BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah...

20
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu merupakan referensi bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Indriawan, dkk. pada tahun 2014 yang berjudul “Analisis Pengelolaan Obat di Puskemas Gaya Baru V Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab ketidaksesuaian pelaksanaan pengelolaan obat tersebut.Jenis penelitian ini adalah kualitatif, menggali sejauh mana sistem pengelolaan obat di Puskemas. Sifat penelitian ini adalah evaluatif (evaluation research), dengan informan Kepala Puskemas Gaya Baru V, petugas pengelola gudang obat Puskemas, kepala Puskemaspembantu dan staf Instalasi GFK, pengambilan data dilakukan wawancara mendalam dan observasi. Teknik pengolahan data dengan cara analisis isi. Hasil dari penelitian ini adalah pengadaan/permintaan obat di Puskemas sudah sesuai dengan aturan yang berlaku, penyimpanan obat di Puskemas sudah menggunakan metode FEFO dan FIFO, tidak ada penghapusan obat di Puskemas, perencanaan kebutuhan obat di Puskemas belum sepenuhnya memenuhi tahap-tahap, yaitu belum menggunakan tahap seleksi ilmiah medik dan statistic, pendistribusian obat di Puskemas belum berjalan dengan baik, hal tersebut karena kurangnya sumber daya manusia yang ada. Penelitian yang dilakukan oleh Husnawati, dkk.pada tahun 2016 yang berjudul “Sistem Pengelolaan Obat di Puskemas Di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Riau”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan obat di Puskemas ditinjau dari aspek perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, serta pencatatan dan pelaporan obat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskemas. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional yang bersifat deskriptif analitik.Responden berjumlah 4 Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu merupakan referensi bagi peneliti untuk

melakukan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Indriawan, dkk.

pada tahun 2014 yang berjudul “Analisis Pengelolaan Obat di Puskemas

Gaya Baru V Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab ketidaksesuaian

pelaksanaan pengelolaan obat tersebut.Jenis penelitian ini adalah kualitatif,

menggali sejauh mana sistem pengelolaan obat di Puskemas. Sifat

penelitian ini adalah evaluatif (evaluation research), dengan informan

Kepala Puskemas Gaya Baru V, petugas pengelola gudang obat Puskemas,

kepala Puskemaspembantu dan staf Instalasi GFK, pengambilan data

dilakukan wawancara mendalam dan observasi. Teknik pengolahan data

dengan cara analisis isi. Hasil dari penelitian ini adalah

pengadaan/permintaan obat di Puskemas sudah sesuai dengan aturan yang

berlaku, penyimpanan obat di Puskemas sudah menggunakan metode

FEFO dan FIFO, tidak ada penghapusan obat di Puskemas, perencanaan

kebutuhan obat di Puskemas belum sepenuhnya memenuhi tahap-tahap,

yaitu belum menggunakan tahap seleksi ilmiah medik dan statistic,

pendistribusian obat di Puskemas belum berjalan dengan baik, hal tersebut

karena kurangnya sumber daya manusia yang ada.

Penelitian yang dilakukan oleh Husnawati, dkk.pada tahun 2016

yang berjudul “Sistem Pengelolaan Obat di Puskemas Di Kecamatan

Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu – Riau”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengelolaan obat di Puskemas ditinjau dari aspek

perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, serta

pencatatan dan pelaporan obat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskemas. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

observasional yang bersifat deskriptif analitik.Responden berjumlah 4

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

5

(empat) orang yang terdiri dari petugas pengelolaan obat yang ada di

Puskemas Kecamatan Rambah Samo yaitu Puskemas Rambah Samo I dan

Puskemas Rambah Samo II.Pengumpulan data dilakukan dengan teknik

wawancara bebas terpimpin serta pengamatan terhadap fisik ruangan dan

dokumen terkait pengelolaan obat. Hasil penelitian pengelolaan obat di

Puskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan

pada Puskemas Rambah Samo II kategori baik dengan persentase 66,20%.

