BAB II TINJAUAN UMUM SANKSI PIDANA PERAMPOKAN …
Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM SANKSI PIDANA PERAMPOKAN …
21
BAB II
TINJAUAN UMUM SANKSI PIDANA PERAMPOKAN SEPEDA
MOTOR
A.Tindak Pidana (strafbaar feit)
Istilah tindak pidana dipakai sebagai terjemahan dari istilah
straabart feit atau delict, tetapi di dalam berbagai perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia, dikenal dengan istilah-istilah yang tidak
seragam dalam menerjemahkan strafbaar feit. Tindak pidana merupakan
suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum,
sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri
tertentu pada peristiwa hukum pidana1. Hukum Pidana merupakan hukum
yang memiliki sifat khusus, yaitu dalam hal sanksinya. Setiap kita
berhadapan dengan hukum, pikiran kita menuju ke arah sesuatu yang
mengikat perilaku seseorang di dalam masyarakatnya.
Dengan demikian hukum pidana diartikan sebagai suatu ketentuan
hukum dan perundang-undangan yang menentukan perbuatan yang
dilarang/pantang untuk dilakukan dan ancaman sanksi terhadap
pelanggaran larangan tersebut. Banyak ahli berpendapat bahwa hukum
pidana menempati tempat tersendiri dalam sistemik hukum, hal ini
1Rahmanuddin Tomalili, Hukum Pidana, Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2012,
7
22
disebabkan karena hukum pidana tidak menempatkan norma tersendiri,
akan tetapi memperkuat norma-norma di bidang hukum lain dengan
menetapkan ancaman sanksi atas pelanggaran norma-norma di bidang
hukum lain tersebut2.
Tindak pidana merupakan suatu dasar yang pokok dalam menjatuhi
pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar
pertanggun jawaban seseorang atas perbuatan yang telah dilakukannya,
tetapi sebelum itu mengenai dilarang dan diancamnya suatu perbuatan
yaitu mengenai perbuatan pidananya sendiri, yaitu berdasarkan azas
legalitas (principle of legality) asas yang menentukan bahwa tidak ada
perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan
terlebih dahulu dalam perundang-undangan, biasanya ini lebih dikenal
dalam bahasa latin sebagai Nullum delictum nulla poena sinepravia lege
poenali(tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu),
ucapan ini berasal dari von feurbach, sarjana hukum pidana Jerman. Asas
legalitas ini bermaksud mengandung tiga pengertian yaitu:
a. tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal
itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-
undang
2Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, 2
23
b. untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan
analogi
c. aturan-aturan hukum pidana tidak boleh berlaku surut3.
Beberapa pendapat pakar hukum dari barat (Eropa) mengenai
Hukum Pidana, antara lain sebagai berikut:Hukum Pidana menurut
Pompe, adalah keseluruhan aturan ketentuan hukum mengenai perbuatan-
perbuatan yang dapat dihukum dan aturan pidananya.Hukum Pidana
menurut Peldoorn, dibedakan dan diberikan arti:
Hukum pidana materill yang menunjuk pada perbuatan pidana dan
yang oleh sebab perbuatan itu dapat dipidana, dimana perbutan pidana itu
mempunyai dua bagian yaitu:
Bagian objektif merupakan suatu perbuatan atau sikap yang
bertentangan dengan hukum pidana Positif, sehingga bersifat melawan
hukum yang menyebabkan tuntutan hukum dengan ancaman pidana atas
pelanggarannya.
Bagian Subjektif merupakan kesalahan yang menunjuk kepada
pelaku untuk dipertanggungjawabkan menurut hukum4.
