BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

36
BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN MOTIF TRADISIONAL 2.1 Tinjauan Umum Tentang Hak cipta Hak Cipta (copyright) merupakan subsistem dari hak kekayaan intelektual (HKI) yang secara internasional disebut dengan intelectual property right. HKI dibagi menjadi atas dua kelompok besar, yakni hak milik perindustrian ( industrial property right) dan hak cipta (copyright), yang termasuk kelompok hak milik perindustrian, antara lain paten (patents), merek dagang (trademarks). desain industri (industrial design), rahasia dagang (undisclosed information),indikasi geografis (geographical indication), model dan rancangan bangunan (utility models), dan persaingan curang (unfair competition), sedangkan yang termasuk kelompok hak cipta dibedakan antara hak cipta atas seni sastra dan ilmu pengetahuan dan hak- hak yang terkait dengan hak cipta (neighbouring rights). 1 Sesungguhnya hak cipta (auteursrecht) yang terdapat dalam Auteurswet 1912 telah berlaku sebelum perang dunia II di Indonesia (Hindia Belanda dahulu). Auteurswet 1912” ini adalah suatu Undang-undang Belanda yang diberlakukan di Indonesia pada tahun 1912 berdasarkan asas konkordansi (St 1912 No 600 Undang- undang 23 September 1912). Sehingga dari tahun 1912 sampai dengan 1982 Indonesia baru berhasil menciptakan Undang-undang tentang Hak Cipta 1 Otto Hasibuan, 2014, Hak Cipta Di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring Rights dan Collecting Society, PT Alumni, Bandung, h. 21.

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

BAB II

TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN MOTIF

TRADISIONAL

2.1 Tinjauan Umum Tentang Hak cipta

Hak Cipta (copyright) merupakan subsistem dari hak kekayaan intelektual

(HKI) yang secara internasional disebut dengan intelectual property right. HKI

dibagi menjadi atas dua kelompok besar, yakni hak milik perindustrian (industrial

property right) dan hak cipta (copyright), yang termasuk kelompok hak milik

perindustrian, antara lain paten (patents), merek dagang (trademarks). desain

industri (industrial design), rahasia dagang (undisclosed information),indikasi

geografis (geographical indication), model dan rancangan bangunan (utility

models), dan persaingan curang (unfair competition), sedangkan yang termasuk

kelompok hak cipta dibedakan antara hak cipta atas seni sastra dan ilmu

pengetahuan dan hak- hak yang terkait dengan hak cipta (neighbouring rights). 1

Sesungguhnya hak cipta (auteursrecht) yang terdapat dalam Auteurswet

1912 telah berlaku sebelum perang dunia II di Indonesia (Hindia Belanda dahulu).

“Auteurswet 1912” ini adalah suatu Undang-undang Belanda yang diberlakukan di

Indonesia pada tahun 1912 berdasarkan asas konkordansi (St 1912 No 600

Undang- undang 23 September 1912). Sehingga dari tahun 1912 sampai dengan

1982 Indonesia baru berhasil menciptakan Undang-undang tentang Hak Cipta

1 Otto Hasibuan, 2014, Hak Cipta Di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu,

Neighbouring Rights dan Collecting Society, PT Alumni, Bandung, h. 21.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

yang bersifat Nasional, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak

cipta, Lembaran Negara RI Tahun 1982b Nomor 15. Tambahan Lembaran Negara

RI Nomor 3217.2

Hak cipta melindungi ekspresi ide atau gagasan bukan ide itu sendiri. Hak

cipta dapat diterapkan pada bentuk khusus dan sebuah ekspersi bukan ide/konsep

atau kenyataan realita dan ekspresi. Karya desain dapat mempunyai status hukum

yang berbeda didasarkan pada (WIPO) (Gaid to the Berne Convention) yang

isinya menyatakan apabila sebuah negara tidak mempunyai ketentuan khusus

yang melindungi desain model, maka harus selalu melindungi karya terapan

sebagai karya seni dengan kata lain dilindungi dengan Undang-Undang Hak

Cipta.3

Beberapa kriteria agar ciptaan dapat dilindungi hak cipta adalah4 :

a. Harus orisinil yaitu hasil kreativitas pencipta sendiri bukan mengcopy;

b. Ada bentuk nyata atau kongkrit misalnya diekspresikan dalam

kertas,audio, ukir, video tipe, kanvas dan lain-lain;

c. Harus terdapat beberapa kreativitas artinya harus dapat diproduksi

dengan suatu alat oleh seseorang.

2.1.1 Pengertian dan Dasar Hukum Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta untuk mengumumkan atau

memperbanyak ciptaannya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang

2 Sophar Maru Hutagalung , 2014, Hak Cipta Kedudukan dan Peranannya Di

dalam Pembangunan, Akademika Pressindo, Jakarta, h. 1. 3 Budi Santoso, 2005, Butir-butir yang Berserakan, Mandar Maju, Bandung, h.70. 4 Ibid. h.154.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

antara lain dapat terdiri dari buku, program kumputer, ceramah, kuliah, pidato dan

ciptaan lain yang sejenis dengan itu, serta hak terkait dengan hak.5

Pengertian hak cipta berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU Hak Cipta:

“Hak Cipta adalah hak ekskusif pencipta yang timbul berdasarkan prinsip

deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa

mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan”.

Pertama kali peraturan hak cipta yang berlaku ketika Indonesia merdeka

adalah Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912, peraturan tersebut

merupakan peraturan peninggalan zaman penjajahan Belanda dan diberlakukan

sesuai dengan ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, bahwa sebelum

dibentuk peraturan baru maka peraturan-peraturan yang lama masih tetap

diberlakukan. Auteurswet 1912 pada pokoknya mengatur perlindungan hak cipta

terhadap ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Negara Indonesia

baru mempunyai peraturan hak cipta nasional setelah 37 Tahun Merdeka yaitu

dengan dibentuknya Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak cipta.

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 maka Auterswet 1912

dinyatakan tidak berlaku lagi.6

Setelah lima tahun berjalan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 diubah

dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 karena semakin meningkatnya

pelanggaran hak cipta yang dapat membahayakan kehidupan sosial dan

5 Tim Lindsey et.al. , 2006, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT Alumni ,

Bandung, h.6. 6 Gatot Supromo, 2010 , Hak Cipta dan Aspek - Aspek Hukumnya , Rineka Cipta ,

Jakarta, h.5.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

menghancurkan kreativitas masyarakat. Kemudian Undang-undang Nomor 7

Tahun 1987 diubah lagi menjadi Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997

Perkembangan di bidang perdagangan dan industri telah berubah sedemikian

pesatnnya sehingga diperlukan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak

terkait, maka untuk menjawab perkembangan tersebut diperlukan perubahan

kembali Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 menjadi Undang-undang Nomor

19 Tahun 2002.7 Dua belas tahun kemudian dilakukan perubahan untuk

penyempurnaan tentang perlindungan hak cipta dengan memasukan ketentuan

perlindungan ekspresi budaya tradisional sehingga dikeluarkan Undang-undang

Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang dipakai saat ini.

