BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan...

21
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Air susu ibu (ASI) adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. Air susu ibu merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon bayi saat ia pada masa kehamilan. Pada masa kehamilan ibu, hormon tertentu merangsang payudara untuk memperbanyak saluran-saluran air susu dan kelenjar-kelenjar air susu. Air susu ibu merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan seperti sapi, susu kerbau dan lain-lainnya. Air susu ibu sangat menguntungkan ditinjau dari berbagai segi, baik segi gizi, kesehatan, ekonomi maupun sosio-psikologis. Air susu ibu merupakan makanan terbaik ciptaan Tuhan yang diperuntukkan bagi bayi yang baru dilahirkan. Makanan-makanan tiruan bagi bayi yang diramu menggunakan teknologi masa kini, ternyata tidak mampu menandingi keunggulan ASI. Sebab ASI, mempunyai nilai gizi paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan, seperti susu sapi, kerbau, atau kambing (Khasanah, 2011). 2.2 Pengertian ASI Eksklusif Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. Air susu ibu mengandung zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan. Diantaranya adalah menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernapasan, dan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu (ASI) adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu

melalui proses menyusui. Air susu ibu merupakan makanan yang telah disiapkan untuk

calon bayi saat ia pada masa kehamilan. Pada masa kehamilan ibu, hormon tertentu

merangsang payudara untuk memperbanyak saluran-saluran air susu dan kelenjar-kelenjar

air susu. Air susu ibu merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai

nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun

susu hewan seperti sapi, susu kerbau dan lain-lainnya. Air susu ibu sangat menguntungkan

ditinjau dari berbagai segi, baik segi gizi, kesehatan, ekonomi maupun sosio-psikologis.

Air susu ibu merupakan makanan terbaik ciptaan Tuhan yang diperuntukkan bagi bayi

yang baru dilahirkan. Makanan-makanan tiruan bagi bayi yang diramu menggunakan

teknologi masa kini, ternyata tidak mampu menandingi keunggulan ASI. Sebab ASI,

mempunyai nilai gizi paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh

manusia ataupun susu yang berasal dari hewan, seperti susu sapi, kerbau, atau kambing

(Khasanah, 2011).

2.2 Pengertian ASI Eksklusif

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang

bersifat alamiah. Air susu ibu mengandung zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI diberikan kepada bayi karena mengandung

banyak manfaat dan kelebihan. Diantaranya adalah menurunkan risiko terjadinya penyakit

infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernapasan, dan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

10

infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi

seperti penyakit alergi, obesitas, kurang gizi, asma, dan eksim. Selain itu ASI dapat pula

meningkatkan IQ dan EQ anak. Menyusi anak bisa menciptakan ikatan psikologis dan

kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindung dalam dekapan

ibunya, mendengar langsung degup jantung ibu, serta merasakan sentuhan ibu saat disusui

olehnya. Pedoman internasional menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif selama 6

bulan pertama. Hal tersebut didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya

tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberikan semua energi

dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan oleh bayi selama 6 bulan pertama setelah kelahirannya.

Yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6

bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,

serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan

nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat. WHO, UNICEF, dan Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April

2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam

rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan,

dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.

Selanjutnya demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan

pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2009).

2.3 Jenis ASI Berdasarkan Waktu Produksi

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 jenis. Diantaranya

adalah sebagai berikut (Roesli, 2000, Khasanah, 2011) :

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

11

1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan khusus yang disekresikan pada hari pertama

sampai ketiga kelahiran bayi. Cairan ini encer dan berwarna kuning-putih dan

seringkali menyerupai darah daripada susu. Kolostrum mengandung sel hidup

yang menyerupai “sel darah putih” yang dapat membunuh kuman penyakit.

Kolostrum merupakan pencahar yang ideal yang berguna untuk membersihkan

zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan

saluran pencernaan makanan bayi. Kolostrum lebih banyak mengandung protein

dibandingkan ASI yang matang. Kolostrum keluar pada hari pertama sampai

hari ke empat dengan komposisi yang selalu berubah dari hari ke hari. Jumlah

kolostrum yang dikeluarkan sangat bervariasi berkisar 10-100 ml/hari dengan

rata-rata sekitar 30 ml atau sekitar 3 sendok makan.

