BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7929/3/Desy Tri Wulandari_BAB II.pdfNotifikasi Kosmetika...

10
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian Uji Aktivitas Anti Aging Tetrahidrokurkumin, Ekstrak Pegagan (Centella asiatica), dan Kombinasi Tetrahidrokurkumin-Ekstrak Pegagan yang dilakukan oleh Yupitawati (2017) menunjukkan hasil bahwa tetrahidrokurkumin (THC) memberikan aktivitas anti aging yang lebih besar dari ekstrak pegagan dan kombinasi THC-ekstrak pegagan. Penelitian ini menggunakan rancangan pre-test post-test control group design dimana mencit balb/c jantan dan umur 6-8 minggu dikelompokkan secara acak, di evaluasi sebelum dan sesudah perlakuan berupa pengolesan krim dengan dosis 2 mg/cm 2 2 jam sebelum dan 15 menit sesudah penyinaran UV. Evaluasi yang dilakukan yaitu pengukuran parameter anti aging pada seluruh kelompok uji menggunakan Skin Analyzer EH 900 U dan penelitian dilakukan selama 4 minggu. Parameter anti aging meliputi sensitivitas kulit, kadar air, kadar kolagen, elastisitas, dan besar pori. Formula krim yang digunakan yaitu basis krim sebagai kontrol negatif, basis krim + 3% ethyl ascorbyl ether sebagai kontrol positif, basis krim + 2% THC sebagai perlakuan 1, basis krim + 10% EP sebagai perlakuan 2, dan basis krim + 2% THC + 10% EP sebagai perlakuan 3. Setelah 4 minggu perlakuan, seluruh kelompok uji diukur kembali parameter anti aging dengan menggunakan Skin Analyzer EH 900. Hasil yang diperoleh secara keseluruhan adalah THC memberikan aktivitas anti aging yang lebih besar dibanding ekstrak pegagan dan kombinasi THC-ekstrak pegagan, sehingga THC memiliki aktivitas anti aging yang baik. Penelitian The safety and efficacy of 0.25% tetrahydrocurcumin (tumeric) cream as depigment agent against 4% hydroquinone cream yang dilakukan oleh Majeed et al (2010) menunjukkan bahwa konsentrasi 0,25% THC dalam krim merupakan konsentrasi yang aman dan efektif sebagai agen depigmentasi dibandingkan dengan 4% hidrokuinon dalam krim. Sebanyak 0,25% THC dalam krim yang di uji pada 50 sukarelawan dengan kelompok Uji Efektivitas Anti Aging…, Desy Tri Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7929/3/Desy Tri Wulandari_BAB II.pdfNotifikasi Kosmetika...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7929/3/Desy Tri Wulandari_BAB II.pdfNotifikasi Kosmetika Berdasarkan PerKa BPOM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kometika menyatakan

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian Uji Aktivitas Anti Aging Tetrahidrokurkumin, Ekstrak Pegagan

(Centella asiatica), dan Kombinasi Tetrahidrokurkumin-Ekstrak Pegagan

yang dilakukan oleh Yupitawati (2017) menunjukkan hasil bahwa

tetrahidrokurkumin (THC) memberikan aktivitas anti aging yang lebih besar

dari ekstrak pegagan dan kombinasi THC-ekstrak pegagan. Penelitian ini

menggunakan rancangan pre-test post-test control group design dimana

mencit balb/c jantan dan umur 6-8 minggu dikelompokkan secara acak, di

evaluasi sebelum dan sesudah perlakuan berupa pengolesan krim dengan

dosis 2 mg/cm2 2 jam sebelum dan 15 menit sesudah penyinaran UV.

Evaluasi yang dilakukan yaitu pengukuran parameter anti aging pada

seluruh kelompok uji menggunakan Skin Analyzer EH 900 U dan penelitian

dilakukan selama 4 minggu. Parameter anti aging meliputi sensitivitas kulit,

kadar air, kadar kolagen, elastisitas, dan besar pori. Formula krim yang

digunakan yaitu basis krim sebagai kontrol negatif, basis krim + 3% ethyl

ascorbyl ether sebagai kontrol positif, basis krim + 2% THC sebagai

perlakuan 1, basis krim + 10% EP sebagai perlakuan 2, dan basis krim + 2%

THC + 10% EP sebagai perlakuan 3. Setelah 4 minggu perlakuan, seluruh

kelompok uji diukur kembali parameter anti aging dengan menggunakan

Skin Analyzer EH 900. Hasil yang diperoleh secara keseluruhan adalah THC

memberikan aktivitas anti aging yang lebih besar dibanding ekstrak pegagan

dan kombinasi THC-ekstrak pegagan, sehingga THC memiliki aktivitas anti

aging yang baik.

