BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian...

42
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulu Marlina dan Danica (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return on Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Sampel dari penelitian berjumlah 24 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return on Assets berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio dan secara parsial Cash Position dan Return on Assets berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio tetapi secara parsial Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hadiwidjaja (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” jumlah sampel 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 dan menggunakan metode analisis regresi berganda. Variabel bebas penelitian adalah Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Return on Investment, Tax Rate dan variabel terikat penelitian yaitu Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian secara 11 Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Terdahulu

Marlina dan Danica (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return on Assets Terhadap

Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.

Sampel dari penelitian berjumlah 24 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dengan periode penelitian dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Cash Position, Debt to Equity

Ratio dan Return on Assets berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout

Ratio dan secara parsial Cash Position dan Return on Assets berpengaruh secara

signifikan terhadap Dividend Payout Ratio tetapi secara parsial Debt to Equity Ratio

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Hadiwidjaja (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Indonesia” jumlah sampel 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005

dan menggunakan metode analisis regresi berganda. Variabel bebas penelitian adalah

Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Return on Investment, Tax Rate

dan variabel terikat penelitian yaitu Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian secara

11 Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

simultan menunjukkan bahwa Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin,

Return on Investment, Tax Rate berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout

Ratio tetapi secara parsial hanya Return On Investment dan Tax Rate berpengaruh

signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Nasution (2004) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor–faktor

yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Persahaan Manufaktur Go Public

di Bursa Efek Jakarta”. Sampel penelitian berjumlah 37 perusahaan dan periode

penelitian dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2001. Metode penelitian yang

digunakan adalah analisis regresi berganda. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah Dividend Payout Ratio sedangkan variabel independen dalam peneilitian ini

adalah Cash Position, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio, dan Profitability.

Hasil penelitian secara simultan variabel independen tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap Dividend Payout Ratio dan secara parsial hanya variabel Debt to

Equity Ratio yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout

Ratio.

Sutrisno (2001) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor – faktor

yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia”.

Sampel penelitian berjumlah 148 perusahaan dan periode penelitian dari tahun 1991

sampai dengan tahun 1996. Metode penelitian yang digunakan adalah Models

Analysis of Moment Structure (AMOS). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

Dividend Payout Ratio sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah Cash

Position, Growth Potential, Firm Size, Debt to Equity Ratio, Profitability dan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Holding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cash Position dan Debt to Equity

Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Akbar (2005) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Net Profit

Margin, Assets Turn Over, Sales Growth, dan Financial Leverage Terhadap

Profitabilitas (Return on Assets) pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang

Listing di BEJ”. Sampel penelitian berjumlah 8 perusahaan makanan dan minuman

yang listing di BEJ dan periode penelitian dari tahun 2000 sampai dengan tahun

2003. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil

penelitian secara simultan variabel Net Profit Margin, Assets Turn Over, Sales

Growth, dan Debt To Total Assets berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets

tetapi secara parsial hanya variabel Net Profit Margin dan Sales Growth berpengaruh

signifikan terhadap Return on Assets.

II.2. Teori tentang Rasio Keuangan

II.2.1. Pengertian Rasio Keuangan

Dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan setiap periodenya

perusahan dapat menggunakan rasio keuangan untuk membantu menganalisis

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, membantu mengidentifikasi

penggunaan sumber daya yang dimiliki dan mencari peluang untuk memaksimalkan

investasi yang dilakukan.

Rasio Keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi

keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan merupakan indeks yang

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

menghubungkan dua data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data

lainnya (Van Horne dan Wachowicz, 2005:234). Menurut Lee (1990:23) “In order to

make use of financial statement, an analyst needs some form of measure for analysis.

Frequently, ratios are used to relate one piece of financial data to another. The

ratios puts the two pieces of data on an equivalent base, which increases the

usefulness of the data. Analyst of a series of ratios will give us a clear picture of a

firm’s financial condition and performance”

Mathur (1988:19) menyatakan bahwa:

“The financial statements if utilized and interpreted carefully, can provide ”symptoms” of the condition of the firm. That is, just as a physician uses symptoms for diagnosis, a financial analyst or manager has to utilize his experience to interpret the ”symptoms” revealed by the financial statements to assess the financial economic, and managerial condition of the firm. He will typically combine and transfrom the entries in financial statements to extract maximum information from them. This process of analysis is called financial ratios analysis and serves two purposes : (1) creditors, lenders and investor perform ratio analysis in evaluating firm; and (2) the firm’s financial manager uses ratios in making decisions related to his responsibilities. It should be recognized that in typical situatuion ratios analysis is utilized in conjuction with actual and forecasted financial statements and various types of operational budgets”.

Muslich (2003:44) menyatakan informasi yang didasarkan pada analisis

keuangan mencakup penilaian keadaan keuangan perusahaan baik yang telah lampau,

saat sekarang dan ekspetasi masa depan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk

mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan

masalah di masa depan dan menentukan setiap kekuatan yang dapat dipergunakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Disamping itu analisis yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan dapat digunakan

untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi investasi.

Keown et al (2008:75) menyatakan rasio keuangan membantu kita untuk

mengindentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan serta

kita dapat menggunakan rasio untuk menjawab beberapa pertanyaan penting tentang

operasi perusahaan: (1) seberapa likuid perusahaan?; (2) apakah manajemen

menghasilkan laba operasional yang cukup atas aktiva perusahaan yang ada?; (3)

bagaimana perusahaan mendanai aktiva–aktivanya?; (4) apakah pemilik (pemegang

saham) mendapatkan pengembalian yang cukup atas investasi mereka?.

Mannes (1990:35) menyatakan “The financial health of a corporation is

vitally important to managers, creditors and owners since they all have a vested

interest in its well-being. Financial analysis is the general term used to described the

process of interpreting the past, present and future financial condition of a company.