3 Emik Nurmayrahayu, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pencurian dengan
Kekerasan yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kusus Putusan
N.01/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Mrss), (Skripsi Diterbitkan Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin Makassar), 2014, 9 4Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, 4-5
24
B. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Untuk mengetahui adanya tindak pidana, maka pada umumnya
dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan pidana tentang
perbuatan-perbuatan yang dilarang dan disertai dengan sanksi. Dalam
rumusan tersebut ditentukan beberapa unsur atau syarat yang menjadi ciri
sifat khas dari larangan tadi sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari
perbuatan lain yang tidak dilarang. Unsur-unsur tindak pidana menurut
Simons yakni:
a. Suatu perbuatan manusia (positi atau negative, berbuat atau tidak
berbuat atau membiarkan)
b. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh
undang- undang
c. Melawan hukum (oncrechtmatig)
d. Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staand)
e. Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggung
jawabkan
1. Unsur Objektif
Unsur Objektif merupakan unsur yang terdapat diluar si pelaku.
Unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan, yaitu dalam
25
keadaan-keadaan dimana tindakan-tindakan si pelaku itu harus dilakukan
terdiri dari:
a. Sifat Melanggar Hukum
b. Kualitas dari Si Pelaku
c. Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab
dengan suatu kenyataan sebagai akibat
2. Unsur Subjektif
Unsur yang terdapat atau melekat pada diri si pelaku, atau yang
dihubungkan dengan diri si pelaku dan termasuk didalamnya segala
sesuatu yang terkandung didalam hatinya unsur ini terdiri dari:
a. Kesengajaan atau ketidak sengajaan (dolus atau culpa)
b. Maksud pada suatu percobaan, seperti ditentukan dalam pasal 53
ayat (1) KUHP
c. Macam-macam maksud seperti terdapat dalam kejahatan-kejahatan
pencuiran, penipuan, pemerasan, dan sebagainya.
d. Merencanakan terlebih dahulu, seperti tercantum dalam pasal: 340
KUHP, yaitu pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu.
e. Perasaan takut seperti terdapat di dalam pasal 308 KUHP.
26
C. Sanksi Pidana
Sanksi pidana yaitu hukuman atau sanksi yang dapat dijatuhkan
kepada seseoarang yang melakukan tindak pidana dan kepadanya
dianggap tanggung jawab. Hukum pidana islam maupun hukum pidana
positif memiliki kesamaan pengertian dan bentuk-bentuk sanksi. Penulis
disini akan menjelsakan masing-masing secara detail apa itu sanksi pidana
di dalam hukum pidana Islam dan apa itu sanksi pidana di dalam hukum
pidana positif.
1. Pengertian Sanksi Pidana Menurut Hukum Positif
Sanksi pidana adalah hukuman sebab akibat, sebab adalah
kasusnya dan akibat adalah hukumnya, orang yang terkena akibat akan
memperoleh sanksi baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain
dari pihak berwajib. Sanksi pidana merupakan suatu jenis sanksi yang
bersifat nestapa yang diancamkan atau dikenakan terhadap atau pelaku
perbuatan pidana atau tindak pidana yang dapat mengganggu atau
membahayakan kepentingan hukum. Sanksi pidana pada dasarnya
merupakan suatu penjamin untuk merehabilitasi perilaku dari pelaku
kejahatan tersebut, namun tidak jarang bahwa sanksi pidana diciptakan
sebagai suatu ancaman dari kebebasan manusia itu sendiri.Pidana
adalah penderitaan atau nestapa yang sengaja dibebankan kepada orang
27
yang melakukan perbuatan yang memenuhi unsur syarat-syarat
tertentu5.
Tujuan pemidanaan adalah mencegah dilakukannya kejahatan
pada masa yang akan datang, tujuan diadakannya pemidanaan
diperlukan untuk mengetahui sifat dasar hukum dari pidana. Bahwa
dalam konteks dikatakan Hugo De Groot “malim pasisionis propter
malum actionis” yaitu penderitaan jahat menimpa dikarenakan oleh
perbuatan jahat. Berdasarkan pendapat tersebut, tampak adanya
pertentangan mengenai tujuan pemidanaan, yakni antara mereka yang
berpandangan pidana sebagai sarana pembalasan atau teori absolut
2. Pengertian Sanksi Pidana Menurut Hukum Islam
Sedangkan hukum pidana islam merupakan terjemahan dari kata
fiqh jinayah. Fiqh jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai
tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang
mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil dari
pemahaman atas dalil-dalil yang terperinci dari Al-Quran dan hadis.
