BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan...

63
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN DAERAH DAN PERKEMBANGAN DESA DI PROVINSI BALI 2.1 Desentralisasi Secara etimologi istilah desentralisasi berasal dari bahasa Latin, yaitu ” de ” berarti lepas dan centrum berani pusat. Jadi menurut perkataan berasal dari desentralisasi adalah melepaskan dari pusat. 21 Desentralisasi dalam arti self government menurut Smith dalam Khairul Muluk 22 berkaitan dengan adanya subsidi teritori yang memiliki self government melalui lembaga politik yang akan direkrut secara demokratis sesuai dengan batas yuridiksinya. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam pemilihan anggota dewan perwakilan rakyat daerah baik provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan atas daerah pemilihan yang mencerminkan aspirasi rakyat di daerah pemilihan tenentu. Karena dewan perwakilan rakyat daerah merupakan elemen dalam penyelenggraaan pemerintahan di daerah. Menurut Henry Maddick dalam Juanda, desentralisasi merupakan pengalihan kekuasaan secara hukum untuk melaksanakan fungsi yang 21 Juanda, 2004, Hukum Pemerintahan Daerah, Pasang Surut Hubungan Kewenangan antara DPRD dan Kepala Daerah, PT. Alumni Bandung, hal. 117. 22 Smith, dalam Khairul Muluk, 2005, Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah, Banyumedia Publishing, Malang, hal. 8. 19

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan...

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

19

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI,

PEMERINTAHAN DAERAH DAN PERKEMBANGAN DESA DI

PROVINSI BALI

2.1 Desentralisasi

Secara etimologi istilah desentralisasi berasal dari bahasa Latin,

yaitu ”de” berarti lepas dan centrum berani pusat. Jadi menurut perkataan

berasal dari desentralisasi adalah melepaskan dari pusat. 21

Desentralisasi dalam arti self government menurut Smith dalam

Khairul Muluk22 berkaitan dengan adanya subsidi teritori yang memiliki

self government melalui lembaga politik yang akan direkrut secara

demokratis sesuai dengan batas yuridiksinya. Hal ini dimaksudkan bahwa

dalam pemilihan anggota dewan perwakilan rakyat daerah baik provinsi

dan kabupaten/kota berdasarkan atas daerah pemilihan yang

mencerminkan aspirasi rakyat di daerah pemilihan tenentu. Karena dewan

perwakilan rakyat daerah merupakan elemen dalam penyelenggraaan

pemerintahan di daerah.

Menurut Henry Maddick dalam Juanda, desentralisasi merupakan

pengalihan kekuasaan secara hukum untuk melaksanakan fungsi yang

21 Juanda, 2004, Hukum Pemerintahan Daerah, Pasang Surut Hubungan Kewenangan

antara DPRD dan Kepala Daerah, PT. Alumni Bandung, hal. 117. 22 Smith, dalam Khairul Muluk, 2005, Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah,

Banyumedia Publishing, Malang, hal. 8.

19

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

20

spesifik maupun residual yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. 23

Amrah Muslimin menyebutkan, sistem desentralisasi, yaitu pelimpahan

kewenangan pada badan-badan dan golongan-golongan dalam masyarakat

dalam daerah tertentu mengurus rumah tangganya sendiri. 24

Berdasarkan pendapat Bachrul Elmi menyebutkan, bahwa

desentralisasi berarti memberikan sebagian dari wewenang pemerintahan

pusat kepada daerah, untuk melaksanakan dan menyelesaikan urusan yang

menjadi tanggung jawab dan menyangkut kepentingan daerah yang

bersangkutan (otonomi). Urusan yang menyangkut kepentingan dan

tanggung jawab daerah meliputi : urusan umum dan pemerintahan,

penyelesaian fasilitas pelayanan dan urusan sosial, budaya, agama dan

kemasyarakatan.25

Penyerahan urusan pemerintahan lebih lanjut menurut Siswanto

Sunarno26 menjelaskan bahwa desentralisasi berarti pelepasan tanggung

jawab yang berada dalam lingkup pemerintahan pusat ke pemerintahan

daerah, Desentralisasi seringkali disebut pemberian otonomi. Dengan kata

lain, bahwa desentralisasi merupakan penotonomian menyangkut proses

memberikan otonomi kepada masyarakat dalam wilayah tertentu.

Pada hakekatnya pemerintahan daerah melaksanakan asas

desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah

23Henry Maddick dalam Juanda, Loc. Cit. 24Amrah Muslimin, 1986, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, Alumni, Bandung, hal.

5. 25Bachrul Elmi, 2002. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia, Universitas

Indonesia Press, hal. 7. 26Siswanto Sunarno, Op.Cit, hal. 52.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

21

kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan

penyelenggaraan pemerintahan wajib dan pilihan dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan otonomi daerah adalah adalah

hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah daerah dalam fungsi mengatur bersifat menetapkan peraturan-

peraturan terhadap kepentingan daerah yang bersifat abstrak berisi norma

perintah dan larangan, sedangkan tindakan mengurus bersifat peristiwa

konkrit serta tindakan mengadili yaitu mengambil tindakan dalam bentuk

keputusan untuk menyelesaikan sengketa dalam hukum publik, privat dan

hukum adat.

Sistem daerah otonom berdasarkan asas desentralisasi,

pemerintahan daerah melakukan urusan penyelenggaraan rumah tangga

sendiri telah didelegasikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah, oleh Jimly Asshiddiqie27, dinyatakan memiliki kewenangan untuk

mengurus, sebagai urusan rumah tangga daerahnya sendiri, sehingga

dikenal tiga ajaran dalam pembagian penyelenggaraan pemerintah

negara,yakni: (1) ajaran rumah tangga materiil; (2) ajaran rumah tangga

formil; dan (3) ajaran rumah tangga riil. Lebih lanjut ketiga ajaran rumah

tangga ini dijelaskan oleh Jimly Asshiddiqie sebagai berikut :28

27 Jimly Asshiddigie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Pasca Reformasi, PT. Bhuana

Ilmu Populer, Jakarta, hal. 423. 28 Ibid, hal. 424-426

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

22

1. Ajaran rumah tangga materiil, untuk mengetahui yang manakah

urusan yang termasuk rumah tangga daerah atau pusat. Urusan

rumah tangga ini melihat materi yang ditentukan akan diurus oleh

pemerintahan pusat atau daerah masing-masing. Dengan demikian

pemerintah pusat dinilai tidak akan mampu menyelenggarakan

sesuatu urusan dengan baik karena urusan itu termasuk materi yang

dianggap hanya dapat dilakukan oleh daerah, atau sebaliknya

pemerintah daerah tidak akan mampu menyelenggarakan suatu

urusan karena urusan itu termasuk materi yang harus

diselenggarakan oleh pusat.

2. Ajaran rumah tangga formil, merupakan urusan rumah tangga

daerah dengan penyerahannya didasarkan atas peraturan perundang-

undangan, sehingga hal-hal yang menjadi urusan rumah tangga

daerah dipertegas rinciannya dalam undang-undang.

3. Ajaran rumah tangga riil, yaitu urusan rumah tangga yang

didasarkan kepada kebutuhan riil atau keadaan yang nyata, dengan

didasarkan pertimbangan untuk mencapai manfaat yang sebesar -

besarnya, sesuatu urusan yang merupakan wewenang pemerintah

daerah dikurangi, karena urusan itu menurut keadaan riil sekarang

berdasarkan kebutuhan yang bersifat nasional. Akan tetapi

sebaliknya suatu urusan dapat pula dilimpahkan kepada daerah

untuk menjadi suatu urusan rumah tangga daerah, mengingat

manfaat dan hasil yang akan dicapai jika urusan itu tetap

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

23

diselenggarakan oleh pusat akan menjadi berkurang dan

penambahan atau pengurangan suatu wewenang harus diatur dengan

undang-undang atau peraturan peraturan lainnya.

Pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi seluas-luasnya,

berdasarkan pendapat Sudono Syueb menyebutkan pada intinya, bahwa

daerah diberikan kebebasan dan kehadirian untuk mengurus rumah

tangganya sendiri, termasuk menentukan sendiri kepala daerah dan dewan

perwakilan rakyat daerah dalam pemilihan langsung kepada masyarakat.

Melalui pemilihan langsung, maka dihasilkan kepala daerah otonom

adalah pemimpin rakyat di daerah bersangkutan yang mempunyai

kewajiban untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah guna

mewujudkan kesejahteraaan rakyat di daerah. Sebagai kepala daerah

otonom, dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan

prinsip demokrasi, karena melibatkan sebesar-besarnya peran rakyat dalam

penyelenggaraan pemerintahan di daerah serta menciptakan kesejahteraan

rakyat. Pemerintahan yang demokratis akan dapat menyelenggarakan roda

pemerintahan berdasarkan prinsip akuntabilitas dan transparansi,

partisipatif efektif dan efisien serta bermoral yaitu pemerintahan daerah

melaksanakan tindakan pemerintahan dengan baik dan mempertanggung-

jawabkan kepada pemerintah dan rakyat sesuai dengan prinsip

akuntabilitas, serta dapat berlangsung secara terbuka dan siap dikoreksi

oleh rakyat sesuai esensi prinsip transparansi.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

24

Menurut pendapat peneliti desentralisasi dalam asas otonomi dan

tugas pembantuan sesuai dengan Pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam penyelenggaraan urusan

pemerintahan daerah dilaksanakan dalam ruang lingkup Negara Kesatuan

Republik Indonesia merupakan kebebasan dan kemadirian yang seluas-

luasnya dilakukan oleh pemerintahan daerah. Oleh karena itu, dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilaksanakan oleh kepala

daerah yang memiliki fungsi atau bidang pekerjaan sebagai penyelenggara

pemerintahan daerah melaksanakan otonomi daerah dan desentralisasi

sesuai dengan demokrasi.

2.2 Pemerintahan Daerah

Sistem pemerintahan daerah di Indonesia, menurut Undang

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa daerah

Indonesia dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan dibagi

pula dalam daerah-daerah yang lebih kecil. Hal ini secara terimplisit

dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 18.

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,

yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai

pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

25

(2) Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan.

(3) Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih

melalui pemilihan umum.

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala

pemerintahan daerah propinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara

demokratis.

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali

urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai

urusan Pemerintah.

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan

peraturan peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan.

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur

dalam undang-undang.

Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah, pengertian Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan

perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

26

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang dimaksud

dengan pemerintah daerah menurut Pasal 1 angka 3 adalah Pemerintah

Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak terlepas dari

penyelenggaraan pemerintahan pusat, karena pemerintahan daerah

merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintahan negara. Dalam

teritorial negara Indoenesia terdapat lebih kurang 250

zelfbesturendelandchappen dan volksgemeen schappen29, seperti desa di

Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang dn

sebagainya. Daerah-daerah tersebut mempunyai kedudukan dan

masyarakat asli dan dapat dianggap sebagai daerah yang mempunyai

keistimewaan di daerah tersebut. Dengan demikian asas penyelenggaraan

pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,

termasuk asas-asas penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah.

Berdasarkan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggara Pemerintahan Daerah

provinsi dan kabupaten/kota terdiri atas kepala daerah dan DPRD dibantu

oleh Perangkat Daerah. dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah

29 Siswanto Sunarno, 2009, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar Grafika,

Jakarta, h. 1.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

27

berpedoman pada asas penyelenggaraan pemerintahan negara yang terdiri

atas:

a. kepastian hukum;

b. tertib penyelenggara negara;

c. kepentingan umum;

d. keterbukaan;

e. proporsionalitas;

f. profesionalitas;

g. akuntabilitas;

h. efisiensi;

i. efektivitas; dan

j. keadilan.