The analyst is given a set of financial statements to analyze. The analyst calculates a

few financial ratios which give an overview of the financial condition of the firm. If

any problem are spotted, the analyst calculates additional ratios aimed at better

understanding the problem areas. Once the problem areas are uncovered, the analyst

formulates recommendations aimed at correcting problems”.

II.2.2. Cash Position

Cash position merupakan rasio kas akhir tahun dibandingkan dengan laba

bersih setelah pajak. Bagi perusahaan yang memiliki posisi kas yang semakin kuat

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

maka akan semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Faktor ini

merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan

sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan dividen.

Sutrisno (2001:5) menyatakan posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor

yang penting yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan untuk

menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan, sehingga semakin kuat posisi

kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen.

Partington (1989:169) dalam Hartadi (2006:30) menyatakan dividen merupakan cash

outflow dengan demikian semakin kuat posisi kas perusahaan akan semakin besar

kemampuannya untuk membayarkan dividen dan rasio posisi kas merupakan

perbandingan saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak.

Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang

harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya

dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen

merupakan “cash outflow”, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin

besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden (Riyanto, 2001:267).

Menurut Stanley dan Geoffrey (1987) dalam Sutrisno (2001:5) rasio posisi

kas dirumuskan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

II.2.3. Return on Assets

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan.

Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor

untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang

tinggi pula. Faktor profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena

dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu

dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan (Puspita,

2009:35).

Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah

keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga

dan pajak. Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih akan

mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya

akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen (Sudarsi

2002:79).

Menurut Hanafi (2005:375) perusahaan yang mempunyai aliran kas atau

profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang

sebaliknya akan terjadi jika jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen

adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang

mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk

menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan dividen, dan sekaligus

juga membuat senang pemegang saham.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Menurut Syamsudin (2000:63) “return on assets adalah merupakan

pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan

keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan”.

Husnan dan Pudjiastuti (2004:74) menyatakan return on assets menunjukkan

seberapa besar laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki

perusahaan. Kemudian Sundjaja dan Barlian (2002:122) berpendapat bahwa return

on assets adalah ukuran keseluruhan keefektifan menajemen dalam menghasilkan

laba dengan aktiva yang tersedia.

Beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas telah menjelaskan bahwa

return on assets merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dibandingkan

dengan total aktiva.

Pengukuran rasio return on assets merupakan sebagai indikator efektifitas

penggunaan aktiva yang dimiliki perusahaan dan dapat membantu manajemen

perusahaan dalam mengevaluasi investasi pada aktiva yang dilakukan agar dapat

dioptimalkan untuk tahun berikutnya. Menurut Van Horne dan Wachowicz

(2005:148) “rasio return on asssets digunakan untuk mengukur keseluruhan

keefektifan dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia”. Syamsudin

(2000:63) menyatakan pentingnya pengukuran rasio ini didalam suatu perusahaan

dimana semakin tinggi rasio return on assets, semakin baik keadaan suatu

perusahaan. Perhitungan rasio return on assets adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Untuk mengevaluasi tingkat return on assets pihak manajemen dapat

memperhatikan perkembangan net profit margin dan total assets turnover dari tahun

ke tahun. Brigham dan Houston (2001:94) menyatakan pendekatan Du Pont

memperlihatkan bagaimana hubungan diantara tingkat return on assets, net profit

margin dan total assets turnover. Kemudian Atmadja (2005:419) berpendapat Du

Pont Analys memperlihatkan bagaimana hubungan net profit margin dan total assets

turnover dikombinasikan untuk menentukan tingkat return on assets. Du Pont

memecah tingkat return on assets menjadi berbagai rasio lainnya yaitu net profit

margin dan total assets turnover. Van Horne dan Wachowizc (2005:226)

menyatakan bahwa return on assets merupakan fungsi dari net profit margin, dan

total assets turnover.

Akbar (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor–faktor yang

mempengaruhi profitabilitas (return on assets) perusahaan yaitu net profit margin,

assets turnover, sales growth dan financial leverage (debt to total assets). Net profit

margin, assets turnover dan sales growth mempunyai pengaruh positif terhadap

return on assets, hal ini berarti semakin meningkatnya net profit margin, assets

turnover dan sales growth maka akan meningkatkan return on assets sedangkan debt

to total assets mempunyai pengaruh negatif terhadap return on assets, hal ini berarti

semakin menigkatnya debt to total assets maka akan menurunkan return on assets.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

II.2.4. Firm Size

Firm Size merupakan simbol ukuran perusahaan. Proxy ini dapat ditentukan

melalui log natural dari total assets tiap tahun. Faktor ini menjelaskan bahwa

perusahaan besar dapat lebih mudah mengakses pasar modal dibandingkan dengan

perusahaan kecil. Semakin besar ukuran perusahaan semakin mudah untuk

mendapatkan modal eksternal dalam jumlah yang lebih besar terutama dari hutang

(Sudarsi, 2002:80).

Clearly (1999) dalam Puspita (2009:49) menyatakan perusahaan besar dengan

akses pasar yang lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada

pemegang sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen

memiliki hubungan yang positif. Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan

memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru

dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke

pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk

fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga

perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada

perusahaan kecil.

Sembiring (2008:35) menyatakan bahwa faktor ukuran perusahaan yang

menunjukkan besar kecilnya perusahaan merupakan faktor penting dalam

pembentukan laba. Perusahaan besar yang dianggap telah mencapai tahap

kedewasaan merupakan suatu gambaran bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil

dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

perusahaan yang stabil biasanya dapat memprediksi jumlah keuntungan di tahun–

tahun mendatang karena tingkat kepastian laba sangat tinggi. Sebaliknya bagi

perusahaan yang belum mapan, besar kemungkinan laba yang diperoleh juga belum

stabil karena kepastian laba lebih rendah. Dengan demikian semakin besar ukuran

suatu perusahaan maka akan dapat menghasilkan laba yang lebih besar sehingga

dapat membagikan dividen dalam jumlah yang lebih besar juga.

