita-cita

masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan

yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yan kondusif,

sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. (

Hamzah B. Uno 2011:23)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikemukakan

bahwa motivasi belajar adalah suatu penggerak yang timbul dari kekuatan

mental diri peserta didik maupun dari penciptaan kondisi belajar

sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan belajar itu sendiri.

f. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri

sebagai berikut :

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalamwaktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidakmemerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah “untukorang dewasa (misalnya masalah pembangnan agama, politik,ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentanan terhadapsetiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).

4) Lebih senang bekerja mandirir.5) Cepat bosan pada tuga-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).7) Tidak mudah untuk melepaskan hal yang diyakini itu.8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

( Sardiman A.M 2007:83 )Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti orang itu

selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu

akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan

belajar mengajar aka berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas,

ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 7: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

14

Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang

rutinitis dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya,

kalau ia sudah yakin dan dipandanginya cukup rasional. Bahkan lebih

lanjut siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai masalah

umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu semua

harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya

dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.

Dari ciri-ciri motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa pada diri

seseorang yang termotivasi memiliki ciri-ciri dia adalah orang yang tekun

menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, menunjukan dia

minat terhadap menanggapi masalah-masalah orang dewasa, tipe orang

yang senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas yang bersifat rutin

dan lebih senang dengan sesuatu yang baru, dapat mempertahankan

pendapatnya serta teguh dalam pendiriannya, tidak mudah melepaskan hal

yang diyakininya, dan merupakan orang yang senang mencari dan

menyelesaikan masalah.

g. Elemen-elemen Motivasi Belajar

Menurut Mc. Donald ( dalam Sardiman A.M 2007:20 ) , motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai degan

munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan.

Dari pengertian yang dikemukakan Mc.Donald ini mengandung

tiga elemen penting :

1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada

diri setiap individu manusia. Perubahan motivasi akan membawa

beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological”

yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan

energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri

manusia), penampakannya aan menyangkut keiatan fisik manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi

seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 8: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

15

persoalan kejiwaan, afeksi an emosi yang dapat menentukan

tingkah laku manusia.

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi

dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni

tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi

kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur

lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal

kebutuhan.

Dengan ketiga elemen diatas,maka dapat dikatakan bahwa motivasi

akan menyebabkan terjadinya sesuatu yang kompleks. Motivasi akan

memnyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri

manusia, sehingga akan berganti dengan persoalan gejala kejiwaan,

perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan

sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau

keinginan.

h. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat

diperlukan. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan

inisiatif, dapat mengarahkan akan memelihara ketekunan dalam

melakukan kegiatan belajar.

Dalam kaitannya dengan itu perlu diketahui ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

1) Kematangan

2) Usaha yang bertujuan

3) Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi

4) Partisipasi

5) Penghargaan dan hukuman

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 9: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

16

Berikut ini uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar:

1) Kematangan

Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik, sosial dan

psikis haruslah diperhatikan, karena hal itu dapat mempengaruhi

motivasi. Seandainya dalam pemberian motivasi itu tidak

memperhatikan kematangn, maka akan mengakibatkan frustasi dan

mengakibatkan hasil belajar tidak optimal.

2) Usaha yang bertujuan

Setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat

dorongan untuk belajar.

3) Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi

Dengan mengetahui hasil belajar, siswa terdorong untuk lebih giat

belajar. Apabila hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa akan

berusaha untuk mempertahankan atau meningkat intensitas

belajarnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik di

kemudian hari. Prestasi yang rendah menjadikan siswa giat belajar

guna memperbaikinya.

4) Partisipasi

Dalam kegiatan mengajar perlu diberikan kesempatan pada siswa

untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan belajar. Dengan

demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan kebersamaan

dapat diketahui, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan

belajar itu.

5) Penghargaan dengan hukuman

Pemberian penghargaan itu dapat membangkitkan siswa untuk

mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian

penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja.

Pengharagaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 10: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

17

agar penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian

penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang

menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar

yang baik, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya sendiri di luar

kelas. Sedangkan kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa

menjadi alat motivasi. ( Tkampus : 2012 )

Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi motivasi diantaranya adalah, Kematangan, Usaha yang

bertujuan, Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi, dan Partisipasi

serta yang terakhir adalah Penghargaan dan hukuman.

i. Bentuk – Bentuk Motivasi Belajar

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi

dalam kegiatan belajar di sekolah. ( Sardiman A.M 2007:92 )

1) Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan

berlajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai

angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah

nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.

Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan

motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga bahkan banyak siswa

bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja.

Ini menunjukan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila

dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik.

Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian

angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati,

hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya

yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-

angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap

pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 11: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

18

kognitif saja tetapi juga keterampilan dan juga afeksinya.

2) Hadiah

Hadiah dapat juaga dikatakan sebagai motivasi, teapi tidaklah

selalu demikian. Karena hadiah untuk setiap pekerjaan, munkin tidak

akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat

untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang

diberikan untuk gambar yang terbaik mungkn tidak akan menarik bagi

seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.

3) Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi

untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan

individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di

dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik

digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.

4) Ego-involment

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

bekerja keras denan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah

satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha

dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan

menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol

kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa -siswi subjek

belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga

dirinya.

5) Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan

ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan

suatu motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan

terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan

bersifat rutinitis. Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 12: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

19

kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.

6) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apabila kalau terjadi

kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin

mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi

pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya

terus meningkat.

7) Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan

tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk

reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang

baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi,

pemberian harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk

suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta

sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau

diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh

karena it guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada

maksud untuk belajar. Hal ini akan lebik baik, bila dibandingkan

segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar

berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar,

sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10) Minat

Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat

hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada

kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau sudah

merupakan motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan

lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 13: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

20

dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut :

a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.

c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.

d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

11) Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa,

akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan

memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna

dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. (

Sardiman A.M 2007:92 )

Disamping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di

atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa

dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-

macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat

melahirkan hasil belajar yang bermakna. Mungkin pada mulanya,

karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi

guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa

diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna, sehingga hasilnya

pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.

j) Fungsi Motivasi Belajar

Dengan mantapnya di siang bolong, si abang becak

mendayung becak untuk mengangkut penumpangnya, demi mencari

makan untuk anak-istrinya. Dengan teguhnya anggota ABRI itu

melintasi sungai dengan meniti tambang. Berjam-jam tanpa mengenal

lelah ppara peman sepak bola itu berlatih untuk menghadapi babak

kualifikasi pra-piala dunia. Para pelajar mengurung dirinya dikamar

untuk belajar, karena akan menghadapi ujian pada pagi harinya.

Serangkaian kegiatan yang dilakukan masing-masing pihak itu

sebenarnya dilatarbelakangi oleh sesuatu atau yang secara umum

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 14: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

21

dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendoron mereka untuk

melakukan suatu kegiatan/pekerjaan. ( Sardiman A.M 2007:84 )

Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan aanya motivasi.

Motivation is an essensial condition of learning. Hasil belajar akan

menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang

diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu.jadi motivasi akan

senantiasa menentukan intensitas usaha belajar siswa.

Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu

tujuan. Seperti disinggung di atas, bahwa walaupun di saat siang

bolong si abang becak itu juga menarik becaknya karena bertujuan

untuk mendaparkan uang guna menghidupi anak dan istrinya. Juga

para pemain sepak bola rajin belatih tanpa mengenal lelah, karena

mengharapkan akan mendapatkan kemenangan dalam pertandingan

yang akan dilakukannya. Dengan demikian, motivasi memengaruhi

adanya kegiatan. ( Sardiman A.M 2007:84 )

Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi :

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai pengerak ataumotor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal inimerupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akandikerjakan.

2. Menentukan arah perubahan, yakni ke arah tujuan yang hendakdicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dankegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusantujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatanapa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaatbagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapiujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatanbelajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermainkartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.( Sardiman A.M 2007:85 )

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 15: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

22

k) Teori Motivasi Belajar

1. Teori insting

Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia

diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu

dikatakan selalu berkaitan dengan insting atau pembawaan.

Dalam memberikan respons terhadap adanya kebutuhan seolah-

olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall. (

Sardiman A.M 2007:82 )

2. Teori fisiologis

Teori ini juga sebenarnya disebutnya “Behaviour

Theories”. Menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar

pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau

kebuuhan primer, seperti kebutuhan tentang makan, minuman,

udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kepntingan tubh

seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan

untuk mempertahankan hidup, struggle for survival. ( Sardiman

A.M 2007:82 )

3. Teori Psikonalitik

Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi ditekankan

pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri anusia. Bahwa

setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia

yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud. ( Sardiman

A.M 2007:83 )

2. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

a. Pengertian Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

Pengertian Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and

Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan

mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 16: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

23

dengan melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif

yaitu :

konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),

menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community),

pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang

sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas dalam Tukiran Taniredja

dkk, 2012:49).

