BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

77
44 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II dalam tesis ini menekankan pada tinjauan pustaka yang dibagi atas 4 (empat) bagian, yaitu: Bagian pertama, membahas mengenai posisi dominan yang berisi pengaturan posisi dominan di Uni Eropa dan Amerika serta pengaturan posisi dominan di Indonesia. Bagian kedua, membahas mengenai penyalahgunaan posisi dominan yang berisi pengaturan penyalahgunaan posisi dominan di Uni Eropa dan Amerika serta pengaturan penyalahgunaan posisi dominan di Indonesia. Bagian ketiga, membahas mengenai pasar bersangkutan. Alasan penulis memuat sub-bab sendiri karena pasar bersangkutan ini sama-sama digunakan dalam pengaturan posisi dominan dan juga pengaturan penyalahgunaan posisi dominan. Bagian keempat, membahas mengenai teori tujuan hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini dianggap relevan untuk membahas mengenai konsep penyalahgunaan posisi dominan di Indonesia. Teori Pound digunakan sebagai pisau

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

44

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II dalam tesis ini menekankan pada tinjauan

pustaka yang dibagi atas 4 (empat) bagian, yaitu:

Bagian pertama, membahas mengenai posisi dominan

yang berisi pengaturan posisi dominan di Uni Eropa

dan Amerika serta pengaturan posisi dominan di

Indonesia.

Bagian kedua, membahas mengenai penyalahgunaan

posisi dominan yang berisi pengaturan

penyalahgunaan posisi dominan di Uni Eropa dan

Amerika serta pengaturan penyalahgunaan posisi

dominan di Indonesia.

Bagian ketiga, membahas mengenai pasar

bersangkutan. Alasan penulis memuat sub-bab sendiri

karena pasar bersangkutan ini sama-sama digunakan

dalam pengaturan posisi dominan dan juga

pengaturan penyalahgunaan posisi dominan.

Bagian keempat, membahas mengenai teori tujuan

hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch.

Kedua teori ini dianggap relevan untuk membahas

mengenai konsep penyalahgunaan posisi dominan di

Indonesia. Teori Pound digunakan sebagai pisau

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

45

analisis putusan-putusan KPPU mengenai

penyalahgunaan posisi dominan yang menekankan

pada law is a tool of a social engineering. Hukum

sebagai alat „kontrol sosial‟ yang digunakan untuk

menjaga kepentingan umum dan mencegah praktik

monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

Selanjutnya hukum sebagai „alat rekayasa sosial‟

digunakan untuk meningkatkan ekonomi nasional,

dan lain sebagainya. Sementara teori Gustav Radbruch

menekankan pada 3 (tiga) tujuan hukum yaitu

kepastian, kemanfaatan dan keadilan. Ketiga tujuan

hukum ini digunakan untuk menganalis putusan-

putusan KPPU tentang penyalahgunaan posisi

dominan dan dikaitkan atau berdasarkan Pasal 25 UU

No.5 tahun 1999.

A. Posisi Dominan

1. Pengaturan Posisi Dominan di Uni Eropa dan

Amerika Serikat

a) Uni Eropa

UU Antimonopoli mengikuti EU Article 102 ( ex

Article 82) European Community Treaty yang

menggunakan istilah dominan position. Adapun bunyi

Article 102 yaitu

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

46

“one or more undertakings of a dominant position with

the common market or a substantial part of it shall be

prohibited… such abuse in particular, consist in: (a)

Directly or indirectly imposing unfair purchase or selling

prices or unfair trading conditions; (b) Limiting

production, market or technical development to the

prejudice of consumers; (c) Applying dissimilar conditions

to equivalent transactions with other trading parties,

thereby placing them at a competitive disadvantage; (d)

Making the conclusion of contracts subject to acceptance

by the other parties of supplementary obligations which,

by their nature or according to commercial usage, have

no connection with the subject of such contracts.

Di Uni eropa, dalam kasus continental Can1,

European Commission menyatakan bahwa pelaku

usaha mempunyai posisi dominan apabila mempunyai

kekuatan untuk melakukan tindakan secara

independen, tanpa mempertimbangkan pesaing-

pesaingnya, pembeli-pembelinya atau pemasok-

pemasoknya. Posisi dominan terjadi apabila pelaku

usaha dapat menentukan harga, mengontrol produksi

atau distribusi untuk jumlah produk yang signifikan

karena pelaku usaha tersebut mempunyai pangsa

pasar tertentu atau karena mempunyai pangsa pasar

ditambah dengan adanya kemampuan ilmu teknologi

1Continental Can Co Inc, Re (1972) JO L7/25, (1972) CMLR D11 … 259, 262, 272,

358

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

47

bahan mentah atau modal tertentu.2 Jadi, menurut

European Commission dalam kasus ini, unsur

terpenting dalam posisi dominan adalah independensi

dan kekuatan untuk menentukan harga. Pelaku usaha

hanya dikatakan mempunyai posisi dominan apabila

tindakan-tindakannya tidak terhambat oleh pesaing-

pesaingnya.3

Kasus lain yang dapat untuk menjelaskan posisi

dominan di eropa ini yaitu putusan ECJ (European

Court of Justice) yang melibatkan Hoffman La Roche v.

Commission of the European Communities) yaitu

“according to the classical test, a dominant position

under Article 102 ( ex Article 82) of the Treaty is „a

position of economic strength enjoyed by an undertaking

which enables it to prevent effective competition being

maintained on the relevant market by affording it the

power to behave to an appreciable extent independently

of its competitors, its customers and ultimately of the

consumers”.

ECJ (European Court of Justice) dalam Hoffmann-

La Roche4 menegaskan bahwa penyalahgunaan (abuse)

2Ibid

3M. Hawin, dkk, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan Perkembangannya,

CICODS FH-UGM, Yogyakarta, 2009, hal. 76 4Hoffmann-La Roche & Co AG v. Commission (1979) ECR 461, (1979) 3 CMLR

211

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

48

posisi dominan menurut Pasal 102 European

Community Treaty merupakan konsep yang objektif

berkaitan dengan tingkah laku pemegang posisi

dominan yang mempengaruhi struktur pasar yang

menyebabkan persaingan dalam pasar tersebut

menjadi lemah.

b) Amerika Serikat

Posisi dominan di Amerika Serika tidak diatur

secara jelas dalam UU Persaingan Usaha Amerika

Serika, yang diatur hanya penyalahgunaan posisi

dominan. Namun meskipun demikian, dari berbagai

literatur yang dibaca penulis. Posisi dominan di

Amerika menekankan istilah market power5. Pelaku

usaha yang mempunyai substantial market power

secara unilateral dapat menaikkan harga produknya di

atas tingkat harga yang kompetitif dalam waktu yang

cukup lama dengan meraih keuntungan. Pelaku usaha

yang tidak mempunyai substantial market power harus

membutuhkan pelaku usaha lain dengan cara

5Market Power atau kekuatan pasar yang dimaksud adalah kemammpuan pelaku usaha untuk meningkatkan harga menjauhi biaya marjinalnya. Kemampuan tersebut didapat melalui penetapan harga yang tinggi tanpa menimbulkan kerugian berarti maupun dengan menekan biaya produksi yang timbul. Pelaku usaha dengan kekuatan pasar yang besar mampu menyerap surplus lebih dibandingkan konsumennya maupun suppliernya pada saat bertransaksi. (Perkara Nomor: 09/KPPU-L/2009, hal.109).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

49

membuat perjanjian kolusif (collusive dealing) untuk

melakukan hal yang sama.6

Berbeda dengan pendapat ECJ (European Court

of Justice) yang menekankan faktor independensi,

pengadilan-pengadilan di AS dan Australia

menekankan pada kekuatan untuk mengontrol harga.

Ada beberapa sarjana yang mengatakan bahwa kriteria

independensi yang dipakai oleh ECJ adalah „cacat‟ dan

tidak dapat secara memuaskan membedakan antara

pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan dan

yang tidak. Beberapa sarjana ini mengatakan bahwa

ukuran yang lebih baik adalah kemampuan untuk

membatasi output secara substansial dalam pasar.7

Kekuatan untuk membatasi output berarti kekuatan

untuk mengontrol harga. Jadi, beberapa sarjana ini

mengikuti ukuran yang dipakai di AS.

2. Pengaturan Posisi Dominan di Indonesia

Pengaturan posisi dominan di Indonesia

tercantum dalam pasal 1 angka (4) Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktik

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, yaitu:

6M. Hawin, dkk, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan Perkembangannya, CICODS FH-UGM, Yogyakarta, 2009, hal.76 7Ibid

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

50

“Posisi dominan adalah keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu”.

Ketentuan ini menetapkan syarat atau parameter

posisi dominan. Syarat yang dimaksud adalah pelaku

usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti atau

pelaku usaha mempunyai posisi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pelaku usaha pesaingnya di

pasar yang bersangkutan dalam kaitan pangsa

pasarnya, kemampuan keuangan, kemampuan akses

pada pasokan atau penjualan, dan kemampuan

menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau

jasa tertentu.

Syarat yang ditetapkan oleh Pasal 1 angka (4) UU

No. 5/1999 yang penting adalah bahwa pelaku usaha

yang mempunyai posisi dominan mempunyai posisi

tertinggi diantara pesaingnya dalam kaitan dengan

kemampuan keuangan, kemampuan akses pasa

pasokan atau penjualan, dan kemampuan

menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau

jasa tertentu. Namun ketentuan ini tidak menjelaskan

syarat-syarat tersebut harus dipenuhi oleh suatu

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

51

pelaku usaha secara kumulatif atau tidak. Artinya,

apakah jika salah satu syarat tersebut dimiliki oleh

pelaku usaha dapat dinyatakan bahwa pelaku usaha

tersebut sudah mempunyai posisi dominan? Dari

pengertian posisi dominan Pasal 1 angka (4) tersebut

dapat diketahui 3 (tiga) unsur penting tersebut

diuraikan dan juga ditafsirkan di bawah ini yaitu8

1. Kemampuan keuangan

Salah satu unsur yang menyatakan bahwa suatu

pelaku usaha mempunyai posisi dominan adalah

apabila pelaku usaha mempunyai keuangan yang lebih

besar (kuat) dibandingkan dengan keuangan pelaku

usaha pesaingnya. Pengertian kemampuan keuangan

suatu pelaku usaha dapat dipahami khususnya

kemampuan ekonomi pelaku usaha tersebut yang

pada pokoknya mempunyai kemungkinan keuangan

artinya kemampuan keuangan yang dimiliki sendiri,

untuk melakukan investasi sejumlah uang tertentu

dan mempunyai akses menjual kepada pasar modal.

Secara sederhana dilihat dari keberadaan pelaku

usaha yang mempunyai pangsa pasar yang lebih tinggi

(besar) dibandingkan dengan pelaku usaha

8Ibid

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

52

pesaingnya, pelaku usaha yang mempunyai pangsa

pasar yang lebih tinggi akan mempunyai keuangan

yang lebih besar dibandingkan dengan pelaku usaha

pesaingnya. Karena presentase nilai jual atau beli yang

lebih tinggi atas suatu barang atau jasa tertentu

dibandingkan dengan nilai jual atau beli pesaing-

pesaingnya akan menunjukkan ke kemampuan

keuangan yang lebih kuat atau lebih besar. Faktor-

faktor menetapkan pelaku usaha mempunyai

keuangan yang kuat adalah dapat dilihat dari:

a. Modal dasar

b. Cash flow

Pengertian cash flow adalah aliran kas

perusahaan yang secara riil diterima dan

dikeluarkan oleh perusahaan untuk keperluan

operasi, pendanaan, dan investasi.9

Aliran kas yang masuk ke perusahaan disebut

dengan cash in flow, sedangkan aliran kas yang

keluar dari perusahaan dinamai cash out flow.

Aliran kas dapat dibedakan menjadi 3 jenis :

Aliran kas awal (Initial Cash Flow)

merupakan aliran kas yang berkaitan

dengan pengeluaran untuk kegiatan

9http://chellme.blogspot.com/2012/02/cash-flow-adalah.html

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

53

investasi misalnya; pembelian tanah,

gedung, biaya pendahuluan dan lain

sebagainya. Aliran kas awal dapat

dikatakan aliran kas keluar (cash out

flow).