2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

ASI masa transisi adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum

menjadi ASI matang. ASI transisi diproduksi pada hari keempat hingga keempat

belas. Pada tahap ini, kadar protein berkurang sedangkan kadar karbohidrat dan

lemak serta volume ASI semakin meningkat.

3. ASI Matang (mature)

ASI matang adalah ASI yang diproduksi sejak hari keempat belas, dan

seterusnya. Pada tahapan ini, volume ASI mulai normal. ASI matang merupakan

nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai

usia 6 bulan. Setelah 6 bulan, ASI tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan gizi

bayi sehingga mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

12

2.4 Komposisi Air Susu Ibu

ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi (Suhardjo, 1992) yang

terdiri dari :

1. Kolostrum

Segera setelah melahirkan air susu ibu yang keluar berwarna kekuningkuningan,

kental dan agak lengket. Air susu ini disebut kolostrum dan ini diproduksi dalam

masa kira-kira seminggu pertama. Kemudian setelah itu air susu yang

diproduksi berwarna putih. Kolostrum berbeda dengan air susu ibu yang

berwarna putih dalam hal :

a. Lebih banyak protein

b. Lebih banyak immunoglobulin A dan laktoferrin dan juga sel-sel darah putih

yang berperan penting dalam mencegah timbulnya infeksi penyakit.

c. Kurang dalam hal lemak dan laktose

d. Lebih banyak vitamin A

e. Lebih banyak natrium dan seng

2. Protein

Kandungan protein air susu ibu sepertiga dari susu sapi. Hampir semua protein

dari susu sapi berupa kasein dan hanya sedikit berupa “soluble whey protein”.

Kasein membentuk gumpalan liat dalam perut bayi. Air susu ibu mengandung

total protein lebih rendah tetapi lebih banyak “soluble whey protein”. Whey

membentuk gumpalan lebih lunak yang lebih mudah dicernakan dan diserap.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

13

3. Lemak

Sekitar separuh dari energi air susu ibu berasal dari lemak yang mudah diserap

dibandingkan dengan susu sapi. Hal ini karena adanya enzim lipase dalam ASI.

Kandungan lemak total ASI bervariasi antara ibu satu dengan lainnya dari satu

fase laktasi ke fase lainnya. Air susu yang pertama keluar selama menyusui

disebut susu awal (foremilk). Cairan ini mengandung kira-kira 1-2 persen lemak

dan tampak encer. Air susu encer ini membantu memberikan kepuasan kepada

bayi yang merasa haus waktu mulai minum air susu ibu. Air susu berikutnya

disebut susu akhir (hindmilk) yang mengandung lemak paling sedikit tiga atau

empat kali lebih banyak daripada susu mula. Ini memberi hampir seluruh energi,

oleh karena itu merupakan hal yang sangat penting bahwa bayi harus

mendapatkan susu akhir tersebut.

4. Laktose

Zat gizi ini merupakan komponen utama karbohidrat dalam air susu ibu. Jumlah

laktose dalam ASI tidak banyak bervariasi antara ibu-ibu yang menyusui.

Dibandingkan dengan susu sapi, kandungan laktose dalam ASI lebih banyak.

Disamping merupakan sumber energi yang mudah dicerna, beberapa laktose

diubah menjadi asam laktat. Asam ini membantu mencegah pertumbuhan

bakteri yang tak diinginkan dan mungkin membantu dalam penyerapan kalsium

dan mineral-mineral lainnya.

5. Mineral

Susu ibu mengandung sedikit kalsium dibandingkan dengan susu sapi, tetapi

karena kalsium ASI mudah diserap maka kalsium ASI cukup dapat memenuhi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

14

kebutuhan bayi. Dalam kedua macam air susu itu kandungan zat besinya rendah.

Namun sekitar 71,5 persen besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan dari bahan

makanan lainnya hanya 5-10 persen. Selain itu simpanan besi pada bayi sudah

cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama bulan-bulan pertama dalam

hidupnya. Air susu ibu juga mengandung natrium, kalium, fosfor, dan khlor

yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu

sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.

