BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga...

30
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam setiap penelitian ilmiah kajian pustaka penting untuk diuraikan sebagai dasar dalam membangun konstruk teoritik dan sebagai tolak ukur untuk membangun kerangka berpikir serta menjadi sumber untuk menyusun hipotesis penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut dalam bab ini akan diuraikan teori-teori tentang harga diri (self esteem) dan bagaimana hubungan antara pelatihan yang dilakukan dengan peningkatan harga diri bagi ODHA di Kota Salatiga. 2.1. Harga Diri (self esteem) 2.1.1 Pengertian Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki segala keunikan dan tidak lepas dari proses pembahasan ruang psikologi. Diri manusia secara umum sering dibicarakan dalam kehidupan, dan adanya pernyataan yang diungkapkan oleh Tesser (2001): bahwa diri manusia merupakan topik yang sering dibahas, khususnya dalam disiplin ilmu psikologi. Diri atau self juga dijabarkan dengan berbagai istilah dan salah satu topiknya yang cukup populer adalah harga diri. Cooley (1902) mengatakan harga diri bergantung kepada persepsi yang diberikan significant others terhadap diri seseorang. Mead (1934) juga menekankan pentingnya pendapat orang lain dalam memberikan penilaian diri yang didapatkan dengan adanya interaksi sosial. Harga diri adalah konsep yang penting dan populer, dalam ilmu- ilmu sosial dan dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian harga diri (self

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam setiap penelitian ilmiah kajian pustaka penting untuk

diuraikan sebagai dasar dalam membangun konstruk teoritik dan sebagai

tolak ukur untuk membangun kerangka berpikir serta menjadi sumber

untuk menyusun hipotesis penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut

dalam bab ini akan diuraikan teori-teori tentang harga diri (self esteem)

dan bagaimana hubungan antara pelatihan yang dilakukan dengan

peningkatan harga diri bagi ODHA di Kota Salatiga.

2.1. Harga Diri (self esteem)

2.1.1 Pengertian

Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki segala

keunikan dan tidak lepas dari proses pembahasan ruang psikologi. Diri

manusia secara umum sering dibicarakan dalam kehidupan, dan adanya

pernyataan yang diungkapkan oleh Tesser (2001): bahwa diri manusia

merupakan topik yang sering dibahas, khususnya dalam disiplin ilmu

psikologi. Diri atau self juga dijabarkan dengan berbagai istilah dan salah

satu topiknya yang cukup populer adalah harga diri. Cooley (1902)

mengatakan harga diri bergantung kepada persepsi yang diberikan

significant others terhadap diri seseorang. Mead (1934) juga menekankan

pentingnya pendapat orang lain dalam memberikan penilaian diri yang

didapatkan dengan adanya interaksi sosial.

Harga diri adalah konsep yang penting dan populer, dalam ilmu-

ilmu sosial dan dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian harga diri (self

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

12

esteem) mengarah pada cara individu mengevaluasi dirinya sendiri (Baron

& Bryn, 1994). Dalam hal senada dengan yang diutarakan oleh Branden

(dalam Latifah, 1999) bahwa harga diri adalah dimensi evaluatif atau

penilaian tentang diri yang merupakan cara seseorang merasakan, menilai

dan menyukai diri sendiri.

Harga diri (self esteem) adalah suatu evaluasi terhadap diri sendiri

yang menentukan seberapa jauh seseorang akan menyukai dirinya sendiri

(Ritandiyono &Retnaningsih 1996). Dalam hal ini sama seperti pendapat

yang dikemukakan oleh Sandrock (1998) mengatakan harga diri adalah

dimensi evaluasi secara keseluruhan mengenai dirinya, yang menunjukan

pada self worth (penghargaan seseorang terhadap dirinya sebagai individu)

atau self image (gambaran diri).

Rosenberg (dalam Deaux dkk, 1993) mengatakan bahwa harga

diri adalah evaluasi yang dilakukan oleh seseorang baik dalam cara positif

maupun dengan cara yang negatif. Pendapat semacam ini juga diutarakan

oleh Coopersmith (dalam Rombe, 1997) yang mendefenisikan bahwa

harga diri merupakan penilaian yang diberikan invididu terhadap dirinya

sendiri, baik positif maupun negatif yang kemudian diekspresikan dalam

sikap terhadap diri sendiri tersebut, apakah ia menerima atau menolak

dirinya.

Dalam kesempatan lain Rosenberg (dalam Harre & Lamb, 1996)

mengatakan bahawa harga diri adalah sikap positif atau negatif terhadap

diri sendiri. Hal ini sama seperti pendapat yang dikemukan oleh Baron

(1992) yang mengatakan bahwa harga diri adalah tingkat dimana individu

memiliki perasaan positif dan negatif mengenai diri sendiri dan kelayakan

diri mereka.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

13

Berbagai ungkapan dan pernyataan telah dibahas mengenai harga

diri selama lebih dari puluhan tahun. Di masa sekarang harga diri juga

masih tetap menjadi topik bahasan dalam penelitian psikologi. Dalam

Mruk (1995) Rosenberg mendefinisikan harga diri menjadi tiga bagian,

pertama harga diri termasuk kedalam komponen afektif dan kognitif,

kedua harga diri merupakan komponen yang mampu dievaluasi, dan

ketiga harga diri bukan hanya persoalan pribadi ataupun psikologis tetapi

juga interaksi sosial.

Definisi yang diberikan oleh Shavelson, Stanton dan Hubner

(1976) juga mengatakan harga diri merupakan suatu multidimensi yang

membahas bagaimana seorang individu memahami dan mengevaluasi

dirinya dari pengalaman yang diperolehnya dan lingkungan mereka

menetap. Harga diri dijabarkan dengan berbagai bentuk dari defenisi yang

kompleks hingga akhirnya berujung pada pernyataan Hogg (2002) yakni:

Harga diri adalah perasaan dan evaluasi terhadap diri seseorang.

