BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika...
-
Upload
nguyencong -
Category
Documents
-
view
227 -
download
3
Transcript of BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika...
7
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika SMP
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola
pikir dalam pemahaman suatu pengertian dalam penalaran suatu hubungan
diantara pengertian-pengertian itu. Menurut Erman (2001) pembelajaran
matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui
pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari
sekumpulan objek.
Menurut Depdiknas (2006) bahwa matematika meliputi aspek-aspek
bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran serta statistik dan peluang. Menurut
pandangan kontruktivis pembelajaran matematika adalah memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengkontruksikan konsep-konsep matematika
dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi.
Menurut kamus besar ilmu pengetahuan (Save M Dagun, 2005)
matematika adalah (Yun:mathematikos = secara ilmu pasti, dari mathematis atau
matheis = Pelajaran, ilmu pengetahuan) Mat ilmu pengetahuan tertua yang
berbentukdari penelitian bilangan dan ruangan, berkembang sejak jaman kuno
lewat abstraksi dan deduksi bukan melalui pengalaman indrawi; pada awalnya
terdiri dari bilangan dan gambar-gambar geometris yang sangat sederhana tapi
kemudian berkembang menjadi berbagai cabang yang rumit (program linear, teori
permainan, teori informasi dll) menyusul ditemukanya geometri non-Euklidean
dan teori himpunan, secara garis besar dapat dipilah jadi tiga bidang: matematika
murni, matematika terapan, dan dasar-dasar matematika.
Menurut R.Soedjadi (2000) matematika adalah pengetahuan tentang
penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. Sedangkan belajar itu sendiri
menurut teori dari R.Gagne (2010) adalah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Menurut
Coob (Erman, 2001) menguraikan bahwa belajar matematika dipandang sebagai
proses aktif dan konstruktivis dimana siswa mencoba menyelesaikan masalah
yang muncul sebagaimana mereka berpartisipasi secara aktif dalam latihan
matematika di kelas.
Matematika sekolah menurut Soedjadi (2000) adalah bagian dari
matematika yang dipilih berdasarkan dan berorientasi kepada kepentingan
kependidikan dan perkembangan IPTEK. Matematika menurut Peraturan
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk semua
8
jenjang pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa tujuan mata pelajaran
matematika di sekolah adalah agar siswa mampu:
1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah;
2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika;
3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh;
4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah;
5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas bahwa pembelajaran matematika
adalah pemberian kesempatan pada siswa untuk mengkontruksikan konsep-
konsep matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi.
B. Hasil Belajar
1. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar menurut Suprijono (2012) adalah pola-pola perbuatan, nilai-
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Hasil belajar
menurut Sudjana (2013) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya. Menurut Horwart Kingsley (dalam
Sudjana 2013) membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (a) keterampilan dan
kebiasan; (b) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan cita-cita. Sedangkan
menurut Gagne (2013) membagi lima kategori hasil belajr, yakni (a) informasi
verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif (d) sikap, dan (e)
ketrampilan motoris.
Menurut Oemar Hamalik (2006) hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkahlaku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sutratinah
(2001) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat
9
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.
Hasil belajar biasanya berbentuk nilai rapor.
Menurut Bloom (2012) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,
ingatan), comprehemsion (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),
application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan),
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap, mnerima), responding
(memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), chareacterization
(karakterisasi). Domaian psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, danroutinized.
Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknikm fisik, sosial,
manajerial, dan intelektual. Menurut Lindgren (2012) hasil pembelajaran meliputi
kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
Sutratinah (2001) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian usaha
kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa
dalam periode tertentu. Hasil belajar biasanya berbentuk nilai rapor.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
seseorang dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Faktor yang ada di dalam siswa itu sendiri. Faktor tersebut meliputi faktor
jasmaniah yaitu faktor kesehatan, cacat tubuh. Jika faktor tersebut terganggu
maka akan mempengaruhi belajar siswa. Faktor psikologi yaitu intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Faktor kelelahan
baik kelelahan fisik dan kelelahan rohani. Kelelahan tersebut misalnya
mengantuk, bosan lapar dan sebagainya.