6. Vitamin

Apabila makanan ibu cukup seimbang, maka vitamin-vitamin yang dibutuhkan

bayi selama 4-6 bulan pertama dapat dipenuhi dari air susu ibu. Hanya dijumpai

sedikit vitamin D dalam lemak ASI, namun bagi bayi yang mendapatkan air

susu ibu dalam periode yang cukup, jarang menderita riketsia selama

memperoleh sinar matahari yang cukup. Akhir-akhir ini fraksi vitamin D yang

larut dalam air ditemukan. Fungsi substansi ini masih terus dipelajari, namun

diperkirakan bahwa zat tersebut merupakan suplemen vitamin D dalam lemak.

Jumlah vitamin, vitamin A dan vitamin C bervariasi tergantung pada makanan

ibunya.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Proses menyusui selama awal minggu pertama merupakan masa kritis yang

menentukan produksi ASI. Keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh kondisi sebelum

kehamilan dan saat menyusu. Kondisi sebelum kehamilan itu sendiri, juga ditentukan oleh

perkembangan payudara saat lahir maupun saat pubertas. Keberhasilan menyusui

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

15

tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI (Siregar, 2004,

Khasanah, 2011) diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak

secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.

Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila

sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak

mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-

kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan

sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Siregar,

2004). Ibu membutuhkan kalori tambahan 300-500 kalori per hari untuk

memproduksi ASI. Ibu yang menyusui diajurkan makan dalam porsi yang lebih

banyak dari biasanya. Ibu juga dianjurkan untuk tidak mengonsumsi makanan

yang berlemak tinggi dan mengandung gula dan minuman bersoda. Unsur gizi

dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi

ditambah 1 butir telur. Jadi, diperlukan energi yang sama dengan jumlah energi

yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar ibu menghasilkan

1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk

keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.

Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan,

maka akan terjadi kemunduran dalam produksi ASI. Terlebih, jika pada masa

kehamilan ibu, juga mengalami kekurangan gizi. Oleh karena itu, tambahan

makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui mutlak diperlukan. Di

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

16

samping bahan makanan sumber protein, seperti ikan, telur dan kacang-

kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin

kadar berbagai vitamin dalam ASI.

2. Frekuensi Menyusui

Frekuensi menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI. Semakin sering

menyusui, akan semakin meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu, berikan

ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi. Berdasarkan hasil penelitian,

produksi ASI akan optimal ketika ibu menyusui bayinya 8 kali atau lebih per

hari selama 1 bulan awal menyusui.

3. Menyusui Sesuai Keinginan Bayi

Menyusui yang tidak dijadwal atau menyusui sesuai keinginan bayi, ternyata

dapat meningkatkan produksi ASI pada 2 minggu pertama. Hal ini menunjukkan

bahwa produksi ASI lebih dipengaruhi oleh kebutuhan bayi dibandingkan

kapasitas ibu untuk memproduksi ASI. Artinya, ASI akan diproduksi sesuai

kebutuhan bayi.

4. Keadaan Psikologis Ibu

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Saat menyusui, seorang

ibu memerlukan ketenangan pikiran dan sebaliknya jauh dari perasaan tertekan

(stress) karena akan berpengaruh terhadap produksi ASI dan kenyamanan bayi

saat menyusu. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa

tertekan mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Terkadang ibu merasa

tidak percaya diri karena ASI-nya kurang. Ditambah lagi pendapat dan saran

yang salah dari orang lain menyebabkan ibu cepat berubah fikiran dan menjadi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

17

stres. Akibatnya, bisa menekan refleks sehingga ASI tidak berproduksi dengan

baik.

5. Pengaruh Sarana Kesehatan

Tempat melahirkan diduga berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif oleh

ibu kepada bayinya. Ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan yang

menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui mempunyai

kesempatan yang besar untuk memberikan ASI secara eksklusif. Hal ini

berkaitan dengan diterapkannya 10 langkah menuju keberhasilan menyusui di

fasilitas kesehatan. Tetapi banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang

kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan

di rumah sakit atau klinik bersalin yang tidak menerapkan 10 langkah menuju

keberhasilan menyusui. Sebab, melahirkan di rumah sakit lebih menitikberatkan

pada upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, dan ibu maupun

anaknya berada dalam keadaan selamat dan sehat, sementara masalah

pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Makanan pertama yang diberikan,

justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak

mendidik pada ibu, dan ia selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih baik dari

ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin

dipasang gambar atau poster-poster yang memuji penggunaan susu formula.

6. Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandung Estrogen dan Progesteron

Kontrasepsi pil tidak dianjurkan digunakan untuk ibu yang melakukan program

ASI eksklusif. Hal ini karena kontrasepsi pil mengandung hormon estrogen yang

dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

18

ASI secara keseluruhan. Kontrasepsi yang dianjurkan adalah kontrasepsi dalam

rahim yaitu IUD atau spiral. Karena IUD dapat merangsang uterus ibu sehingga

secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu

hormon yang dapat merangsang produksi ASI.

2.6 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

- Manfaat Bagi Bayi

Menurut Roesli (2000) manfaat ASI pada bayi adalah sebagai berikut:

1. Sebagai nutrisi terbaik karena sumber gizi yang ideal dengan komposisi

seimbang yang sesuai dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan.

2. Meningkatkan daya tahan tubuh, karena mengandung berbagai zat antibodi

yang mencegah terjadinya infeksi.

3. Meningkatkan kecerdasan, karena ASI mengandung asam lemak (DHA,

AA/Arachidonic Acid, omega-3, omega-6) yang diperlukan untuk

pertumbuhan otak.

4. Meningkatkan jalinan kasih sayang.

5. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.

6. Bayi yang menyusu pada ibunya, pertumbuhan gigi gerahamnya lebih baik.

7. Buah dada ibu telah diciptakan sedemikian rupa sehingga waktu bayi

menghisap, kemungkinan bayi akan tersedak lebih kecil.

- Manfaat Bagi Ibu

Adapun menurut Roesli (2000) manfaat ASI eksklusif pada ibu bila memberikan

ASI eksklusif yaitu:

1. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

19

2. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada ibu menyusui terjadi

peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan

pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

3. Mempercepat pemulihan kesehatan.

4. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang

aman, murah dan cukup berhasil.

5. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat

membantu rahim ke ukuran semula seperti sebelum hamil.

6. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan energi maka

tubuh akan mengambil lemak dari lemak yang tertimbun selama hamil.

7. Mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara.

8. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk susu

formula.

9. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan dengan segera

tanpa harus menyiapkan atau memasak air.

10. Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saat

berpergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk menyusui.

11. Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam karena

telah berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

- Manfaat Bagi Keluarga

Prasetyono (2009) menyebutkan beberapa hal yang menjadi keuntungan bagi

keluarga dengan memberikan ASI eksklusif yaitu:

1. Menyusui menciptakan suasana hangat dan harmonis

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

20

2. Kedekatan bayi dan ibu yang terus menerus akan menjadi dasar yang kuat

3. Membangun hubungan psikososial yang kuat dalam keluarga

4. Hemat dan mengurangi biaya pengobatan karena bayi jarang sakit

5. Tidak memerlukan dana khusus

6. Keluarga menjadi bahagia karena ibu dan anak sehat

- Manfaat Bagi Negara

Pemberian ASI akan dapat menghemat pengeluaran negara untuk pemberian susu

formula, perlengkapan menyusui serta biaya menyiapkan susu. Menyusui juga dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi serta mengurangi subsidi rumah sakit

untuk perawatan ibu dan anak, sehingga menciptakan generasi penerus bangsa yang

tangguh dan berkualitas untuk membangun negara (Roesli, 2009).

- Manfaat ASI Bagi Lingkungan

ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi udara. Dengan hanya

memberi ASI manusia tidak memerlukan kaleng susu, karton dan kertas pembungkus,

botol plastik dan dot karet. Karena untuk membuat ASI tidak memerlukan pabrik yang

mengeluarkan asap dan tidak memerlukan alat trasportasi (Roesli, 2009).

