BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ......

36
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. Pemahaman Terhadap Istilah Malpraktik Medik 2.1.1 Pengertian Malpraktik Secara Etimologi dan Menurut Pendapat Ahli Terdapat dua istilah yang lazim dipakai dan didengar oleh etiap kalangan bagi mereka terutama berkecimpung atau bahkan sedang mengalami dan berurusan kondisi kesehatan fisik dan psikis seseorang. Dalam masyarakat ketika seseorang mengalami penderitaan kesehatan sebagai akibat dari pihak tenaga medis (kesehatan) seperti dokter, perawat ataupun petugas kesehatan lainnya timbul kecenderungan menyebut dengan istilah telah terjadi “malpraktek”, atau disambung dengan ikutan kata “medik”, menjadilah sebutan istilah “malpraktik medik”. Berbicara mengenai malpraktik atau malpractice berasal dari kata “malyang berarti “buruk” Sedangkan kata “practice” berarti suatu tindakan atau praktik. Dengan demikian secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu tindakan medik “buruk”. 1 Bagi negara Indonesia, istilah malpraktik yang sudah sangat dikenal oleh para tenaga kesehatan sebenarnya hanyalah merupakan suatu bentuk Medical Malpractice, yaitu Medical Negligence yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Kelalaian Medik. 2 Menurut Martin Basiang “Malpractice” diartikan 1 Hendrojono Soewono, Op Cit, hlm : 12 2 Hendrojono Soewono, Loc Cit

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ......

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK

2.1. Pemahaman Terhadap Istilah Malpraktik Medik

2.1.1 Pengertian Malpraktik Secara Etimologi dan Menurut Pendapat Ahli

Terdapat dua istilah yang lazim dipakai dan didengar oleh etiap kalangan

bagi mereka terutama berkecimpung atau bahkan sedang mengalami dan

berurusan kondisi kesehatan fisik dan psikis seseorang. Dalam masyarakat ketika

seseorang mengalami penderitaan kesehatan sebagai akibat dari pihak tenaga

medis (kesehatan) seperti dokter, perawat ataupun petugas kesehatan lainnya

timbul kecenderungan menyebut dengan istilah telah terjadi “malpraktek”, atau

disambung dengan ikutan kata “medik”, menjadilah sebutan istilah “malpraktik

medik”.

Berbicara mengenai malpraktik atau malpractice berasal dari kata “mal”

yang berarti “buruk” Sedangkan kata “practice” berarti suatu tindakan atau

praktik. Dengan demikian secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu tindakan

medik “buruk”.1

Bagi negara Indonesia, istilah malpraktik yang sudah sangat dikenal oleh

para tenaga kesehatan sebenarnya hanyalah merupakan suatu bentuk Medical

Malpractice, yaitu Medical Negligence yang dalam bahasa Indonesia disebut

sebagai Kelalaian Medik.2 Menurut Martin Basiang “Malpractice” diartikan

1 Hendrojono Soewono, Op Cit, hlm : 12 2 Hendrojono Soewono, Loc Cit

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

kealpaan profesi3. Menurut Azrul Azwar dalam makalahnya yang dibawakan pada

sidang KONAS IV Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia di Surabaya, 1996,

dengan mengambil beberapa pendapat para pakar dikatakan bahwa malpraktik

adalah :

1. Malpraktik adalah setiap kesalahan profesional yang diperbuat oleh dokter,

oleh karena pada waktu melakukan pekerjan profesionalnya, tidak memeriksa,

tidak menilai, tidak berbuat atau meninggalkan hal-hal yang diperiksa, dinilai,

diperbuat atau dilakukan oleh dokter pada umumnya, di dalam situsai dan

kondisi yang sama; atau

2. Malpraktik adalah setiap kesalahan yang di perbuat oleh dokter, oleh karena

melakukan pekerjaan kedokteran di bawah standar yang sebenarnya secara

rata-rata dan masuk akal, dapat dilakukan oleh setiap dokter dalam situasi atau

tempat yang sama

3. Malpraktik adalah setiap kesalahan profesional yang diperbuat oleh seorang

dokter, yang didalamnya termasuk kesalahan karena perbuatan-perbuatan

yang tidak masuk akal serta kesalahan karena ketrampilan ataupun kesetiaan

yang kurang dalam menyelenggarakan kewajiban dan ataupun kepercayaan

profesional yang dimilikinya.4

Adanya istilah malpraktik secara etimologi seperti tersebut diatas,

mengandung komponen unsur seperti : adanya tindakan, dilakukan oleh dokter,

ada indikasi kesalahan, berakibat buruk, ada seseorang atau pihak yang merasa

dirugikan, ada sebab dan akibat. Dari unsur – unsur tersebut akan berakibat

timbulnya hubungan hukum diantara pihak-pihak. Ada pihak sebagai pelaku atau

pembuat tindakan, sesuatu dalam hal ini pihak tenaga medis atau dokter.

Sedangkan pihak kedua yakni seseorang yang memerlukan bantuan medis demi

kesehatannya yakni pasien. Malpraktik tidak hanya dapat dilakukan oleh dokter

namun juga oleh tenaga medis lainnya. Disebutkan pula medical malpractice

cases are generally sought by patients who have been harmed or injured due to

3 Martin Basiang, 2009, Law Dictionary, Red and White Publishing, h. 280 4 Hendrojono Soewono, Op Cit, h. 13

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

poor medical treatment or mistaken diagnosis from a medical provider such as a

doctor, nurse, technician, hospital or medical worker.5 (Kasus malpraktik medis

umumnya dicari oleh pasien yang telah dirugikan atau terluka karena perawatan

medis yang buruk atau diagnosis keliru dari penyedia medis seperti dokter,

perawat, teknisi, rumah sakit atau pekerja medis).

Sulit untuk memahami apa yang dimaksud dengan malpraktek, bisa saja

terjadi kesimpangsiuran pengertian antara malpraktek, pelanggaran kode etik atau

pelanggaran hukum. Secara etimologis malpraktek berasal dari kata mal artinya

salah, jadi malpraktek ini adalah salah melakukan prosedur yang berujung pada

kerugian pasien atau bahkan sampai fatal. Atau bisa juga melakukan tindak pidana

seperti abortus provokatus.6 Malpraktek harus memenuhi unsur kecerobohan,

kesem-bronoan, kekurang hati-hatian (Professional Misconduct) atau

kekurangmampuan yang tidak pantas (Unreasonable' lack of skill) yang hanya

dilakukan oleh pengemban profesi Dokter, Advokat, Notaris, dan lain-lain. Suatu

perbuatan malpraktek hanya bisa dilakukan oleh seseorang-profesional yang

mempunyai karakteristik tertentu.

Black Law ; dictionary sebagaimana dikutip oleh HM Soedjatmiko;

merumuskan malpraktek sebagai: "any professional misconduct, unreasonable

lack of skill or fidelity in professional or judiary duties, evil practice, or illegal or

immoral conduct...........

5 Findlaw, 2016, First Steps in a Medical Malpractice Case, Available at

http://injury.findlaw.com/medical-malpractice/first-steps-in-a-medical-malpractice-case.html,

accessed 7th July 2016.

6 Edi Setiadi, Pertanggungjawaban pidana Dalam Kasus Mal Praktek Dokter, Makalah

pada seminar sehari Penegakan Hukum Terhadap Malpraktek, kerjasama antara IKAHI dan IDI

Cabang Sekayu di Sekayu, 27 Mei 2006

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

(perbuatan jahat dari seseorang ahli, kekurangan dalam keterampilan yang di

bawah standar, atau tidak cermatnya seorang ahli dalam menjalankan

kewajibannya secara hukum, praktek yang jelek atau illegal atau perbuatan

yang tidak bermoral)7.

