BAB II Tinjauan Umum

29
BAB II TINJAUAN UMUM II.1 Sejarah PT. Bumi Merapi Energi PT. Bumi Merapi Energi adalah sebuah perusahaan tambang batubara yang secara administrasi terletak di desa Ulak Pandan, Tanjung Baru, Talang Padang, dan Gunung Agung, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. PT. Bumi Merapi Energi memiliki beberapa kantor yaitu yang beralamat di Jalan Kolonel Simbolon No.28 Lahat, Jalan Basuki Rahmat, Cambai Agung No. 1703 Palembang dan kantor pusatnya beralamat di Gedung LINA Lt. 4 No. 402 Jl. HR. Rasuna Said Kav B7 Kuningan, Jakarta Selatan. Pada proses penambangan PT. Bumi Merapi Energi bekerja sama dengan PT. Servo Mining Contractor dan proses hauling batubara bekerja sama dengan PT. Persada Citra Mandiri, serta untuk pengapalan batubara dengan PT. Swarna Dwipa. PT. Bumi Merapi Energi menjadi sebuah perusahaan pertambangan melalui tahapan perizinan sebagai berikut: II-1

description

Tinjauan Umum

Transcript of BAB II Tinjauan Umum

Page 1: BAB II Tinjauan Umum

BAB II

TINJAUAN UMUM

II.1 Sejarah PT. Bumi Merapi Energi

PT. Bumi Merapi Energi adalah sebuah perusahaan tambang batubara

yang secara administrasi terletak di desa Ulak Pandan, Tanjung Baru, Talang

Padang, dan Gunung Agung, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat,

Sumatera Selatan. PT. Bumi Merapi Energi memiliki beberapa kantor yaitu

yang beralamat di Jalan Kolonel Simbolon No.28 Lahat, Jalan Basuki Rahmat,

Cambai Agung No. 1703 Palembang dan kantor pusatnya beralamat di Gedung

LINA Lt. 4 No. 402 Jl. HR. Rasuna Said Kav B7 Kuningan, Jakarta Selatan.

Pada proses penambangan PT. Bumi Merapi Energi bekerja sama

dengan PT. Servo Mining Contractor dan proses hauling batubara bekerja sama

dengan PT. Persada Citra Mandiri, serta untuk pengapalan batubara dengan PT.

Swarna Dwipa.

PT. Bumi Merapi Energi menjadi sebuah perusahaan pertambangan

melalui tahapan perizinan sebagai berikut:

1. Izin Kuasa Penambangan untuk melakukan kegiatan eksplorasi dari Bupati

Lahat (KW. 13.02.LHT.2007), Sumatera Selatan, melalui surat Keputusan

Bupati No : 540/182/PERTAMB/2008, tanggal 10 April 2008.

2. Izin Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi PT. Bumi Merapi Energi

(KW.06.3.LHT.2008) dari Bupati Lahat, Sumatera Selatan, melalui surat

Keputusan Bupati No : 503/414/KEP/PERTAMBEN/2008, tanggal 10

November 2008.

3. Persetujuan Analisa Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan

II-1

Page 2: BAB II Tinjauan Umum

Hidup dari Bupati Lahat melalui Keputusan Bupati No. 44/KEP/BLH/2008,

tanggal 1 November 2008.

4. Izin Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan, melalui Keputusan

Bupati No. 503/43/KEP/PERTAMBEN/2008, tanggal 17 November 2008.

5. Izin Penggunaan Pemakaian dan Pelebaran Jalan Kabupaten (Jalan

Perangai) untuk Pengangkutan Batubara Hasil Produksi PT. Bumi Merapi

Energi melalui Surat Bupati No. 600/619/PU-BMP/2008, tanggal 22

November 2008.

6. Izin Penimbunan dan Penumpukan Sementara Batubara PT. Bumi Merapi

Energi di Desa Muara Maung Kecamatan Merapi Barat, melalui surat

Bupati No : 503/12.B/LOKASI/BPPT&PMD/2009, tanggal 6 Juli 2009.

7. IUP operasi produksi PT. Bumi Merapi Energi (KW.06.3.LHT.2008) dari

Bupati Lahat, Sumatera Selatan, melalui surat Keputusan Bupati

No:503/158/KEP/PERTAMBEN/2010, 27 April 2010.