2.1.2 Ruang Lingkup Perlindungan Hak cipta

Lahirnya Hak cipta pada sekitar abad ke 6 sampai ke 5 sebelum Masehi,

Penemuan Pehriad yang nampak bersahaja ini ternyata dalam perkembangan ilmu

pengetahuan mempunyai nilai dan makna yang penting sekali. Setelah Pehriad

meninggal dunia putranya, Apullus sebagai pewaris penemuan itu hijrah dari

Yunani kemudian bermukim di Roma. Di negeri itu ternyata ia memperoleh

pengakuan perlindungan dan jaminan dari pemerintah Roma atas hasil karya dan

cipta ayahnya itu, untuk setiap penggunaan, penggadaan dan pengumuman dari

penemuan Pehriad itu, Apulus memperoleh penghargaan dan jaminan sebagai

cerminan dari pengakuan hak tersebut. Honorarium dari penggunaan dan

pemakaian titik dipakainya untuk kepentingan pribadinya sebagai ahli waris

7 Djamal, 2009, Hukum Acara Hak Kekayaan Intelektual Di Indonesia, Pustaka

Rema Cipta, Jakarta, h. 6.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

Pehriad, sedangkan imbalan jasa bagi penggunaan koma diserahkan kembali

kepada Pemerintahan Roma pengakuan terhadap hak cipta.8

Keaslian suatu karya baik berupa karangan atau ciptaan merupakan suatu

esensial dalam perlindungan hukum melalui hak cipta. Istilah hak cipta

sebenarnya berasal dari beberapa negara yang menganut common law, yakni

copyright, sedangkan di Eropa, seperti Prancis dikenal droit d’ aueteur dan di

Jerman sebagai Urherberecht. Di Inggris, penggunaan istilah copyright

dikembangkan untuk melindungi penerbit bukan untuk melindungi si pencipta.

Namun seiring dengan perkembangan hukum dan teknologi maka perlindungan

diberikan kepada pencipta serta cakupan hak cipta diperluas, tidak hanya

mencakup bidang buku tetapi drama, musik, artistic work, dan fotografi.9

Perkembangan pengaturan hukum hak cipta sejalan dengan perkembangan

kebutuhan masyarakat dewasa ini, bahkan perkembangan perdagangan

internasional, artinya bahwa konsep hak cipta telah sesuai dengan kepentingan

masyarakat untuk mmelindungi hak-hak si pencipta berkenaan dengan ciptaannya,

bukan kepada penerbit lagi. Di sisi lain, demi kepentingan perdagangan,

pengaturan hak cipta telah menjadi materi penting dalam TRIPs agreement yang

menyatu dalam GATT/WTO. Selain itu konsep hak cipta berkembang menjadi

keseimbangan antara kepemilikan pribadi (natural justice) dan kepentingan

masyarakat/sosial. Konvensi Berne 1886 tentang International Convention the

Protection of Literary and Artistic Work yang telah direvisi beberapa kali

8 Ramdlon Naning, 1982, Perihal Hak Cipta Indonesia, Liberty, Yogyakarta, h.5. 9 Endang Purwaningsih, 2005, Perkembangan Hukum Intelectual Property Rights

Kajian Hukum terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif Hukum

Paten, Katalog Dalam Terbitan (KDT), Bogor, h.1.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

merupakan basis perlindungan hak cipta secara International. Selanjutnya timbul

gagasan untuk menciptakan hukum secara universal yang dikenal dengan

Universal Copyright Convention. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Berne

pada tahun 1977. Konvensi Berne pada hakikatnya mensyaratkan negara

anggotanya untuk melindungi karya-karya yang diantaranya sebagai berikut :

1. Karya tertulis, seperti halnya buku dan laporan

2. Musik

3. Karya drama dan Koreografi

4. Karya arsitektur

5. Karya sinematografi dan video

6. Karya adaptasi, seperti terjemahan dan aransemen musik

7. Koleksi/kumpulan seperti ensiklopedi

Demikian juga terdapat konvensi yang hanya mengatur satu aspek saja

misalnya mengenai hal berikut :

1. Perjanjian mengenai perlindungan penyiaran televisi tahun 1960, yakni

European Agreement on the Protection Television Broadcast.

2. Konvensi Roma mengenai bidang rekaman tahun 1961, yakni

Convention for the Protection of Phonograms Against Unauthorized

Duplication of Their Phonograms.

3. Konvensi Roma mengenai hak salinan (neighbouring right) tahun 1961

yakni International Convention Protection for Performers, Producers

of Phonograms and Broadecasting Organizations.

4. Agreement for the Protection of Type Faces and Their Internasional

Deposit Wina Tahun 1973

5. Agreement Relating to the Distribution of Progeamme Carryin Signal

Transmitted by Satellite di Brussel tahun 1974.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

Dengan selesainya Putaran Uruguay, Indonesia juga telah meratifikasi

TRIPs tahun 1997, yang mengatur perlindungan karya melalui hak cipta adalah

sebagai berikut :10

1. Semua karya yang dilindungi berdasar Konvensi Berne

2. Program komputer

3. Database

4. Pertunjukan baik langsung maupun rekaman

5. Rekaman suara

6. Siaran-siaran.

Seperti halnya jenis-jenis hak yang lainnya dalam lingkungan Hak

Kekayaan Intelektual, Hak cipta dianggap sebagai hak kebendaan yang tidak

berwujud yang dapat dialihkan kepada orang lain, baik melalui pewarisan, hibah,

wasiat, maupun perjanjian yang terakhir ini dapat berlangsung dalam bentuk jual

beli atau lisensi.11

Benda menurut paham undang-undang yang dinamakan

kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak

milik (Pasal 499 KUH Perdata). Sementara itu, kebendaan bergerak menurut

sifatnya ialah kebendaan yang dapat berpindah atau dipindahkan. Sebaliknya

adalah benda tak bergerak/benda tetap. Hak cipta mengandung pengertian ide dan

konsepsi hak milik. Apabila dibandingkan dengan “hak milik” maka hak cipta

hanya berlaku selama hidup si pencipta dan 70 (tujuh puluh) tahun sesudah ia

meninggal dunia (Pasal 58 ayat 2). Hak cipta adalah hak khusus (esklusif) bagi

pencipta, ia dilindungi dalam haknya terhadap siapa saja yang merupakan hak

absolut (Pasal 4). Ancaman pidana dalam Pasal 112 pertanda adanya adanya

absolut dalam hak cipta.

10 Ibid, h.3. 11 Henry Soelistyo, 2011, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Rajawali Pers, Jakarta,

h.51.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

Hak Cipta dapat disimpulkan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut 12

:

1. Hak Cipta adalah Hak Khusus

Dari definisi hak cipta dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun

2014 disebutkan bahwa hak cipta adalah hak khusus diartikan

sebagai hak khusus karena hak cipta hanya diberikan kepada

pencipta atau pemilik/ pemegang hak dan orang lain dilarang

menggunakan kecuali atas izin pencipta selaku pemilik hak, atau

orang yang menerima hak dari pencipta tersebut (pemegang hak)

dan bahwa orang lain tersebut dikecualikan dari penggunaan hak

tersebut.

2. Hak Cipta Berkaitan dengan Kepentingan Umum

Seperti telah dijelaskan bahwa hak cipta merupakan hak khusus

yang istimewa. Tetapi ada batasan-batasan tertentu bahwa hak cipta

juga harus memperhatikan kepentingan masyarakat yang juga turut

memanfaatkan ciptaan seseorang. Secara umum hak cipta atas suatu

ciptaan tertentu yang dinilai penting demi kepentingan umum

dibatasi penggunaannya sehingga terdapat keseimbangan yang serasi

antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Contoh

seorang mahasiswa boleh memfotokopi sebagaian halaman dari

sebuah buku tanpa seizin pengarangnya selama perbuatan tersebut

untuk kegiatan belajar/pendidikan yang bersangkutan dan tidak

untuk dikomersialkan.

3. Hak Cipta dapat Beralih Maupun Dialihkan

Seperti halnya bentuk-bentuk benda bergerak lainnya hak cipta

dapat beralih atau dialihkan baik sebagian maupun keseluruhan.

(Pasal 16 UUHC) Pengalihan dalam hak cipta ini dikenal dengan

dua macam cara, yaitu :

a. Transfer/assignment : merupakan pengalihan hak cipta yang

berupa pelepasan hak kepada pihak/orang lain, misalnya karena

pewarisan, hibah, wasiat, dan perjanjian jual beli.

b. License : merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak

kepada pihak lain berupa pemberian izin/persetujuan untuk

pemanfaatan hak cipta dalam jangka waktu tertentu, misalnya

perjanjian lisensi.