Ada beberapa pendapat dari kalangan para ahli atau doktrin yang

memberikan batasan pengertian serta makna dari istilah malpraktik medik atau

medical malpractice seperti berikut :

1. Vironika ; malpraktek berasal dari kata "malpractice" yang pada hakekatnya

adalah kesalahan dalam menjalankan profesi yang timbul sebagai akibat

adanya kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dokter. Dengan demikian

medical malpractice atau kesalahan dalam menjalankan profesi medik yang

tidak sesuai dengan standar profesi medik dalam menjalankan profesinya8.

2. Hermien Hadiati Koeswadji ; malpractice secara harfiah berarti bad practice

atau praktek buruk yang berkaitan dengan praktek penerapan ilmu dan

teknologi medik dalam menjalankan profesi medik yang mengandung ciri-ciri

khusus. Karena malpraktek berkaitan dengan "how to practice the medical

science and technology", yang sangat erat hubungannya dengan sarana

kesehatan atau tempat melakukan praktek dan orang yang melaksanakan

7 HM. Soedjatmiko, 2001 Masalah Hukum Medik Dalam Malpraktek Yuridis, dalam

kumpulan makalah seminar tentang Etika dan Hukum Kedokteran RSUD dr. Syaiful Anwar

Malang, h. 3 8 Vironika Komalasari,1998, Hukum dan Etika Dalam Praktek Dokter, Pustaka Sinar

Harapan, Jakarta, hal. 87

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

praktek, maka Hermien lebih cenderung menggunakan istilah

"maltreatment"9.

3. Danny Wiradharma ; melihat dari sudut perikatan antara dokter dengan

pasien, yaitu dokter tersebut melakukan praktek buruk10.

4. Ngesti Lestari ; mengartikan malpraktek sebagai pelaksanaan atau tindakan

yang salah, dengan demikian arti malpraktek medik sebagai tindakan dari

tenaga kesehatan yang salah dalam rangka pelaksanaan profesi di bidang

kedokteran (profesional misconduct) baik di pandang dari sudut norma etika

maupun norma hukum11.

5. John D Blum sebagaimana dikutip oleh Hermien Hadiati Koeswadji;

memberikan rumusan tentang medical malpractice sebagai "a form of

professional negligence in which measrable injury occurs to a plaintiff patient

as the direct result of an act or ommission by the defendant practitioner"

(malpraktek medik merupakan bentuk kelalaian profesi dalam bentuk luka

atau cacat yang dapat diukur yang terjadinya pada pasien yang mengajukan

gugatan sebagai akibat langsung dari tindakan dokter)12.

6. Anny Isfandyarie ; menyimpulkan sebagai kesalahan dokter karena

tidak mempergunakan ilmu pengetahuan dan tingkat keterampilan sesuai

9 Hermien Hadiati Koeswadji, 1996, Hukum Kedokteran (Studi Tentang Hubungan

Hukum Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak). Citra Aditya bakti, Bandung, h. 124 10 Danny Wiradharma, 1996, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Bina Rupa

Aksara, Jakarta, 1996, h. 87 11 Ngesti Lestari, 2001, Masalah Malpraktek Etika Dalam Praktek Dokter (Jejaring

Biotia dan Humaniora), dalam kumpulan makalah seminar tentang Etika dan Hukum

Kedokteran, RSUD dr. Syaiful Anwar Malang, h. 2, 114-115 12 Hermien Hadiati Koeswadji, Op.Cit, h. 122-123

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

dengan standar profesinya yang akhirnya mengakibatkan pasien terluka atau

cacat badan bahkan meninggal dunia13.

7. Mr. L.D Vorstman mengutip pendapat Prof. Hector Treub dalam R Abdoel

Djamal CS ; seorang dokter melakukan kesalahan profesi jika ia tidak

melakukan pemeriksaan, tidak mendiagnose, tidak melakukan sesuatu atau

membiarkan sesuatu yang oleh dokter yang baik pada umumnya dan dengan

situasi kondisi yang sama, akan melakukan pemeriksaan dan diagnose serta

melakukaan atau membiarkan sesuatu tersebut14.

8. Coughlin bekas presiden New York State Bar Association;

merumuskan sebagai berikut:

Professional misconduct on the part of a professional person, such as a

physician, engineer, lawyer, accountant, dentist, or veterinarian.

Malpractice may be the result of ignorance, neglect, or lack of skill or

fidelity in the performance of professional duties, intentional

wrongdoing, or illegal or unethical practice.15

9. Soerjono Soekanto ; menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan medical

malpractice adalah, segala sikap tindak yang menyebabkan terjadinya

tanggung jawab. Sikap tindak tersebut dilakukan berdasarkan lingkup

profesional pelayanan kesehatan16.

13 Anny Isfandyarie, Op Cit, h. 22 14 R Abdoel Djamal & Lenawati Tedjapermana, 1988, Tanggung Jawab Hukum

Seorang Dokter Dalam Menangani Pasien, CV Abardin, h. 119. 15 George Gordon Coughlin, 1982, Dictionary of Law, 1982, New York : Barnes &.

Note Books, termuat dalam Soerjono Soekanto, Loc Cit 16 Ibid, h. 155

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

10. Zulkifli Muchtar ; menyebutkan bahwa malpraktek profesi kedokteran adalah,

setiap kesalahan yang diperbuat oleh dokter karena melakukan suatu pekerjaan

di bawah standar yang sebenarnya secara rata-rata dan masuk akal17.

11. M. Yusuf Hanafiah ; Malpraktek Medis adalah, kelalaian seorang dokter untuk

mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim

dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut

ukuran dilingkungan yang sama18.

Setelah mencermati pengertian dan unsur – unsur pengertian malpraktik

medik dari para ahli (doktrin) diatas, maka secara definitif tidak kita dapati

pengertian malpraktek ini dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktek Kedokteran, demikian pula dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

1992 tentang Kesehatan. Akan tetapi makna atau pengertian malpraktek justru

kita dapati dalam Pasal 11b dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang

Kesehatan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tersebut.

Mengacu dari berbagai pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa,

seorang dokter telah melakukan praktek yang buruk manakala dia karena dengan

sengaja atau akibat kelalaian tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah

ditentukan baik dalam kode etik kedokteran, standar profesi, maupun standar

pelayanan medik, yang berakibat pasien mengalami kerugian.

17 Zulkifli Muchtar, Dokter Dalam Peadilan Dan Hukum Indonesia, Berita Ikatan

Dokter Indonesia, No. 1 3, Juli 1987 18 M. Yusuf Hanafiah & Amri Amir. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan, EGC.

Jakarta, 1999, h. 87

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

2.1.2. Asas – Asas Hukum Sebagai Landasan Terkait Adanya Hubungan

Hukum Antara Dokter Dengan Pasien

Dalam hubungan hukum antara dokter dan pasien atau dengan istilah lain

transaksi terapeutik yang menghasilkan apa yang disebut dengan pelayanan medik

atau tindakan medik. Maka sebelum membahas lebih lanjut tentang pelayanan

medik ini maka akan dikemukakan terlebih dahulu beberapa asas hukum yang

harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi dalam melakukan pelayanan

kesehatan kepada pasiennya.

Asas-asas hukum tersebut sebagaimana diatur dan termuat dalam Undang-

Undang Praktek Kedokteran yaitu pada Bab II Pasal 2. Dengan demikian secara

hukum, asas-asas tentang praktek kedokteran atau kedokteran gigi tersebut telah

menjadi hukum positif bagi para dokter atau dokter gigi Indonesia.

