BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelincieprints.mercubuana-yogya.ac.id/5611/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA...

21
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil daging yang baik. Hewan ini merupakan herbivora non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana (tunggal) dengan perkembangan sekum seperti alat pencernaan ruminansia, sehingga hewan ini disebut ruminansia semu (pseudoruminant). Kelinci memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan sebagai penghasil daging, kulit, atau bulu, hewan percobaan dan untuk dipelihara. Kelinci dapat menggunakan protein hijauan secara efisien, reproduksi tinggi, efisiensi pakan tinggi, hanya membutuhkan makanan dalam jumlah sedikit dan kualitas daging cukup tinggi. Selain itu, kelinci juga memiliki potensi : 1) ukuran tubuh yang kecil sehingga tidak memerlukan banyak ruang, 2) tidak memerlukan biaya yang besar dalam investasi ternak dan kandang, 3) umur dewasa yang singkat (4-5 bulan), 4) kemampuan berkembang biak yang tinggi, 5) masa penggemukan yang singkat (kurang dari 2 bulan sejak sapih) El-Raffa (2004). Klasifikasi kelinci secara ilmiah sebagai berikut : Kingdom : Animalia (hewan) Phylum : Chordata (mempunyai notochord) Sub Phylum : Vertebrata (bertulang belakang)

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelincieprints.mercubuana-yogya.ac.id/5611/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA...

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kelinci

Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil

daging yang baik. Hewan ini merupakan herbivora non ruminansia yang

mempunyai sistem lambung sederhana (tunggal) dengan perkembangan sekum

seperti alat pencernaan ruminansia, sehingga hewan ini disebut ruminansia semu

(pseudoruminant). Kelinci memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan

sebagai penghasil daging, kulit, atau bulu, hewan percobaan dan untuk dipelihara.

Kelinci dapat menggunakan protein hijauan secara efisien, reproduksi tinggi,

efisiensi pakan tinggi, hanya membutuhkan makanan dalam jumlah sedikit dan

kualitas daging cukup tinggi. Selain itu, kelinci juga memiliki potensi : 1) ukuran

tubuh yang kecil sehingga tidak memerlukan banyak ruang, 2) tidak memerlukan

biaya yang besar dalam investasi ternak dan kandang, 3) umur dewasa yang singkat

(4-5 bulan), 4) kemampuan berkembang biak yang tinggi, 5) masa penggemukan

yang singkat (kurang dari 2 bulan sejak sapih) El-Raffa (2004).

Klasifikasi kelinci secara ilmiah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia (hewan)

Phylum : Chordata (mempunyai notochord)

Sub Phylum : Vertebrata (bertulang belakang)

5

Class : Mamalia (memiliki kelenjar air susu)

Ordo : Legomorpha (memiliki dua pasang gigi seri di rahang atas)

Famili : Leporidae (rumus gigi delapan pasang di atas dan enam pasang di bawah)

Genus : Oryctolagus (morfologi yang sama) Spesies : O. Cuniculus

Sumber : Spacerad.com (2004)

Kelinci sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, terutama di daerah

pegunungan, sebagai penghasil pupuk kandang, pemenuhan gizi atau daging bagi

keluarga dan di kota – kota sebagai ternak hias atau hewan kesayangan Hascaryo

(2010).

Bangsa Kelinci

Kelinci domestik (Oryctolagus Cuniculus) yang ada saat ini berasal dari

kelinci liar di Erop dan Afrika Utara. Beberapa bangsa kelinci ditemukan pada abad

ke 16 yang menyebar di Perancis dan Italia. Pada mulanya kelinci diklasifikasikan

dalam ordo rodensia (binatang mengerat) yang bergigi seri empat, tetapi akhirnya

dimasukkan dalam ordo lagomorpha karena bergigi seri enam. Kelinci

(Oryctolagus Cuniculus) diklasifikasikan dalam kerajaan Animalia, filum

Chordata, kelas Mammalia, ordo Lagomorpha, famili Leporidae, genus

Oryctolagus dan spesies O. Awalnya kelinci merupakan objek perburuan, budidaya

kelinci sebagai hewan peliharaan baru dilakukan pada abad ke 16, diawali dari

negara – negara Eropa yaitu Perancis, Italia, dan Inggris. Pada awal abad ke 19,

6

kelinci mulai dipelihara di bagian barat Eropa dan negara – negara perbatasan, juga

di beberapa negara seperti Australia. Pengembangbiakan kelinci terus meningkat

pada perang dunia kedua karena kekurangan pangan Spacerad (2004).