Menurut Johnson (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:49) sistem

CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para

siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajarai

dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks

dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan

pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem

membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan

yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan

kerja sama, berpikir kreatif dan kritis, mencapai standar yang tinggi, dan

menggunakan penilaian autentik.

b. Tujuan Pembelajaran Kontekstual

Tujuan pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali

mahasiswa berupa pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih

realistis karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal yang

teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan

teori yang dipelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi dosen metode ini

membantu dosen mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata

dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan

sebelumya (pior knowl) yang lebih realistis karena inti pembelajaran inti

adalah mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam

pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang di pelajari teraplikasi

dalam situasi riil. Bagi dosen metode ini membantu dosen mengaitkan

materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa

membuat hubungan antara pengetahuan sebelumya (pior knowl) yang

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 17: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

24

lebih realistis karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal

yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini

diusahakan teori yang di pelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi

dosen metode ini membantu dosen mengaitkan materi yang diajarkan

dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa membuat hubungan

antara pengetahuan sebelumya (pior knowledge) dengan aplikasinya

dalam kehidupan mereka di masyarakat (khilmiyah dalam Tukiran

Taniredja dkk, 2012:50).

Dalam konteks ini, peserta didik perlu mengerti apa makna

belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana

mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi

hidupnya nanti. Dengan demikian mereka memosisikan sebagai diri

sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya kelak. Mereka

mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya

menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai

pengarah dan pembimbing.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membimbing peserta

didik mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi

daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah

tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi

anggota kelas. Sesuatu yang baru baik pengetahuan maupun

keterampilan datang dari ‘menemukan sendiri’ bukan dari ‘apa kata

guru’. Begitulah peran guru dikelas yang di kelola dengan pendekatan

kontekstual.

Kontekstual hanya sebagai sebuah strategi pembelajaran. Seperti

halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan

dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.

Pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan tanpa harus mengubah

kurikulum dan tatanan yang ada.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 18: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

25

c. Elemen-elemen dalam pembelajaran kontekstual

Menurut Zahorik (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:51)

terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek

pembelajaran kontekstual, yaitu :

1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge)

2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara

mempelajari secara keseluruhan dahulu, kemudian memperhatikan

detailnya.

3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan

cara menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing

kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar

tanggapan itu konsep tersebut di revisi dan di kembangkan,

4) Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying

knowledge)

5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi

pengembangan pengetahuan tersebut.

d. Prinsip Dasar Pendidikan Konstektual

Prinsip dasar pendidikan kontekstual Menurut Johnson (dalam

Tukiran Taniredja dkk, 2012:51) bahwa pendidikan kontekstual memiliki

tiga prinsip dasar, yaitu :

1) Belajar menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif

permanen. Artinya peran penggiat pendidikan khususnya guru dan

dosen adalah sebagai pelaku perubahan (agent of change)

2) Anak didik memiliki potensi, gandrung dan kemampuan yang

merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti

3) Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami

linier sejalan proses kehidupan. Artinya, proses belajar-mengajar

memang merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi ia di

desain secara khusus, dan diniati demi tercapainya kondisi atau

kualitas ideal seperti disebut diatas.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 19: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

26

e. Strategi pendidikan kontekstual

Terdapat tujuh strategi yang sama pentingnya dan semuanya

secara proposional dan rasional mesti ditempuh pada pendidikan

kontekstual, yaitu :

1) Pengajaran berbasis problem

2) Menggunakan konteks yang beragam

3) Mempertimbangkan kebhinekaan siswa

4) Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri

5) Belajar melalui kolaborasi

6) Menggunakan penilaian otentik

7) Mengejar standar tinggi (johnson, dalam Tukiran Taniredja

dkk, 2012:52)

f. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong

peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan

melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif yaitu :

konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan

(Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan

(Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya

(Authentic Assessment) (Depdiknas dalam Tukiran Taniredja dkk,

2012:49).

Menurut Johnson (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:49) sistem

CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para

siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari

dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks

dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan

pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem

membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 20: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

27

yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan

kerja sama, berpikir kreatif dan kritis, mencapai standar yang tinggi, dan

menggunakan penilaian autentik.

Tujuan pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali

mahasiswa berupa pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih realistis

karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal yang teoritis ke

praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang di

pelajari teraplikasi dalam situasi riil.

Bagi dosen metode ini membantu dosen mengaitkan materi yang

diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa membuat

hubungan antara pengetahuan sebelumya ( pior knowl ) yang lebih realistis

karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal yang teoritis ke

praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang di

pelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi dosen metode ini membantu

dosen mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan

mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan sebelumya

(pior knowl) yang lebih realistis karena inti pembelajaran inti adalah

mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan

metode ini diusahakan teori yang di pelajari teraplikasi dalam situasi riil.

Bagi dosen metode ini membantu dosen mengaitkan materi yang

diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa membuat

hubungan antara pengetahuan sebelumya (pior knowledge) dengan

aplikasinya dalam kehidupan mereka di masyarakat ( khilmiyah dalam

Tukiran Taniredja dkk, 2012:50 ).

Dalam konteks ini, peserta didik perlu mengerti apa makna belajar,

apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.

Dengan demikian mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang

memerlukan suatu bekal untuk hidupnya kelak.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 21: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

28

Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan

berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru

sebagai pengarah dan pembimbing.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membimbing peserta

didik mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi

daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah

tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota

kelas. Sesuatu yang baru baik pengetahuan maupun keterampilan datang

dari ‘menemukan sendiri’ bukan dari ‘apa kata guru’. Begitulah peran guru

dikelas yang di kelola dengan pendekatan kontekstual.

Kontekstual hanya sebagai sebuah strategi pembelajaran. Seperti

halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan

tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.

Pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan tanpa harus mengubah

kurikulum dan tatanan yang ada.

g. Prinsip Ilmiah dalam CTL

Menurut Johnson ( 2007:86, dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:53

) terdapat tiga prinsip ilmiah dalam CTL, yaitu :

1) Prinsip kesalingbergantungan, kesalingtergantungan mewujudkan diri,

misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah

dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal

ini tampak jelas ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan

dunia bisnis dan komunitas.

2) Prinsip Diferensiasi, diferensiasi menjadi nyata ketika CTL

menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-

masing, untuk bekerjasama untuk menghasilkan gagasan dan hasil

baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah

tanda kemantapan dan kekuatan.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 22: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

29

3) Prinsip pengorganisasian diri, terlihat ketika para siswa mencari dan

menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda,

mendapat manfaat dari umpan balik yang di berikan oleh penilaian

autentik, mengulas usaha – usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang

jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-

kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka

bernyanyi.

h. Strategi Pembelajaran CTL

Alwasilah (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:54) menyebutkan

bahwa ada tujuh ayat pendidikan kontekstual, yaitu :

1) Pengajaran berbasis problem.

2) Menggunakan konteks yang beragam.

3) Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.

4) Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri.

5) Belajar melalui kolaborasi.

6) Menggunakan penilaian otentik.

7) Mengejar standar tinggi.

i. Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai

karakteristik sebagai berikut :

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu

pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam

konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan

dalam lingkungan yang alamiah.

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa.

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,

saling mengoreksi antar teman.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 23: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

30

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa

kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu

dengan yang lain secara mendalam.

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan

mementingkan kerja sama.

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.

Secara lebih sederhana karakteristik pembelajaran kontekstual

dapat dinyatakan menggunakan sepuluh kata kunci yaitu: kerja sama,

saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan gairah, pembelajaran

terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan

teman, siswa kritis dan guru kreatif.

j. Asas – Asas

1) Kontruktivisme (Constructivism)

Komponen ini merupakan landasan berfikir pendekatan CTL.

Pembelajaran konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman

sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan

terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan

bukanlah serangkaian fakta, konsep dan kaidah yang siap

dipraktekkan, melainkan harus di konstruksi terlebih dahulu dan

memberikan makna melalui pengalaman nyata.

Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan

ide-ide yang ada pada dirinya.

Prinsip konstruktivisme yang harus dimiliki guru adalah

sebagai berikut.

a) Proses pembelajaran lebih utama dari pada hasil pembelajaran.

b) Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa

lebih penting daripada informasi verbalistis.

c) Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk

menemukan dan menerapkan idenya sendiri.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 24: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

31

d) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri

dalam belajar.

e) Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman

sendiri.

f) Pengalaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin

kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.

g) Pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (pengetahuan

baru dibangun dari pengetahuan yang sudah ada) maupun

akomodasi (struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi

untuk menyesuaikan hadirnya pengalaman baru).

Menurut Suparno (dalam Igoputra:2012) secara garis besar

prinsip– prinsip konstruktivisme yang diambil adalah :

a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal

maupun secara sosial.

b) Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali

dengan kearifan siswa sendiri untuk bernalar.

c) Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga

terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci,

lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah.

d) Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar

proses konstruksi siswa berjalan mulus.

2) Inkuiri

Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya,

proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan

melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah

sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses

menemukan sendiri. Proses menemukan inilah yang dirangsang

secara optimal lewat penerapan strategi pembelajaran CTL. Karena

strategi pembelajaran CTL menekankan keaktifan siswa dalam

menemukan sendiri pengetahuan. Dengan demikian dalam proses

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 25: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

32

perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang

harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus

dipahaminya.