2.7 Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Lawrence Green (1980) menganalisis determinan perilaku kesehatan dan

menyebutkan ada 3 faktor yang menjadi penyebab perilaku yaitu faktor predisposisi,

faktor pemungkin, dan faktor penguat. Setiap faktor tersebut memiliki pengaruh yang

berbeda terhadap perilaku.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

21

1. Faktor predisposisi (predisposing factors) merupakan faktor yang menjadi

dasar atau motivasi bagi perilaku. Faktor predisposisi meliputi pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan faktor demografi seperti usia,

pendidikan dan pekerjaan.

2. Faktor pemungkin (enabling factors) mencakup berbagai keterampilan dan

sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya

meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan berbagai sumber daya,

biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka, dan keterampilan petugas

kesehatan.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor yang menentukan apakah

tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat

bergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor penguat terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

22

Gambar. 2.1

Teori Determinan Perilaku menurut Green (1980)

Faktor Predisposisi

Pengetahuan

Keyakinan

Nilai

Sikap

Variabel Demografi

Faktor Penguat

Keluarga

Teman

Guru

Majikan

Tenaga Kesehatan

Masyarakat

Faktor Pemungkin

Ketersediaan sumber daya

kesehatan

Aksesbilitas sumber daya

kesehatan (biaya, jarak,

transportasi, jam buka)

Komitmen masyarakat /

pemerintah terhadap kesehatan

Keterampilan petugas

kesehatan

Perilaku Spesifik

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

23

2.7.1 Umur Ibu

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan. Umur sangat

menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan

nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun

masih belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi

kehamilan, serta persalinan. Sedangkan ibu yang berumur 20-30 tahun disebut masa

dewasa, dimana pada masa ini diharapkan telah mampu memecahkan masalah yang

dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, nifas

dan merawat bayinya nanti, serta keterpaparan mengenai informasi ASI eksklusif

cenderung lebih besar. Sedangkan pada usia >30 tahun informasi yang didapat kurang,

karena pada usia tersebut sebagian besar ibu dianjurkan tidak hamil lagi untuk mencegah

terjadinya komplikasi (Depkes RI, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Sariyanti (2015)

menunjukkan bahwa umur berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,022),

dengan proporsi responden yang berumur 20 – 30 tahun pada pemberian ASI eksklusif

sebesar 62,9% sedangkan responden yang berumur <20 dan >30 tahun pada pemberian

ASI eksklusif sebesar 30,6%.

2.7.2 Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di

luar rahim. Semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi produkvitias ASI

karena berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelahan. Pikiran, perasaan dan

sensasi seorang ibu sangat mempengaruhi peningkatan atau penghambat pengeluaran

oksitosin yang sangat berperan dalam pengeluaran ASI (Roesli, 2005). Menurut Neil, WR

yang dikutip oleh Ramadani (2009), jumlah persalinan yang pernah dialami memberikan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

24

pengalaman pada ibu dalam memberikan ASI kepada bayi. Penelitian di Brazil

menyebutkan bahwa paritas mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif, yaitu ibu

dengan paritas 1 (primipara) mempunyai kecenderungan mengalami permasalahan dalam

menyusui bayi yang dilahirkannya, masalah yang paling sering muncul adalah puting susu

yang lecet akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki atau belum siap menyusui secara

fisiologis (Venancio, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) bahwa paritas

berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,043), dengan proporsi responden

yang mempunyai paritas lebih dari 1 kali pada pemberian ASI eksklusif sebesar 31,4%

sedangkan responden yang mempunyai paritas 1 kali pada pemberian ASI eksklusif

sebesar 16,4%.

2.7.3 Pendidikan Ibu

Pendidikan adalah segala upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang

lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan, sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi

pendidikan dibidang kesehatan (Lawrence Green: 1980 dalam Notoatmodjo 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang

tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Mereka yang

berpendidikan tinggi akan berbeda dengan mereka yang berpendidikan rendah. Tingkat

pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi

pengetahuan baru khususnya hal-hal yang berhubungan dengan ASI Eksklusif. Hasil

penelitian (Anggriani, 2013) menunjukkan ada hubungan bermakna antara tingkat

pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,024), dengan proporsi responden yang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

25

berpendidikan tinggi pada pemberian ASI eksklusif sebesar 44,4%, sedangkan responden

yang berpendidikan rendah pada pemberian ASI eksklusif sebesar 20,4%.