Pernyataan ini juga diiringi dari Weiten & Llyod (2006) yang

mengemukakan bahwa harga diri adalah:

Harga diri adalah penilaian secara keseluruhan tentang seseorang

sebagai suatu pribadi. Dengan pengertian harga diri merupakan suatu

perasaan keberhargaan seseorang sebagai individu. Telah banyak defenisi

dari harga diri yang dituliskan, maka dari itu peneliti menyimpulkan

bahwa harga diri adalah suatu komponen afeksi yang dapat dievaluasi dari

pendapat yang diberikan orang lain dengan adanya interaksi sosial, yang

bertujuan untuk mendapatkan penilaian terhadap diri sendiri.

Sementara menurut Frey & Carlock (1987) harga diri adalah

istilah penilaian yang mengacu pada penilaian positif, negatif, netral dan

ambigu yang merupakan bagian dari konsep diri, tetapi bukan berarti

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

14

cinta-diri sendiri. Individu dengan harga diri yang tinggi menghormati

dirinya sendiri, mempertimbangkan dirinya berharga, dan melihat dirinya

sama dengan orang lain. Sedangkan harga diri rendah pada umumnya

merasakan penolakan, ketidakpuasan diri, dan meremehkan diri sendiri.

Sedangkan Coopersmith (1967) mengatakan harga diri adalah penilaian

yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

dirinya, yang diekspresikan melalui suatu bentuk sikap setuju atau tidak

setuju, sehingga terlihat sejauhmana individu menyukai dirinya sebagai

individu yang mampu, penting, sukses dan berharga.

Berdasarkan dari defenisi-defenisi di atas maka dapat

disimpulkan bahwa harga diri (self esteem) adalah dimensi evaluasi secara

keseluruhan mengenai dirinya yang menunjuk pada self worth

(penghargaan seseorang terhadap dirinya sebagai individu ) atau self

image (gambaran diri).

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri (self esteem)

Menurut Kozier & Erb (1987) ada empat elemen pengalaman yang

berhubungan dengan perkembangan harga diri, yaitu:

a. Orang-orang yang berarti atau penting

Seseorang yang berarti adalah seorang individu atau kelompok yang

memiliki peran penting dalam perkembangan harga diri selama tahap

kehidupan tertentu.Yang termasuk orang yang berarti adalah orang tua,

saudara kandung, teman sebaya, guru dan sebagainya. Pada berbagai

tahap perkembangan terdapat satu atau beberapa orang yang berarti.

Melalui interaksi sosial dengan orang yang berarti dan umpan balik

tentang bagaimana perasaan dan label orang yang berarti tersebut,

individu akan mengembangkan sikap dan pandangannya mengenai

dirinya.Ini juga termasuk didalamnya penerimaan diri, dimana saat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

15

seseorang merasa berarti maka seseorang itu juga akan dapat menerima

keberadaan dirinya sendiri,begitu juga sebaliknya saat seseorang

merasa ditolak maka dia akan kesulitan menerima keberadaan dirinya

sendiri.

b. Harapan akan peran sosial

Pada berbagai tahap perkembangan, individu sangat dipengaruhi

oleh harapan masyarakat umum yang berkenaan dengan peran

spesifiknya. Masyarakat yang lebih luas dan kelompok masyarakat

yang lebih kecil memiliki peran yang berbeda dan hal ini tampak

dalam derajat yang berbeda mengenai keharusan dalam memenuhi

peran sosial. Harapan-harapan peran sosial berbeda menurut usia,

jenis kelamin, status sosial ekonomi, etnik dan identifikasi

karir.Dalam hal faktor ini juga termasuk motivasi,karena dengan

memiliki harapan untuk menjadi orang yang lebih baik lagi,ini bisa

menjadi sumber motivasi dalam diri seseorang.

c. Krisis setiap perkembangan psikososial

Disepanjang kehidupan, setiap individu menghadapi tugas-tugas

perkembangan tertentu. Individu juga akan memiliki krisis disetiap

tahap perkembangannya. Hal ini dikemukakan oleh Erikson (Monks,

dkk,1999) dimana jika individu tersebut gagal menyelesaikan krisis

tersebut dapat menyebabkan masalah dalam diri, konsep diri, dan

harga dirinya. Menurut Erikson, tugas perkembangan pada periode

remaja (usia 12-18 tahun) adalah pencarian identitas diri, yaitu

periode dimana individu akan membentuk diri (self), gambaran diri

(image), mengintegrasikan ide-ide individu mengenai dirinya, dan

tentang bagaimana cara orang lain berfikir tentang dirinya. Untuk

mencapai identitas diri yang positif atau “aku” yang sehat, remaja

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

16

memerlukan orang-orang dewasa yang penuh perhatian serta teman-

teman sebaya yang kooperatif (Monks, dkk,1999).

d. Gaya penanggulangan masalah

Strategi yang dipilih individu untuk menanggulangi situasi yang

mengakibatkan stresmerupakan hal yang penting dalam menentukan

keberhasilan individu untukberadaptasi pada situasi tersebut dan

menentukan apakah harga diri dipertahankan, meningkat atau

menurun.Dalam faktor yang mempengaruhi harga diri ini juga

termasuk didalamnya manajemen stres dimana seseorang harus

mengelolah stres yang ada pada dirinya sebagai gaya dalam

penanggulangan masalah yang terjadi.

2.1.3 Ciri-ciri Harga Diri (self esteem)

Frey & Carlock (1987) mengungkapkan ciri-ciri individu dengan

harga diri tinggi, yaitu:

a. Menghargai dirinya sendiri

b. Menganggap dirinya berharga

c. Melihat dirinya sama dengan orang lain,

d. Tidak berpura-pura menjadi sempurna

e. Mengenali keterbatasannya

f. Berharap untuk tumbuh dan berkembang lebih baik lagi. Sedangkan

ciri-ciri individu dengan harga diri rendah, yaitu:

a. Secara umum mengalami perasaan ditolak

b. Memiliki perasaan tidak puas terhadap diri sendiri

c. Memiliki perasaan hina atau jijik pada diri.

d. Memiliki perasaan remeh terhadap diri.

Coopersmith (1967) mengemukakan ciri-ciri individu berdasarkan

tingkat harga dirinya, yaitu:

a. Harga diri tinggi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

17

1. Menganggap diri sendiri sebagai orang yang berharga dan sama

baiknya dengan orang lain yang sebaya dengan dirinya dan

menghargai orang lain.