Berdasarkan penjelasan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

Huruf a

Yang dimaksud dengan “kepastian hukum” adalah asas dalam negara

hukum yang mengutamakan landasan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “tertib penyelenggara negara” adalah asas yang

menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam

pengendalian penyelenggara negara.

Huruf c

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

28

Yang dimaksud dengan “asas kepentingan umum” adalah asas yang

mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,

akomodatif, dan selektif.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan" adalah asas yang membuka diri

terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur,

dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap

memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia

negara.

Huruf e

Yang dimaksud dengan "asas proporsionalitas" adalah asas yang

mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara

negara.

Huruf f

Yang dimaksud dengan "asas profesionalitas" adalah asas yang

mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “asas akuntabilitas” adalah asas yang menentukan

bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara

harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat

sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

29

Huruf h

Yang dimaksud dengan “asas efisiensi” adalah asas yang berorientasi pada

minimalisasi penggunaan sumber daya dalam penyelenggaraan negara

untuk mencapai hasil kerja yang terbaik.

Huruf i

Yang dimaksud dengan “asas efektivitas” adalah asas yang berorientasi

pada tujuan yang tepat guna dan berdaya guna.

Huruf j

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa setiap tindakan

dalam penyelenggaraan negara harus mencerminkan keadilan secara

proporsional bagi setiap warga negara.

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dengan melibatkan

partisipasi berbagai komponen masyarakat dan trasparansi sebagai bahan

informasi bagi masyarakat didalam upaya untuk meningkatkan kredibilitas

masyarakat, untuk penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan effektif

dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan dalam proses perencanaan

pemerintahan menuju good governance. Pemerintahan daerah yang

bertanggungjawab menunjukan tata masyarakat yang berubah, terciptanya

kebutuhan kesejahteraan dalam kemakmuran serta berkeadilan yang

melibatkan masyarakat, maka dikembangkan konsep good governance

(kepemimpinan yang baik). Good governance penerpana asas-asas umum

penyelenggaraan pemerintahan karena pejabat publik atau administrasi

negara mempunyai kecendrungan untuk menyalahgunakan kekuasaan,

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

30

apalagi tidak dibatasi secara tegas oleh peraturan atau tanpa pengawasan

yang bersifat fungsional.30

Menurut pendapat Osborn dan Gaebler dalam Bachrul Elmi,

adanya paradigma baru pemerintah daerah menuju good governance,

dengan mengemukan 10 (sepuluh) prinsip sebagai berikut :

1. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi, dalam membuat program

selalui berdasarkan misi yang sudah disusun. Peraturan-peraturan

yang tidak sesuai dengan misis yang diemban harus dibuang,

sehingga misi dapat digerakkan organisasi dengan semangat tinggi

dari aparat pemerintah. Melalui pengembangan sistem anggaran

dapat diinvenstasikan dana untuk mrespon perubahan-peruban dan

melakukan inovasi-inovasi baru.

2. Pemerintah milik masyarakat, tugas pemerintah adalah mendorong

dan memberikan motivasi agar masyarakat dapat mengatasi masalah

yang dihadapinya sendiri. Kepedulian masyarakat terhadap

permasalahan yang mereka hadapi sangat penting dan dibutuhkan.

Pemerintah memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada

masyarakat dan swasta dan tetap bertanggungjawab sampai terdapat

kepastian bahwa berbagai kebutuhan masyarakat telah terpenuhi.

3. Pemerintah yang kompetitif, pemerintah dalam melaksanakan

program perlu mengundang pesaing-pesaing dengan tujuan untuk

menghasilkan pelayanan terbaik sehingga tidak terdapat monopoli.

Kompetisi akan mendorongg inovasi dan upaya untuk mencapai

kesempurnaan. Pola mengembangkan kompetisis dalam pemeberian

pelayanan memberikan keuntungan sebagai berikut : (a) efisiensi

yang lebih besar, (b) respon terhadap kebutuhan masyarakat lebih

30 Nomensen Sinamo, 2015, Hukum Aministrasi Negara, Jala Permata Aksara, Jakarta, h.

165.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

31

baik, (c) menghargai inovasi ,(d) semangat juang aparat yang lebih

tinggi.

4. dengan memanfaatankan sektor swasta untuk melakukan yang

terbaik dalam pembangunan, terjalin hubungan kemitraan dalam

pengelolaan sumber daya alam yang potensial bagi sebesar -

besarnya kemakmuran rakyat. Kemampuan mengarahkan sebagai

katalis menimbulkan keuntungan-keuntungan sebagai pengemudi

sehingga manajemen pemerintahan berlangsung lebih efisien, lebih

fleksibel, lebih dapat dinilai kinerjanya, lebih kreatif, lebih

berpengalaman dan lebih menyeluruh pemecahannya.

5. Pemerintah yang transparansi dalam urusan publik, transparansi

dalam urusan publik merupakan salah satu tuntutan masyarakat.

Urusan publik harus ditangani secara cermat, tepat, efektif dan

efisien, sehingga terwujud pemerintahan yang bersih dan

berwibawa.

6. Pemerintah yang berorientasi hasil, mencapai tujuan suatu program

adalah sangat penting, sehingga anggaran diarahkan untuk tujuan

tersebut. Dengan meningkatkan mutu hasil, seperti mutu sekolah,

mutu kesehatan, mutu pelayan hotel, dan sebaginya. Masyarakat

merasa puas dan dalam hal sistem skorsing dan ranking segala

kegiatan yang menyangkut pelayanan hendaknya dapat berjalan.

7. Pemerintah wirausaha, pemerintah bukan hanya sebagai badan yang

menghabiskan dana saja, tetapi seharusnya juga dapat menghasilkan

uang sebagaimana bisnis. Keuntungan dapat dimanfaatakan untuk

kesejahteraan masyarakat dan pegawai negeri. Dalam hal ini

sebagai contoh pemanfaatan limbah yang dapat didaur ulang

sehingga menghasilkan dana untuk pemerintah dalam menjalankan

programnya.

8. Pemerintah antisipatif, dengan semboyan ”lebih baik mencegah dari

pada mengobati, pemerintah meningkatkan kepekaan terhadap

persoalan- persoalan yang bakal timbul ditengah-tengah masyarakat

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

32

agar secara dini dapat mengantisipasinya. Dengan penerapan

peraturan pembangunan, misalnya , dapat dicegah kebakaran secara

dini. Pencegahan mempunyai visi ke depan melalui rencana yang

antisipatf.

9. Pemerintah desentralisasi, kewenangan desentralisasi memberikan

kekuatan yang besar bagi pemerintah daerah untuk berkembang

mengurus rumah tangganya sendiri. Pemerintah lokal mempunyai

otoritas melakukan keputusan sendiri, sesuai dengan kondisi

masalah yang dihadapi, karena dalam era globalisasi, kecepatan

informasi harus diimbangi dengan kecepatan pengambilan

keputusan.

10. Pemerintah berorientasi pasar, pemerintah mendorong masyarakat

dan swasta untuk menghasilkan produk-produk yang berorientasi

pasar. Masyarakat diberi insentif supaya lebih efektif dalam

berproduksi. Keuntungan mekanisme pasar adalah : (a) pasar

didesentralisasi (akan membentuk persaingan/kompetisi),

(b)mendukung konsumen untuk menentukan pilihan sendiri, (c)

mengaitkan sumber daya secara langsung kepada hasil, (d) pasar

memberikan respon terhadap perubahan yang cepat, (e) pasar

memungkinkan pemerintah mencapai skala yang dibutuhkan untuk

pemecahan masalah – masalah yang serius.31

2.3 Perkembangan Desa Di Provinsi Bali

Masuknya kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda ke Bali Selatan (1906-

1908) menggantikan posisi kerajaan atas desa-desa di Bali dalam

penyelenggaraan pemerintahan di Bali, pemerintahan kolonial Belanda

menerapkan dua sistem pemerintahan; Sistem pemerintahan langsung di bawah

31Bachrul Elmi, 2002, Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia ,

Universitas Indonesia Press, Jakarta, h. 15.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

33

Belanda dan sistem pemerintahan sendiri oleh raja-raja yang disebut dengan

daerah swapraja. Dalam penyelenggaraan pemerintahan pemerintah belanda

memanfaatkan Perbekel sebagai wakilnya untuk mengawasi keadaan di desa

dengan Perbekel yang diangkat sendiri. Belanda membangun suatu lembaga

administrasi ditingkat desa, dengan membentuk desa baru bentukan pemerintah

kolonial, dengan desa yang baru diharapkan didalamnya akan terdapat penduduk

desa yang siap menjalankan tugas-tugas rodi Dengan demikian muncul dualisme

desa yaitu desa adat dan desa dinas. Urusan agama dan adat dipegang oleh desa

adat, sedangkan urusan administrasi pemerintahan dilakukan oleh desa dinas,

fungsi desa dinas adalah dalam lapangan pemerintahan umum, kecuali adat dan

agama, sedangkan pengairan dan pertanian dikelola oleh subak, dengan demikian

desa dinas dapat juga dianggap sebagai desa administratif dalam arti tertentu,

karena tugasnya sekedar melaksanakan urusan administrasi pemerintahan.

Kerangka paradigmatik pengaturan politik oleh Negara Kolonial Belanda

dilanjutkan oleh UU Nomor 5 Tahun 1979 yang dapat dilihat dari dua tataran.

Pertama penerusan politik dualisme desa dimana pengaturan politik yang

dibangun negara memungkinkan tetap terjadinya dualisme pengertian desa di Bali

yakni desa dinas (Keperbekelan) dan desa adat (Desa Pakraman).32 “Desa dinas

dijadikan desa yang menjadi perangkat pemerintahan terendah dan langsung di

bawah camat, sedangkan desa pakraman tetap mendapatkan pengakuan lewat

pasal 18B (2) UUD 1945 Negara mengakui dan menghormati kesatuan- kesatuan

masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup

32Baliaga, 2000, Bentuk Desa di Bali, Http//www. Baliaga.com , diakses 5 Desember

2015

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

34

dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan peringsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa, maka Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa

Praja tidak berlaku lagi, karana tidak sesuai dengan perkembangan dan keadaan

pemerintahan desa. Sesuai dengan Ketetapan Mejelis Permusyawaratan Rakyat

Nomor IV/ MPR/ 1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang bertujuan

tidak saja mengadakan tertib hukum dan menciptakan kepastian hukum bagi

jalanya kehidupan organisasi pemerintahan di Indonesia, tetapi juga yang penting

adalah mensukseskan pembangunan di segala bidang di seluruh Indonesia, guna

mencapai cita-cita nasional berdasarkan Pancasila, yaitu masyarakat adil dan

makmur baik materil maupun spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia, maka perlu

memperkuat pemerintahan desa agar makin mampu menggerakan masyarakat

dalam partisipasinya dalam pembangunan dan menyelenggarakan administrasi

desa yang makin meluas dan efektif. Sejalan apa yang telah di gariskan dalam

Garis-Garis Besar Haluan Negara tersebut, maka sudah saatnya pula untuk

membuat suatu undang-undang nasional yang mengatur pemerintahan desa

sebagai penganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965, sesuai dengan

perkembangan Orde Baru yang berniat untuk sungguh sungguh melaksanakan

dan mensukseskan pembangunan yang telah dimulai sejak PELITA I.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1979

Tentang Pemerintahan Desa, yang dimaksud dengan desa adalah suatu wilayah

yang di tempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

35

dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan

terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah

tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lingkungan

kerja pelaksanaan pemerintahan desa mempunyai wilayah tersendiri yang diberi

nama dusun yang di maksud dengan dusun adalah bagian wilayah dalam desa

yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa. Kepala Desa

mempunyai hak, wewenang dan kewajiban, menurut pasal 10 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 ayat (1) kepala desa menjalankan hak, wewenang dan

kewajiban pemerintahan desa yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri

dan merupakan penyelenggaran dan penanggung jawab utama dibidang

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan

urusan pemerintahan desa, urusan pemerintahan umum termasuk pembinaan dan

ketentraman dan ketertiban sesuai dengan peraturan perundang undangan yang

berlaku dan menumbuh kembangkan serta mengembangkan jiwa gotong royong

masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan pemerintahan desa.

