BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan...

31
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbau Kerbau (Bubalus bubalis) termasuk salah satu ternak ruminansia yang mempunyai potensi tinggi dalam penyediaan daging. Kerbau merupakan ternak asli daerah panas dan lembab khususnya daerah belahan utara tropika. Kerbau hidup terutama di bagian yang berair dan dimusim hujan kerbau dapat menyebar dalam kawasan besar. Dibandingkan dengan sapi, kerbau memiliki sistem pencernaan yang lebih efisien dalam mencerna pakan kualitas rendah. Pada daerah kering dimana ternak sapi kondisi tubuhnya sudah memprihatinkan (kurus), kondisi tubuh kerbau masih cukup baik. Populasi ternak kerbau yang ada di Indonesia saat ini hanya 40% berada di Pulau Jawa dengan kepemilikan hanya 1-2 ekor per keluarga petani Kurnia (2009) dalam Herawati (2010). Menurut Kerr (1972) dalam Izza (2011) secara taksonomi kerbau lumpur dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Artiodactyla Famili : Bovidae Subfamili : Bovinae Genus : Bubalus

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Kerbau

Kerbau (Bubalus bubalis) termasuk salah satu ternak ruminansia yang

mempunyai potensi tinggi dalam penyediaan daging. Kerbau merupakan ternak

asli daerah panas dan lembab khususnya daerah belahan utara tropika. Kerbau

hidup terutama di bagian yang berair dan dimusim hujan kerbau dapat menyebar

dalam kawasan besar. Dibandingkan dengan sapi, kerbau memiliki sistem

pencernaan yang lebih efisien dalam mencerna pakan kualitas rendah. Pada daerah

kering dimana ternak sapi kondisi tubuhnya sudah memprihatinkan (kurus),

kondisi tubuh kerbau masih cukup baik. Populasi ternak kerbau yang ada di

Indonesia saat ini hanya 40% berada di Pulau Jawa dengan kepemilikan hanya 1-2

ekor per keluarga petani Kurnia (2009) dalam Herawati (2010). Menurut Kerr

(1972) dalam Izza (2011) secara taksonomi kerbau lumpur dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Famili : Bovidae

Subfamili : Bovinae

Genus : Bubalus

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

4

Spesies : Bubalus bubalis

Ternak kerbau memiliki peran dan fungsi strategis bagi sebagian

masyarakat di Indonesia dan sejak lama ini tersebar luas walaupun tidak merata.

Perkembangan populasi kerbau di Pulau Jawa cenderung menurun hal ini

disebabkan berkurangnya fungsi kerbau sebagai tenaga kerja maupun alat angkut

dan maraknya ongolisasi. Kerbau masih dipelihara secara tradisional dan

umumnya ternak yang dipelihara merupakan warisan dari keluarga bersifat turun

temurun (Tarmuji et al., 1990). Dengan jumlah ternak yang relatif sedikit dan

tersebar secara luas maka akan mempersulit pengendalian penyakit diantaranya

Trypanosomiasis.

Iklim

Definisi Iklim

Iklim adalah rata-rata cuaca dalam periode yang panjang (bulan, tahun).

Sedangkan cuaca adalah keadaan atmosfer pada suatu saat. Cuaca

menggambarkan keadaan atmosfer dalam jangka pendek (Achmadi, 2005). Iklim

juga dapat digambarkan sebagai kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang

dan secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang

berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (LAPAN, 2009). Iklim secara

operasional didefinisikan sebagai deskripsi statistik dari unsur-unsur iklim seperti

temperatur (suhu), presipitasi (hujan), angin, kelembaban, dan variasinya dalam

rentang waktu mulai dari bulanan hingga jutaan tahun (Kementrian Negara

Lingkungan Hidup, 2009).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

5

Unsur-unsur yang Mempengaruhi Perubahan Iklim

Perubahan iklim dipengaruhi oleh beberapa unsur, yaitu :

1. Suhu

Suhu udara merupakan unsure iklim yang sangat penting. Suhu

udara berubah sesuai dengan tempat dan waktu (Tjasyono, 1992). Suhu

diladang yang berumput berbeda dengan suhu ladang yang dibajak.

Pengukuran suhu udara hanya memperoleh satu nilai yang menyatakan

nilai rata-rata suhu atmosfir. Pada umumnya suhu maksimum terjadi

sesudah tengah hari, biasanya antara pukul 12.00 sampai 14.00 dan suhu

minimum terjadi pada pukul 06.00 waktu lokal dan sekitar matahari lokal.

Suhu udara harian rata-rata diefinisikan sebagai rata-rata pengamatan

selama 4 jam (satu hari) yang dilakukan setiap jam. Secara kasar, suhu

maksimum dan suhu minimum ini kemudian dibagi menjadi dua. Suhu

bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi

dengan jumlah hari dalam bulan tersebut (Tjasyono, 2004).

2. Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah

dalam waktu tertentu. Awan yang terbentuk sebagai hasil dari kondensasi

uap air akan terbawa oleh angin sehingga berpeluang untuk tersebar

keseluruhan permukaan bumi. Butiran air yang terebentuk mencapai

ukuran yang cukup besar akan jatuh kepermukaan bumi. Proses jatuhnya

butiran air atau kristal es disebut presipitasi. Butiran air yang berdiameter

lebih dari 0,5 mm akan sampai ke permukaan bumi yang disebut dengan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

6

hujan (Lakitan, 2002). Pada gerimis berukuran butiran air berdiameter 0,2

sampai 0,5 mm sedangkan ukuran butiran air yang kurang dari 0,2 mm

tidak akan sampai ke permukaan bumi karena akan menguap dalam

perjalannya menuju permukaan bumi.

3. Kelembaban

Kelembaban adalah jumlah rata-rata kandungan air keseluruhan

(uap, tetes air, dan kristal es) di udara pada suatu waktu yang diperoleh

dari hasil harian dan dirata-ratakan setiap bulan. Sedangkan berdasarkan

glossary of meteorology, kelembaban diartikan sebagai jumlah uap air

diudara atau tekanan uap yang teramati terhadap tekanan uap jenuh untuk

suhu yang diamati dan dinyatakan dalam persen (Neiiburger, 1995).