2) Faktor yang ada pada luar individu. Faktor tersebut meliputi faktor keluarga.
Faktor keluarga memiliki peran penting yang mempengaruhi belajar siswa.
Keluarga menjadi lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Faktor
keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antarkeluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomis keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran,
waktu sekolah, standar pembelajaran di atas ukuran, keadaan gedung,
metode belajar, tugas rumah. Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa
dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
dimasyarakat.
10
Menurut Nugrahani (Sudjana, 2012) hasil belajar yang dicapai siswa
diperngaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor
yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
C. Model Learning Cycle
Model Learning Cycle merupakan suatu strategi dalam merancang
kegiatan pembelajaran yang dikembangkan pertama kali pada akhir tahun 1960
oleh Robert Karplus. Model ini dikembangkan lebih lagi diera awal tahun 1990
dengan proyek biologi dan didesain untuk Science Curriculum Improvement Study
(SCIS). Model Learning Cycle pada dasarnya lahir dari paradigma kontruktivisme.
Pembelajaran kontruktivisme aktivitas matematika mungkin diwujudkan melalui
beberapa tantangan masalah, kerja dalam kelopok kecil, dan diskusi kelas.
Menurut Cobb (dalam Erman 2001) bahwa belajar matematika merupakan proses
di mana siswa secara aktif mengkontruksi pengetahuan matematika.
Beberapa penelitian menunjukan keberhasilanya dalam implementasi
model Learning Cycle meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa
(Budiasih dan Widarti, 2004; Fajaroh dan Dasna, 2004). Cohen dan Clough
(Soebagio, 2000) menyatakan bahwa model Learning Cycle merupakan strategi jitu
bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes
dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Model Learning Cycle menurut
Apriyani (dalam Fajaroh dan Dasna, 2008) merupakan tahap-tahap kegiatan (fase)
yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan
berperan aktif.
Menurut Lowson (2006) siklus belajar atau seiring disebut Learning Cycle
ini menyatakan bahwa pada mulanya terdiri dari tiga tahapan kegiatan atau fase
yaitu tahap eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction),
dan penerapan konsep (concept application). Menurut Rodger W, dkk (2006)
dalam The Biological Science Curriculum Study (BSCS) headed by Bybee in 1993,
developed a constructivist study method called The 5 E Learning Cycle, which are
the stages of (1) Engagement, (2) Exploration, (3) Explanation, (4) Elaboration and
(5) Evaluation. Berdasarkan The Biological Science Curriculum Study (BSCS) headed
by Bybee in 1993, developed a constructivist study method called The 5 E Learning
Cycle :
11
1. Fase Pembangkitan Minat (Engagement)
The teacher or a curriculum task accesses the learners’ prior knowledge
and helps them become engaged in a new concept through the use of short
activities that promote curiosity and elicit prior knowledge. The activity should
make connections between past and present learning experiences, expose prior
conceptions, and organize students’ thinking toward the learning outcomes of
current activities.
Guru mengakses pengetahuan siswa dan membantu mereka untuk
memahami sebuah konsep baru, melalui pengunaan aktifitas yang membuat
menaikan rasa penasaran atau keingintahuan dan membangkitkan
pengetahuan sebelumnya atau di masa lalu. Aktfitas sebaiknya menimbulkan
sebuah hubungan antara pengetahuan sekarang dan pengalaman
pembelajaran sebelumnya, mengeksplor konsep sebelumnya dan cara siswa
berpikir terhadap hasil pembelajaran dari aktifitas terkait.
Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar.
Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan, mengembangkan minat dan
keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan dipelajari siswa. Hal ini
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ada
hubunganya dengan materi yang akan dipelajari. Siswa dibimbing guru untuk
membuat prediksi-prediksi yang nantinya akan dibuktikan pada tahap
ekplorasi.