tindakan kriminal dimaksud, adalah tindakan-tindakan kejahatan yang
mengganggu ketentraman umum serta tindakan melawan peraturan
perundang-undangan yang bersumber dari Al-Quran dan hadis. Jinayah
5Tri Andrisman, Asas-Asas dan Dasar Aturan Hukum Pidana Indonesia, Bandar
Lampung, 2009, 8
28
berarti perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik perbuatan tersebut
mengenai jiwa, harta, maupun lainnya6.
3. Macam-Macam Sanksi Pidana Menurut Hukum Positif
Dibawah ini menjelaskan susunan dan kedudukan tentang jenis-
jenis sanksi pidana yang telah diatur dalam pasal 10 KUHP yaitu:
a. Pidana Pokok terdiri dari
1. Pidana mati
2. Pidana penjara
3. Kurungan
4. Denda
b. Pidana tambahan terdiri dari
1. Pencabutan hak-hak tertentu
2. Perampasan barang-barang tertentu
4. Macam-Macam Sanksi Pidana Menurut Hukum Pidana Islam
a. Qisas
Arti qisas secara terminologi menurut Ali bin Muhammad Al-
Jurjani yang dikutip oleh Nurul Irfan yaitu mengenakan sebuah
tindakan (sanksi hukum) kepada pelaku persis seperti yang
dilakukan oleh pelaku terhadap korban. Dan pengertian qisas
6Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta:Sinar Grafika, 2012, 1
29
menurut Ibrahim Anis yang dikutip oleh Nurul Irfan yaitu
menjatuhkan sanksi hukum kepada pelaku tindak pidana sama
persis dengan tindak pidana yang dilakukan:Nyawa dengan nyawa
dan anggota tubuh dibalas dengan anggota tubuh.
b. Hudud
Hudud adalah semua jenis tindak pidana yang telah
ditetapkan jenis, bentuk, dan sanksinya oleh Allah dalam Al-Quran
dan oleh Nabi dalam Hadits. Menurut Syekh Nawawi Al-Bantani,
Hudud adalah sanksi yang telah ditentukan dan wajib diberlakukan
kepada seseorang yang melanggar yang akibatnya sanksi itu
dituntut, baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku
maupun memaksanya7. Tujuh macam tindak pidana yang dapat
dikenakan hukuman hudud yaitu:
1. Jarimah Perzinaan
2. Jarimah Qadzf
3. Jarimah Meminum Khamar dan Penyalahgunaan Narkoba
4. Jarimah Pemberontakan
5. Jarimah Murtad
6. Jarimah Pencurian
7M.Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, Jakarta, 2016, 47-48
30
7. Jarimah Perampokan.
Jarimah hudud merupakan perbuatan pidana yang mempunyai
bentuk dan batas hukumannya di dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad Saw. Sanksinya berupa sanksi had (ketetapan yang
terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah). Hukumannya berupa rajam,
jilid atau dera, potong tangan, penjara/kurungan seumur hidup,
eksekusi bunuh, pengasingan/deportasi, dan salib8.
c. Takzir
Secara etimologis takzir berarti menolak dan mencegah.
Berbeda dengan qisas dan hudud, bentuk sanksi takzir tidak
disebutkan secara tegas di dalam Al-Quran dan hadits. Untuk
menentukan jenis dan ukurannya menjadi wewenang hakim atau
penguasa setempat. Takzir menurut Ibrahim Anis ialah penjajaran
yang tidak sampai pada ketentuan had syar’i, seperti pengajaran
terhadap seseorang yang mencaci-maki (pihak lain) tetapi bukan
menuduh (orang lain berbuat zina)9. Takzir menurut Al-Mawardi
ialah pengajaran (terhadap pelaku) dosa-dosa yang tidak diatur
oleh hudud. Status hukumnya berbeda-beda sesuai dengan
keadaan dosa dan pelakunya. Takzir sama dengan hudud dari satu
8Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, 13
9Ibrahim Anis, dkk., Al-Mu’jam Al-Wasit, hlm.598
31
sisi yaitu, sebagai pengajaran (untuk menciptakan) kesejahteraan
dan untuk melaksanakan ancaman yang berbeda-beda sesuai
dengan dosa yang (dikerjakan)10
.