Pasal 2 yang mengatur tentang asas dimaksud menyatakan: "Bahwa

penyelenggaraan praktek kedokteran dilaksanakan berdasarkan pada nilai ilmiah

manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan serta perlindungan dan

keselamatan pasien". Dalam penjelasan Pasal 2 pengertian asas-asas tersebut

diuraikan sebagai berikut :

a. Nilai ilmiah adalah, bahwa praktek kedokteran harus didasarkan pada ilmu

pengetahuan dan teknologi yang diperoleh baik dalam pendidikan

termasuk pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta etika

profesi.

b. Manfaat adalah, bahwa penyelenggaraan praktek kedokteran harus

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam

rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

c. Keadilan adalah, bahwa penyelenggaraan praktek kedokteran harus

mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang

dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta pelayanan yang

bermutu.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

d. Kemanusiaan adalah, bahwa dalam penyelenggaraan praktek kedokteran

memberikan perlakuan yang sama dengan tidak membedakan suku,

bangsa, status sosial dan ras.

e. Keseimbangan adalah, bahwa dalam penyelenggaraan praktek kedokteran

tetap menjaga keserasian serta keselarasan antara kepentingan individu

dan masyarakat.

f. Perlindungan dan keselamatan pasien adalah, bahwa penyelenggaraan

praktek kedokteran tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata,

tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat kesehatan dengan

tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.

Selain daripada itu Komalasari mnenyebutkan pula beberapa asas yang

harus dipedomani dan dijadikan dasar oleh para dokter atau dokter gigi dalam

melakukan perjanjian atau transaksi terapeutik dengan pasien. Asas-asas hukum

yang dimaksud, yaitu:

1. Asas Legalitas

2. Asas Keseimbangan

3. Asas Tepat Waktu.

4. Asas Iktikad Baik

5. Asas Kejujuran

6. Asas Kehati-hatian

7. Asas Keterbukaan19

Ad. 1). Asas Legalitas

Asas ini dapat ditarik dari ketentuan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan

bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan

bidang keahlian dan/atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.

19 D. Vironika Komalasari, Op Cit, h. 128

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

Hal ini mengandung makna bahwa pelayanan kesehatan harus dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang kompeten, baik pendidikannya maupun perizinannya

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Asas Legalitas ini lebih ditekankan lagi pada Undang-Undang Nomor 29

Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, khususnya Pasal 26 sampai 28 yang

mengatur tentang standar pendidikan profesi kedokteran dan kedokteran gigi.

Konsil Kedokteran Indonesialah yang mensahkan standar pendidikan bagi dokter

maupun dokter gigi setelah melihat dan mendengar masukan dari Asosiasi

Institusi Pendidikan Kedokteran dan Kedokteran Gigi (untuk pendidikan profesi

dokter dan dokter gigi) serta Kolegium Kedokteran atau Kedokteran Gigi (untuk

pendidikan profesi dokter spesialis atau dokter gigi spesialis).

Dalam menyusun standar pendidikan bagi dokter maupun dokter gigi,

maka Asosiasi Institusi Pendidikan Dokter dan Dokter Gigi serta Kolegium

Kedokteran dan Kedokteran Gigi berkoordinasi dengan organisasi profesi,

Asosiasi Insitusi Pendidikan Kedokteran dan Kedokteran Gigi (bagi Kolegium

Kedokteran dan Kedokteran Gigi), Kolegium (bagi Asosiasi Pendidikan

Kedokteran dan Kedokteran Gigi), Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan,

Departemen Pendidikan, Departemen Kesehatan.

Dalam UU tersebut ditentukan pula suatu kewajiban bagi dokter yang

berpraktek untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan guna

menyerap perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran maupun teknologi

kedokteran mutakhir.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

Dalam Permenkes RI Nomor 560 dan 561/Menkes/' Per/1981 menentukan,

terdapat tiga jenis surat izin dalam menjalankan pekerjaannya sebagai dokter,

yaitu sebagai berikut :

1. Surat Izin Dokter (SID) yang merupakan izin yang dikeluarkan bagi

dokter yang menjalankan peker-jaan sesuai dengan bidang profesinya di

wilayah negara RI.

2. Surat Izin Praktek (SIP), yaitu izin yang dikeluarkan bagi dokter yang

menjalankan pekerjaan sesuai dengan bidang profesinya sebagai swasta

per-seorangan di samping tugas/fungsi lain pada pemerintahan atau unit

pelayanan kesehatan swasta

3. Surat Izin Praktek (SIP) semata-mata, yaitu izin yang dikeluarkan bagi

dokter yang menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesinya sebagai

swasta perseorangan semata-mata, tanpa tugas pada pemerintahan atau

unit pelayanan kesehatan swasta.

Setelah memperoleh izin dimaksud, barulah dokter berwenang

melaksanakan tugas memberikan pelayanan kesehatan, baik pada rumah sakit

pemerintah atau rumah sakit swasta atau melakukan praktek secara perorangan.

Ad. 2). Asas Keseimbangan

Fungsi hukum selain memberikan kepastian dan perlindungan terhadap

kepentingan manusia, hukum juga harus bisa memulihkan keseimbangan tatanan

masyarakat yang terganggu pada keadaan semula. Asas keseimbangan ini

merupakan asas yang berlaku umum tidak hanya berlaku untuk transaksi

terapeutik.

Penyelenggara pelayanan kesehatan harus diseleng-garakan secara

seimbang antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental,

juga keseimbangan antara tujuan dan sarana, antara sarana dan hasil, antara

manfaat dan resiko yang ditimbulkan dari upaya medik yangdilakukan.

Ad. 3). Asas Tepat waktu

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

Asas tepat waktu ini merupakan asas yang sangat penting diperhatikan

oleh para pelayan kesehatan khususnya para dokter. Karena keterlambatan

penanganan seorang pasien akan dapat berakibat fatal yaitu kematian pasien.

Penanganan yang berkesan lambat dan asal-asalan terhadap pasien sangat tidak

terpuji dan bertentangan dengan asas tepat waktu ini. Kecepatan dan ketepatan '

penanganan terhadap pasien yang sakit merupakan salah satu faktor yang dapat

berakibat terhadap kesembuhan pasien.

Ad. 4). Asas Iktikad Baik

Asas ini bersumber pada prinsip etis berbuat baik (beneficence) yang perlu

diterapkan dalam pelaksanaan kewajiban dokter terhadap pasien. Sebagai

profesional seorang dokter dalam menerapkan asas iktikad baik ini akan tercermin

dengan penghormatan terhadap hak pasien dan pelaksanaan praktek kedokteran

yang selalu berpegang teguh pada standar profesi. Kewajiban untuk berbuat baik

ini tentunya tidak harus mengorbankan atau merugikan diri sendiri.

Ad. 5). Asas Kejujuran

Kejujuran antara dokter dan pasien merupakan salah satu hal penting

dalam hubungan dokter pasien.

Selain asas-asas hukum yang menjadi dasar dalam transaksi terapeutik

yang telah diuraikan dalam Undang Undang Praktek Kedokteran dan oleh

Komalawati diatas, Munir Fuady telah menyusun pula beberapa asas dalam etika

modern dari praktek kedokteran, sebagai berikut: 20

1. Asas Otonom

20 Munir Fuady, 2005, Sumpah Hippocrates: Aspek Hukum Malpraktek Dokter, Citra

Aditya Bakti, Bandung, h. 6.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

Asas ini (autonomy) menghendaki agar pasien yang mempunyai

kapasitas sebagai subjek hukum yang cakap berbuat, diberikan kesempatan

untuk menentukan pilihannya secara rasional, sebagai wujud penghormatan

terhadap hak asasinya untuk menentukan nasibnya sendiri (self

determination).