2. Fase Eksplorasi (Exploration)
Exploration experiences provide students with a common base of
activities within which current concepts (i.e., misconceptions), processes, and
skills are identified and conceptual change is facilitated. Learners may
complete lab activities that help them use prior knowledge to generate new
ideas, explore questions and possibilities, and design and conduct a preliminary
investigation.
Pengalaman eksplorasi menyediakan siswa dengan dasar aktifitas
umum dimana menggunakan konsep yang sudah ada atau miskonsepsi, proses
dan keterampilan diidentifikasi dan perubahan konsep telah difasilitasi. Pada
tahap ini membantu siswa untuk menggunakan pengetahuan sebelumnya
untuk menerima ilmu baru, mengeksplorasi pertanyaan dan kemungkinan, dan
mendesain, dan mengumpulkan sebuah pendahulan yang bersifat
menginvestigasi.
12
Tahap eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada
tahap eksplorasi dibentuk kelas-kelas kecil antara 5-6 siswa, kemudian
diberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok, dalam kelas ini
siswa didorong untuk menguji prediksi-prediksi yang telah dibuat. Siswa
mencoba alternative pemecahannya dengan teman kelompoknya yang
berkembang dalam diskusi. Tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator.
3. Fase Penjelasan (Explanation)
The explanation phase focuses students’ attention on a particular aspect
of their engagement and exploration experiences and provides opportunities to
demonstrate their conceptual understanding, process skills, or behaviors. This
phase also provides opportunities for teachers to directly introduce a concept,
process, or skill. Learners explain their understanding of the concept. An
explanation from the teacher or the curriculum may guide them toward a deeper
understanding, which is a critical part of this phase.
Fokus terhadap perhatian siswa, terhadap aspek tertentu dari pemahan
dan penjelasan dimasa lalu dan menyediakan kesempatan untuk
memperlihatkan konsep pengertian mereka, proses ketrampilan atau
tingkahlaku. Dibagian ini juga disediakan untuk guru untuk secara langsung
mengenalkan sebuah konsep, atau keterampilan. Siswa menjelakan pemahan
mereka dari sebuah konsep.
Tahap penjelasan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap ini,
guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan
kalimat mereka sendiri, guru meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa,
dan kelompok lain menanggapi secara kritis dan terjalin interaksi antara guru
dengan siswa, siswa dengan siswa lain, diskusi antarkelompok.
4. Fase Penerapan Konsep (Elaboration)
Teachers challenge and extend students’ conceptual understanding and
skills. Through new experiences, the students develop deeper and broader
understanding, more information, and adequate skills. Students apply their
understanding of the concept by conducting additional activities.
Tantangan guru dan meluaskan konsep pemahan siswa dan
keterampilanya. Melalui pengalaman baru, siswa berkembang lebih dalam dan
meluaskan pemahaman, informasi yang lebih banyak, dan keterampilan yang
layak. Siswa mengaplikasikan pemahanya dengan mengadakan aktifas tambahan.
13
Tahap elaborasi merupakan tahap keempat siklus belajar. Pada tahap
elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dimiliki dalam
situasi baru atau konteks yang berbeda. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik
oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat.
5. Fase Evaluasi (Evaluation)
The evaluation phase encourages students to assess their understanding
and abilities and provides opportunities for teachers to evaluate student progress
toward achieving the educational objectives.
Tahap evaluasi mendorong siswa untuk menambah pemahan mereka dan
kemampuan dan menyediakan kesempatan untuk guru untuk mengevaluasi
perkembangan siswa terhadap pencapaian dari sebuah tujuan pendidikan. Tahap
evaluasi merupakan tahap terakhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru
melakukan interaksi tanya jawab dengan siswa mengenai konsep yang telah
dipelajari siswa.
Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan seperti
yang telah diuraikan diatas mengenai pembelajaran matematika dan tujuan
diberikanya mata pelajaran matematika Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang standar isi untuk semua jenjang pendidikan dasar dan
menengah, maka pelajaran matematika di SMP akan sangat cocok (sesuai dengan
keadaan atau kenyataan dilapangan siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga yang
diuraikan diatas) bila dalam pembelajaran matematikaditerapkan model Learning
Cycle. Siswa diharapkan dapat membangun sendiri pengetahuan kognitifnya dan
kedudukan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya tahap-
tahapan atau fase-fase tersebut mulai dari enggament, eksploration, explanation,
elaboration, dan evaluation yang berfungsi membantu siswamenemukan konsep
pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari model Learning
Cyclesendiri yang pada dasarnya berasal dari paradigma kontruktivisme.
Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran
Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 1. Menarik perhatian siswa.
2. Membuat siswa merasa
ingintahu mengenai materi yang
akan dipelajari.
3. Menjadikan siswa bertanya-
tanya.
4. Mengungkapkan apa yang siswa
ketahui atau pikiran tentang
konsep yang akan dipelajari.
1. Menanyakan tentang pernyataan
atau bertanya tentang topik yang
akan dipelajari.
2. Menunjukkan minat pada topik
yang akan disampaikan.
14
2 1. Mendorong siswa untuk bekerja
bersama-sama dengan instruksi
dari guru, siswa membentuk
kelompok 5-6 siswa.
2. Mengamati dan mendengarkan
para siswa yang sedang
berinteraksi dengan siswa
lainnya.
3. Memberikan pertanyaan yang
mengadung penyelidikan untuk
mengarahkan kembali siswa
pada aktivitas penyelidikan.
4. Berperan sebagai konsultan
bagi siswa.
1. Berpikir secara bebas dalam ruang
lingkup aktivitas.
2. Menguji prediksi-prediksi dan
hipotesis-hipotesis yang diajukan.
3. Merumuskan prediksi dan hipotesis
baru.
4. Mencoba kemungkinan-
kemungkinan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dan
mendiskuskan dengan teman yang
lain.
5. Membuat laporan hasil
penyelidikandan gagasan-gagasan
yang muncul.
3 1. Mendorong para siswa untuk
menjelaskan konsep-konsep
dan definisi-definisi
menggunakan kalimat mereka
sendiri.
2. Meminta siswa menyajikan
bukti-bukti dari gagasan
mereka.
3. Jika diperlukan, guru
mengklarifikasi definisi-definisi,
penjelasan-penjelasan, dan
istilah-istilah ilmiah.
4. Menggunakan pengalaman
siswa saat melakukan fase
exploration sebagai dasar untuk
menjelaskan konsep.
5. Menilai perkembangan
pemahaman siswa.
6. Mengoreksi konsepsi yang salah
1. Menjelaskan jawaban-jawaban yang
mungkin atau menjawab
pertanyaan siswa lain.
2. Mendengarkan penjelasan siswa
lain dengan kritis.
3. Mengajukan pertanyaan yang
terkait dengan penjelasan siswa
lain.
4. Mendengarkan dan mencoba untuk
memahami penjelasan yang
disampaikan oleh guru.
5. Menggunakan hasil pengamatan
untuk menjelaskan.
4 1. Menciptakan tantangan bagi
siswa untuk menerapkan
pengetahuan yang baru saja
diperoleh.
2. Mengkonfirmasi pemahaman
siswa dengan menanyakan,
”Apa yang sudah kamu
ketahui?” dsb.
1. Mengaplikasikan istilah-istilah baru,
definisi-defnisi, penjelasan-
penjelasan, dan keterampilan-
keterampilan pada kondisi yang
baru.
2. Menarik simpulan berdasarkan
bukti-bukti.
3. Mengecek pemahaman terhadap
topik satu sama lain.
5 1. Mengamati siswa saat mereka
menerapkan konsep dan
keterampilan yang baru.
2. Menilai pengetahuan dan
keterampilan siswa.
1. Menunjukkan pemahaman atau
pengetahuan terhadap konsep atau
keterampilan.
2. Mengevaluasi kemajuan dan
pengetahuan masing-masing.
15
3. Mencari bukti-bukti yang
menunjukan bahwa pikiran dan
perilaku mereka telah
mengalami perubahan.
4. Menyediakan kesempatan bagi
para siswa untuk menilai
pembelajaran mereka sendiri
dan keterampilan dalam
kelompok mereka sendiri.