II.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penambangan PT. Bumi Merapi Energi

Lokasi IUP (Izin Usaha Pertambangan) atau yang sering disebut

daerah penambangan PT. Bumi Merapi Energi yakni Blok Serelo dan Blok

Kungkilan secara administratif terletak di Desa Ulak Pandan, Tanjung Baru,

Talang Padang, dan desa Gunung Agung, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten

Lahat yang berada di sebelah Selatan dari Palembang sebagai ibukota Propinsi

Sumatera Selatan. Namun lokasi operasi penambangan pada pit Serelo bagian

Timur berbatasan dengan desa Ulak Pandan.

Kesampaian lokasi IUP PT. Bumi Merapi Energi dapat dicapai dari

Palembang melalui perjalanan darat yang berjarak kurang lebih 225 Km dengan

waktu tempuh kurang lebih 4 jam dari kota Palembang melalui jalan lintas

Sumatera dengan kondisi jalan beraspal baik sampai ke kota Lahat. Dari kota

Lahat perjalanan dengan jalan aspal sejauh 5 km melewati pedesaan dengan

II-2

Page 3: BAB II Tinjauan Umum

PT. Bumi Merapi Energi

PT. Bumi Merapi Energi

melewati sungai Serelo. Kesampaian daerah penambangan PT. Bumi Merapi

Energi dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.

GAMBAR 2.1

PETA KESAMPAIAN DAERAH PENAMBANGAN

PT. BUMI MERAPI ENERGI

Sumber : Rencana Penutupan Tambang PT. Bumi Merapi Energi, 2010.

II-3

Page 4: BAB II Tinjauan Umum

II.3. Keadaan Iklim dan Vegetasi

Iklim di lokasi penambangan sama dengan iklim di Indonesia pada

umumnya yaitu iklim tropis yang terbagi dalam dua musim, yaitu musim hujan

dan musim kemarau. Data cuaca tahun 2010 menunjukkan curah hujan rata-rata

adalah 263,167 mm pertahun dengan suhu udara 21,730C sampai 32,390C serta

kelembaban udara rata-rata mencapai 80,34% , dan rata-rata penguapan 2,17

Mw (Tabel II.1).

Tipe vegetasi utama adalah hutan primer dataran rendah yang

dikategorikan hutan produktif sekitar 300 m3/ha. Jenis flora yang tumbuh pada

hutan ini antara lain kayu meranti, padi, kelapa sawit, durian, kayu seru, dan

kemiring rimba. Selain hutan primer terdapat sedikit perkebunan yang ditanami

karet dan kopi. Adapun tipe fauna yang terdapat pada daerah izin usaha

pertambangan PT. Bumi Merapi Energi dan sekitarnya antara lain monyet,

siamang, anjing hutan, berbagai jenis ular, berbagai jenis burung, dan babi

hutan.

TABEL II.1

DATA CUACA TAHUN 2010 PADA WIUP PT. BUMI MERAPI ENERGI

Sumber : Rencana Penutupan Tambang PT. Bumi Merapi Energi, 2010.

II-4

Page 5: BAB II Tinjauan Umum

II.4. Keadaan Geologi

Keberadaan suatu endapan material termasuk batubara sangat

dikontrol oleh kondisi geologi baik secara regional maupun lokal. Keadaan

geologi sebagai pengontrol suatu endapan batubara mencakup litologi (batuan)

dan struktur geologi. Jenis litologi yang dapat diketahui dari penampang

stratigrafi baik secara regional maupun lokal.

II.4.1 Stratigrafi Regional

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sarjono (1989),

formasi di daerah penyelidikan termasuk kedalam Cekungan Sumatera Selatan

yang secara umum tersusun oleh batuan sedimen Tersier yang diendapkan di

atas batuan Pra-Tersier.

Pada umumnya stratigrafi regional daerah penyelidikan dapat dikenal

sebagai satu daur/siklus besar (megacycle) yang terdiri dari suatu trangresi yang

diikuti regresi. Formasi yang terbentuk dalam fase transgresi dikelompokkan

menjadi Kelompok Telisa (Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi

Baturaja dan Formasi Gumai). Sedang yang terbentuk dalam fase regresi

dikelompokkan menjadi Kelompok Palembang (Formasi Air Benakat, Formasi

Muara Enim dan Formasi Kasai).