Ada beberapa langkah dalam kegiatan menemukan dalam

kegiatan menemukan (inkuiry) yang dapat dipraktekkan di kelas :

a) Merumuskan Masalah.

b) Mengamati dan melakukan observasi.

c) Menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan

bagan, tabel dan karya lainnya.

d) Mengkomunikasikannya atau menyajikan hasil karya pada

pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain.

Suparno (dalam Igoputra:2012).

3) Bertanya (Questioning)

Menurut Suparno (dalam Igoputra:2012) bertanya dapat

dipandang sebagai “Refleksi dari keingintahuan setiap individu;

sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan

seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL,

guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi

memancing agar siswa dapat menemukan sendiri”.

Cara guru memnacing siswa untuk bertanya akan dapat

tereksplorasi dengan baik. Karena itu peran bertanya sangat penting,

sebab melalui pertanyaan–pertanyaan guru dapat membimbing dan

mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang di

pelajarinya.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Model pembelajaran dengan teknik (Learning Community)

sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam

pembelajaran terwujud dalam :

a) Pembentukan kelompok kecil.

b) Pembentukan kelompok besar.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 26: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

33

c) Mendatangkan ”ahli” ke kelas (tokoh, olah ragawan,

dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang

kayu dll).

d) Bekerja dengan kelas sederajat.

e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya.

f) Bekerja dengan masyarakat. (Suparno dalam Igoputra:2012)

5) Pemodelan (Modeling)

Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses

pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang

dapat ditiru oleh setiap siswa.

Misalnya : Guru memberikan contoh bagaimana cara

mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah

kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh bagaimana cara

melempar bola, guru kesenian memberikan contoh bagaimana cara

memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh bagaimana

cara menggunakan termometer, dan lain sebagainya.

Proses modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat

juga memanfaatkan siswa yang dinggap memiliki kemampuan.

Misalnya siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca

puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman–

temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model.

Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran

CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran

yang teoretis - abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya

verbalisme.

6) Refleksi (Reflection)

Menurut Suparno (dalam Igoputra:2012) “Refleksi adalah cara

berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang

tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu”. Refleksi merupakan

respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengalaman yang batu di

terima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa “merenung” kalau

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 27: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

34

begitu, cara saya menyimpan file selama ini salah, mestinya dengan

cara yang baru saya pelajari, sehingga file dalam komputer saya lebih

tertata.

Pengetahuan diperoleh melalui proses, pengetahuan dimiliki

siswa diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian

diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat

hubungan – hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya

dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa merasa

memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru

dipelajarinya.

Refleksi menjawab pertanyaan kaum behaviorisme yang

memisahkan aspek jasmani manusia dengan aspek rohaninya. Selama

ini siswa menjalani pembelajaran dengan statis dan tanpa variasi.

Jarang sekali mereka diberi kesempatan untuk ”diam sejenak” dan

berpikir tentang apa yang baru saja mereka lakukan atau pelajari.

Waktu amat cepat berlalu, semua terburu – buru dan mungkin memang

tidak sempat melakukannya.

7) Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Suparno (dalam Igoputra:2012) menyatakan bahwa “Proses

pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini,

biasanya ditekankan pada aspek intelektual sehingga alat evaluasi yang

digunakan terbatas pada penggunaan tes”. Dengan tes dapat diketahui

seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam CTL,

keberhasilan pembelajaran tidak hannya ditentukan oleh

perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan

seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hannya

ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti tes, akan tetapi juga proses

belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata (Authentic Assessment)

adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi

tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini

dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar–benar belajar atau

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 28: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

35

tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang

positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses

pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus – menerus selama

kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya

diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.

k. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran CTL

1) Kelebihan Model Pembelajaran CTL

Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran

Kontekstual adalah:

a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa

dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman

belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat

penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang

ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa

materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi

yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,

sihingga tidak akan mudah dilupakan.

b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan

penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran

CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa

dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui

landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar

melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

c) Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan

pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental

d) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat

untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk

menguji data hasil temuan mereka di lapangan

e) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan

hasil pemberian dari guru

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 29: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

36

f) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan

suasana pembelajaran yang bermakna. ( dalam Aprudin : 2011)

2) Kelemahan Model Pembelajaran CTL

Adapun kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah

sebagai berikut:

a) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses

pembelajaran Kontekstual berlangsung.

b) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat

menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.

c) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam

metode CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat

informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai

sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan

pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa

dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.

Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh

tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang

dimilikinya.

Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur

atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah

pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap

perkembangannya.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa

agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–

strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini

tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra

terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang

diterapkan semula. ( dalam Aprudin : 2011).

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 30: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

37

3. Konstitusi

a. Pengertian Konstitusi

Istilah kontitusi (constitution) berasal kebudayaan yunani,

yaitu respublica constiture yang berarti menetapkan atau

membentuk. Jadi, konstitusi mengandung arti pembentukan suatu

negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Konstitusi

biasanya disamakan dengan kata undang-undang sadar walaupun

ada yang berpendapat bahwa konstitusi berbeda dengan undang-

undang dasar. Hal itu disebabkan ruang lingkup konstitusi bisa

tertulis ataupun tidak tertulis, sedangkan undang-undang dasar

lingkupna tertulis.

Dalam perspektif politik, konstitusi merupakan keseluruhan

peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang

mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan

diselenggarakan dalam suatu masyarakat.

Konstitusi juga merupakan suatu naskah yang memuat

semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan negara.

Kontitusi sebagai sekelompok ketentuan mengatur organisasi

negara dan susunan pemerintahan suatu negara serta

penyelenggaraan negara. (Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106)

Secara teoritis, istilah konstitusi dapat juga dibedaklan

dalam dua kategori, yaitu konstitusi politik dan konstitusi sosial.

1) Konstitusi Politik

Konstitusi politik merupakan semata-mata sebuah

hukum yang berisi pasal-pasal yang mengandung norma-

norma dasar dalam penyelenggaraan negara, hubungan

antara negara dengan rakyat atau antar lembaga negara.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 31: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

38

2) Konstitusi Sosial

Konstitusi sosial lebih luas dari dokumen hukum

karena mengandung cita-cita sosial bangsa, rumusan filosofi

tentang negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem

politik yang ingin dikembangkan oleh bangsa tersebut

(Mahendra, 1996 dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106).

Menurut K.C. Wheare sebagaimana yang dikatakan

Subardi (2001) (dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106) ,

konstitusi merupakan keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu

negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk,

mengatur, atau memerintahkan dalam pemerintahan suatu negara.

Maksud peraturan disini merupkan penggabungan antara

ketentuan-ketentuan yang memiliki sifat hukum (nonlegal). Selain

sebagai alat dokumen nasional, konstitusi juga sebagai alat untuk

membentuk sistem politik dan sistem hukum negaranya sendiri.

A.A.H. Struycken ( dalam Nur Wahyu Rochmadi,

2011:106), juga mengatakan bahwa undang-undang dasar

(grondwet) sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen

formal yang berisi hal-hal sebagai berikut :

1) Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.

2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.

3) Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik

pada waktu sekarang maupun untuk masa yang akan datang.

4) suatu keinginan, tentang perkebangan kehidupan

ketatanegaraan bangsa yang hendak dipimpin (Thoib, 1999

dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106).

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 32: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

39

Konstitusi sebagai kerangka negara yang diorganisasikan

dengan /dan melalui menetapkan hal-hal seperti berikut :

1) Peraturan mengenai pendirian lmbaga-lembaga yang permanen.

2) Fungsi dari lembaga-lembaga tersebut.

3) Hak-hak tertentu yang ditetapkan.

Dalam kehidupan suatu negara, konstitusi mempunyai

kedudukan atau derajat supremasi di dalam suatu negara.

Konstitusi mempunyai kedudukan tinggi dalam tertib hukum suatu

negara. Kedudukan konstitusi dalam suatu negara bias dilihat dari

dua aspek, yaitu aspek hukum dan aspek moral. Dilihat dari aspek

hukum,konstitusi mempunyai derajat tertinggi dalam suatu negara

yang dalam pelaksanaanya akan dijabarkan dalam peraturan

perundang-undangan yang lebih rendah. Oleh karena itu yang

dimaksud dengan konstitsional tidak hanya berdasarkan ketentuan

konstitusi belaka melainkan juga termasuk implementasi konstitusi

yang berwujud di dalam semua peraturan perundang-undangan

produk konstitusi. Konstitusi sebagai hukum tetinggi (supremation)

harus ditaati oleh rakyat ataupun alat-alat perlengkapan negara.

Jika konstitusi dilihat dari aspek moral/landasan fundamental maka

konstitusi berada di bawahnya. Konstitusi tidak boleh bertentangan

dengan nilai-nilai universal dari etika moral.