3. Mengajukan pertanyaan yang
mendorong penyelidikan baru di
masa datang.
Menurut Fajaroh (2008), model learning cycle memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya: 1) Merangsang kembali siswa untuk mengingat kembali
materi pembelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya; 2) memberikan
motivasi kepeda siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan menambah rasa
keingintahuan; 3) melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
eksperimen; 4) melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah
mereka pelajari; 5) memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari,
menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah
dipelajari.Kelemahan model siklus belajar : 1) Persiapannya memerlukan banyak
tenaga, pikiran, alat dan waktu; 2) memerlukan pendidik yang mampu mengelola
kelas dan mengatur kerja kelompok dengan baik; 3) membutuhkan media,
fasilitas dan biaya yang cukup besar.
D. Penelitian Relevan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Nina Agustyaningrum (2010)
meneliti tentang Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2
Sleman. Hasil penelitianya menunjukan persentase kemampuan komunikasi
matematis yang berhasil dicapai siswa pada akhir siklus II adalah sebesar 69,21%
telah mencapai kategori tinggi (menurut lembar observasi) dan 70,11% telah
mencapai kategori baik (menurut hasil tes).
Adhe Lynna Prisma Suhartha, Janet Trineke Manoy (2011) meneliti
tentang Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Pada Materi Kubus dan
Balok. Hasil penelitianya menunjukan bahwa Aktivitas guru yang paling dominan
adalah membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS yaitu
sebesar 37,04 % dan aktivitas siswa yang paling dominan adalah membaca dan
mengerjakan LKS sebesar 37,37 %. Ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara
individu terdapat 30 orang siswa yang tuntas dan 10 orang siswa tidak tuntas.
Rosane (2011) meneliti tentang Pengembangan Model Siklus Belajar
(Learning Cycle) untuk meningkatkan Kemampuan Penguasaan Aplikasi Konsep
16
(Studi Pengembangan Model Pembelajaran untuk Bidang Sains di Sekolah Dasar.
Hasilpenelitian dan pengembangan menghasilkan Model Pembelajaran Sains
dengan Model Siklus Belajar (LearningCycle) sebagai model pembelajaran Sains
yang dapat meningkatkan kemampuan penguasaan aplikasi konsep Sains siswa SD.
Tuna dan kacar (2013) meneliti tentang The Effect Of 5e Learning Cycle
Model In Teaching Trigonometry On Students’ Academic Achievement And The
Permanence Of Their Knowledge. Hasil penelitiannya yang menunjukan bahwa
kelas eksperimen hasil akademiknya dan pengetahuan trigonometrinya lebih tinggi
dibanding dengan kelas kontrol yang tidak diterapkan model Learning Cycle.
Tia Purniati, Kartika Yulianti, Ririn Sispiyati (2007) meneliti tentang
Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Mahasiswa Pada Kapita Selekta Matematika. Hasil penelitianya
menunjukan bahwa pembelajaran dengan model Learning Cycle dapat
meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa pada Kapita Selekta Matematika.
Berdasarkan hasil angket dan wawancara, mahasiswa memberikan sikap positif
terhadap penerapan model pembelajaran ini.
E. Kerangka Berpikir
Proses belajar mengajar memiliki peran penting tercapainya hasil belajar
siswa. Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola
pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu
hubungan di anatara pengertian-pengertian itu. Observasi yang telah dilakukan di
kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga, pembelajaran matematika cenderung
berpusat pada guru. Pembelajaran seperti itu membuat siswa kurang aktif atau
pasif, siswa terlihat kurang antusias, dan sebagian siswa sibuk main sendiri. Hal
tersebut tidak sesuai dengan tujuan diberikanya mata pembelajaran matematika
sekolah yang sudah dijelaskan oleh Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 dalam standar isi. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran
matematika yang menyenangkan, dapat meningkatkan ketrampilan sosial dan
aktivitas siswa, membantu siswa dalam memahami dan menguasai konsep-
konsep matematika yang telah dipelajari melalui kegiatan atau belajar secara
berkelompok, sehingga hasil belajar matematika dapat tercapai optimal.