12 Suyud Margono dan Angkasa Amir, 2002, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek

Hukum Bisnis, Gramedia, Jakarta, h.19.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

4. Hak Cipta Dapat Dibagi atau Diperinci

Berdasarkan praktik-praktik pelaksanaan hak cipta dan juga norma

principle of specification dalam hak cipta, maka hak cipta dibatasi

oleh:

a. Waktu : misalnya lama produksi suatu barang ;

b. Jumlah : jumlah produksi barang pertahunnya ;

c. Geografis, contohnya sampul bertuliskan “for sale in Indonesia

Only”.

Dalam hak cipta berisikan hak ekonomi (economi right) dan hak moral

(moral right). Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas

ciptaan serta produk Hak terkait. Sedangkan hak moral adalah hak yang melekat

pada pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan

apa pun. Walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Dari pengertian

tersebut jelas bahwa hak ekonomi dari hak cipta dapat beralih atau dialihkan

kepada orang lain oleh pencipta. Sedangkan hak moral tidak demikian, hak moral

ini tetap mengikuti dan melekat pada diri pencipta walaupun hak ekonomi dari

hak cipta tersebut telah beralih atau dialihkan kepada orang lain. Dengan

demikian yang dapat beralih atau dialihkan itu hanyalah hak ekonomi saja dari

hak cipta, sementara hak moralnya tidak dapat dipisahkan dari penciptanya.13

Hak ekonomi dalam suatu karya cipta adalah berbagai bentuk hak yang

dapat dieksploitasi secara ekonomi dan secara gambalang dapat dikatakan bahwa

hak ekonomi merupakan hak yang dapat dipisahkan dari penciptanya, sedangkan

hak moral berbeda dengan hak ekonomi, yakni merupakan hak yang tidak dapat

dipisahkan dan terus melekat secara substansial kepada penciptanya. Hak moral

13 Rachmadi Usman, 2003, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Perlindungan

dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, PT Alumni, Jakarta, h.112.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

ini tetap berlaku sekalipun hak ekonomi atas suatu karya cipta sudah dialihkan

oleh penciptanya kepada pihak lain.

Sesuai dengan sifat manunggal hak cipta dengan penciptanya, dari segi

morality seseorang atau badan hukum tidak diperkenankan untuk melakukan

perubahan terhadap sesuatu hasil karya cipta, baik itu mengenai judul, isi, hal

demikian dapat dilakukan apabila mendapat izin dari pencipta atau ahli warisnya

jika meninggal dunia. Dengan demikian, pencipta atau ahli warisnya saja yang

mempunyai hak untuk mengadakan hak untuk mengadakan perubahan pada

ciptaannya untuk disesuaikan dengan perkembangan. Namun jika pencipta tidak

dapat melaksanakan sendiri penyesuaian karya ciptanya dengan perkembangan,

hal itu dapat dialihkan kepada pihak lain dengan izin penciptanya untuk

melaksanankan pengerjaannya.

Dalam kaitannya dengan hak moral ini. Pasal 5 UUHC menyatakan :

(1) Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak

yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk :

a. Tetap mencatumkan atau tidak mencantumkan namanya pada

salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

b. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

c. Mengubah Ciptannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

d. Mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi disortasi Ciptaan,

mutilasi Ciptaan,modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat

merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

(2) Hak moral sebagaiman dimaksud ayat 1 tidak dapat dialihkan selama

pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat

dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan setelah Pencipta meniggal dunia.

(3) Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), penerima dapat melepaskan atau menolak

pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan

pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan “distorsi Ciptaan” adalah tindakan

pemutarbalikan suatu fakta atau identitas Ciptaan.

Yang dimaksud dengan “mutilasi Ciptaan“ adalah proses atau tindakan

menghilangkan sebagai Ciptaan.

Yang dimaksud dengan “modifikasi Ciptaan” adalah pengubahan atas

Ciptaan.

Pembatasan terhadap hak cipta berdasarkan Pasal 43 sampai Pasal 51 UU

Hak Cipta. Fungsi sosial hak cipta secara efektif akan lebih mudah dilaksanakan

melalui mekanisme pelinsensian wajib, daripada mekanisme sebelumnya. Hal itu

tidak dilakukan sendiri oleh Negara melainkan untuk perseorangan. Dengan

perlisensian wajib tersebut tidak memberi kesan bahwa Negara memberikan

kesempatan kepada warganya untuk melakukan kegiatan yang sebenarnya

merupakan pelanggaran terhadap hak cipta.

Dalam Pasal 43 UUHC dinyatakan :

Perbuatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta

meliputi :

a. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi dan atau Penggandaan

lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;

b. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi dan atau Penggadaan

segala sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama

Pemerintahan, Kecuali dinyatakan dilindungi oleh peraturan

perundang-undangan, pernyatan pada Ciptaan tersebut atau ketika

terhadap Ciptaan tersebut dilakukan Pengumuman, Pendistribusian,

Komunikasi dan penggadaan;

c. Pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari

kantor berita, Lembaga Penyiaran dan surat kabar atau sumber

sejenis lainnya dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan

secara lengkap ; atau

d. Pembuatan dan penyebarluasan konten Hak cipta melalui media

teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial

dan atau menguntungkan pencipta atau pihak terkait atau pencipta

tersebut menyatakan tidak keberatan atas pemabuatan dan

penyebarluasan tersebut;

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

e. Penggandaan, Pengumuman, dan/atau Pendistribusian Potret

presiden, Wakil Presiden, mantan Wakil Presiden, Pahlawan

Nasional, pimpinan lembaga Negara, Pimpinan kementrian/lembaga

pemerintah non kementrian,dan atau kepala daerah dengan

memperhatikan martabat dan kewajaran sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 44

(1) Penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan atau pengubah suatu

ciptaan dan atau produk Hak Terkait secara keseluruhan atau

sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak

Cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap

untuk keperluan :

a. Pendidikan, penelitian penulisan karya ilmiah, penyusunan

laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan

merugikan kepentingan yang wajar dan Pencipta atau

Pemegang Hak cipta;

b. Keamanan serta penyelenggaran, pemerintah, legislatif, dan

peradilan;

c. Ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu

pengetahuan atau;

d. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran

dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dan

Pencipta.

(2) Fasilitasi akses atau suatu Ciptaan atau peyandangan tuna netra,

Penyandang kerusakan penglihatan atau keterbatasan dalam

membaca dan atas penggunaan huruf braile, bukan audio atau

saran lainnya, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak cipta jika

sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap, kecuali

bersifat komersial.

(3) Dalam hal Ciptaan berupa karya arsitektur pengubahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dianggap sebagai

pelanggaran Hak cipta jika dilakukan berdasarkan pertimbangan

pelaksanaan teknis.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitas akses terahadap Ciptaan

bagi penyandang tuna netra, penyandang kerusakan penglihatan

dan keterbatasan dalam membaca dan menggunakan huruf Braille,

buku audio atau saran lainnya sebagaimana buku audio, atau

sarana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

Sebagai subjek hak cipta, bisa manusia dan badan hukum. Inilah yang oleh

UUHC dinamakan dengan pencipta. Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UUHC :

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

“Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara sendiri-

sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas

dan pribadi”.

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 yang dinamakan ciptaan UU Hak Cipta :

“Ciptaan adalah setiap hasil karya di bidang ilmu pengetahuan seni, dan

sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi,

kecekatan, keterampilan atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk

nyata”.

Pasal 1 angka 4 UUHC 2014 menyatakan :

“Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta atau

pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta”.