Penelitian The safety and efficacy of 0.25% tetrahydrocurcumin (tumeric)

cream as depigment agent against 4% hydroquinone cream yang dilakukan

oleh Majeed et al (2010) menunjukkan bahwa konsentrasi 0,25% THC dalam

krim merupakan konsentrasi yang aman dan efektif sebagai agen

depigmentasi dibandingkan dengan 4% hidrokuinon dalam krim. Sebanyak

0,25% THC dalam krim yang di uji pada 50 sukarelawan dengan kelompok

Uji Efektivitas Anti Aging…, Desy Tri Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7929/3/Desy Tri Wulandari_BAB II.pdfNotifikasi Kosmetika Berdasarkan PerKa BPOM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kometika menyatakan

4

usia 21-45 tahun tidak menimbulkan efek samping yang signifikan

dibandingkan 4% hydroquinone selama 4 minggu pemakaian. Uji yang

dilakukan yaitu ada dua fase, fase pertama membandingkan 0,25% THC dan

0,5% Sodium lauryl dengan metode patch test di bahu bagian belakang

responden kemudian di cek setelah 48 jam dan 72 jam. Hasilnya keduanya

tidak menimbulkan reaksi yang merugikan, sehingga dilanjutkan fase kedua.

Fase kedua merupakan studi komparasi double-blind terkontrol dan placebo

terkontrol mengenai keamanan dan kemanjuran krim 0,25% THC sebagai

agen depigmentasi dibandingkan 4% hydroquinone. Jumlah koresponden

dibagi dua dan masing-masing krim di aplikasikan di lengan kanan bagian

bawah, diamati setiap minggu selama 4 minggu. Koresponden disarankan

untuk menghindari paparan sinar matahari terutama bagian lengan bawah.

Data dianalisis dengan mexameter (nilai p<0,001).

Hasil rata-rata mexameter selama 4 minggu untuk pemakaian 0,25% THC

tidak terjadi efek samping. Sedangkan untuk pemakaian 4% hydroquinon

menimbulkan efek samping dari minggu pertama sebanyak 10% koresponden

mengalami efek samping ringan, di minggu kedua bertambah dua kali lipat

dan 10% koresponden mengalami efek samping sedang. Di akhir penelitian,

sebanyak 50% koresponden mengalami efek samping berat, 30% ringan dan

20% sedang. Pembacaan rata-rata mexameter menunjukkan bahwa krim THC

0,25 persen memiliki khasiat pemutih (menghambat enzim tirosin) yang

signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sediaan krim dengan 0,25% THC efektif dan aman dalam

formulasi depigmentasi.

B. Landasan Teori

1. Notifikasi Kosmetika

Berdasarkan PerKa BPOM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang

kometika menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau sediaan yang

dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,

rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran

mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah

Uji Efektivitas Anti Aging…, Desy Tri Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7929/3/Desy Tri Wulandari_BAB II.pdfNotifikasi Kosmetika Berdasarkan PerKa BPOM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kometika menyatakan

5

penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau

memelihara tubuh pada kondisi baik.

Menurut Permenkes No. 1176 tahun 2010 tentang notifikasi kosmetika

pada pasal (1:3) peredaran adalah pengadaan, pengangkutan, pemberian,

penyerahan, penjualan dan penyediaan di tempat serta penyimpanan untuk

penjualan. Pada pasal (3:1) kosmetik yang beredar harus mendapatkan izin

edar dari menteri berupa notifikasi yang diajukan kepada Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pasal 2 dan 3 ayat 1 dari PerKa

BPOM No. 19 tahun 2015 tentang persyaratan teknis kosmetika

menyatakan bahwa kosmetika harus memenuhi persyaratan teknis meliputi

keamanan, kemanfaatan, mutu, penandaan, dan klaim. Persyaratan

keamanan dan kemanfaatan dapat dibuktikan melalui hasil uji dan/atau

referensi empiris/ilmiah lain yang relevan.