2. Asas Murah Hati

Istilah atau kata lain dari asas murah hati ini adalah beneficence,

adalah suatu asas yang sangat menekankan kepada para pemegang profesi

kedokteran agar dalam upayanya melakukan pelayanan kesehatan terhadap

pasien atau masyarakat agar mengutamakan sifat murah hati ini. Sangat

dianjurkan kepada para dokter atau dokter gigi memiliki sikap-sikap mudah

berbuat kebajikan, kebaikan dan kedermawanan. Asas-asas ini masih

dilaksanakan sampai saat ini dengan memberikan pelayanan yang sama

terhadap pasien dengan jaminan kesehatan pemerintah serta membebaskan

biaya tindakan dokter atas perintah dokter yang bersangkutan.

3. Asas Tidak Menyakiti

Asas tidak menyakiti atau non maleficence mengandung makna bahwa

sejauh mungkin dalam upaya melakukan pelayanan kesehatan atau tindakan

medis kepada pasiennya, dokter atau dokter gigi, sejauh mungkin

menghindarkan rasa sakit dari sang pasien dan atau keluarganya.

4. Asas Keadilan

Dokter atau dokter gigi dalam melakukan pelayanan kesehatannya

tidak dibenarkan membeda-kan status ekonomi ataupun status sosial dari

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

pasien. Dokter atau dokter gigi harus tetap memberikan penghormatan yang

sama kepada seluruh pasiennya dan juga memberi penghargaan sama atas hak-

hak pasien, seperti hak atas kerahasiaan atau privacy pasien, hak atas

informasi dan memberikan per-setujuannya, dan sebagainya.

5. Asas Kesetiaan

Asas ini merupakan terjemahan dari fidebility yang terkandung makna

bahwa dokter harus dapat dipercaya dan setia terhadap amanah yang diberikan

pasien kepadanya. Seorang pasien datang kepada dokter atau dokter gigi

karena dia percaya bahwa dokter atau dokter gigi tersebut akan dapat

memberikan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Kepercayaan yang

besar ini merupakan suatu amanah bagi dokter atau dokter gigi, dan oleh

karenanya dokter atau dokter gigi harus berupaya semaksimal mungkin

berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya menyembuhkan atau

menye-lamatkan pasien.

6. Asas Kejujuran

Kejujuran atau veracity atau honesty merupakan satu asas yang harus

sama-sama dijunjung tinggi baik oleh dokter atau dokter gigi maupun pasien.

Pasien harus jujur menceritakan riwayat penyakitnya tanpa harus ada yang

disembunyikan kepada dokter atau dokter giginya, demikian pula sebaliknya

dokter atau dokter gigi harus, pula secara jujur menginformasikan hasil

pemeriksaan, penyakit serta langkah-langkah pengobatan yang akan di-

lakukannya tentu dengan cara-cara yang bijaksana.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

Memang asas – asas hukum tidak atau belum mengandung sanksi,

tetapi ketika asas – asas sudah dituangkan ke dalam norma hukum dalam

bentuk undang-undang atau pasal-pasal dalam suatu undang-undang (seperti

Undang – Undang Praktek Kedokteran atau Undang – Undang Kesehatan,

Undang – Undang Rumah Sakit), maka norma hukum itu telah dapat

diterapkan, karena sudah mengandung sanksi hukum.

2.2. Perbedaan Tindakan Malpraktik Medik Dengan Tindakan Resiko

Medik

2.2.1. Profesi Dokter

Hukum positif Indonesia yakni Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktek Kedokteran khususnya pada ketentuan umum Pasal 1 angka 11,

telah disebutkan pengertian profesi kedokteran adalah sebagai berikut: “Profesi

kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran atau

kedokteran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompeten yang

diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat

melayani masyarakat”.

Mengacu dari pengertian diatas maka hakekat profesi menurut D. Vironika

Komalasari21 adalah panggilan hidup untuk mengabdikan diri pada kemanusiaan

yang didasarkan pada pendidikan yang harus dilaksanakan dengan kesungguhan

niat dan tanggung jawab penuh. Beberapa ciri profesi antara lain:

1. Merupakan suatu pekerjaan yang berkedudukan tinggi dari para ahli yang

terampil dalam menerapkan pengetahuan secara sistematis.

21 Vironika Komalasari, Op Cit, h. 19 - 20.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

2. Mempunyai kompetensi secara eksklusif terhadap pengetahuan dan

keterampilan tertentu.

3. Didasarkan pada pendidikan yang intensif dan disiplin tertentu.

4. Mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan pengetahuan dan

keterampilannya, serta mempertahankan kehormatan.

5. Mempunyai etik tersendiri sebagai pedoman untuk menilai pekerjaannya.

6. Cenderung mengabaikan pengendalian dari masyarakat atau individu.

7. Pelaksanaannya dipengaruhi oleh masyarakat, kelompok kepentingan tertentu

dan organisasi profesional lainnya, terutama dari segi pengakuan terhadap

kemandiriannya.

Sementara itu Parson sebagaimana dikutip oleh D Vironika Komalasari

mengemukakan beberapa ciri khusus profesi sebagai berikut:

1. Disinterestedness, artinya tidak mengacu kepada pamrih. Nilai ini harus

dijadikan patokan normatif bagi pengemban profesi.

2. Rationalitas, artinya melakukan usaha mencari yang terbaik dengan

berpedoman pada pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah. Perwujudan sistem pekerjaan profesi dilaksanakan berbasis

rasionalitas yang merupakan salah satu ciri yang dominan dari ilmu.

3. Spesifisitas fungsional, artinya para profesional mempunyai kewibawaan

(otoritas) di dalam masyarakat dengan struktur sosiologikal yang khas

yang bertumpu pada kompetensi teknikal yang superior yang hanya

dimiliki oleh pengemban profesi yang bersangkutan saja. Oleh karena itu,

seorang profesional dianggap sebagai orang yang memiliki otoritas hanya

dalam bidahgnya.

4. Universalitas, artinya dasar pengambilan keputusan bukan pada

"siapanya" ataupun keuntungan pribadi yang dapat diperoleh pengambil

keputusan, tetapi berdasarkan kepada "apa yang menjadi masalahnya"22.

Sehingga seorang dokter atau dokter gigi adalah seorang profesional

dalam bidang pengobatan atau kedokteran, karena mereka bekerja berdasarkan

22 Vironika Komalasari, Op Cit, h. 19 - 20.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

keahlian dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan yang berjenjang,

mandiri dan bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan yang dilakukannya.

Ada 3 (tiga) karakteristik yang menonjol dari seorang profesional yaitu:

perlu adanya persyaratan extensive training untuk berpraktek sebagai profesional.

Training tersebut mengandung apa yang dinamakan a significant intelectual

component, tidak sekedar bersifat skill traning semata-mata. Dan terakhir

perlunya pengabdian yang penuh terhadap pelayanan masyarakat.23 Guna

mengetahui apakah seorang dokter atau dokter gigi telah profesional dalam

melaksanakan pelayanan kesehatannya, ada beberapa tolok ukur yang dapat

dipakai sebagai patokan, yaitu ; apakah pelayanan kesehatan atau pelayanan medis

tersebut sudah memenuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar

operasional prosedur.

2.2.2. Etika Profesi Kedokteran

Setiap manusia pada umumnya memiliki profesi sesuai bidang dan

keahliannya masing-masing. Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya norma

mengatur untuk memberi batas-batas dalam berfungsinya suatu profesi. Norma

dibagi dalam beberapa jenis, salah satunya norma hukum. Dalam norma hukum

termasuk di dalamnya norma etik sebagai penjabaran dari norma agama,

kesopanan dan kesusilaan. Etik dalam implementasinya berwujud etika, sehingga

sebuah profesi termasuk profesi dokter diatur dan diikat dengan etika profesi.