4. Kecepatan angin

Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi.

Udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan udara

rendah (Tjasyono, 2004). Menurut Prawirowardoyo (1996)

mendefinisikan angin sebagai gerak nisbi terhadap permukaan bumi.

Kecepatan angin berubah dengan gerak nisbhi terhadap permukaan bumi.

Kecepatan angin berubah dengan jarak diatas permukaan tanah dan

perubahannya cepet pada paras (elevasi) rendah. Angin bukan arus yang

stabil, melainkan arah yang variabel, kadang rebut kadang reda.

Dampak perubahan iklim bagi kesehatan ternak

Iklim berperan dalam setiap kejadian penyakit. Perubahan iklim termasuk

perubahan rata-rata suhu harian, kelembaban, arah dan kecepatan angin

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

7

membentuk pola musim seperti musim hujan, kemarau yang berkepanjangan,

musim dingin, curah hujan yang luar biasa. Suhu panas yang berkepanjangan

yang disertai kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan kelelahan karena

kepanasan terutama pada ternak yang dimanfaatkan untuk bekerja. Iklim

mempengaruhi ekosistem habitat binatang penular penyakit, bahkan tumbuh

kembangnya koloni kuman secara alamiah (Kementrian Negara Lingkungan

Hidup, 2009).

Secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi terjadinya

penyakit. Iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi karena agent

penyakit (virus, bakteri, atau parasit lainnya) dan vektor (serangga atau rodentia)

bersifat sensitif terhadap suhu, kelembaban, dan kondisi lingkungan ambient

lainnya. Cuaca dan iklim berpengaruh terhadap penyakit yang berbeda dengan

cara yang berbeda (ICCSR, 2010).

Pengaruh Suhu terhadap Kejadian Trypanosomiasis

Perubahan suhu mempengaruhi populasi vektor yang dapat menimbulkan

kerugian bagi kesehatan. Perubahan suhu berhubungan dengan perubahan

dinamika siklus terhadap spesies vektor dan organisme pathogen seperti protozoa,

bakteri, dan virus sehingga dapat meningkatkan potensi transmisi penyebab

penyakit (WHO, 2003). Peningkatan temperatur akan memperluas distribusi

vector dan meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan parasit menjadi infeksi

(Lapan, 2009).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

8

Pengaruh Curah Hujan terhadap Kejadian Trypanosomiasis

Curah hujan yang tinggi puncaknya saat musim penghujan, dan dapat

menyebabkan banjir sehingga dapat mengkontaminasi air bersih. Curah hujan

yang rendah biasanya terjadi pada musim kemarau. Dimana kemarau

berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya penyakit yang disebabkan oleh

vektor. Saat kondisi kemarau penjang dapat mengurangi persediaan air bersih

sehingga dapat meningkatkan resiko penyakit yang berhubungan dengan

persediaan air bersih sehingga resiko penyakit semakin meningkat (Kementrian

Lingkungan Hidup, 2004).

Pengaruh Kelembaban terhadap Kejadian Trypanosomiasis

Perubahan kelembaban mempengaruhi populasi vektor yang dapat

menimbulkan kerugian bagi kesehatan. Pada musim hujan, kelembaban tinggi

serta intensitas sinar matahari yang berkurang dapat menyebabakan

mikroorganisme berkembang biak dengan baik dan membuat perkembangan lebih

cepat untuk vektor seperti lalat, kecoa, dan tikus (WHO, 2003).

Pengaruh Kecepatan angin terhadap Kejadian Trypanosomiasis

Infeksi yang disebabkan oleh vektor penyakit, distribusi, dan peningkatan

organisme vektor dan penjamu (host) dipengaruhi oleh faktor fisik seperti angin

serta faktor biotik seperti vegetasi, spesies penjamu, predator, kompetitor, dan

parasit (WHO,2003).

Karakteristik Kabupaten Brebes

Kabupaten Brebes berpotensi untuk mengembangkan ternak kerbau,

karena kontribusi daging kerbau mencapai 40% dari total kebutuhan daging sapi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

9

Disamping untuk memenuhi produksi daging juga sebagai ternak kerja untuk

membajak sawah.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

10

Geografi

Brebes memiliki zona agroekosistem wilayah yang heterogen, mulai dari

pantai sampai dataran tinggi. Wilayah Brebes terbentang dari pantai utara hingga

ke perbukitan dibagian barat dan selatan Setiawan (2009) disitasi dari Herawati

(2010). Kabupten Brebes secara astronomis terletak pada posisi 108° 41’ 37, 70° –

11’ 28,92° Bujur Timur dan 6° 44’ 56,50’ – 7° 20’ 51,48” Lintang Selatan dan

terletak pada ketinggian 3000 m diatas permukaan laut. Kabupaten Brebes

memiliki batas-batas sebagai berikut :

Utara : Laut Jawa

Timur : Berbatasan denagan Kabupaten Tegal dan Kota Tegal

Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap

Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat

Topografi

Kabupaten Brebes merupakan wilayah beriklim tropis dengan 2 musim,

yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Adapun data suhu di Kabupaten

Brebes, yakni :

Suhu panas 24,5° C – 26,3° C memiliki ketinggian tempat 0- 300 m.dpl

Suhu agak panas 21,4° C – 24,4° C memiliki ketinggian tempat 301 – 800

m.dpl

Suhu sejuk 17,2° C – 21,3° C memiliki ketinggian tempat 801 – 1500 m.dpl

Kerbau memiliki kemampuan untuk menetralisir temperature lingkungan dengan

berendam (Herawati, 2010).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

11

Luas Wilayah

Secara administratif Kabupaten Brebes berada di Provinsi Jawa Tengah

dengan luas wilayah 1.902,37 km2. Kabupaten Brebes terdiri dari 17 Kecamatan

dengan 8 Kelurahan dan 292 Desa. Kabupaten Brebes merupakan Kabupaten

dengan luas ke-2 di Jawa Tengah (Herawati, 2010).