d. Diyat
Diyat ialah uang tebusan sebagai ganti kerugian akibat
kasus pembunuhan atau penganiayaan yang mendapatkan
pemaafan dari keluarga korban. Diyat pengganti jiwa yang tidak
dilakukan pada tersangka hukuman bunuh apabila:
1. Wali atau Ahli Waris terbunuh memaafkan yang membunuh
dari pembalasan jiwa
2. Pembunuhan yang tidak disengaja
3. Pembunuhan yang tidak ada unsur membunuh, termasuk
perusak lingkungan yang mengakibatkan korban jiwa.
e. Kafarat
kafarat merupakan denda yang dibayarkan karena telah
melakukan suatu kesalahan atau dosa. Pidana yang hasrus
membayar kafarat adalah:
1. Tebusan untuk pelanggaran sumpah
2. Tebusan untuk pelanggaran Nadzar
10
Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Bishri Al-Baghdadi Al-Mawardi,
Kitab Al-Ahkam Al-Sultaniyyah, (Beirut:Dar Al-fikri), hlm.236
32
3. Tebusan Pembunuh
4. Tebusan zihar (suami, engkau bagiku seperti punggung ibuku)
5. Tebusan ila’ (sumpah untuk tidak menggauli istri)
6. Tebusan karena berjima’ disiang hari ramadhan
7. denda dalam haji11
.
D. Pengertian Perampokan
Ada dua bahasan yang akan dijelaskan penulis mengenai
pengertian perampokan. Yang antara lain sebagai berikut:
1. Pengertian Perampokan Menurut KUHP
Tindak pidana perampokan di dalam KUHP tidak dikenal, akan
tetapi dikenal dengan istilah pencurian dengan kekerasan.pencurian
dengan kekerasan (perampokan) diatur dalam pasal 365 KUHP. Pasal
365 KUHP ini disebut pencurian dengan kekerasan. Yaitu pencurian
biasa ditambah dengan unsur kekerasan12
.
Secara hakiki pencurian adalah pengambilan harta milik orang lain
secara diam-diam. Sedangkan perampokan adalah pengambilan harta
secara terang-terangan dan kekerasan13
.
11
Muhammad Natsir, Korporasi antara Sanksi dan Tindak Pidana Lingkungan di
Aceh, 2019 12
M. Sudradjat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana, cet.1, Bandung:Remaja Karya, 1984, 71 13
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta:Sinar Grafika, 2005, 93
33
Kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut justru harus dilakukan
pada orang bukan pada barang, dan dapat dikerjakan sebelumnya
bersama-sama atau setelah pencurian itu dilakukan, maksudnya untuk
mempersiapkan melakukan pencurian tersebut, atau untuk
mempermudah pengambilan barang yang dicuri itu, sehingga
hukumannya diperberat. Kekerasan atau tindakan kekerasan pada
dasarnya melakukan suatu tindakan badaniah yang cukup berat
sehingga menjadikan orang yang dikerasi itu kesakitan, atau tidak
berdaya.
2. Pengertian Perampokan Menurut Hukum Pidana Islam
Secara harfiah, kata hirabah berarti memerangi atau membuat
kekacauan. Ia merupakan lawan dari “kedamaian’ dan :kenyamanan”
yang menancam jiwa atau harta14
.
Secara etimologis perampokan (hirabah) berarti memerangi atau
dalam kalimat hiraballah berarti seseorang bermaksiat kepada Allah.