Istilah etika ini berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang mengandung

arti "yang baik, yang layak". Ini merupakan norma-norma, nilai-nilai atau pola

23 Edi Setiadi, Op Cit, h. 3

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada

masyarakat24. Sedangkan profesi berasal dari profession dirumuskan sebagai ....

the wrong profession refers to a group of men pursuing learned art a common

calling in the spirit of a public service, no less a public service because it may

incidentally be a means of livelihood25

Etika dapat digunakan dalam arti nilai-nilai atau norma-norma yang

menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah

lakunya. Disini etika berarti sebagai "sistem nilai" yang dapat berfungsi dalam

kehidupan seseorang atau suatu masyarakat, mementara menurut Hermien Hadiati

Koeswadi 26; sebagaimana mengutip Encylopedia Americana International

Edition, etika atau ethic berasal dari kata dalam bahasa Yunani "ethikes" yang

berarti moral, dan "ethos" yang berarti tabiat, karakter atau kelakuan. Ethic juga

menunjuk kepada nilai-nilai atau aturan-aturan perilaku dalam suatu kelompok

manusia, atau manusia perorangan, seperti misalnya dapat dijumpai dalam arti

kata "unethical behavior". Oleh karena itu ethic merupakan cabang dari filsafat

dimana manusia berusaha untuk mengevaluasi dan memutuskan melalui sarana

tertentu tindakan-tindakan moral atau teori-teori umum tentang tingkah laku.

Berbeda dengan Bahder Johan Nasution27 yang menyatakan, bahwa istilah

etik pada awalnya bersumber dari istilah Latin yang merupakan paduan dari

istilah mores dan ethos. Kedua kata ini merupakan paduan rangkaian dari konsep

24 K. Bertens, Etika, Gramedia, Jakarta, 1993, sebagaimana dikutip Deddy Rasyid,

Perbuatan Malpraktik Dokter Dalam Perspektif Hukum Pidana di Indonesia, Tesis,

Pascasarjana, UI 25 Hermien Hadiati Koeswadji, Op. Cit, h. 100 26 Hermien Hadiati Koeswdji, Op Cit, h. 123 27 Bahder Johan Nasution, Op Cit, h. 9

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

mores of a community dan ethos of the people yang dapat diartikan dengan

kesopanan suatu masyarakat dan akhlaq manusia. Konsep ini kemudian

berkembang terutama di kalangan masyarakat pengemban profesi. Nilai-nilai yang

merupakan mores dan ethos tersebut kemudian oleh kalangan profesi dirumuskan

dan dikodifikasi sehingga melahirkan suatu code of conduct atau kode etik. Di

kalangan masyarakat pengemban profesi kesehatan kode etik ini dikenal dengan

sebutan kode etik kedokteran.

Sehubungan dengan hal tersebut kata etika dapat berarti kumpulan asas

atau nilai moral, maksudnya adalah sebagai "kode etik". Etik? berarti juga ilmu

tentang yang baik atau buruk. Dalam hal in etika baru menjadi ilmu bila

kemungkinan-kemungkinan etik (asas-asas atau nilai-nilai tentang yang dianggap

baik dar buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat seringkali tanpa

disadari, menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis28

Demikian pula dikatakan oleh Hermien Hadiati Koeswadji29 bahwa, etika

yang mengikat profesi biasanya dikaitkan dengan ilmu yang diajarkan untuk dapat

mengamalkan ilmu tersebut, dan yang biasanya mengikat pengemban ilmu

tersebut secara internal dan benar-benar suci, atau yang biasanya disucikan

melalui pengenalan tentang hakikat ilmu pengetahuan, dalam hal ini ilmu

pengetahuan kedokteran, ilmu pengetahuan tersebut harus benar-benar dihayati

oleh pengembannya, dan dengan demikian mengamalkannya benar-benar

berdasarkan keyakinannya. Oleh karenanya maka keyakinan tersebut harus

28 K. Bertens, Op Cit 29 Hermien Hadiati Koeswadji, Op Cit, h. 123

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

dilandasi oleh motivasi dalam mengemban profesinya dalam kedudukan dan

ruang lingkup dunia kedokteran.

Mengacu pada nilai-nilai etik kedokteran itu menjiwai sikap dan perilaku

dokter dan mempedomaninya dalam setiap sikap dan tindakannya sehari-hari,

nilai etik itu kemudian akan membawanya pada suatu konsekuensi tentang

keyakinannya mengenai bagaimana ia harus berbuat dan bersikap. Disinilah

nantinya dapat diresapi bahwa etik kedokteran dalam kalangan pengemban profesi

kedokteran mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting, untuk menjamin

kelangsungan dan kelanggengan profesi mereka. Nilai etik senantiasa ingin

menempatkan diri dengan memberi warna dan pertimbangan terhadap sikap dan

perilaku dokter dalam memasyarakatkan dan memberi pedoman tentang mana

yang dianggap baik, buruk, benar dan salah.30

Besarnya peranan norma etik ini dalam dunia kedokteran telah diakui

sejak tumbuhnya ilmu kedokteran pada zaman Hipocrates (5 SM). Hal ini

disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa para dokter sebagai pengemban profesi

merupakan suatu masyarakat moral yang terbentuk dan disatukan oleh latar

belakang pendidikan atau keahlian yang sama.31 Adapun yang menjadi landasan

dari Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki) tersebut adalah :

1. Sumpah Hipocrates (460 - 377 SM).

2. Deklarasi Genewa( 1948).

3. International Code of Medical Ethics (1949).

4. Lafal sumpah dokter Indonesia (1960).

5. Pernyataan-pernyataan (deklarasi) Ikatan Dokter Sedunia (World Medical

Association, WMA), yaitu antara lain:

30 Bahder Johan Nasution, Op Cit, h. 9-10. 31 Deddy Rasyid, sebagaimana mengutip pendapat Veronica Komalawati, Op Cit, h.

43.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

a. Deklarasi Genewa (1948) tentang lafal sumpah dokter.

b. Deklarasi Helsinki (1964) tentang riset klinik.

c. Deklarasi Sidney (1968) tentang saat kematian.

d. Deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi

medik.

e. Deklarasi Tokyo (1975) tentang penyiksaan32.

Etika profesi kedokteran Indonesia ini mengatur tentang kode etik dan

sumpah dokter. Kodeki ini disusun dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut

diatas dan telah disesuaikan dengan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu,

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan telah dimantapkan dalam bentuk

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 434/Menkes/SK.X/1983. Kodeki ini

mengatur hubungan antara manusia yang mencakup kewajiban umum seorang

dokter, hubungan dokter dengan pasiennya, kewajiban dokter terhadap

sejawatnya, dan kewajiban dokter terhadap dirinya sendiri.

Dalam Kodeki tersebut dirumuskan dalam pasal-pasal sebagai berikut

yaitu :

A. Kewajiban umum

Pasal 1 Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan

mengamalkan sumpah dokter.

Pasal 2 Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya

sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

Pasal 3 Dalam melakukan pekerjaan kedokteran, seorang dokter tidak

boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang rnengakibatkan hilangnya ke-

bebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4 Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang

bersifat memuji diri.

Pasal 5 Setiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya

tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk Tcepentingan dan

kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

Pasal 6 Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan

dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru

32 M. Yusuf Hanafiah & Amri Amir, Op Cit, h. 2

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat

menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7 Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang

telah diperiksa sendiri kebenarannya.

Pasal 7a Seorang dokter harus, dalam setiap praktek medisnya, memberikan

pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknik dan

moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan

penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan

pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan

sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter

atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan,

dalam menangani pasien.

Pasal 7c Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak

sejawatnya dan tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga

kepercayaan pasien.