Lalat Tabanus sp

Dalam Lalat Tabanus sp memiliki peran sebagai vektor mekanik penyakit

Surra di Indonesia. Lalat ini merupakan lalat penghisap darah famili Tabanidae

merupakan vektor yang baik dibandingkan dengan lalat atau nyamuk famili

Muscidae seperti Stomoxys sp (Diskerson dan Lavoipierre, 2004).

Morfologi

Lalat Tabanus sp merupakan lalat yang besar dengan ukuran 5 – 25 mm,

tegap dan penerbang yang kuat, benangan sayap mencapai 6,5 mm. Pada Lalat

Tabanus sp memiliki warna yang bervariasi diantaranya coklat, kuning,

kemerahan, hitam, dan hijau dengan garis abdomen yang terang seperti pada

gambar 1.

Gambar 1. Morfologi lalat Tabanus sp

Mulut lalat Tabanus sp penggigit dan penghisap darah berbentuk seperti

gunting. Pada lalat Tabanus sp betina antena ada yang panjang ada yang pendek,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

12

dan mata yang berkembang biak. Sedangkan pada lalat Tabanus sp jantan mata

tidak bekembang. (Diskerson dan dan Lavoipierre, 2004).

Siklus Hidup

Telur diletakkan oleh lalat Tabanus sp betina pada tumbuhan, batuan

memanjang yang diselimuti bahan tahan air. Dalam satu kelompok telur terdiri

dari 200 hingga 1000 telur dari 3 – 4 lapisan. Telur dapat berwarna abu-abu,

putih, bahkan coklat kehitaman yang berbentuk seperti cerutu dengan panjang 1 –

2,5 mm yang akan menetas sekitar 5 – 14 hari (Diskerson dan Lavoipierre, 2004).

Gambar 2. Siklus hidup lalat Tabanus sp

Pada gambar 2. terlihat larva berbentuk silindris dengan kedua ujung

meruncing, berwarna coklat, putih, dan kehijauan dengan kepala yang kecil.

Sepasang penonjolan mencolok di tengah dan dua pasang di bawah perut. Larva

akan melalui 7 – 11 bentuk insar yang dapat memakan waktu beberapa bulan

sampai setahun. Ganti kulit yang pertama terjadi setelah larva yang baru keluar

dari telur menyentuh lumpur. Larva dapat berkembang pada suhu 32º - 35º C.

Larva melengkapi siklus hidupnya dalam 10 – 11 minggu. Larva Tabanus sp

bersifat hemihidrobion yaitu memilih tempat yang dekat dengan air. Larva yang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

13

telah mencapai bentuk instar terakhir memiliki panjang 1 – 6 cm yang kemudian

akan mencari tempat yang lebih kering untuk menjadi pupa (Service, 2008).

Pupa berukuran 7 – 40 mm, abdomen yang terbagi pada 8 segmen. Segmen

pertama sampai ketujuh dilengkapi dengan sepasang spirakel di lateral sedang

pada segmen kedua hingga keenam dikelilingi duri kecil yang mengarah ke

belakang. Stadium pupa sekitar 5 - 20 hari tergantung spesies dan temperature

sekitar. Suhu ambang 5,7 - 10,1ºC sedangkan stadium pupa berlangsung antara 92

- 192 hari (Pavlova, 2004).

Lalat dewasa yang baru keluar dari pupa akan melakukan kopulasi sebelum

menghisap darah. Peristiwa kopulasi terjadi pertama pengelompokan lalat jantan

menarik perhatian lalat betina yang memasuki kelompok itu untuk melakukan

kopulasi di udara dan berakhir diatas tanah dalam 5 menit. Lalat betina yang

sudah melakukan kopulasi segera menghisap darah untuk perkembangan

ovariumnya. Lalat Tabanus sp bersifat otogenus yakni menghisap darah untuk

menghasilkan kelompok telur kedua dan selanjutnya. Ovogenesis terjadi setelah

lalat Tabanus sp betina makan darah. Lalat jantan dan betina membutuhkan gula

untuk kelangsungan hidupnya dari tumbuhan. Kopulasi lalat dewasa dapat hidup

selama 3 - 4 minggu dan menghasilkan 5 - 6 kelompok telur. Lalat Tabanus sp

aktif pada cuaca terang dan hangat. Hampir semua lalat Tabanus sp beraktifitas

pada siang hari (Hadi, 2010).

Surra (Trypanosomiasis)

Tryanosomiasis adalah satu penyakit infeksi yang terjangkit secara

endemik pada hewan ternak. Surra (Trypanosomiasis) yang disebabkan oleh

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

14

Trypanosoma evansi, merupakan salah satu penyakit parasit darah yang penting

dan secara sporadik menyebar diseluruh wilayah Indonesia. Parasit ini telah

ditemukan di Indonesia sejak 1808 (De Does 1990 dalam Partoutomo, 1996b)

tetapi patogenesis dan epidemiologinya pada sapi dan kerbau belum banyak

terungkap. Penyakit ini ditularkan dari hewan satu ke lainnya oleh gigitan lalat

penghisap darah yang bertindak sebagai vektor, terutama Tabanus sp dan lalat

Haematopota spp. Payne et al. (2011) berpendapat bahwa kejadian wabah Surra

secara luas di Indonesia hanya sapordik terlokalisasi yang mungkin menyiratkan

bahwa parasit itu telat membentuk stabilitas enzootik.