Adapun secara terminologis perampokan (hirabah) yang juga disebut
dengan quthth’ al-thariq (para pemutus jalan/pembegal) adalah
penyerangan dengan senjata lalu merampas harta harta korban secara
14
Mardani, Hukum pidana Islam, Jakarta, 2019, 72
34
terang-terangan15
. Hirabah atau perampokan dapat digolongkan kepada
tindak pidana pencurian dalam arti majazi, bukan dalam arti hakiki.
Menurut ensiklopedi Islam, hirabah adalah aksi sekelompok orang
dalam Negara Islam untuk melakukan kekacauan, pembunuhan,
perampokan harta, pemerkosaan yang secara terang-terangan
mengganggu dan menentang peraturan yang berlaku, perikemanusiaan
dan agama16
. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa perampokan adalah tindak kekerasan yang dilakukan seseorang
atau sekelompok orang kepada pihak lain, baik dilakukan di dalam
maupun di luar rumah, dengan tujuan menguasai harta korban,
membunuh korban, atau sekedar meneror korban17
.
Para Ulama pun berbeda pendapat mengenai pengertian hirabah dan
pengertian hirabah menurut para ulama antara lain sebagai berikut:
1. Ulama Hanafiah, sebagaimana dikutip oleh Abdul Qadir Audah,
memberikan definisi hirabah adalah: Hirabah adalah ke luar untuk
mengambil harta dengan jalan kekerasan yang realisasinya menakut-
nakuti orang yang lewat jalan, atau mengambil harta, atau
membunuh orang.
15
M.Nurul Irfan, Op.cit, hlm.8 16
Mardani, Hukum Pidana Islam, 73 17
M Nurul Irfan,Hukum Pidana Islam, 8
35
2. Ulama Syafi’iyah memberikan definisi hirabah adalah sebagai
berikut: Hirabah adalah ke luar mengambil harta, atau menakut-
nakuti, dengan cara kekerasan, dengan berpegang kepada kekuatan,
dan jauh dari pertolongan (bantuan).
3. Ulama Malikiyah menjelaskan bahwa, hirabah adalah: Mengambil
harta dengan tipuan (taktik), baik menggunakan kekuatan atau tidak.
4. Ulama Zhairiyyah memberikan definisi yang lebih umum, dengan
menyebut pelaku perampokan sebagai berikut, yaitu: Perampok
adalah orang yang melakukan tindak kekerasan dan mengintimidasi
orang yang lewat, serta melakukan perusakan di muka bumi18
.
3. Syarat-Syarat Hirabah yang Dikenakan Hukuman Had
Untuk menjatuhkan hukuman had kepada pelaku hirabah
terdapat beberapa syarat berikut:
a. Mukallaf
Mukallaf, yaitu orang yang berakal dan dewasa. Anak kecil dan
orang gila tidak dianggap sebagai pelaku hirabah yang harus
dikenakan hukuman had. Hal ini karena anak kecil dan orang gila
dianggap tidak mukallaf (cakap hukum).
18
Ishaq, Sanksi Pidana Perampokan dalam KUHP dan Hukum Pidana
Islam,Jambi
36
b. Pelaku bersenjata
Untuk menjatuhkan had hirabah disyaratkan bahwa melancarkan
hirabah pelakunya terbukti membawa senjata. Apabila tidak
membawa senjata maka pelakunya tidak dikatakan sebagai pelaku
hirabah.
c. Lokasi jauh dari keramaian
sebagian ulama menjelaskan bahwa untuk menjatuhkan had
hirabah disyaratkan lokasi hirabah yang dilancarkan pelakunya
berada ditempat yang jauh dari keramaian.
d. Tindakan dilakukan terang-terangan
tindakan hirabah dilakukan secara terang-terangan. Apabila
melakukan hirabah terhadap harta secara sembunyi-sembunyi
disebut pencuri. Bahkan hirabah dilakukan dengan tidak ada rasa
takut dari pelakunya.