2. Dapat mengontrol tindakannya terhadap dunia luar dirinya dan dapat

menerima kritik dengan baik.

3. Menyukai tugas baru dan menantang serta tidak cepat bingung bila

sesuatu berjalan di luar rencana.

4. Berhasil atau berprestasi di bidang akademik, aktif dan dapat

mengekpresikan dirinya dengan baik.

5. Tidak menganggap dirinya sempurna, tetapi menyadari kekurangan

dirinya.

6. Memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi yang

realistis.

7. Lebih bahagia dan efektif menghadapi tuntutan dari lingkungan.

b. Harga diri rendah

1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak

sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial.

Hal ini sering kali menyebabkan individu yang memiliki harga diri

yang rendah, menolak dirinya sendiri dan tidak puas akan dirinya.

2. Sulit mengontrol tindakan dan perilakunya tehadap dunia luar

dirinya dan kurang dapat menerima saran dan kritikan dari orang

lain.

3. Tidak menyukai segala hal atau tugas yang baru, sehingga akan sulit

baginya untuk menyesuaikan diri dengan segala sesuatu yang belum

jelas baginya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

18

4. Tidak yakin akan pendapat dan kemampuan diri sendiri sehingga

kurang berhasil dalam prestasi akademis dan kurang dapat

mengekspresikan dirinya dengan baik.

5. Menganggap diri kurang sempurna dan segala sesuatu yang

dikerjakannya akan selalu mendapat hasil yang buruk, walaupun dia

telah berusaha keras, serta kurang dapat menerima segala perubahan

dalam dirinya.

6. Kurang memiliki nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi

yang kurang realisitis.

7. Selalu merasa khawatir dan ragu-ragu dalam menghadapi tuntutan

dari lingkungan.

2.1.4 Aspek-aspek harga diri

Kondisi yang menunjukan perkembangan harga diri dapat dilihat

melalui empat aspek, (Coopersmith ,1967) yaitu :

a. Aspek kemampuan (power),yaitu perasaan bahwa individu mampu

mencapai tujuan yang diinginkannya. Menjadi mampu berarti

individu memiliki keyakinan pikiran, perasaan dan perilaku yang

sesuai dengan realita dirinya. Apabila individu mampu atau berhasil

dalam tujuannya maka harga dirinya meningkat.Kemampuan ini

ditandai dengan adanya penerimaan, penghargaan yang diterima

individu dari orang lain,dan besarnya sumbangan orang lain

berkaitan dengan pikiran atau pendapat dan kebenaran.

b. Aspek keberartian (significance) yaitu, perasaan individu bahwa ia

berguna untuk hidup dan menjalanin kehidupan dengan bergairah.

Hal tersebut merupakan penghargaan dan minat dari orang lain

pertanda penerimaan dan popularitas. Keadaaan seperti ini dapat

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

19

dilihat dan diperhatikan atau ditandai dengan kehangatan,

keikutsertaan, perhatian, dan kesukaan orang lain terhadapnya.

c. Aspek ketaatan (virtue) yaitu, mengikuti standar sosial dan etika ,

ditandai dengan ketaatan menjauhi tingkah laku yang tidak baik dan

melakukan yang diperbolehkan atau diharuskan oleh aturan-aturan,

norma-norma, dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam masyarakat.

d. Aspek kompetensi (competency) yaitu, yaitu adanya kompetensi

dalam memenuhi tuntutan prestasi, ditandai dengan keberhasilan

individu dalam memenuhi tuntutan sesuai dengan harapan.

Dari ke empat aspek di atas penulis mengunakan semua aspek yaitu

Aspek kemampuan (power), Aspek keberartian (significance), Aspek

ketaatan (virtue), Aspek kompetensi (competency). Alasan

pengambilan aspek yang dipakai sebagai dasar untuk membuat alat

ukur.

2.1.5 Peningkatan Harga Diri

Salah satu fungsi dari konsep diri adalah mengevaluasi diri, hasil

dari evaluasi diri ini disebut harga diri. Harga diri bukan merupakan faktor

yang dibawa sejak kecil, tetapi faktor yang dipelajari dan terbentuk

sepanjang pengalaman individu. Seperti yang dikatakan oleh Branden

(Frey & Carlock, 1987) bahwa harga diri diperoleh melalui proses

pengalaman yang terus menerus terjadi dalam diri seseorang. Menurut

Mead (suryabrata, 1993) harga diri terbentuk secara sosial. Keluarga

menjadi struktur sosial yang penting, karena interaksi antar anggota

keluarga terjadi disini. Perilaku seseorang di dalam keluarga dapat

mempengaruhi perilaku anggota keluarga yang lain.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

20

Branden (1981) mengatakan bahwa proses terbentuknya harga diri

sudah mulai dari saat bayi merasa tepukan pertama kali diterimannya dari

orang yang menangani proses kelahiran. Dalam proses selanjutnya harga

diri dibentuk dari perlakuan yang diterima individu dari lingkungannya,

misalnya apakah individu selalu dirawat, dimanja, atau diperhatikan oleh

orangtua atau perlakuan lain yang berlawanan dengan perlakuan tersebut.

Penelitian baru-baru ini mengenai harga diri sepanjang rentang

kehidupan menyatakan bahwa harga diri pada masa kanak-kanak

cenderung tinggi, menurun pada masa remaja, dan meningkat selama masa

dewasa awal sampai dewasa madya, kemudian menurun pada masa

dewasa akhir (Robins, dkk dalam Shaffer, 2005). Pada studi ini, ditemukan

juga bahwa harga diri pria lebih tinggi daripada wanita pada hampir semua

rentang kehidupan, dan khususnya harga diri pada wanita rendah selama

masa remaja.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan

harga diri melalui perlakuan-perlakuan yang diterima individu dari

lingkungannya yang diperoleh melalui penghargaan, penghormatan,

penerimaan, dan interaksi individu dengan lingkungannya.