Kelinci Rex

Kelinci jenis Rex merupakan salah satu jenis kelinci yang dikenal sebagai

penghasil fur. Kelinci jenis Rex juga memiliki proporsi tubuh yang baik sehingga

dapat dijadikan sebagai penghasil daging (dwiguna). Beberapa penelitian potensi

kelinci Rex telah dilakukan pada produksi kulit bulu, pertumbuhan dan sifat

kualitatif (warna bulu) dan kuantitatif (sifat reproduksi) Fafarita (2006). Namun,

data tentang performa karkas dari jenis kelinci Rex masih sedikit sekali

Brahmantiyo (2014).

Rex merupakan salah satu dari berbagai macam jenis kelinci. Jenis Rex

pertama kali ditemukan oleh seorang petani bernama M. Caillon yang berasal dari

Perancis, kemudian diteruskan oleh Pat Abbe pada tahun 1919. Jenis Rex ini

kemudian diketahui sebagai hasil dari mutasi gen. mutasi gen ini menyebabkan bulu

sebelah dalam sama panjang dengan bulu luarnya, sehingga bulunya lebih padat

dan panjangnya seragam. Bulu kelinci Rex sifatnya halus, panjangnya seragam dan

mempunyai variasi warna bulu yang menarik dan beragam sehingga sangat cocok

untuk dijadikan fur (kulit bulu) (Cheeke et al. 1987) yang disitasi Damron (2003).

Kelinci Rex pertama kali masuk ke Indonesia melalui importasi oleh Balai

Penelitian Ternak Ciawi pada bulan Februari 1988, dengan tujuan untuk mengkaji

pertumbuhan badan dan pemanfaatan fur.

7

Kelinci Rex juga baik dan proporsional untuk produksi daging. Jenis ini

mempunyai panjang tubuh medium, hips yang bulat dan loin yang berisi, sehingga

cocok pula untuk dijadikan sebagai kelinci pedaging. Bobot badan ideal untuk

kelinci Rex jantan adalah 3.6 kg, sedangkan untuk betina adalah 4.08 kg Murtisari

(2012). Kelinci Rex sangat bervariasi dengan produksi daging berkualitas sangat

baik (exellent), tetapi produktivitas daging pada kelinci Rex lebih rendah

dibandingkan dengan kelinci pedaging jenis New Zealand Raharjo (1994) yang

disitasi Murtisari (2012).

Tabel 1. Karakteristik Reproduksi Kelinci Rex.

Sifat Produksi Tahun

2005 2006 2007 2008

Jumlah anak

lahir (ekor)

5,78±1,52 6,15±1,30 5,67±1,77 7,27±1,5

9

Jumlah anak

sapih (ekor)

4,57±1,66 4,61±1,27 5,71±1,77 5,88±0,9

6

Total bobot lahir

(g)

255,69±70,12 297,56±67,21 290,39±81,69 361,61±8

5,73

Total bobot

sapih (g)

2200,61±778,84 2393,26±633,30 2776,48±769,85 2438,16±

653,88

Mortalitas (%) 19,46±22,34 23,56±20,37 7,78±17,31 16,43±17

,10

(Brahmantiyo et al. 2009).

Kelinci Flemish Giant

Kelinci Flemish Giant diduga merupakan keturunan dari kelinci Patagonian

di Argentina. Kelinci Patagonian ini dibawa ke Eropa pada abad ke-16 dan 17 oleh

pedagang dari Belanda dan dikembangkan sebagai penghasil daging. Pertama kali

8

tercatat mengenai Flemish Giant sekitar tahun 1860, pada waktu itu petualang dari

Inggris kembali dari Flanders membawa data karakteristik kelinci yang

dikembangkan disana. Kelinci Flemish Giant diimport ke Amerika pada awal tahun

1880. Kelinci ini merupakan kelinci terbesar yang diperkenalkan oleh American

Rabbit Breeders Association dengan bobot senior (umur lebih dari 8 bulan) untuk

betina sebesar 14 lbs dan 13 lbs untuk jantan Sarwono (2010).

Salah satu bangsa kelinci yang banyak dipelihara adalah Flemish Giant.

Menurut Sarwono (2010), Flemish Giant di Indonesia dikenal sebagai Vlaamse

Reus, kelinci raksasa dari Vlaam. Termasuk kelinci besar di Inggris dengan

ukurannya yang besar dan bagus. Bobot jantan rata-rata 6,3 kg dan betina 6,8 kg.

Namun ada yang mencapai 10 sampai 12 kg. Variasi warna rambutnya banyak dan

paling sering dijumpai adalah steel grey (abu-abu besi), dan sandy (seperti pasir).

Warna lain seperti hitam, putih, light grey (abu-abu muda), biru dan fawn (coklat

kuning muda) dapat ditemukan pula. Dewasa kelaminnya lambat dan umur 10-12

bulan baru mau kawin Nugroho (1982) menambahkan bahwa kelinci Flemish Giant

(Vlaamse Reus) umumnya berwarna seperti warna pasir (sandy).

Tabel 2. Karakteristik Reproduksi kelinci Flemish Giant.