Berdasarkan penjelasan di atas, pencipta hak cipta otomatis menjadi

pemegang hak cipta yang merupakan pemilik hak cipta, sedangkan yang menjadi

pemegang hak cipta tidak harus pencipta tetapi bisa juga pihak lain yang

menerima lebih lanjut hak tersebut dari pencipta atau pemegang hak cipta yang

bersangkutan.

UUHC membedakan penggolonggan pencipta hak cipta dalam beberapa

kualifikasi, sebagai berikut14

:

1. Seseorang yakni :

a. Orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada

Direktorat Jendral HAKI;

14 Rahmadi Usman, op.cit., h.114.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

b. Orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai

Pencipta;

c. Seseorang yang berceramah tidak menggunakan bahan atau secara

tidak tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa penciptanya ;

d. Seseorang yang membuat ciptaan dalam hubungan dinas dengan

pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya atau hubungan dinas

berdasarkan pesanan.

Pasal 31 UUHC :

Kecuali tanpa terbukti sebaliknya yang dianggap sebagai Pencipta, yaitu

orang yang namanya :

a. disebut dalam Ciptaan;

b. dinyatakan sebagai Pencipta pada suatu Ciptaan;

c. disebutkan dalam surat pencatatan Ciptaan dan atau

d. tercantum dalam daftar umum Ciptaan sebagai Pencipta

Pasal 32 UUHC menyatakan :

“Kecuali tebukti sebaliknya, Orang yang melakukan ceramah yang tidak

menggunakan bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa Pencipta

ceramah tersebut dianggap sebagai Pencipta”.

2. Dua orang atau lebih

Jika suatu ciptaan diciptakan oleh beberapa orang, maka yang dianggap

sebagai penciptanya :

a. Orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan

yang bersangkutan atau penghimpunannya;

b. Perancang ciptaan yang bersangkutan.

Pasal 33 UUHC 2014 menyatakan :

(1) Dalam hak ini Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang

diciptakan oleh atau lebih yang dianggap sebagai Pencipta yaitu

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

Orang yang memimpin dan mengawasi penyelesaian seluruh

Ciptaan.

(2) Dalam hal Orang yang memimpinnya dan mengawasi penyelesaian

seluruh Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ada,

yang dianggap sebagai Pencipta yaitu Orang yang menghimpun

Ciptaan dengan tidak mengurangi Hak Cipta masng-masing atas

bagian Ciptaannya.

Pasal 34 UUHC menyatakan :

Dalam hal ciptaan dirancang oleh seseorang dan diwujudkan serta

dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan pengawasan orang

yang merancang Ciptaan.

3. Lembaga atau Instansi Pemerintah;

Pasal 35 UUHC menyatakan :

(1) Kecuali diperjanjikan lain Pemegang Hak Cipta atas Ciptaan yang

dibuat oleh Pencipta dalam hubungan dinas, dianggap sebagai

Pencipta yaitu instansi pemerintah.

(2) Dalam hal Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan

secara komersial, Pencipta dan Pemegang Hak Terkait

mendapatkan imbalan dalam bentuk Royalti.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian Royalti untuk

penggunaan secara komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 36 UUHC 2014 menyatakan :

“Kecuali diperjanjikan lain, pencipta dan pemegang hak cipta atas

ciptaan yang dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan

yaitu pihak yang membuat Ciptaan”.

4. Badan Hukum

Pasal 37 UUHC 2014 menyatakan :

“Kecuali terbukti sebaliknya, dalam hal badan hukum melakukan

Pengumuman, Pendistribusian, atau Komunikasi atas Ciptaan yang

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

berasal dari badan hukum tersebut, dengan tanpa menyebut seseorang

sebagai Pencipta, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu badan hukum”.

Menurut L.J Taylor dalam bukunya Copyright For Librarians menyatakan

bahwa yang dilindungi hak cipta adalah ekspresinya dari sebuah ide, jadi bukan

bukan melindungi idenya itu sendiri. Artinya, yang dilindungi hak cipta sudah

dalam bentuk nyata sebagai ciptaan, bukan masih merupakan gagasan15

. Objek

dalam hak cipta merupakan ciptaan yang dilindungi dalam hak cipta berdasarkan

Pasal 40 UU Hak Cipta :

(1) Ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu

pengetahuan, seni dan sastra terdiri atas :

a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan dan

semua hasil karya tulis lainnya;

b. Cermah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lainnya;

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan

ilmu pengetahuan;

d. Lagu dan atau music dengan atau tanpa teks;

e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan

pantomim;

f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan , gambar,

ukiran kaligrafi, seni pahat, patungm atau kolase;

g. Karya seni terapan

h. Karya arsitektur

i. Peta

j. Karya seni batik atau motif lain;

k. Karya fotografi;

l. Potret

m. Karya sinemotografi

n. Terjemahan, adapatasi aransemen, transformasi atau modifikasi

ekspresi budaya tradisional

o. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat

dibaca dengan program komputer maupun media lainnya;

p. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi

tersebut merupakan karya yang asli;

r. Permainan video dan;

15 Rahmadi Usman, loc.cit., h.121.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

s. Program komputer.

Perlindungan hukum terhadap hak cipta ada beberapa pertimbangan

digantinya Undang-Undang 19 Tahun 2002 menjadi Undang-undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang kini berlaku sebagai berikut :

- Indonesia memiliki keanekaragaman etnis/suku bangsa dan budaya

serta kekayaan di bidang seni dan sastra dengan pengembangan-

pengembangannya yang memerlukan perlindungan hak cipta

terhadap kekayaan intelektual yang lahir keanekaragaman tersebut.

- Indonesia telah menjadi anggota berbagai konvensi/perjanjian

Internasional di bidang hak kekayaan intelektual pada umumnya dan

hak cipta pada khususnya yang memerlukan sistem hukum

nasionalnya.

- Perkembangan di dunia perdagangan, industri dan investasi telah

sedemikian pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan

bagi pencipta dan pemilik hak terkait dengan memperhatikan

kepentingan masyarakat luas.

Perlindungan hukum terhadap hak cipta menurut UU Hak Cipta selain

bersifat administratif juga bersifat perdata dan pidana. Dimuatnya hak-hak

pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengajukan gugatan perdata ke

pengadilan niaga dan apa yang dapat dimintakan dalam gugatan (petitum)

merupakan wujud perlindungan hukum bagi pencipta atau pemegang hak cipta

dari pelanggaran-pelanggaran yang bersifat perdata terhadap hak cipta. Meskipun

tanpa pengaturan secara khusus, gugatan semacam itu dapat diajukan ke

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

pengadilan negeri dengan menggunakan alasan Pasal 1365 BW. Namun karena

kini telah ditentukan secara khusus maka sengketa perdata mengenai hak cipta

berdasarkan hukum hak cipta berdasarkan hukum hak cipta menjadi kewenangan

pengadilan niaga semata.16

Adapun hasil karya cipta yang tidak dilindungi oleh hak cipta berdasarkan

Pasal 41 UU Hak Cipta :

Hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta melindungi :

a. Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;

b. Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau

data walaupun telah diungkapkan, dinyatakan , digambarkan,

dijelaskan atau digabungkan dalam sebuh ciptaan dan;

c. Alat , benda atau produk yang diciptakan hanya untuk

menyelesaikan masalah teknis atau bentuknya hanya ditunjukkan

untuk kebutuhan fungsional.

Pasal 42 UU HC 2014 :

Tidak ada Hak Cipta atas hasil karya berupa :

a. Hasil rapat terbuka lembaga negara;

b. Peraturan perundang-undangan;

c. Pidato kenegaraan atau pidato penjabatan pemerintah;

d. Putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan

e. Kitab suci atau symbol keagamaan

2.1.3 Mekanisme Pendaftaran Hak cipta

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima dalam

mengumumkan atau memperbanyak ciptaan atau memberikan izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasandari peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Data dari Ditjen HKI pada tahun 2007 hingga bulan Mei

menunjukkan bahwa pendaftaran ciptaan yang paling banyak adalah di bidang

16 Adami Chazaawi, 2007, Tindak Pidana Hak Atas Kekayaan Intelektualitas,

Bayumedia, Malang, h. 14.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

seni yang mencapai 88% lainnya di bidang ilmu pengetahuan (7.8%), sastra

(0.6%) dan program komputer 3.6%. Hak cipta merupakan rezim HKI yang

sangat penting bagi litbag dan perguraan tinggi yang menghasilkan karya tulis

ilmiah maupun perangkat lunak.