Etiologi

Sub Kingdom : Protozoa

Filum : Sarcomastigophora

Sub Filum : Mastigophora

Kelas : Zoomastigophorasida

Ordo : Kinetoplastorida

Famili : Trypanosomadidae

Genus : Trypanosomatidae

Sub Genus : Trypanozoon

Spesies : Trypanosoma evansi

Habitat : Pembuluh darah, pembuluh limfe, cairan otak

Induk semang : Kuda, unta, anjing, hewan ternak (sapi dan kerbau)

Anonim (2012) disitasi dari Daris (2015).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

15

Morfologi

Genus Trypanosoma merupakan parasit tripomastigot yang memiliki

panjang (12-30μm) dengan daur hidup yang secara morfologis sangat kompleks.

Pada bentuk khas genus ini reservoir terletak sedikit posterior dari inti. Kinetoplas

disebelah posterior dari dasar reservoir, suatu masa yang padat electron terdiri dari

serabut-serabut yang berjalan dari anterior ke posterior membentuk suatu massa

kompak, berbatas tegas melintasi kinetoplast Flagelum melekat pada tubuh denga

suatu membrane undulans. Daur hidupnya biasanya melibatkan hospes vertebrata

dan invertebrata. Trypanosoma evansi biasanya terdapat didalam cairan darah

tubuh vertebrata terutama didalam plasma, dan didalam alat pencernaan (Fred,

2009).

Trypanosoma evansi mampu mengelabuhi respon imun yaitu terletak pada

kemampuannya untuk terus–menerus mengubah sifat antigenik permukaan

dinding selnya. Permukaan tubuh Trypanosoma evansi diselubungi oleh lapisan

protein tunggal yaitu glikoprotein, lapisan ini atau secara khusus disebut variant

surface glycoprotein (VSG) yang membentuk dinding sel parasit dapat berubah-

ubah sehingga menyulitkan hewan yang terserang untuk mengatasi infeksi melalui

sistem kekebalannya. VSG ini dapat berubah setiap 4-7 hari sekali dan hasilnya

adalah variable antigenik tipe yang baru (Davison et al., 2006). Perubahan

struktur antigenik ini menimbulkan terjadinya gelombang parasitemia fluktuatif.

Menurut Woo (2013) bahwa Trypanosoma sp setelah infeksi biasanya bertambah

dalam darah perifer secara berkala disertai demam. Parasitemia muncul dalam

darah perifer secara sporadis relatif dalam jumlah kecil.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

16

Pada sapi dan kerbau, Surra sering muncul sebagai penyakit bersifat kronis

sehingga jumlah Trypanosoma evansi dalam darah perifer sangat rendah akan

terjadi variasi antigenik dimana tubuh akan selalu berusaha membentuk antibodi

yang berbeda-beda sesuai dengan protein yang ditampilkan oleh Trypanosoma

evansi (Omanwar et al., 2010). Trypanosoma evansi hidup dan bergerak dalam

plasma darah atau cairan jaringan induk semang. Mereka memanjang, ramping,

dan meruncing dikedua ujungnya. Permukaan tubuh Trypanosoma evansi

diselubungi oleh lapisan protein tunggal yaitu glikoprotein. Protozoa ini memiliki

distribusi geografi dan cangkupan inang yang luas dibandingkan Trypanosoma

pathogen lainnya (Noble dan Noble, 2011).

Bangkitnya penyakit Surra di Indonesia dipermudah karena Indonesia

beriklim tropis. Cuaca panas dan lembab iklim tropis merupakan predisposisi

kejadian penyakit ini. Kerbau sakit Trypanosomiasis akan menunjukkan kurang

nafsu makan dan kepala berputar-putar. Kerugian utama akibat infeksi

Trypanosomiasis pada kerbau berupa penurunan bobot badan, daya reproduksi

rendah, keterlambatan pertumbuhan (anak kerbau menjadi kerdil), penurunan

daya kerja, dan kematian (Fred, 2009).

Sedangkan faktor yang berpengaruh atas penyebaran dan patogenesis

parasit antara lain adanya jenis hewan karier, umur hewan (anak umumnya

memiliki maternal antibodi), serangga yang bertindak sebagai vektor dan ada

tidaknya pengaruh stress. Stres merupakan fenomena yang sejak lama diduga

sebagai faktor penyebab timbulnya wabah Trypanosomiasis (Partoutomo et al.,

1996b). Faktor dimaksud antara lain pakan, bahan kimia, dan penggunaan ternak

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

17

untuk mengerjakan sawah. Disamping itu faktor pemicu lain sebagai penyebab

terjadinya Surra klinis atau wabah adalah perbedaan respon imunologik yang

terdapat antara ternak yang pernah dan belum pernah terinfeksi (Losos, 2008).

Siklus Hidup

Genus Trypanosoma memiliki panjang (12-30μm) dengan daur hidup yang

secara morfologis sangat kompleks. Pada bentuk khas genus ini reservoir terletak

sedikit posterior dari inti. Jumlah parasit ini didalam satu hospes dapat sangat

banyak. Sebanyak 20 juta sampai 4 miliyar Trypanosoma sp dapat ditemukan

didalam darah hewan, 100 jam setelah terinfeksi. Hubungan antara jumlah dan

infektifitas Trypanosoma selama perkemabangan normal flagelata ini didalam

vektor dan hospes mamalia ternyata sangat bervariasi. Demikian pula spesifitas

hospes juga bervariasi (Maya, 2014).

Menurut Sukanto (2014) lalat memindahkan Trypanosoma evansi pada

saat menghisap makanan atau darah pada tubuh hewan, karena terganggu lalat

tersebut kemudian pindah ke hewan lain dengan cepat untuk melanjutkan kegiatan

makannya. Parasit darah ini dapat hidup dalam mulut lalat selama 30 menit

sampai enam jam. Didalam tubuh vektor, dimulai sejak lalat penghisap darah

penderita, bersama darah juga akan terhisap gamon (mikro dan makro) – gamet,

didalam tubuh lalat makrogamet akan secara aktif mencari mikrogamet untuk

kawin, hasil perkawinan terbentuklah zygot berbentuk bulat kemudian

berkembang lebih lanjut bentuknya berubah memanjang dan dapat bergerak

disebut ookinet, ookinet bergerak menuju dinding usus tengah untuk membentuk

ookista, ookista mengalami proses pembentukan sporozoit dengan membelah

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

18

berlipat ganda (skizogoni) menghasilkan sporozoit, sporozoit akan bermigrasi

menuju kelenjar air liur sehingga lalat menjadi infektif.