Sifat

reproduksi

Tahun

2005 2006 2007 2008

Jumlah

anak lahir

(ekor)

5,32±1,61 6,00±0,80 5,15±1,71 5,67±1,71

Jumlah

anak sapih

(ekor)

4,55±1,68 5,57±1,06 4,22±1,44 4,58±2,22

9

Total bobot

lahir (g)

274,44±77,74 338,66±52,80 268,76±83,07 285,54±83,67

Total bobot

sapih (g)

2019,48±818,05 2817,48±564,60 2127,57±754,29 1820,90±873

Mortalitas 13,17±20,97 6,81±12,64 15,74±17,68 20,53±28,22

Sumber: (Brahmantiyo et al. 2009).

Persilangan Kelinci

Persilangan ternak kelinci telah banyak dilakukan pada industri ternak

kelinci di beberapa negara seperti Itali, Mesir, Belgia, Meksiko dan Amerika.

Tujuan persilangan ternak kelinci adalah meningkatkan produktivitas induk melalui

peningkatan jumlah litter size, dan bobot litter pada saat lahir dan sapih. Secara

umum, hasil penelitian melaporkan bahwa persilangan ternak kelinci menghasilkan

penurunan mortalitas pra-sapih, peningkatan bobot badan dan pertumbuhan

pra/pasca-sapih seperti yang terdapat dalam rangkuman penelitian Afifi dan Khalil

(1992).

Pada umumnya dalam industri peternakan kelinci di negara maju, program

persilangan ternak kelinci menggunakan metode three-way crossbreeding.

Persilangan pertama dilakukan antara dua bangsa terpilih untuk memperoleh induk-

induk silangan yang memiliki reproduktifitas superior melalui pemanfaatan efek

heterosis selanjutnya menyilangkannya dengan pejantan bangsa ternak yang

memiliki sifat pertumbuhan yang baik sehingga meningkatkan performan

10

pertumbuhan dan bobot badan hasil silangan. Dari sudut pandang ekonomi,

pertambahan bobot badan harian (pra/pasca-sapih), konsumsi pakan dan rasio

konversi pakan merupakan sifat-sifat yang sangat penting dalam perhitungan

pertumbuhan produktifitas ternak Khalil (2002).

Beberapa teori menjelaskan tentang heterosis, yaitu teori dominan

menyebutkan bahwa galur tertua adalah dominan yang homosigot pada beberap

lokus yang berbeda, sedangkan teori over – dominan menjelaskan bahwa individu

heterosigot lebih unggul daripada inidvidu homosigot. Kemudian teori epistasis

menyebutkan bahwa heterosis merupakan perwujudan dari segala bentuk interaksi

antar lokus. Penigkatan performa pertumbuhan pada hasil persilangan berkisar 0 –

10% dan untuk sifat – sifat fertilitas berkisar antara 5 – 25% Noor (2000).

Menurut Noor (2000) banyak jenis persilangan yang dapat dilakukan pada

dua kelompok ternak seperti persilangan sintentik seimbang atau sintentik

optimum. Sintentik adalah bangsa baru yang dihasilkan dengan cara

mencampurkan gen – gen dari sejumlah bangsa tertuanya. Proporsi heterosis

terekspresi pada sintetis pada suatu titik keseimbangan yang proposinya dapat

dihitung dengan cara mengurangi satu dengan kuadrat dari setiap bangsa yang

digunakan. Pada sintetis optimum proporsi gen dari setiap bangsa ditentukan oleh

usaha memaksimumkan penggunaan bangsa yang akan memberikan penampilan

maksimum namun masih tetap mempertimbangkan heterosisnya.

11

Pertumbuhan Sapihan

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang mencakup perubahan berat

terhadap bentuk, dimensi linier, dan komposisi tubuh termasuk pula di dalamnya

perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, tulang, lemak, protein serta abu

Soeparno (2005). Menurut Anggorodi (1980), pertumbuhan adalah peningkatan

jumlah sel (hyperplasia) maupun bertambahnya ukuran sel (hypertrophy).

Pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan, kemudian berlangsung cepat,

selanjutnya berangsur-angsur menurun atau melambat dan berhenti setelah

mencapai dewasa tubuh. Menurut Williamson dan Payne (1993), pertumbuhan

berat badan dan ukuran badan sesuai dengan umur dan dapat dilukiskan sebagai

kurva sigmoid.

Ukuran pertumbuhan dapat dilihat berdasarkan Pertambahan Bobot Badan

Harian (PBBH) dan konversi pakan. Pertumbuhan dinyatakan dengan pengukuran

kenaikan berat badan yaitu penimbangan secara berulang sehingga diperoleh bobot

badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya (Tillman et al. 1998). PBBH

diperoleh dengan menghitung selisih bobot badan awal dan akhir dibagi dengan

jarak (hari) antara penimbangan awal dan penimbangan akhir (Sidiq et al. 2012).