Urutan stratigrafi regional (Gambar 2.2) daerah penyelidikan dari tua ke

muda adalah sebagai berikut :

1. Formasi Talangakar (TAF), termasuk kedalam kelompok Telisa, memiliki

ketebalan 100 m – 800 m, berumur Oligosen akhir – Miosen awal. Pada

bagian bawah disusun oleh perlapisan batupasir kasar sampai sangat kasar,

dan perselingan serpih dengan batubara Ke arah atas berkembang menjadi

perselingan lapisan antara serpih dan batupasir.

2. Formasi Baturaja, termasuk kedalam kelompok Telisa, memiliki ketebalan

50 m- 200 m, berumur Miosen Awal. Terdiri dari batugamping terumbu,

kalkarenit dengan sisipan serpih gampingan dan batupasir gampingan,

merupakan fasies terumbu neritik.

II-5

Page 6: BAB II Tinjauan Umum

3. Formasi Gumai (GUF), memiliki ketebalan 150 m – 1500 m, berumur

Miosen Awal - Tengah. Terdiri dari batulempung dengan sisipan

batulempung tufaan napal, batupasir dan serpih dengan sedikit glaukonitan.

Formasi ini diendapkan fasies marin terbuka yang dalam.

4. Formasi Air Benakat (ABF), termasuk kedalam Kelompok Palembang,

memiliki ketebalan 330 m – 600 m, berumur Miosen tengah - akhir. Terdiri

dari batulempung dengan sisipan batulempung tufaan napal, batupasir dan

serpih, merupakan fasies endapan litoral sampai marin dangkal.

5. Formasi Muara Enim (MEF), termasuk kedalam Kelompok Palembang,

memiliki ketebalan 250 m – 800 m, berumur Miosen akhir - Pliosen.

Terdiri dari batulempung, perselingan batupasir dengan batubara,

merupakan endapan air payau.

6. Formasi Kasai (KAF), termasuk kedalam Kelompok Palembang, memiliki

ketebalan > 200 m, berumur Pliosen. Terdiri dari konglomerat dengan

fragmen kuarsa dan batupasir kuarsa, batulempung. Formasi ini merupakan

fasies endapan darat dan danau.

II-6

Page 7: BAB II Tinjauan Umum

GAMBAR 2.2

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

Sumber : Sarjono , 1989 ; Rencana Penutupan Tambang PT. Bumi Merapi Energi, 2010

II-7

Page 8: BAB II Tinjauan Umum

II.4.2 Struktur Geologi

Pada daerah Serelo struktur geologi yang berkembang adalah kekar-

kekar sheared yang pada umumnya berkedudukan N 010 º - 020 º E/ 50 º- 70 º

dan N 080 º E / 60 º- 80 º dan kekar lainnya N 045 ºE/80 º dan N 280 ºE/80 º.

Sedangkan sesar yang berkembang adalah sesar mendatar geser kanan dengan

kedudukan N 010 º - 020 º E/ 80 º, lipatan sinklin menunjam ke arah timur

adalah yang mengontrol di daerah Serelo.

Daerah Serelo tersusun oleh satuan batupasir yang terdiri dari

batupasir halus kuning kecoklatan, banyak silika dan batupasir sisipan

batulempung (1 cm – 5 cm) dan batubara (1 cm – 2 cm). Selanjutnya

terendapkan di atasnya satuan batulempung yang terdiri dari batulempung

masif abu-abu dan coklat kekuningan dan batulempung sisipan batupasir (1

cm – 5 cm). Kedudukan kedua lapisan batuan tersebut secara umum N 260 º -

300 º E/ 10 º - 30 º yang mempunyai arah sudut kemiringan ke utara dan ke

selatan. Dapat dilihat pada Peta Geologi pada Lampiran B.

Lapisan batubara terdapat diantara satuan batupasir dan satuan

batulempung, tetapi secara umum dijumpai merupakan perselingan pada

satuan batulempung dengan ketebalan antara 1 m – 7 m. Lapisan batubara di

daerah Serelo memiliki ketebalan 7-10 m. Lapisan batubara di satuan

batupasir, satuan batulempung dan lapisan batubara termasuk dalam formasi

Muaraenim, yang berumur Miosen akhir dan terendapkan pada lingkungan

delta.