Tujuan dengan adanya notifikasi kosmetika akan melindungi

konsumen dari penggunaan kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan

mutu, keamanan, dan kemanfaatan.

2. Kulit

Kulit merupakan organ terbesar dan paling terlihat dari tubuh manusia

(Pappas, 2015). Kulit merupakan bagian paling luar tubuh yang menutupi

otot, tulang, dan organ dalam. Fungsi kulit yaitu melindungi tubuh dari

patogen, mengendalikan kadar air, mengatur suhu tubuh, dan sebagai indra

peraba (Sharma, 2015).

Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan

subkutan (Kolarsick, 2011). Epidermis merupakan lapisan terluar yang

berfungsi sebagai pelindung dan penghalang infeksi dari luar tubuh

(Sharma, 2015). Lapisan epidermis terdiri dari jaringan epitel, lapisan

tanduk, dan tidak memiliki pembuluh darah. Epidermis tersusun atas 5

lapisan yaitu stratum korneum (paling luar), stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basal. Dalam lapisan

epidermis terdapat empat jenis sel epidermis, yaitu keratinosit, melanosit,

sel Langerhans, dan sel Merkel. Sel keratinosit (85-95%) merupakan sel

epitel dan menghasilkan lapisan kedap air (startum korneum) setelah

Uji Efektivitas Anti Aging…, Desy Tri Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7929/3/Desy Tri Wulandari_BAB II.pdfNotifikasi Kosmetika Berdasarkan PerKa BPOM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kometika menyatakan

6

mengalami keratinasi. Proses keratinasi terdiri dari proliferasi mitosis,

diferesiansi, kematian sel, dan pengelupasan. Pada tahap diferesiansi

terjadi penuaan sel yang mengakibatkan penebalan membran sel. Sel

melanosit yang mengandung tirosin akan diubah menjadi melanin dan

berfungsi sebagai penahan dari sinar ultraviolet (UV) yang berbahaya. Sel

Langerhans berperan sebagai pembawa antigen yang merangsang reaksi

hipersensitivitas tipe lambat pada kulit. Sedangkan sel Merkel berperan

dalam mekano-reseptor atau resptor rasa sentuh (Kalangi, 2013).

Lapisan kedua dari kulit yaitu dermis. Dermis merupakan kulit yang

tebal; berserat; dan elastis karena adanya kolagen, elastin, dan fibrilin. Di

dalam lapisan dermis terdapat ujung saraf, kelenjar keringat, kelenjar

minyak, folikel rambut, dan pembuluh darah. Dermis terdiri atas dua

lapisan yaitu stratum papilaris dan stratum retikularis. Stratum papilaris

berada di lapisan superfisial yang mengandung kolagen, serat, saraf, dan

reseptor sentuhan (Sharma, 2015). Stratum retikularis yang lebih tebal dan

dalam berada di bawah stratum papilaris. Terdapat kolagen, serat elastin,

jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea, serta folikel rambut. Jenis

sel yang ada dalam lapisan dermis yaitu sel-sel jaringan ikat seperti

fibroblas, sel lemak, makrofag, dan sel mast (Kalangi, 2013).

Lapisan ketiga yaitu jaringan subkutan (hipodermis). Penyusun

utamanya adalah sel lemak (adiposit 50%) dan terdapat jaringan ikat,

elastin fibroblas, dan makrofag. Lapisan lemak pada hipodermis berfungsi

mengendalikan suhu tubuh, ketika panas tubuh berlebih akan mengalami

vasodilatasi dan penguapan melalui keringat. Sedangkan ketika suhu tubuh

dingin, lemak akan diubah menjadi energi panas melalui thermogenesis

(Sharma, 2015).