Terdapat perbedaan signifikan pengelolaan obat di Puskemas Rambah

Samo I dan Puskemas Rambah Samo II, dimana nilai p = 0,033 (p < 0,05).

Penelitian yang dilakukan oleh Supardi,dkk pada tahun 2012 yang

berjudul “Evaluasi Peran Apoteker Berdasarkan Pedoman Pelayanan

Kefarmasian Di Puskemas”. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

informasi tentang peran apoteker di Puskemas dan permasalahan dalam

pelayanan kefarmasian di Puskemas.Penelitian potong lintang (cross

sectional) dengan pendekatan kualitatif dilakukan terhadap instansi yang

terkait dengan peran apoteker di Puskemas pada tahun 2011.Informan

penelitian untuk wawancara mendalam adalah Dinkes Kabupaten/Kota

dan Kepala Puskemas. Analisis data secara deskriptif kualitatif dengan

metode triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.

Hasil dari penelitian ini adalah pengelolaan obat di Puskemas sudah

berjalan baik, hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, penelitian

terhadap kinerja pengelola obat di Puskemas menunjukkan pengelola obat

di Kota Bekasi (apoteker) mempunyai kinerja yang cukup baik, terdapat

hubungan yang bermakna antara faktor internal (pendidikan apoteker/AA)

dengan kinerja pengelola obat Puskemas, tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara faktor eksternal (supervisi, imbalan, fasilitas dan beban

kerja) dan kinerja pengelola obat Puskemas.

Penelitian yang dilakukan oleh Chaira, dkk. pada tahun 2016 yang

berjudul “Evaluasi Pengelolaan Obat pada Puskemas di Kota Pariaman”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan obat padatujuh

Puskemas di kota Pariaman, berdasarkan indikator pengelolaan obat yang

ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI. Penelitian ini adalah penelitian

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

6

deskriptif-evaluatif, dengan metode kuantitatif dan kualitatif,

menggunakan data retrospektif tahun 2013 dan 2014. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kesesuaian jenis obat yang tersedia dengan DOEN :

64,70%-73,51%, ketepatan permintaan obat 2,28%-24,47%, ketepatan

distribusi obat, 4,66%-35,59%, persentaseobat yang tidak diresepkan,

5,00%-23,49%, persentase peresepan obat generik 97,27%-100%,

persentase perbedaan pencatatan kartu stok dengan jumlah fisik obat,

0,00%-13,13%, maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan obat pada

Puskemas di kota Pariaman belum baik, karena belum sesuai dengan

standar yang ditetapkan.

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu adalah

variabel penelitian.Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian

yaitu variabel bebas berupa keberadaan Apoteker di Puskemas, variabel

terikat berupa pengelolaan obat di Puskemas, dan variabel penganggu

berupa masa kerja dan beban kerja. Perbedaan yang selanjutnya yaitu

analisis hasil, hasil yang diperoleh akan dibandingkan pengelolaan obat di

Puskemas sebelum dan sesudah ada apoteker pada masatransisi pengelola

unit farmasi dan dianalisis apakah terdapat pengaruh keberadaan apoteker

pada masa transisi pengelola unit farmasi terhadap pengelolaan obat di

Puskemas.

B. Landasan Teori

1. Puskemas

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Pusat Kesehatan

Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskemas adalah unit

pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung

jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

kerja. Puskemas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang

menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

7

(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan(Kemenkes RI, 2016).

Secara nasional standar wilayah kerja Puskemas adalah satu

kecamatan.Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu

Puskemas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar

Puskemas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu

desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW).Visi pembangunan

kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskemas adalah tercapainya

kecamatan sehat.Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu

lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang

bermutu dan serajat kesehatan penduduk.Misi pembangunan

kesehatan yang diselenggarakan Puskemas adalah mendukung

tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk

mencapai visi tersebut, Puskemas menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan

perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskemas perlu

ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu(Kemenkes

RI, 2016).

Sumber daya manusia Puskemas terdiri atas tenaga kesehatan

dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan

tenaga non kesehatan. Jenis tenaga kesehatan paling sedikit terdiri

atas dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan,

tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli

teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian.