Permohonan Pendaftaran

Direktorat Jenderal HAKI menyelenggarakan pendaftaran ciptaan dan

mencatatnya dalam daftar umum ciptaan. Daftar umum ciptaan tersebut dapat

dilihat oleh setiap orang tanpa dikenai biaya. Pendaftaran ciptaan dalam daftar

umum ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti, maksud,

atau bentuk dari ciptaan yang didaftar. Permohonan diajukan kepada Direktorat

Jendral dengan surat rangkap dua yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan disertai

contoh ciptaan.17

Pendaftaran ciptaan dianggap telah dilakukan pada saat diterimanya

permohonan oleh Direktorat Jenderal HAKI dengan lengkap. Pemindahan hak

atas pendaftaran ciptaan, yang terdaftar dalam satu nomor hanya diperkenankan

jika seluruh ciptaan yang terdaftar itu dipindahkan haknya kepada penerima hak.18

a. Syarat-syarat Permohonan Pendaftaran Ciptaan

1. Mengisi formulir pendaftaaran ciptan rangkap dua (formulir dapat diminta

secara cuma-cuma di kantor DJHKI), lembar pertama dari fomulir tersebut

ditandatangani di atas materai Rp 6.000

2. Surat permohonan pendaftaran ciptaan mencatumkan hal-hal berikut:

- Nama, kewarganegaraan,dan alamat pencipta.

17 Muhamad Firmansyah, 2008, Tata Cara mengurus Haki,Visimedia, Jakarta, h. 18. 18 Ibid. h.19.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

o Nama, kewarganegaraan dan alamat pemegang hak cipta ( nama,

kewarganegaraan dan alamat kuasa), jenis dan judul ciptaan.

o Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali.

o Uraian ciptaan rangkap tiga.

3. Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan untuk satu

ciptaan.

4. Melampirkan bukti kewarganegaran pencipta dan pemegang hak cipta berupa

foto kopi KTP atau paspor.

5. Jika pemohon badan hukum, di surat permohonannya harus dilampirkan

turunan resmi akta pendirian badan hukum tersebut.

6. Melampirkan surat kuasa, jika permohonan tersebut diajukan oleh seorang

kuasa beserta bukti kewarganegaraan kuasa tersebut.

7. Jika permohonan tidak bertempat tinggal di dalam wilayah RI, untuk

keperluan permohonan pendaftaran ciptaan ia harus memiliki tempat tinggal

dan menunjuk seorang kuasa di dalam wilayah RI.

8. Jika permohonan pendaftaran ciptaan diajukan atas nama lebih dari seorang

dan atau suatu badan hukum hukum, nama-nama pemohon harus ditulis

semuanya, dengan menetapkan satu alamat pemohon.

9. Melampirkan bukti pemindahan hak jika ciptaan tersebut telah dipindahkan.

10. Melampirkan contoh ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya atau

penggantinya.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

11. Membayarkan biaya permohonan pendaftaran ciptaan sebesar Rp 75.000, dan

khusus untuk permohonan pendaftaran ciptaan program komputer sebesar Rp

150.000

2.2 Tinjauan Umum Tentang Budaya Hukum

Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup

dalam masyarakat (living law) yang tentunya sesuai pula atau merupakan

pencerminan dari nilai–nilai yang berlaku dalam masyarakat (social justice).19

Hukum adalah budaya dan budaya adalah hukum. Gagasan bahwa hukum adalah

budaya yang berasal dari materi dan kehidupan spiritual masyarakat yang sama

dengan hukum itu sendiri .

Berdasarkan pandangan Savigny memandang hukum itu bukanlah dibuat,

tetapi sudah ada dan tumbuh/berkembang di tengah-tengah masyarakat sesuai

dengan perkembangan masyarakat, dan hukum itu lenyap apabila bangsa itu

hilang. Hukum yang tumbuh dan berkembang itu sesuai dengan kesadaran atau

jiwa masyarakatnya (volksgeist).20

Menurut Savigny bahwa ahli hukum sebagai medium perkembangan

hukum lebih baik dari pembuatan undang-undang dan kesadaran umum adalah

sumber semua hukum. Dengan sendirinya kesadaran umum jelas tidak terlepas

dari budaya hukum masyarakat. Oleh karena itu budaya hukum selaku bagian dari

sistem hukum tidak akan berdaya tanpa digerakkan oleh budaya hukum itu

sendiri, artinya yang membuat hukum bergerak dan bernafas (legal culture is what

19 Ahmad Rifai, 2011, Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Persefektif Hukum

Progrsif, Sinar Grafika, Jakarta, h.4. 20 Stefanus Laksanto Utomo, 2013, Budaya Hukum Masyarakat Samin, PT Alumni,

Bandung, h. 92.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

makes the system move and breath) adalah budaya hukum dan semua fakta hukum

pada akhirnya ditentukan oleh fakta-fakta sosial (all legal facts are ultimately by

social facts), dan titik berat perkembangan hukum tidak terletak dalam perundang-

undangan, jika tidak dalam keputusan pengadilan maupun dalam ilmu

pengetahuan bidang hukum, tetapi dalam masyarakat itu sendiri sehingga budaya

hukum sangat menentukan.21

2.2.1 Pengertian dan Konsep Budaya Hukum

Konsep kebudayaan dikaitkan dengan hukum maka hukum pada

hakikatnya merupakan ekspresi dari suatu kebudayaan. Tertib hukum itu

merupakan secara fungsional dari sistem kebudayaan menurut Adam Podgorecki,

menggunakan istilah “subbudaya hukum” untuk menunjukkan relevansi antara

hukum dan kebudayaan. Istilah tersebut digunakan semenjak tahun 1996 sebagai

suatu variabel bebas ada berfungsinya hukum secara aktual bersama dengan

variabel-variabel lainnya, yakni sistem sosial, ekonomi dan kepribadian. Gagasan

tentang Subbudaya hukum tersebut dimulai dari pembahasan tentang kebudayaan

yang berlaku yang berlaku secara umum dalam suatu masyarakat. Kebudayaan

dirumuskan sebagai seperangkat nilai-nilai sosial umum.22

Hubungan hukum dan kebudayaan tersebut tergambarkan dalam sistem

tata kelakuan manusia yang berupa norma-norma, hukum dan aturan-aturan

khusus, semua berpedoman kepada sistem nilai budaya masyarakat. Suatu sistem

nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang dalam alam pikiran sebagian

21 Ibid. 22 M. Syamsudin, 2012, Konstruksi Baru Budaya Hukum Hakim Berbasis Hukum

Progresif, Jakarta, h. 30.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

besar menyatakan mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai

dalam hidup.

Hukum merupakan konkretisasi dari nilai-nilai budaya suatu masyarakat.

Konkretisasi nilai-nilai tersebut dapat berwujud gagasan atau cita-cita tentang

keadilan persamaan. Pola prilaku ajeg dan lembaga hukum, oleh karena setiap

masyarakat selalu menghasilkan kebudayaan, maka hukum pun selalu ada di

setiap masyarakat. Dalam perkembangan lebih lanjut studi hukum dan

kebudayaan lahir istilah atau konsep “budaya hukum” sebagai persenyawaan

antara variabel budaya dan hukum. Budaya hukum untuk pertamakali

diperkenalkan oleh Lawrence M. Friedman pada tahun 70 untuk menjelaskan

bekerjanya sistem hukum di masyarakat.