Perusahaan yang besar juga cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih

banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam

menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering

dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu

perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu

menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah

perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana

eksternal (Juniati, 2010:24).

Perhitungan firm size adalah sebagai berikut:

Firm Size = ln TA

II.2.5. Debt to Equity

Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan

hutang didalam perusahaan. Menurut Mannes (1990:51) menyatakan “Leverage

ratios are designed to assess the balance of financing obtained through debt and

equity sources. These ratios can be separated into two distinct groups: those that

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

measure the relative proportion of debt and equity financing and those that measure

the firm’s ability to service its debt obligations out of current earnings. A firm’s

capital structure (the total dollar amount of long term financing including debt and

equity sources) which is composed of even a small proportion of debt is said to have

financial leverage.”

Menurut Riyanto (2001:267) salah satu rasio yang termasuk dalam rasio

solvabilitas/leverage adalah debt to equity ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk

mengetahui berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk

keseluruhan hutang (modal asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang

yang digunakan perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar

kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi

kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan menentukan

bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan

harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini

berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai

dividen.

Van Horne dan Wachowicz (2005:137) menyatakan bahwa untuk menilai

batasan perusahaan dalam meminjam uang maka dapat digunakan rasio hutang

terhadap ekuitas yang merupakan perbandingan antara total hutang dengan ekuitas

pemegang saham. Kemudian Mannes (1990:51) menjelaskan “Typically, corporate

debt has a fixed interest rate and repayment schedule. Consequently, if this debt

capital is profitably employed in high-yielding assets, the shareholders benefit large

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

return, for the suppliers of the debt capital do not participate in the growth of

earning. Instead, bondholders receive the stated interest payments whether the

investment the financing is used for has a high return or low return. Obviously, there

are risks inherent in using debt. If the investment does not pay off, the firm is still

obligated to pay the interest and principal as it comes due. Because debt instrument

are contractual and must be paid off, leverage ratio are designed to spot those firms

which rely too heavily on debt sources”.

Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang

digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin

besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menujukkan semakin tinggi

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Peningkatan hutang ini akan

mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham,

artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan

perusahaan dalam membayar dividen (Sudarsi, 2002:3).

Sutrisno (2001:5) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin rendah

debt to equity maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar

seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur

modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya.

Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih

yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima,

karena kewajiban membayar hutang lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi

dividen akan semakin rendah, sehingga debt to equity mempunyai hubungan negatif

dengan dividend payout ratio.

Perhitungan rasio debt to equity adalah sebagai berikut:

II.2.6. Net Profit Margin

Menurut Syamsudin (2000:62) “net profit margin adalah merupakan rasio

antara laba bersih (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh

expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan”. Halim dan Sarwoko

(1999: 62) menyatakan “net profit margin yakni perbandingan antara laba bersih

(laba setelah biaya bunga dan pajak/EAT) dengan penjualan”. Kemudian Husnan dan

Pudjiastuti (2004:74) menyatakan “rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan

operasional diperoleh dari setiap rupiah penjualan”.

Sundjaja dan Barlian dalam bukunya Manajemen Keuangan (2002:121)

menjelaskan bahwa “marjin laba bersih adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa

penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran termasuk bunga dan

pajak”. Kemudian Van Horne dan Wachowicz (2005:224) berpendapat bahwa

“marjin laba bersih merupakan ukuran profitabilitas dari penjualan sesudah

memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan”.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Beberapa pendapat yang telah dikemukakan tentang net profit margin diatas

telah menjelaskan bahwa net profit margin merupakan rasio antara laba bersih setelah

pajak dibandingkan dengan jumlah penjualan.

Net profit margin merupakan salah satu indikator penting yang dapat

digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menganalisis

laporan keuangan yaitu untuk menunjukkan penghasilan bersih perusahaan per dolar

atas penjualan, dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas

(laba) yang berkaitan dengan penjualan yang dihasilkan (Van Horne dan Wachowicz,

2005:224).

Syamsudin (2000:62) menyatakan pentingnya pengukuran rasio ini didalam

suatu perusahaan dimana semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi

suatu perusahaan. Tunggal (2000:166) berpendapat bahwa “rasio net profit margin

menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh (rate of return) dan

menunjukkan keberhasilan atau tidaknya manajemen dibandingkan dengan produksi

dan distribusi sebagai keseluruhan”.

Pendapat-pendapat diatas telah menjelaskan pentingnya pengukuran rasio ini

untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan yang berhubungan dengan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak dari penjualan

yang dilakukan perusahaan. Perhitungan rasio net profit margin adalah sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

II.2.7. Total Assets Turnover

Rasio total assets turnover merupakan salah satu rasio yang sering digunakan

oleh perusahaan untuk mengukur kinerja aktiva perusahaan. Rasio total assets

turnover mempergunakan perbandingan antara tingkat penjualan dengan investasi

dalam aktiva. Asumsi yang diambil adalah terdapat hubungan antara penjualan

dengan aktiva tersebut (Muslich, 2003:50).

Menurut Syamsudin (2000:62):

“Total assets turnover menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan didalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio total assets turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam menghasilkan penjualan. Total assets turnover ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan tetapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva di dalam perusahaan”.

Sementara itu Sundjaja dan Barlian (2002:115) menyatakan “perputaran total

aktiva menunjukkan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya

untuk menghasilkan penjualan. Pada umumnya semakin tinggi perputaran aktiva,

semakin efisien penggunaan aktiva tersebut”. Kemudian Halim dan Sarwoko

(1999:60) berpendapat “rasio total assets turnover menunjukkan efektif tidaknya

pemakaian aktiva, makin tinggi rasio ini menunjukkan makin efektif pemakaian

aktivanya”.