Pertumbuhan kelinci terus meningkat seiring bertambahnya umur dan kelinci

disapih pada umur enam minggu. Tidak adanya perbedaan bobot lahir pada Tabel

1 menandakan bahwa sampel anakan jantan Flemish giant yang digunakan

homogen dari masing-masing indukan. Rataan bobot lahir kelinci Flemish giant

sebesar 55.59 g/ekor tidak jauh berbeda dari hasil Csiro tahun (2006) yang berkisar

antara 45.00 sampai 60.00 g/ekor. Bobot sapih Rex pada umur 6 minggu

12

menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata (P>0.05), hal ini dapat dipengaruhi

oleh perubahan cuaca dan kondisi kesehatan ternak pada saat pemeliharaan. Kelinci

Rex jantan penelitian memiliki nilai rataan bobot sapih sebesar 529.25 + 140.67

g/ekor lebih rendah dari Brahmantiyo (2008) pada rataan bobot sapih sebesar

585.35 + 124.92 g/ekor dan Csiro (2002) pada umur 4 sampai 5 minggu dengan

rataan bobot 600.00 g/ekor. Bobot potong yang tinggi akan menghasilkan bobot

karkas yang tinggi pula. Rataan bobot potong menunjukkan hasil yang berbeda

(P<0.05). Pertumbuhan meningkat seiring pertambahan umur ternak, bobot potong

pada umur 16 minggu memiliki rataan tertinggi. Nilai rataan bobot potong

penelitian sebesar 1074.25 + 353.67 g/ekor lebih rendah dari Brahmantiyo (2008)

pada kelinci Rex jantan umur 17 minggu sebesar 1818.00 + 157.23 g/ekor dan

Hernandez dan Rubio (2001) yang menunjukkan bahwa Rex umur 13 minggu

memiliki bobot sebesar 1900 sampai 1200 g/ekor. Selisih nilai rataan terbesar

diantara umur 10 dan 12 minggu sebesar 346.61 g/ekor kemudian menunjukkan

tren menurun hingga mencapai umur 14 dan 16 minggu sebesar 263.14 dan 161.50

g/ekor. Pertumbuhan kelinci pada umur potong 10 dan 12 minggu memiliki pola

garis pertumbuhan yang stabil dan menanjak. Pola laju pertumbuhan pada masing

masing umur potong menunjukkan tren meningkat. Menunjukkan adanya laju

pertumbuhan yang berbeda dimulai pada umur 2 sampai 3 minggu pada masing-

masing perlakuan, kemudian mengalami penurunan dan peningkatan pada umur 10

dan 11 minggu yang diduga disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu,

kondisi pemeliharaan (Rao et al. 1978) dan (Gupta et al. 1992), maternal abbility,

dan kondisi kesehatan anakan dan indukan yang digunakan selama penelitian.

13

Proses pertumbuhan terdiri atas dua aspek yaitu pertumbuhan dan

perkembangan. Pertumbuhan merupakan pertambahan bobot badan per satuan

waktu sampai dewasa tubuh, sedangkan perkembangan merupakan perubahan

dalam komposisi, bentuk serta tinggi tubuh Lawrie (2003). Penelitian ini

mengamati pertumbuhan dan perkembangan kelinci. Bobot indukan dan litter size

dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anakan kelinci. Hal ini

menentukan performa lama pemeliharaan dengan komsumsi pakan yang sama.

Kelahiran anak setiap kelahiran yang optimal adalah menyesuaikan dengan

komsumsi pakan sebanyak 100 gram. Bobot lahir menunjukkan hasil yang berbeda,

hal ini menunjukkan bahwa sampel anakan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat cepat dalam hitungan 1 minggu. Kelinci termasuk

bangsa kelinci yang dikembangkan selama penelitian ini telah mengalami seleksi

pada setiap generasi. Rataan penimbangan bobot sapih semakin umur sapih

bertambah semakin bobot badan bertambah berbanding dengan jumlah anak setiap

kelahiran.

Laju pertumbuhan anak kelinci akan terus meningkat cepat pada satu bulan

pertama sejak lahir dan akan terus bertambah sampai disapih. Kecepatan

pertumbuhan pada anak kelinci dapat mencapai dua kali lipat bobot badannya per

minggu, sehingga pada umur tiga minggu dapat mencapai bobot badan 0.45 kg,

kemudian kelinci mulai mengkonsumsi pakan padat sehingga kecepatan

pertumbuhannya dapat mencapai 30 sampai 50 g perhari antara umur 3 sampai 8

minggu (Rao et al. 1978). (Cheeke et al. 1987) melaporkan bahwa pertambahan

bobot badan kelinci yang hidup di daerah tropis dapat mencapai 10 sampai 20 g per

14

hari. Bobot sapih pada umur 6 minggu menunjukkan hasil yang berbeda (P<0.05).