Aliran kas operasional (Operational Cash

Flow) merupakan aliran kas yang

berkaitan dengan operasional proyek

seperti penjualan, biaya umum, dan

administrasi. Oleh sebab itu aliran kas

operasional merupakan aliran kas masuk

(cash in flow) dan aliran kas keluar (cash

out flow).

Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow)

merupakan aliran kas yang berkaitan

dengan nilai sisa proyek (nilai residu)

seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek

yaitu penjualan peralatan proyek.

c. Omzet

Omzet adalah nilai transaksi yang terjadi dalam

hitungan waktu tertentu, misalnya harian,

mingguan, bulanan, tahunan.10

d. Keuntungan

10

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101116024929AAfHFoI

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

54

e. Batas kredit dan

f. Akses ke pasar keuangan nasional dan

internasional.

2. Kemampuan Pada Pasokan atau Penjualan

Unsur kemampuan mengatur pasokan atau

penjualan adalah salah satu ciri pelaku usaha yang

mempunyai posisi dominan. Kemampuan ini dapat

dilakukan oleh suatu pelaku usaha jika memiliki

pangsa pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pangsa pasar pesaing-pesaingnya. Oleh karena itu

penilaian atau penetapan pangsa pasar pelaku usaha

pada pasar bersangkutan sangat penting. Untuk itu,

pengertian pangsa pasar harus dipahami terlebih

dahulu, yaitu persentase nilai jual atau beli barang

atau jasa tertentu yang dikuasai oleh pelaku usaha

pada pasar bersangkutan dalam tahun kalender

tertentu.

Jika pangsa pasar pelaku usaha sudah

ditetapkan, mempunyai pangsa pasar yang lebih tinggi

daripada pesaingnya, maka dapat ditentukan apakah

pelaku usaha yang menguasai pangsa pasar dalam

persentase tertentu dapat melakukan praktik monopoli

dan/atau persaingan usaha tidak sehat pada pasar

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

55

yang bersangkutan yaitu melalui kemampuan

pengaturan jumlah pasokan atau penjualan barang

tertentu di pasar yang bersangkutan. Kemampuan

pengaturan pasokan atau penjualan barang atau jasa

tertentu menjadi salah satu bukti bentuk

penyalahgunaan posisi dominan yang dapat dilakukan

oleh pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan

yang mengakibatkan pelaku usaha pesaingnya tidak

dapat bersaing pada pasar yang bersangkutan.

3. Kemampuan Menyesuaikan Pasokan atau

Permintaan

Kemampuan pelaku usaha untuk menyesuaikan

pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu

pada pasar yang bersangkutan menjadi salah satu

unsur dalam pengertian posisi dominan yang

ditetapkan di dalam Pasal 1 angka (4). Pada prinsipnya

kemampuan menyesuaikan pasokan atau permintaan

atas suatu barang atau jasa tertentu pada pasar yang

bersangkutan mempunyai kesamaan dengan

kemampuan mengatur pasokan atau penjualan barang

atau jasa tertentu. Pelaku usaha yang mempunyai

posisi dominan mempunyai kemampuan untuk

menyesuaikan pasokan atau permintaan pada pasar

yang bersangkutan. Oleh karena itu, penetapan siapa

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

56

pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan pada

pasar yang bersangkutan penting untuk dilakukan.

Selanjutnya penulis menyinggung mengenai monopoli.

Secara harafiah, monopoli berasal dari bahasa Yunani

yang terdiri dari kata „monos‟ yang artinya sendiri dan

„polein‟ yang artinya penjual. Sehingga monopoli

diartikan sebagai suatu kondisi di mana hanya ada

satu penjual yang menawarkan suatu barang atau

jasa tertentu. Sedangkan definisi monopoli menurut

UU larangan praktik monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat adalah penguasaan atas produksi

dan/atau pemasaran barang dan/atau atas

penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau

satu kelompok pelaku usaha.11

Istilah monopoli sering kali dipakai untuk

menunjuk 3 (tiga) titik berat yang berbeda yaitu12:

a. Menggambarkan suatu struktur pasar dalam hal

ini keadaan koleratif permintaan dan

penawaran.

b. Menggambarkan suatu posisi dalam hal ini

monopoli bisa dilakukan oleh lebih dari satu

penjual yang membuat keputusan bersama

tentang produksi dan harga. 11Pasal 1 angka (1) UU No.5 tahun 1999. 12

Siswanto, Arie, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan, 2004, hal. 19

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

57

c. Menggambarkan kekuatan yang dipegang oleh

penjual untuk menguasai penawaran,

menentukan harga serta memanipulasi harga.

Pada dasarnya monopoli sering kali

dikategorikan sebagai hal yang negatif, akan tetapi

monopoli juga ternyata memiliki manfaat salah

satunya ialah memaksimalkan efisiensi pengelolaan

sumber daya ekonomi tertentu. Hal ini terjadi apabila

sumber daya alam minyak bumi dikelola oleh satu

unit usaha tunggal yang besar, maka ada

kemungkinan terhadap biaya-biaya tertentu akan bisa

dihindari. Adapun jenis-jenis monopoli yaitu13:

1) Monopoli yang terjadi karena memang

dikehendaki oleh Undang-Undang

(monopoly by law).

Jenis monopoli seperti ini, ada dalam

Pasal 33 UUD 1945 yang menghendaki

adanya monopoli Negara untuk menguasai

bumi dan air berikut kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya, serta cabang-

cabang produksi yang menguasai hajat

hidup orang banyak.

Selain itu, Undang-Undang juga

memberikan hak istimewa dan

13

Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publising, Jawa Timur, 2009 hal. 40-47

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

58

perlindungan hukum dalam jangka waktu

tertentu terhadap pelaku usaha yang

memenuhi syarat tertentu atas hasil riset

dan inovasi yang dilakukan sebagai hasil

pengembangan terknologi yang

bermanfaat bagi umat manusia.

Pemberian hak-hak ekslusif atas

penemuan baru, baik yang berasal dari

hak atas kekayaan intelektual seperti hak

cipta dan hak atas kekayaan industri

seperti paten, merek, desain produksi,

rahasia dagang, dan lain-lain. Semuanya

itu pada dasarnya merupakan bentuk lain

monopoli yang diakui dan dilindungi oleh

Undang-Undang.

2) Monopoli yang lahir dan tumbuh secara

alamiah karena didukung oleh iklim dan

lingkungan usaha yang sehat (monopoly by

nature).

Seperti yang diuraikan di atas, monopoli

bukanlah merupakan suatu perbuatan

jahat atau terlarang apabila kedudukan

tersebut diperoleh dengan

mempertahankan posisi tersebut melalui

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

59

kemampuan prediksi dan naluri bisnis

yang professional.

Kemampuan sumber daya manusia yang

professional, kerja keras, dan strategi

bisnis yang tepat dalam mempertahankan

posisinya akan membuat suatu

perusahaan memiliki kinerja yang unggul

(superior skill) sehingga tumbuh secara

cepat dengan menawarkan suatu

kombinasi antara kualitas dan harga

barang atau jasa serta pelayanan

sebagaimana dikehendaki konsumen.

Sehingga perusahaan tersebut dapat

menyediakan keluaran (output) yang lebih

efisien daripada apa yang dihasilkan oleh

perusahaan-perusahaan yang lainnya,

Pada akhirnya, perusahaan ini mampu

mengelola secara tepat 5 (lima) faktor

persaingan yang menentukan kemampuan

laba industri dalam hal ini daya tawar

menawar pemasok, ancaman pendatang

baru, daya tawar menawar pembeli,

ancaman produk atau jasa substitusi, dan

persaingan diantara perusahaan yang ada.

Monopoli alamiah ini juga dapat terjadi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

60

bila untuk suatu ukuran pasar akan lebih

efisien bila hanya ada satu pelaku usaha

atau perusahaan yang melayani pasar

tersebut. Perusahaan lain dalam hal ini

perusahaan kedua yang memasuki arena

persaingan akan menderita rugi dan

tersingkir secara alamiah, karena ukuran

pasar yang tidak memungkinkan adanya

pendatang bagi pelaku usaha baru.

3) Monopoli yang diperoleh melalui lisensi

dengan menggunakan mekanisme

kekuasaan (monopoly by license).

Jenis monopoli seperti ini dapat terjadi

oleh karena adanya kolusi antara para

pelaku usaha dengan birokrat pemerintah.

Kehadiran monopoli seperti ini

menimbulkan distorsi ekonomi karena

mengganggu bekerjanya mekanisme pasar

yang efisien.

Berbagai kelompok usaha yang dekat

dengan pusat kekuasaan dalam

pemerintahan pada umumnya memiliki

kecenderungan melakukan perbuatan

yang mencederai semangat persaingan

usaha.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

61

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kalau posisi dominan menekankan pada keadaan di

mana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang

berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan

pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha

mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di

pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan

keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau

penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan

pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu.

Sementara monopoli menekankan pada penguasaan

atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau

atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha

atau satu kelompok pelaku usaha.

Pelaku usaha posisi dominan dan pelaku usaha

monopoli memiliki kesamaan dalam hal ini

mempunyai dua pengaruh terhadap harga dan sama-

sama dapat menciptakan rintangan masuk pasar bagi

pelaku usaha lain yang mau memasuki pasar

bersangkutan. Pengaruh terhadap harga ini seringkali

atau tidak selalu meningkatkan tingkat harga untuk

memperoleh keuntungan lebih dan menggunakan

diskriminasi harga.

Sementara perbedaannya adalah pelaku usaha yang

memiliki posisi dominan perlu memperhatikan reaksi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

62

konsumen sebab mungkin dengan menaikan tingkat

harga kemungkinan akan memicu konsumen pelaku

usaha posisi dominan tersebut untuk beralih ke

pesaingnya. Pelaku usaha yang memiliki posisi

dominan masih memberikan sedikit ruang bagi pelaku

usaha lain untuk berpartisipasi di pasar, sedangkan

pelaku usaha yang monopolis memiliki ruang gerak

yang cukup besar tanpa harus memperhatikan reaksi

konsumen ketika menaikan tingkat harga dan

hambatan yang diciptakan pelaku usaha monopoli

sangat kuat.

B. Penyalahgunaan Posisi Dominan

1. Pengaturan Penyalahgunaan Posisi Dominan di

Uni Eropa dan Amerika Serikat.

a. Uni Eropa

Dasar pelarangan penyalahgunaan posisi

dominan di negara-negara Uni Eropa yaitu EU Article

102 ( ex Article 82) European Community Treaty yang

berjudul Treaty Establishing The European Economic

Community,14 yaitu:

Any abuse by one or more undertakings of a dominant

position within the common market or in a substantial part

14

Ibrahim, Johnny, Hukum Persaingan Usaha Filosofi, Teori, dan Impikasi Penerapannya di Indonesia, Bayumedia Publising, Jawa Timur, 2009 hal. 178

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

63

of it shall be prohibited as incompatible with the common

market in so far as it may affect trade between Member

States. Such abuse may, in particular, consist in:

(a) directly or indirectly imposing unfair purchase or

selling prices or unfair trading conditions;

(b) limiting production, markets or technical

development to the prejudice of consumers;

(c) applying dissimilar conditions to equivalent

transactions with other trading parties, thereby

placing them at a competitive disadvantage;

(d) making the conclusion of contracts subject to

acceptance by the other parties of supplementary

obligations which, by their nature or according to

commercial usage, have no connection with the

subject of such contracts.

Intinya dari Article 102 ini menyatakan bahwa

pelarangan ini ditujukan pada perusahaan yang

memegang posisi dominan di pasar (market dominance)

dan dengan demikian memiliki kekuatan untuk

mengontrol pasar.15

Hal lain yang menarik dalam pengaturan

penyalahgunaan posisi dominan di Eropa adalah

Pricing Abuses and non- Abuses Pricing.