2.7.4 Pekerjaan Ibu

Bagi ibu yang bekerja, upaya pemberian ASI eksklusif sering kali mengalami

hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan. Sebelum pemberian ASI

eksklusif berakhir secara sempurna, dia harus kembali bekerja. Kegiatan atau pekerjaan

ibu sering kali dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, terutama yang

tinggal di perkotaan (Prasetyono, 2009). Di kota besar ada kecendrungan makin banyak

ibu yang tidak memberi ASI pada bayi nya dengan alasan ibu bekerja. Walaupun

sebenarnya ibu bekerja dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya bila ibu tersebut

memiliki pengetahuan tentang menyusui, memerah ASI serta menyimpan ASI

(Soetjiningsih, 1997). Peningkatan jumlah angkatan kerja wanita ini menyebabkan banyak

ibu yang harus meninggalkan bayi sebelum usia 6 bulan karena masa cuti sudah habis

(Depkes, 2005). Hasil penelitian (Madani, 2013) menunjukkan ada hubungan bermakna

antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,001), dengan proporsi responden

yang tidak bekerja pada pemberian ASI eksklusif sebesar 41,5%, sedangkan responden

yang bekerja pada pemberian ASI eksklusif sebesar 9,8%.

2.7.5 Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

26

Behavior). Pengalaman penelitian menyatakan ternyata perilaku yang disadari oleh

pengetahuan lebih baik dari pada perilaku yang tidak disadarai oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian Septia (2012) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,003),

dengan proporsi responden yang berpengetahuan baik pada pemberian ASI eksklusif

sebesar 38,9% sedangkan ibu yang berpengetahuan kurang pada pemberian ASI eksklusif

sebesar 11,8%.

2.7.6 Sikap Ibu terhadap ASI Eksklusif

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

stimulus atau objek dan manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku

(Notoatmodjo, 2007). Seorang ibu yang tidak pernah mendapat nasehat atau pengalaman,

penyuluhan tentang ASI dan seluk beluknya dari orang lain, maupun dari buku - buku

bacaan dapat mempengaruhi sikapnya pada saat ibu tersebut harus menyusui. Sikap

seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang dipunyainya dan ia akan memberikan sikap

negatif terhadap ASI, jika pengetahuan tentang hal itu kurang (Haryati, 2006). Ibu yang

berhasil menyusui anak sebelumnya dengan pengetahuan dan pengalaman cara pemberian

ASI secara baik dan benar akan menunjang laktasi berikutnya. Sebaliknya, kegagalan

menyusui pada masa lalu akan mempengaruhi sikap seorang ibu terhadap penyusuan

sekarang. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam diri ibu dalam menyusui

anaknya. Pengetahuan tentang ASI, nasehat, pengalaman, penyuluhan, bacaan, pandangan

dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat akan membentuk sikap ibu yang positif

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

27

terhadap menyusui (Depkes RI, 2005). Penelitian Rubinem (2012) menunjukkan

hubungan bermakna antara sikap dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,01), dengan

proporsi responden yang positif pada pemberian ASI eksklusif sebesar 34,7% sedangkan

responden dengan sikap negatif pada pemberian ASI eksklusif sebesar 11,8%.

2.7.7 Pendapatan Keluarga

Tingkat ekonomi dalam kehidupan sosial memegang peranan penting karena

tingkat ekonomi sosial yang baik atau cukup akan memberi kemudahan akses terhadap

pelayanan dan fasilitas kesehatan serta tingkat konsumsi makan bergizi dalam keluarga

yang berkaitan dengan produksi dan kualitas pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui

sedangkan jika keluarga memiliki tingkat ekonomi sosial yang rendah akan

mengakibatkan kurangnya daya beli untuk mencukupi kebutuhan keluarga, hal ini akan

berdampak kurangnya tingkat kecukupan gizi dan produksi ASI bagi ibu menyusui

(Depkes RI, 2005). Hasil penelitian Fatmawati (2013) menunjukkan terdapat hubungan

status ekonomi dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,041), dengan proporsi responden

yang mempunyai status ekonomi tinggi pada pemberian ASI eksklusif sebesar 24,2%

sedangkan responden yang mempunyai status ekonomi rendah pada pemberian ASI

eksklusif sebesar 10,5%.