Pada tubuh hewan yang peka maka dimulai juga saat lalat infektif

menghisap darah, sporozoit yang berada didalam kelanjar ludah akan ikut tersebar

kedalam peredaran darah, kemudian akan memasuki sel endotel (ginjal, hati, dan

paru-paru) serta dalam ruangan darah berisi darah atau didalam jaringan (jantung,

limpa, pankreas, thymus, otot-otot, usus, trachea, ovarium, kelenjar adrenal, dan

otak). Sporozoit mengalami proses merogoni (pembentuksn merozoit) dengan

cara pembelahan berlipat ganda (skizigoni) sehingga dibebaskan banyak merozoit.

Merogoni berlangsung beberapa kali, kemudian mengalami proses gametogoni

(pembentukan gamet) akhirnya terbentuklah (mikro dan makro) - gamet. Sehingga

gamet inilah yang akan ikut terhisap saat lalat menghisap darah (Sukanto, 2014)

Diagnosis

Dalam mendeteksi penyakit Surra biasanya digunakan tes diagnostic

secara parasitologi seperti Microhematokrit Centrifugal Techique (MHCT),

inokulasi pada hewan percobaan mencit, dan ulas darah. Selain diagnose juga

dapat dilakukan secara serologi yakni dengan metoda Card Aggultiantion

Trypanosoma evansi Test (CATT), Antibodi-ELISA dan Antigen-ELISA.

Damayanti (2003) disitasi dari Husein (2011).

Pada kondisi laboratorium tes diagnostic secara ELISA dan CATT dapat

mendeteksi antibody atau antigen Trypanosoma evansi segera setelah infeksi. Uji

MHCT sudah standar dan bagus untuk digunakan mendiagnosa kerbau. Uji ini

cukup sensitif mendeteksi infeksi dini. Uji Ab-ELISA mendeteksi adanya antibodi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

19

mulai minggu ke-2 pasca infeksi, sedang Ag-ELISA memberi harapan paling

sensitif mendeteksi sel mati dari parasit. Davison et al (2006) telah mengevaluasi

Ag-ELISA menunjukkan bahwa Trypanosoma evansi memiliki sensitivitas yang

tinggi dibanding dengan Uji MHCT.

Sementara CATT ialah uji aglutinasi langsung untuk mendeteksi adanya

antibodi Trypanosoma evansi dalam serum atau plasma hewan penderita (Solihat

et al., 1996) disitasi dari Husein (2011). CATT bagus untuk digunakan dilapangan

karena memiliki angka sensitivitas dan spesifitas yang cukup baik. Ab-ELISA

baik dipakai untuk skrening awal sejumlah sampel sehingga hasil evalusi agar

lebih akurat dan ternak yang beresiko dapat diidentifikasi dan CATT untuk

mengonfirmasi (Davison et al., 2006) disitasi dari Daris (2015)

Epidemiologi

Dalam menyelidiki adanya penyakit penyebab Trypanosoma evansi ini

ialah peranan faktor-faktor lingkungan, hospes, serta agen pembawa sebagai

penyebab penyakit yang ada dalam Postula Evans (Martin et al., 2012).

Trypanosoma evansi dapat menginfeksi berbagai hewan inang (widehost

spectrum) yang secara ekonomis bernilai penting, faktor penyebab

Trypanosomiasis sangat berguna untuk menentukan penyebab penyakit

selanjutnya dengan metode yang efektif untuk pengendalian penyakit tersebut

sehingga dapat menekan dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan (Oka,

2010).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

20

Patogenesis

Widyastuti et al. (2002) menyatakan bahwa vektor utama adalah Tabanus

sp namun lalat lain juga dapat menularkan flagelata ini secara mekanis. Cara

penularan Trypanosomiasis dapat dibedakan menjadi dua yaitu pertama adalah

penularan langsung (golongan anterior station) yang terjadi secara mekanis oleh

stadium infeksinya melalui proboscis lalat yang menggigit dan mengandung

parasit misalnya Trypanosoma evansi. Kedua, penularan secara tidak langsung

(golongan posterior station) yaitu Trypanosoma evansi harus mengalami

pertumbuhan siklik didalam seekor serangga penghisap darah sebelum terjadi

infektif (Hadi, 2010).

Setelah memasuki peredaran darah, Trypanosoma evansi akan segera

memperbanyak diri secara biner. Dalam waktu pendek penderita mengalami

parasitemia dan suhu tubuh biasanya mengalami kenaikan. Sel darah penderita

yang tersensitisasi oleh parasit segera dikenali oleh makrofag dan dimakan oleh

sel darah putih tersebut. Bila sel darah merah yang di makan makrofag cukup

banyak, penderita segera mengalami anemia normositik dan normokromik. Gejala

klinis infeksi yang sering terjadi akibat Trypanosomosis ini adalah anemia (Noble

dan Noble, 2011).

Menurut Partoutomo et al. (1996a) gejala kronis Trypanosomiasis pada

kerbau berupa bulu dan kulit menjadi kasar, hewan menjadi kurus, serta nampak

lemah, dan menunjukkan tanda-tanda paresis. Infeksi kronis juga ditandai dengan

kenaikan suhu badan antara hari ke 1 - 5 pasca infeksi yang selanjutnya suhu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

21

badan berfluktuasi pada nilai normal. Payne et al. (2011) berpendapat bahwa

faktor pemicu terjadinya Surra antara lain cara pemeliharaan, hewan dalam

transportasi, serta ada atau tidaknya infeksi campuran. Infeksi campuran parasit

darah Trypanosoma evansi dengan kudis atau neoaskaris merupakan salah satu

penyebab kerbau kerdil. Selain itu, infeksi akibat parasit darah Trypanosoma

evansi dilaporkan dapat menimbulkan imunosupresi atau menurunnya tangga

kebal inang atau disebut juga keadaan alergi klinis (Mackenzie, 2007).