Van Horne dan Wachowicz (2005:221) dalam bukunya Prinsip–Prinsip

Manajemen Keuangan menyatakan bahwa rasio ini menjelaskan hubungan dari

penjualan bersih dengan aktiva total. Total assets turnover adalah merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

perbandingan antara penjualan dengan total aktiva operasi (Halim dan Sarwoko,

1999:60).

Pendapat–pendapat tersebut telah menjelaskan pentingnya total assets

turnover dalam analisis rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan khususnya

aktiva perusahaan. Perhitungan rasio total assets turnover adalah sebagai berikut:

II.2.8. Sales Growth

Menurut Akbar (2005:25) menyatakan bahwa sales growth sebagai salah satu

rasio pertumbuhan adalah rasio yang menunjukkan suatu peningkatan penjualan yang

dapat dicapai suatu badan usaha. Dengan sales growth yang tinggi maka badan usaha

tersebut menunjukkan kemampuan dalam menembus pasar baru atau melakukan

diversifikasi produk dan saluran distribusi serta menetapkan harga jual. Oleh karena

itu sales growth harus selalu dipertahankan dan sales growth yang tinggi memberi

indikator badan usaha yang bersangkutan dapat meningkatkan pertumbuhan

perusahaannya dan diharapkan dapat meningkatkan laba yang dihasilkan.

Hatta (2002) dalam Laksono (2006:19) menyatakan bagi perusahaan dengan

tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi maka ada kecenderungan perusahaan

membagikan dividen lebih konsisten dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan

yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah karena perusahaan tersebut mampu

meningkatkan laba perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Menurut Weston & Copeland (1992:187) dalam Akbar (2005:25) rasio sales

growth dapat dirumuskan sebagai berikut:

II.2.9. Debt to Total Assets

Menurut Mathur (1988:27) menyatakan total debts to total assets ratio is

obtained by dividing total debt by total assets and represents the proportion of assets

that is financed by debt. Keown et al (2008:70) menyatakan rasio utang merupakan

perbandingan antara total hutang dengan total aktiva, rasio ini menunjukkan berapa

banyak hutang yang digunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan. Kemudian

Mannes (1990:53) menjelaskan ”Debt ratio is a ratio computed by dividing total

liabilities by total assets, the debt ratio measures the proportion of a company’s total

financing being supplied by debt sources, such as account payables, bank loan, bonds

or mortgages”.

Menurut Jensen (1986) dalam Ardiana (2010:17-18) menyatakan bahwa utang

memainkan peran penting dalan memotivasi manajer untuk meningkatkan efisiensi

organisasi dan rasio utang yang optimal diperoleh ketika tambahan manfaat

(marginal benefit) dari utang tersebut sama dengan tambahan biayanya. Pendapat

Jensen (1986) ini melengkapi pendapat yang diungkapkan oleh Brigham dan Houston

(2004) bahwa pada range tertentu yaitu pada saat marginal benefit lebih besar

daripada marginal cost, profitabilitas meningkat sampai titik tertentu seiring dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

meningkatnya utang. Akan tetapi, profitabilitas menurun seiring dengan

meningkatnya utang pada saat marginal cost lebih besar daripada marginal benefit.

Laksono (2006:21) dalam penelitiannya berpendapat bahwa debt to total

assets merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek

(current liability) dan hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva

(total assets) baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva tetap (fixed assets)

dan aktiva lainnya (other assets). Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang

digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka

menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio debt to total assets

menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak

eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang

harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio debt to total

assets (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak

terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk

membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka

profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan

untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin

berkurang (menurun).

Pendapat – pendapat tersebut telah menjelaskan pentingnya debt to total

assets dalam analisis rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan khususnya

penggunaan hutang perusahaan. Perhitungan rasio debt to total assets adalah sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

II.3. Teori tentang Dividen

II.3.1 Pengertian Dividen

Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa

capital gain dan dividen. Capital gain adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih

antara harga jual dengan harga beli saham sedangkan dividen merupakan pendapatan

yang diterima pemegang saham secara periodik dari sebagian laba bersih yang

disisihkan oleh perusahaan. Dividen juga merupakan sebagai harapan bagi para

investor, artinya pada titik tertentu para investor mengharapkan adanya pembagian

laba dari laba yang diperoleh perusahaan.

Levy dan Sarnat (1990:407) menyatakan “a dividend as a sum of money paid

to shareholders of a corporation out of earnings”. Kemudian Tampubolon

(2005:183) berpendapat pendapatan korporasi yang dibagikan kepada pemegang

saham disebut sebagai dividen (dividend). Dividen dibayarkan baik dalam cash

maupun dalam bentuk saham yang biasanya diterbitkan secara kuartalan. Rosdini

(2009:3) menyatakan dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh

perusahaan kepada para pemiliknya, baik dalam bentuk kas maupun saham.

Sutrisno (2001:3) menyatakan dividen diartikan sebagai pembayaran kepada

para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya.

Sundjaja dan Barlian (2002) menyatakan bahwa dividen tunai yang diharapkan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik dan investor akan

menentukan nilai saham. Dividen tunai adalah sumber dana aliran kas untuk

pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan

akan datang.

Marthur (1988:279) menyatakan “Dividends, in the normal use of the word,

refer to that portion of retained earnings that is paid to stockholders. Dividend

policy refers to the policy of guidelines that management uses in establishing the

portion of retained earnings that is to be paid in dividends”.