2.2. Pelatihan

2.2.1 Definisi Pelatihan

Menurut Sikula (As’ad, 2003), pelatihan merupakan proses

pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur yang sistematis

dan terorganisir, guna mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis

untuk tujuan tertentu. Pendapat ini didukung oleh Wexley dan Yukl (2003)

yang menyatakan bahwa pelatihan dan pengembangan adalah istilah-

istilah yang menyangkut usaha-usaha berencana yang diselenggarakan

agar tercapai penguasaan keterampilan, pengetahuan dan sikap-sikap yang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

21

relevan terhadap tugas. Jewell & Siegall (1998) menambahkan bahwa

tujuan pelatihan adalah memperoleh keterampilan khusus, pengetahuan,

atau sikap tertentu dengan mengembangkan kemampuan yang dimiliki.

Kemampuan menyangkut potensi fisik, mental, dan psikologis.

Keterampilan yang dimaksud adalah penerapan potensi yang dimiliki

secara khusus.

Cut Zurnali (2004), mengemukakan beberapa pendapat para ahli

mengenai definisi pelatihan sebagai berikut:

1. Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003) mengemukakan, pelatihan

merupakan upaya terencana untuk memfasilitasi kegiatan belajar yang

berhubungan dengan pekerjaan, keterampilan dan perilaku. Hal ini

berarti bahwa pelatihan merupakan suatu usaha yang terencana untuk

memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan

pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.

2. Menurut Gomes (2003), pelatihan adalah setiap usaha untuk

memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang

sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada

kaitannya dengan pekerjaannya. Dengan pelatihan memperjelas tugas

dan tanggung jawab setiap individu dalam pekerjaan yang di percaya

kepadanya, sehingga ada pendelegasian wewengan secara jelas dan

melatih individu untuk lebih bertanggung jawab.

3. Menurut Robbins, Stephen P, (2001), Pelatihan berarti kegiatan formal

yang direncanakan dalam format. Ini menunjukkan bahwa pelatihan

yang dimaksudkan disini adalah pelatihan formal yang direncanakan

secara matang dan mempunyai suatu format pelatihan yang terstruktur.

Dalam pelatihan dibuat suatu pola yang berstruktur dan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

22

berkesinambungan sehingga program disusun secara rapi dengan

tingkatan-tingkatan tertentu.

4. Menurut Bernardin & Russell (1998), Pelatihan adalah usaha untuk

meningkatkan kinerja untuk pekerjaan yang dipercayakan kepadanya

.Hal ini berarti bahwa setelah pelatihan akan mengalami perubahan

dalam pengetahuan spesifik, ketrampilan, sikap, atau perilaku. Agar

efektif pelatihan harus melibatkan pengalaman belajar, merupakan

kegiatan organisasi yang direncanakan, dirancang dalam memenuhi

kebutuhan yang terindentifikasi. Jadi pelatihan didefinisikan sebagai

berbagai usaha pengenalan untuk mengembangkan kinerja tenaga kerja

pada pekerjaan yang dipikulnya atau juga sesuatu berkaitan dengan

pekerjaannya. Hal ini biasanya berarti melakukan perubahan perilaku,

sikap, keahlian, dan pengetahuan yang khusus atau spesifik. Dan agar

pelatihan menjadi efektif maka di dalam pelatihan harus mencakup

suatu pembelajaraan atas pengalaman-pengalaman, pelatihan harus

menjadi kegiatan keorganisasian yang direncanakan dan dirancang

didalam menanggapi kebutuhan-kebutuhan yang teridentifikasi.

5. Menurut Gomez-Mejia, Balkin, dan Cardy (2001), Pelatihan dilakukan

biasanya disaat karyawan mengalamin penurunan keterampilan, atau

ketika organisasi mengalami perubahan sistem dan karyawan perlu

mempelajari keterampilan atau metode-metode yang baru. Ini berarti

bahwa pelatihan biasanya dilaksanakan pada saat para pekerja memiliki

keahlian yang kurang atau belum punya keahlian sama sekali atau pada

saat suatu organisasi mengubah suatu sistem dan para perlu belajar

tentang keahlian baru yang sebelumnya bisa saja belum pernah

didapatkan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

23

6. Menurut DeCenzo & Robin (1999), Pelatihan adalah pengalaman

belajar dalam hal mencari perubahan yang permanen dalam diri

seseorang yang akan meningkatkan kemampuan untuk melakukan

suatu pekerjaan. Ini berarti bahwa pelatihan adalah suatu pengalaman

pembelajaran didalam mencari perubahan permanen secara relatif pada

suatu individu yang akan memperbaiki kemampuan dalam

melaksanakan pekerjaannya itu. Dari definisi di atas penulis

mendefinisikan pelatihan sebagai suatu usaha pengenalan untuk

pengembangan kinerja individu pada pekerjaannya.

2.3 Penerimaan Diri

2.3.1 Defenisi Penerimaan diri

Penerimaan diri sebagai suatu keadaan yang disadari oleh diri

sendiri untuk menerima begitu saja kondisi diri tanpa berusaha

mengembangkan diri lebih lanjut Santrock (2002). Sikap menerima diri

adalah kemampuan seseorang untuk mengakui kenyataan diri secara apa

adanya termasuk juga menerima semua pengalaman hidup, sejarah hidup,

latar belakang hidup, dan lingkungan pergaulan (Riyanto, 2006).