Setelah beberapa tahun lamanya berjalan tentang pengaturan desa yang

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Desa. Bahwa

pengertian tentang desa masih dianggap kurang karena adanya penyeragaman

nama, bentuk susunan dan kedudukan pemerintahan desa, tidak sesuai dengan

jiwa Undang-Undang Dasar 1945 dan perlunya mengakui dan mengormati hak

asal usul daerah yang bersifat istimewa sehingga perlu diganti. Pada tahun 2004

maka di terbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah, dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

36

memberikan pengertian bahwa Desa atau yang disebut nama lainya, selanjutnya

disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui

dan dibentuk dalam sistim pemerintahan nasional dan berada di kabupaten kota,

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah

keanekaragaman, partisifasi otonomi asli, demokratisasi dan pemerdayaan

masyarakat, undang-undang ini mengakui otonomi yang dimiliki oleh desa

ataupun dengan sebutan lainya.

Kepala desa melalui pemerintahan desa dapat diberikan penugasan

ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk

melaksanakan urusan pemerintahan tertentu. Sedangkan terhadap desa di luar desa

geneologis yaitu desa yang bersifat administratif seperti desa yang dibentuk

karena pemekaran desa ataupun karena tramigrasi ataupun karena alasan lain yang

warganya pluralistis, manjemuk, atau heterogen, maka otonomi desa akan

diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan

dari desa itu sendiri.

Sebelum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 untuk membantu

kelancaran mekanisme pemerintahan desa maka didirikan suatu lembaga yang di

sebut dengan Lembaga Musyawarah Desa (LMD) dan keanggotanya terdiri dari

atas kepala-kepala dusun, pimpinan lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan

pemuka-pemuka masyarakat yang bersangkutan. Pemuka-pemuka dalam hal ini

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

37

adalah pemuka-pemuka yang diambil antara lain dari kalangan adat, agama,

kekuatan sosial politik dan golongan profesi yang bertempat tinggal di desa

bersangkutan, kepala desa karena jabatanya ex officio menjadi ketua LMD.

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tidak lagi ada Lembaga

Musyawarah Desa ( LMD ) tetapi sebagai suatu perwujudan demokrasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa di bentuk Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) atau sebutan lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang di desa

bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam penyelenggaran

pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan desa.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, keputusan kepala desa, di desa dibentuk

lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja pemerintahan

desa dalam pemardayaan masyarakat desa.Mengenai pengertian Lembaga

Tjondronegoro menyebutkan bahwa lembaga dapat pula diartikan sebagai badan

yang lebih nyata dengan bangunan, pola organisasi dan segala peralatan yang

dibutuhkan untuk dapat melakukan fungsinya.33 Menurut Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 yang dimaksud dengan desa adalah: kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional

dan berada di kabupaten/kota.

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 yang di maksud dengan

desa tidak tertuang tentang batas-batas wilayah yurisdiksi dan adanya

33Koentjaraningrat.1984, Masalah-Masalah Pembangunan Bunga Rampai Antropologi

Terapan, LP3ES, Jakarta, hal 216.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

38

penyeragaman nama, bentuk susunan dan kedudukan pemerintahan desa, tidak

sesuai dengan jiwa Undang-Undang Dasar 1945 dan perlunya mengakui dan

mengormati hak asal usul daerah yang bersifat istimewa sehingga perlu diganti.

Maka dalam Undang Nomor 32 Tahun 2004 di sempurnakan lagi dengan batas-

batas wilayah,dan perlunya mengakui dan mengormati hak asal usul daerah yang

bersifat istimewa, kalau di lihat pasal 200 Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004

ayat (1) dalam pemerintahan daerah kabupaten / kota dibentuk pemerintahan desa

yang terdiri dari pemerintahan desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

Pada era tahun 1979 pemerintahan desa terdiri dari Lembaga

Musyawarah Desa (LMD) dimana fungsinya hampir sama dengan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD), perbedanya berada dalam struktur kepengurusan

LMD dan BPD, yang menjadi Ketua LMD adalah kepala desa, dan sekretaris

LMD adalah sekretaris desa, dan yang menjadi anggota adalah kepala dusun

karena jabatanya maka dipilih secara ex officio, setelah di tetapkanya Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 LMD di rubah menjadi BPD maka ketua dan

sekrataris BPD di ambil dari salah satu anggota BPD berdasarkan kesepakatan

anggota BPD dan BPD merupakan keterwakilan wilayah yang terdiri dari tokoh-

tokoh masyarakat setempat yang selain kepala dusun.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 15 Januari 2014

mengesahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tersebut

membuka cakrawala baru tentang desa, besarnya arti desa sebagai bagian yang

tak terpisahkan dari proses sejarah perjalanan bangsa ini. Desa sabagai bagian

terkecil struktur pemerintahan sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

39

(NKRI) tak lagi dipandang sebelah mata. Konsekuensi logis dari lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagai mana tercantum di

dalam undang- undang ini akan adanya kucuran dana anggaran dari pusat

kedaerah dalam jumlah yang cukup besar dan langsung di kelola oleh

pemerintahan desa.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa yang

dimaksud dengan desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

lain. Selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul

dan/hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistim Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan

Negara Republik Indonesia. Desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan

nama lain di bantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan

desa. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa diatur secara

khusus tentang Desa Adat pada BAB XIII, yang mengatur penuh otonomi adat

berdasarkan susunan aslinya, hak asal usul, dan hak-hak tradisional. Yang diatur

tentang: Penataan desa adat, kewenangan desa adat, pemerintahan desa adat,

peraturan desa adat.

Pemerintahan desa atau yang disebut dengan nama lainya adalah kepala

desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintaha desa,

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

40

Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat

yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. “Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang perubahan atas

Undang -Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dearah mengakui

adanya otonomi yang dimiliki oleh desa dan kepala desa dapat diberikan

penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah

untuk melaksanakan urusan pemerintahan tertentu. Sedangkan terhadap desa di

luar desa gineologis yaitu desa yang bersifat administratif seperti desa yang

dibentuk kerana pemekaran desa atau karena transmigrasi ataupun dengan alasan

lain yang warganya pluralistis, menjemuk ataupun heterogen, maka otonomi desa

yang merupakan hak wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul

dan nilai-nilai sosial dan budaya yang ada pada masyarakat setempat diberikan

kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa itu

sendiri.

Dengan demikian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa

mencakup urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa,

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten /kota yang diserahkan

pengaturannya kepada desa, tugas pembantuan dari pemerintah dan pemerintah

daerah, urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang undangan

yang di serahkan kepada desa. Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan desa dan untuk meningkatan pelayanan serta

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

41

pemberdayaan masyarakat desa terdiri atas pendapatan asli desa, bagi hasil pajak

daerah dan retribusi dana kabupaten / kota, bantuan dari pemerintah dan

pemerintah daerah serta ibah dan sumbangan dari pihak ketiga. Telah dijelaskan

sebelumnya bahwa pemerintahan desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa,

tetapi walaupun demikian yang memegang peranan tertinggi di desa adalah

kepala desa sebagai pimpinan pemerintahan desa berhak, berwenang dan

berkewajiban menyelenggaraakan rumah tangganya sendiri dan merupakan

penyelenggaraan dan penanggung jawab utama dibidang pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan

pemerintahan desa, pemerintahan daerah dan urusan pemerintahan umum.34

Fungsi kepala desa ialah memimpin anggota pamong desa dalam menjalankan

kewajibanya, sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan di dalam struktur

organisasi pemerintahan desa, fungsi-fungsi lainya adalah merencanakan,

mengkoodinir kegiatan pemerintahan desa mengawasi apakah para anggota

pamong desa menjalankan kewajibanya sebagaimana mestinya.35

Administrasi desa adalah keseluruh proses kegiatan pencatatan data dan

informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa pada buku administrasi

desa atara lain Administrasi umum adalah kegiatan pencatatan data dan informasi

mengenai kegiatan pemerintahan desa pada buku administrasi umum, bentuk

administrasi umum buku data peraturan desa, keputusan kepala desa, data

inventaris desa, data aparat pemerintahan desa , data tanah milik desa / tanah kas

34Bachsan Mustafa, 1985, Pokok – pokok Hukum Administrasi Negara, Cetakan IV,

Alumni, hal 35. 35Sunindhia, Ninik Widiyanti, 1987, Kepala Dearah dan Pengawasan dari Pusat,

Binksara Jakarta,hal 153.

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

42

desa, data tanah di desa, buku agenda dan buku ekspidisi. Administrasi penduduk

adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai penduduk dan mutasi

pada buku administrasi penduduk, bentuk administrasi kependudukan adalah :

Buku induk penduduk desa, Buku data mutasi penduduk, Buku data rekapitulasi

jumlah penduduk akhir bulan, Buku data penduduk sementara. Administrasi

keuangan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai pengelolaan

keuangan desa pada buku administrasi pembangunan, bentuk administrasi

keuangan desa yaitu : Buku anggaran penerimaan, Buku anggaran pengeluaran

rutin, Buku anggaran pengeluaran pembangunan, Buku kas umum, Buku kas

pembantu penerimaan, Buku kas pengeluaran rutin, Buku kas pembantu

pengeluaran pembangunan. Administrasi pembangunan adalah kegiatan

pencatatan data dan informasi pembangunan yang akan, sedang dan telah di

laksanakan pada buku administrasi pembangunan, bentuk administrasi

pembangunan yaitu : Buku rencana pembangunan, Buku kegiatan pembangunan,

Buku inventaris proyek, Buku kader-kader pembangunan / permberdayaan

masyarakat. Administrasi Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan

BPD adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai BPD. Bentuk

administrasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yaitu : Buku data anggota

BPD, Buku data keputusan BPD, Buku data kegiatan BPD, Buku agenda BPD,

Buku ekspidisi BPD.

Tugas administratif pemerintahan desa yaitu melakukan kegiatan

pencatatan data dan informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa baik

administrasi umum, penduduk, keuangan, pembangunan, administrasi Badan

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

43

Permusyawaratan Desa. Administrasi pemerintahan desa juga mempunyai fungsi

untuk pengarsipan administrasi bila mana dikemudian hari di perlukan maka

semua data- data masih bisa di akses atau di lihat, dan pemerintahan desa dapat

mempertanggung jawabkan secara baik berdasarkan data yang masih ada.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

45

kekhususan masing-masing daerah dan tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi serta kepentingan umum. Dalam

masyarakat daerah, peraturan daerah dibentuk dengan tujuan mengatur

masyarakat daerah secara umum, agar dapat berperilaku sesuai dengan apa yang

diharapkan agar dapat mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda yang dibentuk

sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan desentralisasi. Negara Indonesia merupakan

negara kesatuan dan berkedaulatan rakyat. Negara kesatuan adalah negara yang

tidak tersusun daripada beberapa negara, melainkan negara itu sifatnya tunggal,

artinya hanya ada satu negara, dan tidak ada negara di dalam negara. Dengan

demikian di dalam negara kesatuan itu juga hanya ada satu pemerintahan yaitu

pemerintahan pusat. Pemerintahan adalah suatu badan di dalam negara. Akan

tetapi tetapi ia tidak berdiri sendiri seperti negara, melainkan bersandar kepada

sang daulat, yaitu rakyar.36

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945 Pasal 18 tentang Pemerintahan Daerah. Pada Pasal 18 ayat 1 disebutkan

bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia di bagi atas daerah-daerah propinsi

dan daerah propinsi itu di bagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi,

kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan

undang-undang”.