3. Penuaan kulit (Skin Aging) dan Anti Aging

Penuaan kulit adalah menurunnya fungsi struktural dan fungsional

akibat faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik (Farage, 2008). Faktor intrinsik

merupakan hasil dari faktor genetik dan biasa terjadi selama proses

penuaan yang normal. Faktor intrinsik akan menyebabkan kulit mengalami

penipisan di lapisan epidermis dan dermis, penurunan sensibilitas akibat

Uji Efektivitas Anti Aging…, Desy Tri Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7929/3/Desy Tri Wulandari_BAB II.pdfNotifikasi Kosmetika Berdasarkan PerKa BPOM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kometika menyatakan

7

hormon, dan penurunan fungsi sebagai pertahanan kulit terhadap

lingkungan. Sedangkan faktor ekstrinsik berupa faktor lingkungan seperti

gaya hidup, efek merokok atau nikotin, dan paparan sinar ultraviolet yang

dapat mempercepat proses penuaan kulit tetapi dapat dicegah. Akibat

faktor ekstrinsik, kulit menjadi lebih tebal dan komposisinya dapat

berubah (Farage et al., 2008; Rinnerthaler, 2015). Karakteristik penuaan

pada kulit antara lain menipisnya lapisan kulit (epidermis, dermis,

subkutan), berkurangnya kandungan air, kolagen, elastisitas, dan

sensitivitas yang dalam jangka panjang akan menyebabkan kerutan, serta

pigmentasi yang tidak merata (Farage et al., 2013).

Kulit manusia, seperti semua organ lainnya, mengalami penuaan

kronologis. Faktor lingkungan utama yang menyebabkan penuaan kulit

manusia adalah radiasi sinar ultraviolet dari matahari. Penuaan kulit yang

disebabkan matahari ini (fotoaging), seperti penuaan kronologis, adalah

proses kumulatif. Namun, tidak seperti penuaan kronologis yang

tergantung pada berlalunya waktu, fotoaging tergantung pada tingkat

paparan sinar matahari dan pigmen kulit. Individu yang memiliki gaya

hidup di luar ruangan, hidup di iklim yang cerah, dan berpigmen ringan

akan mengalami tingkat fotoaging terbesar (Fisher, 2002).

Penuaan kulit ditandai dengan perubahan komponen struktural jaringan

ikat akibat pembentukan keriput kulit, yang terdiri dari disorganisasi atau

kerusakan struktur kulit karena kurangnya kolagen atau modifikasi, terjadi

penipisan atau peregangan dan perpanjangan berulang beberapa daerah

kulit, terutama wajah. Jadi, pada tingkat epidermis, keriput tampak seperti

lipatan, garis dalam, punggungan atau lipatan pada kulit (Scarci, 2014).

Anti aging merupakan produk kosmetik yang digunakan secara topikal

yang mampu mengobati/menghilangkan gejala yang disebabkan oleh sinar

UV atau disebut photoaging pada kulit atau produk yang dapat

mengurangi/memperlama timbulnya gejala-gejala photoaging (Barel, et

al., 2009). Parameter anti aging yang biasa digunakan yaitu kadar kolagen,

sensitivitas, kadar air, elastisitas, dan besar pori (Altuntas dan Yenner,

2015; Badenhorst et al., 2016).

Uji Efektivitas Anti Aging…, Desy Tri Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7929/3/Desy Tri Wulandari_BAB II.pdfNotifikasi Kosmetika Berdasarkan PerKa BPOM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kometika menyatakan

8

4. Ethyl Ascorbyl Ether

Ethyl ascorbyl ether atau 3-O-etil asam askorbat merupakan turunan

dari asam askorbat (vitamin C). Ethyl ascorbyl ether sangat stabil dalam

struktur kimia, dapat masuk ke dalam kulit dan dimetabolisme oleh tubuh

sebagai asam askorbat (Spec-Chem Ind., 2016).

Gambar 2.1. Struktur ethyl ascorbyl ether (Spec-Chem Ind., 2008)

Ethyl ascorbyl ether dapat memberikan efek melindungi kulit dari

sinar UV dan meningkatkan sintesis kolagen, selain itu juga digunakan

dalam komposisi kosmetik yang dapat memutihkan atau mencerahkan

kulit (Hsu, 2013).

5. Tetrahidrokurkumin (THC)

Tetrahidrokurkumin (THC) merupakan salah satu metabolit aktif dari

kurkumin dan aktivitas antioksidannya paling kuat di antara kurkuminoid

yang lain (Xiang, 2011). THC memiliki aktivitas farmakologi yang lebih

poten dari kurkumin, seperti antioksidan, anti inflamasi, anti diabetes, dan

hepatoprotektor. Faktor utama untuk antioksidan dari THC adalah -

diketon (Aggarwal, 2015).