UUD 1945 sebagai konstitusi Indonesia terjabarkan dalam

tata urutan peraturan perundang-undangan. Menurut Undang-

Undang No. 01 Tahun 2004 tentang Pembentukan Aturan

Perundang-Undangan Rebublik Indonesia ( dalam Nur Wahyu

Rochmadi, 2011:107) adalah sebagai berikut :

1) Undang- Undang Dasar 1945

2) TAP MPR

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 33: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

40

3) Undang – Undang (UU)/ Peraturan Pengganti Undang-undang

(Perpu)

4) Peraturan Pemerintah (PP)

5) Peraturan Presiden (Perpres)

6) Peraturan Daerah (Perda)

b. Macam-macam Konstitusi

Dalam praktiknya, konstitusi terbagi ke dalam dua bagian,

yakni yang tertulis atau dikenal dengan Undang-Undang Dasar dan

yang tidak tertulis, atau dikenal juga dengan konvensi.

1) Konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar, yaitu suatu

naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok

badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan

pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. Pada umumnya,

semua negara di dunia dewasa ini mempunyai konstitusi

tertulis.

a) Ciri-ciri Undang-Undang Dasar

Setiap Undang-Undang Dasar memuat ketentuan-

ketentuan mengenai soal-soal sebagai berikut:

(1) Organisasi negara. misalnya pembagian kekuasaan

antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam

negara federal, pembagian kekuasaan antara

pemerintah federal dan pemerintah negara-negara

bagian, prosedur penyelesaian masalah pelanggaran

yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah, dan

sebagainya.

(2) Hak-hak asasi manusia (biasanya disebut Bill of

Rightsjika berbentuk naskah tersendiri).

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 34: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

41

(3) Prosedur pengubahan Undang-Undang Dasar.

(4) Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat

tertentu dari Undang-Undang Dasar. Hal ini, biasanya

terdapat jika para penyusun Undang-Undang Dasar

ingin menghindari terulangnya kembali hal-hal yang

barn saja diatasi seperti munculnya seorang diktaktor

atau kembalinya suatu monarki. Misalnya, Undang-

Undang Dasar Federasi Jerman melarang untuk

mengubah sifat federalisme dari Undang-Undang

Dasar karena dikhawatirkan sifat unitarisme dapat

melicinkan jalan untuk munculnya kembali seorang

diktaktor seperti Hitler.

b) Kelebihan konstitusi tertulis antara lain:

(1) Undang-undang lebih besar kewibawaannya daripada

konvensi.

(2) Pelanggaran terhadap undang-undang lebih mudah

diketahui dar zapat diambil tindakan lebih cepat. Bagi

seorang hakim, lebih mudah menafsirkan undang-

undang daripada konvensi yang tak tertulis.

(3) Undang-Undang Dasar biasanya terang dan tegas

perumurusannya. Konvensi biasanya timbul dari

kebiasaan dan terkadang sulit menetapkan kapan suatu

kebiasaan menjadi konvensi.

(4) Adanya kepastian hukum dalam masyarakat.

2) Konstitusi tidak tertulis atau konvensi, yaitu peraturan yang

tidak tertulis yang timbul dan terpelihara dalam praktik

penyelenggaraan negara.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 35: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

42

Konvensi atau konstitusi tak tertulis antara lain mempunyai

sifat-sifat sebagai berikut:

a) Merupakan kebiasaan yang terns berulang dan terpeiihara

dalam praktik penyelenggaraan negara.

b) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan

berjalan sejajar.

c) Diterima oleh seluruh rakyat.

d) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan

sebagai aturan-aturan dasar yang tidak terdapat dalam

Undang-Undang Dasar. Contoh-contoh konvensi di

Indonesia antara lain sebagai berikut:

(1) Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah

untuk mufakat. Menurut Pasal 2 Ayat (3) Undang-

Undang Dasar 1945, segala keputusan MPR diambil

berdasarkan suara terbanyak. Akan tetapi, sistem ini

dirasa kurang sesuai dengan jiwa kekeluargaan sebagai

kepribadian bangsa. Karena itu, dalam praktik-praktik

penyelenggaraan negara selama. ini selalu diusahakan

untuk mengambil keputusan berdasarkan musyawarah

untuk mufakat dan ternyata hampir selalu berhasil.

Pungutan suara barn ditempuh, jika usaha musyawarah

untuk mufakat, dan ternyata sudah tidak dapat

dilaksanakan. Hal ini merupakan perwujudan dari cita-

cita yang terkandung dalam pokok pikiran persatuan

dan pokok pikiran kerakyatan dan permusyawaratan

perwakilan.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 36: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

43

(2) Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia setiap

tanggal 16 agustus di hadapan sidang Dewan

Perwakilan Rakyat.

(3) Pidato Presiden yang diucapkan sebagai keterangan

pemerintah etntang Rancangan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara pada minggu pertama bulan

Januari setiap athunnya. ( dalam Joko Budi Santoso,

LKS PKn : 4 )

d) Fungsi Konstitusi

Secara lebih operasional suatu konstitusi mempunyai fungsi

sebagai berikut :

1) Membatasi perilaku pemerintahan secara efektif.

2) Membagi kekuasaan dalam beberapa lembga negara.

3) Menentukan lembaga negara bekerja sama satu sama lain.

4) Menentukan hubungan di antara lembaga negara.

5) Menentukan pembagian kekuasaan dalam negara, baik yang

sifatnya horizontal maupun verikal (teritorial).

6) Menjamin hak-hak warga negara dari tindakan sewenang-

wenang penguasa.

7) Menjadi landasan struktural penyelenggaraan pemerintahan

menurut suatu sistem ketatanegaraan. (Nur Wahyu Rochmadi,

2011:107)

e) Tujuan Konstitusi

Setiap konstitusi senantiasa memiliki tujuan, yaitu untuk

memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan

politik dan membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para

penguasa dengan menetapkan batas-batas kekuasaannya.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 37: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

44

Menurut latar belakang munculnya ide konstitusi yang

dibuat oleh suatu negara juga bertujuan sebagai berikut :

1) Untuk membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak

sewenang-wenang.

2) Untuk melindungi hak asasi manusia.

3) Sebagai pedoman dalam penyelenggaraan negara. (Nur

Wahyu Rochmadi, 2011:108)

f) Isi Konstitusi

Menurut Struycken, Undang-Undang Dasar sebagai

konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang berisikan:

1) Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang larnpau.

2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan

bangsa.

3) Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan,

balk untuk waktu sekarang maupun untuk waktu yang akan

datang.

4) Suatu keinginan, di mana perkembangan kehidupan

ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin. ( dalam Joko Budi

Santoso, LKS PKn : 6 )

g) Substansi Konstitusi

Setiap negara mempunyai konstitusi, tetapi tidak ada negara

yang memiliki konstitusi yang sama. Hal iti dikarenakan suatu

konstitusi disususn berdasarkan sejarah, budaya, ideologi, falsafah,

perkembanagan negara, tujuan negara, dan dasar negra dari

masing-masing negara.

Suatu konstitusi selain merupakan dokumen nasional dan

kemerdekaan sebagai hasil perjuangan politik bangsa, juga berisi

mengenai sistem politik dan sistem hukum yang hendak

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 38: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

45

diwujudkan pada masa yang akan datang. Menurut Sri Sumantri

(Nur Wahyu Rochmadi, 2011:109 ), konstitusi berisi tiga hal

pokok, yaitu sebagai berikut :

1) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga

negara.

2) Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang

bersifat fundamental.

3) Pembagian dan pembatasaan tugas ketatanegaraan yang bersifat

fundamental.

Menurut Miriam Budiardjo ( dalam Nur Wahyu

Rochmadi, 2011:109), setiap undang-undang dasar (UUD) memuat

ketentuan mengenai organisasi negara. Misalnya, pembagian

kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif;

pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

daerah atau prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yurisdiksi

oleh salah satu badan pemerintah. Selain hal tersebut, suatu

konstitusi juga berisi tentang cara perubahan konstitusi.

h) Perubahan Konstitusi (Amandemen)

Konsitusi biasanya memiliki sifat fleksibel atau rigid.

indikator dari sifat fleksibel dilihat dari bagaimana cara merubah

konstitusi tersebut, apakah konstitusi memberi ruang bebas

terhadap terjadinya perubahan konstitusi atau tidak. Sifat rigid

dilihat dari apakah konstitusi mudah atau tidak mengikuti

perkembangan zaman. Sebagaimana diketahui konstitusi dibuat

pada suatu masa tertentu (awal berdirinya suatu negara) dan

dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara. Permasalahanya,

manusia itu memiliki kehidupan yang dinamis dan berkembang.

Apakah konstitusi memberi ruang untuk mengikuti perkembangan

zaman.?

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 39: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

46

Konstitusi pada dasrnya mempunyai sifat khas, yaitu harus

mampu mengikuti perkembangan zaman. Konstitusi harus memberi

ruang untuk terjadinya perubahan, tetapi konstitusi tidak bisa

diganti setiap saat. Misalnya setiap ada pergantian kekuasaan

(Presiden), konstitusinya turut pula diganti. Hal itu tidak benar

karena usia suatu konstitusi menunjukan bagaimana kondisi

pemerintahan di negara tersebut. Suatu sistem pemerintahan yang

baik ditandai oleh seberapa lama dari konstitusinya.