Bobot sapih terendah pada umur 10 minggu sebesar 367.50 ± 60.76 g. Hal ini sesuai

dengan jumlah anak sekelahiran tertinggi pada umur 10 minggu yang

mengakibatkan rendahnya pertambahan bobot badan dari lahir sampai sapih.

Bangsa kelinci Rex jantan yang digunakan dalam penelitian ini

menunjukkan nilai rataan bobot sapih total sebesar 529.25 ± 140.67 g ekor-1. Hasil

ini lebih rendah dari (Gupta et al. 1992) yang memperoleh rataan bobot sapih pada

umur enam minggu berkisar antara 604.78 sampai 717.27 g ekor-1, Csiro (2002)

dengan rataan sebesar 600.00 g ekor-1 pada bangsa kelinci Flemish Giant pada

umur 4 sampai 5 minggu, (Khalil et al. 2002) dengan rataan sebesar 560 g ekor-1

dengan range 408 sampai 780 g ekor-1 pada bangsa kelinci Giza White Rabbit

ketika berumur 6 minggu, Brahmantiyo (2008) dengan rataan sebesar 585.35 +

124.92 g ekor-1 dan 623.56 g ekor-1 Brahmantiyo (2010). Beberapa peneliti

menggunakan masa sapih yang berbeda-beda pada sampel kelinci yang digunakan.

Hal ini diduga karena perbedaan breed menyebabkan perbedaan bobot badan

kelinci pada masa sapih. Bangsa kelinci dengan ukuran lebih besar akan memiliki

bobot sapih yang lebih besar daripada bangsa kelinci dengan ukuran medium.

Bobot Sapihan

Anak-anak kelinci yang telah mencapai umur 4 minggu dapat disapih

dengan memindahkan atau memisahkannya ke petak kandang. Penyapihan umur 4

minggu akan menghasilkan anak-anak yang lebih kecil dan keadaan

perdagingannya kurang memuaskan dibandingkan dengan yang disapih pada umur

5 sampai 6 minggu, namun penyapihan yang lebih awal akan memungkinkan

15

jumlah litter yang lebih banyak dalam masa setahun. Disapih pada umur berapapun

anak-anak kelinci biasanya dipotong pada umur 8 minggu Blakely dan Bade (1998).

Menurut Sarwono (2002) kurangnya air susu akan berpengaruh pada bobot

sapih anaknya, karena anak kelinci membutuhkan air susu dalam jumlah banyak

untuk pertumbuhan. Air susu pada induk yang sedang menyusui paling banyak

biasanya dicapai pada minggu ke tiga kemudian air susu menurun sedikit demi

sedikit, maka pada minggu keempat anak kelinci sudah sudah bisa disapih dari

induknya. Umunya penyapihan paling lambat sampai umur 8 minggu atau 56 hari.

Penyapihan lebih awal akan memungkinkan litter size yang lebih banyak dalam

masa setahun. Semakin lama disapih makin baik, tapi jumlah anak yang lahir dalam

pertahun akan berkurang. Dimana cepat lambatnya waktu sapihan dan kondisi

induk sangan berpengaruh terhadap bobot sapihnya. Lama waktu pemeliharaan dan

pakan yang bagus akan mempengaruhi bobot sapih.

Bobot Lahir

Berdasarkan faktor nutrisi, (Fernandez et al. 1995) menyatakan bahwa

korelasi antara makanan yang masuk terakhir kebuntingan dengan litter size sangat

kecil. Herman (1989) menyatakan bobot lahir anak berkisar antara 38-95 g dengan

rataan 55 g dana ada hubungan dengan lama kebuntingan. Moerfiah dan Diwyanto

(1985) menyatakan bahwa bobot lahir kelinci Rex adalah 67,7 g, sedangkan

persilangan antara kelinci rex dan kelinci Flemish Giant adalah 49,9 g. Litter size

perkelahiran akan sangat berpengaruh terhadap bobot anak yang dilahirkan. (Afifi

et.al. 1989) menyatakan bahwa rata-rata bobot lahir untuk setiap individu akan

turun dengan meningkatnya litter size, tetapi bobot lahir total akan meningkat.

16

Faktor – Faktor Mempengaruhi Pertumbuhan Kelinci

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak meliputi faktor

internal dan eksternal. Faktor Internal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain

adalah bangsa, spesies, individu, jenis kelamin dan umur. Spesies. Menurut (Basuki

et.al. 1998), laju pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh perbedaan spesies. Sarwono

(2010) menambahkan kelinci tergolong fauna dalam kelas Mamalia (binatang

menyusui). Dikatakan orang bahwa kelinci berasal dari Eropa. Tapi sebenarnya ada

2 macam kelinci yang hidup bebas merdeka di sana. Yakni kelinci tegalan (Lepus

europaeuns) dan kelinci liar (Oryctolopus cuniculus). Kelinci tegalan mempunyai

laju pertumbuhan yang lebih baik daripada kelinci liar.