Gambar 2.2. Struktur curcumin dan tetrahydrocurcumin (Jager et al., 2013)

Uji Efektivitas Anti Aging…, Desy Tri Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7929/3/Desy Tri Wulandari_BAB II.pdfNotifikasi Kosmetika Berdasarkan PerKa BPOM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kometika menyatakan

9

Perbedaan struktur THC adalah hilangnya dua gugus diena pada

karbon α dan β. Gugus fenolik dan diketon pada kurkumin yang bersifat

sebagai antioksidan, tetap ada pada THC (Prabhu, 2011; Bartosz, 2014).

THC berupa serbuk kristal tidak berwarna atau putih, larut dalam propilen

glikol (1:8 pada 400 C), polisorbat 20 (1:4 pada 400C), agak larut dalam

etanol, tidak larut dalam air dan gliserin (Pubchem, 2016). THC lebih

stabil dalam pH fisiologis dan lebih mudah larut dalam air dibandingkan

kurkumin. Aktivitas antioksidan dan anti inflamasi THC lebih poten

dibandingkan kurkumin (Bartosz, 2014).

THC dapat meningkatkan sintesis matriks ekstraseluler (kolagen,

elastin, asam hialuronat) secara signifikan sebesar 90,1%, kolagen 37,90%,

dan asam hialuronat 74,19% pada konsentrasi THC 10 µg/mL (Trivedi,

2017). Asam hialuronat memiliki peran penting dalam pengaturan

kelembaban kulit. Pada lapisan dermis, asam hialuronat mengatur

keseimbangan air dan membantu menstabilkan struktur kulit (Weindl et al.

2004). THC dapat melindungi lapisan kulit dengan meningkatkan sintesis

komponen ekstraseluler dan melalui sintesis kolagen dapat meningkatkan

elastisitas dan kekencangan kulit. Tingkat perlindungan UVB meningkat

secara signifikan sebesar 61,2% oleh THC dalam sel HFF-1 (human

foreskin fibroblast), yang mengindikasikan perlindungan dari fotoaging.

(Trivedi, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Rungsima (2009) terkait uji efek THC

dalam krim kurkumin menunjukkan bahwa THC mencerahkan kulit

responden setelah pemakaian selama 4 minggu. THC dapat ditambahkan

dalam produk perawatan kulit, selain sebagai antioksidan juga dapat

menjaga kestabilan komponen lipid dalam kosmetik pelembab (Paul,

2011).

Penggunaan 0,25% THC pada krim selama 4 minggu dapat mengatasi

depigmentasi pada kulit dengan menghambat enzim tironase yang

menyebabkan melanogenesis, sehingga kulit menjadi cerah tanpa

menimbulkan efek samping berupa iritasi (eritema, perih, kering, atau

gatal) (Majeed, 2010).

Uji Efektivitas Anti Aging…, Desy Tri Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7929/3/Desy Tri Wulandari_BAB II.pdfNotifikasi Kosmetika Berdasarkan PerKa BPOM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kometika menyatakan

10

6. Skin Analyzer EH 900 U untuk Uji Efektifitas Anti Aging

Skin analyzer EH 900 U merupakan suatu alat analisis kulit digital,

yang dapat menganalisis kondisi kulit meliputi kadar minyak (sebum),

pigmen, kolagen, elastisitas, besar pori – pori, jerawat, sensitivitas, dan

moisture (kadar air). Perangkat Skin Analyzer EH 900 U terdiri dari main

body, handset kamera, dan lensa 50XP. Di sekeliling lensa kamera,

terdapat LED illuminator. Kamera dilengkapi dengan sensor CCD hingga

resolusi 5.0 mega pixel dan Special DSP image processor. Cara

menggunakan Skin Analyzer EH 900 U adalah alat dihubungkan ke PC

yang telah diinstall cd driver Skin Analyzer EH 900 U, kulit yang akan

dianalisis difoto dengan handset kamera, lalu dengan mikroskopi

elektronik untuk kulit, foto dan data kulit dimasukkan ke PC untuk

dianalisis. Foto kulit dan hasil analisis kulit ditampilkan di layar PC

(Yupitawati, 2017).