II.3.2. Teori Kebijakan Pembayaran Dividen

Kebijakan dividen mencakup keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk

reinvestasi dalam perusahaan. Salah satu kompoenen penting dalam kebijakan

dividen adalah dividend payout ratio, yang menunjukkan jumlah dividen per saham

(dividend per share) relatif terhadap pendapatan per saham (earning per share) atau

jumlah dividen kas relatif terhadap laba setelah pajak (earning after tax) yang

tersedia untuk pemegang saham biasa (Halim, 2007:98). Menurut Sartono

(2001:281) menyatakan ”kebjakan dividen adalah keputusan apakah laba yang

diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau

akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang”.

Gitosudarmo dan Basri (2002:227) berpendapat bahwa politik dividen berpengaruh

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

baik pada jangka panjang maupun bagian yang dibagikan kepada pemegang saham

maka dalam hal ini terdapat 2 pendekatan dalam membahas masalah dividen:

1. Sebagai kebijaksanaan pembelanjaan jangka panjang

Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang

diperoleh oleh perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang.

Pengumuman atas pembagian laba sebagai dividen berarti pengurangan terhadap

sumber dana jangka panjang yang dapat dipergunakan untuk membelanjai

kebutuhan perkembangan usaha. Oleh karena itu pembagian dividen akan

berakibat penekanan terhadap perkembangan usaha ataupun paksaan terhadap

pencairan dana eksterm. Apabila perusahaan memiliki suatu rencana

pengembangan usaha yang cukup menggembirakan di masa depan maka perlulah

dipupuk sumber dana dari dalam perusahaan tersebut. Di samping itu apabila atas

dasar pertimbangan biaya kapital yang rendah dituntut untuk membentuk struktur

kapital yang dikehendaki diperbesarnya sumber dana modal sendiri.

2. Sebagai kebijaksanaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan

Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa kebijaksanaan dividen mempunyai

pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh karena

itu maka manajer dalam hal ini dituntut untuk membagikan dividen sebagai

realisasi dari harapan hasil yang didambakan oleh seorang investor dalam

mengeluarkan uangnya untuk membeli saham tersebut.

Menurut Tampubolon (2005:185) ada beberapa kebijakan dividen yang dapat

dilakukan antara lain sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

1. Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend per Share Policy)

Kebijaksanaan dividen yang stabil biasanya dilakukan korporasi yang mempunyai

tingkat risiko yang rendah. Walaupun dalam satu tahun korporasi menunjukkan

kerugian dan tidak memperoleh profit dividen, karena sudah menjadi suatu

kebijaksanaan, maka dividen harus tetap dipertahankan untuk dibayar, demi

mempertahankan atau menghilangkan konotasi negatif, baik terhadap investor

yang sekarang maupun yang akan datang.

2. Rasio Konstan Pembayaran Dividen (Constant Dividend Pay Out Ratio)

Dengan kebijaksanaan seperti ini, suatu persentasi yang tetap dari pendapatan

akan dibayarkan sebagai dividen. Karena net income selalu berbeda-beda, maka

dividen yang akan dibayarkan akan berbeda pula dengan pendekatan ini.

3. Kebijaksanaan Secara Kompromi (A Compromise Policy)

Kompromi adalah salah satu pendekatan yang terbaik di dalam menentukan

kebijaksanaan dividen. Dalam menentukan suatu kebijaksanaan, dapat ditentukan

suatu cara untuk mendapatkan jalan keluar yang sama–sama menguntungkan,

baik kepada pemegang saham maupun bagi manajemen korporasi.

4. Kebijaksanaan Dividen Secara Residu (Risudual Dividend Policy)

Di dalam kesempatan investasi suatu korporasi yang tidak stabil, korporasi

menginginkan untuk mempertimbangkan suatu kebijaksanaan yang berfluktuasi.

Dengan kebijaksanaan seperti ini, jumlah penghasilan yang ditahan tergantung

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

pada adanya kesempatan – kesempatan investasi dalam tahun tertentu. Dividen

yang dibayarkan menunjukkan jumlah residu (residual amount) dari pendapatan

setelah kebutuhan investasi korporasi dapat dipenuhi.

Brigham dan Houston (2001:198) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan

dividen dari preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori ”bird-in-

the-hand” dan teori preferensi pajak.

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai

pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama

teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani

(MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh

kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai

suatu perusahaan tergantung semata – mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh

aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan

laba yang ditahan. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan

untuk dipersoalkan.

2. Teori ”Bird-in-The-Hand”

Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh

lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan

yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen,

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

risikonya lebih kecil. Miller dan Modigliani (MM) tidak setuju dan menganggap

pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan “Bird-in-The-Hand” karena menurut

pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan

kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau

perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas

perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat

risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.

3. Teori Preferensi Pajak

Teori preferensi pajak (tax preference theory) adalah suatu teori yang menyatakan

bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka

para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.

Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal-hal

sebagai berikut:

1. Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari M-M itu benar maka

perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang harus dibagikan.

2. Jika perusahaan menganut bird-in-the-hand theory maka perusahaan harus membagi

seluruh EAT (Earning After Tax) dalam bentuk dividen.

3. Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka perusahaan

harus menahan seluruh keuntungan atau dengan kata lain dividend payout ratio=0%.

Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:230) menyatakan ada beberapa

kebijaksanaan dividen yang dapat dilakukan yaitu:

1. Stable Dividend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang Stabil)

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam

jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi

besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun

terjadi fluktuasi dalam net income.

2. Fluctuating Dividend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang

Berfluktuasi)

Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada

tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat pada tingkat

keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang dibayarkan relatif tinggi, dan

sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang

dibayarkan juga rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan

tingkat keuntungannya.

3. Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy

Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang

bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan

tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba

para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan

keuntungan dari hasil operasinya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian

dividen yang bersifat proporsional besarnya tidak sama dengan dividen yang

menggunakan kebijakan fluktuatif.