Friedman menelaah budaya hukum dari berbagai persepektif. Ia

menganalisis budaya hukum hukum nasional dibedakan dari subbudaya hukum

yang berpengaruh secara positif atau negatif terhadap hukum nasional, ia juga

membedakan budaya hukum internal dan budaya hukum eksternal. Budaya

hukum internal merupakan budaya hukum dari warga masyarakat yang

melaksanakan tugas-tugas hukum secara khusus, seperti polisi, jaksa dan hakim

dan menjalankan tugasnya, sedangkan budaya hukum eksternal merupakan

budaya hukum masyarakat pada umumnya.

Menurut Soekanto, budaya hukum merupakan budaya nonmaterial atau

spiritual. Adapun inti budaya hukum sebagai budaya nonmaterial atau spiritual

adalah nilai-nilai yang merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang baik

(sehingga harus dianut) dan apa yang buruk (sehingga harus dihindari). Nilai-nilai

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

tersebut merupakan dasar dari etika (mengenai apa yang baik dan buruk), norma

atau kaidah (yang berisikan suruhan, larangan atau kebolehan) dan pola prilaku

manusia.23

Menurut Darmodiharjo dan Shidarta, Budaya hukum sebenarnya

identik dengan pengertian kesadaran hukum, Penilaian masyarakat yang timbul

secara spontan merupakan perasaan hukum, sedangkan kesadaran hukum adalah

abstraksi mengenai perasaan hukum dari suatu objek hukum.24

Masaji Chiba mengatakan bahwa budaya hukum tidak hanya keyakinan

dan nilai-nilai empiris yang dinyatakan secara tidak jelas mengenai hukum

sebagaimana sering digunakan dalam budaya politik secara khusus berkaitan

dengan hukum, antara lain tampak dalam praktik-praktik di bidang hukum,

tradisi-tradisi dalil-dalil hukum kompone–komponen hukum, budaya hukum yang

nyata, simbol-simbol hukum dalam arti yang lebih luas. Bahwa hukum merupakan

bagian dari kebudayaan sehingga hukum tidaklah dapat dipisahkan dari jiwa serta

cara berpikir dari masyarakat yang mendukung kebudayaan tersebut.25

Menurut

Donald Black budaya hukum adalah merupakan simbol dari aspek kehidupan

sosial yang membahas tentang kebenaran, kebaikan dan keindahan.26

Daniel S.Lev dalam tulisannya yang berjudul Judicial Institutions and

Legal Culture Indonesia, Lev menerapkan konsep budaya hukum untuk

menganalisis pola-pola perubahan sistem hukum Indonesia semenjak revolusi

dengan tujuan untuk mencari penjelasan mengapa dan bagaimana fungsi hukum di

wilayah jajahan dilayani oleh lembaga-lembaga yang berbeda dengan hukum di

23Ibid. h. 31. 24 Ibid. h. 32. 25 Stefanus Laksanto, op. cit., h. 75. 26 Ibid. h. 77.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

negara yang merdeka. Konsep budaya hukum diartikan sebagai nilai-nilai terkait

dengan hukum dan proses hukum. Budaya hukum mencakup dua komponen

pokok yang saling berkaitan, yakni nilai-nilai hukum substanstif dan nilai-nilai

hukum keacaraan. Nilai-nilai hukum substantif berisi asumsi-asumsi fundamental

mengenai distribusi dan penggunaan sumber daya di dalam masyarakat, apa yang

secara sosial dianggap benar atau salah dan seterusnya. Nilai-nilai hukum

keacaraan mencakup sarana pengaturan sosial maupun pengelolaan konflik yang

terjadi di dalam masyarakat.27

Dari uraian tentang konsep budaya hukum di atas dapat diartikan budaya

hukum yaitu seperangkat pengetahuan dan nilai-nilai yang dianut kelompok orang

yang dijadikan pedoman untuk melakukan tindakan/prilaku yang terkait dengan

hukum. Pengetahuan dan nilai-nilai itu merupakan pemadu dan pengarah hidup

kelompok orang dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu maupun

kelompok.

2.2.2 Ruang Lingkup Budaya Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan

Budaya hukum suatu bangsa ditentukan oleh nilai-nilai tertentu yang

menjadi patokan dalam mempraktikkan hukumnya dan untuk bangsa Indonesia

nilai tertentu tersebut adalah Pancasila.28

Oleh Friedman budaya hukum

dirumuskan sebagai berikut 29

:

“Sikap-sikap dan nilai yang berhubungan dengan hukum bersama-sama

dengan sikap-sikap dan nilai-nilai yang berkait dengan tingkah laku yang

27 M. Syamsudin, op.cit.,h.31. 28 Esmi Warassih, op.cit., h. 69. 29 Satjipto Rahardjo, 1984, Hukum Dan Masyarakat, Angkasa, Bandung , (Selanjutnya

disingkat Satjipto Rahardjo II), h. 83.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

berhubungan dengan hukum dan lembaga-lembaganya, baik secara positif

maupun negatif ”.

Friedman menjelaskan budaya hukum sangat penting karena merupakan

kunci untuk memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara sistem

hukum yang satu dengan yang lain. Di sini unsur budaya hukum itu sebagai

seperangkat nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan pengikat sistem serta

mentukan tempat sistem hukum di tengah-tengah budaya bangsa sebagai

keseluruhan. Dengan adanya budaya hukum ini maka nilai-nilai dan sikap-sikap

sosial yang mengisi kekurangan–kekurangan yang dibutuhkan untuk menjelaskan

penggunaan proses hukum serta sistem hukum yang berkaitan dengan hukum

sebagai penentu antara masyarakat dengan hukum dan masyarakat dengan

pemerintah.

Setiap bangsa di dunia hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

senantiasa memiliki keperibadiannya sendiri agar tidak terombang-ambing dalam

kancah pergaulan masyarakat Internasional setiap bangsa memiliki ciri khas serta

pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain.30

Indonesia lahir dengan

Pancasila sebagai ideologi dan dasar sumber hukum dengan menggambarkan

gagasan Hans Kelsen tentang grundnorm atau norma dasar sebagai sumber dari

segala sumber hukum Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai pancasila

bahkan ditempatkan sebagai paradigma budaya hukum. Pancasila memiliki nilai-

nilai dasar yang bersifat universal dan tetap. Nilai- nilai itu tersusun secara

30 Kabul Budiyono, 2009, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, Alfabeta,

Bandung, h. 3.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

hierarkis dan piramidal mengandung kenyataan konkret dalam kehidupan

masyarakat.

Dalam konteks budaya hukum pancasila dapat dilihat pada urgensi sebagai

dasar hukum dan sumber hukum nasional terlihat dalam berbagai seminar dan

konvensi nasional, antara lain31

:

a. Seminar Hukum Nasional ke II menyatakan bahwa pelaksanaan

UUD 1945 yang berlawanan dengan semangat jiwa Pancasila berarti

menipulasi konsititusi dan penghianatan terhadap pancasila.

b. Seminar Hukum Nasional ke IV menyatakan bahwa Pancasila

merupakan nilai-nilai kejiwaan bangsa; dasar tertib hukum

Indonesia; Pedoman dan penunjuk arah; dan batu ujian mengenai

kepatutan dan perundang-undangan merupakan hakekat

pembentukan sistem hukum Nasional.

c. Seminar Hukum Nasional ke V tahun 1990 menyatakan bahwa pada

akhir Replita VI sudah harus tersusun pola pikir dan kerangka sistem

hukum nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

d. Seminar Hukum Nasional ke VI tahun 1994 menyatakan sistem

hukum nasional yang juga merupakan sistem hukum Pancasila, harus

merupakan penjabaran dari seluruh sila-sila pancasila.

e. Rekomendasi Konvensi Hukum Nasional tahun 2008 dinyatakan

bahwa perlu disusun Grand Design Sistem dan Politik Hukum

Nasional dengan landasan UUD 1945 sebagai konstitusional

pancasila sebagai landasan filosofisnya.