Pricing Abuses (other than Excessive Pricing)

15

Siswanto, Arie, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan, 2004, hal. 46

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

64

Pricing Abuses menekankan pada Predatory

Pricing. Predatory Pricing adalah tindakan pelaku

usaha memberikan harga produknya sangat murah

sehingga pesaing-pesaingnya tidak mampu

menyainginya kemudian terpaksa keluar dari pasar.

Setelah pesaing-pesaing tersebut keluar dari pasar,

pelaku usaha tersebut dapat menaikkan harga pada

tingkat monopoli dan dapat menutupi kerugian-

kerugian yang telah dialami.16

Di European Commission dalam kasus AKZO,

menegaskan bahwa harga di atas Average Variable

Cost, asalkan di bawah Average Total Cost yang

ditentukan dengan tujuan untuk menghilangkan

persaingan, tetap dapat dikatakan melanggar.17

Predatory Pricing jarang terjadi karena mungkin

harus ada „pengorbanan‟ terlebih dahulu yang harus

dilakukan oleh pelakunya yakni pengorbanan

penghasilan bersih untuk sementara. Predatory Pricing

dalam arti yang sebenarnya tidak bisa terjadi kecuali

ada pengorbanan kehilangan keuntungan bersih

untuk sementara dengan harapan dapat memperoleh

pendapatan yang lebih besar di masa yang akan

datang. Tindakan ini bertujuan untuk menghalau

16M. Hawin, dkk, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan Perkembangannya, CICODS FH-UGM, Yogyakarta, 2009, hal. 90 17

Ibid

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

65

pesaing dari pasar, kemudian pelakunya akan dapat

menutupi kerugiannya (recoupment) dengan

memperoleh laba yang tinggi karena tidak ada

pesaingnya. Bagi pelaku, pengorbanan kehilangan

keuntungan tersebut merupakan investasi untuk

mendapatkan kuntungan monopolistic di masa

mendatang. Pelaku harus dapat memprediksi bahwa

keuntungan yang akan datang harus melebihi

investasi yang telah dikeluarkan. Jadi, wajar apabila

Predatory Pricing jarang terjadi.

Posisi EU adalah cenderung tidak menggunakan

syarat the Recoupment Test18. dalam kasus AKZO

tersebut di atas, syarat ini tidak disinggung oleh

European Commission. Bahkan penetapan harga di

atas Average Variable Cost asalkan di bawah Average

Total Cost yang dilakukan untuk tujuan

menghilangkan persaingan dapat dikatakan Predatory.

Dalam kasus Tetra Pak II,19 European Court of Justice

juga mengatakan:

18Recoupment Test dipergunakan untuk mengkaji apakah pelaku usaha yang melakukan praktik tersebut telah sukses mencapai tujuannya, yaitu menyingkirkan pesaingnya ke luar pasar dan menghalangi pesaing lainnya masuk ke dalam pasar. Tes ini kemudian juga melihat apakah pelaku usaha predator akan mampu mendapatkan keuntungan yang melebihi keuntungan kompetitif untuk menutupi kerugian yang dideritanya selama menjalankan praktik predatory. (Peraturan KPPU N.6 tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 20 UU NO.5 tahun 1999, hal. 20). 19

Case C – 333/94 P, Tentra Pak International SA v. Commission (1996) ECR I – 5951, (1997) 4 CMLR 662.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

66

“[I] would not be appropriate, in the circumstances

of the present case, to require … proof that Tetra

Pak had a realistic chance of recouping its losses. It

must be possible to penalize predatory pricing

whenever there is a risk that competitors will be

eliminated.”20

Dari pernyataan tersebut jelas bahwa Pengadilan

dalam Tentra Pak II tidak mengharuskan the

Recoupment Test dalam Predatory Pricing. Pengadilan

ini menekankan bahwa faktor yang penting dalam

menentukan Predatory Pricing adalah resiko bahwa

pesaing-pesaing akan tergeser.

Posisi hukum antimonopoly Indonesia lebih

cenderung mirip atau mengikuti posisi di EU yang

ketat karena ketentuan Pasal 25 aya (1), secara tidak

langsung melarang Predatory Pricing yang dilakukan

oleh pemegang posisi dominan secara per se dengan

syarat intent atau purpose. Namun KPPU dalam

menangani Predatory Pricing bisa saja bersikap lunak

dengan melihat Pasal 20 yang mensyaratkan adanya

intent untuk menyingkirkan atau mematikan usaha

pesaing dan/atau mensyaratkan bahwa tingkat harga

pelaku harus di bawah Average Cariable cost.

Non-Pricing Abuses

20

Ibid, alinea 44

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

67

Non-Pricing Abuses ini menekankan pada Tying.

Tying merupakan salah satu strategi penjualan yang

juga berpeluang untuk mengganggu persaingan.

Secara sederhana tying bisa didefenisikan sebagai

penjualan suatu produk dengan syarat bahwa si

pembeli harus juga membeli produk lain yang

sebenarya bisa dibeli oleh pembeli dari penjual lain.

Persyaratan pembelian ini dianggap bersifat ilegal

apabila menggangu persaingan.

Mengenai tying umumnya hukum persaingan

negara-negara menentukan bahwa pada dasarnya

praktik ini tidak dengan sendirinya ilegal. Pengecer

menawarkan satu kantung terigu merek A setengah

harga apabila pembeli juga membeli satu kantung gula

pasir merek A, merupakan contoh dari tying yang

diperbolehkan jika perusahaan A, sebagai produsen

terigu merek A, tidak memegang monopoli, baik di

pasar produk terigu atau pun gula pasir.21

Praktik tying bisa dibenarkan adalah jika si

penjual bisa menunjukkan bahwa tying dilakukan atas

dasar sensitivitas teknologi yang mengharuskan

supaya produk tertentu digunakan untuk menghindari

kerusakan.

21

Siswanto, Arie, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan, 2004, hal. 37

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

68

Alasan efisiensi terkadang juga merupakan alasan

yang sering kali bisa diterima di pengadilan. Di

Jerman, misalnya, dalam kasus Wirtschaft und

Wettbewerb, pengadilan membolehkan tindakan dua

surat kabar di Stuttgart yang melakukan praktik tying

dengan cara mengharuskan pemasang iklan di salah

satu surat kabar untuk juga beriklan di surat kabar

lainnya.

b. Amerika Serikat

Putusan-Putusan Mahkamah Agung Amerika

Serikat menyatakan bahwa Section 2 Sherman Act22

tidak menyalahkan pemilikan kekuatan monopoli yang

diperoleh secara sah (natural or legal monopoly power)

tetapi melarang tindakan yang menggunakan

kekuatan monopoli (monopolize) dengan melihat pada

purpose dan intent pelaku. Namun, beberapa putusan

telah berbeda dalam menafsirkan kedua istilah

tersebut. Menurut Standart Oil dan American Tobacco,

actual purpose or intent harus ada, yakni pelaku usaha

22Section ini berbunyi: “Every person who shall monopolize, or attempt to monopolize, or combine or conspire with any other person or person, to monopolize any part of the trade or commerce among the several States, or with foreign nations, shall be deemed guilty of a felony, felony, and, on conviction thereof, shall be punished by fine not exceeding $10,000,000 if a corporation, or, if any other person, $350,000, or by imprisonment not exceeding three years, or by both said punishments, in the discretion of the court.”

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

69

harus mempunyai “positive drive to monopolize”.

Artinya, harus ada praktik-praktik “predatory” yang

menghalangi kemampuan pelaku usaha lain untuk

bersaing. Namun, putusan hakim Hand dalam Alcoa

menunjukkan bahwa bukti actual intent kurang

diperlukan, yang penting adalah bukti adanya

kesengajaan (deliberateness) oleh pemegang kekuatan

monopoli untuk mempertahankan posisi

monopolinya.23

Dalam Alcoa, hal ini ditunjukkan dengan tindakan

aktif Alcoa memperbesar kapasitas produksi

aluminium untuk mengantisipasi permintaan dan

mempertahankan kapasitas produksi yang eksesif

sehingga dapat menghambat pelaku usaha baru

masuk ke pasar. Alcoa dianggap mempunyai tujuan

atau intent terhadap akibat dari tindakan-tindakannya

tersebut. Pengadilan dalam United Shoe mengikuti

Alcoa. United Shoe memperkuat Alcoa dengan

menyatakan bahwa penyalahgunaan kekuatan

monopoli dalam Section 2 Sherman Act cukup dengan

menunjukkan praktik-praktik yang dilakukan dengan

sengaja yang menghambat pesaing masuk ke pasar

walaupun tindakan-tindakan itu sendiri tidak illegal.

23

M. Hawin, dkk, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan Perkembangannya, CICODS FH-UGM, Yogyakarta, 2009, hal. 86

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

70

Namun, pengadilan-pengadilan semenjak tahun

1870an tidak lagi mengikuti pendekatan Alcoa dan

United Shoe membatasi cakupan pelanggaran Section

2 Sherman Act. Jadi telah terjadi perkembangan di

Amerika Serikat. Standart Oil (1911) dan American

Tobacco (1911) mengunakan “teori penyalahgunaan”

(the abuse theory), Alcoa (1945) dan United Shoe (1953)

kemudian meninggalkannya. Selanjutnya mulai tahun

1979, pengadilan kembali menggunakan teori

penyalahgunaan. Artinya, sebagaimana dalam

Standard Oil dan American Tobacco, actual purpose or

intent harus terbukti untuk penyalahgunaan posisi

dominan.24

2. Pengaturan Penyalahgunaan Posisi Dominan di

Indonesia

Sebelum menguraikan pengatuan

penyalahgunaan posisi dominan di Indonesia. Terlebih

dahulu, penulis menjelaskan mengenai pengertian

penyalahgunaan posisi dominan. Istilah

penyalahgunaan posisi dominan terdiri dari kata-kata

penyalahgunaan, posisi, dan dominan. Secara harfiah

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata

24

Ibid

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

71

“penyalahgunaan” adalah suatu proses, cara,

perbuatan penyalahgunaan atau perbuatan

penyelewengan (penyimpangan atau pengkhianatan),

sedangkan arti kata “posisi” adalah kedudukan (orang

atau barang) sementara arti kata “dominan” adalah

bersifat sangat menentukan karena kekuasaan,

pengaruh, tampak menonjol.25 Oleh karena itu,

penyalahgunaan posisi dominan berarti proses, cara,

perbuatan menyelewengkan kedudukan yang bersifat

sangat menentukan karena memiliki kekuasaan atau

pengaruh (dalam hal kegiatan ekonomi).

Arie Siswanto (2004), menyatakan dalam

bukunya yang berjudul Hukum Persaingan Usaha

bahwa penyalahgunaan posisi dominan ini merupakan

praktik yang memiliki cakupan luas. Ketika seorang

pelaku usaha yang memiliki posisi dominasi ekonomi

melalui kontrak mensyaratkan agar konsumenya tidak

berhubungan dengan pesaingnya, maka ia dianggap

telah melakukan penyalahgunaan posisi dominan.

Demikian juga apabila pelaku usaha yang memegang

posisi dominan dengan basis “take it or leave it”

membuat penentuan harga di luar kewajaran.26

25

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008. 26

Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan, 2004, hal. 45

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

72

Istilah penyalahgunaan posisi dominan berasal

dan dialihbahasakan dari bahasa Inggris abuse of

dominant position. Istilah ini merupakan istilah hukum

yang digunakan dan diatur substansinya dalam UU

No. 5 Tahun 1999. Akan tetapi defenisi

penyalahgunaan posisi dominan tidak ditemukan

dalam UU tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan

bahwa pembentuk undang-undang menyerahkan

definisi penyalahgunaan posisi dominan kepada

doktrin, kebiasaan (praktik hukum), dan

yurisprudensi yang mencakup uraian definisi,

batasan, unsur-unsur, ciri-ciri dan kriteria yang

mengabstraksikan penyalahgunaan posisi dominan.27

Selanjutnya penulis menguraikan pengaturan

penyalahgunaan posisi dominan di Indonesia. Pelaku

usaha yang memiliki posisi dominan tidak dilarang

oleh UU No. 5/1999, asalkan pencapaian posisi

dominan tersebut dilakukan melalui persaingan usaha

yang sehat atau fair. Yang dilarang oleh UU No.