Pada pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

36Abu Daud Busroh, 2010, Ilmu Negara, cetakan ketujuh , PT Bumi Aksara, Jakarta,hal.

40.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

46

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Dalam konsiderans Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

hurf a bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita

kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945; dan b. bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia,

Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan

diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat

menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera;

3.1.1 Pemilihan Jenis Desa Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa

Setelah Berlakunya Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa

telah terjadi kebingungan dalam menginterpretasikan Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Apakah maksud dari pembuat undang-undang

untuk memilih antara Desa Dinas dan Desa Adat atau mengakui kedua Desa

tersebut. seperti diketahui Desa Dinas dan Desa Adat di Bali memiliki fungsi yang

berbeda, yaitu Desa Adat menjalankan fungsi adat istiadat dan Desa Dinas

menjalankan fungsi administratif.

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

47

Permasalahan Pemilihan jenis Desa di Provinsi Bali didasari oleh

adanya ketentuan penjelasan dari Pasal 6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa, dimana dalam penjelasan Pasal 6 ini disebutkan

Bahwa :

”Ketentuan ini untuk mencegah terjadinya tumpang tindih wilayah,

kewenangan, duplikasi kelembagaan antara Desa dan Desa Adat

dalam 1 (satu) wilayah maka dalam 1 (satu) wilayah hanya terdapat

Desa atau Desa Adat. Untuk yang sudah terjadi tumpang tindih

antara Desa dan Desa Adat dalam 1 (satu) wilayah harus dipilih sal ah

satu jenis Desa sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini”.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa bertujuan untuk mencegah terjadinya

tumpang tindih (wilayah,Kewenangan dan Lembaga Desa) dalam

penentuan jenis desa di Daerah. Dalam penjelasan Pasal 6 ini juga

diketahui bahwa ada dua jenis desa yang diakui oleh Pemerintah, yaitu

Desa dan Desa Adat. Dalam hal ini Pemerintah Daerah diharuskan untuk

memilih diantara dua jenis desa tersebut untuk menghindari terjadinya

tumpang tindih.

Dalam kasus pemilihan Jenis Desa di Kabupaten Bangli dapat

diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten Bangli mengalami kesulitan dalam

penentuan jenis Desa yang akan digunakan. Dimana seperti juga

pelaksanaan kewenangan antara desa dinas dan desa adat selama ini sudah

berjalan berkesinambungan dan saling menunjang.

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

48

Dalam prakteknya selama ini antara Desa Adat dan Desa Dinas di

Provinsi Bali menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing sehingga

terjadi sinkronisasi urusan-urusan Adat dan administrasi pemerintahan di

tingkat Desa. Dengan adanya ketentuan ini maka memberikan pilihan yang

sulit bagi pemerintah Provinsi Bali. Walaupun sebenarnya alasan

pemerintah menetapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa ini adalah untuk memberikan dasar kewenangan bagi pemerintahan

terbawah dalam hal ini Desa untuk mampu mengembangkan potensi yang

dimilikinya demi kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka memperkuat

desa, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa (UU Desa), dalam Pasal 19 meyebutkan kewenangan desa

adalah sebagai berikut :

a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;

b. Kewenangan lokal berskala Desa;

c. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan

d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada ketentuan Pasal 116 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa, disebutkan pada ayat 1 bahwa desa dan desa adat yang ada sebelum

Undang-Undang ini diberlakukan tetap diakui sebagai desa. Sedangkan pada ayat

2 disebutkan bahwa, pemerintah kabupaten dan wali kota menetapkan desa dan

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

49

desa adat di wilayahnya. Sebenarnya pemilihan jenis desa tidak mendesak untuk

dilakukan karena dalam undang-undang Desa disebutkan kalu jenis desa adat

maupun Desa Dinas tetap diakui. Hanya saja dalam pelaksanaan undang Undang

Desa ini nantinya akan terkait dengan penerimaan Dana Desa yang jumlahnya

sangat besar sehingga mampu untuk mempermudah membiayai proses

pembangunan di wilayah Desa.

Permasalahan yang timbul dari penjelasan Pasal 6 Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yaitu : “ Ketentuan ini untuk mencegah

terjadinya tumpang tindih wilayah, kewenangan, duplikasi kelembagaan

antara desa dan desa adat dalam 1 (satu) wilayah maka dalam 1 (satu)

wilayah hanya terdapat desa atau desa adat. Untuk yang sudah terjadi

tumpang tindih antara desa dan desa adat dalam 1 (satuwilayah harus

dipilih salah satu jenis desa sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

Dengan adanya opsi pemilihan desa dan desa adat maka mau tidak

mau setiap desa yang ada di Provinsi Bali baik itu desa maupun desa adat

harus menentukan sikap, format yang digunakan hanya untuk satu jenis

desa saja. Masalah ini tentu bukan masalah yang sederhana karena

berdasarkan sejarah desa di Provinsi Bali telah terjadi harmonisasi

pemerintahan desa yang selama ini antara desa dan desa adat dalam

menjalankan kewenangannnya hidup berdampingan dengan harmonisasi

pelaksanaan tugas masing-masing.

Dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan

Page 31: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

50

pemberdayaan masyarakat Desa. Dengan demikian, lingkup pengaturan Peraturan

Pemerintah ini ialah penataan Desa, kewenangan Desa, Pemerintahan Desa, tata

cara penyusunan peraturan di Desa, keuangan dan kekayaan Desa, pembangunan

Desa dan pembangunan kawasan perdesaan, badan usaha milik Desa, kerja sama

Desa, lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga adat Desa, serta pembinaan dan

pengawasan Desa oleh camat atau sebutan lain. Berkaitan dengan pengaturan

mengenai Pemerintahan Desa, Peraturan Pemerintah ini mengatur secara lebih

terperinci mengenai tata cara pemilihan kepala Desa secara langsung atau melalui

musyawarah Desa, kedudukan, persyaratan, mekanisme pengangkatan perangkat

Desa, besaran penghasilan tetap, tunjangan, dan penerimaan lainyang sah bagi

kepala Desadan perangkat Desa, penempatan perangkat Desa yang berstatus

sebagai pegawai negeri sipil, serta tata cara pemberhentian kepala Desa dan

perangkat Desa. Maka dibentuklah Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa.

Kabupaten Bangli secara pembagian administrative wilayah memiliki (4)

empat kecamatan dan 73 (tujuh puluh tiga) desa atau kelurahan. Kecamatan

Kintamani memiliki Desa Abangsongan, Desa Abuan, Desa Awan, Desa Bantang,

Desa Banua, Desa Batudinding, Desa Batukaang, Desa Batur Selatan, Desa Batur

Tengah, Desa Batur Utara, Desa Bayungcerik, Desa Bayung Gede, Desa

Belancan, Desa Belandingan, Desa Belanga, Desa Belantih, Desa Binyan, Desa

Bonyoh, Desa Buahan, Desa Bunutin, Desa Catur, Desa Daup, Desa Dausa, Desa

Gunungbau, Desa Katung, Desa Kedisan, Desa Kintamani, Desa Kutuh, Desa

Page 32: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

51

Langgahan, Desa Lembean, Desa Mangguh, Desa Manikliyu, Desa Mengani,

Desa Pengejaran, Desa Pinggan, Desa Satra, Desa Sekaan, Desa Sekardadi, Desa

Selulung, Desa Serai, Desa Siakin, Desa Songan A, Desa Songan B, Desa Subaya,

Desa Sukawana, Desa Suter, Desa Terunyan, Desa Ulian. Kecamatan Susut

memiliki Desa Abuan, Desa Apuan, Desa Demulih, Desa Pengiangan, Desa

Penglumbaran, Desa Selat, Desa Sulahan, Desa Susut, Desa Tiga. Kecamatan

Tembuku memiliki Desa Bangbang, Desa Jehem, Desa Peninjoan, Desa

Tembuku, Desa Undisan, Desa Yangapi. Dan kecamatan Bangli memiliki Desa

Bunutin, Desa Kayubihi, Desa Landih, Desa Pengotan, Desa Taman Bali,

Kelurahan Bebalang, Kelurahan Cempaga, Kelurahan Kawan, Kelurahan Kubu.

Dalam rangka meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan

desa, pelaksanaan pembangunan, dan mutu pelayanan kepada masyarakat maka

dipandang perlu mengatur pedoman penyusunan organisasi dan tata kerja

pemerintahan desa dalam bentuk Peraturan Daerah.. Hal ini tertuang dalam

penjelasan umum Peraturan Daerah Kabupaten Bangli Nomor 2 Tahun 2008

Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa.

3.2 Dasar Pengaturan Keuangan Desa di Kabupaten Bangli

Adanya isu pemilihan terhadap Desa mana yang dipilih setelah berlakunya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ini, tidak terlepas dari

pemberian dana desa yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada semua Desa di

Indonesia. Dengan adanya undang-undang ini, pemerintah mengharapkan

pembangunan daerah dilakukan dan dimulai dari membangun Desa itu sendiri

Page 33: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

52

sebagai pemerintahan paling bawah dan yang paling dekat dengan masyarakat,

sebagai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat Desa.

Oleh karena amanat undang-undang yang akan memberikan dana desa

itulah, maka muncullah kalimat pilihan, ini dilakukan agar memudahkan

pemerintah untuk memberikan dana desa tersebut, sehingga yang didaftarkan

kepusatlah yang akan mendapatkan dana desa itu. Kendati demikian, meskipun di

Kabupaten Bangli terdapat dua jenis Desa, namun kedua jenis desa tersebut

berhak untuk mendapat dana desa yang merupakan bantuan dari pusat tersebut,

yang pengaturannya diatur lebih lanjut di daerah masing-masing.

Mengenai dana desa yang dapat diberikan kepada Desa Adat sebetulnya

telah diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana

Desa Tahun 2015 Pasal 2 yang menyatakan bahwa Dana Desa yang bersumber

dari APBN digunakan untuk mendanai pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak

asal usul dan kewenangan lokal berskala desa yang diatur dan diurus oleh desa.

Berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa yang dimaksud

disini ialah hak yang dimiliki oleh Desa Adat di Kabupaten Bangli, sehingga

dengan dasar ini Desa Adat di Kabupaten Bangli berhak untuk diberikan Dana

Desa dari pusat tersebut, yang tentunya mekanisme pemberian dana desa tersebut

ditentukan lebih lanjut.

Sejalan dengan hal tersebut diatas ruang lingkup kewenangan berdasarkan

hak asal usul desa yang dinyatakan tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Page 34: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

53

Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal

Berskala Desa Pasal 2 terdiri dari:

a. Sistem organisasi perangkat desa;

b. Sistem organisasi masyarakat adat;

c. Pembinaan kelembagaan masyarakat;

d. Pembinaan lembaga dan hukum adat;

e. Pengelolaan tanah kas desa;

f. Pengelolaan tanah desa atau tanah hak milik desa yang menggunakan sebutan

setempat;

g. Pengelolaan tanah bengkok;

h. Pengeloaan tanah pecatu;

i. Pengelolaan tanah titisara;

j. Pengembangan peran masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut, dari huruf b dan c jelas merupakan kewenangan

yang dimiliki oleh Desa Adat di Kabupaten Bangli. Ditegaskan pula dalam Pasal

3 yang menyatakan bahwa kewenangan berdasarkan hak asal usul Desa Adat

meliputi:

a. Penataan sistem organisasi dan kelembagaan masyarakat adat.

b. Pranata hukum adat.

c. Pemilikan hak tradisional.

d. Pengelolaan tanah kas Desa Adat.

e. Pengelolaan tanah ulayat

f. Kesepakatan dalam kehidupan masyarakat desa adat.