Selain agar dapat membuktikan bahwa Pancasila sebagai landasan dalam

budaya hukum nasional, maka sila-sila Pancasila harus dipandang sebagai suatu

sistem nilai, sehingga pada hakikatnya Pancasila merupakan satu kesatuan.32

Berdasarkan penjelasan di atas pancasila menjadi landasan atas budaya Indonesia.

Hukum harus berdasarkan Pancasila, produk hukum boleh dirubah sesuai dengan

perkembangan zaman dan pergaulan masyarakat, tentunya pancasila harus

31 Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, h. 70. 32 Ibid. h. 79-84

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

menjadi kerangka berfikir. Pancasila dapat memandu budaya hukum nasional

dalam berbagai bidang yaitu 33

:

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi landasan budaya hukum

yang berbasis moral agama.

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi landasan budaya

hukum yang menghargai dan melindungi hak- hak manusia asasi

manusia yang non diskrimatif .

c. Sila Persatuan Indonesia menjadi landasan budaya hukum yang

mempersatukan seluruh unsur bangsa dengan berbagai ikatan

primodialnya masing-masing.

d. Sila Kerakyataan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan menjadi landasan budaya hukumyang

meletakkan kekuasaan di bahwa kekuasaan rakyat (demokratis)

e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia menjadi

landasan budaya hukum dalam hidup bermasyarakat yang

berkeadilan sosial bagi sehingga meraka yang lemah sosial dan

ekonomis tidak ditindas oleh mereka yang kuat secara sewenang-

wenang.

2.3 Tinjauan Umum Tentang Motif Tradisional

2.3.1 Pengertian Dan Konsep Motif Tradisional

Motif tradisional Bali adalah motif hias yang telah diungkapkan, diukir,

ditatah digambarkan dan lain-lainnya. Diungkapkan pada perhiasan bangunan,

alat-alat, benda-benda upakara, prabot-prabot rumah tangga dan juga pada

bermacam-macam benda souvenir yang dibuat oleh para seniman pengrajin di

Bali. Motif-motif yang digunakan mengandung ada peranan penting dalam

perwujudan seni murni (fine art) maupun seni pakai (applied Art) di Bali. Motif

tradisional di Bali pada umumnya berupa bentuk garis-garis geometris yaitu

berupa garis-garis lingkaran, garis lurus, lengkung, segitiga dan lain-lainnya yang

disusun berulang-ulang secara ritmik. Perkembangan selanjutnya diungkapkan

33 Esmi Warassih, op.cit , h.74.

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

dalam bentuk stilisasi (penggayaan) dari bentuk alam terutama dari dunia flora

seperti daun-daun, bunga-bungaan dan tangkai. Dari dunia fauna berupa bentuk

binatang hewan seperti ular, naga, burung, ikan, gajah dan penyu. Pada umumnya

motif-motif ornamen Bali yang kuno distilisasi secara ikoplastis, sedangkan

motif-motif hias yang lebih muda distilisasikan secara fisioplastis yang lebih

mendekati wujud naturalis.34

2.3.2 Perlindungan Motif Tradisional

Ekspresi budaya tradisional di Indonesia dilindungi oleh bebarapa

ketentuan peraturan perundang-undangan nasional. Beberapa ketentuan tersebut

adalah35

:

1. UUHC 2014

Dalam UUHC perlindungan terhadap ekspresi budaya diatur dalam

Pasal 38 :

(1) Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh Negara.

(2) Negara wajib menginventarisasi, menjaga, dan memelihara ekspresi

budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Penggunaan ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam

masyarakat pengembangannya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh

Negara atas ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah

Penjelasannnya dalam Pengaturan UUHC pada Pasal 38, 39 dan 40 bahwa

hak cipta atas ekspresi budaya dipegang oleh Negara berkenaan dengan motif

34 Ni Made Rinu, op.cit., h.17-18. 35 Miranda Risang et.al., 2014, Hukum Sumber Daya Genetik , Pengetahuan

Tradisional Dan Ekspresi Budaya Di Indonesia, Alumni , Bandung, h.89.

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

sesuai dengan Pasal 40 angka 1 huruf j objek dari perlindungan hak cipta karya

seni atau seni motif lain ini merupakan ciptaan yang dilindungi yang dimaksud

dengan seni motif lain adalah motif yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia

yang terdapat di berbagai daerah sehingga keberadan motif tradisional merupakan

salah satu ciptaan yang dilindungi.

1. Konvensi Berne

Konvensi Berne untuk perlindungan karya sastra dan karya seni atau

Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Work telah menjadi

hukum nasional Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997.

Selain isinya yang melindungi berbagai jenis karya sastra dan seni umum, hal

yang penting untuk dicatat dalam konvensi ini adalah Pasal 6 Ayat (1), (2),dan (3)

tentang Hak Moral. Berdasarkan Pasal 6 konvensi berne.36

(1) Di samping hak-hak ekonomi Pencipta, dan sekalipun hak-hak

ekonomi telah dialihkan, pencipta tetap memiliki hak untuk menuntut

agar ia disebut sebagai pencipta atas karyanya dan untuk

menangkal segala bentuk distorsi, mutilasi dan modifikasi atau

tindakan–tindakan penghapusan yang terkait dengan karyanya yang

dapat melanggar kehormatan atau repotasinya.

(2) Hak-hak yang diberikan kepada pencipta dalam paragraph sebelum

ini, setelah kematian pencipta, harus minimal sampai batas waktu

pemberlakuan hak-hak ekonominya dan harus dapat dilaksanakan

oleh orang-orang atau badan hukum yang memiliki kekuasaan

hukum untuk itu dalam negara tempat perlindungan itu berlaku.

Meskipun demikian negara-negara yang pada saat ratifikasi atau

akses konvensi itu tidak memiliki peraturan yang melindungi hak

setelah meninggalnya Pencipta ini, dapat menentukan bahwa setelah

pencipta itu meninggal, hak-hak tersebut pun akan berhenti.

(3) Upaya-upaya hukum pemulihan untuk mengamankan hak-hak yang

diberikan oleh Pasal ini harus didasarkan kepada peraturan Negara

tempat perlindungan ini diberlakukan.

36 Ibid. h. 92.

Page 31: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

2.3.3 Bentuk Motif Tradisional Perak Bali

Bentuk dan motif ornamen Bali yang diungkapkan sebagai hias dalam

benda-benda seni bangunan, sarana upacara, benda-benda kerajinan sebagai

berikut :

1. Bentuk/motif keketusan

Keketusan berasal dari kata ketus yang artinya mencabut atau memetik,

mendapat awalan ke yang menunjukan sifat kebendaan dan akhiran an yang

menunjukkan lebih dari satu. Kekatusan artinya hiasan yang diambil atau dipetik

dari bagian-bagian tertentu baik tumbuh-tumbuhan, hewan, benda-benda lainnya

yang jumlahnya lebih dari satu. Motif-motif kekatusan sebagai berikut37

:

a. Kakul-kakulan

Kakul-kakulan merupakan petikan dari stilisasi dari bentuk binatang

siput (kakul)bentuknya bulat (pula lingkaran) dibuat berulang-ulang

dan diberikan garis melingkar seperti bentuk bagian belakag siput.

b. Batuan Timun

Motif batuan timun merupakan petikan dan stilisasi dari bentuk biji-

bijian buah mentimun dan disela-selanya diberikan stilasi daun dan

bungan serta garisnya. Tiap ujung batuan timun dirangkaikan dengan

ujung bijian yang satu dengan ujung biji yang lain sedemikian rupa

dan sangat ritmis.