Menurut Prihadi (2004) menerima diri apa adanya berarti pasrah dan jujur

terhadap kondisi yang dimiliki, tidak ada yang ditutup-tutupi, baik itu

kekuatan maupun kelemahan, kelebihan maupun kekurangan, yang

mendorong maupun yang menghambat yang ada di dalam diri. Semua

diterima apa adanya.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri

adalah kemampuan menerima kondisi diri sendiri secara jujur dan terbuka

serta tidak malu dan ragu mengakui kelemahan dan kelebihan pada diri

sendiri dan di hadapan orang lain.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

24

2.3.2 Aspek-aspek Penerimaan Diri

Penerimaan diri tidak berarti seseorang menerima begitu saja

kondisi diri tanpa berusaha mengembangkan diri lebih lanjut,orang yang

menerima diri berarti telah mengenali dimana dan bagaimana dirinya saat

ini, serta mempunya keinginan untuk mengembangkan diri lebih

lanjut.Aspek-aspek penerimaan diri sebagai berikut :

a. Perasaan derajat.Individu merasa dirinya berharga sebagai manusia

yang sederajat dengan orang lain, sehingga individu tidak merasa

orang yang istimewa atau menyimpang dari orang lain. Individu

merasa dirinya mempunya kelemahan dan kelebihan seperti orang

lain.

b. Percaya kepada kemampuan diri.Individu yang mempunyai

kemampuan untuk menghadapi kehidupan. Hal ini tampak dari

sikap individu yang percaya diri, lebih suka mengembangkan sikap

baiknya dan mengeleminasi keburukannya dari pada ingin menjadi

orang lain, oleh karena itu individu puas menjadi diri sendiri.

c. Bertanggung jawab. Individu yang berani memikul tanggung jawab

terhadap perilakunya.Sikap ini tampak dari perilaku individu yang

mau menerima kritikan dan menjadikannya sebagai sebuah masukan

yang berharga untuk mengembangkan diri.

d. Orientasi keluar diri. Individu lebih mempunyai orientasi diri keluar

dari pada ke dalam diri, tidak malu yang menyebabkan individu

lebih suka memperhatikan dan toleran terhadap orang lain, sehingga

akan mendapatkan penerimaan sosial dari lingkungannya.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

25

e. Berpendirian. Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri

pada berikap conform terhadap tekanan sosial. Individu yang

mampu

menerima diri mempunyai sikap dan percaya diri yang menurut

pada tindakannya sendiri dari pada mengikuti konvensi dan standar

dari orang lain serta mempunyai ide aspirasi dan pengharapan

sendiri.

f. Menyadari keterbatasan. Individu tidak menyalahkan diri akan

keterbatasannya dan mengingkari kelebihannya. Individu cenderung

mempunyai panilaian yang realistik tentang kelebihan dan

kekurangannya.

g. Menerima sifat kemanusiaan. Individu tidak menyangkal impuls dan

emosinya atau merasa bersalah karenanya. Individu yang mengenali

perasaan marah, takut dan cemas tanpa menganggapnya sebagai

sesuatu yang harus diingkari atau ditutupi (Sheerer, dalam Hall &

Lindzey, 2010).

2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Menurut Hurlock (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi

penerimaan diri antara lain: pemahaman diri, harapan-harapan yang

realistik, bebas dari hambatan lingkungan, sikap lingkungan

seseorang, ada tidaknya tekanan emosi yang berat, frekuensi

keberhasilan, identifikasi, perspektif diri, latihan masa kanak-kanak

dan konsep diri yang stabil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menerima dirinya

tersebut diatas, adalah sebagai berikut:

a. pemahaman diri. Merupakan persepsi yang murni terhadap dirinya,

tanpa merupakan persepsi terhadap diri secara realistik. Rendahnya

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

26

pemahaman diri berawal dari ketidaktahuan individu dalam

mengenali diri. Individu yang memiliki pemahaman diri yang baik

akan memiliki penerimaan diri yang baik, sebaliknya individu yang

memiliki pemahaman diri yang rendah akan memiliki penerimaan

diri yang rendah pula.

b. Harapan-harapan yang realistik. Harapan-harapan yang realistik

akan membawa rasa puas pada diri seseorang dan berlanjut pada

penerimaan diri. Seseorang yang mengalahkan dirinya sendiri

dengan ambisi dan standar prestasi yang tidak masuk akal berarti

seseorang tersebut kurang dapat menerima dirinya.

c. Bebas dari hambatan lingkungan. Harapan individu yang tidak

tercapai banyak yang berawal dari lingkungan yang tidak

mendukung dan tidak terkontrol oleh individu. Penerimaan diri akan

dapat terwujud dengan mudah apabila lingkungan dimana individu

berada memberikan dukungan yang penuh.

d. Sikap lingkungan seseorang. Sikap yang berkembang di masyarakat

akan ikut andil dalam proses penerimaan diri seseorang. Jika

lingkungan memberikan sikap yang baik pada individu, maka

individu akan cenderung untuk senang dan menerima dirinya.

e. Ada tidaknya tekanan yang berat. Tekanan emosi yang berat dan

terus menerus seperti di rumah maupan di lingkungan kerja akan

mengganggu seseorang dan menyebabkan ketidak seimbangan fisik

dan psikologis. Secara fisik akan mempengaruhi kegiatannya dan

secara psikis akan mengakibatkan individu malas, kurang

bersemangat, dan kurang bereaksi dengan orang lain. Dengan tidak

adanya tekanan yang berarti pada individu, akan memungkinkan

anak yang lemah mental untuk bersikap santai pada saat tegang.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

27

Kondisi yang demikian akan memberikan kontribusi bagi

terwujudnya penerimaan diri, dan menerimanya sehingga terjadi

penolakan pada dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena individu

memandang dirinya selalu berubah-ubah.

Menurut Hurlock (2005), faktor –faktor yang dapat meningkatkan

penerimaan diri, antara lain: aspirasi realistis, keberhasilan,

wawasan diri, wawasan sosial, dan konsep diri yang stabil.

Calhoun & Acocella ( 1995) Mengatakan individu yang

bisa menerima dirinya secara baik, tidak memiliki beban perasaan

terhadap diri sendiri, sehingga lebih banyak memiliki kesempatan

untuk beradaptasi dengan lingkungan.Kesempatan itu membuat

individu mempunyai peluang-peluang berharga yang

memungkinkan diri berkembang.

Muryantinah, dkk (2008) Mengungkapkan bahwa

penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang menyadari dan

mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam

menjalani kelangsungan hidup. Sikap diri ditunjukan oleh

pengakuan seseorang terhadap kelebihan sekaligus menerima

kelemahan-kelemahan tanpa mengalahkan diri,mempunya keingan

yang terus menerus untuk mengembangkan diri.