Page 35: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

54

g. Pengisian jabatan Kepala Desa Adat dan perangkat Desa Adat.

h. Masa jabatan Kepala Desa Adat.

Sehingga dari uraian tersebut diatas, Desa Adat tentu mendapat dana desa

dari pusat. Besaran dana desa yang didapat oleh Desa Adat di Kabupaten Bangli

tentunya akan di hitung berdasarkan jumlah Desa Adat yang dimiliki dalam satu

kabupaten/kota di Bali. Apakah dana desa ini langsung diberikan kabupten/kota

kepada Desa Adat ataukah melalui Desa dinas ini yang akan diatur lebih lanjut.

Selain dana desa tersebut Desa Adat juga mendapatkan dana Bantuan

Keuangan Khusus (BKK) yang diberikan kepada Desa Adat dan Subak di Bali.

Dana bantuan keuangan khusus ini diberikan oleh Provinsi Bali guna

memberdayakan masyarakat Desa Adat dan Subak yang merupakan aset

kebudayaan Provinsi Bali. Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Desa Adat

dan Subak di Bali tidak langsung mendapatkan dana bantuan keuangan khusus

yang diberikan oleh pemerintah Provinsi Bali tersebut. Namun apabila didasarkan

pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Desa yang telah lebih dahulu mengatur pengelolaan

keuangan di desa ini, Desa Adat dan Subak secara langsung mendapatkan dana

Bantuan Keuangan Khusus atau disebut BKK ini.

Dengan adanya Permendagri yang baru tersebut, BKK atau Bantuan

Keuangan Khusus tidak akan langsung diberikan kepada Desa Adat dan Subak

oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, namun melalui Desa Dinas yang aturannya

tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun

Page 36: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

55

2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Sehingga Desa Adat berhak atas dana

desa yang diberikan oleh pusat dan juga berhak atas dana bantuan keuangan

khusus yang diberikan oleh Provinsi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang

berlaku. Untuk pertanggungjawabannya, karena semua dana yang diberikan

kepada Desa Adat dimasukkan terlebih dahulu ke APBDes, maka Kepala Desa

Adat (Bendesa) wajib membuat SPJ atau Surat Pertanggungjawaban atas

penggunaan dana yang dilakukannya.

Dari uraian tersebut diatas, pemerintah Kabupaten Bangli sebenarnya ingin

membangun Desa yang dimulai dari pemerintahan terbawah dan yang paling

dekat dengan masyarakat guna meningkatkan taraf hidup masyarakat di desa

tersebut. Sehingga pemberian dana desa sebenarnya diutamakan adalah pemberian

kepada Desa Adat sebagai skala prioritas yang diatur dalam Permendesa tersebut.

Apabila nantinya Desa Adat diberlakukan di Kabupaten Bangli sebagai satu-

satunya desa yang ada di Kabupaten Bangli, maka untuk warga Desa yang

beragama non Hindhu, hanya akan diterapkan aspek sosial (Pawongan) dan aspek

raang (Palemahan), sedangkan aspek keagamaan (Parhyangan) tidak di terapkan,

sehingga penduduk Desa Adat yang non Hindu nantinya akan diperkecualikan

terhadap kewajiban-kewajiban keagamaan. Pemisahan antara adat dan agama

dalam Desa Adat ini, merupakan upaya modernisasi dari Desa Adat yang telah

membuka diri terhadap globalisasi yang menjadikan Desa Adat heterogen.

Kewenangan dari Desa Adat yang sebelumnya tidak dimiliki oleh Desa

Adat yang dengan adanya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ini

memberikan kewenangan administrasi kepada Desa Adat, yakni yang termuat

Page 37: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

56

dalam Pasal 105 yang menyatakan bahwa “Pelaksanaan kewenangan yang

ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 19 huruf c dan huruf d diurus oleh Desa Adat”.

Dengan kewenangan administratif yang akan dimiliki oleh Desa Adat yang

apabila ditetapkan ini akan menambah kekuatan dari Desa Adat di Kabupaten

Bangli, bahwa Desa Adat tidak hanya akan mengurus urusan adat istiadat dan

agama tetapi juga mengurus urusan administrasi, yang mana hal ini sebagai

bentuk Desa Adat yang baru yang tidak hanya menjaga ketradisionalan daerahnya,

tetapi juga modern dalam menjalankan urusan adminsitrasi pemerintahan.

Sehingga dalam Desa Adat yang baru nantinya akan dibentuk bidang yang

mengurus urusan adat dan agama dan ada bidang yang akan mengurus urusan

pemerintahan.

3.3 Pelaksanaan Pemilihan Jenis Desa Di Kabupaten Bangli

Penetapan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

memberikan pilihan atau opsi bagi Pemerintah Daerah untuk menentukan jenis

desa yang akan dipilih. Dengan adanya opsi pemilihan desa dan desa adat

maka mau tidak mau setiap desa yang ada di Provinsi Bali baik itu desa

maupun desa adat harus menentukan sikap, format yang digunakan hanya

untuk satu jenis desa saja. Masalah ini tentu bukan masalah yang

sederhana karena berdasarkan sejarah desa di Provinsi Bali telah terjadi

harmonisasi pemerintahan desa yang selama ini antara desa dan desa adat

Page 38: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

57

dalam menjalankan kewenangannnya hidup berdampingan dengan

harmonisasi pelaksanaan tugas masing-masing.

Setelah penetapan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Kabupaten Bangli menyikapi dengan menetapkan beberapa Peraturan yang terkait

dengan Pemerintahan Desa, Perautran-peraturan tersebut Antara Lain :

1. Peraturan Bupati Bangli Nohor 42 Tahun 2015 Tentang Pengalokasian

Alokasi Dana Desa (Berita Daerah Kabupaten Bangli Tahun 2015 Nomor

42);

2. Peraturan Bupati Bangli Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Tata Cara

Pembagian Dan Penetapan Rincian Dana Desa Setiap Desa (Berita

Daerah Kabupaten Bangli Tahun 2015 Nomor 43);

3. Peraturan Bupati Bangli Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Bagian Hasil

Pajak Dan Retribusi Kepada Desa Dan Kelurahan (Berita Daerah

Kabupaten Bangli Tahun 2015 Nomor 44);

4. Peraturan Bupati Bangli Nohor 45 Tahun 2015 Tentang Bantuan Keuang -

An Kepada Desa Dan Kelurahan (Berita Daerah Kabupaten Bangli Tahun

2015 Nomor 45);

5. Peraturan Bupati Bangli Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Penghasilan

Tetap, Tunjangan Jabatan, Tambahan Penghasilan Perbekel Dan

Perangkat Desa Serta Tunjangan Badan Permusyawaratan Desa (Berita

Daerah Kabupaten Bangli Tahun 2015 Nomor 46);

6. Peraturan Bupati Bangli Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Pedohan

Penyusunan, Dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Desa (Apbdesa) (Berita Daerah Kabupaten

Bangli Tahun 2015 Nomor 47);

Page 39: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

58

7. Keputusan Bupati Bangli Nomor Nomor 940/ 515 /2015 Standar Belanja

Uang Saku, Uang Transport, Uang Harian Dan Honorarium Kegiatan

Desa Se-Kabupaten Bangli Tahun Anggaran 2016;

8. Bupati Bangli Nomor 412.6/ 516 /2015 Tentang Upah/Penghasilan Bulan

Ketiga Belas Dan Tunjangan Jabatan Bag] Kepala Lingkungan Se -

Kabupaten Bangli Tahun Anggaran 2016

9. Peraturan Daerah Kabupaten Bangli Nomor 8 Tahun 2015 Tentang

Pemilihan, Pengangkatan Dan Pemberhentian Perbekel

10. Peraturan Daerah Kabupaten Bangli Nomor 3 Tahun 2016 Tentang

Pengangkatan Dan Pemberhentian Perangkat Desa

Dari hasil wawancara pada tanggal 12 Juli 2016 kepada Kepala Bagian

Pemerintahan Desa Kabupaten Bangli, Ibu Nyoman Ariani, SH dari Penetapan

Peraturan Daerah maupun Peraturan Bupati Bangli yang berkaitan dengan

Pemerintahan Desa yang ditetapkan setelah adanya Penetapan Undang -Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa tidak ada satupun Peraturan Daerah mau pun

Peraturan Bupati yang menyatakan dengan tegas Pilihan Jenis Desa yang dipilih

oleh Kabupaten Bangli.

Pemerintah Kabupaten Bangli dalam penetapan peraturan tentang desa

memang tidak mengatur secara khusus tentang pemilihan jenis desa yang akan

dipakai, namun penetapan peraturan diatas menyiratkan adanya persiapan

penyerapan Dana Desa. Dimana pada Pasal 1 (4) dan (5) Peraturan Bupati Bangli

Nohor 42 Tahun 2015 Tentang Pengalokasian Alokasi Dana Desa disebutkan

bahwa :

Page 40: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

59

4. Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

5. Pemerintah Desa adalah perbekel dan perangkat desa sebagai unsur

penyelenggara pernerintahan desa.

Dapat dilihat dari pengertian Pemerintahan Desa adalah sebagai

penyelenggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disini berarti Desa yang dipakai adalah

Desa dalam artian Desa dinas, karena selama ini penyelenggara urusan

pemerintahan baik dengan pemerintah yang strukturnya berada di atas maupun

yang berada di bawah adalah tugas dan kewenangan dari Desa Dinas.

Dari hasil wawancara pada tanggal 12 Juli 2016 kepada Kepala Bagian

Pemerintahan Desa Kabupaten Bangli, Ibu Nyoman Ariani, SH, diketahui bahwa

selain untuk penyerapan Dana Desa sebelum bisa melaksanakan penentuan jenis

Desa Pemerintah Kabupaten Bangli sebenarnya lebih mengarahkan pilijhan Pada

Desa Adat, hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1 (1) Peraturan Bupati

Bangli Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pembagian Dan Penetapan

Rincian Dana Desa Setiap Desa disebutkan bahwa :

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas Wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 41: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

60

Masih tersirat adanya dualisme pemerintahan Desa, dimana pada Pasal

1 (1) Peraturan Bupati Bangli Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Tata Cara

Pembagian Dan Penetapan Rincian Dana Desa Setiap Desa, disebutkan bahwa

pengertian dari Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas Wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia .

Dapat diidentifikasi bahwa dari pengertian tersebut Pemerintah

Kabupaten Bangli sampai dengan saat ini belum menjatuhkan pilihan baik

memilih Desa Dinas Maupun Desa Adat. Selain itu dari pengaturan ini tersirat

bahwa ada indikasi akan terjadinya arah kepada pemilihan jenis desa yakni Desa

Adat, Karena sampai dengan penelitian ini dilaksanakan Peraturan Daerah

mengenai pemilihan Jenis Desa di Kabupaten Bangli masih di Bahas di DPRD

Kabupaten Bangli.

Page 42: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

61

BAB IV

KRITERIA DAN TOLAK UKUR PEMILIHAN JENIS DESA DI

KABUPATEN BANGLI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA SEBAGAI

PEMERINTAHAN TERBAWAH DI PROVINSI BALI

4.1 Keuntungan Memilih Desa Adat Di Kabupaten Bangli

Desa Adat telah ada dan berkembang di Bali sebelum datangnya Belanda

dan memasukkan Desa Dinas dalam sistem pemerintahan desa di Bali. Desa Adat

sebenarnya telah diakui dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 B ayat (2)

yang menyatakan bahwa " Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan

masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepaujang masih hidup

dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang". Dari hal tersebut, maka

desa adat dan desa dinas nampak diakui dalam peraturan perundang-undangan.