Cara Penularan

Penularan penyakit Surra antar hewan terjadi melalui darah yang

mengandung parasit Trypanosoma evansi. Di Indonesia, vektor penular yang

berperan adalah lalat Tabanus, Haematopota, dan Chrysops. Meskipun penularan

terjadi melalui gigitan lalat, tetapi agen Trypanosoma evansi tidak melakukan

perkembangan siklus hidup didalam tubuh lalat (Anonim, 2009). Kebutuhan

hidup protozoa ini dengan mengambil gula dalam darah korbannya sebagai bahan

energi. Jika inang tidak dapat mengimbanginya maka lama kelamaan akan terjadi

penurunan gula darah dan mengakibatkan gangguan kesehatan pada inangnya.

Gangguan-gangguan ini terjadi disamping sebagai akibat dari berkurangnya kadar

glukosa dalam darah, juga sebagai akibat naiknya asam laktat serta tripanotoksin

(dihasilkan oleh parasit) sehingga eritrositnya lisis. Peluang meningkatnya infeksi

parasit dapat disebabkan oleh densitas populasi ternak yang peka terhadap parasit,

kemampuan penyebaran, dan peluang penyebaran vektor yang tinggi (Koesdarto,

2002).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

22

Pencegahan dan Kontrol

Pencegahan dan kontrol terhadap penyakit Trypanosomiasis telah

dilakukan oleh peternak dan dinas terkait. Pengendalian Surra (Trypanosomiasis)

masih tergantung pada pengobatan dan hanya diberikan kepada hewan yang

menderita infeksi aktif. Para pemeliharaan kerbau menggunakan insektisida untuk

mengusir lalat (vektor). Hewan karier masih sulit untuk diberi obat karena tidak

menunjukkan gejala klinis yang tidak spesifik, menyebabkan pengobatan tidak

dapat diaplikasikan secara efektif. Obat trypanocidal yang sudah digunakan untuk

mengobati penyakit Surra diberbagai negara adalah surramin, diminazene

acceturate, dan isomedium (Muharsini et al., 2006) disitasi dari Husein (2011).

Manajemen Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu pemeliharaan

ekstensif, pemeliharaan intensif, dan pemeliharaan semi intensif. Sistem

pemeliharaan ekstensif yaitu pemeliharaan yang melakukan aktivitas perkawinan,

pembesaran, dan penggemukan di lahan penggembalaan. Pemeliharaan intensif

yaitu pemeliharaan ternak dengan cara dikandangkan secara terus menerus dengan

sistem pemberian pakan secara cut and carry (Parakassi, 1999). Pemeliharaan

intensif ini bertujuan untuk mendapatkan performa dari ternak yang optimal,

namun biaya yang dikeluarkan tinggi. Pemeliharaan semi intensif yaitu

pemeliharaan ternak yang pada siang hari digembalakan di lahan penggembalaan,

kemudian pada malam hari dikandangkan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

23

Pemeliharaan semi intensif inilah yang banyak diterapkan pada

masyarakat di Indonesia. Ternak kerbau di Indonesia pada umumnya mempunyai

beberapa kegunaan, yaitu sebagai ternak penggarap sawah, sebagai ternak penarik

beban, sebagai ternak penghasil daging, sebagai ternak penghasil susu, sebagai

ternak penghasil pupuk kandang (Departemen Pertanian, 1986).

Pakan

Hijauan Rumput Gajah

Hijauan sebagai bahan pakan ternak, merupakan salah satu bahan yang

sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan ternak terutama ternak

ruminansia. Salah satu jenis rumput unggul yang sangat dikenal oleh masyarakat

adalah rumput gajah. Rumput gajah adalah salah satu rumput yang produksinya

sangat tinggi, sebagai rumput potongan, dan cocok untuk diawetkan dalam bentuk

silase. Pada musim hujan rumput gajah tumbuh subur dan bahkan berlebih untuk

digunakan sebagai pakan, tetapi pada musim kemarau pertumbuhan dan

produksinya menurun. Kandungan lemak kasar rumput gajah yaitu 1,04% (Lubis,

1992).

Rumput gajah berasal dari Afrika Tropis. Rumput gajah merupakan

keluarga rumput-rumputan (graminae) yang telah dikenal manfaatnya sebagai

pakan ternak pemamah biak (ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara. Di

Indonesia, rumput gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak.

Klasifikasi rumput gajah menurut Anonim (2017) adalah sebagai berikut:

Phylum : Spermatophyta

Sub phylum : Angiospermae

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

24

Class : Monocotyl

Ordo : Glumiflora

Family : Graminae

Sub Family : Panicoldea

Genus : Pennisetum

Spesies : Pennisetum purpureum

Rumput gajah secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak,

berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang tanaman

ini dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter

batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas/buku. Rumput

gajah tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1 meter.

Kemampuan produksi mencapai 150-200 ton/ha/tahun. Dengan kandungan

zat-zat makanan kasar 10,9% protein, 15 % serat kasar, 42,9% bahan ekstrak

tanpa nitrogen dan 1,64 % lemak (Rismunandar, 1989). Rumput gajah dapat

dipanen pada umur 40 hari atau sebelum rumput berbunga (Anonim, 2016).

Rumput gajah mempunyai produksi bahan kering 40 ton/ha/tahun, dengan

kandungannya yaitu protein kasar 13,5%, lemak 3,4%, NDF 64,28%, abu 15,8 %,

Ca 0,13%, dan fosfor 0,37%. Rumput gajah pada umur 43 hari sampai dengan 56

hari mengandung air 82,5 (%), protein 9,3 (%), lemak 2,1 (%), serat kasar 32,9

(%), BETN 42,8 (%), Abu 15,2 (%), Ca 0,52 (%), dan fosfor 0,31 (%) (Anonim,

2016).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

25

Jerami Padi

Di Indonesia, limbah tanaman padi (jerami padi) tersedia dalam jumlah

yang cukup banyak dan mudah untuk diperoleh sebagai pakan ternak.