5/1999 adalah apabila pelaku usaha tersebut

menyalahgunakan posisi dominannya.

Pertanyaannya adalah bagaimana pelaku usaha

melakukan penyalahgunaan posisi dominannya

27

http://budiyana.wordpress.com/2008/01/21/konsepsi-penyalahgunaan-posisi-dominan/

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

73

sehingga pasar dapat terdistorsi. Bentuk-bentuk

penyalahgunaan posisi dominan atau hambatan-

hambatan persaingan usaha yang dapat dilakukan

oleh pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan

adalah ditetapkan di dalam Pasal 25 ayat 1. Ketentuan

Pasal tersebut menetapkan bahwa pelaku usaha

dilarang menggunakan posisi dominan baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk :

a. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan

tujuan untuk mencegah dan/atau menghalangi

konsumen memperoleh barang dan/atau jasa

yang bersaing dari segi harga maupun kualitas;

atau

b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi;

atau

c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi

menjadi pesaing untuk memasuki pasar yang

bersangkutan.

Untuk memahami lebih dalam mengenai isi Pasal 25

ini, maka penulis melakukan penafsiran berdasarkan

Buku Ajar Hukum Persaingan Usaha antara Teks dan

Konteks28, yang menjelaskan mengenai isi Pasal 25

ayat 1 tersebut, yaitu:

28

Lubis, Andi Fahmi (dkk.), Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, Printed in Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 180

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

74

a. Mencegah atau menghalangi konsumen

Pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan

dapat melakukan suatu tindakan untuk mencegah

atau menghalangi konsumen untuk memperoleh

barang dan/atau jasa yang bersaing, baik dari segi

harga maupun kualitas dengan menetapkan syarat

perdagangan. Syarat utama yang harus dipenuhi oleh

ketentuan Pasal 25 ayat 1 huruf a adalah syarat

perdagangan yang dapat mencegah konsumen

memperoleh barang yang bersaing baik dari segi harga

maupun dari segi kualitas. Dapat disimpulkan bahwa

konsumen telah mempunyai hubungan bisnis dengan

pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan.

Pertanyaannya adalah mengapa pelaku usaha

yang mempunyai posisi dominan dapat mengontrol

konsumen atau pembeli untuk tidak membeli barang

dari pesaingnya? Biasanya konsumen tersebut ada

ketergantungan terhadap pelaku usaha yang

mempunyai posisi dominan. Posisi dominan pelaku

usaha yang dapat mencegah konsumen untuk tidak

memperoleh barang atau jasa dari pesaing pelaku

usaha yang mempunyai posisi dominan adalah sangat

kuat. Dikatakan sangat kuat, karena pelaku usaha

tersebut dapat mengontrol perilaku konsumen

tersebut untuk tidak membeli barang yang bersaing

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

75

dari pesaing pelaku usaha yang mempunyai posisi

dominan tersebut. Mengapa pelaku usaha yang

mempunyai posisi dominan dapat mengontrol

konsumen/pembeli tersebut? karena pelaku usaha

yang mempunyai posisi dominan menetapkan syarat-

syarat perdagangan di depan, yaitu pada waktu

konsumen/ pembeli mengadakan hubungan bisnis

dengan pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan

tersebut. Hal ini memang agak jarang ditemukan di

dalam aturan hukum persaingan usaha negara lain.

Yang sering terjadi adalah bahwa pelaku usaha posisi

dominan menolak pelaku usaha yang lain (pembeli)

untuk mendapatkan barang dari pelaku usaha yang

mempunyai posisi dominan tersebut (refusal to deal).

b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi

Pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan

dapat membatasi pasar. Pengertian membatasi pasar

di dalam ketentuan ini tidak dibatasi. Pengertian

membatasi pasar yang dilakukan oleh pelaku usaha

yang mempunyai posisi dominan sebagai penjual atau

pembeli dapat diartikan dimana pelaku usaha yang

mempunyai posisi dominan mempunyai kemungkinan

besar untuk mendistorsi pasar yang mengakibatkan

pelaku usaha pesaingnya sulit untuk dapat bersaing di

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

76

pasar yang bersangkutan. Bentuk-bentuk membatasi

pasar dapat dilakukan berupa melakukan hambatan

masuk pasar (entry barrier), mengatur pasokan barang

di pasar atau membatasi peredaran dan/atau

penjualan barang dan/atau jasa di pasar yang

bersangkutan29 dan melakukan jual rugi yang akan

menyingkirkan persaingnya dari pasar.30 Termasuk

melakukan perjanjian tertutup31 dan praktik

diskriminasi32 dapat dikategorikan suatu tindakan

membatasi pasar.

Misalnya definisi diskriminasi tidak ada ditetapkan di

dalam UU No. 5/1999. Secara umum tindakan

diskriminasi dapat diartikan bahwa seseorang atau

pelaku usaha memperlakukan pelaku usaha lain

secara istimewa, dan pihak lain pelaku usaha lain

tidak boleh menikmati keistimewaan tersebut, atau

ditolak. Atau pelaku usaha yang menguasai suatu

fasilitas jaringan teknologi tertentu (essential facilities

doctrine) yang seharusnya dapat dibagikan kepada

pelaku usaha pesaingnya asalkan tidak mengganggu

sistem jaringan teknologi tersebut jika dibagikan

kepada pelaku usaha pesaingnya. Tentu pelaku usaha

29

Pasal 19 huruf c UU No. 5 tahun 1999. 30Ibid., Pasal. 20 31

Ibid., Pasal. 15 32

Ibid., Pasal. 19

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

77

yang menikmati jaringan teknologi harus membayar

sejumlah uang sebagai ganti rugi penggunaan jaringan

tersebut.

Penyalahgunaan yang lain yang diatur di dalam

25 ayat (1) huruf b adalah membatasi pengembangan

teknologi. Sebenarnya pengembangan teknologi adalah

merupakan hak monopoli pelaku usaha tertentu yang

menemukannya menjadi hak atas kekayaan

intelektual penemunya. Hal ini sejalan dengan

ketentuan Pasal 50 huruf b UU No. 5/1999 yang

mengecualikan hak atas kekayaan intelektual. Oleh

karena itu, pengertian pembatasan pengembangan

teknologi harus diinterpretasikan sebagai upaya

pelaku usaha tertentu terhadap pengembangan

teknologi yang dilakukan oleh pelaku usaha

pesaingnya untuk meningkatkan produksi barang baik

segi kualitas mapun kuantitas.

c. Menghambat pesaing potensial

Bentuk penyalagunaan posisi dominan yang

dilakukan oleh pelaku usaha yang mempunyai posisi

dominan adalah menghambat pelaku usaha yang lain

yang berpotensi menjadi pesaing di pasar yang

bersangkutan. Ketentuan ini ada kesamaan dengan

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

78

larangan Pasal 19 huruf a yang menetapan menolak

dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk

melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar

bersangkutan. Di dalam hukum persaingan usaha

dikenal apa yang disebut dengan pesaing faktual dan

pesaing potensial.33 Pesaing faktual adalah pelaku

usaha-pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha

yang sama di pasar yang bersangkutan. Sedangkan

pesaing potensial adalah pelaku usaha yang

mempunyai potensi yang ingin masuk ke pasar yang

bersangkutan, baik oleh pelaku usaha dalam negeri

maupun pelaku usaha dari luar negeri. Hambatan

masuk pasar bagi pesaing potensial yang dilakukan

oleh perusahaan swasta dan hambatan masuk pasar

oleh karena kebijakan-kebijakan Negara atau

pemerintah.

Hambatan masuk pasar oleh pelaku usaha posisi

dominan swasta adalah penguasaan produk suatu

barang mulai proses produki dari hulu ke hilir hingga

pendistribusian – sehingga perusahaan tersebut

demikian kokoh pada sektor tertentu mengakibatkan

pelaku usaha potensial tidak mampu masu ke pasar

yang bersangkautan. Sedangkan hambatan masuk

33

Silalahi, Udin, Perusahaan Saling Mematikan & Bersekongkol: Bagaimana Cara Memenangkan?, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

79

pasar akibat kebijakan negara atau pemerintah ada

dua, yaitu hambatan masuk pasar secara struktur dan

strategis. Hambatan masuk pasar secara struktur

adalah dalam kaitan sistem paten dan lisensi.

Sementara hambatan masuk pasar secara strategis

adalah kebijakan-kebijakan yang memberikan

perlindungan atau perlakuan khusus bagi pelaku

usaha tertentu, akibatnya pesaing potensial tidak

dapat masuk ke dalam pasar. Jadi, di dalam hukum

persaingan usaha ukuran yang sangat penting adalah

bahwa pesaing potensial bebas keluar masuk ke pasar

yang bersangkutan.

Selain pelaku usaha yang dominan dapat

melakukan penyalahgunaan posisi dominannya

sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 25 ayat 1

tersebut, pelaku usaha tersebut dapat juga melakukan

perilaku yang diskriminatif, baik diskriminasi harga

dan non harga dan jual rugi (predatory pricing).

Peraturan KPPU No.6 tahun 2010 tentang

pedoman pelaksanaan Pasal 25 tentang

penyalahgunaan posisi dominan berdasarkan UU No.5

tahun 1999, menguraikan konsep dasar

penyalahgunaan posisi dominan yaitu pertama,

penentuan posisi dominan, dan kedua, melakukan

tindakan yang bersifat antipersaingan. Konsep dasar

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

80

ini berawal dari pemikiran bahwa penyalahgunaan

posisi dominan (abuse of dominant position) muncul

ketika pelaku usaha memiliki kekuatan secara

ekonomi yang memungkinkan pelaku usaha yang

bersangkutan untuk beroperasi di pasar tanpa

terpengaruh oleh persaingan dan melakukan tindakan

yang dapat mengurangi persaingan (lessen

competition).

a. Perilaku Eksklusif

PPD biasanya dapat dilihat dari perilaku strategis

perusahaan atau strategic behavior. Strategic behavior

adalah sebuah konsep bagaimana sebuah perusahaan

dapat mengurangi tingkat persaingan yang berasal

dari pesaing yang sudah ada maupun pesaing

potensial yang baru akan bermain di pasar yang pada

dasarnya ditujukan untuk menigkatkan profit

perusahaan. Perilaku ini tidak hanya dipusatkan pada

penetapan harga maupun kualitas secara sederhana.

Namun lebih kompleks lagi mengejar pangsa pasar,

memperlebar kapasitas, hingga mempersempit ruang

gerak pesaing.

Strategic behavior terdiri dari dua tipe yaitu,

dalam bentuk kooperatif maupun non kooperatif.

Strategic behavior kooperatif diciptakan untuk

mengubah kondisi pasar sehingga memudahkan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

81

semua perusahaan untuk berkoordinasi dan

membatasi respon pesaingnya. Bentuk Strategic

behavior kooperatif ini mampu meningkatkan profit

semua perusahaan yang bermain di pasar dengan

meminimalisir persaingan. Konsep kedua ini mengacu

pada perilaku kolusif yang dimotori oleh perusahaan

dominan. Perilaku Price Leadership termasuk ke dalam

tipe kedua ini. Sementara Strategic behavior yang

bersifat non kooperatif mengacu pada tindakan pelaku

usaha yang mencoba meningkatkan profit dengan

meningkatkan posisi relatifnya terhadap pesaing.

Pelaku usaha tidak melakukan kerjasama satu sama

lain. Strategic behavior jenis ini biasanya

meningkatkan profit satu perusahaan dan

menurunkan profit perusahaan pesaing.

Perilaku strategis yang termasuk dalam kategori

bersifat non kooperatif ini dapat diistilahkan sebagai

perilaku eksklusif (exclusionary strategic behavior).

Perilaku ekslusif ini merupakan perilaku perusahaan

dominan untuk membatasi atau menyingkirkan

perusahaan pesaingnya, yang terdiri dari dua kategori

yaitu perilaku harga dan perilaku non-harga.