Ciri yang paling mendasar yang dimiliki oleh Desa Adat, yaitu setiap

Desa Adat di bali memiliki Kahyangan Tiga sebagai tempat persembahyangan

umat Hindu di Desa adat tersebut. Kahyangan Tiga merupakan tempat memuja

Ida Sang Hyang Widhi di dalam manifestasinya sebagai Tri Wisesa, yaitu Pura

Desa untuk Brahma sebagai pencipta, Pura Puseh untuk Wisnu sebagai

pemelihara dan Pura Dalem untuk Ciwa sebagai Pelebur. Pengertian Tri Wisesa

ini memiliki kebenaran yang logis bahwa segala sesuatu ada yang menciptakan,

memelihara dan akhirnya mengembalikan kepada asal mulanya. Demikian juga

61

Page 43: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

62

dengan masyarakat suatu Desa Adat, tidak dapat dilepaskan dari kepercayaan

akan Tri Wisesa tersebut, yaitu untuk menjaga keseimbangan dari hubungan yang

bersifat skala maupun niskala. Kahyangan Tiga sebagai suatu unsur pembentuk

dari Desa Adat ini merupakan pemersatu dalam masyarakat hukum adat di Bali,

sehingga dengan hal tersebut tetap terpeliharanya hubungan warga desa dengan

desanya dimanapun mereka berada. 37

Dari hasil wawancara pada tanggal 18 Desember 2015 kepada Kepala

Bagian Hukum Setda Kabupaten Bangli, Bapak Nyoman Pariarta, SH.,

mengatakan bahwa Desa Adat di Kabupaten Bangli mempunyai jumlah warganya

yang relatif tetap, ini dikarenakan jarang dilakukan perpindahan oleh warga desa

ke desa lainnya. Bahkan sering terjadi seseorang itu menjadi warga dari dua desa

adat karena ia masih terikat pada desa adat lainnya. Besar atau kecilnya jumlah

warga desa juga tidak sama, ada yang memiliki warga Desa Adatnya yang cukup

besar dan ada pula yang memiliki sedikit warga desa. Oleh karena itu maka

terdapat desa yang mempunyai beberapa banjar dan ada juga Desa Adat yang

hanya memiliki satu banjar.

Dari hasil wawancara pada tanggal 18 Desember 2015 kepada Kepala

Bagian Hukum Setda Kabupaten Bangli, Bapak Nyoman Pariarta, SH., Desa Adat

di Kabupaten Bangli mempunyai karakteristik yang berbeda dari desa pada

umumnya, terutama dari kuatnya pengaruh adat terhadap sistem pemerintahan

lokal, pengelolaan sumber daya lokal, dan kehidupan sosial masyarakat desa.

Desa Adat di Kabupaten Bangli pada prinsipnya merupakan warisan organisasi

37 Tok Istri Putra Astiti, 2010, Desa Adat Menggugat dan Digugat, Udayana

University Press, Denpasar, h.l 1

Page 44: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

63

kepemerintahan masyarakat lokal yang dipelihara secara turun temurun yang tetap

diakui dan diperjuangkan oleh pemimpin di masyarakat Desa Adat di Kabupaten

Bangli agar dapat berfungsi mengembangkan kesejahteraan dan identitas sosial

budaya lokal.

Dari hasil wawancara pada tanggal 19 Desember 2015 kepada Kelian

Adat Dusun Selat Nyuhan Desa Pengiyangan Kecamatan Susut Bangli, I Dewa

Ketut Bukian, SE., MPd., setiap Desa Dinas di Kabupaten Bangli Bisa terdiri

lebih dari satu desa adat, Hal ini dikarenakan masing masing desa adat yang ada

di dalam satu wilayah desa dinas memiliki masing-masing Pura Khayangan Tiga

tersendiri. Selain itu Desa Adat juga merupakan wadah yang sangat memfasilitasi

budaya untuk terus tumbuh dan keberadaannya tetap diperhatikan. Dusun Selat

Nyuhan Desa Pengiangan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli sebagai

masyarakat hukum adat masih tetap eksis sampai saat ini dan secara relatif

dipandang mampu mempertahankan adat istiadat masyarakat dan nilai-nilai

budaya Bali di tengah-tengah kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Dalam Pasal 103 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

menegaskan mengenai kewenangan yang dimiliki oleh Desa Adat berdasarkan

hak asal usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, yaitu meliputi:

a. Pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli;

b. Pengaturan dan pengurusan ulayat atau wilayah adat;

c. Pelestarian nilai sosial budaya Desa Adat;

Page 45: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

64

d. Penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa

Adat dalam wilayah yang selaras dengan prinsip hak asasi manusia dengan

mengutamakan penyelesaian secara musyawarah;

e. Penyelenggaraan sidang perdamaian peradilan Desa Adat sesuai dengan

etentuan peraturan perundang-undangan;

f. Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa Adat

berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Adat;

g. Pengembangan kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi sosial

budaya masyarakat Desa Adat.

Dari hasil wawancara pada tanggal 18 Desember 2015 kepada Kepala

Bagian Hukum Setda Kabupaten Bangli, Bapak Nyoman Pariarta, SH.,

Pengaturan dan penyelenggaraan pemerintahan Desa di Kabupaten Bangli

dilaksanakan sesuai dengan hak asal usul dan hukum adat yang berlaku di Desa

Kabupaten Bangli yang masih hidup serta sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan tidak bertentangan dengan asas penyelenggaraan pemerintahan

desa.

Keunggulan yang dimiliki Desa Adat Kabupaten Bangli bersifat

tradisional, orisinil dan spesifik, dimana potensinya cukup besar bagi penunjang

pembangunan nasional. Keunggulan yang dimiliki Desa Adat Kabupaten Bangli

tersebut antara lain :

a. Dalam bidang Sosial Budaya Desa

Adat merupakan wadah kebudayaan yang berperan memelihara dan

mengembangkan kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional yang telah ada

Page 46: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

65

serta dimiliki sejak dulu. Desa Adat yang masih sangat kuat mengandung

budaya bali ini memiliki kemampuan yang besar untuk memelihara,

mengembangkan dan memajukan pariwisata di Bali dalam sektor

pengembangan pariwisata budaya.

Adat dan kebudayaan adalah dua hak milik yang tersisa, yang dimiliki oleh

masyarakat Bali. Kebudayaan dan tradisi daiam perspektif masyarakat Bali

telah menjadi hak milik itulah maka harus dilestarikan, dijaga.

b. Dalam bidang Politik

Desa Adat mempunyai susunan kepengurusan sendiri, sehingga dalam

menjalankan pemerintahannya Desa Adat menggunakan prakarsa masyarakat

dan menjalankan aspirasi masyarakat Desa Adat tersebut. Kepengurusan Desa

dipilih langsung oleh masyarakat Desa Adat berdasarkan kepercayaan dan rasa

kekeluargaan.

c. Dalam bidang Ekonomi

Desa Adat yang terkenal dengan adat istiadat, budaya, seni dan keagamaan

yang sangat memiliki ciri khas dari Kabupaten Bangli ini memberikan

kontribusi yang sangat besar terhadap salah satu sumber penggalian dana bagi

anggaran pendapatan daerah.

d. Desa Adat sebagai Lembaga Masyarakat

Desa adat merupakan tempat di implementasikannya ajaran-ajaran dari agama

Hindu, ini nampak dalam upacara-upacara keagamaan Hindu. Sehingga

hubungan adat dan agama Hindu tidak dapat dipisahkan, sehingga kedudukan

adat dan agama di bali adalah sejajar.

Page 47: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

66

e. Desa Adat memiliki hukum adat atau awig-awig

Hukum adat yang berkembang di masyarakat tumbuh sejalan dengan

perjalanan penghormatan tata dan kemanfaatan tata untuk masyarakat. Seperti

kita ketahui sebelumnya bahwa awig-awig itu tumbuh dari bawah yaitu dari

ketulusan masyarakat adat untuk kepentingan ketentraman dan keharmonisan

masyaraka adat itu. Efektifitas dari awig-awig di dalam suatu masyarakat

hukum adat ini dapat diukur dari segi bagaimana cara masyarakat menerima

aturan tersebut. Ada aturan hidup yang diterima oleh masyarakat karena aturan

itu ada dan dipentingkan oleh masyarakat yang bersangkutan karena dirasa

dapat memberikan faedah ketentraman dan keadilan.38

Masyarakat Desa Adat akan masuk kedalam warga adat suka-duka, yaitu

dalam kegiatan adat, dalam keadaan suka artinya kegiatan upacara yang bernuansa

senang atau gembira, maupun yang bernuansa duka seperti kematian. Masyarakat

hukum adat ini akan saling membantu dengan prinsip kebersamaan.

Desa Adat juga memiliki organisasi yang disebut subak. Subak

merupakan organisasi pengairan sawah masyarakat Bali yang berorientasi pada

ekonomi, meningkatkan hidup ekonomi petani. Subak disini merupakan wadah

masyarakat hukum adat yang bersifat sosial agraris religius, secara historis

tumbuh dan berkembang sebagai organisasi tata air di tingkat usaha tani.

Organisasi subak ini berlandaskan atas filosofi Tri Hita Karana yaitu meliputi

38I Ketut Artadi, 2012, Hukum Adat Bali dan Aneka Masalahnya, Pustaka Bali Post, i.

h. 81

Page 48: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

67

hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama dan manusia dengan

lingkungan.39

Dalam sistem nilai budaya masyarakat Bali, terdapat suatu pandangan

yang menilai tinggi kehidupan yang didasarkan atas azas kebersamaan dan azas

berbakti yang keduanya berpangkal pada pandangan hidup masyarakat yang

menganggap bahwa manusia itu tidak hidup sendiri, namun memiliki masyarakat

sosial dan alam sekitarnya.

Sesuai dengan namanya, Desa Adat memiliki fungsi yang utama adalah

memelihara, menegakkan dan memupuk adat-istiadat yang berlaku di Desa

Adatnya dan yang diterima secara turun temurun dari para leluhur mereka.

Pengingkaran terhadap adat ini dianggap sebagai sesuatu yang tercela dan

merusak kerukunan hidup krama desa atau warga desa. Untuk mencegah

terjadinya pengingkaran-pengingkaran ini, maka Desa Adat berfungsi untuk

menata dan mengatur paguyuban dari warga desanya dalam hubungan dengan

unsur-unsur yang menjadikan Desa tersebut sebagai suatu Desa Adat yaitu unsur

Pawongan, Palemahan, dan Parhyangan.

Kekayaan Desa Adat dikenal pula dengan sebutan duwe desa. Wujud dari

kekayaan milik Desa Adat itu antara lain adalah palemahan, pawongan, dan

prahyangan. Kekayaan desa yang berhubungan dengan parahyangan antara lain

adalah Pura Kahyangan Tiga, Pura Kahyangan Desa. Selain itu berbagai alat-alat

hiburan yang meliputi gong kebyar, angklung, wayang, serta alat-alat

perlengkapan upacara keagamaan. Kekayaan yang berkaitan dengan palemahan

39 I Gede Suartika, 2010, Anatomi Konflik Adat di Desa Pakraman dan Cara

Penyelesaiannya, Udayana University Press, Denpasar, h. 47

Page 49: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

68

adalah tegak desa, laba desa, serta tanah yang tak bertuan yang ada di wilayah

Desa adat tersebut.40

4.2 Kelemahan Memilih Desa Dinas Di Kabupaten Bangli

Suatu Desa Adat di Bali bukan saja merupakan persekutuan teritorial dan

persekutuan hidup atas kepentingan bersama dalam masyarakat, namun juga

merupakan persekutuan dalam persamaan kepercayaan terhadap Tuhan.