Pasal 7d Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban

melindungi hidup makhluk insani.

Pasal 8 Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus

memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua

aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta

berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-

benarnya.

Pasal 9 Setiap dokter dalam berkerja sama dengan para pejabat di bidang

kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling

menghormati.

B. Kewajiban Dokter Terhadap Pasien

Pasal 10 Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan

segala ilmu dan keteram-pilannya untuk kepentingan pasien. Dalam

hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan,

maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada

dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11 Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar

senantiasa dapat behubungan dengan keluarga dan penasehatnya

dalam beribadah dan atau dalam masalah lainnya.

Pasal 12 Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya

tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal

dunia.

Pasal 13 Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu

tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain

bersedia dan mampu memberikannya.

C. Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

Pasal 14 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia

sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 15 Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman

sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur

yang etis.

D. Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri

Pasal 16 Setiap dokter harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja

dengan baik.

Pasal 17 Setiap dokter harus senantiasa mengikuti per-kembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan.

Etika berbeda dengan hukum, karena hukum dibentuk oleh perangkat

pembentuk undang-undang, ketaatan atas hukum tersebut dapat dipaksakan dari

luar oleh aparat penegak hukum (law enforcement official) karena dikandung

sanksi bagi pelanggarnya. Sedangkan etika, ketaatan dan kesadaran untuk

melaksanakannya timbul dari dalam diri manusia secara pribadi, dari setiap kalbu

insan tidak diperlukan sanksi yang berat. Etika kedokteran bersama-sama dengan

norma hukum, mempunyai kaitan yang erat dan saling melengkapi dalam arti

saling menunjang tercapainya tujuan masing-masing. Hati nurani dan moralitas,

sebagai objek dari norma etika, yang menghendaki agar manusia selalu bersikap

tindak yang baik akan membuat pergaulan pribadi-pribadi dalam suatu

masyarakat menjadi lebih baik pula, sehingga akan terwujud masyarakat yang

tertib dan damai.

Menurut Safitri Hariyani bahwa pelanggaran terhadap butir-butir Kodeki

ada yang merupakan pelanggaran etik semata-mata, dan ada pula yang merupakan

pelanggaran etik dan sekaligus pelanggaran hukum yang dikenal dengan istilah

pelanggaran etikolegal. Beberapa contoh berikut ini:

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

1. Pelanggaran etik murni:

a. Menarik imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan jasa dari keluarga

sejawat dokter dan dokter

b. Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya.

c. Memuji diri sendiri dihadapan pasien.

d. Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri.

2. Pelanggaran etikolegal:

a. Pelayanan dokter di bawah standar.

b. Menerbitkan surat keterangan palsu.

c. Membuka rahasia jabatan atau pekerjaan dokter.

d. Tidak pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Abortus provokatus.

f. Pelecehan seksual33.

Deddy Rasyid memberikan contoh pelanggaran etik kedokteran semata

dan pelanggaran etik sekaligus pelanggaran hukum, yaitu sebagai berikut:

1. Pelanggaran etik kedokteran:

a. Tidak memelihara kesehatannya sendiri dengan baik (melanggar Pasal 17

Kodeki).

b. Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri (melanggar

Pasal 4 huruf a Kodeki).

c. Tidak mengutamakan / mendahulukan kepentingan masyarakat

(melanggar Pasal 8 Kodeki).

d. Mengambil alih penderita dari teman sejawat tanpa persetujuan

(melanggar Pasal 16 Kodeki).

2. Pelanggaran etik sekaligus pelanggaran hukum pidana:

a. Menerbitkan surat keterangan palsu (melanggar Pasal 7 Kodeki

sekaligus melanggar Pasal 267 KUHP).

b. Membuka rahasia jabatan atau pekerjaan dokter (melanggar Pasal 13

Kodeki sekaligus Pasal 322 KUHP).

c. Tidak mau melakukan pertolongan darurat kepada orang yang menderita

(melanggar Pasal 14 Kodeki sekaligus Pasal 304 KUHP)34.

Memperhatikan dari kode etik kedokteran tersebut telah tertuang dalam

perundang-undang baik dalam undang-undang praktek kedokteran maupun dalam

33 Safitri Haryani, 1998, Sengketa Medik : Alternatif Penyelesaian Perselisihan

Antara Dokter Dengan Pasien, Rafika Aditama, Jakarta 34 Deddy Rasyid, Perbuatan Malpraktek Dokter Dalam Perspektif Hukum Pidana Di

Indonesia, Tesis, UI

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

KUHP, sehingga dengan demikian telah berlaku sebagai hukum positif yang

pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bersanksi hukum. Pelanggaran etik

kedokteran oleh seorang dokter atau dokter gigi dapat dikenakan sanksi oleh

instansi yang berwenahg untuk menjatuhkan sanksi pelanggaran etik kedokteran,

yaitu Majelis Kehormatan Kode Etik Kedokteran (MKEK). MKEK merupakan

badan yang berada dibawah naungan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Etik kedokteran yang telah tertuang dalam Undang-Undang Praktek

Kedokteran seperti misalnya:

Pasal 2 Kodeki, seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan

profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi, hal ini tercantum dalam

Pasal 27 dan 28 UU 29/2004 yaitu, untuk memberikan kompetensi kepada dokter

atau dokter gigi maka calon dokter harus telah melaksanakan pendidikan

kedokteran yang sesuai dengan pendidikan profesi kedokteran atau kedokteran

gigi. Demikian pula walaupun dia telah berpraktek diwajibkan pula untuk

mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.

Pasal 10 Kodeki dalam hal seorang dokter tidak mampu melakukan

pengobatan, maka atas persetujuan pasien wajib merujuk pasien pada dokter yang

mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut. Hal ini telah tercantum dalam Pasal

51 UU 29/2004 kewajiban dokter merujuk pasien ke dokter lain apabila tidak

mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan. Apabila dokter tidak

melakukan merujuk pasien tersebut dokter dapat kena sanksi Pasal 79 huruf c UU

29/2004.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

Pasal 12 Kodeki tentang rahasia kedokteran, telah tercantum pada Pasal 48

dan 51 UU 29/2004, seorang dokter wajib menyimpaii rahasia kedokteran kecuali

untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparat penegak

hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-

undangan. Apabila dokter melanggar ketentuan tersebut dapat kena sanksi Pasal

79 c UU 29/2004.

Pasal 13 Kodeki tentang wajib melakukan pertolongan darurat, telah

tertuang dalam Pasal 51 d UU 29/2004, apabila seorang dokter tidak melakukan

kewajiban tersebut dapat dikenakan sanksi Pasal 79 c UU 29/2004.

Pasal 18 Kodeki tentang harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran, telah tertuang pula dalam Pasal 51 e UU

29/2004 yaitu, seorang dokter berkewajiban menambah ilmu pengetahuan dan

mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi, apabila dokter

tidak melakukan hal itu maka dapat dikenakan sanksi Pasal 79 c.

Pasal 79 UU 29/2004 tersebut memberikan ancaman maksimal 1 (satu)

tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Sedangkan Pasal 267 KUHP memberikan sanksi pidana penjara paling lama 4

(empat) tahun jika seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat

keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat dan

jika surat keterangan tersebut dimaksud-kan untuk memasukkan seseorang ke

dalam rumah sakit jiwa atau menahannya disitu dijatuhkan pidana penjara paling

lama 8 (delapan) tahun. Sedangkan ketentuan Pasal 322 KUHP memberikan

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

ancaman pidana penjara paling lama 9 (sembilan) bulan atau pidana denda paling

banyak Rp. 9.000,00 (sembilan ribu rupiah).