4. Unsur-Unsur Perampokan (Hirabah)
a. Jika keluar untuk mengambil harta dengan cara mengalahkan dan
menakut-nakuti, meskipun tidak jadi mengambil harta dan tidak
membunuh.
b. Jika keluar untuk mengambil harta dengan cara mengalahkan lalu dia
mengambil harta dan tidak membunuh.
37
c. Jika keluar untuk mengambil harta dengan cara mengalahkan lalu dia
membunuh tapi tidak jadi mengambil harta.
d. Jika keluar untuk mengambil harta dengan cara mengalahkan lalu dia
mengambil harta dan membunuh19
.
E. Pengertian Sepeda Motor
Sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang digerakkan oleh
sebuah mesin. Letak kedua roda sebaris lurus dan pada kecepatan tinggi
sepeda motor tetap stabil disebabkan oleh gaya giroskopik. Sedangkan
pada kecepatan rendah, kestabilan atau keseimbangan sepeda motor
bergantung kepada pengaturan setang oleh pengendara. Penggunaan
sepeda motor di Indonesia sangat populer karena harganya yang relatif
murah, terjangkau untuk sebagian besar kalangan dan penggunaan bahan
bakarnya serta biaya-biaya operasionalnya cukup hemat20
.
Pada Peraturan Menteri Perhubungan sepeda motor dijelaskan antara
lain:
“Sepeda Motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau
tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau
Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah”21
.
19
Mardani, Hukum Pidana Islam, 74 20
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sepeda_motordiakses pada tanggal 21
Desember 2019 21
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 12 Tahun
2019 Tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang digunakan untuk
Kepentingan Masyarakat, Bab I, Ketentuan Umum, Pasal I, Ayat 7.
38
F. Sanksi Pidana Perampokan
Sanksi pidana perampokan yang akan dibahas disini ada dua sanksi
pidana, yang pertama sanksi pidana perampokan menurut hukum positif,
dan yang kedua sanksi pidana perampokan menurut hukum pidana islam
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Sanksi Pidana Perampokan Menurut Hukum Positif
Peraturan mengenai perampokan tidak sepenuhnya dijelaskan
mengenai apa itu perampokan dalam KUHP, perampokan merupakan
bahasa yang saya gunakan dan merupakan lawan dari “kedamaian’ dan
kenyamanan” yang mengancam jiwa atau harta. Dalam hukum pidana
pelaku perampokan dapat dilihat di dalam KUHP pada pasal 365 yang
disamakan arti dengan Pencurian dengan Kekerasan. Pasal 365 KUHP
yang berbunyi:
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun
pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan
atau ancama kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk
mempersiapkan atau mempermudah pencurian atau dalam hal
tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan dii sendiri atau
peserta lainnya atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri22
.
22
Lihat pada Pasal 365 KUHP
39
Disini termasuk pula, mengikat orang yang punya rumah, menutup
didalam kamar, kekerasan atau ancaman kekerasan ini harus
dilakukan pada orang, bukan pada barang, dan dapat dilakukan
sebelumnya, bersama-sama atau setelah pencurian itu dilakukan,
asal maksudnya untuk menyiapkan atau memudahkan pencurian itu,
dan jika tertangkap tangan supaya ada kesempatan bagi dirinya atau
kawannya yang turut melakukan akan melarikan diri atau supaya
barang yang dicuri itu tetap ditangannya. Seorang pencuri dengan
merusak rumah tidak masuk disini, karena kekerasan (merusak) itu
tidak dikenakan pada orang23
.
2. Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:
1). Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah
rumah atau perkarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan
umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan
2). Jika perbuatan dilakukan oleh orang atau lebih dengan bersekutu
3). Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau
memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu
atau pakaian jabatan palsu
23
Sri Anjani Arifin, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan
Kekerasan (Studi Kasus Putusan No.102/Pid.B/2012/PN.Sidrap), (Skripsi Diterbitkan
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar), 2013, hlm.23
40
4). Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
3. Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun
4. diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan
mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua
orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh satu hal yang
diterangkan dalam no.1 dan no.324
.