1. Bangsa.

Bangsa kelinci merupakan sekelompok kelinci yang memiliki

karakteristik eksternal yang dapat didefinisikan dan dapat dikenali yang

memungkinkan kelompok tersebut dapat dibedakan secara visual dari

kelompok lain di dalam spesies yang sama Dirjen Peternakan (1991). Pada

kondisi daerah yang sama dan dalam manajemen yang sama, perbedaan

bangsa merupakan faktor yang berpengaruh dalam kinerja induk kelinci.

Menurut Soeparno (2005), Bangsa ternak yang besar akan lahir lebih berat,

tumbuh lebih cepat dan lebih berat pada saat kedewasaan daripada bangsa

ternak kecil.

2. Jenis kelamin.

17

Jenis kelamin jantan memiliki performa produksi (pertambahan

bobot badan, konsumsi bahan kering dan efisiensi penggunaan pakan) yang

lebih baik dibanding ternak betina Padang (2005). Menurut Soeparno

(2005), jenis kelamin dapat menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan

dimana ternak jantan biasanya tumbuh lebih 9 cepat dibanding dengan

ternak betina pada umur yang sama, karena adanya androgen yaitu suatu

hormon kelamin yang termasuk sebagian hormon pengatur atau stimulan

pertumbuhan.

Androgen dihasilkan oleh sel-sel intertestial dan kelenjar adrenal

dan salah satu dari steroid androgen adalah testosteron yang dihasilkan oleh

testes. Sekresi testosteron yang tinggi menyebabkan sekresi androgen yang

tinggi pula. Hormon kelamin jantan ini mengakibatkan pertumbuhan yang

lebih cepat pada ternak jantan dibandingkan dengan ternak betina, terutama

setelah muncul sifat-sifat kelamin sekunder pada ternak jantan.

3. Umur.

Pertumbuhan kelinci dibagi menjadi lima fase sesuai umurnya. Fase

pertama adalah pada saat penyapihan umur 40 hari, fase kedua pada saat

disapih, fase ketiga pada masa remaja umur 100 hari, fase keempat pada

umur 140 hari kelinci mencapai keseimbangan hormonal, dan fase kelima

pada umur 200 hari kelinci mencapai dewasa tubuh (Brahmantiyo et al.

2008).

18

ADG Kelinci

Average Dailly Gain (ADG) atau dalam bahasa Indonesia pertambahan

bobot badan adalah rata-rata kecepatan pertambahan berat badan harian yang

diperoleh dengan berat akhir dikurangi berat awal kemudian dibagi lama

pemeliharaan. ADG normal untuk kelinci adalah 10 sampai 15 g dan yang

mempengaruhi ADG adalah mekanisme dan kecepatan pertumbuhan dari ternak itu

sendiri. Menurut Reksohadiprojo (1995), ADG kelinci secara umum berkisar antara

8 sampai 20 g.

Menurut (Tillman et al. 1998) pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan

pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah dilakukan dengan

penimbangan berulang dan diketengahkan dengan pertumbuhan badan tiap hari,

tiap minggu, atau tiap waktu lainnya.

Magdalena (2013) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa

pertambahan bobot badan yang dihasilkan kelinci Rex lepas sapih yang diberikan

pakan fermentasi menggunakan MOL dalam bentuk pelet mencapai bobot dengan

rataan tertinggi yaitu 21,17 g/ekor/hari dengan total rataan yaitu 19,86 g/hari.

Menurut Tarigan (2013) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa kelinci Rex

lepas sapih yang diberikan pakan pellet yang sama dalam bentuk pellet menunjukan

pertambahan bobot badan tertinggi yaitu 14,88 g/ekor/hari atau dengan total rataan

mencapai 11,73 g/ekor.

19

Genetik Kelinci

Proses evolusi genetik suatu rumpun ternak telah banyak diamati dan diteliti

menggunakan pendekatan analisis morfometrik. Menurut (Zhu et al. 2004)

penelitian mengenai karakter genetik dapat diteliti dengan menggunakan

pendekatan analisis DNA dan proses evolusi genetik tersebut dapat diukur

menggunakan pendekatan analisis jarak genetik. Berdasarkan konstruksi

menunjukkan bahwa kelinci Rex dan Flemish Giant memiliki ukuran jarak genetik

yang cukup dekat yaitu masing-masing sebesar 1 kg dan 1,5 kg yang menunjukkan

bahwa diduga telah terjadi persilangan antar kelinci tersebut. Hasil penelitian

(Mariandayani et al. 2013) menunjukkan bahwa adanya nilai campuran dan jarak

genetik yang dekat melalui analisis morfometrik antara kelinci Rex dan Flemish

Giant diduga akibat telah terjadinya persilangan di antara kelinci tersebut.