2.7.8 Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi menyusu segera

setelah lahir. Bayi diletakkan diatas perut ibunya sehingga terjadi kontak kulit langsung

dengan kulit ibunya setidaknya dalam satu jam segera setelah lahir dengan cara bayi

merangkak mencari payudara. Pada jam pertama, bayi berhasil menemukan payudara ibu

yang merupakan awal hubungan menyusui antara bayi dan ibunya, yang akhirnya

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

28

berkelanjutan dalam kehidupan ibu dan bayi. IMD dapat melatih motorik bayi, dan

sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin antara ibu dan bayi. Untuk

melakukan IMD, dibutuhkan waktu, kesabaran, serta dukungan dari keluarga (Roesli,

2008). Cara bayi melakukan inisisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau

merangkak mencari payudara. Berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif selama enam

bulan, proses IMD ini menjadi salah satu faktor penentu keberhasilannya. Dengan

mempraktekkan IMD, maka produksi ASI akan terstimulasi sejak dini, sehingga tidak ada

lagi alasan “ASI kurang”, atau “ASI tidak keluar” yang seringkali menjadi penghambat

ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. (Depkes RI,

2008). Dengan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI-nya sehingga

tidak merasa perlu untuk memberikan makanan/minuman apapun kepada bayi karena bayi

bisa nyaman menempel pada payudara ibu segera setelah lahir (Fikawati S, 2009).

Penelitian Ida (2012) menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara IMD dengan

pemberian ASI eksklusif (p = 0,024), proporsi responden yang melakukan IMD pada

pemberian ASI eksklusif sebesar 36,7% sedangkan responden yang tidak melakukan IMD

pada pemberian ASI eksklusif sebesar 19,6%.

2.7.9 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang pada prinsipnya adalah

suatu kegiatan baik bersifat emosional maupun psikologis yang diberikan kepada ibu

menyusui dalam memberikan ASI. Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat

atau penyuluhan tentang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya ketika ia

harus menyusui sendiri bayinya (Lubis, 2000). Dari semua dukungan bagi ibu menyusui

dukungan suami adalah dukungan yang berarti bagi ibu. Suami dapat berperan aktif dalam

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id 2.pdf · 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring

29

keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Suami cukup memberikan dukungan secara

emosional dan bantuan-bantuan praktis seperti mengganti popok dan lain-lain (Roesli,

2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Septia (2012) menunjukkan terdapat

hubungan dukungan keluarga baik dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,005), dengan

proporsi responden dengan dukungan keluarga baik pada pemberian ASI eksklusif sebesar

40,4% sedangkan responden yang kurang mendapat dukungan keluarga pada pemberian

ASI eksklusif sebesar 8,3%.

2.7.10 Dukungan Petugas Kesehatan

Semua fasilitas kesehatan memiliki peranan penting untuk mendukung menyusui.

Tidak hanya unit perawatan persalinan yang memiliki tanggung jawab. Petugas kesehatan

bisa berbuat banyak untuk mendukung dan mendorong wanita yang ingin menyusui

bayinya. Bila petugas tidak secara aktif mendukung menyusui, maka mereka mungkin

secara tidak sengaja telah menghalanginya (Depkes RI, 2009). Setiap kontak yang dimiliki

seorang petugas kesehatan dengan seorang ibu adalah merupakan kesempatan untuk

mendorong dan mempertahankan menyusui. Saat menimbang bayi, penting sekali

mendiskusikan tentang menyusui (Roesli, 2001). Penelitian Rubinem (2012)

menunjukkan hubungan bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian

ASI eksklusif (p = 0,004), dengan proporsi responden yang mendapat dukungan petugas

kesehatan pada pemberian ASI eksklusif yaitu 33,9% sedangkan responden yang kurang

mendapat dukungan petugas kesehatan pada pemberian ASI eksklusif yaitu 7,3%.