Khusus mengenai perilaku yang menggunakan

instrumen harga, terbagi atas dua jenis yaitu

Predatory pricing dan limit pricing. Dua jenis model ini

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

82

melibatkan kebijakan perusahaan yang dirancang

untuk membuat pesaing tidak tertarik untuk

berkompetisi di pasar. Perusahaan dominan biasanya

memanfaatkan keunggulan posisinya (baik dalam hal

kemampuan produksi, distribusi, akses kepada

pasokan, maupun keuangan) ketika melakukan

strategi perusahaan dalam mengejar pasar.

1. Predatory Pricing

Predatory Pricing merupakan tindakan dari

sebuah perusahaan dominan yang mengeluarkan

pesaingnya dengan cara menetapkan harga di bawah

biaya produksi. Akan tetapi dalam praktiknya juga

digunakan untuk mencegah pesaing masuk ke pasar.

Begitu semua pesaing telah keluar, maka pelaku

usaha dominan langsung menaikkan harga. Selama

periode praktik predatori ini, pelaku usaha dominan

kehilangan keuntungan dan mengalami kerugian

melebihi kerugian pesaingnya. Pelaku usaha dominan

harus mendapatkan semua permintaan pada tingkat

harga yang rendah. Sehingga dapat memelihara harga

yang rendah. Akan tetapi, pesaing masih bebas

menentukan output guna mengurangi kerugiannya.

Tentu saja, selama periode Predatory Pricing ini,

kerugian pelaku usaha dominan lebih besar dibanding

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

83

pesaingnya. Dalam periode ini, konsumenlah yang

memperoleh manfaat, konsumen dapat membeli

produk yang murah. Namun setelah periode ini

selesai, ketika harga harga meningkat pada level yang

lebih tinggi (pada harga monopoli), maka konsumen

akan mengalami kerugian.

Andaikata praktik ini berhasil hingga memaksa

pesaing bangkrut, maka dapat dipastikan aset pesaing

secara permanen dapat ditarik keluar dari industri

atau paling tidak dapat dikuasai oleh predator. Jika

tidak, perusahaa lainnya akan masuk dan membeli

aset tersebut dan persaingan kembali tidak dapat

dihindari. Oleh karena itu, strategi yang paling jitu

supaya praktik ini berhasil adalah membuat pesaing

bangkrut dan membeli semua aset pesaing dengan

harga penawaran.

2. Limit Pricing

Strategic behavoir lainnya yang juga termasuk

perilaku penyalahgunaan posisi dominan adalah Limit

Pricing. Konsep sederhana Limit Pricing, potential

entrant percaya bahwa pelaku usaha dominan tidak

mengubah level outputnya setelah ada pemain baru.

Oleh karena itu, pemain baru akan percaya bahwa

total output industri akan sama dengan output pesaing

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

84

ditambah output incumbent. Pada model ini, dominan

memilih level output dan harga untuk menghilangkan

insentif perusahaan untuk masuk ke pasar. Sehingga

dengan memilih pembatasan produksi, pelaku usaha

dominan mampu mengenakan Limit Pricing pada harga

tinggi, meskipun sebetulnya pelaku usaha dominan

tidak harus berproduksi sebanyak pembatasan

produksi, hal itu dilakukan dalam rangka menghalangi

pesaing masuk, dan memberi ancaman saja dengan

sinyal jika pesaing benar-benar masuk.

b. Dampak PPD terhadap persaingan dan

konsumen.

Adanya PPD di pasar, maka hampir dipastikan

terjadi peningkatan tingkat kosentrasi di suatu

industri yang menjadi indikasi peningkatan market

power pelaku usaha dalam industri tersebut.

Peningkatan market power memberikan keleluasaan

bagi pelaku usaha untuk menetapkan harga (price

maker). Ada tidaknya market power yang dimiliki oleh

pelaku usaha, dapat diindikasikan dengan tingginya

harga jual produk, relatif dengan produk substitusi,

relatif dengan biaya produksi dan tingginya margin

keuntungan pelaku usaha di pasar bersangkutan. Ada

dua jenis dampak dari PPD ini yakni dampak

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

85

terhadap persaingan dan dampak terhadap

konsumen.

1. Dampak terhadap persaingan

Pada indsutri dimana terdapat pelaku usaha

dominan, tingginya market power perusahaan

dominan relatif terhadap para pesaingnya,

memudahkan pelaku usaha tersebut untuk

menentukan output dan harga tanpa terpengaruh

keputusan pesaing. Terdapat dua bentuk dampak

yang diakibatkan oleh penyalahgunaan posisi

dominan.

Dampak yang pertama muncul sebagai akibat dari

penerapan perilaku strategis yang bersifat kooperatif.

Keputusan pelaku usaha dominan untuk menetapkan

harga tinggi sebagai bentuk penggunaan market power

secara optimum akan menjadi pelindung dan insentif

bagi pesaing-pesaingnya untuk turut menikmati harga

yang tinggi tersebut. Fenomena ini adalah bentuk dari

munculnya price leadership. Price leadership yang

menjelaskan bahwa pelaku usaha dominan

mempunyai kekuatan sebagai price setter (penentu

harga). Harga yang ditetapkan oleh pelaku usaha

dominan kemudian akan diikuti oleh pelaku-pelaku

usaha lainnya sebagai price taker. Kehadiran Price

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

86

leadership dalam suatu industri menyebabkan pilihan

konsumen untuk menikmati harga yang lebih murah

menjadi terhambat. Indikasi terjadinya Price leadership

adalah tingginya harga produk, serta tingginya margin

keuntungan antar pelaku usaha.

Dampak yang kedua adalah hasil dari perilaku

strategis yang bersifat non kooperatif. Berdasarkan

uraian sebelumnya terlihat bahwa penerapan strategi

ini akan mampu membatasi atau mempersempit ruang

gerak bagi para pemain baru yang akan masuk ke

dalam industri, dan bahkan mampu mengeluarkan

atau membangkrutkan pelaku usaha pesaingnya.

2. Dampak terhadap konsumen

Pada periode Predatory Pricing dimana pelaku

usaha dominan menetapkan harga yang serendah-

rendahnya, tentu saja konsumen mendapatkan

dampak positif yakni terjadi peningkatan consumer

surplus. Akan tetapi setelah periode Predatory Pricing

tersebut berakhir, dan perusahaan dominan telah

berhasil „mengusir‟ pesaingnya keluar dan bersiap

untuk melakukan manuver sebagai monopolis, dapat

dipastikan peningkatan harga oleh perusahaan

dominan akan terjadi karena pesaing menjadi lebih

sedikit dan nyaris tidak memiliki kekuatan. Sehingga

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

87

consumer loss yang muncul sebagai akibat dari

tingginya harga jual produk dibandingkan dari yang

seharusnya dapat dijangkau lebih murah atau

kuantitas output di pasaran yang jumlahnya lebih

rendah atau sedikit dari yang seharusnya konsumen

dapatkan menjadi naik. Kerugian konsumen lainnya

dengan adanya tindakan PPD ini adalah hilangnya

kesempatan konsumen untuk memperoleh harga yang

lebih rendah, hilagnya kesempatan konsumen untuk

menggunakan layanan yang lebih banyak pada harga

yang sama, kerugian intangible konsumen, serta

terbatasnya alternatif pilihan konsumen.

c. Pembuktian PPD

Pembuktian dugaan PPD, KPPU menggunakan

pendekatan yang dibagi atas 3 (tiga) tahap, yakni:

1. Pendefenisian pasar bersangkutan

2. Pembuktian adanya posisi dominan di pasar

bersangkutan

3. Pembuktian apakah pelaku usaha yang yang

memiliki posisi dominan tersebut telah

melakukan PPD.

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

88

Adapun bagan proses pembuktian PPD ini yaitu

Bagan

Proses Pembuktian Pasal 2534

34Peraturan KPPU Nomor 6 Tahun 2010, tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 25 Tentang Penyalahunaan Posisi Dominan Berdasarkan UU No.5 tahun 1999, Hal. 20

Acuan: Psl 25 ayat 2 -Pangsa pasar >50% -Pangsa pasar >75%

Produk dan

Geografis

Stop

Dugaan Pelanggaran

Pasal 25

Tahap I: Defenisi Pasar Bersangkutan

Tahap II: Pembuktian Posisi

Dominan

Tahap III: Pembuktian

Penyalahgunaan Posisi Dominan

Psl 25 ayat 1 poin:

A dan/atau B dan/atau C

Dugaan Pelanggaran Psl 25

tidak terpenuhi

Dugaan Pelanggaran

Psl 25 terpenuhi

Tidak

Memenuhi

Memenuhi

Memenuhi

Stop Tidak

Memenuhi

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

89

Dari bagan di atas, maka penafsiran Pasal 25 ayat (2)

semakin jelas. Karena dari baga tersebut, diketahui

bahwa ketentuan penguasaan pangsa pasar 50%

untuk satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku

usaha dan 75% untuk dua atau tiga pelaku usaha

atau satu kelompok pelaku usaha sebagaimana diatur

di dalam Pasal 25 ayat 2 tersebut tidak bersifat

absolut. Secara normatif ketentuan Pasal 25 ayat 2

bersifat per se. Artinya, apabila suatu pelaku usaha

sudah menguasai pangsa pasar 50% untuk satu

pelaku usaha dan 75% untuk dua atau tiga pelaku

usaha, maka penguasaan pangsa pasar tersebut

langsung dilarang. Andaikata pendekatan per se

diterapkan kepada Pasal 25, maka sama dengan

menghambat tujuan UU No. 5/1999, yaitu mendorong

pelaku usaha berkembang berdasarkan persaingan

usaha yang sehat. Akan tetapi di dalam praktiknya

KPPU telah menerapkan ketentuan Pasal 25 ayat

tersebut dengan pendekatan rule of reason. Hal ini

untuk menyesuaikan dengan ketentuan Pasal 4, Pasal

13, Pasal 17 dan Pasal 18 UU No. 5/1999 yang

menggunakan pendekatan rule of reason dalam

penerapannya. Alasan Pasal 25 harus diterapkan

dengan menggunakan pendekatan rule of reason yaitu

jika Pasal 25 diterapkan dengan pendekatan per se,

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

90

maka akan membatasi pertumbuhan (perkembangan)

pelaku usaha yang efisien dan inovatif serta kompetitif

di pasar yang bersangkutan.35

Penafsiran serta penerapan seperti ini memang

akan memicu perdebatan diantara KPPU dengan

praktisi hukum yang menginginkan ketentuan Pasal

25 diterapkan sesuai dengan ketentuan Pasal 25

tersebut tanpa perlu menginterpretasikan lebih lanjut.

Akan tetapi harus dilihat prinsip dan tujuan hukum

persaingan usaha, yaitu bukan untuk menghambat

persaingan tetapi untuk mendorong persaingan usaha.

Jadi, pelaku usaha yang dapat bersaing dengan

sehat dan melakukan efisiensi dan inovasi serta dapat

menjadi lebih unggul atau mempunyai posisi dominan

lebih dari pada yang ditetapkan di dalam Pasal 25 ayat

(2) tidak seharusnya dilarang. Sekali lagi pelaku usaha

yang menguasai pangsa pasar lebih dari 50% dan

apabila dua atau tiga pelaku usaha atau satu

kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75%

pangsa pasar, tidak dilarang asalkan pencapaian

tersebut dicapai dengan persaingan usaha yang sehat

atau fair. Sehingga karena ketentuan Pasal 4, 13, 17

35Lubis , Andi Fahmi, Buku Ajar Hk Persaingan Usaha antara Teks dan Konteks, ROV Creative Media , Jakarta, 2009, hal. 170

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

91

dan Pasal 18 menggunakan pendekatan rule of reason,

maka ketentuan Pasal 25 harus diterapkan dengan

pendekatan rule of reason. Kalau tidak demikian,

maka prinsip ketentuan Pasal 25 bertentangan dengan

ketentuan Pasal 4, 13, 17, dan Pasal 18 UU No.

5/1999.

Sebaliknya, jika suatu pelaku usaha tidak menguasai

pangsa pasar lebih dari 50% untuk satu pelaku usaha

(monopoli), tetapi dalam praktiknya dapat melakukan

praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak

sehat. Hal ini dapat terjadi tergantung korelasi

penguasaan pangsa pasar suatu pelaku usaha yang

mempunyai pangsa pasar yang lebih tinggi

dibandingkan dengan sisa pangsa pasar yang dimiliki

oleh pesaing-pesaingnya.