Nasution (2004:19) menyatakan kendala–kendala bagi perusahaan dalam

membagikan dividen adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

1. Kas yang tidak mencukupi.

Dana perusahaan yang likuid harus dikaitkan dengan hutang-hutang dan

persediaan. Jika tidak, maka perusahaan akan mengalami kesulitan pada saat

perjanjian telah ditetapkan.

2. Hambatan kontrak.

Karena kesulitan likuiditas atau pembiayaan, kreditur mungkin mensyaratkan

pembatasan pembayaran dividen sehubungan dengan perjanjian hutang yang telah

dibuat. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan akan menyetujui kontrak

pembatasan dividen untuk menahan labanya agar dapat meningkatkan modal

peusahaan guna menurunkan rasio hutang terhadap modalnya (DER) dan agar

dapat meningkatkan likuiditas perusahaan dalam pembayaran bunga yang telah

ditetapkan.

3. Aspek legal.

Pembayaran dividen dapat dikaitkan dengan persyaratan tertentu, misalnya

batasan laba ditahan yang harus dipenuhi sebelum melakukan pembayaran

dividen, agar perusahaan tidak menyesatkan investor karena kandungan informasi

yang dikandung oleh dividen akan memberikan tanda bagi para investor yang

akan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan transaksi jual-beli saham.

II.3.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Rasio Pembayaran Dividen

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Dalam menentukan kebijakan pembayaran dividen yang optimal sesuai

dengan kemampuan dan tujuan perusahaan maka pihak manajemen perusahaan

terutama manajer keuangan dapat mengukurnya melalui dividend payout ratio.

Marlina dan Danica (2009:1) dalam penelitiannya menyatakan pertimbangan

mengenai dividend payout ratio sangat berkaitan dengan kinerja keuangan

perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan

mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan pemegang

saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat

dan tumbuh.

Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:232):

“Dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin kuat”.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio harus

dipertimbangkan oleh manajer keuangan. Menurut Sartono (2001:292) menyatakan

faktor – faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya

dengan kebijakan dividen sebagai berikut:

1. Kebutuhan dana perusahaan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor yang

harus dipertimbangkan, aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran

modal di masa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan

persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang

mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis

kebijakan dividen.

2. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbagan utama dalam banyak kebijakan

dividen, karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin

besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang

mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar

guna membiayai investasinya.

3. Kemampuan meminjam

Posisi likuiditas perusahaan dapat diatas dengan kemampuan perusahaan untuk

meminjam dana jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka pendek

tersebut akan meningkatkan flexibilitas likuiditas perusahaan. Kemampuan

meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar

kemampuan membayar dividen.

4. Keadaan pemegang saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya

mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high

tax dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat

mempertahankan dividend payout ratio yang rendah. Dengan dividend payout

ratio yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan

laba untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah

pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan

pemegang saham dalam konteks pasar.

5. Stabilitas dividen

Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend

payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat

pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif.

Kemudian Levy dan Sarnat (1990:417-418) berpendapat faktor – faktor yang

mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen adalah:

1. Floatation and Transaction Costs

In practice retained earnings and new issues are not perfect substitutes. This is a

consideration that may favor the use of retained earnings. Another factor that

may favor the use of retained earnings is the existence of transaction costs.

Shareholders who want to increase their investment in the firm will prefer to

forego cash dividends, thereby increasing the investment in the firm, without the

need to pay commissions on share purchases.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

2. Control

In order to ensure control, some firms operate under a self-imposed constraint

that limits the amount of external financing which can be used. Such

consideration are prevalent among closely held or family-held firms. New issues

of common stock dilute control, while after a point further increases in debt

become undesirabel or even impossible.

3. Informational Content of Dividends

In the real world, relevant information regarding a firm’s dividends can be (and

probably) important purveyors of information to investors. Informational content

of dividends is changes in the dividend rate that affect investors’ expectations

regarding a firm’s future prospects.

4. Cash Position

A firm’s cash position is another important factor that influences long-run

dividend policy. Clearly a cash dividend requires that the needed cash balance

be on hand, so liquidity can also be a factor affecting the dividend decision. A

rapidly expanding and very profitable firm is often plagued by chronic shortages

of cash. Such a firm usually prefers to set a relatively low dividend payout ratio

and to plow back most of its earnings into financing further growth. The firm

could, of course, turn to the capital market for funds. However, the uncertainty

caused by rapid expansion often leads to the establishment of a “safe” dividend

policy - that is, one that can be maintained should the rate of growth in earnings

decline in the future.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

5. Stability of Earnings

In general, the greater the risk of larger fluctuations in future earnings, the

greater probability that the firm will adopt a policy of setting a relatively low

dividend payout ratio.

6. Legal Constraints

There may at times be a legal constraint against declaring cash dividends.

Similarly, dividends can be paid only out of earnings; they are usually not

permitted if they reduce the firm’s paid in capital.

Halim (2007:97) berpendapat bahwa manajer keuangan perlu memperhatikan

faktor – faktor yang mempengaruhi kebjiakan dividen meliputi (a) posisi likuiditas;

(b) kebutuhan pelunasan hutang; (c) pembatasan dalam perjanjian hutang; (d) tingkat

ekspansi aset; (e) tingkat laba; (f) stabilitas laba; (g) akses ke pasar modal; (h) kendali

perusahaan; (i) kemampuan meminjam.

Van Horne dan Wachowicz (2005:279-284) menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen adalah sebagai berikut:

1. Aturan – aturan Hukum

Hukum badan perusahaan memutuskan legalitas distribusi apa pun kepada para

pemegang saham biasa perusahaan. Aturan – aturan hukum ini berkaitan dengan

penurunan nilai modal, insolvensi (kebangkrutan) dan penahanan laba yang tidak

dibenarkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

2. Kebutuhan Pendanaan Perusahaan

Kemungkinan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan dividen harus

dianalisis dalam kaitannya dengan distribusi probabilitas kemungkinan arus kas

masa depan dan juga saldo kas. Berdasarkan analisis ini, perusahaan dapat

menentukan dana residual yang mungkin dimiliki di masa depan.

3. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan

dividen. Karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar posisi kas

dan keseluruhan likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan

perusahaan untuk membayar dividen.

4. Kemampuan untuk Meminjam

Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk meminjam dalam jangka waktu

relatif singkat, maka dapat dikatakan perusahan tersebut fleksibel secara

keuangan. Semakin besar dan semakin kuat perusahaan, maka akan semakin baik

aksesnya ke pasar modal. Semakin besar kemampuan perusahan untuk

meminjam, maka akan semakin besar fleksibilitasnya untuk meminjam, dan

semakin besar pula kemampuannya untuk membayar dividen tunai.

5. Batasan – batasan dalam Kontrak Utang

Syarat perjanjian utang (covenant) sebagai pelindung dalam kesepakatan obligasi

atau perjanjian pinjaman sering kali meliputi batasan untuk pembayaran dividen.

Batasan tersebut ditentukan oleh pihak pemberi pinjaman untuk menjaga

kemampuan perusahaan membayar hutang.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

6. Pengendalian

Jika perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang cukup besar, maka

perusahaan perlu mengumpulkan modal di kemudian hari melalui penjualan

saham agar dapat membiayai berbagai peluang investasi yang menguntungkan.

Berdasarkan situasi semacam ini, pihak yang memiliki kendali atas perusahaan

(controlling interest) dapat terdilusi jika pemegang saham mayoritas tidak atau

tidak dapat memesan saham tambahan. Para pemegang saham ini mungkin lebih

menginginkan pembayaran dividen dalam jumlah rendah dan melakukan

pendanaan investasi melalui laba ditahan.

Menurut Tampubolon (2005:186):

Kebijaksanaan dividen dari suatu korporasi merupakan fungsi dari beberapa faktor. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan dividen tersebut antara lain adalah : (1) tingkat perutmbuhan korporasi (company growth rate); (2) keterikatan dalam rapat (restrictive convenant); (3) profitability; (4) stabilitas laba (earning stability); (5) kontrol perbaikan (maintenance control); (6) memahami pengungkit keuangan (degree of financial leverage); (7) kemampuan untuk kondisi keuangan eksternal (ability to finance externally); (8) keadaan tak terduga (uncertainity); (9) ukuran dan umur korporasi (age and size).

Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:232) besar kecilnya dividend payout

ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Faktor likuiditas

Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio dan

sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

2. Kebutuhan dana untuk melunasi utang

Semakin besar dana untuk melunasi utang baik untuk obligasi hipotek dalam

tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan

dividend payout ratio dan sebaliknya.

3. Tingkat ekspansi yang direncanakan

Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat

mengurangi dividend payout ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan

untuk penambahan aktivitas.

4. Faktor pengawasan

Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawas cenderung

akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividend

payout ratio dan sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan

dividend payout ratio.

5. Ketentuan – ketentua dari Pemerintah

Ketentuan–ketentuan tersebut dimaksud adalah yang berkaitan dengan laba

perusahaan maupun pembayaran dividen.

6. Pajak kekayaan/penghasilan dari pemegang saham

Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka

dividend payout ratio lebih tinggi dibanding apabila pemegang saham para

ekonomi kuat yang kena pajak.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) dirumuskan

sebagai berikut:

Dengan demikian kebijakan pembayaran dividen yang tergambar pada

dividend payout rationya merupakan penggunaan laba bersih setelah pajak yang akan

dibagikan kepada para pemegang saham dan yang akan digunakan untuk membiayai

investasi perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba yang

diperolehnya dalam bentuk dividen, maka akan mengurangi laba ditahan dan

selanjutnya mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan

memilih untuk menahan laba yang diperolehnya, maka kemampuan pembentukan

dana internal akan semakin besar. Dividend payout ratio merupakan perbandingan

dividen kas per lembar saham terhadap laba yang diperoleh per lembar saham. Dalam

penentuan dividend payout ratio yang optimal manajer keuangan harus

mempertimbangkan berbagai faktor sehingga keputusan kebijakan pembayaran

dividen yang diambil akan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan dan

investor sebagai pemegang saham.

Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan

keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang

sehingga dapat memaksimumkan harga saham perusahaan.

II.4. Kerangka Berpikir

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Levy dan Sarnat (1990:407) menyatakan “a dividend as a sum of money paid

to shareholders of a corporation out of earnings”. Tampubolon (2005:183)

menyatakan pendapatan korporasi yang dibagikan kepada pemegang saham disebut

sebagai dividen (dividend). Dividen dibayarkan baik dalam cash maupun dalam

bentuk saham yang biasanya diterbitkan secara kuartalan. Rosdini (2009:3)

berpendapat bahwa dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh

perusahaan kepada para pemiliknya, baik dalam bentuk kas maupun saham.

Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung kepada

kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang

lebih serius dari manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan harus

mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran

dividen.

Dalam penentuan dividend payout ratio maka ada beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan manajer keuangan. Menurut Sartono (2001:292) menyatakan

faktor–faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan

kebijakan dividen sebagai berikut : (1) kebutuhan dana perusahaan; (2) likuiditas; (3)

kemampuan meminjam; (4) keadaaan pemegang saham; (5) stabilitas dividen.