2.2.3. Standar Profesi Medis

Standar profesi medis adalah, batasan kemampuan (knowledge, skill and

professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk

dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang

dibuat oleh organisasi profesi (vide Pasal 50 dari UU Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktek Kedokteran). Dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa,

apabifa dokter atau dokter gigi yang melaksanakan praktek kedokteran atau

kedokteran gigi telah sesuai dengan standar profesi dan standar operasional

prosedur, maka dokter atau dokter gigi tesebut berhak mendapatkan perlindungan

hukum.

Standar profesi adalah sebuah ukuran atau pedoman yang telah

ditentukan sebelumnya oleh organisasi profesi yang bersangkutan. Standar

inilah yang harus semaksimal mungkin diupayakan untuk dipenuhi dalam

melaksanakan tugas profesinya.

2.3. Timbulnya Malpraktik Medik dari Dokter

2.3.1. Standar Pelayanan Medik Bagi Kesehatan

Selain dokter harus mematuhi standar profesi medik seperti diuraikan

diatas, maka dokter diharuskan pula memenuhi standar pelayanan medik dan juga

standar prosedur operasional.

Dalam Pasal 44 dalam UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek

Kedokteran menyatakan:

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

1. Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktek kedokteran vvajib

mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.

2. Standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi dibedakan menurut jenis

dan strata sarana pelayanan kesehatan.

3. Standar pelayanan kesehatan tersebut ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

Dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa, standar pelayanan

medik adalah suatu pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi

dalam menyelenggarakan praktek kedokterannya. Sedangkan yang dimaksudkan

dengan strata sarana pelayanan adalah, tingkatan pelayanan yang standar tenaga

dan peralatannya sesuai dengan kemampuan yang diberikan. Standar pelayanan

medis ini sebagaimana perintah undang-undang praktek kedokteran seharusnya

diatur melalui Keputusan Menteri Kesehatan, namun sayang hingga kini kepmen

tersebut belum pernah ada.

Begitu pula halnya malpraktek medis ini merupakan suatu istilah yang

selalu berkonotasi buruk, bersifat stigmatis, menyalahkan. Menurut J Guwandi

malpraktek medis ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) golongan :

1. Dengan sengaja (dolus, vorsatz, willens en wetens handelen, intentional)

yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan. Dengan

perkataan lain, malpraktek dalam arti sempit, misalnya dengan

sengaja melakukan abortus tanpa indikasi medis, melakukan euthanasia,

memberi surat keterangan medis yang isinya tidak benar, dan sebagainya.

2. Tidak dengan sengaja (negligence, culpa) atau karena kelalaian, misalnya

menelantarkan pengobatan pasien karena lupa atau sembarangan sehingga

penyakit pasien bertambah berat dan kemudian meninggal dunia

(abandonment)35.

Perbedaannya yang lebih jelas tampak kalau kita melihat pada motif yang

dilakukannya, misalnya:

35 J. Guwandi, Op Cit, h. 20 – 21

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

1. Pada malpraktek (dalam arti sempit), tindakannya dilakukan secara sadar, dan

tujuan dari tindakannya memang sudah terarah kepada akibat yang hendak

ditimbulkan atau tak peduli terhadap akibatnya, walaupun ia mengetahui atau

seharusnya mengetahui bahwa tindakannya itu adalah bertentangan dengan

hukum yang berlaku, sedangkan

2. Pada kelalaian, tidak ada motif ataupun tujuan untuk menimbulkan akibat

yang terjadi. Akibat yang timbul itu disebabkan karena adanya kelalaian yang

sebenarnya terjadi di luar kehendaknya.

Dalam praktek yang terjadi selama ini, malpraktek medis dalam arti yang

sengaja dilakukan (intentional, dolus, opzettelijk) dan melanggar undang-undang

dan berintikan kesengajaan (criminal malpractice) dalam arti kesengajaan tersirat

adanya motif (mens rea, fuilty mind) tidaklah banyak yang terungkap di

Pengadilan pidana. Yang sering terjadi adalah kelalaian atau negligence lebih

berintikan ketidaksengajaan (culpa), kurang hati-hati, kurang teliti, acuh,

sembrono, sembarangan, tak peduli terhadap kepentingan orang lain. Namun

akibat yang timbul memang bukanlah menjadi tujuannya.

Apabila kelalaian itu sudah mencapai suatu tingkat tertentu dan tidak-

memperdulikan benda atau keselamatan jiwa atau benda orang lain, maka sifat

kelalaian itu bisa berubah menjadi serius dan kriminal. Hukum tidak lagi bisa

tinggal diam, karena sifat kelalaian ini sudah merupakan pelanggaran terhadap

kepentingan umum serta pelanggaran terhadap perundang-undangan. Jika sebagai

akibatnya sampai mencelakakan, menciderai atau bahkan merenggut nyawa orang

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

lain, maka oleh hukum tingkat kelalaian itu digolongkan sudah termasuk

perumusan pidana sebagaimana tercantum di dalam Pasal 359 KUHP.

2.3.2.Resiko Medik Bagi Dokter

Berbeda dengan pengertian resiko medis (ada yang menyebut dengan

kecelakaan medis), karena pada resiko medis ini dokter atau dokter gigi tidak

dapat dipertanggungjawabkan atas akibat yang tidak dikehendaki dalam

melakukan pelayanan medis (dalam malpraktek dokter atau dokter gigi dapat

dituntut secara hukum).

Resiko medis adalah suatu keadaan yang tidak dikehendaki baik oleh

pasien maupun oleh dokter atau dokter gigi sendiri, setelah dokter atau dokter gigi

berusaha semaksimal mungkin dengan telah memenuhi standar profesi, standar

pelayanan medis dan standar operasional prosedur, namun kecelakaan tetap juga

terjadi. Dengan demikian resiko atau kecelakaan medis ini mengandung unsur

yang tidak dapat dipersalahkan (verwijtbaar-heid), tidak dapat dicegah

(vermijtbaarheid) dan terjadinya tidak dapat diduga sebelumnya

(verzienbaarheid).

Dalam The Oxford Illustrated Dictionary (1975)36 telah dirumuskan

makna kecelakaan medis atau resiko medis, adalah sebagai berikut: suatu

peristiwa yang tak terduga, tindakan yang tak disengaja. Sinonim yang disebutkan

adalah, accident, misfortune, bad fortune, mischance, ill luck,

J. Guwandi menyatakan bahwa makna resiko medis ini adalah sebagai

berikut: Setiap tindakan medis, lebih-lebih dalam bidang operasi dan anestesia,

36 J. Guwandi, Loc Cit, h. 25

Page 31: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

akan selalu mengandung suatu resiko. Ada resiko yang dapat diperhitungkan dan

ada resiko yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Maka timbulnya resiko

itu harus membuat seminimal mungkin, misalnya dengan melakukan

pemeriksaan-pemeriksaan pendahuluan, anamnesa yang teliti atau tambahan tes-

tes laboratorium, jika dalam pemeriksaan dicurigai ada hal-hal yang perlu

dipastikan terlebih dahulu.37 Walau demikian tidak semua tindakan yang tak

disengaja termasuk perumusan kecelakaan atau resiko medis, karena tindakan

kelalaianpun dilakukan tidak dengan sengaja.

Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 hal tersebut diatur dalam

Pasal 44 ayat (1) yang menyatakan bahwa, dokter atau dokter gigi dalam

menyelenggarakan praktek kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan

kedokteran atau kedokteran gigi. Aturan lebih lanjut tentang hal tersebut akan

diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Namun sayangnya sampai ditulis-nya

buku ini aturan dimaksud belum pernah ada.