c. Mas-masan

Motif mas-masan merupakan motif petikan dan stilisasi dari bentuk

bunga dengan garisnya.

d. Bibih Ingka

Bibih ingka merupakan petikan dan stilisasi dari bentuk ingka

(tempat makan) yang dibuat dari rajutan lidi daun kelapa yang

bentuknya sangat artistik.

e. Rerantaian

37 Ni Made Rinu, loc.cit.

Page 32: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

Rerantaian adalah petikan dan stilisasi dari bentuk rantai yang

merupakan jalinan dari hubungan-hubungan mata rantai satu dengan

bagaian lainnnya yang sangat ritmis.

f. Bebatuan (batu-batuan)

Motif bebatuan merupakan stilisasi dari bentuk batu kali yang

digayakan ke dalam motif hiasan yang artistik motif ini dibuat

bervariasi ada yang lebih besar, kecil dan dua sisi batu yang dapat

dikombinasikan dengan motif daun-daunnan dan bunga-bungaan

lainnya sehingga harmonis.

g. Ganggong-gangggongan

Motif ganggong-ganggongan merupakan petikan dan stilisasi dari

bentuk tumbuhan ganggong atau sejenis daun-daunan dalam air yang

diulang-ulang dan memanjang.

h. Kuta Mesir

Kuta mesir merupakan petikan stilisasi yang rangkaian memanjang

dari bentuk patah-patahan garis geometris yang menyerupai bentuk

huruf T yang diulang-ulang.

i. Tali Ikut

Motif tali ikut merupakan petikan dan stilisasi dari bentuk dua tiga

jalinan tali (ulat tali) yang dibelit-belitkan satu lainnya pada hiasan

yang sangat ritmis.

j. Pidpid-pidpidan

Motif pidpid-pidpidan merupakan petikakn dan setilisasi dari

bentuk tumbuh-tumbuhan (daun pakis) yang diolah oleh seniman

secara kreatif sehingga menjadi suatu motif yang sangat menarik.

k. Sulur Picung

Motif sulur picung merupakan petikkan dan stilisasi dari tumbuh-

tumbuhan picung (sejenis tumbuh-umbuhan merambat).

2. Pepatran

Di Bali hiasan yang terdiri dari daun-daunnan yang telah digubah diberi

nama “patra“ atau “pepatraan” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti

“daun” atau “surat” mendapat awalan pe yang menunjukkan jumlah yang lebih

dari satu dan akhiran an yang menunjukkan sifat kebendaannya sehingga arti

pepatraan di sini adalah suatu benda merupakan hasil stilisasi atau gubahan dari

tumbuh-tumbuhan rambut (menjalar) dan jumlahnya lebih dari satu. Pada

umumnya seniman dangan inspirasinya menjelmakan kreasi, seni dengan

bermacam variasi ornamentik yang disusun secara harmonis dan estetis sesuai

Page 33: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

dengan bidang yang akan dihias. Mereka mengatur dengan baik komposisi antara

bidang yang dihias dengan tidak dihias, sehingga dengan demikian lahirlah

bermacam-macam nama patra antara lain :

a. Patra Punggel

Patra punggel (punggalan) adalah gabungan dari beberapa unsur-

unsur tumbuh-tumbuhan dan binatang yang disusun menjadi satu

motif baru. Dengan kata lain, bila dilihat dari pengertiannya, akan

berarti pucuk daun baru tumbuh dari bekas tunas yang baru

dipotong, kemudian dipergunakan sebagai hiasan dengan peletakan

dibolak-balik menurut kesenangan senimannya. Motif patra punggel

ini dapat ditempatkan di segala bidang, misalnya pakaian tari-tarian,

ukiran logam, kadang-kadang dicampur dengan patra sari. Motif

patra punggel ini tidak mempunyai makna simbolis, tetapi hanya

sebagai motif pada pola-pola tertentu dengan fungsi menghias.

b. Patra Sari

Patra Sari adalah motif perkembangan dari patra punggel. Patra sari

merupakan stilisasi dari bunga. Dalam penyestilisasian itu diambil

dari daun-daun bunga yang sedang berkembang, di mana diutamakan

adalah sari bunganya yang lain daunnya berguna untuk

menambahkan keindahan komposisinya saja. Dengan demikian

dapat disusun sebagai rangkaian patra yang dibentuk secara simetris

dan merupakan profil sebuah bunga dan tiap-tiap bunga disambung

dengan garis-garis selung sebagai batang dan tangkai bunga.

Page 34: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

c. Patra Cina

Patra Cina adalah merupakan stiliran dari tumbuh-tumbuhan yang

mempunyai bunga dan tiga sehelai daun, dengan kata lain motif

patra Cina ini terdiri dari bunga-bungaan dan daun-dauaan tumbuh

sangat jarang.

d. Patra Olanda

Patra Olanda merupakan stilisasi (gubahan) dari tumbuh-tumbuhan

yang menjalar, diselingi dengan motif–motif daun anggur. Ciri

utama dari patra olanda ini antra lain : daun-daunnya yang besar dan

bergeraji, batang bergelombang, pada tiap-tiap lekikan tubuh

setangkai bunga, berbuah dan pada ujung daun terdapat sari bunga.

e. Patra Samblung

Patra Samblung adalah gubahan sejenis pohon rimba yang terdiri

dari unsur batang dan daun yang masih kuncup atau dengan kata lain

adalah stilisasi dari daun samblung yang biasanya tumbuhan berliku-

liku pada pohon enau di Bali.

f. Patra Bun-bunan

Dengan bervariasi dalam berbagai jenis flora yang tergolong bun-

bunan (tumbuh-tumbuhan yang berbatang jalar). Dipolakan berulang

antara daun dan dirangkai batang jalar. Dapat juga divariasikan

dengan julur-julur dari batang jalar.

g. Patra Kuwung

Patra Kuwung adalah merupakan stilisasi dari tumbuh-tumbuhan

yang diungkapkan satu tangkai agak melingkar ke kanan .

Page 35: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...

h. Patra Banci

Patra Banci adalah merupakan gabungan dari dua buah patra atau

lebih, sehingga bentuknya menjadi satu kesatuan yang harmonis.

i. Patra Bali

Patra Bali merupakan stilisasi dari bunga-bungaan yang tidak

mempunyai kepala putik.

j. Patra Gemulung

Patra Gemulung adalah merupakan stilisasi dari tumbuh-tumbuhan

yang diungkapkan dalam bentuk setangkai bunga dilengkapi dengan

daun patra punggel sebagai variasianya.

3. Kekarangan

Menampilkan suatu bentuk hiasan dengan suatu karangan atau rancangan

yang berusaha mendekati bentuk-bentuk flora yang ada dengan penekanan pada

bagian-bagian keindahan. Adapun berbagai macam motif kekarangan adalah

sebagai berikut 38

:

a. Karang Simbar

Motif karang simbar merupakan stilisasi dari bentuk tumbuh-

tumbuhan (simbar menjangan) yaitu tumbuh-tumbuhan yang

hidupnya menempel pada tumbuh-tumbuhan lainnya yang bentuknya

terurai ke bawah.

b. Karang bunga

Motif karang bunga merupakan stilisasi dari bentuk-bentuk bunga

dan bisanya bentuk bunga yang diambil adalah sejenis bunga yang

tumbuhnya tunggal seperti bunga, bunga matahari, bunga mawar,

dam lain sebainya.

c. Karang suring

Motif karang suring merupakan suatu hiasan yang menyerupai

serumpun peru dalam bentuk kubus.

38 I Nyoman Gelebet, 1986, Arsitektur Tradisional Daerah Bali, Pendidikan dan

Kebudayaan, Bali, h. 332.

Page 36: BAB II TINJAUAN UMUM HAK CIPTA, BUDAYA HUKUM DAN ...