Halim (2007:97) berpendapat bahwa manajer keuangan perlu memperhatikan

faktor – faktor yang mempengaruhi kebjiakan dividen meliputi (a) posisi likuiditas;

(b) kebutuhan pelunasan hutang; (c) pembatasan dalam perjanjian hutang; (d) tingkat

ekspansi aset; (e) tingkat laba; (f) stabilitas laba; (g) akses ke pasar modal; (h) kendali

perusahaan; (i) kemampuan meminjam.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Menurut Tampubolon (2005:186) :

Kebijaksanaan dividen dari suatu korporasi merupakan fungsi dari beberapa faktor. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan dividen tersebut antara lain adalah : (1) tingkat pertumbuhan korporasi (company growth rate); (2) keterikatan dalam rapat (restrictive convenant); (3) profitability; (4) stabilitas laba (earning stability); (5) kontrol perbaikan (maintenance control); (6) memahami pengungkit keuangan (degree of financial leverage); (7) kemampuan untuk kondisi keuangan eksternal (ability to finance externally); (8) keadaan tak terduga (uncertainity); (9) ukuran dan umur korporasi (age and size).

Kebijakan pembayaran dividen tergambar pada dividend payout rationya

yaitu merupakan persentasi laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai.

Pembayaran dividen khususnya secara tunai kepada pemegang saham sangat

tergantung pada cash position yang tersedia karena pembayaran dividen merupakan

aliran kas keluar, sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen.

Dividen yang dibagikan perusahaan merupakan arus keluar, sehingga posisi

likuiditas atau posisi kas perusahaan penting untuk dipertimbangkan sebelum

perusahaan membagikan dividennya. Semakin kuat posisi likuiditas atau kas

perusahaan maka semakin besar kemampuannya membayar dividen (Riyanto,

2001:202).

Laba bersih setelah pajak yang dihasilkan perusahaan merupakan dividen

yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Perusahaan yang memperoleh laba

yang besar cenderung akan akan membayar porsi laba yang lebih besar sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

dividen. Semakin besar tingkat laba (profitability) yang diperoleh maka semakin

besar pula kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen.

Muslich (2003:51) menyatakan bahwa pengukuran tingkat profitabilitas dapat

dilakukan dengan membandingkan tingkat return on asset dengan tingkat return yang

diminta oleh investor dalam pasar modal. Jika hasil yang diharapkan lebih besar dari

pada hasil yang diminta, maka investasi tersebut dikatakan sebagai menguntungkan.

Return on assets menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam

total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi return on asset

maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak (Syamsudin, 2000:63).

Firm size adalah simbol ukuran perusahaan. Proxy ini dapat ditentukan

melalui log natural dari total assets (Ln TA) tiap tahun. Faktor ini menjelaskan

bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah ke

pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah (Sudarsi, 2002:80).

Debt to equity merupakan rasio leverage yang mencerminkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa

bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar

proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan

semakin besar pula jumlah kewajibannya. Jika beban hutang semakin tinggi, maka

kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga debt

to equity mempunyai hubungan negatif dengan dividend payout ratio (Sutrisno,

2001:5).

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

Faktor likuiditas tergambar melalui rasio cash position, faktor profitabilitas

tergambar melalui rasio return on assets, faktor firm size tergambar melalui log

natural dari total assets tiap tahun dan faktor leverage tergambar melalui rasio debt

to equity. Dengan demikian pihak manajemen perusahaan dapat mempertimbangkan

cash position, tingkat return on assets, firm size dan debt to equity dalam menentukan

persentase dividend payout ratio yang akan diberikan kepada pemegang saham.

Untuk menggambarkan hubungan antar variabel–variabel yang telah diuraikan

dapat dilihat dalam kerangka pemikiran pada Gambar I.1 berikut:

Cash Position

Return on Assets

Firm Size

Debt to Equity

Net Profit Margin

Total Assets Turnover

Sales Growth

Debt to Total Assets

Dividend Payout Ratio

Gambar II.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian

Untuk mengevaluasi tingkat return on assets pihak manajemen dapat

memperhatikan perkembangan net profit margin dan total assets turnover dari tahun

ke tahun. Brigham dan Houston (2001:94) menyatakan pendekatan Du Pont

memperlihatkan bagaimana hubungan diantara tingkat return on asset, net profit

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

margin dan total assets turnover. Menurut Atmadja (2005:419) berpendapat Du Pont

Analys memperlihatkan bagaimana hubungan net profit margin dan total asset

turnover dikombinasikan untuk menentukan tingkat return on assets. Du Pont

memecah tingkat return on assets menjadi berbagai rasio lainnya yaitu net profit

margin dan total assets turnover. Van Horne dan Wachowizc (2005:226)

menyatakan bahwa return on assets merupakan fungsi dari net profit margin, dan

total assets turnover.

Kemudian Akbar (2005) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa faktor–

faktor yang mempengaruhi profitabilitas (return on assets) perusahaan yaitu net profit

margin, assets turnover, sales growth dan financial leverage (debt to total assets)

Dengan demikian untuk dapat menganalisis tingkat return on assets dalam

perusahaan maka dapat dinilai dari rasio net profit margin, total assets turnover, sales

growth dan debt to total assets sehingga dapat dipahami secara lebih mendalam

faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tingkat return on assets.

II.5. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir, dihipotesiskan sebagai berikut:

1. Cash position (posisi kas), return on assets (laba terhadap aktiva), firm size

(ukuran perusahaan) berpengaruh positif signifikan dan debt to equity (hutang

terhadap modal) berpengaruh negatif signifikan terhadap dividend payout ratio

(rasio pembayaran dividen) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penelitian Terdahulurepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26641/4/Chapter II.pdf · Penelitian Terdahulu . ... saham) mendapatkan ... merupakan rasio

2. Net net profit margin (marjin laba bersih), total assets turnover (perputaran total

aktiva), sales growth (pertumbuhan penjualan) berpengaruh positif signifikan dan

debt to total assets (hutang terhadap aktiva) berpengaruh negatif signifikan

terhadap return on assets (laba terhadap aktiva) pada perusahaan manufaktur

di Bursa Efek Indonesia.

Universitas Sumatera Utara