Penerimaan diri menurut Rogers dalam Aryanti (2003)

adalah orang yang selalu terbuka terhada setiap pengalaman serta

mampu menerima setiap kritikan dan masukan dari orang

lain.Ketidak mampuan menerima diri apa adanya dan segala

keunikannya karena ada perasaan suasana hati yang tertekan.

Keadaan tertekan ini membuat individu merasa pesimis.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

28

Penerimaan diri apa adanya adalah satu tahap yang harus

dilakukan .Menurut Helmi (1998) penerimaan diri adalah sejauh

mana seseorang dapat menyadari dan mengakui karateristik

pribadi dan menggunakanya dalam menjalani kelangsungan

hidup.Menurut Chaplin (2004) penerimaan diri adalah sikap yang

merupakan perasaan puas terhadap diri sendiri, dengan kualitas-

kualitas dan bakat-bakat diri serta pengakuan akan keterbatasan

yang ada pada diri.

Dari berbagai teori penerimaan diri yang dikemukakan

diatas penulis menggunakan teori Hurlock dalam penelitian ini,

karena dalam teori yang di kemukan Harlock yang didalamnya

disebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

penerimaan diri antara lain pemahaman diri, harapan-harapan yang

realistik, bebas dari hambatan lingkungan, ada tidaknya tekanan

emosi frekuensi keberhasilan, perspektif diri dan konsep diri yang

stabil. Beberapa faktor ini sangat sesuai dengan apa yang akan

diteliti di dalam penelitian ini.

2.4 Manajemen stress

2.4.1 Defenisi Manajemen Stres

Pengertian stres ditinjau dari bahasa latin “Stringere” yang berarti

menarik kencang. Selye (1982) seorang peneliti mengenai stres

mendefinisikan “stres sebagai respon non spesifik dari tubuh terhadap

setiap tuntutan”. Bila seseorang dihadapkan pada situasi yang dapat

menimbulkan stres, terjadi stres respon. Ada reaksi kimiawi dalam tubuh,

hormon meningkat dan mengalir ke dalam darah, emosi meninggi dan

ketegangan bertambah. Dengan kata lain, stres yang dihadapi oleh

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

29

seseorang apapun jenis penyebabnya dapat menimbulkan reaksi kimiawi

yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh seseorang.

Stres bukanlah suatu ancaman melainkan dorongan yang juga

dapat meningkatkan harga diri seseorang. Ben-zur & Zeidner (2012).

Masalah-masalah hidup yang dihadapai seperti penolakan dari keluarga

dan masyarakat, stigma dan diskriminasi dari orang-orang sekitar apabila

tidak dipandang sebagai sesuatu yang dapat melemahkan diri,akan dapat

menjadi pendorong yang dapat meningkatankan harga diri.

Pengatasan stres dengan cara berpikir positif dan mempunya

problem solving yang baik juga sangat menpengaruhi harga diri seseorang.

Kilic erol & Kilic (2011).

Banyak penelitian mengatakan bahwa orang yang mempunyai

ikatan sosial (pasangan, kerabat kawan, anggota kelompok ) hidup lebih

lama dan kurang rentan dengan penyakit yang berhubungan dengan stres

dibandingkan dengan sedikit orang yang memiliki kontak sosial (Collen &

Wills, 1985). Kawan-kawan dan keluarga dapat memberi dukungan

dengan banyak cara.Selain mencari dukungan yang positif pada saat stres,

orang juga dapat mempelajari teknik lain untuk menurunkan efek negative

dari stress terhadap tubuh dan pikiran.

2.4.2 Faktor-faktoryang mempengaruhi stres

Hal-hal yang dapat menimbulkan stres disebut stressor.Ancaman,

kejadian dan perubahan dianggap stressor.Terdapat dua tipe stressor yang

berasal dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Eksternal stressor.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

30

a. Sosial interaksi, misalnya mengalami tekanan kasar , korban sikap

berkuasa, menerima tindakan agresif dari pihak lain dan

mengalami kekerasan.

b. Organisasi, situasi organisasi yang dapat menimbulkan stres adalah

adanya peraturan yang ketat, tekanan target yang harus dipenuhi

dan siap pimpinan yang otoriter.

c. Peristiwa penting dalam hidup misalnya kelahiran,kematian,

kehilangan pekerjaan, promosi dan perubahan status perkawinan.

d. Kecerobohan kegiatan sehari-hari,misalnya lupa mematikan air

atau kompor saat berpergian jauh.

Internal stressor

a. Pemilihan gaya hidup misalnya, kecanduan minuman keras dan

rokok, kurang tidur dan jadwal yang terlalu padat.

b. Pembicaraan pribadi yang negatif, hal ini ditandain dengan

pemikiran yang pesimis, sering mengkritik diri sendiri dan analisis

yang berlebihan tentang diri sendiri.

c. Jebakan pemikiran, misalnya harapan yang tidak realistis terlalu

banyak dipikirkan atau tidak terpikir sama sekali dan berpikir

kaku.

2.4.3 Manajemen stress

Manajemen stres adalah suatu program untuk melakukan

pengontrolan atau pengaturan stres dimana bertujuan untuk mengenal

penyebab stres dan mengetahui teknik-teknik mengelola stres, sehingga

orang lebih baik dalam menguasai stres dalam kehidupan daripada

dihimpit oleh stres itu sendiri (Schafer, 2000 ).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

31

Memanajemen stres berarti membuat perubahan dalam cara berfikir dan

merasa, dalam cara berperilaku dan sangat mungkin dalam lingkungan

individu masing-masing (Margiati, 1999 ). Manajemen stress berarti

membuat perubahan dalam cara berpikir dan merasa, dalam berperilaku

dan sangat mungkin dalam lingkungan individu masing-masing (Margiati,

1999 ).

2.4.4 Aspek-aspek manajemen stres

Menurut Taylor (2003) dapat disimpulkan bahwa tanda atau

gejala stres pada umumnya dikelompokkan sebagai berikut :

1. Aspek Emosional (Perasaan). Meliputi: merasa

cemas (feeling anxious), merasa ketakutan (feeling

scared), merasa mudah marah (feeling irratable),

merasa suka murung (feeling moody), dan merasa

tidak mampu menanggulangi (feeling of inability to

cope).