Materi bangun datar merupakan materi yang membutuhkan pemahaman,
ketelitian dalam memahami bangun datar, karena jenis bangun datar yang
meliputi persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, trapesium, jajar
genjang, dan layang-layang. Siswa harus bisa membedakan dan mengidentifikasi
jenis-jenis bangun datar, menerapkan rumus keliling dan luas bangun datar
17
segiempat dengan tepat sehingga ketika siswa dihadapkan dengan soal
pemecahan masalah tidak mengalami kesulitan atau kendala.
Mengatasi masalah yang diuraikan di atas, pembelajaran matematika
harus diperbaiki agar siswa dapat mencapai kompetensi yang telah ditentukan.
Sebuah usulan yaitu model Learning Cycle diterapkan dalam pembelajaran
matematika. Model Learning Cycle pada dasarnya lahir dari paradigma
kontruktivisme. Pembelajaran kontruktivisme aktivitas matematika mungkin
diwujudkan melalui beberapa tantangan masalah, kerja dalam kelopok kecil,
diskusi kelas, dan membangun sebuah konsep. Model Learning Cycle meliputi
beberapa tahap yaitu : (1) Engagement, (2) Exploration, (3) Explanation, (4)
Elaboration and (5) Evaluation. Beberapa tahapan dalam Learning Cycle akan
membantu siswa dalam belajar memahami sebuah konsep. Siswa harus
menempuh setiap tahapan-tahapan untuk melanjutkan ketahapan selanjutnya.
Kelebihan model Learning Cycle diantaranya: 1) Merangsang kembali siswa
untuk mengingat kembali materi pembelajaran yang telah mereka dapatkan
sebelumnya; 2) memberikan motivasi kepeda siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran dan menambah rasa keingintahuan; 3) melatih siswa belajar
menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen; 4) melatih siswa untuk
menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari; 5) memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan dan menjelaskan
contoh penerapan konsep yang telah dipelajari.
Berkaitan dengan masalah yang telah diuraikan dan beberapa kajian
tentang model Learning Cycle maka, diharapkan model Learning Cyle ini dapat
memperbaiki hasil belajar matematika siswa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitin, masalah penelitian dan kajian pustaka,
maka dirumuskan hipotesis penelitian adalah terdapat pengaruh model Learning
Cycle terhadap hasil belajar matematika pada materi bangun datar siswa kelas VII
SMP Pangudi Luhur Salatiga Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014.
18
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Kondisi awal
Pembelajaran
menggunakan metode
ceramah dan driil.
Kondisi siswa pasif, hanya
didominasi siswa tertentu,
siswa kurang berminat dalam
belajar dan pembelajaran
kurang menyenangkan.
Siswa takut
mengungkapkan
pendapatnya.
Hasil belajar matematika
rendah Dibutuhkan pembelajaran yang
aktif, menyenangkan,
meningkatkan minat dan
keinguntahuan dan siswa dapat
membangun konsep sendiri. Siswa dapat membangun
sebuah konsep dan
belajar aktif.
Salah satu pembelajaran
yang dapat membuat siswa
aktif dan dapat membangun
sebuah konsep sendiri
adalah Learning Cycle.
Hasil belajar matematika siswa baik
Pendidikan yang sukses
Learning Cycle
Menumbuhkan minat dan
keingintahuan siswa.
Siswa bekerja sama dalam
kelompok, menguji prediksi,
melakukan dan mencatatan
pengamatan serta ide-ide melalui
kegiatan praktikum telaah literatur.
Mendorong siswa menjelaskan
konsep dengan kalimat mereka
sendiri.
Siswa diberi kesempatan untuk
mengembangkan konsep
Kondisi siswa
Rasa keingintahuan siswa
meningkat
Siswa aktif belajar dalam
kelompok dan berlatih inovatif.
Siswa berani dalam
mengungkapkan pendapatnya
dan
berlatihbertanggungjawab.
Siswa belajar berpikir kritis