Amandemen secara harfiah, menurut Advanced English-

Indonesia Dictionary, berarti perubahan atau perbaikan, sedangkan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, amandemen berarti

menambahkan bagian yang sudah ada. Jadi, amandemen

menunjukan adanya perubahan atau perbaikan atas apa yang telah

ada. Pemanbahan atau perubahan ini tidaklah dimaksudkan untuk

memperbaiki UUD melainkan untuk menambah atau perluasan isi

atau ketentuan yang telah ada dalam UUD tersebut (Dekker, 1994

dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:110).

Peninjauan kembali terhadap konstitusi yang berlaku bukan

berarti mengganti UUD, melainkan melihat kemungkinan

melakukan perluasan atau pemekaran. Sebagai kesepakatan

Pembukaaan UUD 1945 tetap dipertahakan. Namun, terhadap

batang tubuh dan penjelasan perlu dilakukan pemekaran guna

menyesuaikan dengan realita zaman serta kebutuhan generasi.

Perubahan UUD 1945 tidak dilarang, sebab UUD 1945 itu bersifat

ringkas dan supel untuk mengikuti dinamika perkembangan

masyarakat, baik nasional maupun internasional, sesuai dengan

perkembangan keadaan. Bagian-bagian UUD 1945 yang tidak

sesuai perlu diadakan perubahan.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 40: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

47

Perubahan UUD dapat dilakukan dengan menggunakan dua

pola. Pertama, mengubah secara integrated isi dan reaksi UUD.

Jika ada satu pasal dalam UUD dinilai tidak cocok lagi maka akan

diubah. Kedua, membiarkan teks UUD sesuai dengan aslinya.

Untuk mengantisipasi perubahan kontekstual dibuatkan UU baru di

bawah UUD (Al-Rasyid, 1999 dalam Nur Wahyu Rochmadi,

2011:111).

Menurut F.C. Stroong dalam Busro (1993) ( dalam Nur

Wahyu Rochmadi, 2011:111) perubahan konstitusi dapat

digolongkan empat macam, yaitu sebagai berikut :

1) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan

legislatif menurut pembatasan-pembatasan tertentu.

2) Perubahan konstitusi oleh rakyat melalui referemdum.

3) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara

bagian. Ini berlaku di negara serikat.

4) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh suatu lembaga negara

khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan

(konstituante).

Setiap konstitusi merupakan pencerminan konsep dan alam

pikir manusia sejak ia dilahirkan dan merupakan hasil dari keadaan

material dan spiritual dari masa itu. Sesuatu yang telah dirumuskan

secara tertulis akan bersifat statis. Pada masyarakat yang terus

berkembang (bersifat dinamis) para penyusunnya tidak selalu

mampu melihat hal-hal yang perlu diatur dalam sebuah konstitusi.

Selain konstitusi sebagai hasil kompromi dari kekuatan sosial

politik pada masa itu, maka apabila terjadi pergeseran peta

konfigurasi kekuatan politik, konstitusi dipandang menjadi tidak

sesuai lagi.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 41: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

48

Hal itu bisa dimengerti, mengingat konstitusi merupakan

pruduk politik. Ketika konstitusi disahkan, tentunya untuk

kepentingan penguasa. Suatu konstitusi adalah buatan manusia dan

dirumuskan oleh pemimpin-pemimpin negara, para teoritis dan

praktisi politik untuk dipatuhi rakyat. Ini merupakan fenomena

sosial dan mencerminkan adanya niali-nilai, ide-ide, kepentingan

golongan, dan kepentingan para perumusnya.

Bagaimanapun sempurnanya konstitusi dalam kenyataan,

menurut paradigma objektif akan tetap tertinggal dari

perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilengkapi

adanya pasal perubahan. Konstitusi dapat dikatakan usang apabila

salah satu atau beberapa pasalnya tidak lagi sesuai dengan

perkembanagan masyarakat dan orang tidak merasa lagi mendapat

kepastian hukum.

Menurut F.C. Stroong dalam Busro (1993) ( dalam Nur

Wahyu Rochmadi, 2011:112 ), suatu UUD yang dapat diubah

dengan prosedur yan sama dengan prosedur membuat UU disebut

fleksibel, sedangkan UUD yang hanya dapat diubah dengan

prosedur yang berbeda dengan prosedur membuat UUD disebut

rigid.

Perubahan suatu konstitusi sangat bergantung pada

kekuatan-kekuatan politik yang ada, baik yang terdapat pada

masyarakat maupun pada lembaga-lembaga yang mempunyai

wewenang akan hal tersebut. Adanya peraturan pembatasan dalam

perubahan UUD atau konstitusi pada akhirnya sangat ditentukan

oleh faktor politik. Apabila dipelajari sistem yang digunakan oleh

negara-negara dalam mengubah konstitusi, dapat dibedakan

menjadi dua sistem, yaitu sebagai berikut :

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 42: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

49

1) Apabila suatu UUD diubah, maka yang akan berlaku adalah

UUD atau konstitusi yang baru secara keseluruhan.

2) Apabila suatu konstitusi itu diubah, maka konstitusi yang asli

tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut

merupakan amandemen dari konstitusi asli. Amandemen

tersebut menjadi bagian dari konstitusi (Sumantri, 1987 dalam

Nur Wahyu Rochmadi, 2011:112 ).

Konstitusi suatu negara seharusnya tidak sering berubah, sebab

akan mengakhibatkan kemerosotan dan mengurangi kewibawaan

konstitusi. Menurut Jellinek ( dalam Nur Wahyu Rochmadi,

2011:112), perubahan UUD dibedakan atas dua hal, yaitu verfassung

sonderung dan verfassung wandlung. verfassung sonderung adalah

perubahan UUD yang dilakukan dengan sengaja sesuai dengan

ketentuan yang ada dalam UUD yang bersangkutan, sedangkan

verfassung wandlung adalah perubahan UUD dengan cara yang tidak

disebutkan dalam UUD tersebut, tetapi dengan cara istimewa seperti

revolusi, coup d’etat, atau convention.

Tata cara perubahan hampir diatur oleh UUD diseluruh dunia.

Amandemen sendiri bisa brbentuk pergantian, pemanbahan,

pengurangan, perubahan pasal per pasal, atau pergantian seluruh pasal.

Pada akhirnya, yang menentukan dapat tidaknya suatu konstitusi

diamandemen atau diubah adalah ditentukan oleh penguasa, walaupun

konstitusi sudah waktunya berubah. Akan tetapi, jika kekuatan sosial

politik yang berkuasa tidak menghendaki perubahan maka konstitusi

tidak akan berubah (indra, 1990 dalam Nur Wahyu Rochmadi,

2011:112 ).

i) Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam NKRI

Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam konstitusi NKRI

sangatlah tinggi. Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 43: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

50

tertinggi dan pokok kaidah negara yang fundamental. Pada saat

pemerintahan melakukan amandemen terhadap UUD 1945, satu-

satunya unsur dalam sistematika UUD 1945 yang tidak diamandemen

adalah Pembukaan UUD 1945.

Amandemen UUD 1945 yang tidak menyentuh kepada

Pembukaan UUD 1945 tersebut didasarkan pada alasan berikut ini.

1) Pembukaan UUD 1945 memuat cara-cara bermasyarakat (alenia

1).

2) Pembukaan UUD 1945 memuat cara-cara bernegara (alenia 2).

3) Pembukaan UUD 1945 memuat terjadinya negara (alenia 3).

4) Pembukaan UUD 1945 memuat tujuan negara (alenia 4).

5) Pembukaan UUD 1945 memuat dasar negara (alenia 4).( Nur

Wahyu Rochmadi, 2011:113)

Dengan demikian, apabila terjadi perubahan dalam Pembukaan

UUD 1945 maka akan terjadi perubahan dasar filosofi dan tujuan negara.

Hal ini berarti terjadi pula perubahan negara. Itulah sebabnya Majelis

Permusyawaratan Rakyat tidak melakukan perubahan dalam Pembukaan

UUD 1945, tetapi hanya melakukan perubahan terhadap pasal-pasal yang

ada dalam Batang Tubuh UD 1945. Walaupun secara hukum, perubahan

atau amandemen Pembukaan UUD 1945 dapat dimungkinkan untuk

dilakukan.

Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945 dianggap sebagai

preambule yang lengkap karena memenuhi unsur-unsur politik, religius,

moral, dan mengandung ideologi negara yakni Pancasila. Selain itu,

kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai kaidah negara yang

fundamental memiliki kedudukan yang lebih inggi daripada Batang Tubuh

UUD 1945. Hal ini disebabkan karena faktor berikut.

1) Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggal dan

terpisah dari Batang Tubuh UUD 1945.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 44: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

51

2) Pembukaan UUD 1945 merupakan kaidah negara yang fundamental

yang menentukan adanya UUD 1945.

3) Pembukaan UUD 1945 merupakan merupakan sumber hukum

tetinggi yang memuat dasar negara yaitu Pancasila.

4) Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber cita-cita hukum dan

moral yang ingin ditegakkan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.