Hasil pengukuran kulit menggunakan skin analyzer EH 900 U

memiliki kriteria seperti terlihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan Skin Analyzer EH 900 U (Skin Analyzer EH 900 U, 2017)Pengukuran Parameter

Kadarkolagen

Serious lack Reduce Normal(25-50%) (50-65%) (65-80%)

Elastisitas Loose skin Weak Normal Better Best(15-35%) (35-50%) (50-65%) (65-70%) (70-71%)

Moisture Dry Ageing Normal Higher Shiny moist(Kadar air) (3-4%) (4-10%) (10-15%) (15-30%) (30-65%)

Sensitivitas kulit pada alat Skin Analyzer EH 900 U tidak memiliki

nilai parameter, hanya ditunjukkan oleh jumlah dan diameter area kulit

yang mengalami sensitivitas (Yupitawati, 2017).

7. Uji Keamanan

Uji keamanan terhadap bahan kosmetik wajib dilakukan untuk

perlindungan konsumen. Uji ini dapat menentukan apakah produk

kosmetik akan menimbulkan resiko bagi kesehatan konsumen (Eurofins,

2018).

Uji Efektivitas Anti Aging…, Desy Tri Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7929/3/Desy Tri Wulandari_BAB II.pdfNotifikasi Kosmetika Berdasarkan PerKa BPOM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kometika menyatakan

11

Ada beberapa cara untuk uji keamanan kosmetik secara in vitro, salah

satunya yaitu dengan melihat iritasi/korosi mata (Eurofins, 2018):

a. Uji kelelahan kornea dan uji permeabilitas (BCOP; OECD 437)

b. Tes Sel Darah Merah (RBC)

c. Model kornea epitel rekonstruktif manusia (EpiOcular)

d. Uji membran telur chorionallantoic (HET-CAM)

Hen’s Egg Test on Chorioallantoic Membrane (HET-CAM)

adalah metode alternatif lain untuk percobaan hewan untuk menguji

korosi atau iritasi okular yang parah, dengan menggunakan membran

chorioallantoic pada embrio telur ayam. Tes ini menilai kerusakan

pada membran ini untuk menentukan iritasi potensial pada

konjungtiva. Efek akut dari zat uji pada pembuluh darah kecil dan

protein jaringan lunak membran diasumsikan serupa dengan efek yang

disebabkan oleh zat di mata kelinci (CAMVA, 2008).

Membran chorioallantoic (CAM) adalah jaringan lengkap yang

mengandung arteri, vena dan kapiler dan secara teknis mudah

dipelajari. CAM menanggapi cedera dengan proses inflamasi yang

serupa dengan yang diamati pada jaringan konjungtiva mata kelinci

(tes Draize). Keunggulan dari metode HET-CAM dibandingkan

dengan metode Draize adalah murah, cepat, dan tidak menggunakan

hewan uji. Namun kelemahan utama dari metode HET-CAM ini

adalah subjektivitas dari pengamatan, serta kesulitan dalam

mengamati terjadinya perdarahan, lisis, maupun koagulasi dengan

akurat (Cazedey, 2009).

Uji Efektivitas Anti Aging…, Desy Tri Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7929/3/Desy Tri Wulandari_BAB II.pdfNotifikasi Kosmetika Berdasarkan PerKa BPOM No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kometika menyatakan

12

C. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Tetrahidrokurkumin yang sedang dikembangkan menjadi produk

kosmetik dalam bentuk krim malam anti aging memenuhi persyaratan

kosmetik yaitu efektif dan aman.

THC

Parameter anti aging:

- Sensitivitas kulit

(eritema)

- Kadar air

- Kadar kolagen

- Elastisitas

Uji iritasi pada

pembuluh darah

embrio telur ayam

Uji efektivitas anti aging

menggunakan Skin Analyzer

pada mencit

Parameter

iritasi:

- Hemoragi

- Lisis

- Denaturasi

Aman Efektif

Analisis Statistik

Hasil:

Sesuai dengan hipotesis atau tidak

Uji Efektivitas Anti Aging…, Desy Tri Wulandari, Fakultas Farmasi UMP, 2018