Yang mana perampokan merupakan suatu kejahatan yang dapat
merugikan para pihak korban. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya
kejahatan pencurian sepeda motor adalah faktor ekonomi, faktor
lingkungan, faktor pendidikan, faktor penegakan hukum, faktor individu,
dan faktor perkembangan global.
Ada 7 unsur pokok yang saling berkaitan dan harus dipenuhi
sehingga dapat suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai kejahatan yaitu:
1. Adanya perbuatan yang menimbulkan kerugian
2. Kerugian tersebut telah diatur dalam KUHP
3. Harus ada perbuatan (criminal act)
4. Harus ada maksud jahat
24
Lihat pada Pasal 365KUHP
41
5. Ada peleburan antara maksud jahat dengan peraturan jahat
6. Ada perbauran antara kerugian yang telah diatur di dalam KUHP
dengan perbuatan
7. Harus ada sanksi yang mengancam perbuatannya tersebut25
.
2. Sanksi Pidana Perampokan Menurut Hukum Pidana Islam
Dalam hukum pidana Islam tindak pidana perampokan diatur
dalam fiqh jinayah. Perampokan sendiri dinamakan sebagai hirabah.
Adapun teknis operasional perampokan menurut A. Djazuli terdapat
empat kemungkinan. Pertama, seseorang pergi dengan niat untuk
mengambil harta secara terang-terangan dan mengadakan intimidasi,
namun orang tersebut tidak jadi mengambil harta dn tidak membunuh.
Kedua, seseorang berangkat dengan niat untuk mengambil harta dengan
terang-terangan dan kemudian mengambil harta tersebut, tetapi tidak
membunuh. Ketiga, seseorang berangkat dengan niat merampok,
kemudian membunuh, tapi tidak mengambil harta korban. Keempat,
seseorang berangkat untuk merampok kemudian orang tersebut
mengambil harta dan membunuh pemiliknya26
.
Pengaturan tindak pidana (jarimah) perampokan dalam hukum
pidana Islam terdapat di dalam Bab Hudud pada urutan keempat, yakni
25
Sri Anjani Arifin, Op.cit, hlm.23 26
A. Djazuli, Fiqh Jinayah, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1997, hlm.97
42
kejahatan hirabah atau qath’ al-thariq. Hirabah adalah mengangkat
senjata dan mengganggu lalu lintas di luar kota. Hirabah atau
perampokan dapat digolongkan kepada tindak pidana pencurian dalam
arti majazi, karena perampokan pengambilan harta secara terang-
terangan dan kekerasan, sehingga dengan demikian (perampokan)
dapat disebut dengan istilah siraqah qubra (pencurian berat).
Jika dibandingkan dari definisinya, perampokan menurut hukum
pidana Indonesia adalah pencurian yang didahului, disertai atau diikuti
dengan kekerasan terhadap orang. Sedangkan definisi perampokan di
dalam hukum pidana Islam adalah keluar untuk mengambil harta, atau
membunuh, atau menakut-nakuti, dengan cara kekerasan, dengan
berpegang kepada kekuatan, dan jauh dari pertolongan (bantuan).
Adapun persamaannya adalah sama-sama mengambil harta dengan cara
melakukan dengan kekerasan.
Hirabah termasuk dosa besar. Oleh karena itu, Al-Quran
memutlakkan orang yang melakukan hirabah sebagai orang yang
menyerang Allah, Rasullnya, dan orang yang berusaha membuat
kerusakan di atas bumi/ Allah SWT telah menetapkan hukuman atau
sanksi yang bisa menjadikan pelakunya jera dan menghilangkan hal-hal
yang menyakitkan dari tengah jalan.