Permasalahan pemilihan terhadap salah salah satu Desa di Bali yang akan

dijadikan satu-satunya Desa yang terdapat di Bali ini bermula dari Pasal 6 dan

Penjelasan dari Pasal 6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Dimana dalam Penjelasan dari Pasal 6 tersebut mengamanatkan untuk dilakukan

pemilihan terhadap salah satu Desa di Bali. Sehingga patut untuk dilakukan

pendalaman terhadap alasan munculnya Pasal yang disertai degan Penjelasannya

tersebut.

Dalam Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa dimana Desa dapat berubah menjadi Desa Adat, dan Desa Adat Dapat

berubah menjadi Desa. Desa yang berubah menjadi Desa Adat ini tidak sesuai

dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 B ayat (2) yang menyatakan bahwa

“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesaruan Republik Indonesia,

yang diatur dalam undang-undang”, kalimat masih hidup dalam pernyataan

40 Wayan P. Windia, 2003, Membangun Desa Adat Yang Sejuk, Yayasan Bali

Jani, Denpasar, h. 58

Page 50: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

69

tersebut tidak sesuai dengan Desa Adat baru yang berasal dari Desa Dinas, karena

sebelumnya Desa Adat tersebut adalah Desa Dinas, dimana Desa Adat yang

terbentuk dari Desa Dinas sama sekali tidak ada dan benar-benar merupakan Desa

Adat yang baru.

Dari hasil wawancara pada tanggal 18 Desember 2015 kepada Kepala

Bagian Hukum Setda Kabupaten Bangli, Bapak Nyoman Pariarta, SH., Dalam

beberapa Desa Dinas dan Desa Adat memang tidak nampak terjadi masalah

apabila ada pemilihan salah satu dari desa tersebut. Ada beberapa jenis

kewilayahan Desa Dinas dan Desa Adat yang dapat menimbulkan permasalahan.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 11 ayat (2)

“Seluruh barang milik Desa dan sumber pendapatan Desa yang berubah

menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi

kekayaan/aset Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kelurahan tersebut dan

pendanaan kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Kabupaten/Kota.” Yang dimaksud dengan “menjadi beban

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota” adalah

termasuk untuk memberikan dana purnatugas (pesangon) bagi Kepala

Desa dan perangkat Desa yang diberhentikan sebagai akibat perubahan

status Desa menjadi kelurahan.Untuk wilayah satu Desa Dinas yang terdiri dari

beberapa Desa Adat ini akan memugkinkan terjadi permasalahan atau timpang

tindihnya kewenangan dalam kesatuan Kahyangan Tiga. Sebagaimana kita

ketahui bahwa Desa Adat di Bali terutama di Kabupaten Bangli memiliki tugas

Page 51: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

70

yaitu melestarikan dan menjaga Kahyangan Tiga. Dalam Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 97 ayat (1) yang menyatakan bahwa : "

Penetapan Desa Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 memenuhi syarat:

a. Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya secara nyata

masih hidup, baik yang bersifat territorial, geneologis, maupun yang bersifat

fungsional;

b. Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya

dipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat; dan

c. Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sesuai dengan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Dari ketentuan diatas, dapat kita pahami bahwa dalam suatu Desa Adat

harus memiliki rasa kebersamaan sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum adat.

Oleh karena Desa yang dipilih nanti akan menjalankan fungsi administratif dan

juga keagamaan, maka Desa Adat juga memiliki kewenangan adminsitratif sama

seperti kewenangan yang sekarang dimiliki oleh Desa Dinas. Hal ini sejalan

dengan yang dinyatakan dalam Pasal 105 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa yang menyatakan bahwa "Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan

dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 19 huruf c dan huruf d diurus oleh Desa Adat", hal inilah yang

memberikan kewenangan kepada Desa Adat untuk melakukan tugas administratif

yang dulunya merupakan tugas dari Desa Dinas.

Page 52: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

71

Dari hasil wawancara pada tanggal 18 Desember 2015 kepada Kepala

Bagian Hukum Setda Kabupaten Bangli, Bapak Nyoman Pariarta, SH., Pemilihan

terhadap Desa Adat di Kabupaten Bangli juga akan membawa konsekuensi bahwa

banyak Desa Adat di Bangli yang tidak memenuhi syarat dari segi jumlah

penduduknya yang mana hal ini dinyatakan dalam Pasal 8 ayat (3) huruf b

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyatakan bahwa

"Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (i) harus memenuhi syarat

jumlah penduduk yaitu wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu) jiwa atau

1.000 (seribu) kepala keluarga". Oleh karena itu, untuk suatu desa adat yang

jumlah penduduknya kurang dari yang ditentukan tersebut, maka muncullah

pilihan penggabungan Desa Adat yang tidak memenuhi syarat dari segi jumlah

penduduk.

Page 53: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

72

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari Pembahasan yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, maka pada

bagian akhir ini dapat disimpulkan simpulan sebagai berikut:

1. Bahwa pelaksanaan pemilihan desa di Kabupaten Bangli belum dapat

dioptimalkan dalam bentuk Peraturan baik Peraturan Daerah Maupun

Peraturan Bupati. Pengaturan tentang Desa yang ditetapkan setelah

adanya penetapan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang

dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Bangli dalam penetapan peraturan

tentang desa memang tidak mengatur secara khusus tentang pemilihan jenis

desa yang akan dipakai, namun penetapan peraturan diatas menyiratkan

adanya persiapan penyerapan Dana Desa.

2. Kriteria dan tolak ukur pemilihan desa adat sebagai pemerintahan terbawah di

Kabupaten Bangli adalah karena Pemerintah Kabupaten Bangli menganggap

bahwa Desa Adat pada prinsipnya merupakan warisan organisasi

kepemerintahan masyarakat lokal yang dipelihara secara turun temurun yang

tetap diakui dan diperjuangkan oleh pemimpin di masyarakat. Serta

keberadaan Desa Adat yang jumlahnya lebih banyak daripada Desa Dinas

menjadi alasan tersendiri, dimana dengan mendaftarkan Desa Adat sebagai

pilihan dapat memberikan lebih banyak peluang bagi Desa Adat untuk dapat

menyerap dana pengembangan Desa dari Pemerintah Pusat. Desa saat ini yang

72

Page 54: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

73

didaftarkan sementara adalah Desa Dinas, karena banyak Desa Adat di

Kabupaten Bangli yang belum memenuhi persyaratan pada Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

5.2 Saran

Berikut saran yang dapat diberikan peneliti setelah melaksanakan

penelitian tentang kriteria dan tolak ukur pemilihan jenis desa di Provinsi

Bali :

1. Kepada Pemerintah Kabupaten Bangli agar dapat memberikan solusi

bagi Desa Adat yang belum dapat memenuhi persyaratan sebagai

sebuah Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa, dan memberikan Pengaturan baik dalam bentuk Peraturan Daerah

maupun Peraturan Kepala Daerah untuk menindaklanjuti Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa di kabupaten Bangli agar

dapat memberikan kejelasan terhadap posisi dan fungsi Desa Dinas

yang ada di Kabupaten Bangli mengingat pilihan pendaftaran Desa

Adat yang akan dilakukan.

2. Agar Pemerintah Kabupaten Bangli dapat Segera melakukan

pengaturan perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Bangli Nomor 2

Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa

yang selama ini dipaki dasar dalam Pengaturan Organisasi dan tata kerja

perangkat Desa.

Page 55: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

74

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku :

Abu Daud Busroh, 2010, Ilmu Negara, cetakan ketujuh , PT Bumi Aksara,

Jakarta.

Amrah Muslimin, 1986, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, Alumni,

Bandung.

Adrian Sutedi, 2007, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam

Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta.

Artadi I Ketut, 2012, Hukum Adat Bali dan Aneka Masalahnya, Pustaka Bali Post.

Astiti Tok Istri Putra, 2010, Desa Adat Menggugat dan Digugat, Udayana

University Press, Denpasar.

Amrah Muslimin, 1986, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, Alumni,

Bandung.

Bachsan Mustafa, 1985, Pokok – pokok Hukum Administrasi Negara, Cetakan IV,

Alumni.

Bachrul Elmi, 2002. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia,

Universitas Indonesia Press.

Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika,

Jakarta.

Fakultas Hukum Univ. Udayana, 2009, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

Hadjon M. Philipus, 1985, Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Tindak

Pemerintahan (Bestuurshandeling), Djumali, Surabaya.

Indroharto, 1993, Usaha memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata

Usaha Negara, Pustaka Harapan, Jakarta.

Jimly Asshiddigie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Pasca Reformasi, PT.

Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

Juanda, 2004, Hukum Pemerintahan Daerah, Pasang Surut Hubungan

Kewenangan antara DPRD dan Kepala Daerah, PT. Alumni Bandung.

Page 56: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

75

Khairul Muluk, 2005, Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah, Banyumedia

Publishing, Malang.

Kuntjoro Purbopranoto, 1978, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan

Peradilan Administrasi Negara, Cetakan Kedua, Alumni, Bandung.

Kusnardi, Moh, dan Ibrahim, Harmaily, 1988, Pengantar Hukum Tata Negara

Indonesia, Pusat Studi HTN-FHUI, Jakarta.

Koentjaraningrat.1984, Masalah-Masalah Pembangunan Bunga Rampai

Antropologi Terapan, LP3ES, Jakarta.

Marbun S.F., dkk, 1997, Peradilan Administrsai Negara dan Upaya Administrasi

di Indonesia, Liberty, Yogyakarta.

, 2011, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrsai Negara,

UII Press, Yogyakarta.

Nomensen Sinamo, 2015, Hukum Aministrasi Negara, Jala Permata Aksara,

Jakarta.

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta.

Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, 2005, Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka

Bani Quraisy, Bandung.

Prajudi Atmosudirdjo, 1981, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Raka Dherana Tjok, 1995, Desa adat dan awig-awig dalam Struktur

Pemerintahan Bali, Upada Sastra, Denpasar.

Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Siswanto Sunarno, 2009, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar

Grafika, Jakarta.

Suartika I Gede, 2010, Anatomi Konflik Adat di Desa Pakraman dan Cara

Penyelesaiannya, Udayana University Press, Denpasar.

Sunindhia, Ninik Widiyanti, 1987, Kepala Dearah dan Pengawasan dari Pusat,

Binksara Jakarta.

Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.

Page 57: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

76

, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Gravindo Persada,

Jakarta.

Utrecht E. , 1990, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Ichtiar

Baru, Jakarta.

Windia Wayan, 2003, Membangun Desa Adat Yang Sejuk, Yayasan Bali Jani,

Denpasar.

Yamin dan Mahfud, 2009, Politik Hukum, PT. Raja Grafindo Persada.

2. Internet :

Baliaga, 2000, Bentuk Desa di Bali, Http//www. Baliaga.com, diakses 5 Desember

2015.

3. Tesis :

Ni Nyoman Mariadi, Kewenangan Pemerintah dalam Menetapkan Penguasaan

dan Pemilikan Luas Tanah Pertanian, Tesis, Program Pascasarjana

Fakultas Hukum Universita Udayana, Denpasar, 2011.