Tenaga kesehatan di Puskemas harus bekerja sesuai dengan standar

profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika

profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan

dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan

kesehatan dirinya dalam bekerja. Setiap tenaga kesehatan yang

bekerja di Puskemas harus memiliki surat izin praktik sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga non kesehatan

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

8

harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi

keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di

Puskemas(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

2014Puskemas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama

yang dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya

kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan

masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.

Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:

a. Pelayanan promosi kesehatan;

b. Pelayanan kesehatan lingkungan;

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;

d. Pelayanan gizi; dan

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

2. Apoteker

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan

obat pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,

serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.Tenaga

kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian,

yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker

adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah

mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian

adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan

Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi,

dan Analis Farmasi.Tenaga kefarmasian melakukan praktik

kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian, salah satunya

Puskemas(Peraturan Pemerintah No 51, 2009).

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

9

3. Pengelolaan Obat

Pengelolaan obat merupakan salah satu kegiatan pelayanan

kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan

dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah

untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan obat

yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan

kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem

informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu

pelayanan (Kemenkes RI, 2016).

a. Ruang Lingkup Pengelolaan Obat

1) Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat

yang berfungsi untuk menentukan jenis dan jumlah obat

dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskemas(Kemenkes

RI, 2016).

Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:

a) Perkiraan jenis dan jumlah obat yang kebutuhan

Puskemas;

b) Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan

c) Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Proses seleksi obat dilakukan dengan

mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat pada

periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan

rencana pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar

Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional.

Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang

ada di Puskemas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan

perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan

pengobatan. Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi

per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up).

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

10

Puskemasdiminta menyediakan data pemakaian obat dengan

menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan

Obat (LPLPO) (Kemenkes RI, 2016).

Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan

melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan

Sediaan Farmasi Puskemas di wilayah kerjanya,

menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan

memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta

menghindari stok berlebih (Kemenkes RI, 2016).

2) Permintaan

Permintaan obat dalam ilmu manajemen farmasi disebut

pula sebagai pengadaan obat. Menurut Satibi(2014), pengadaan

adalah suatu proses untuk mendapatkan barang atau obat

yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kesehatan di

rumah sakit. Termasuk dalam pengadaan adalah pengambilan

keputusan dan tindakan untuk menentukan jumlah obat yang

spesifik, harga yang harus dibayar, kualitas obat yang

diterima, pengiriman barang tepat waktu, proses berjalan

lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga berlebihan.

Pemborosan waktu, tenaga dan dana akan meningkatkan

biaya obat dan akan menurunkan kualitas pelayanan.

Pengadaan merupakan faktor terbesar menyebabkan

pemborosan maka perlu dilakukan efisiensi dan penghematan

biaya. Agar proses pengadaan dapat berjalan lancar dan

teratur diperlukan struktur komponen berupa personil yang

terlatih dan menguasai permasalahan pengadaan, metode dan

prosedur yang jelas, sistem informasi yang baik, serta

didukung dengan dana dan fasilitas yang memadai.

Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan

obat di Puskemas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan

yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

11

Permintaan = SO – SS

peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah

daerah setempat(Kemenkes RI, 2016).

Menurut Kemenkes RI(2010), kegiatan yang

dilakukan pada tahap permintaan adalah sebagai berikut :

a) Menentukan jenis permintaan obat

1. Permintaan rutin yang dilakukan sesuai dengan

jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota untuk masing-masing Puskemas.

2. Permintaan khusus dilakukan di luar jadwal

distribusi rutin dan dilakukan apabila ¾ kebutuhan

obat meningkat, ¾ terjadi kekosongan, ¾ adanya

kejadian luar biasa (KLB / Bencana).

b) Menentukan jumlah permintaan obat

Data yang diperlukan antara lain :

1. Data pemakaian obat periode sebelumnya.

2. Jumlah kunjungan resep.

3. Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota.