43
Hal ini Allah swt, memberikan sanksi terhadap pelaku hirabah
itu pada surat (Al-Ma’idah (5) Ayat 33) yang berbunyi:
ا جزاء المذين ياربون اللم ورسوله لوا أو يصلمبوا أو ت قطمع أيديهم إنم ويسعون ف الرض فسادا أن ي قت م
ن يا ولم ف الخرة ع لك لم خزي ف الد فوا من الرض ذ ذاب عظيم وأرجلهم من خلف أو ي ن
Asbab Al-nuzul ayat di atas dijelaskan dalam hadits riwayat
Muslim yang menceritakan tentang sekelompok orang dari suku
Urainah yang memasuki kota Madinah untuk bertemu dengan
Rasulullah SAW. Namun, mereka sakit karena tidak cocok dengan
cuaca di kota Madinah. Pada waktu itu Rasulullah SAW bersabda
kepada mereka: “Jika kalian mau berobat, sebaiknya kalian menuju ke
suatu tempat yang disana terdapat beberapa ekor unta yang berasal dari
sedekah. Di sana kalian bisa meminum air susu dan air seni unta-unta
tersebut.” Mereka kemudian melakukan apa yang diperintahkan Nabi
sehingga mereka semua sembuh dan sehat. Setelah itu mereka
mendatangi para pengembala unta kemudian membantai semuanya.
Mereka pun murtad dan merampok beberapa ekor unta. Hal ini
didengar oleh Rasulullah SAW. Beliau kemudian mengutus pasukan
untuk mengejar dan menghukum mereka. Setelah tertangkap, mereka
didatangkan kepada Rasulullah. Beliau memotong tangan dan kaki
44
mereka, mencungkil mata mereka, dan meninggalkan mereka di bawah
terik matahari sampai akhirnya meninggal27
.
Maksud dari “orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya
dan membuat kerusakan dimuka bumi pada ayat tersebut adalah para
begal atau para penyamun. Mereka adalah orang yang menghadang
manusia di tengah-tengah padang pasir atau di lorong pergedungan,
lalu melakukan perampasan harta dengan terang-terangan, bukan
dengan sembunyi-sembunyi28
.
Kemudian M. Quraish Shihab menjelaskan, bahwa: pada kalimat
“sesungguhnya pembelasan terhadap orang-orang yang memerangi
Allah dan Rasul-Nya”, yakni melanggar dengan angkuh terhadap
ketentuan-ketentuan Rasul SAW, dan kalimat “membuat kerusakan
dimuka bumi”, yakni melakukan pembunuhan, perampokan, pencurian
dengan menakut-nakuti masyarakat hanyalah mereka dibunuh tanpa
ampun jika mereka membunuh, tanpa mengambil harta, atau disalib
setelah dibunuh jika mereka merampok dan membunuh, untuk menjadi
pelajaran bagi yang lain sekaligus menentramkan masyarakat umum
bahwa penjahat telah tiada, atau dipotong tangan kanan mereka
27
M.Nurul Irfan,Hukum Pidana Islam, 89-90 28
Syekh Shalih bin Fauzan, Ringkasan Fikih Lengkap, Jilid 1 dan 2, Penerjemah
Asmuni, Jakarta:Darul Falah, 2005, 1076
45
merampas harta tanpa membunuh, dan juga dipotong kaki kiri mereka
dengan timbal balik, karena ia telah menimbulkan rasa takut dalam
masyarakat atau dibuang dari Negeri tempat kediamannya, yakni
dipenjarakan agar tidak menakutkan masyarakat29
.
Menurut Hamka, terdapat dua pelanggaran besar, yang kedua
berhubungan dengan yang pertama. Pertama mereka telah memerangi
Allah dan Rasul, sebab peraturan Allah telah secara jelas mereka telah
melanggar dengan kekerasan. Lalu dengan sebab yang demikian
mereka telah melakukan tindakan kedua yang lebih jauh, yaitu
mengusahakan kerusakan di bumi, dengan yang pertama, memerangi
Allah dan Rasul, artinya mereka telah terang-terangan menentang
Allah, allah menhendaki keamanan30
.
29
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Kesan dan Keserasian Al-Quran,
Jakarta:Lentera Hati, 2002, 83-84 30
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz VI, Jakarta:Pustaka Panjimas, 2005, hlm.291