5) Pembukaan UUD 1945 mengandung pernyataan kemerdekaan yang

terperinci. (Nur Wahyu Rochmadi, 2011:114)

j) Perbedaan antara Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang

Biasa

Perbedaan antara undang-undang dasar dan undang-undang biasa

dapat dinyatakan sebagai berikut:

1) Undang-Undang Dasar dibentuk menurut suatu cara yang

istimewa. Cara tersebut berlainan dengan cara pembentukan

undang-undang biasa. Demikian pula badan yang membuat

Undang-Undang Dasar berbeda dengan badan yang membuat

undang-undang biasa.

2) Karena dibuat secara istimewa, maka Undang-Undang Dasar

dapat dianggap sesuatu yang luhur. Ditinjau dari sudut politis,

dapat dikatakan bahwa Undang-Undang Dasar sifatnya lebih

sempurna dan lebih tinggi dadpada undang-undang biasa.

Undang-Undang Dasar adalah suatu piagam yang menyatakan

cita-cita bangsa dan merupakan dasar organisasi kenegaraan

suatu bangsa. Dengan demikian. Undang-Undang Dasar menjadi

suatu "framework of the nation".

3) Undang-Undang Dasar memuat garis besar tentang dasar dan

tujuan negara. Apa yang ditetapkan dalam Undang-Undang

Dasar selanjutnya akan diselenggarakan dengan undang-undang

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 45: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

52

biasa atau undang-undang organik. ( dalam Joko Budi Santoso,

LKS PKn : 6 )

k) Sifat Undang-Undang Dasar 1945

Sifat-sifat Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut:

1) Oleh karena sifatnya tertulis, maka rumusannya jelas, merupakan

suatu hukum positif yang mengikat pemerintah sebagai

penyelenggara negara, maupun mengikat bagi setiap warga

negara.

2) Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-Undang Dasar

1945, bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel, memuat

aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok yang setiap kali

harus dikembankan sesuai dengan perkembangan zaman, serta

memuat hak-hak asasi manusia.

3) Memuat norma-norma, aturan-aturan, serta ketentuan-ketentuan

yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional.

4) Undang-Undang Dasar 1945, dalam tertib hukum Indonesia,

merupakan peraturan hukum positif yang tertinggi. Di samping

itu, juga sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum

positif yang lebih rendah dalam herarki tertib hukum Indonesia.

l) Hubungan Intrakonstitusi dan Konstitusi dengan Dasar Negara

1) Hubungan pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945

Dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945

(Batang Tubuh UUD 1945), maka Pembukaan UUD 1945

mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut :

(a) Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, maka

Pembukaan UUD 1945 mempunyai hak sebagai hakikat

kedudukan yang terpisah dengan batang tubuh UUD 1945.

Dalam kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 46: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

53

fundamental, Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan

yang lebih tinggi daripada batang tubuh UUD 1945.

(b) Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu tertib hukum

tertinggi dan pada hakikatnya mempunyai kedudukan lebih

tinggi daripada batang tubuh UUD 1945.

(c) Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang

fundamental yang menentukan adanya UUD 1945, yang

menguasai hukum dasar negara, baik yang tertulis (UUD)

maupun tidak tertulis (convensi). Jadi, Pembukaan UUD

1945 merupakan sumber hukum dasar negara.

(d) Pembukaan UUD 1945 berkeduclukan sebagai pokok kaidah

negara yang fundamental yang mengandung pokok-pokok

pikiran yang harus dijabarkan ke dalam pasal-pasal UUD

1945. Namun demikian karena hakikat kedudukan

Pembukaan UUD 1945 tersebut secara fundamental dan

ilmiah kedudukan yang kuat dan terlekat pada kelangsungan

hidup negara, maka kedua pendapat tersebut akhirnya tiba

pada suatu simpulan yangs ama, yaitu sebagai berikut:

(1) Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Dalam

hukum mempunyai hakikat kedudukan yang tetap kuat

dan tidak berubah, terlekat pada kelangsungan hidup

negara yang telah dibentuk.

(2) Dalam jenjang hierarki tertib hukum, Pembukaan UUD

1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental

berkedudukan tertinggi sehingga memiliki kedudukan

yang lebih tinggi daripada pasal-pasal UUD 1945,

sehingga secara hukum dapat dikatakan terpisah dari

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 47: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

54

pasalpasal UUD 1945. ( dalam Joko Budi Santoso, LKS

PKn : 7 )

2) Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila

(a) Hubungan secara Formal

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam

Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila memperoleh

kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan

demikian, tats kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada

asas-asas sosial, ekonomi, dan politik. Akan tetapi, dalam

perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya,

yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius, dan asas-asas

kenegaraan yang unsurnya terclapat dalam Pancasila. Jadi,

berdasarkan tempat terdapatnya, Pancasila secara formal dapat

disimpulkan sebagai berikut:

(1) Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara

Republik Indonesia adalah seperti yang tercantum

dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.

(2) Pembukaan UUD 1945, yang intinya adalah Pancasila

tidak tergantung pada Batang Tubuh UUD 1945,

bahkan sebagai sumbernya.

(3) Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan

mempunyai hakikat, sifat, kedudukan, dan fungsi

sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, yang

menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup

Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan

tanggal 17 Agustus 1945.

(4) Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945,

dengan demikian mempunyai kedudukan yang kuat,

tetap dan tidak dapat diubah, serta terlekat pada

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 48: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

55

kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia. (

dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 7 )

(b) Hubungan secara Material

Jika kita tinjau kembali prows perumusan Pancasila dan

Pembukaan UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang

dibahas oleh BPUPKI yang pertama adalah dasar filsafat Pancasila

baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang

pertama Pembukaan UUD 1945, BPUPKI membicarakan dasar

flisafat negara Pancasila. Berikutnya tersusun Piagam Jakarta yang

disusun oleh Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan

UUD 1945. Jadi, berdasarkan urut-urut itu. tertib hukum Indonesia

Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi.

Adapun tertib hukum Indonesia bersumber pada Pancasila, atau

dengan perkataan lain, Pancasila sebagai sumber tertib hukum

Indonesia. Hal ini berarti, secara material tertib hukum Indonesia

dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia meputi sumber

nilai, sumber materi, sumber bentuk, dan sifat. ( dalam Joko Budi

Santoso, LKS PKn : 8 )

3) Hubungan Dasar Negara Pancasila dengan Konstitusi

Konsekuensi dari Pancasila sebagai dasar negara atau sebagai sumber

dari segala sumber hukum di Indonesia adalah

(a) Tafsir Undang-Undang Dasar 1945 harus dilihat dari sudut dasar

filsafat negara Pancasila sebagaimana tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945 alinea IV.

(b) Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Undang-Undang

harus mengingat dasar-dasar pokok pikiran yang terkandung

dalam dasar filsafat negara Indonesia.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 49: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

56

(c) Tanpa mengurangi sifat-sifat Undang-Undang Dasar yang tidak

dapat diganggu gugat, interpretasi pelaksanaannya harus

mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam dasar filsafat

negara.

(d) Interpretasi pelaksanaan Undang-Undang Dasar harus lengkap

dan menyeluruh, meliputi seluruh perundang-undangan di bawah

Undang-Undang dan keputusan-keputusan administratif dari

semua tingkat penguasa negara di daerah, keputusan-keputusan

pengadilan, serta alat-alat perlengkapannya. Begitu juga meliputi

usaha kenegaraan dan kemasyarakatan dari rakyat.

(e) Dengan demikian, seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum

Indonesia didasarkan atas dan diliputi oleh dasar filsafat negara.

Asas politik dan tujuan negara berdasarkan asas kerohanian

Pancasila. Bahkan yang lebih penting lagi dalam realisasi

pelaksanaan konkritnya, yaitu dalam setiap penentuan

kebijaksanaan di bidang kenegaraan antara lain:

(1) Tap MPR,

(2) Hukum, perundang-undangan, dan peradilan,

(3) Pemerintahan,

(4) Politik dalam negeri dan luar negeri,

(5) Keselamatan, keamanan, dan pertahanan.

( dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 8 )

m) Kedudukan Pembukaan UUD 1945 di Negara Kesatuan Republik

Indonesia

(1) Pokok-pokok Pengertian Setiap Alinea dalam Pembukaan UUD

1945

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 50: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

57

Alinea Isi Makna yang terkandung

1 Bahwa sesungguhnyakemerdekaan adalah hak segalabangsa dan oleh sebab itu, makapenjajahan di atas dunia harusdihapuskan, karena tidak sesuaidengan perkemanusiaan danperikeadilan.

1. Pengakuan terhadap hakkodrat dari setiap bangsa,yaitu kemerdekaan adalahhak segala bangsa.

2. Alasan objektif Proklamasi

Kemerdekaan RI, yaitu

penjajahan tidak sesuai

dengan perikemanusiaan dan

perikeadilan.

3. Alasan subjektif, bahwa

Indonesia ingin melepaskan

diri dari belenggu

penjajahan.

2 Dan perjuangan pergerakankemerdekaan Indonesia telahsampailah kepada saat yangberbahagia dengan selamatsentausa mengantarkan rakyatIndonesia ke depan pintugerbang kemerdekaan negaraIndonesia, yang merdeka,bersatu, berdaulat, adil danmakmur.