II.5 Cadangan dan Kualitas Batubara

Lapisan batubara pada daerah penelitian hanya terdiri dari satu seam.

Berdasarkan data hasil pemboran diketahui ketebalan rata-rata batubara adalah

7,34 meter. Berdasarkan perhitungan cadangan dengan jarak pengukuran

terukur menurut SNI (jarak titik informasi < 300 m) sumberdaya terukur di

daerah Serelo sebesar 13.241.421,75 ton dengan Stripping Ratio 3:1 dan di

daerah Kungkilan sebesar 19.214.581,71 ton dengan Stripping Ratio 6:1.

II-8

Page 9: BAB II Tinjauan Umum

Kualitas batubara yang terdapat pada wilayah PT. Bumi Merapi

Energi diperlihatkan pada Tabel II.2. Jenis batubara yang ditambang oleh

PT. Bumi Merapi Energi ini menurut ASTM termasuk dalam jenis

Subbituminus (Caloric Value = 5500-7000 Kcal/Kg).

TABEL II.2

KUALITAS BATUBARA PT. BUMI MERAPI ENERGI

II.6 Kegiatan Penambangan Secara Umum pada PT. Bumi Merapi Energi

Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Bumi Merapi Energi

adalah sistem tambang terbuka jenis Strip Mine. Penimbunan tanah penutup

dilakukan dengan cara in-pit dump artinya material overburden ditimbun pada

dumping area yang berada di dalam pit.

Aktivitas penambangan pada Pit Serelo dimulai dari pengupasan dan

pemuatan overburden, pengangkutan overburden, perataan disposal area,

penggalian dan pemuatan batubara, pengangkutan batubara, perataan batubara

di ROM stockpile, aktivitas pendukung tambang, pengendalian air tambang, dan

kegiatan reklamasi. Namun, sebelum aktivitas penambangan dilakukan, terlebih

dahulu dilakukan pembersihan lahan (land clearing). Untuk aktivitas

Sumber : Rencana Penutupan Tambang PT. Bumi Merapi Energi, 2010.

II-9

Page 10: BAB II Tinjauan Umum

penambangan batubara pada Pit Serelo, PT. Bumi Merapi Energi menggunakan

alat-alat mekanis seperti pada Table II.3.

TABEL II.3

ALAT-ALAT MEKANIS YANG DIGUNAKAN PADA DAERAH

PENAMBANGAN PT. BUMI MERAPI ENERGI

No Merek Jenis Jumlah1 Daewoo S 500 LCV Excavator 32 Daewoo S 340 LCV Excavator 13 LIU GONG B 180 Dozer 34 CAT LG 418 Grader 15 Volvo SD 100 DC Compactor Vibro 16 Hino 125 HD 4WD Water Truck 37 Hino FM 320 Dump Truck 38 Hino FM 320 Patria Dump Truck 5

II.6.1 Land Clearing

Land clearing atau pembersihan lahan yaitu pembersihan pada bagian

permukaan tanah dari vegetasi yang menutupinya. Aktivitas ini merupakan

aktivitas awal sebelum penggalian endapan batubara ditambang. Jenis dan

ukuran dari vegetasi yang akan dibersihkan akan menjadi pertimbangan dalam

teknis pembersihan lahan. Alat mekanis yang biasa digunakan pada aktivitas

land clearing adalah Bulldozer. Pada saat penelitian aktivitas land clearing

pada pit Serelo telah dilakukan.

II.6.2 Pengupasan dan Pemuatan Overburden

Kegiatan ini dilakukan untuk mengupas lapisan tanah penutup

(overburden) sehingga didapatkan endapan batubara (Gambar 2.3) yang

kemudian akan dimuat ke alat angkut (Gambar 2.4). Pengupasan dan

pemuatan overburden dilakukan dengan menggunakan excavator tipe backhoe

Doosan 500 LCV dengan kapasitas bucket 2,54 m3 (Lampiran C).

Pada PT. Bumi Merapi Energi kegiatan ini meliputi pengupasan top

soil, sub soil, dan overburden. Pada saat penelitian dilakukan pengupasan top

Sumber : Rencana Penutupan Tambang PT. Bumi Merapi Energi, 2010.

II-10

Page 11: BAB II Tinjauan Umum

soil dan sub soil telah selesai dilakukan, yang dapat diamati hanya proses

pengupasan lapisan overburden.