2. Aspek Kognitif (Pikiran) . Meliputi: penghargaan

atas diri rendah (low self esteem), takut gagal (fear

failure), tidak mampu berkonsentrasi (inability to

concentrate), mudah bertindak memalukan

(embarrassing easily), khawatir akan masa

depannya (worrying about the future), mudah lupa

(forgetfulness), dan emosi tidak stabil (emotional

instability).

3. Aspek perilaku sosial. Meliputi: Jika berbicara

gagap atau gugup dan kesukaran bicara lainnya

(stuttering and other speech dif iculties), tidak

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

32

bekerja sama (uncooperative activities), tidak

mampu rileks (inability to relax), menangis tanpa

alasan yang jelas (crying for no apparent reason),

bertindak impulsif atau bertindak sesuka hati

(acting impulsively), mudah kaget atau terkejut

(startling easily), menggertakkan gigi (grinding

teeth), frekuensi merokok meningkat (increasing

smoking), penggunaan obat-obatan dan alkohol

meningkat (increasing use of drugs and alcohol),

mudah celaka (being accident prone), dan

kehilangan nafsu makan atau selera makan

berlebihan (losing appetite or overeating).

4. Aspek fisiologis. Meliputi: Berkeringat

(perspiration/sweaty), detak jantung meningkat

(increased heart beat), menggigil atau gemetaran

(trembling), gelisah atau gugup (nervous), mulut

dan kerongkongan kering (dryness of throat and

mouth), mudah letih (tiring easily), sering buang air

kencing (urinating frequently), mempunyai masalah

dengan tidur (sleeping problems), diare/

ketidaksanggupan mencerna/ muntah (diarrhea/

indigestion/ vomiting), perut melilit atau sembelit

(coil arround in stomach), sakit kepala (headaches),

tekanan darah tinggi (high blood preasure), dan

sakit pada leher dan atau punggung bawah (pain in

the neck and or lower back).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

33

Berdasarkan uraian diatas penulis memilih teori manajemen stres

menurut Schafer untuk dipakai dalam penelitian ini karena teori tersebut

sangat sesuai, untuk melakukan pengontrolan atau pengaturan stres

dimana bertujuan untuk mengenal penyebab stres dan mengetahui teknik-

teknik mengelola stres, sehingga orang lebih baik dalam menguasai stres

dalam kehidupan daripada dihimpit oleh stres itu sendiri.

2.5 Motivasi

2.5.1 Definisi motivasi

Pengertian motivasi tidak terlepas dari pengertian motif, dimana

motif adalah apa yang menggerakkan seseorang untuk bertindak dengan

cara tertentu atau sekurang-kurangnya mengembangkan suatu

kecenderungan tertentu (Timotius, 2003). Pengertian motif yang lain

adalah suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat

sesuatu atau melakukan tindakan atau bersikap tertentu (Handoko, 1992).

Selanjutnya dari definisi motivasi sendiri adalah suatu variabel

penyelang (yang ikut campur tangan) yang digunakan untuk menimbulkan

faktor-faktor tertentu didalam organisme, yang membangkitkan,

mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu

sasaran (Chaplin, 2005). Motivasi juga diartikan sebagai dorongan yang

timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan

suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Purwadarminta, 2005).

Streers dan Porter (1975) menjelaskan bahwa terdapat 3 komponen yang

menyifatkan motivasi, yaitu apa yang membangkitkan tingkah laku; apa

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

34

Aktualisasi diri

penghargaan

sosial

keamanan

Fisik

yang mengarah dan menyalurkan tingkah laku dan bagaimana tingkah

laku ditetapkan.

Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada

dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya

dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari

tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan

Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai

motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah

kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak

harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya

menjadi penentu tindakan yang penting.

Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya).

Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya).

Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang

lain, diterima, memiliki).

Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan

mendapatkan dukungan serta pengakuan).

Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,

memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan,

dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan bahwa

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

35

kepuasan diri dan menyadari akan potensinyayang terdapat pada

dirinya).

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan

kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif

yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan

mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan

intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah.

Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat

yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan,

perlindungan, dan rasa aman.

Hubungan antar pribadi satu hal yang sangat penting dalam

meningkatkan self esteem dalam diri seseorang. Ketika seseorang merasa

dirinya di terima oleh orang-orang disekitarnya dan lingkungannya akan

menambah rasa kepercayaan diri dan berharganya seseorang tersebut.

Hubungan antar pribadi juga berkaitan erat dengan bagaimana penerimaan

seseorang akan dirinya sendiri dan orang lain, dan bagaimana dirinya

melihat dirinya sendiri dan orang lain juga. Penerimaan diri dari keluarga

dan lingkungan juga sangat mempengaruhi harga diri, semakin baik

penerima keluarga dan lingkungan makan akan semakin baik pula harga

diri seseorang itu. Macinnes (2006). Dalam pelatihan ini peserta pelatihan

akan diberikan materi bagaimana seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS

belajar untuk menerima diri mereka termasuk dengan status mereka

sebagai orang terinfeksi, dan bagaimana mereka mengatasi setiap

penolakan baik dari lingkungan, masyarakat terlebih penolakan dari dalam

diri sendiri.

Selanjutnya Alderfer (1972) mengemukakan tiga kategori

kebutuhan. Kebutuhan tersebut adalah ;

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

36

a. Eksistence (E) atau Eksistensi

Meliputi kebutuhan fisiologis sepeerti lapar, rasa haus, seks, kebutuhan

materi, dan lingkungan kerja yang menyenangkan.

b. Relatedness (R) atau keterkaitan

Menyangkut hubungan dengan orang-orang yang penting bagi kita, seperti

anggota keluarga, sahabat, dan penyelia di tempat kerja.

c. Growth (G) atau pertumbuhan

Meliputi kenginginan kita untuk produktif dan kreatif dengan

mengerahkan segenap kesanggupan kita.

Alderfer menyatakan bahwa : bila kebutuhan akan eksistensi tidak

terpenuhi, pengaruhnya mungkin kuat, namun kategori-kategori kebutuhan

lainnya mungkin masih penting dalam mengarahkan perilaku untuk

mencapai tujuan. meskipun suatu kebutuhan terpenenuhi, kebutuhan dapat

berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam keputusan.