Misalnya, kalau pelaku usaha A mempunyai pangsa

pasar 40% sementara pangsa pasar pesaingnya

tersebar kecil-kecil dikuasai oleh 6 pelaku usaha

dengan penguasaan pangsa pasar masing-masing

10%, yaitu pelaku usaha B menguasai 10%, C10%, D

10%, E 10%, F 10% dan Pelaku usaha G menguasai

10%. Jadi, jika struktur pasar yang demikian, maka

Pelaku usaha A yang mempunyai pangsa pasar 40%

dapat dikatakan sebagai pelaku usaha yang

mempunyai posisi dominan dibandingkan dengan

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

92

penguasaan pangsa pasar pesaingnya masing-masing

menguasai 10%.36 Dalam hal ini jika pelaku usaha

yang mempunyai pangsa pasar 40% tersebut mau, dia

dapat melakukan persaingan usaha tidak sehat di

pasar yang bersangkutan.

Dengan demikian ketentuan penetapan penguasaan

pasar lebih dari 50% untuk satu pelaku usaha atau

satu kelompok pelaku usaha dan penguasaan pangsa

pasar lebih dari 75% untuk dua atau tiga pelaku

usaha tidak berlaku mutlak, karena penguasaan

pangsa pasar di bawah 50% untuk pasar monopoli

dan di bawah 75% untuk pasar oligopoli yang

ditetapkan oleh Pasal 25 ayat 2 UU No. 5 dapat

melakukan persaingan usaha tidak sehat, tergantung

berapa sisa pangsa pasar yang dimiliki oleh pesaing-

pesaingnya. Oleh karena itu Heermann mengatakan

bahwa posisi dominan tidak harus berarti pangsa

pasar paling sedikit 50% atau 75%.

Ketentuan Pasal 25 tentang Penyalahgunaan Posisi

Dominan ini dapat dielaborasi dengan beberapa pasal

lain dalam UU Persaingan Usaha37, yakni:

1. Pasal 6

36

Silalahi, Udin, Perusahaan Saling Mematikan & Bersekongkol: Bagaimana Cara Memenangkan?, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007, hal. 196 37

Peraturan KPPU Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pasal 25 Tentang Penyalahunaan Posisi Dominan Berdasarkan UU No.5 tahun 1999.

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

93

Perusahaan yang memiliki posisi dominan

mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi

harga di pasar, diantaranya melalui penetapan

kebijakan harga (melalui perjanjian) yang

berbeda untuk barang dan/atau jasa yang sama

atau sejenis (diskriminasi harga).

2. Pasal 15

Perusahaan yang memiliki posisi dominan

memiliki kemampuan untuk melakukan

perjanjian tertutup, dalam hal ini mitra dagang

perusahaan yang bersangkutan tidak memiliki

posisi tawar yang kuat untuk memperoleh

persyaratan perjanjian yang lebih adil dan

proporsional secara ekonomis.

3. Pasal 17

Perusahaan dengan posisi dominan pada

hakekatnya identik dengan memiliki kekuatan

monopoli. Dalam kondisi tersebut potensi

terjadinya praktik monopoli yang menghambat

persaingan usaha sehat sangat mungkin terjadi.

4. Pasal 18

Perusahaan dengan posisi dominan, khususnya

di tingkat hilir memiliki kemampuan untuk

menguasai penerimaan pasokan atau menjadi

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

94

pembeli tunggal melalui penetapan syarat-syarat

pembelian tidak wajar kepada supliernya.

5. Pasal 19

Perusahaan dengan posisi dominan pada

hakekatnya memiliki kemampuan untuk

menguasai pasar sehingga dapat melakukan

perilaku seperti diskriminasi, membatasi

peredaran barang atau jasa dan berbagai

perilaku anti persaingan lainnya.

6. Pasal 20

Perusahaan dengan posisi dominan memiliki

kemampuan untuk menetapkan jual rugi atau

harga yang sangat rendah dengan tujuan untuk

menyingkirkan pesaing secara tidak sehat.

7. Pasal 26

Perusahaan dapat melakukan penyalahgunaan

posisi dominan secara tidak langsung, yang

diakibatkan dari rangkap jabatan antar

perusahaan yang bersangkutan.

8. Pasal 27

Perusahaan dapat melakukan penyalahgunaan

posisi dominan secara tidak langsung, yang

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

95

diakibatkan kepemilikan silang antar

perusahaan yang bersangkutan.

9. Pasal 28

Perusahaan yang memiliki posisi dominan dapat

merupakan perusahaan hasil dari

penggabungan beberapa perusahaan, peleburan

dalam satu kelompok perusahaan dan/atau

pengambilalihan perusahaan oleh perusahaan

lain.

Elaborasi Pasal 25 tentang penyalahgunaan posisi

dominan ini dengan beberapa Pasal lain yang telah

diuraikan di atas tidak berimplikasi pada penerapan

Pasal oleh KPPU. Artinya, KPPU dapat menerapkan

Pasal 25 sebagai dakwaan tunggal apabila terkait

struktur pasar, ataupun menggunakan pasal lain

(dakwaan berlapis) yang terkait dengan pembuktian

struktur pasar dan perilaku dari terlapor dalam

menyelidiki dugaan penyalahgunaan posisi dominan.38

C. Pasar Bersangkutan

Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan

dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu

atau daerah tertentu oleh pelaku usaha atas barang

38

Ibid

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

96

dan/atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi

dari barang dan/atau jasa tersebut.39 Pengertian pasar

bersangkutan ini lebih menekankan pada konteks

horizontal yang menjelaskan posisi pelaku usaha

beserta pesaingnya. Hal ini dapat dikategorikan dalam

dua perspektif yaitu pasar berdasarkan produk.terkait

dengan kesamaan atau kesejenisan dan/atau tingkat

substitusinya dan pasar berdasarkan geografis yang

terkait dengan jangkauan dan/atau daerah pemasaran.

Dari definisi pasar bersangkutan di atas, maka

terdapat unsur-unsur penting yang terkandung

didalamnya yaitu:

1. Pasar adalah lembaga ekonomi di mana para

pembeli dan penjual baik secara langsung

maupun tidak langsung dapat melakukan

transaksi perdagangan barang dan/atau jasa.40

2. Jangkauan atau daerah pemasaran

Mengacu pada penetapan pasar bersangkutan

berdasarkan aspek geografis atau daerah

(teritori) yang merupakan lokasi pelaku usaha

melakukan kegiatan usahanya, dan/atau lokasi

ketersediaan atau peredaran produk dan jasa

dan/atau dimana beberapa daerah memiliki

39

Pasal 1 angka (10) UU No.5 tahun 1999. 40

Ibid., Pasal 1 angka (1)

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

97

kondisi persaingan relatif seragam dan berbeda

dibanding kondisi persaingan dengan daerah

lainnya.

3. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan

atau badan usaha, baik yang berbentuk badan

hukum atau bukan badan hukum yang

didirikan dan berkedudukan atau melakukan

kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama

melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai

kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.

4. Sama atau sejenis atau substitusi.41

Mengacu pada definisi pasar bersangkutan

berdasarkan produk, maka produk bisa

dikategorikan dalam pasar bersangkutan atau

dapat digantikan satu sama lain apabila

menurut konsumen terdapat kesamaan dalam

hal fungsi atau penggunaan, karakter spesifik,

serta perbandingan tingkat harga produk

tersebut dengan harga barang lainnya. Jika

dilihat dari sisi penawaran, barang substitusi

merupakan produk yang potensial dihasilkan

41

Peraturan KPPU Nomor 3 tahun 2009 tentang Pedoman Penerapan Pasal 1 angka 10 Tentang Pasar Bersangkutan Berdasarkan UU No.5 tahun 1999.

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

98

oleh pelaku usaha yang berpotensi masuk ke

dalam pasar tersebut.

Pendefinisian pasar bersangkutan ini merupakan

salah cara untuk mengidentifikasi seberapa besar

penguasaan produk tertentu dalam pasar tersebut

oleh suatu pelaku usaha. Dalam pasar bersangkutan

yang cakupan terlalu sempit, maka sangat mungkin

pelaku usaha yang menguasai produk tertentu dinilai

menjadi pemegang posisi dominan. Akan tetapi

sebaliknya apabila definisi pasar produk tersebut

cakupannya terlalu luas, maka bisa jadi pelaku usaha

tersebut tidak dinilai sebagai pemegang posisi

dominan. Dalam hal inilah maka pendefinisian pasar

menjadi sangat strategis keberadaannya karena

melalui pendefinisian ini maka berbagai kondisi

faktual di pasar bisa dianalisis dalam perspektif

persaingan.

Seperti yang sudah dijelaskan di sebelumnya, pasar

bersangkutan memiliki dua aspek utama yakni produk

dan geografis (lokasi).42 Pasar produk, terdiri atas (2)

dua bagian yaitu:

1) Pasar produk upstream, yakni pemasok memiliki

susbtitusi terhadap peritel yang akan dipasok

42

Ibid

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

99

2) Pasar produk downstream, yakni substitusi dari

produk yang ditawarkan oleh peritel kepada

konsumen akhir.

Penentuan pasar bersangkutan tidak selalu

mudah jika dilihat dari prakti selama ini, karena

produk yang satu bisa saja berdekatan dengan produk

yang lain sehingga menimbulkan pertanyaan apakah

keduanya berada dalam pasar produk yang sama atau

tidak. Salah satu contoh menarik tentang hal ini

terjadi di Amerika Serikat dalam kasus U.S.v.E.I. du

Pont de Nemours & Company (1958). Dalam kasus

tersebut, Mahkamah Agung Amerika Serikat

dihadapkan pada persoalan tentang apakah du Pont

memonopoli pasar produk cellophane (sejenis perekat

dari bahan plastik). Jika pasar produk dalam kasus

itu secara konkret diartikan sebagai “pasar produk

cellophane”, du Pont memiliki pangsa pasar sebesar

75%, suatu presentase yang cukup untuk mengatakan

bahwa du Pont memonopoli pasar. Namun,

persoalannya pasar produk bisa sedikit diperluas

bukan hanya terbatas pada pasar produk cellophane,

melainkan juga meliputi produk-produk yang

„berdekatan‟ yang bersama-sama dengan cellophane

bisa digolongkan sebagai produk „alat untuk

mengemas paket‟ (packaging materials), seperti

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

100

alumunium foil, glasine, dan polyethilene. Jika pasar

produk dalam kasus ini diartikan sebagai pasar

produk „packaging materials‟, du Pont dengan

cellophane-nya hanya menguasai 20% pangsa pasar,

angka presentase yang tidak cukup untuk

mengatakan bahwa perusahaan itu melakukan

monopoli.

Untuk membantu menentukan pasar produk tertentu

yang tidak selalu mudah, konsep yang bisa digunakan

adalah “cross-elasticity demand” atau dapat tidaknya

produk yang satu digantikan oleh produk yang lain.

Jika dua produk bisa saling menggantikan meskipun

secara spesifik berbeda, bisa saja ditetapkan bahwa ke

dua produk tersebut berada dalam produk yang sama.

Konsep inilah yang juga diadopsi oleh Reed,

hakim yang menangani kasus du Pont. Dalam kasus

tersebut Reed mengatakan:

“An element for consideration as to cross elasticity of demand between products is the responsiveness of the sales of one products to price changes of the other. If a slight decrease in the price cellophane causes considerable numbers of customers of other flexible wrappings to switch to cellophane, it would be an indication that a high cross elasticity of demand exist between them; that the product complete in the same market.”43

43Siswanto, Arie, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan, 2004, hal. 37

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

101

Pasar geografis, terdiri atas 2 (dua) bagian yaitu:

1) Pasar geografis upstream, yakni lokasi atau

daerah peritel memperoleh pasokan.

2) Pasar geografis downstream, yakni peralihan

pembeli antar peritel.

Pasar produk dalam hal ini ialah produk-produk

pesaing dari produk tertentu ditambah dengan produk

lain yang bisa menjadi substitusi dari produk tersebut.