1. Adanya cita-cita negara,yaitu masyarakat adil danmakmur dalam wadahnegara kesatuan yangmerdeka

2. Kemerdekaan negaraIndonesia bukan tujuan akhirperjuangan bangsaIndonesia, namun hanyasebagai jembatan menujucita-cita masyarakat adil danmakmur.

3 Atas berkat rahmat Allah Yang

Maha Kuasa dan dengan

dodorong oleh keinginan luhur,

supaya berkehidupan kebangsaan

yang bebas, maka rakyat

Indonesia menyatakan dengan

1. Pengakuan nilai religius,

yaitu bahwa kemerdekaan

Indonesia bukan semata-

mata hasil usaha manusia,

tetapi karunia dan rahm,at

Allah Yang Maha Kuasa.

2. Pengakuan adanya nilai

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 51: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

58

ini kemerdekaannya. moral, yaitu dengan

didorong oleh keinginan

luhur supaya berkehidupan

kebangsaan yang bebas.

4 Kemudian daripada itu, untuk

membentuk sesuatu

pemerintahan Negara Indonesia

dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut serta dalam

melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan

social, maka disusunlah

kemerdekaan kebangsaan

Indonesia itu dalam suatu

Undang-Undang Dasar Negara

Indonesia, yang terbentuk dalam

suatu susunan Negara Republik

Indonesia yang berkedaulatan

rakyat dengan berdasar kepada

“Ketuhanan Yang Maha Esa,

Kemanusiaan yang adil dan

beradab, Persatuan Indonesia,

dan Kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan,

serta dengan mewujudkan suatu

1. Tujuan Negara, yaitu tujuan

khusus, untuk melindungi

segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa. Tujuan

umum, yaitu dalam lingkup

sesame bangsa di dunia,

untuk ikut melaksanakan

ketertiban dunia

berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan

keadilan social

2. Tentang ketentuan

diadakannya UUD Negara

3. Tentang bentuk Negara,

yaitu Negara Republik

Indonesia yang

berkedaulatan rakyat

4. Tentang dasar filsafah

Negara Pancasila

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 52: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

59

keadilan social bagi seluruh

rakyat Indonesia.

(2) Pokok-pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945

Pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai

bedkut:

(a) Negara melindungi segenap bangsa. Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasaratas

persatuan dan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

(b) Negara henclak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

(c) Negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar atas

kerakyatan dan permusyawaratan/ perwakilan.

(d) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa,

menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

(3) Hakikat dan Kedudukan Pembukaan,UUD 1945

Ada pun kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam Negara

Republik Indonesia antara lain adalah

(a) Pembukaan UUD 1945 sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang

Terperinci

Hakikat kedudukan Pembukaan ULID 1945 dalam

hubungannya dengan proklamasi memiliki dua makna, yaitu :

(1) Suatu pernyataan tentang kemerdekaan bangsa Indonesia.

(2) Tindakan-tindakan yang harus segera dilaksanakan

berkaitan dengan proklamasi tersebut, yaitu mulai detik

proklamasi tersebut, bangsa Indonesia adalah negara yang

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 53: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

60

merdeka yang memiliki kedaulatan sendiri untuk

rnewujudkan cita-cita bersama, yaitu masyarakat yang adil

dan makmur baik material maupun spiritual.

Dalam Pembukaan UUID 1945, baik pernyataan

proklarnasi (pada alinea 111), maupun tindakan-tindakan

tentang pembentukan negara Republik Indonesia terinci

sejak alinea III. Kemudian pada alinea IV diawali dengan

kalimat Kemudian dari pada itu....", yang berarti setelah

berdirinya Negara Republik Indonesia maka dibentuklah

suatu pernerintahan negara yang rinciannya adalah sebagai

berikut:

(i) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

darah Indonesia.

(ii) Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa.

(iii) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

(iv) Untuk membentuk pernerintahan negara agar

melaksanakan tujuan negara yang demikian ini,

maka disusunlah suatu Undang-Undang Dasar

Negara Indonesia.

(v) Undang-Undang yang dimaksudkan itu, terbentuk

dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia

yang berkedaulatan rakyat.

(vi) Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan

rakyat tersebut berclasarkan pada Ketuhanan Yang

Maha Kuasa serta kemanusiaan yang adil dun

beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan serta mewujudkan

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 54: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

61

suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,

dengan perkataan lain negara yang berdasarkan

Pancasila.

Maka dapat disimpulkan bahwa dengan Pembukaan UUD

1945, proklamasi mendapatkan makna yang selengkapnya karena

baik pernyataan maupun tindakan-tindakan yang harus

direalisasikan berkaitan dengan proklamasi tersebut secara lengkap

dijelaskan dalam Pembukaan UUID 1945.

(b) Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum

Indonesia.

Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, ditemukar

unsur-unsuryang menurut ilmu hukum merupakan syarat bagi

adanya suatu tertib hukum di Indonesia, yaitu suatu kebulatan dari

keseluruhan peraturan-peraturan hukum.

Ada pun syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud adalah meliputi

empat hal, yaitu

(1) Adanya kesatuan subjek, yaitu penguasayang mengadakan

peraturan hukum. Hal ini terpenuhi dengan adanya suatu

Pemerintahan Negara Republik Indonesia (Pembukaan UUD

1945 alinea IV).

(2) Adanya kesatuan asas kerohanian, yang merupakan suatu dasar

dari keseluruhan peraturanperaturan hukum, yang merupakan

sumber dari segala sumber hukum. Hal ini terpenuhi oleh

adanya clasar filsafat negara Pancasila sebagaimana tercanturn

dalarn alinea IV Pembukaan UUD 1945.

(3) Adanya kesatuan daerah, dimana peraturan-peraturan hukum

itu berlaku, terpenuhi oleh kalimat seluruh tumpah darah

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 55: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

62

Indonesia sebagaimana tercanturn dalam alinea IV Pembukaan

UUD 1945.

(4) Adanya kesatuan waktu. di mana, seluruh peraturan-peraturan

hukum itu berlaku. Hal ini terpenuhi dengan kalimat pada

aknea IV Pembukaan UUD 1945, maka disusunlah

kemerdekaan kebangsaan Indonesa itu dalam suatu Undang-

Undang Dasar Negara Indonesia". Hal ini menunjukkan saat

mulai berdirinya Negara Republik Indonesia yang disertai

dengan suatu tertib hukum. sarnnai seterusnya selama

kelangsungan hidup Negara RI. ( dalam Joko Budi Santoso,

LKS PKn : 10 )

(c) Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang

Fundamental

Di dalam suatu tertib hukum terdapat urut-urutan susunan yang

bersifat hierarkis, di mana UUD (pasal-pasalnya) bukanlah

merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi. Di atasnya masih ada

dasar-dasar pokok dari UUD ataupun hukum dasar yang tidak

tertulis yang pada hakikatnya terpisah dari UUD atau hukum

Aasaryang tidak tertulis itu, yang dinamakan pokok kaidah yang

fundamental.

Pokok kaidah yang fundamental menurut pengertian ilmiah

mengandung beberapa unsur mutlak, yaitu

(1) Dari Segi Terjadinya

Ditentukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam

suatu bentuk pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak

pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai

dasar-dasar negara yang dibentuknya.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 56: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

63

(2) Dari Segi Isinya

Ditinjau dari segi isinya. maka Pembukaan UUD 1945

memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut:

(i) Dasar Tujuan Negara (Tujuan Umum dan Tujuan Khusus)

Tujuan umum:

Tercakup dalam kalimat” … ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan

keadian sosial". Tujuan umum ini berhubungan dengan

masalah hubungan antarbangsa (pergaulan masyarakat

internasional). Tujuan umum inilah yang merupakan dasar

politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.

Tujuan khusus:

Makna ini tercakup dalam kalimat,” … Melindungi

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

untuk mefnajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa …”. Tujuan khusus ini meliputi tujuan

nasional, sebagai tujuan bangsa Indonesia dalam

membentuk negara untuk mewujudkan suatu masyarakat

yang adil dan makmiur, baik material maupun spiritual.

(ii) Ketentuan Diadakannya Undang-Undang Dasar Negara

Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat, "… Maka

disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam

suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia".

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 57: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

64

(iii) Bentuk Negara

Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat "... yang

terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia

yang berkedaulatan rakyat".

(iv) Dasar Filsafat Negara (Asas Kerohanian Negara)

Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat "... dengan

berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan

yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan

suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".