Berdasarkan nilai tersebut, jika dilakukan persilangan antara rumpun kelinci

yang cukup dekat jarak genetiknya maka kemajuan ukuran kuantitatif dari hasil

persilangan tersebut sangat optimal dan baik jika tidak disertai seleksi yang ketat.

Hal ini disebabkan karena sifat heterosis yang diperoleh dari hasil persilangan

hanya didapatkan dari keragaman dalam rumpun.

Persilangan antar kelinci dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi

ketiadaan rumpun kelinci yang sejenis atau menginginkan keunggulan dengan

munculnya sifat heterosis akibat gen-gen yang berkomplemen. Hasil penelitian

(Dorota et al. 2009) menunjukkan bahwa persilangan antara kelinci Rex jantan dan

kelinci Flemish Giant betina mampu memberikan pengaruh optimal pada bobot

badan, konsumsi pakan, persentasi rambut kelinci, dan pemotongan karkas.

20

Bobot Ideal Kelinci Rex Dan Flemish Giant

Kelinci Rex

Pada abad ini, mutasi pada kelinci Rex meningkat dan berkembang menjadi

bangsa kelinci yang terpercaya. Fenomena struktur bulu kelinci Rex merupakan

kondisi resesif genetik yang pertama kali diketahui di Perancis pada tahun 1919.

Mutasi ini membangkitkan minat dan menjadi pengantar sukses disemua eksebisi

kelinci di Eropa. Impor pertama kelinci Rex ke Amerika Serikat terjadi pada tahun

1929, hanya berselang 10 tahun sejak ditemukannya mutasi. Secara genetik, gen

Rex (rr) bersifat homosigot resesif. Pengaruh gen Rex adalah mereduksi panjang

ukuran rambut, terutama guard hair, menjadikannya menyerupai underfur Lukefahr

dan Robinson (1988). Kelinci Rex pertama kali dikembangkan di Perancis dan

berkembang di dinegara-negara lain, seperti Amerika pada tahun 1929, dengan

tujuan utama sebagai hewan hobi, kontes dan pameran. Lama kelamaan

berkembang menjadi penghasil kulit rambut (fur), daging (Food) dan keindahan

(Fancy) yang dikelola secara komersial (Cheeke et al. 1987). Rex merupakan

kelinci jenis keindahan (Fancy), rex berarti raja, yang dinamakan demikian karena

pendeknya rambut oleh M. Amedee Gillet fo Coulange, Perancis. Rex memiliki

panjang badan medium dengan kedalaman yang baik, pinggul yang membulat dan

loin yang berisi. Kelinci Rex sangat bervariasi dengan produksi daging berkualitas

sangat baik (excellent). Bobot ideal jantan adalah 3,4 dan betina 3,6 pounds

Prasetyo (2000). Kehalusan rambut kelinci Rex disebabkan oleh dua faktor, yaitu

diameter rambut kasar dan struktur kutikula. Rataan diameter rambut kasar kelinci

Rex relatif kecil. Helai kutikula rambut relatif pendek, tidak banyak menutup helai

21

kulikula rambut di depannya, dengan demikian gerak ruas helai rambut di depannya

tidak tertahan sehingga helai rambut lemas, tidak kaku Prasetyo (1999). Produk

utama Rex adalah fur yang banyak digunakan untuk bahan pakaian berambut, syal,

seat cover, mainan dan lain sebagainya yang harganya cukup mahal. Produk-produk

dari kulit kelinci Rex diharapkan akan menjadi komoditas ekspor yang

pemasarannya masih sangat terbuka.

Kelinci Flemish Giant

Kelinci Flemish Giant diduga merupakan keturunan dari kelinci Patagonian

di Argentina. Kelinci Patagonian ini dibawa ke Eropa pada abad ke-16 dan 17 oleh

pedagang dari Belanda dan dikembangkan sebagai penghasil daging. Pertama kali

tercatat mengenai Flemish Giant sekitar tahun 1860, pada waktu itu petualang dari

Inggris kembali dari Flanders membawa data karakteristik kelinci yang

dikembangkan disana. Kelinci Flemish Giant diimport ke Amerika pada awal tahun

1880. Kelinci ini merupakan kelinci terbesar yang diperkenalkan oleh American

Rabbit Breeders Association dengan bobot senior (umur lebih dari 8 bulan) untuk

betina sebesar 14 lbs dan 13 lbs untuk jantan Horn Rapids Rabbity (2004). Ras

kelinci Flemish Giant di Indonesia dikenal sebagai Vlaamse Reus, kelinci raksasa

dari Vlaam. Termasuk kelinci yang besar di Inggris. Kelinci ini menonjol karena

ukurannya yang besar dan kualitas fur yang bagus. Bobot jantan rata-rata 6,3 kg,

betina 6,8 kg, Namun ada yang mencapai 10-12 kg. Ras kelinci Flemish Giant ada

yang berasal dari Inggris dinamakan English Flemish Giant berbobot badan antara

11-12 lbs dan yang berasal dari Flander yang berbobot 7,0-8,5 kg Sarwono (2002).