4. Sisa Stok.

c) Menghitung kebutuhan obat dengan cara :

Jumlah untuk periode yang akan datang

diperkirakan sama dengan pemakaian pada periode

sebelumnya.

Untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan

dengan rumus :

Keterangan :

SO = Stok optimum

SK = Stok Kerja (Stok pada periode berjalan)

SO = SK + SWK + SWT + SP

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

12

SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu

kekosongan obat

SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu

tunggu(LeadTime )

SP = Stok penyangga

SS = Sisa Stok

3) Penerimaan

Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam

menerima obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau

hasil pengadaan Puskemas secara mandiri sesuai dengan

permintaan yang telah diajukan Puskemas. Yang bertujuan

agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan

permintaan yang diajukan oleh Puskemas, dan memenuhi

persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu(Kemenkes RI,

2016).

Tenaga Kefarmasian yang ada di Puskemas dalam

kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban

penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan

obat dengan kelengkapan catatan yang menyertainya. Tenaga

kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap obat

yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan

jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen LPLPO,

ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh

Kepala Puskemas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga

Kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa

minimal dari obat yang diterima disesuaikan dengan periode

pengelolaan di Puskemas ditambah satu bulan (Kemenkes

RI, 2016).

4) Penyimpanan

Penyimpanan obat merupakan suatu kegiatan

pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar

aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

13

kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan

yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu Sediaan

Farmasi yang tersedia di Puskemas dapat dipertahankan

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan(Kemenkes RI,

2016).

Menurut Kemenkes RI (2016), penyimpanan obat

dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

a) Bentuk dan jenis sediaan;

b) Kondisi yang susai syarat dalam penandaan di kemasan,

seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;

c) Mudah atau tidaknya meledak/terbakar;

d) Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

e) Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak

dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang

menyebabkan kontaminasi.

Menurut Kemenkes(2010), untuk menjaga mutu obat

perlu diperhatikan kondisi penyimpanan sebagai berikut :

a) Kelembaban

Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan

sehingga mempercepat kerusakan. Untuk menghindari

udara lembab tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya

berikut :

1. Ventilasi harus baik, jendela dibuka.

2. Simpan obat ditempat yang kering.

3. Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan

terbuka.

4. Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC.

Karena makin panas udara di dalam ruangan maka

udara semakin lembab.

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

14

5. Biarkan pengering (silica gel) tetap dalam wadah

tablet dan kapsul.

6. Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki.

b) Sinar Matahari

Sebagian besar cairan, larutan dan injeksi cepat

rusak karena pengaruh sinar matahari. Sebagai contoh,

injeksi klorpromazin yang terkena sinar matahari akan

berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal

kadaluwarsa. Cara mencegah kerusakan karena sinar

matahari antara lain:

1. Jendela-jendela diberi gorden.

2. Kaca jendela dicat putih.

c) Temperatur/Panas

Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat

sensitive terhadap pengaruh panas, dapat meleleh.Oleh

karena itu hindarkan obat dari udara panas. Sebagai

contoh, salep oksitetrasiklin akan lumer bila suhu

penyimpanan tinggi dan akan mempengaruhi kualitas

salep tersebut. Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis

obat harus disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu

4 – 8°C, seperti:

1. Vaksin

2. Sera dan produk darah

3. Antitoksin

4. Insulin

5. Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)

6. Injeksi oksitosin

7. Injeksi Metil Ergometrin

Untuk DPT, DT, TT, vaksin atau kontrasepsi

jangan dibekukan karena akan menjadi rusak. Cara

mencegah kerusakan karena panas antara lain :

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

15

1. Bangunan harus memiliki ventilasi/sirkulasi udara

yang memadai.

2. Hindari atap gedung dari bahan metal.

3. Jika memungkinkan dipasang Exhaust Fan atau AC.

d) Kerusakan Fisik

Untuk menghindari kerusakan fisik dapat dilakukan

antara lain:

1. Penumpukan dus obat harus sesuai dengan petunjuk

pada karton, jika tidak tertulis pada karton maka

maksimal ketinggian tumpukan delapan dus, karena

obat yang ada di dalam dus bagian tengah ke bawah

dapat pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan

pengambilan obat.