Tabel 1. Komposisi Nutrisi Jerami Padi

Uraian Jerami Padi

Bahan kering (BK) (%) 91,9

Protein kasar (% BK) 5,36

Lemak kasar (% BK) 0,91

Abu (% BK) 21,51

Acid detergent fiber (ADF) 68,50

Neutral Detergent Fiber (NDF) 74,86

Kalsium 0,26

Fosfor 0,02

Sumber: Hasil analisa Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Balitnak

(2005)

Pada tabel.1 dapat dilihat bahwa kandungan serat kasar jerami padi

memiliki sangat tinggi. Rendahnya kualitas jerami padi terutama disebabkan

tingkat lignifikasinya yang tinggi menyebabkan daya cernanya menjadi rendah,

sehingga memberikan pertumbuhan yang rendah pada ternak yang

mengkonsumsinya.

Konsentrat

Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan

pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan

dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau

pakan pelengkap (Hartadi, 1991). Konsentrat dapat berasal dari bahan pangan atau

dari tanaman seperti serealia (misalnya jagung, padi, atau gandum), kacang-

kacangan (misalnya kacang hijau atau kedelai), umbi-umbian (misalnya ubi kayu

atau ubi jalar), dan buah-buahan (misalnya kelapa atau kelapa sawit). Konsentrat

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

26

juga dapat berasal dari hewan seperti tepung daging dan tepung ikan. Disamping

itu juga dapat berasal dari industri kimia seperti protein sel tunggal, limbah, atau

hasil produksi bahan pangan seperti dedak padi dan pollard, hasil ikutan proses

ekstraksi seperti bungkil kelapa dan bungkil kedelai, limbah pemotongan hewan

seperti tepung darah dan tepung bulu (Anonim, 2017).

Vitamin

Vitamin adalah zat–zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah

sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu,

harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur

pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas

spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat

rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2009).

Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi,

pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau

sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk

apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Hingga sekarang fungsi

biokimia beberapa jenis vitamin belum diketahui dengan pasti (Almatsier, 2009).

Banyak sekali macam-macam vitamin, yaitu :

1. Lysine

Lysine adalah salah satu asam amino esensial yang diperlukan tubuh

untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh serta untuk

metabolisme protein. Lysine tidak dapat disintesis tubuh, jadi harus ada

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

27

dalam makanan sehari–hari agar kebutuhan tubuh akan lysine dapat

terpenuhi (Almatsier, 2009).

2. Vitamin A

Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang ditemukan pertama

kali. Beberapa fungsi vitamin A sebagai berikut :

a. Penglihatan

Kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang

berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam

darah untuk membentuk rodopsin. Suplementasi vitamin A dapat

memperbaiki penglihatan yang kurang bila itu disebabkan oleh

kekurangan vitamin A (Almatsier, 2009).

b. Diferensiasi sel

Diferensiasi sel terjadi bila sel–sel tubuh mengalami perubahan

dalam sifat atau fungsi semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini

adalah salah satu karakteristik dari kekurangan vitamin A yang dapat

terjadi pada tiap tahap perkembangan tubuh. Pada diferensiasi sel

terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi sel yang dapat dikaitkan

dengan perubahan perwujudan gen–gen tertentu. Sel–sel yang paling

nyata mengalami diferensiasi adalah sel–sel epitel khusus, terutama

sel–sel goblet, yaitu sel kelenjar yang mensintesis dan mengeluarkan

mukus atau lendir. Semua permukaan tubuh, di luar dan di dalam

dilapisis oleh sel–sel epitel. Jaringan epitel yang menutupi tubuh di

luar dinamakan epidermis, sedangkan yang menutupi bagian dalam

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

28

dinamakan membran mukosa, yaitu yang menutupi permukaan dalam

saluran cerna, saluran sinus, dan sebagainya. Mukus melindungi sel–

sel epitel dari serbuan mikroorganisme dan partikel lain yang

berbahaya (Almatsier, 2009).

c. Fungsi kekebalan

Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada

hewan. Retinol berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi

limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan humoral)

(Almatsier, 2009).

d. Pertumbuhan dan perkembangan

Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, dengan demikian

terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan untuk

perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam

pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang

terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada hewan yang sedang

mengalami masa pertumbuhan apabila kekurangan vitamin A akan

terjadi kegagalan dalam pertumbuhan. Vitamin A dalam hal ini

berperan sebagai asam retinoat (Almatsier, 2009).

3. Vitamin B1 (Tiamin)

Almatsier (2009) mengemukakan tiamin dalam bentuk Koenzim

Tiamin Pirofosfat atau Trifosfat memegang peranan esensial dalam

transformasi energi, konduksi membran dan saraf serta dalam sintesis

pentosa dan bentuk koenzim tereduksi dari niasin. Tidak ada keuntungan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

29

mengkonsumsi tiamin melebihi kecukupan yang dianjurkan, karena

kelebihan akan diekskresi. Sebaliknya, kelebihan konsumsi tiamin tidak

akan menimbulkan bahaya keracunan. Kekurangan tiamin dapat terjadi

karena kurangnya konsumsi (biasanya disertai kurang konsumsi energi),

gangguan absorpsi, ketidak mampuan tubuh menggunakan tiamin, ataupun

karena kebutuhan energi meningkat. Kekurangan tiamin terlihat kurang

nafsu makan, kecanduan alkohol kronis, dan gangguan absorpsi. Gejala

klinis kekurangan tiamin menyangkut sistem saraf dan jantung.

4. Vitamin B2 ( Riboflavin)

Kekurangan riboflavin bisa terjadi secara bersamaan dengan

kekurangan vitamin larut air lain. Tanda–tanda kekurangan bisa terjadi

sebagai akibat kekurangan zat giai lain, anda–tanda awal kekurangan

riboflavin antara lain mata panas dan gatal, tidak tahan cahaya, kehilangan

ketajaman mata (Almatsier, 2009).