GAMBAR 2.3

AKTIVITAS PENGUPASAN OVERBURDEN

GAMBAR 2.4

AKTIVITAS PEMUATAN OVERBURDEN

Jenis Overburden pada tambang batubara PT. Bumi Merapi Energi

adalah lempung (clay). Overburden diangkut dan kemudian ditimbun di

dumping area (Gambar 2.5) yang jaraknya sekitar 250 m dari front

penambangan.

II-11

Page 12: BAB II Tinjauan Umum

GAMBAR 2.5

PENGANGKUTAN OVERBURDEN PADA DUMPING AREA

II.6.3 Pengangkutan Overburden

Lapisan overburden yang telah dibongkar selanjutnya diangkut ke

tempat penimbunan material tanah penutup (dumping area) sekitar 250 m

dari front penambangan ke arah Selatan. Pengangkutan overburden (Gambar

2.6) dilakukan dengan menggunakan dump truck Hino FM 320 tipe Perahu

dengan kapasitas bak 10,16 m3 (Lampiran D).

GAMBAR 2.6

PENGANGKUTAN OVERBURDEN

II-12

Page 13: BAB II Tinjauan Umum

II.6.4 Perataan Overburden pada Dumping Area

Kegiatan ini bertujuan untuk meratakan lapisan overburden yang

dibuang sehingga tidak mengganggu kerja dump truck pada saat dumping.

Selain itu fungsinya untuk mengatur posisi dumping area sesuai dengan

rancangan (Gambar 2.7). Alat yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah

Bulldozer dengan kapasitas blade 9,4 m3 (Lampiran E).

GAMBAR 2.7

PERATAAN DUMPING AREA DENGAN BULLDOZER

II.6.5 Penggalian Batubara

Kegiatan penggalian batubara (Gambar 2.8) dilakukan setelah lapisan

tanah penutup dipindahkan. Penggalian batubara di PT. Bumi Merapi Energi

dilakukan sejajar jurus (strike) lapisan batubara, kemudian menerus ke arah

kemiringan (dip) endapan sesuai dengan penyebaran batubara. Alat gali-

muat yang digunakan adalah Excavator Doosan 500LCV type Back Hoe

dengan kapasitas bucket 2,54 m3 (Lampiran C). Pada saat penelitian

dilaksaanakan penggalian batubara hanya dikerjakan oleh satu buah

excavator.

II-13

Page 14: BAB II Tinjauan Umum

GAMBAR 2.8

AKTIVITAS PENGGALIAN BATUBARA

II.6.6 Pemuatan Batubara

Pemuatan batubara pada pit Serelo PT. Bumi Merapi Energi

dilakukan dengan cara top loading dimana posisi alat gali muat lebih tinggi

dari posisi alat angkut dan alat gali muat berada di atas lapisan batubara yang

akan digali (Gambar 2.9).

GAMBAR 2.9

AKTIVITAS PEMUATAN BATUBARA

II-14

Page 15: BAB II Tinjauan Umum

Posisi ini sangat menguntungkan ketika posisi lapisan batubara yang

akan dimuat lebih tinggi dari posisi alat angkut sehingga cocok untuk sistem

kerja dari excavator back hoe.

II.6.7 Pengangkutan Batubara

Pengangkutan bertujuan untuk memindahkan batubara hasil

penggalian dari front penambangan menuju ke tempat penimbunan

sementara di lokasi tambang yang sering disebut ROM stock (Gambar 2.10).

Batubara yang diangkut selanjutnya akan ditimbun pada ROM stock yang

berjarak 250 m dari front penambangan ke arah Tenggara, seperti yang

terlihat pada dan Gambar 2.11. Pengangkutan batubara menggunakan alat

angkut Dump Truck Hino FM 320 tipe Patria dengan kapasitas bak

(heaped) 17,78 m3 (Lampiran F).

GAMBAR 2.10

KEGIATAN PENGANGKUTAN BATUBARA

II-15

Page 16: BAB II Tinjauan Umum

GAMBAR 2.11

PENIMBUNAN BATUBARA DI ROM STOCK

II.6.8 Pengendalian Air Tambang (Mine Drainage)

Pengendalian air dalam tambang sangat penting karena berhubungan

dengan kelancaran produksi. Apabila air dalam tambang tidak dikeluarkan

maka dapat mengganggu produktivitas alat khususnya alat gali muat, karena

air dapat masuk ke front penambangan.