2. Hindari kontak dengan benda - benda yang tajam.

e) Kontaminasi

Wadah obat harus selalu tertutup rapat.Apabila

wadah terbuka, maka obat mudah tercemar oleh bakteri

atau jamur.

f) Pengotoran

Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan

serangga lain yang kemudian merusak obat. Etiket dapat

menjadi kotor dan sulit terbaca.Oleh karena itu bersihkan

ruangan setiap hari.Lantai disapu dan dipel, dinding dan

rak dibersihkan.

5) Pendistribusian

Pendistribusian obat merupakan kegiatan pengeluaran

dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk

memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskemas dan

jaringannya(Kemenkes RI, 2016). Tujuannya adalah untuk

memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub unit pelayanan

kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskemas dengan jenis,

mutu, jumlah dan waktu yang tepat (Kemenkes RI, 2016).

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

16

Sub-sub unit di Puskemas dan jaringannya antara lain:

a) Subunit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan

Puskemas;

b) Puskemas Pembantu;

c) Puskemas Keliling;

d) Posyandu; dan

e) Polindes.

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD,

dan lain-lain) dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai

resep yang diterima (floor stock), pemberian Obat per sekali

minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan

pendistribusian ke jaringan Puskemas dilakukan dengan cara

penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor

stock)(Kemenkes RI, 2016).

6) Pemusnahan dan penarikan

Pemusnahan dan penarikan obat yang tidak dapat

digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penarikan

obat yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan

perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar

berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory

recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin

edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan

kepada Kepala BPOM. Penarikan obat dilakukan terhadap

produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri(Kemenkes

RI, 2016).

Pemusnahan dilakukan untuk obat bila:

a) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;

b) Telah kadaluwarsa;

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

17

c) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam

pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu

pengetahuan; dan/atau

d) Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan

Medis Habis Pakai terdiri dari:

a) Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai yang akan dimusnahkan;

b) Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;

c) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat

pemusnahan kepada pihak terkait;

d) Menyiapkan tempat pemusnahan; dan

e) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan

bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.

7) Pengendalian

Pengendalian obat adalah suatu kegiatan untuk

memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai

dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga

tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di

unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak

terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan

kesehatan dasar (Kemenkes RI, 2016).

Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:

a) Pengendalian persediaan;

b) Pengendalian penggunaan; dan

c) Penanganan sediaan farmasi hilang, rusak, dan

kadaluwarsa.

8) Administrasi

Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan

terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam pengelolaan

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

18

sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai, baik sediaan

farmasi dan bahan medis habis pakai yang diterima,

disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskemas atau

unit pelayanan lainnya (Kemenkes RI, 2016).

Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:

a) Bukti bahwa pengelolaan sediaan farmasi dan bahan

medis habis pakai telah dilakukan;

b) Sumber data untuk melakukan pengaturan dan

pengendalian; dan

c) Sumber data untuk pembuatan laporan.

Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan

pelaporan obat di Puskemas adalah Laporan Pemakaian dan

Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan kartu stok. LPLPO

yang dibuat oleh petugas Puskemas harus tepat data, tepat isi

dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan

dengan baik. LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis

penggunaan, perencanaan kebutuhan obat, pengendalian

persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat. Alur

pelaporan obat di Puskemas adalah data LPLPO merupakan

kompilasi dari data LPLPO sub unit.LPLPO dibuat 3 (tiga)

rangkap, diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kotamelalui

Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah

yangdiserahkan. Setelah ditanda tangani oleh kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, satu rangkap untuk Kepala

Dinas Kesehatan, satu rangkap untuk Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota dan satu rangkap dikembalikan ke

Puskemas.Periode pelaporan obat di Puskemasyang

ditunjukan kepada Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota paling

lambat tanggal 10 setiap bulannya (Kemenkes RI, 2010).