2.3.3. Hal yang Dapat Membebaskan Dokter dari Tuntutan Hukum

Dibawah ini akan dikemukakan beberapa hal yang dapat membebgskan

seorang dokter atau dokter gigi dari tuntutan hukum. Hal-hal tersebut berdasarkan

hukum positif Indonesia dan beberapa teori yang ditarik dari kesimpulan beberapa

yunsprudensi dari sistem hukum Anglo Saxon, misalnya38 :

1. Telah melakukan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi, standar

pelayanan medis dan standar operasional prosedur.

37 J. Guwandi, Op Cit, h. 27. 38 J. Guwandi, Loc Cit

Page 32: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

Sebagaimana telah diuraikan pada bahasan sebelumnya bahwa

berdasarkan Pasal 50 huruf a dari Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

tentang praktek kedokteran, apabila seorang dokter atau dokter gigi telah

melaksanakan pelayanan medis atau praktek kedokteran telah sesuai dengan

standar profesi dan standar prosedur operasional maka la (dokter atau dokter

gigi) tersebut tidak dapat dituntut hukum baik hukum administrasi, hukum

perdata maupun hukum pidana.

2. Informed Concent (Persetujuan Atas Informasi)

Informed concert berarti, concent adalah persetujuan, sedangkan

informed adalah telah diinformasikan, sehingga informed concent berarti

persetujuan atas dasar informasi. Istilah lain yang sering dipergunakan adalah

persetujuan tindakan medik.

Sebelum melakukan tindakan medik seorang dokter berkewajiban

memberikan penjelasan terhadap pasien dan/atau keluarganya tentang

diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan,

alternatif tindakan lain dan resikonya, resiko dan komplikasi yang mungkin

terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

Pengaturan tentang informed concent ini terdapat pada Pasal 39, 45

dari UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran yang menyatakan

bahwa, praktek kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan

antara dokter dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan,

pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan

Page 33: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

pemulihan kesehatan. Segala tindakan medik yang akan dilakukan dokter

harus mendapat persetujuan pasien.

3. Contribution Negligence (Kesalahan Pasien)

Selain hal-hal diatas, dokter tidak dapat dipersalahkan apabila dokter

gagal atau tidak berhasil dalam penanganan terhadap pasiennya apabila,

pasien tidak koperatif karena tidak menjelaskan dengan sejujurnya tentang

riwayat penyakit yang pernah dideritanya serta obat-obatan yang pernah

dimakannya selama sakit, atau tidak mentaati petunjuk-petunjuk serta

instruksi dokter atau menolak cara pengobatan yang telah disepakati.

Hal ini dianggap sebagai kesalahan pasien yang dikenal dengan istilah

contribution negligence atau pasien turut bersalah. Kejujuran serta mentaati

saran dan instruksi dokter ini dianggap sebagai kewajiban pasien terhadap

dokter dan terhadap dirinya sendiri.

4. Respectable Minority Rules Dan Error Of (in) (Pilihan Tindakan Medis

Dokter yang Keliru)

Bidang kedokteran merupakan suatu bidang yang sangat kompleks,

seperti dalam suatu upaya pengobatan sering terjadi ketidaksepakatan atau

pendapat yang sama tentang terapi yang cocok terhadap suatu situasi medis

khusus. II mu medis adalah suatu seni dan sains (art and science) disamping

teknologi yang dimatangkan dalam pengalaman. Maka dapat saja cara

pendekatan terhadap suatu penyakit berlainan bagi dokter yang satu dengan

yang lain. Namun tetap harus berdasarkan ilmu pengetahuan yang dapat

dipertanggung-jawabkan.

Page 34: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

5. Volenti Non Fit Iniura atau Asumption of Risk (Asumsi Yang Telah Diketahui

dan Beresiko)

Volenti non fit iniura atau asumption of risk merupakan doktrin lama

dalam ilmu hukum yang dapat pula dikenakan pada hukum medis, yaitu suatu

asumsi yang sudah diketahui sebelumnya tentang adanya resiko medis yang

tinggi pada pasien apabila dilakukan suatu tindakan medis padanya.

Setelah penjelasan selengkapnya telah diberikan dan ternyata pasien

dan/atau keluarga setuju (informed concent), apabila terjadi resiko yang telah

diduga sebelumnya ini maka dokter tidak dapat dipertanggungjawabkan atas

tindakan medisnya. Selain itu doktrin ini dapat juga diterapkan pada kasus

pulang paksa (pulang atas kehendak sendiri walaupun dokter belum

mengizinkan), maka hal semacam itu membebaskan dokter dan rumah sakit

dari tuntutan hukum.

6. Respondeat Superior Atau Vicarious Liability (Hospital Liability/Corporate

Liability) (Tanggung Jawab Lembaga / Atasan)

Dalam sistem hukum Indonesia yang mengikuti Eropa Continental

masalah tersebut diatur dalam Pasal 1367 BW, adapun maksud ketentuan

pasal ini adalah, majikan berhak mengontrol tindakan bawahannya baik atas

hasil yang dicapai maupun tentang cara yang digunakan. Demikian pula

dengan perkembangan hukum kesehatan serta kecanggihan teknologi

kedokteran, rumah sakit tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab

pekerjaan yang dilakukan oleh pegawainya termasuk apa yang diperbuat oleh

para medis.

Page 35: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

Hanya saja pendapat sebagian pakar hukum kita rnasih membedakan

hubungan kerja antara atasan dengan bawahan dan tindakan bawahan harus

dalam lingkup pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Hubungan kerja ada

apabila atasan mempunyai hak secara langsung mengawasi dan mengendali-

kan aktivitas bawahan dalam melakukan tugas-tugasnya. Dalam hal ini

pekerjaan yang dilakukan harus merupakan suatu wujud perintah yang

diberikan oleh atasan.

7. Res Ipsa Loquitur (Kelalaian yang Nyata / Jelas)

Doktrin res ipsa loquitur ini berkaitan secara langsung dengan beban

pembuktian (onus, burden of proof), yaitu pemindahan beban pembuktian dari

penggugat (pasien dan/atau keluarganya) kepada tergugat (tenaga medis).

Terhadap kelalaian tertentu yang sudah nyata, jelas sehingga dapat diketahui

seorang awam atau menurut pengetahuan umum antara orang awam atau

profesi medis atau kedua-duanya, bahwa cacat, luka, cedera atau fakta sudah

jelas nyata dari akibat kelalaian tindakan tenaga medik, dan hal semacam ini

tidak memerlukan pembuktian dari penggugat akan tetapi tergugatlah yang

harus membuktikan bahwa tindakannya tidak masuk katagori lalai atau keliru

Asumsi dan tuduhan secara dini dari pihak pasien atau masyarakat

terhadap dokter bahwa telah melakukan tindakan malpraktik medik terkadang

sering suatu hal yang berlebihan, khususnya dari pihak pasien, apalagi sebagai

korban atas ketidakpuasan atau kesehatan yang diharapkannya. Semua usaha

tindakan medik yang dilakukan dokter bila ada dugaan atas tuduhan

malpraktik medik memerlukan pembuktian secara standar medik dan hukum.

Page 36: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MALPRAKTIK 2.1. … II.pdf · Etika Kedokteran dan Hukum Kesehtan ... harus dipedomani oleh dokter atau dokter gigi ... pengetahuan dan teknologi yang

Untuk tidak secara cepat menuduh pihak dokter telah melakukan tindakan

malpraktik medik.

Profesi dokter adalah mulia, untuk memberikan pertolongan bagi

setiap orang yang memerlukan keahliannya, sehingga dokter secara hukum

mendapat perlindungan pula akan hak-haknya. Proses pembuktian atas

kelalaian baik sengaja maupun tidak sengaja hukum tetap menjamin setiap

profesi apapun, tidak terkecuali dokterpun mendapat perlakuan dan

perlindungan yang sama dimuka hukum (azas equality before the law).