Upaya mengeluarkan air dalam tambang dapat dilakukan dengan cara

langsung (curative) maupun tidak langsung (preventive). Untuk

mengeluarkan air dari lokasi penambangan yang berasal dari air hujan

maupun air tanah, PT. Bumi Merapi Energi menggunakan sistem langsung

dengan menggunakan pompa Sykes HH 150 (Gambar 2.12). Sebagian

volume air pada daerah tambang tertampung pada main sump yang berada di

tengah pit (Gambar 2.13). Selanjutnya air tambang dipompa ke kolam

pengendapan lumpur (KPL) sebelum dialirkan ke sungai. Pada PT. Bumi

Merapi Energi kolam pengendapan lumpur dibuat bertingkat (Gambar 2.14)

II-16

Page 17: BAB II Tinjauan Umum

dengan tujuan agar air tambang yang akan dibuang ke lingkungan semakin

aman dan sesuai dengan mutu baku lingkungan.

GAMBAR 2.12

PENGERINGAN PIT DENGAN POMPA SYKES HH 150

GAMBAR 2.13

MAIN SUMP

II-17

Page 18: BAB II Tinjauan Umum

GAMBAR 2.14

KOLAM PENGENDAPAN LUMPUR (KPL)

II.6.9 Aktivitas Pendukung Tambang

Selain aktivitas yang dijelaskan sebelumnya terdapat juga kegiatan

lain yang bertujuan untuk mendukung kegiatan penambangan, antara lain :

1. Penyiraman jalan angkut yang bertujuan untuk mengurangi debu pada

saat musim kering. Alat yang digunakan adalah water truck jenis Hino

125 HD 4WD (Gambar 2.15).

GAMBAR 2.15

WATER TRUCK HINO 125 HD 4WD

II-18

Page 19: BAB II Tinjauan Umum

Tambang terbuka sangat dipengaruhi oleh cuaca oleh sebab itu

aktivitas ini sangat penting untuk mencegah debu yang beterbangan baik

akibat pengggalian overburden ataupun penggalian batubara. Namun

yang paling banyak menghasilkan debu adalah dari jalan tambang.

Keberadaan debu ini yang sangat mengganggu proses pengangkutan

oleh sebab itu debu harus diminimalkan dengan cara penyiraman.

2. Perawatan dan pemeliharaan jalan angkut yang bertujuan untuk menjaga

produktivitas alat angkut pada operasi pengangkutan. Kegiatan ini

dilakukan dengan menggunakan grader jenis Cat LG 418 (Gambar

2.16).

GAMBAR 2.16

PERAWATAN JALAN DENGAN GRADER

3. Pengerasan jalan di jalur hauling batubara atau di daerah temporary

stockpile yang dikerjakan oleh Compactor Vibro jenis Volvo SD 100

DC (Gambar 2.17) bertujuan untuk memadatkan jalan dan mengurangi

slipery pada alat angkut khususnya pada saat musim hujan.

II-19

Page 20: BAB II Tinjauan Umum

GAMBAR 2.17

PEMADATAN JALAN OLEH COMPACTOR VIBRO

4. Perawatan alat mekanis bertujuan menjaga kondisi alat agar tetap bisa

beroperasi dengan optimal. Kegiatan ini dilakukan di workshop

(Gambar 2.18) yang lokasinya sekitar 150 m dari ROM stock.

GAMBAR 2.18

AKTIVITAS PERAWATAN ALAT MEKANIS PADA WORKSHOP

II-20

Page 21: BAB II Tinjauan Umum

II.6.10 Pelaksanaan Reklamasi

Kegiatan reklamasi pada tambang batubara PT. Bumi Merapi Energi

dilakukan seiring berjalannya proses produksi. Reklamasi tambang

dilaksanakan dalam wujud revegetasi pada daerah bekas tambang (Gambar

2.19). Kegiatan reklamasi dilakukan sebagai bentuk kepedulian PT. Bumi

Merapi Energi terhadap lingkungan.

GAMBAR 2.19

AREA REVEGETASI TAMBANG PADA PT. BUMI MERAPI ENERGI

II-21