Produk lain menjadi substitusi sebuah produk jika

keberadaan produk lain tersebut membatasi ruang

kenaikan harga dari produk tersebut. Sedangkan

pasar geografis adalah wilayah dimana suatu pelaku

usaha dapat meningkatkan harganya tanpa menarik

masuknya pelaku usaha baru atau tanpa kehilangan

konsumen yang signifikan, yang berpindah ke pelaku

usaha lain di luar wilayah tersebut. Biasanya hal

seperti ini terjadi karena biaya transportasi yang harus

dikeluarkan konsumen tidak signifikan, sehingga tidak

mampu mendorong terjadinya perpindahan konsumsi

produk tersebut. Jika dalam sebuah negara dijual

sebuah produk dengan biaya transportasi yang tidak

signifikan, maka pasar geografis produk tersebut

adalah seluruh wilayah negara tersebut. Di sisi lain,

jika pelaku usaha menjual produk dalam satu wilayah

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

102

tertentu dan konsumen tidak memiliki akses terhadap

produk dari luar wilayah tersebut, maka juga dapat

disimpulkan bahwa pasar geografis produk tersebut

adalah wilayah tersebut. Apabila batas wilayah pasar

geografis suatu produk tidak dapat ditentukan dengan

mudah, maka penetuan batasan pasar geografis dapat

dilakukan dengan mengidentifikasi apakah kenaikan

harga di suatu daerah secara substansial mampu

mempengaruhi suatu daerah yang lain. Bila demikian,

maka kedua lokasi tersebut berada pada pasar yang

sama.

Pada perkembangan yang terjadi, pendekatan

terhadap elastisitas permintaan dan penawaran dapat

dilakukan melalui analisis preferensi konsumen,

dengan menggunakan dua parameter utama pada

pasar produk sebagai alat pendekatan44yaitu:

a) Faktor harga.

Faktor harga yang dipertimbangkan dalam

menentukan pasar bersangkutan yaitu harga

produk yang mencerminkan harga pasar yang

wajar atau kompetitif.

Proses analisis terhadap harga yang tidak wajar

atau non kompetitif cenderung menghasilkan 44

Peraturan KPPU Nomor 3 tahun 2009 tentang Pedoman Penerapan Pasal 1 angka 10 Tentang Pasar Bersangkutan Berdasarkan UU No.5 tahun 1999.

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

103

estimasi pasar bersangkutan yang terlalu luas,

Produk-produk yang dianalisis tidak harus

memiliki kesamaan harga, karena variasi harga

dari produk-produk yang dianalisis sangat

mungkin terjadi.

Inti analisis terhadap parameter harga bukan

pada besaran nominal, tapi pada reaksi

konsumen terhadap perubahan harga yang

terjadi pada produk yang dimaksud,

Peningkatan harga (secara hipotetis) harus

hanya terjadi di produk A sementara harga

produk substitusi tidak berubah. Dengan kata

lain, peningkatan harga A tidak boleh memiliki

dampak inflasi, Peningkatan harga harus

diasumsikan berkesinambungan, yaitu

berlangsung lama (non transitory). Fluktuasi

harga jangka pendek dan (cyclical) sebisa

mungkin dikeluarkan (exclude) untuk

menghindari ketidakakuratan dalam pengolahan

dan analisis perubahan harga. Peningkatan

harga hipotetis harus sedikit saja namun

signifikan. Sehingga dengan sedikitnya kenaikan

harga maka respon pembeli hanya berpindah ke

produk yang merupakan substitusi.

b) Faktor karakter dan kegunaan produk

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

104

Parameter mengenai karakter atau cirri suatu

produk dan kegunaan (fungsi), dalam hal ini

produk dalam suatu pasar tidak harus memiliki

kualitas yang sama. Oleh karena saat ini tingkat

diferensiasi produk sudah sangat tinggi, dimana

produk tertentu memiliki jenjang variasi (range)

yang sangat lebar, baik dari spesifikasi teknis,

harga merk (brand) maupun kemasan

(packaging).

Sepanjang konsumen menentukan bahwa

produk terkait memiliki karakter dan fungsi

yang sama, maka produk-produk tersebut dapat

dikatakan sebagai substitusi satu sama lain

terlepas dari spesifikasi teknis, merk atau

kemasan tertentu yang melekat di produk

produk tersebut. Akan tetapi jika sebaliknya

konsumen menentukan bahwa produk-produk

dimaksud tidak memiliki kesamaan fungsi dan

karakter yang diperlukan, maka produk tersebut

tidak dapat dikategorikan sebagai substitusi,

walaupun terdapat kemiripan atau kesamaan

dalam spesifikasi teknis, merk maupun

kemasan.45

45

Ibid

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

105

Penggunaan dua parameter tersebut di atas

dapat memberikan informasi yang valid dan

komprehensif mengenai sifat substitusi suatu produk

dengan produk lain, dengan metodologi serta proses

analisis yang lebih sesuai dengan keterbatasan data

serta waktu yang dimiliki oleh KPPU. Penetapan pasar

berdasarkan aspek geografis sangat ditentukan oleh

ketersediaan produk yang menjadi obyek analisa.

Beberapa faktor yang menentukan dalam

ketersediaan produk tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kebijakan perusahaan

2) Biaya transportasi

3) Lamanya perjalanan

4) Tarif dan peraturan-peraturan yang

membatasi lalu lintas perdagangan antar

kota/wilayah.

Berbagai faktor tersebut akan menentukan luas

dan cakupan wilayah dari produk yang dijadikan

obyek analisa. Faktor tersebut merupakan salah satu

indikasi langsung mengenai cakupan pasar geografis.

Dalam hal ini, keputusan pimpinan perusahaan akan

sangat menentukan logistik produk terutama untuk

daerah atau wilayah yang dijadikan target pemasaran.

Page 63: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

106

Penentuan daerah atau wilayah yang dijadikan

target pemasaran tentunya merupakan bagian dari

strategi yang disesuaikan dengan program dan

rencana strategis perusahaan. Dengan demikian,

strategi wilayah pemasaran yang telah atau akan

ditetapkan oleh manajemen perusahaan, akan

memberikan informasi mengenai luas atau cakupan

geografis dari produk yang dijadikan obyek analisa.

Selain kebijakan perusahaan, indikator mengenai

biaya serta waktu transportasi, tarif dan regulasi

secara langsung mempengaruhi ketersediaan produk

di wilayah tertentu. Dengan kata lain, keempat

parameter tersebut dapat menjadi indikasi mengenai

luas dan cakupan geografis dari produk yang dijadikan

obyek analisa. Secara sederhana, biaya transportasi

yang tinggi serta waktu transportasi yang lama akan

menyulitkan pelaku usaha untuk memperluas wilayah

penjualan produknya.

Dengan demikian, cakupan pasar dalam kondisi

tersebut akan relatif terbatas untuk wilayah produksi

atau pemasaran yang sudah ada (existing). Sebaliknya,

apabila biaya serta waktu transportasi relatif tidak

signifikan, maka ada insentif bagi pelaku usaha untuk

Page 64: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

107

melakukan ekspansi pasar mengarah ke wilayah

pemasaran yang lebih luas.46

Hambatan perdagangan berupa tarif dan non-tarif

menjadi batasan bagi penentuan pasar bersangkutan

berdasarkan aspek geografis. Tarif perdagangan

mengakibatkan peningkatan harga produk impor

sehingga menurunkan minat beli konsumen atas

produk tersebut, akibatnya adalah lalu lintas produk

yang masuk dalam satu wilayah (negara) tertentu

menjadi berkurang atau tidak signifikan. Sehingga

dengan makin berkurangnya pasokan produk dalam

satu wilayah cenderung mempersempit cakupan

geografis dari produk yang dijadikan obyek analisa.

D. Teori Tujuan Hukum Menurut Roscoe

Pound dan Gustav Radbruch

1. Teori Roscoe Pound

Roscoe Pound adalah ahli hukum pertama

menganalisis yurisprudensi serta metodologi ilmu-ilmu

sosial. Hingga saat itu, filsafat yang telah dianut

selama berabad-abad dituding telah gagal dalam

menawarkan teori semacam itu, fungsi logika sebagai

sarana berpikir semakin terabaikan dengan usaha-

46

Ibid

Page 65: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

108

usaha yang dilakukan oleh Langdell serta para

koleganya dari Jerman. Pound menyatakan bahwa

hukum adalah lembaga terpenting dalam

melaksanakan kontrol sosial. Hukum secara bertahap

telah menggantikan fungsi agama dan moralitas

sebagai instrumen penting untuk mencapai ketertiban

sosial. Menurutnya, kontrol sosial diperlukan untuk

melestarikan peradaban karena fungsi utamanya

adalah mengendalikan "aspek internal atau sifat

manusia", yang dianggapnya sangat diperlukan untuk

menaklukkan aspek eksternal atau lingkungan

fisikal.47

Pound menyatakan bahwa kontrol sosial

diperlukan untuk menguatkan peradaban masyarakat

manusia karena mengendalikan perilaku antisosial

yang bertentangan dengan kaidah-kaidah ketertiban

sosial. Hukum, sebagai mekanisme kontrol sosial,

merupakan fungsi utama dari Negara dan bekerja

melalui penerapan kekuatan yang dilaksanakan secara

sistematis dan teratur oleh agen yang ditunjuk untuk

melakukan fungsi itu. Akan tetapi, Pound

menambahkan bahwa hukum saja tidak cukup, ia

membutuhkan dukungan dari institusi keluarga,

47

http://deffs.blogspot.com/2009/10/teori-hukum-roscoe-pond.html, diakses tanggal 31 Januari 2012

Page 66: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

109

pendidikan, moral, dan agama. Hukum adalah sistem

ajaran dengan unsur ideal dan empiris, yang

menggabungkan teori hukum kodrat dan positivistik.

Salah satu pendapat atau uraian Pound

mengatakan bahwa pentingnya melakukan

penyelesaian individual secara ketemu nalar selama

ini lebih sering dikorbankan demi mencapai suatu

tingkat kepastian yang sebetulnya tidak mungkin.

Aliran ini menerima kehadiran peraturan-peraturan

hukum sebagai pedoman yang umum bagi para hakim

yang akan menuntunnya ke arah hasil yang adil,

tetapi mendesak agar dalam batas-batas yang cukup

luas hakim harus bebas untuk mempersoalkan kasus

yang dihadapinya, sehingga bisa memenuhi tuntutan

keadilan di antara pihak-pihak yang bersengketa dan

bertindak sesuai dengan nalar yang umum dari orang

kebiasaan.48

Pound juga mengatakan bahwa hukum kodrati

dari setiap masa pada dasarnya berupa sebuah

hukum kodrati yang "positif", versi ideal dari hukum

positif pada masa dan tempat tertentu, "naturalisasi"

untuk kepentingan kontrol sosial manakala kekuatan

yang ditetapkan oleh masyarakat yang terorganisasi

48

Rahardjo, Satjipto, Hukum dan Perubahan Sosial, Genta Publishing, Yogyakarta, 2009, Hal. 135

Page 67: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

110

tidak lagi dianggap sebagai alat pembenar yang

memadai.

Pound mengakui kekaburan dari ketiga pengertian

dari istilah hukum: hukum sebagai kaidah sosial,

badan hukum sebagai badan yang otoritatif, serta

hukum sebagai proses peradilan. Sehubungan dengan

itu, Pound berusaha menyatukan ketiga pengertian

tersebut ke dalam sebuah definisi. Ia mendefinisikan

hukum dengan fungsi utama dalam melakukan

kontrol sosial. Hukum adalah suatu bentuk khusus

dari kontrol sosial, dilaksanakan melalui badan

khusus berdasarkan ajaran yang otoritatif, serta

diterapkan dalam konteks dan proses hukum serta

administrasi.