Peternak kelinci memelihara ras ini terutama untuk dikawin-silangkan dengan

22

kelinci lain dalam usaha meningkatkan produksi daging. Kelinci ini pernah

didatangkan dari Negeri Belanda oleh Kedutaan Besar Belanda, yang kemudian

dihadiahkan kepada presiden Soeharto pada tahun 1981. Variasi warna rambutnya

banyak dan paling sering dijumpai adalah steel grey (abu-abu besi), dan sandy

(seperti pasir). Warna lain seperti hitam, putih, light grey (abu-abu muda), biru dan

fawn (coklat kuning muda) dapat ditemukan pula. Dewasa kelaminnya lambat dan

umur 10-12 bulan baru mau kawin Sarwono (2002). Kelinci Flemish Giant

memiliki panjang usia mencapai 5 tahun bahkan lebih. Umur mulai dikawinkan

sekitar 9 bulan dan anak - anak kelinci harus sudah dilahirkan sebelum induknya

mencapai umur satu tahun karena apabila induk beranak pada umur lebih dari satu

tahun tulang pelvisnya akan menyempit sehingga sulit untuk beranak secara

alamiah dan induk-induk tersebut tidak akan mampu beranak lagi setelah berumur

tiga tahun. Kelinci ini beranak cukup banyak, yaitu antara 5–12 ekor per litter. Lama

kebuntingan antara 28-34 hari dengan rataan 30-32 hari. Kelinci ini termasuk

bangsa kelinci raksasa dengan warna yang umum abu-abu besi (steel grey) bertubuh

panjang dengan kepala yang tegak dan telinga panjang serta tegak. Bobot badannya

minimal 5 kg dan tercatat dapat mencapai bobot badan 9,5 kg/ekor. Ditambahkan

bahwa rambut kelinci Flemish Giant pendek dengan warna steel grey dan warna

lainnya seperti sandy, fawn, white, blue dan black (Petplanet Co Uk. 2004).

Karakteristik Daging Kelinci

(Lukefahr et al.1981) menjelaskan bahwa daging kelinci persilangan

dengan pejantan Rex lebih tinggi rasio daging : tulang dibandingkan Flemish Giant

(FG) murni. Persentase daging pada karkas lebih tinggi pada persilangan dibanding

23

Rex. Persentase tulang pada karkas lebih rendah pada persilangan dibanding Rex.

Persentase susut masak pada persilangan Flemish Giant (FG) terendah. Persentase

karkas lebih tinggi pada persilangan. Kedalaman lain dan panjang karkas terbesar

pada persilangan. Ditambahkan bahwa karakteristik karkas yang utama, bakalan

pedaging yang memiliki induk Flemish Giant (FG) terbaik dibanding dengan Rex

murni. Bagaimanapun, karena rendahnya kualitas induk, disarankan tidak

menggunakan Flemish Giant (FG) murni pada produksi kelinci secara komersial.

Meskipun demikian, penting menjadi catatan bahwa Flemish Giant (FG) murni

memiliki persentase karkas tertinggi, persentase daging karkas tertinggi, dan rasio

daging : tulang yang sama seperti Rex murni. Karakteristik karkas berdasarkan

bangsa kelinci (Rex dan Flemish Giant) dan persilangannya.

Mortalitas

Bobot badan pada kelinci dan litter size berpengaruh terhadap kematian dan

kematian meningkat seiring dengan peningkatan litter size dan penurunan bobot

lahir. Masa paling kritis pemeliharaan anak kelinci adalah periode umur 0-1

minggu, dimana angka mortalitas yang paling tinggi ditemukan dibandingkan umur

0-3 minggu (Szendro et al. 1996). Biasanya mortalitas anak kelinci sampai umur

sapih cukup tinggi yaitu 26% - 59%. Total produksi yang dihasilkan untuk satu kali

periode beranak sampai umur sapih dapat mencapai 4,9-5,1 kg apabila mortalitas

yang terjadi rendah. Penyebab kematian tersebut antara lain anak mati sejak

dilahirkan, terjepit kandang, jatuh ke lantai, dimakan predator, persaingan dalam

menyusu, produksi susu induk yang kurang, terkena penyakit dan pemeliharaan

yang kurang baik (Raharjo et al. 1995).

24

Hipotesis

1. Umur sapih berpengaruh terhadap pertumbuhan silangan Rex dan Flemish

Giant.

2. Terdapat hubungan antara berat lahir dengan berat sapih.

3. Terdapat hubungan antara berat lahir, berat sapih terhadap pertumbuhan.