4. Peraturan-Perundangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014, Nomor 7.

Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014, Nomor 244.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Peraturan Bupati Bangli Nomor 42 Tahun 2015 Tentang Pengalokasian Alokasi Dana

Desa (Berita Daerah Kabupaten Bangli Tahun 2015 Nomor 42)

Peraturan Bupati Bangli Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pembagian Dan

Penetapan Rincian Dana Desa Setiap Desa (Berita Daerah Kabupaten Bangli

Tahun 2015 Nomor 43);

Page 58: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

77

Peraturan Bupati Bangli Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Bagian Hasil Pajak Dan

Retribusi Kepada Desa Dan Kelurahan (Berita Daerah Kabupaten Bangli Tahun

2015 Nomor 44);

Peraturan Bupati Bangli Nohor 45 Tahun 2015 Tentang Bantuan Keuang-An Kepada

Desa Dan Kelurahan (Berita Daerah Kabupaten Bangli Tahun 2015 Nomor 45);

Peraturan Bupati Bangli Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Penghasilan Tetap, Tunjangan

Jabatan, Tambahan Penghasilan Perbekel Dan Perangkat Desa Serta Tunjangan

Badan Permusyawaratan Desa (Berita Daerah Kabupaten Bangli Tahun 2015

Nomor 46);

Peraturan Bupati Bangli Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Pedoman Penyusunan, Dan

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa

(Apbdesa) (Berita Daerah Kabupaten Bangli Tahun 2015 Nomor 47);

Keputusan Bupati Bangli Nomor Nomor 940/ 515 /2015 Standar Belanja Uang Saku,

Uang Transport, Uang Harian Dan Honorarium Kegiatan Desa Se-Kabupaten

Bangli Tahun Anggaran 2016;

Keputusan Bupati Bangli Nomor 412.6/ 516 /2015 Tentang Upah/Penghasilan

Bulan Ketiga Belas Dan Tunjangan Jabatan Bag] Kepala Lingkungan

Se-Kabupaten Bangli Tahun Anggaran 2016

Page 59: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

1

1. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ini

menimbulkan permasalahan yang sangat mendasar dimana penerapannya di

Provinsi Bali dalam hal prinsip utama dari Undang-Undang ini adalah prinsip

rekognisi dimana adanya pengakuan dan penghormatan satuan masyarakat hukum

adat oleh Negara sesuai dengan ketentuan Konstitusi.

Permasalahan yang timbul dari penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang Desa yaitu : “ Ketentuan ini untuk mencegah terjadinya

tumpang tindih wilayah, kewenangan, duplikasi kelembagaan antara desa dan desa

adat dalam 1 (satu) wilayah maka dalam 1 (satu) wilayah hanya terdapat desa atau

desa adat. Untuk yang sudah terjadi tumpang tindih antara desa dan desa adat

dalam 1 (satuwilayah harus dipilih salah satu jenis desa sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang ini.

Dengan adanya opsi pemilihan desa dan desa adat maka mau tidak mau

setiap desa yang ada di Provinsi Bali baik itu desa maupun desa adat harus

menentukan sikap, format yang digunakan hanya untuk satu jenis desa saj a.

Masalah ini tentu bukan masalah yang sederhana karena berdasarkan sejarah desa

di Provinsi Bali telah terjadi harmonisasi pemerintahan desa yang selama ini antara

desa dan desa adat dalam menjalankan kewenangannnya hidup berdampingan

dengan harmonisasi pelaksanaan tugas masing-masing.

2. Tujuan

Agar penelitian ini memiliki suatu maksud yang jelas, maka harus

memiliki tujuan sehingga dapat memenuhi target yang dikehendaki. Adapun

tujuannya digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Tujuan Umum

Ada pun tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memperoleh

pemahaman tentang implementasi Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang

Desa terhadap keberadaan desa dinas dan komunitas desa adat di Provinsi Bali.

b. Tujuan Khusus

Disamping Tujuan Umum terdapat juga Tujuan Khusus. Adapun tujuan

khusus dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengidentifikasi kriteria dan tolak

Page 60: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

2

ukur pemilihan jenis desa adat sebagai pemerintahan terbawah di Kabupaten

Bangli.

3. Metode Penelitian

Penelitian adalah merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodelogis, sistematis, dan

konsisten.41 Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah dengan

menggunakan metode yuridis empiris. Metode yuridis yaitu suatu metode penulisan

hukum yang berdasarkan pada teori-teori hukum, literatur-literatur dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan metode empiris

yaitu suatu metode dengan melakukan observasi atau penelitian secara langsung ke

lapangan guna mendapatkan kebenaran yang akurat dalam proses penyempumaan

penulisan skripsi ini. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah Pemerintaha Desa di

Bali baik desa dinas maupun desa adat.

4. Pembahasan

Kriteria Dan Tolak Ukur Pemilihan Jenis Desa Adat Sebagai Pemerintahan

Terbawah Di Kabupaten Bangli

Penetapan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa memberikan

pilihan atau opsi bagi Pemerintah Daerah untuk menentukan jenis desa yang akan dipilih.

Dengan adanya opsi pemilihan desa dan desa adat maka mau tidak mau setiap desa

yang ada di Provinsi Bali baik itu desa maupun desa adat harus menentukan sikap,

format yang digunakan hanya untuk satu jenis desa saja. Masalah ini tentu bukan

masalah yang sederhana karena berdasarkan sejarah desa di Provinsi Bali telah

terjadi harmonisasi pemerintahan desa yang selama ini antara desa dan desa adat

dalam menjalankan kewenangannnya hidup berdampingan dengan harmonisasi

pelaksanaan tugas masing-masing.

Dari hasil wawancara pada tanggal 12 Juli 2016 kepada Kepala Bagian

Pemerintahan Desa Kabupaten Bangli, Ibu Nyoman Ariani, SH, diketahui bahwa selain

untuk penyerapan Dana Desa sebelum bisa melaksanakan penentuan jenis Desa

Pemerintah Kabupaten Bangli sebenarnya lebih mengarahkan pilihan Pada Desa

Adat, hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Bupati Bangli

41Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hal. 42.

Page 61: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

3

Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pembagian Dan Penetapan Rincian Dana

Desa Setiap Desa disebutkan bahwa :

Pasal 1 ayat (1)

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas Wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masih tersirat adanya dualisme pemerintahan Desa, dimana pada Pasal 1

ayat (1) Peraturan Bupati Bangli Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Tata Cara

Pembagian Dan Penetapan Rincian Dana Desa Setiap Desa, disebutkan bahwa

pengertian dari Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memi liki

batas Wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,

hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dapat diidentifikasi bahwa dari pengertian tersebut Pemerintah Kabupaten

Bangli sampai dengan saat ini belum menjatuhkan pilihan baik memilih Desa

Dinas Maupun Desa Adat. Selain itu dari pengaturan ini tersirat bahwa ada indikasi

akan terjadinya arah kepada pemilihan jenis desa yakni Desa Adat, Karena sampai

dengan penelitian ini dilaksanakan Peraturan Daerah mengenai pemilihan Jenis

Desa di Kabupaten Bangli masih dibahas di DPRD Kabupaten Bangli

Dari hasil wawancara pada tanggal 18 Desember 2015 kepada Kepala Bagian

Hukum Setda Kabupaten Bangli, Bapak Nyoman Pariarta, SH., mengatakan bahwa Desa

Adat di Kabupaten Bangli mempunyai jumlah warganya yang relatif tetap, ini dikarenakan

jarang dilakukan perpindahan oleh warga desa ke desa lainnya. Bahkan sering terjadi

seseorang itu menjadi warga dari dua desa adat karena ia masih terikat pada desa adat

lainnya. Besar atau kecilnya jumlah warga desa juga tidak sama, ada yang memiliki warga

Desa Adatnya yang cukup besar dan ada pula yang memiliki sedikit warga desa. Oleh

Page 62: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

4

karena itu maka terdapat desa yang mempunyai beberapa banjar dan ada juga Desa Adat

yang hanya memiliki satu banjar.

Dari hasil wawancara pada tanggal 18 Desember 2015 kepada Kepala Bagian

Hukum Setda Kabupaten Bangli, Bapak Nyoman Pariarta, SH., Dalam beberapa jenis Desa

Dinas dan Desa Adat memang tidak nampak terjadi masalah apabila ada pemilihan salah

satu dari desa tersebut. Ada beberapa jenis kewilayahan Desa Dinas dan Desa Adat yang

dapat menimbulkan permasalahan. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa Pasal 11 ayat (2) “Seluruh barang milik Desa dan sumber pendapatan Desa yang

berubah menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi

kekayaan/aset Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kelurahan tersebut dan pendanaan

kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten/Kota.” Yang dimaksud dengan “menjadi beban Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota” adalah termasuk untuk memberikan dana

purnatugas (pesangon) bagi Kepala Desa dan perangkat Desa yang diberhentikan

sebagai akibat perubahan status Desa menjadi kelurahan.Untuk wilayah satu Desa

Dinas yang terdiri dari beberapa Desa Adat ini akan memugkinkan terjadi permasalahan

atau timpang tindihnya kewenangan dalam kesatuan Kahyangan Tiga. Sebagaimana kita

ketahui bahwa Desa Adat di Bali terutama di Kabupaten Bangli memiliki tugas yaitu

melestarikan dan menjaga Kahyangan Tiga. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa Pasal 97 ayat (1) yang menyatakan bahwa : " Penetapan Desa Adat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 memenuhi syarat:

d. Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya secara nyata masih hidup,

baik yang bersifat territorial, geneologis, maupun yang bersifat fungsional;

e. Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya dipandang sesuai

dengan perkembangan masyarakat; dan

f. Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sesuai dengan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Dari ketentuan diatas, dapat kita pahami bahwa dalam suatu Desa Adat harus

memiliki rasa kebersamaan sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum adat. Oleh karena

Desa yang dipilih nanti akan menjalankan fungsi administratif dan juga keagamaan, maka

Desa Adat juga memiliki kewenangan adminsitratif sama seperti kewenangan yang

Page 63: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN DESENTRALISASI, PEMERINTAHAN … · 2017. 4. 1. · Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan pemerintahan

5

sekarang dimiliki oleh Desa Dinas. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan dalam Pasal 105

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyatakan bahwa "Pelaksanaan

kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 19 huruf c dan huruf d diurus oleh Desa Adat", hal inilah yang

memberikan kewenangan kepada Desa Adat untuk melakukan tugas administratif yang

dulunya merupakan tugas dari Desa Dinas.

Dari hasil wawancara pada tanggal 18 Desember 2015 kepada Kepala Bagian

Hukum Setda Kabupaten Bangli, Bapak Nyoman Pariarta, SH., Pemilihan terhadap Desa

Adat di Kabupaten Bangli juga akan membawa konsekuensi bahwa banyak Desa Adat di

Bangli yang tidak memenuhi syarat dari segi jumlah penduduknya yang mana hal ini

dinyatakan dalam Pasal 8 ayat (3) huruf b Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa yang menyatakan bahwa "Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (i)

harus memenuhi syarat jumlah penduduk yaitu wilayah Bali paling sedikit 5.000 (lima ribu)

jiwa atau 1.000 (seribu) kepala keluarga". Oleh karena itu, untuk suatu desa adat yang

jumlah penduduknya kurang dari yang ditentukan tersebut, maka muncullah pilihan

penggabungan Desa Adat yang tidak memenuhi syarat dari segi jumlah penduduk.

5. Kesimpulan

Dari Pembahasan yang telah diuraikan pada Bagian sebelumnya, maka pada bagian

akhir ini dapat disimpulkan simpulan sebagai berikut:

Kriteria dan tolak ukur pemilihan desa adat sebagai pemerintahan terbawah di Kabupaten

Bangli adalah karena Pemerintah Kabupaten Bangli menganggap bahwa Desa Adat pada

prinsipnya merupakan warisan organisasi kepemerintahan masyarakat lokal yang dipelihara

secara turun temurun yang tetap diakui dan diperjuangkan oleh pemimpin di masyarakat.

Serta keberadaan Desa Adat yang jumlahnya lebih banyak daripada Desa Dinas menjadi

alasan tersendiri, dimana dengan mendaftarkan Desa Adat sebagai pilihan dapat

memberikan lebih banyak peluang bagi Desa Adat untuk dapat menyerap dana

pengembangan Desa dari Pemerintah Pusat. Akan tetapi saat ini yang didaftarkan

sementara adalah Desa Dinas, karena banyak Desa Adat di Kabupaten Bangli yang belum

memenuhi persyaratan pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.