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

19

9) Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun

2016 pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi

dan bahan medis habis pakai dilakukan secara periodik

dengan tujuan untuk:

a) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan

dalam pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis

habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun

pemerataan pelayanan;

b) Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan sediaan

farmasi dan bahan medis habis pakai; dan

c) Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja

pengelolaan.

b. Indikator Pengelolaan Obat

Indikator merupakan jenis data berdasarkan

sifat/gejala/keadaan yang dapat diukur dan diolah secara mudah

dan cepat dengan tidak memerlukan data lain dalam

pengukurannya(Kemenkes RI, 2010).

Kriteria umum indikator dapat disingkat dengan SMART,

yaitu :

1) Sustainable (kesinambungan) yaitu dapat dipergunakan

secara berkesinambungan.

2) Measurability (keterukuran) yaitu dapat diukur meskipun

waktu yang tersedia singkat, kualitas yang berubah-ubah dan

keterbatasan dana.

3) Accesibility (kemudahan) yaitu dapat mudah diakses/didapat.

4) Reliability (kehandalan) yaitu kehandalan setiap indikator

harus dapat dipercaya.

5) Timely (waktu) yaitu dapat digunakan untuk waktu yang

berbeda.

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

20

Yang dapat dijadikan sebagai indikator pengelolaan obat di

Puskemas adalah :

1) Kesesuaian Item obat yang tersedia dengan DOEN

Kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN

yaitu total item obat yang termasuk dalam DOEN dibagi

dengan total item obat yang tersedia di Puskemas. Penetapan

obat yang masuk dalam DOEN telah mempertimbangkan

faktor drug of choice, analisis biaya manfaat dan didukung

dengan data kimia.Untuk pelayanan kesehatan dasar maka

jenis obat yang tersedia di Puskemas harus sesuai dengan

pola penyakit dan diseleksi berdasarkan DOEN yang terbaru

agar tercapai prinsip efektivitas dan efisiensi.Data

dikumpulkan dari dokumen yang ada di Puskemas berupa

jumlah item obat yang tersedia dan jumlah item obat yang

tidak termasuk dalam DOEN.Kesesuaian jenis obat dengan

DOEN merupakan upaya untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi pemanfaatan dana pengadaan obat (Kemenkes RI,

2010).

Rumus perhitungan :

2) Kesesuaian ketersediaan obat dengan pola penyakit

Kesesuaian jenis obat yang tersedia di Puskemas

dengan pola penyakit yang ada di wilayah Puskemas yaitu

jumlah jenis obat yang tersedia dibagi dengan jumlah jenis

obat untuk semua kasus di Puskemas.Obat yang disediakan

untuk pelayanan kesehatan di Puskemas harus sesuai dengan

kebutuhan populasi berarti harus sesuai dengan pola penyakit

yang ada di wilayah Puskemas.Data dikumpulkan dari

dokumen yang ada di Puskemas berupa jenis obat yang

tersedia dan pola penyakit di Puskemas yang didapatkan dari

Kesesuaian obat yang tersedia =

Σ item obat yang termasuk dalam DOEN

Σ item obat yang tersedia× 100 %

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

21

laporan LB – 1. Kesesuaian dengan kebutuhan populasi

merupakan faktor utama dalam melakukan seleksi obat

(Kemenkes RI, 2010).

Rumus perhitungan :

3) Ketepatan permintaan obat

Ketepatan permintaan obat yaitu permintaan kebutuhan

obat untuk Puskemas ditambah dengan sisa stok dibagi

dengan pemakaian obat per bulan.Obat yang disediakan

untuk pelayanan kesehatan di Puskemas harus sesuai dengan

kebutuhan populasi berarti harus sesuai dalam jumlah dan

jenis obat untuk pelayanan kesehatan di Puskemas. Data

dikumpulkan dari dokumen yang ada di Puskemas berupa

jumlah permintaan kebutuhan obat dalam satu periode

distribusi dan pemakaian rata-rata obat per bulan di

Puskemas yang didapatkan dari laporan LB – 2 (Kemenkes

RI, 2010).