Pound pun mengakui bahwa fungsi lain dari

hukum adalah sebagai sarana untuk melakukan

rekayasa sosial (social engineering). Keadilan bukanlah

hubungan sosial yang ideal atau beberapa bentuk

kebajikan. Ia merupakan suatu hal dari "penyesuaian-

penyesuaian hubungan sosial dan penataan perilaku

sehingga tercipta kebaikan, alat yang memuaskan

keinginan manusia untuk memiliki dan mengerjakan

sesuatu, melampaui berbagai kemungkinan terjadinya

ketegangan, inti teorinya terletak pada konsep

"kepentingan". Ia mengatakan bahwa sistem hukum

Page 68: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

111

mencapai tujuan ketertiban hukum dengan mengakui

kepentingan-kepentingan tersebut, dengan

menentukan batasan-batasan pengakuan atas

kepentingan-kepentingan tersebut dan aturan hukum

yang dikembangkan serta diterapkan oleh proses

peradilan memiliki dampak positif serta dilaksanakan

melalui prosedur yang berwibawa, juga berusaha

menghormati berbagai kepentingan sesuai dengan

batas-batas yang diakui dan ditetapkan.

Pound mengatakan bahwa kebutuhan akan

adanya kontrol sosial bersumber dari fakta mengenai

kelangkaan. Kelangkaan mendorong kebutuhan untuk

menciptakan sebuah sistem hukum yang mampu

mengklasifikasikan berbagai kepentingan. Ia

menyatakan bahwa hukum tidak melahirkan

kepentingan, melainkan menemukannya dan

menjamin keamanannya. Hukum memilih untuk

berbagai kepentingan yang dibutuhkan untuk

mempertahankan dan mengembangan peradaban.

Pound mengakui adanya tumpang tindih dari berbagai

kelompok kepentingan, yaitu antara kepentingan

individual atau personal dengan kepentingan publik

atau sosial. Semua itu diamankan melalui dan

ditetapkan dengan status “hak hukum”.

Page 69: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

112

Pound mengemukakan bahwa ahli hukum

hendaknya lebih mengarahkan penglihatannya kepada

bekerjanya hukum daripada kepada isinya yang

abstrak. Ini juga dimaksudkan dalam rangka untuk

keperluan usaha-usaha perombakan atau

pembaharuan hukum selain itu juga digunakan untuk

pemahaman ilmu hukum.49

Dengan pendekatannya terhadap hukum yang disebut

pendekatan social engineering, Pound ingin

menekankan pentingnya membedakan hukum

sebagaimana tertulis dari paktik hukum. Menurutnya

hukum harus memuat ajaran dan sekaligus ideal yang

mendorong masyarakat ke masa depan yang lebih

baik.50

Jadi Roscoe Pound menekankan pada Law is a

tool of a social engineering.51 Sebagai "alat kontrol

sosial", Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

berusaha menjaga kepentingan umum dan mencegah

praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak

sehat. Selanjutnya sebagai "alat rekayasa sosial",

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 berusaha untuk

49

Ibid., Hal. 23. 50

Ata Ujan, Andre, Membangun Hukum, Membela Keadilan, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 2009, Hal. 48 51

http://teorihukum.wordpress.com/2010/07/27/teori-roscoe-pound/, diakses tanggal 31 Januari 2012

Page 70: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

113

meningkatkan efisiensi ekonomi nasional,

mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui

pengaturan persaingan usaha yang sehat, dan

berusaha menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam

kegiatan usaha.52

Apabila cita-cita ideal tersebut dapat

dioperasionalkan dalam kehidupan nyata, Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 khususnya pengaturan

mengenai larangan penyalahgunaan posisi dominan

ini akan membawa nilai positif bagi perkembangan

iklim usaha di Indonesia, yang selama ini dapat

dikatakan jauh dari kondisi ideal.53

2. Teori Gustav Radbruch

Pada dasarnya hukum memiliki 3 (tiga) aspek

yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian.54 Gustav

meletakkan nilai keadilan sebagai mahkota dari setiap

tata hukum. Sehingga Radbruch memandang „materi‟

dan „bentuk‟ seperti dua sisi mata dari satu mata

uang. „materi‟ mengisi „bentuk‟, sebaliknya „bentuk‟

melindungi „materi‟. Itulah kira-kira frase yang tepat

52

Usman, Rachmadi, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta, 2004, hal. 8 53Ibid 54

Dwiyatmi, Sri Harini, Bahan kuliah Sosiologi Hukum Magister Ilmu Hukum UKSW, Salatiga, 2010, hal.15 kolom 58-59

Page 71: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

114

untuk menggambarkan teori Radbruch tentang hukum

dan keadilan. Nilai keadilan merupakan „materi‟ yang

harus menjadi isi aturan hukum, sedangkan aturan

hukum sebagai „bentuk‟ yang harus melindungi nilai

keadilan.55

Aspek kemanfaatan menunjuk pada tujuan

keadilan yakni memajukan kebaikan dalam diri

manusia. Nilai kebaikan bagi manusia biasanya

berhubungan dengan tiga subjek (yang hendak

dimajukan kebaikannya) yaitu individu, kolektivitas

dan kebudayaan. Jika subjeknya adalah individu,

maka hukum yang disusun untuk tujuan yang bersifat

individualistis ini, tidak hanya mengagungkan individu

dan martabatnya akan tetapi juga memberi

perlindungan khusus seperti dalam konstitusi

Amerika.56 Sementara jika subjeknya adalah Negara,

maka tujuan hukumnya adalah kemajuan Negara

yang menghasilkan sistem hukum kolektif. Sedangkan

jika subjek yang dituju adalah kebudayaan maka

sistem hukum yang diciptakan adalah sistem hukum

55Tanya, Bernard L., Yoan & Markus, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta Publishing, Semarang, 2006.hal. 129 56

Ibid

Page 72: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

115

transpersonal. Disini aspek kebudayaan atau hasil

peradaban mendapat perhatian khusus.57

Aspek kepastian menunjuk pada jaminan bahwa

hukum (yang berisi keadilan dan norma-norma yang

memajukan kebaikan) benar-benar berfungsi sebagai

peraturan yang ditaati.

Undang-Undang Persaingan Usaha Indonesia

dibuat dalam rangka untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan UUD

1945. Hal ini berkaitan dengan demokrasi ekonomi

yang menghendaki adanya kesempatan yang sama

bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam

proses produksi dan pemasaran barang dan/atau jasa,

dalam iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien

sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan

bekerjanya ekonomi pasar yang wajar. Ini merupakan

salah satu tujuan hukum dari sisi keadilan yang

dikehendaki oleh Gustav Radbruch sehingga setiap

orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam

situasi persaingan yang sehat dan wajar, sehingga

tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuatan

ekonomi pada pelaku usaha tertentu, dengan tidak

terlepas dari kesepakatan yang telah dilaksanakan

57

Huijbers, Theo, Filsafat Hukum Dalam Lintas Sejarah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1982, hal. 163

Page 73: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

116

oleh negara Republik Indonesia terhadap perjanjian-

perjanjian internasional.

Tujuan hukum yang dimaksudkan oleh Gustav

Radbruch jika dikaitkan dengan UU Persaingan Usaha

maka bisa dilihat dari Pasal 3 UU No.5 tahun 1999

yang mengatur mengenai tujuan pembentukan UU

Persaingan Usaha Indonesia yaitu:

a. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu

upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat;

b. mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui

pengaturan persaingan usaha yang sehat

sehingga menjamin adanya kepastian

kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku

usaha besar, pelaku usaha menengah, dan

pelaku usaha kecil;

c. mencegah praktik monopoli dan/atau

persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan

oleh pelaku usaha; dan

d. terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam

kegiatan usaha.

Dari rumusan Pasal 3 di atas, jika dilihat dari sisi

kepastian sangat diakomodir karena UU Persaingan

Page 74: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

117

usaha ini memberi kepastian kesempatan berusaha

yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha

menengah, dan pelaku usaha kecil. Sementara dari

sisi kemanfaatan, jelas bahwa UU Persaingan usaha

ini menghendaki adanya peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Sehingga dengan UU Persaingan usaha

ini dapat dinikmati oleh semua kalangan baik pelaku

usaha begitu pula dengan masyarakat. Disinilah letak

keadilan yang dimaksudkan oleh Gustav Radbruch.

Undang-Undang Persaingan Usaha Indonesia

tidak bertujuan melindungi persaingan usaha demi

kepentingan persaingan itu sendiri. Oleh karena itu,

ketentuan Pasal 3 tidak hanya terbatas pada tujuan

utama undang-undang antimonopoli, yaitu sistem

persaingan usaha yang bebas dan adil, di mana

terdapat kepastian kesempatan berusaha yang sama

bagi semua pelaku usaha.. Tujuan ini telah ditegaskan

dalam Pasal 3 huruf (b) dan (c) UU No.5 tahun 1999.

Selain itu. Pasal 3 menyebutkan tujuan sekunder UU

Persaingan Usaha yang ingin dicapai melalui sistem

persaingan usaha yang bebas dan adil: kesejahteraan

rakyat dan suatu sistem ekonomi yang efisien (Pasal 3

huruf a dan d UU No.5 tahun 1999). Sehingga

konsekuensi terakhir tujuan kebijakan ekonomi, yaitu

Page 75: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

118

penyediaan barang dan jasa yang optimal bagi para

konsumen.

Proses persaingan usaha dapat mencapai tujuan

tersebut dengan cara memaksakan alokasi faktor

dengan cara ekonomis sehingga terwujudlah

penggunaan paling efisien sumber daya yang terbatas,

penyesuaian kapasitas produksi dengan metode

produksi dan struktur permintaan serta penyesuaian

penyediaan barang dan jasa dengan kepentingan

konsumen (fungsi pengatur persaingan usaha), dengan

menjamin pertumbuhan ekonomi yang optimal,

kemajuan teknologi dan tingkat harga yang stabil

(fungsi pendorong persaingan usaha) serta dengan

menyalurkan pendapatan menurut kinerja pasar

berdasarkan produktivitas marginal (fungsi distribusi).

Dengan memberikan jaminan kepastian hukum dan

perlindungan yang sama kepada setiap pelaku usaha

atau sekelompok pelaku usaha dalam berusaha maka

pelaku usaha atau sekelompok pelaku usaha dapar

bersaing secara wajar dan sehat, serta tidak

merugikan masyarakat banyak dalam berusaha,

sehingga pada gilirannya penguasaan pasar yang

terjadi timbul secara kompetitif. Di samping itu dalam

rangka menyosong era perdagangan bebas, mesti

menyiapkan dan mengharmonisasikan rambu-rambu

Page 76: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

119

hukum yang mengatur hubungan ekonomi dan bisnis

antarbangsa seperti yang sudah disepakati dalam

Final Act Uruguay Round sebagai bagian dari

pembentukan World Trade Organization (WTO). Dengan

demikian dunia internasional juga mempunyai andil

dalam mewujudkan lahirnya Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999.58

Dengan demikian UU Persaingan Usaha ini

dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepastian

hukum dan perlindungan yang sama kepada setiap

pelaku usaha dalam berusaha, dengan cara mencegah

timbulnya praktik-praktik monopoli dan/atau

persaingan usaha yang tidak sehat lainnya dengan

harapan dapat menciptakan iklim usaha yang

kondusif, di mana setiap pelaku usaha dapat

bersaingan secara wajar dan sehat. Dengan berbagai

uraian di atas, maka sepertinya aspek kepastian yang

paling ditonjolkan dalam UU Persaingan Usaha ini.

Sehingga tujuan hukum yang dicita-citakan oleh

Gustav Radbruch dalam hal ini kepastian,

kemanfaatan dan keadilan tidak pernah dipenuhi

secara bersamaan karena ketiga tujuan hukum itu

58

Usman, Rachmadi, Hukum persaingan usaha di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, hal. X (10)

Page 77: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2888/3/T2_322010007_BAB II… · hukum menurut Roscoe Pound dan Gustav Radbruch. Kedua teori ini

120

satu sama lain seringkali tidak bersesuaian atau

saling „bertabrakan‟ satu sama lain.

Meskipun demikian, hendaknya implementasi UU

persaingan usaha ini berikut peraturan di bawahnya

dapat selalu berorientasi59 pada ketiga tujuan hukum

yang majemuk itu.60

59

Notohamidjojo, O, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, Griya Media, Salatiga, 2011, hal. 33-34 60

Notohamidjojo, O, Makna Negara Hukum, Badan Penerbit Kristen, Jakarta, 1967, hal. 79