Sedangkan dalam teorinya McClelland mengemukakan bahwa

individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini

dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan

motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia. Teori ini

memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi

(achiefment), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.

Kemudian Frederick Herzberg (Hasibuan, 1990) mengemukakan

teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator.

Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi dua bagian yaitu kebutuhan

tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan kebutuhan tingkat tinggi

(prestise dan aktualisasi diri) serta mengemukakan bahwa cara terbaik

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

37

untuk memotivasi individu adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat

tingginya

Dari uraian diatas penulis menggunakan teori motivasi menurut

Maslow sebagai dasar atau acuan dalam melakukan penelitian ini karena

dalam teori Maslow terdapat beberapa tingkatan kebutuhan yang menjadi

motivasi seseorang untuk memenuhinya.Teori ini sangat sesuai dipakai

dalam penelitian karena teori ini lebih menekankan pada bagaimana

seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.6 Hasil Penelitian Sebelumnya

Berikut ini akan dipaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu

mengenai penerimaan diri, manajemen stress dan motivasi yang berkaitan

dengan harga diri khususnya berkaitan dengan penelitian yang saat ini

sedang dilakukan penulis.

2.6.1 Penerimaan diri dan harga diri

Adapun hasil-hasil penelitian yang mendukung adalah sebagai

berikut : penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri yang positif.

Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat memahami dan

menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya, orang dapat

menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga

evaluasi tentang dirinya juga positif (Calhoun dan Acocella, 1990).Jika

membicarakan self dari komponen afektif yaitu harga diri (Hidayati,

1995). Terdapat pengaruh yang positif pelatihan penerimaan diri terhadap

peningkatan harga diri ( Handayani dkk, 1998).

Penerimaan diri merupakan tingkat dimana individu benar-benar

mempertimbangkan karakteristik pribadinya dan mau hidup dengan

karakteristik tersebut”. Dengan penerimaan diri (self-acceptance), individu

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

38

dapat menghargai segala kelebihan dan kekurangan dalam dirinya. Maka

ketika individu dapat menerima keberadaan dirinya saat itu juga ia akan

menghargai dirinya.

Dengan demikian penerimaan diri dan harga diri merupakan sikap

yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan

bakat-bakat sendiri dan pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan sendiri.

bahwa individu bisa menghargai segala aspek yang ada pada dirinya entah

itu yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Disaat ada

penerimaan akan diri sendiri maka individu seseorang akan merasa

berharga.

2.6.2 Manajemen stres dan harga diri

Hasil penelitian yang mendukung penelitian ini adalah: setiap

perubahan yang menuntut adanya banyak penyesuaian yang berulang

seringkali dapat dirasakan sebagai peristiwa stressful (Holmes dan Rahe,

1967). Dukungan keluarga tinggi dapat memiliki harga diri yang lebih

tinggi dimana peran keluarga mempunyai pengaruh yang sangat tinggi

dalam harga diri. Sebuah keluarga yang memiliki dukungan keluarga yang

rendah tidak mempunyai kemampuan dalam membangun harga diri

anggota keluarganya dengan baik. Keluarga adalah tempat paling baik

untuk menghilangkan stres (Suparyanto, 2012). Kedekatan seseorang

dengan anggota keluarganya dapat menurunkan tingkat stress karena

kebutuhan dukungan yang paling diperlukan adalah dukungan emosional,

instrumental, penghargaan dan informasional (Setyoadi & Endang

Triyatno, 2012).

Stres dapat menjadi masalah dalam kehidupan seseorang jika tidak

ia tidak pintar dalam mengolah atau memanagenya, oleh karena itu

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

39

diperlukan manajemen stres. Manajemen stress merupakan program untuk

melakukan pengontrolan atau pengaturan stres dimana bertujuan untuk

mengenal penyebab stress dan mengetahui teknik-teknik mengelola stres,

sehingga orang lebih baik dalam menguasai stress dalam kehidupan

daripada dihimpit oleh stress itu sendiri. Hidup individu akan mempunyai

makna dan akan berharga ketika ia dapat memanage stresnya yang dari

negatif diolahnya menjadi positif. Apabila seseorang dapat mengelola

stresnya dengan baik, maka orang tersebut akan merasa dirinya berharga

karena dia mampu mengatasi setiap masalah yang ada.

2.6.3 Motivasi dan harga diri

Penelitian yang mendukung bahwa ada hubungan antara motivasi

dan harga diri adalah : seseorang akan merasa berharga saat seseorang

tersebut mampu meraih tujuan tertinggi dalam hidupnya untuk itu

diperlukan motivasi yang tinggi untuk mencapainya (Pujadi, 2007).

Produktivitas yang tinggi akan membuat harga diri tinggi sedangkan

produktivas rendah membuat harga diri rendah,perlu memiliki motivasi

yang tinggi untuk meningkatkan produktivitas ( Rini & Widiana, 2011)

Seseorang yang sukses dan memiliki motivasi yang tinggi membuat

dirinya merasa lebih berharga (Soyer, 2011 )

Motivasi sangat berkaitan erat dengan harga diri seseorang yang

memiliki motivasi yang baik dalam hal apa saja akan membuat hidupnya

menjadi berhasil. Keberhasilan itu akan menjadikan dirinya lebih berharga

dengan kata lain harga dirinya menjadi tinggi

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...Harga diri rendah 1. Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan sosial. Hal ini

40

2.7 Hipotestis Penelitian.

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada pengaruh positif pelatihan

penerimaan diri,manajemen stress dan motivasi terhadap peningkatan

harga diri penderita HIV/AIDS di Kota Salatiga.

Ho: tidak ada pengaruh positif pelatihan penerimaan diri,

manajemen stres dan motivasi terhadap peningkatan harga diri (self

esteem) bagi penderita HIV/AIDS di kota Salatiga.

Ha: ada pengaruh positif pelatihan penerimaan diri, manajemen

stres dan motivasi terhadap peningkatan harga diri (self esteem) bagi

penderita HIV/AIDS di kota Salatiga.