Rumus perhitungan :

4) Persentase dan nilai obat rusak atau kadaluarsa

Persentase dan nilai obat rusak atau kadaluarsa yaitu

jumlah jenis obat yang rusak atau kadaluwarsa dibagi dengan

total jenis obat. Terjadinya obat rusak atau kadaluarsa

mencerminkan ketidaktepatan perencanaan, dan atau kurang

baiknya sistem distribusi, dan atau kurangnya pengamatan

mutu dalam penyimpanan obat dan atau perubahan pola

penyakit. Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di

Puskemas berupa jumlah jenis obat yang tersedia untuk

Kesesuaian obat yang tersedia = Σ jenis obat yang tersedia

Σ jenis obat yang dibutuhkan untuksemua kasus sesuai standar kesehatan

× 100 %

Persentase kecukupan obat = Σ obat yang diminta untuk satu periode

Σ pemakaian obat dalam satu periode × 100 %

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

22

pelayanan selama satu tahun dan jumlah jenis obat yang

rusak dan harga masing-masing obat (Kemenkes RI, 2010).

Rumus perhitungan :

5) Persentase obat yang tidak diresepkan

Persentase obat yang tidak diresepkan yaitu jumlah

jenis obat yang tidak pernah diresepkan selama 6 (enam)

bulan dibagi jumlah jenis obat yang tersedia. Obat yang tidak

diresepkan akan menyebabkan terjadinya kelebihan obat.

Untuk itu perlu dilakukan komunikasi antara pengelola obat

dengan pengguna obat agar tidak terjadi hal seperti ini. Data

dikumpulkan dari Puskemas berupa resep, buku register dan

LB – 2 (Kemenkes RI, 2010).

Rumus perhitungan :

6) Persentase Peresepan Obat Generik

Persentase peresepan obat generik yaitu jumlah resep

yang menuliskan obat generik dibandingkan dengan jumlah

resep keseluruhan.Penggunaan obat generik merupakan satu

keharusan bagi sektor pelayanan kesehatan dasar milik

pemerintah.Standar pelayanan minimal bidang kesehatan

mengharuskan penulisan resep obat generik 100% di sarana

pelayanan kesehatan milik pemerintah. Data dikumpulkan di

Puskemas berupa peresepan Puskemas, resep, buku register,

kartu stok dan buku pedoman pengobatan yang digunakan

(Kemenkes RI, 2010).

Σ jenis obat rusak/kadaluarsa

Σ jenis obat yang tersedia× 100 %

Persentaseobat rusak =

Persentaseobat yang tidak diresepkan = Σ obat dengan stok tetap

jenis obat yang tersedia× 100 %

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8958/3/BAB II.pdfPuskemas Rambah Samo I sangat baik dengan persentase 89,81% dan pada Puskemas Rambah Samo II kategori

23

Rumus Perhitungan :

C. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Menurut Herman, dkk.(2013) tentang “Hubungan Ketersediaan

Tenaga Kefarmasian dengan Karakteristik Puskemas dan Praktik

Kefarmasian di Puskemas” menyatakan bahwa apoteker dalam

memberikan pelayanan farmasi, mengelola obat, dan menyusun LP-LPO

dengan lengkap lebih baik dibandingkan tenaga teknis kefarmasian.

Demikian pula tenaga teknis kefarmasian dalam memberikan pelayanan

farmasi, mengelola obat, dan menyusun LP-LPO dengan lengkap lebih

baik dibandingkan dengan tenaga non farmasi. Maka hipotesis pada

penelitian ini adalah adanya pengaruh keberadaan apoteker pada masa

transisi pengelola unit farmasi terhadap pengelolaan obat di Puskemas

wilayah Kabupaten Banyumas.

Keberadaan

Apoteker di

Puskemas

Σ resep obat generik

Σ resep seluruhnya× 100 %

Persentaseperesepan obat generik=

Pengelolaan obat

di Puskesmas

Masa kerja dan

beban kerja

Pengaruh Keberadaan Apoteker... Fauziah Indah Larasati, Fakultas Farmasi UMP, 2019