5. Vitamin B6

Piridoksin berada dalam otak dalam konsentrasi tinggi walaupun

pada taraf plasma rendah. Kelainan otak seperti demensia mungkin

disebabkan oleh kurangnya pengambilan vitamin-vitamin tertentu

terutama vitamin B6 oleh otak. Kekurangan vitamin B6 berat dapat

menimbulkan kerusakan pada sistem saraf pusat. Konsumsi vitamin B6

dalam jumlah berlebihan selama berbulan–bulan akan menyebabkan

kerusakan syaraf yang tidak dapt diperbaiki, dimulai dengan semutan pada

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

30

kaki, kemudian mati rasa pada tangan dan akhirnya tubuh tidak mampu

bekerja (Almatsier, 2009).

6. Vitamin B12 (Kobalamin)

Kekurangan vitamin B12 jarang terjadi karena kekurangan dalam

makanan, akan tetapi sebagian besar akibat penyakit saluran cerna atau

pada gangguan absorpsi dan transportasi. Karena vitamin B12 dibutuhkan

untuk mengubah folat menjadi bentuk aktifnya, salah satu gejala

kekurangan vitamin B12 adalah anemia karena kekurangan folat

(Almatsier, 2009).

7. Vitamin C

Vitamin C telah dikenal sebagai antioksidan potensial yang mampu

menangkap radikal bebas dalam tubuh serta mencegah hiperpigmentasi.

Radikal bebas dalam tubuh sendiri dapat meningkat pada kondisi tubuh

yang telah tua maupun karena paparan sinar matahari yang berlebihan.

Peningkatan konsumsi vitamin C dibutuhkan dalam keadaan stres

psikologik atau fisik, seperti pada luka, panas tinggi, atau suhu lingkungan

tinggi (Juzenene dan Moah, 2012).

8. Vitamin D

Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit di

mana tulang tidak mampu melakukan kalsifikasi. Vitamin D dapat

dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup

sinar matahari konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan.

Fungsi utama vitamin D adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

31

tulang bersama vitamin A dan vitamin C. Fungsi khusus vitamin D dalam

hal ini adalah membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar

kalsium dan fosfor tersedia di dalam darah untuk diendapkan pada proses

pengerasan tulang. Kekurangan vitamin D menyebabkan kelainan pada

tulang Kaki membengkok, ujung–ujung tulang panjang membesar (lutut

dan pergelangan), tulang rusuk membengkok (Almatsier, 2009).

9. Vitamin E

Vitamin E adalah nutrisi esensial yang berfungsi sebagai

antioksidan dalam tubuh. Defisiensi vitamin E dapat menimbulkan gejala

neurologi (Sesso et al., 2008).

10. Vitamin B-kompleks

Vitamin B kompleks adalah satu kelompok vitamin B yang

berperan dalam memperbaiki stamina tubuh. Vitamin B kompleks

memiliki manfaat yang sangat banyak untuk tubuh yang berkaitan dengan

energi. Menurut Sandjaja dan Atmarita (2009), pemberian larutan vitamin

B kompleks yang mengandung vitamin B9 (asam folat) dapat

mempercepat petumbuhan janin, mempercepat regenerasi sel,

pembentukan sel darah merah, dan menjaga kekebalan tubuh. Menurut

Sulaksono (2013), kelebihan mengonsumsi vitamin B-kompleks juga

dapat menyebabkan efek samping negatif pada tubuh. Konsumsi asam

folat pada dosis yang tidak terkontrol dapat menimbulkan gangguan

sistem saraf dan berakibat pada kematian.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

32

Kencernaan Rumput pada Kerbau

Ternak kerbau mempunyai kemampuan yang luar biasa dan spesifik dalam

hal memanfaatkan pakan yang kurang berkualitas

Tabel 2. Komparatif Feeding Behavior dan Fisiologi Pencernaan Kerbau dan Sapi

Karakteristik Kerbau Sapi

Jenis Pakan Sembarang/apa saja Terbatas/selektif

Konsumsi bahan kering pakan Relatif sedikit Relatif banyak

Pola makan Merumput Merumput

Level selektifitas terhadap pakan Kurang selektif Lebih selektif

Kapasitas rumen/perut Lebih besar Relatif kecil

Pergerakan rumen Relatif lambat Relatif cepat

Kecernaan Lebih efisien Kurang efisien

Laju Pakan Lama Cepat

Habitat Semi-aquatik Daratan kering

Sumber : Mudgal (1999); Devendra dan Imaizumi (1989); Wanapat (1989)

Tabel.2 memberi petunjuk bahwa ternak kerbau memiliki potensi yang

relatif mudah dari segi kapasitas fisiologi nutrisi dan feeding behaviour, sehingga

akan cocok hidup pada kondisi lingkungan yang bervariasi. Hal ini dimungkinkan

karena karakteristik fisiologi pencernaan dan kapasitas perut ternak kerbau yang

relatif besar (Devendra dan Imaizumi, 1989).

Mudgal (1999) menjelaskan bahwa ternak kerbau sangat tahan mengatasi

tekanan dan perubahan lingkungan yang sangat ekstrim misalnya perubahan

temperatur (heat load) atau perubahan fenologi vegetasi padang rumput.

Sanitasi

Sanitasi adalah suatu kegiatan meliputi kebersihan kandang dan

lingkungannya, karena dengan keadaan kandang serta lingkungan yang bersih,

kesehatan ternak maupun pemilikannya akan terjamin. Sanitasi merupakan salah

satu komponen utama biosekuriti. Beberapa tindakan dalam sanitasi antara lain

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ternak Kerbaueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1062/2/bab II.pdf · bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari

33

kebersihan kandang, kebersihan halaman kandang, kebersihan tempat pakan,

kebersihan tempat minum, serta kebersihan sumber air ataupun pakan (Liptan,

2010).