Pokok kaidah negara yang fundamental tersebut, menurut

ilmu hukum mempunyai hakikat dan kedudukan hukum yang tetap,

terlekat pada kelangsungan hidup negara. Oleh karena

berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi, maka secara hukum

tidak dapat diubah karena mengubah Pernbukaan UUD 1945 sama

halnya dengan pembubaran Negara Republik Indonesia. ( dalam

Joko Budi Santoso, LKS PKn : 11 )

n) Sikap Positif terhadap Konstitusi Negara

Suatu konstitusi menggambarkan hubungan antara faktor kekuatan

di dalam negara yang dirangkai dalam bentuk kerangka kerja. Seperti

tujuan negara, bagaimana mengorganisir dan menjalankan pemerintahan

negara, ketentuan-ketentuan hukum, atau dasar hubungan kerja sama

antara negara dan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Konstitusi sebagai perwujudan perjanjian masyarakat menjamin

hak-hak asasi manusia dan warga negara sekaligus menentukan batasan

hak maupun kewajiban warga negara dan alat pemerintahanya. Untuk itu,

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 58: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

65

konstitusi bersifat mengikat, baik pada pemerintahan, lembaga negara,

lembaga masyarakat maupun warga negaranya. Kemudian masing-masing

pihak sudah selayaknya menanti konstitusi. Apabila konstitusi ditaati

dengan benar, bisa dijadikan media bagi kehidupan negara yang

demokratis.

Sebelum warga negara menuntut hak-haknya perlu diketahui

terlebih dahulu kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakannya agar

terdapat keseimbangan antara Hak Asasi Manusia (HAM) dengan

Kewajiban Asasi Manusia (KAM).( Nur Wahyu Rochmadi, 2011:114)

Ada beberapa sikap positif yang bisa dilakukan oleh setiap warga

negara untuk menjaga keutuhan konstitusi negara.

1) Mampu mempertahankan dan mengamankan serta

mengimplementasikan UUD NKRI 1945 dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara.

2) Mampu menyosialisasikan atau memasyarakatkan UUD NKRI

1945 dalam kehidupan di lingkungan masing-masing.

3) Mampu menjadikan UUD NKRI 1945 sebagai pedoman untuk

menyelesaikan setiap persoalan negara dalm kehidupan berbangsa

dan bernegara.

4) Menghindarkan sikap dan tindakan yang inkonstitusional yang

dapat melanggar nilai-nilai demokrasi. ( Nur Wahyu Rochmadi,

2011:112 )

1) Pentingnya Konstitusi dalam Suatu Negara

Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu

negara merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena tanpa

konstitusi, bias jadi tidak akan terbentuk sebuah negara. Mengapa

konstitusi itu penting? Untuk menjawab pertanyaan ini, berikut ada

beberapa pendapat mengenai pentingnya konstitusi bagi suatu negara,

antara lain:

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 59: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

66

(a) Dr. A. Hamid S. Attamimi menegaskan bahwa konstitusi atau

Undang-Undang Dasar merupakan suatu hal yang sangat sebagai

pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai

pegangan, mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan,

(b) Menurut Bagir Manan. hakikat konstitusi merupakan perwujudan

paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme yaitu pembatasan

terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap

hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.

(c) Miriam Budiardj mengatakan:

"Di dalam negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi

konstitusional, Undang-Undang Dasar mempunyai fungsi yang

khan yaitu rnembatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa

sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-

wenang. Dengan demikian, diharapkan hak-hak warga negara akan

lebih telrindung”.

(d) Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas

kekuasaan tersebut, Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat

dari fungsinya terbagi ke dalam dua bagian, yakni

(1) Membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan

pemerintah atau penguasa dais negara. Lebih lanjut, ia

mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang negara dari

sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan,

maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau

kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi

di antara beberapa lembaga kenegaraan, seperti antara lembaga

legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 60: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

67

(2) Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan

sebagai alat untuk menjamin hak-hak warga negara. Hak-hak

tersebut mencakup hak-hak asasi, seperti hak untuk hidup,

kesejahteraan hidup, dan hak kebebasan.

2) Melaksanakan, Mengembangkan, dan Menjaga Konstitusi

(a) Melaksanakan Konstitusi dalam Kehidupan Bermasyarakat,

Berbangsa, dan bernegara Seperti sudah disinggung di

muka, konstitusi atau UUD adalah hukum dasar yang

tertulis. Hal itu mengandung pengertian bahwa

(1) Sebagai hukum, UUD 1945 bersifat mengikat, baik pada

pemerintah, pada setiap lembaga negara, lembaga

masyarakat, serta mengikat pada setiap warga negaranya.

(2) Selaku hukum, UUD berisi norma-norma, kaidah-

kaidah, aturan-aturan atau ketentuan yang harus

dilaksanakan dan ditaati oleh semua pihak yang terikat

dalam negara tersebut.

(3) Selaku hukum dasar, UUD berfungsi sebagai sumber

hukum. Setiap produk hukum seperti UU, Peraturan

pemerintah (PP), Peraturan Pengganti UU (Perpu), dan

sebagainya. Demikian juga pada setiap tindakan

pemerintah dengan berbagai kebijakannya harus

berdasarkan pada peraturan yang tertinggi, yaitu UUD.

(b) Mengembangkan Konstitusi sehingga Mampu Mengikuti

Perkembangan Zaman Pengembangan konstitusi ini

merupakan bagian dari reformasi hukum di Indonesia.

Sejarah ketatanegaraan Negara Republik Indonesia mencatat

bahwa selarna. UUD 1945 diberiakukan, sebelum pernah

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 61: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

68

dilaksanakan secara baik. Pada awal kemerdekaan, UUD

1945 pelaksanaannya diselewengkan. Bentuk

penyelewengan terhadap UUD 1945 antara lain penggantian

sistem kabinet presidensial diubah menjadi sistem kabinet

parlementer dengan demokrasi liberainya. Akibatnya,

tercipta pemerintahan yang tidak stabil sehingga, merugikan

perjuangan bangsa untuk mempertahankan kemerekaan

pada, masa itu.

Pengalaman selama dua pemerintahan sejak UUD 1945

diberlakukan kembali (masa pemerintahan Presiden

Soekarno dan Presiden Soeharto), menunjukkan suatu

pemerintahan yang otoritarian. Penyelenggaraan negara

seharusnya dijalankan berlandaskan asas kedaulatan rakyat

dan asas negara hukum namun pelaksanaannya didasarkan

atas dasar kekuasaan belaka. Kebebasan, hak asasi.

supremasi hukum, dan berbagai prinsip kerakyatan hanya

menjadi bahan penataran, jauh dari kenyataan. Kedua

pemimpin tersebut akhirnya jatuh karena, diturunkan di

tengah masa jabatannya sebagai akibat terjadinya

penyelewengan yang dilakukannya. Dari berbagai

pengamatan dan studs. menunjukkan bahwa, UUD 1945

sebagai salah satu sumber segala penyelewengan tersebut,

maka perlu adanya reformasi yang berupa amandemen untuk

menyempurnakan konstitusi tersebut.

(c) Menjaga Pelaksanaan Konstitus

Bagi masyarakat atau warga nega sikap yang baik dalam

menjaga pelaksanaan konstitusi adalah dengan mendorong

berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat. Tidak ada

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 62: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

69

demokrasi tanpa aturan hukum dan konstitusi Tanpa

konstitusi, demokrasi akan menjadi anarki. Cara menjaga

pelaksanaan konstitusi antara lain:

(1) Menciptakan kultur taat hukum yang sehat dan aktif

(culture of law).

(2) Ikut mendorong proses pernbuatan hukum yang aspiratif

(process of lawmaking).

(3) Mendukung pembuatan materi-materi hukum yang

responsif (content of law).

(4) Ikut menciptakan aparat penegak hukum yang jujur dan

bertanggung jawab (structure of law). ( dalam Joko Budi

Santoso, LKS PKn : 13 )

B. Kajian Hasil Penelitian

a. Hasil penelitian Asriyanti (2007) Universitas Muhammadiyah

Purwokerto yang berjudul Peningkatan motivasi belajar matematika

melalui pembelajaran kontekstual yang menggunakan penguatan pada

siswa kelas V SD N 1 Sumbang menyimpulkan bahwa model

pembelajarann kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa.

b. Hasil penelitian Liesna Apriliani ( 2009 ) Universitas Negeri Malang

yang berjudul Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa

melalui penerapan pendekatan CTL (contextual teaching and learning)

pada pembelajaran sejarah kelas VII di SMP Negeri 1 Malang

menyimpulkan bahwa model pembelajarann kontekstual dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Hasil penelitian Rosyidatun Sholikhah ( 2011 ) kabupaten sukoharjo

yang berjudul Peningkatan motivasi dan hasil belajar membaca puisi

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014

Page 63: BAB II Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan ...repository.ump.ac.id/1275/3/Ari Budi Prihandoko_BAB II.pdf · berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,

70

melalui model pembelajaran contekstual teaching learning (ctl) pada

siswa kelas V SD negeri Weru 3 semester I tahun pelajaran 2010/2011

menyimpulkan bahwa model pembelajarann kontekstual dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

d. Hasil penelitian Nanik Hartini ( 2010 ) Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang berjudul Penerapan model pembelajaran contextual

teaching and learning (ctl) untuk meningkatkan motivasi belajar IPA

siswa kelas II SDN 2 Gambirmanis Pracimantoro Wonogiri tahun

ajaran 2009/2010 menyimpulkan bahwa model pembelajarann

kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat

meningkatkan motivasi belajar PKn KD Konstitusi siswa kelas X E SMA

Negeri 1 Kejobong.

Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014