BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Otot
Otot adalah suatu jaringan yang mempunyai kemampuan untuk
berkontraksi. Yang kita sebut sehari-hari sebagai daging sebenarnya tak lain
adalah kumpulan serabut-serabut otot (Irianto, 2012). Secara umum otot
dibagi menjadi tiga jenis yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos.
Namun yang akan dibahas dalam kajian teori penelitian ini adalah otot
rangka.
Tubuh pria dewasa biasanya mengandung sekitar 640 otot, yang
meliputi hampir dua perlima berat tubuhnya. Jumlah yang sama terdapat pada
tubuh wanita dengan proporsi yang lebih kecil. Otot membentang di sebuah
sendi dan meruncing pada setiap ujungnya menjadi tendon berserat yang
melekat ke tulang (Parker, 2007). Otot dikaitkan pada tulang rawan
(kartilago), ikat sendi (ligamentum), dan kulit (integument). Tulang-tulang
tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika tidak digerakkan oleh otot. Otot
rangka mampu menggerakkan tulang karena otot dapat memanjang
(relaksasi) dan memendek (kontraksi). Hasil pergerakkan otot menyebabkan
tulang-tulang menjadi tempat perlekatan otot dapat digerakkan. Serabut-
serabut otot itu merupakan sel-sel otot. Serabut-serabut otot itu berkumpul
menjadi berkas-berkas otot. Beberapa berkas otot berkumpul membentuk otot
atau daging. Fungsi otot yang utama adalah sebagai alat gerak aktif,
disebabkan oleh kemampuan sel-sel otot berkontraksi. Otot berkontraksi
karena suatu rangsangan, baik rangsangan panas, dingin, dan sentuhan
lainnya (irianto, 2012).
Otot rangka jika dilihat dengan menggunakan mikroskop terlihat
berupa sel-sel otot berbentuk serabut-serabut halus panjang (myofibril) yang
mengandung banyak inti sel (multinuklei) dan tampak garis-garis terang
diselingi garis-garis gelap yang melintang. Oleh karena itu otot rangka
disebut juga otot lurik atau otot serat lintang. Sel-sel serabut otot bersatu
dalam suatu kelompok membentuk berkas-berkas yang disebut faskuli.
Berkas-berkas otot diliputi oleh selaput (fasia) yang disebut fasia propia.
Beberapa berkas otot bergabung membentuk otot. Setiap otot dibungkus lagi
oleh selaput yang disebut fasia superfisialis. Gabungan otot membentuk
kumparan yang menggelembung pada bagian tengahnya yang disebut
ventrikel otot. Ventrikel otot mempunyai daya kontraksi dan elastisitas yang
tinggi sehingga dapat memanjang dan memendek. Bagian ujung ventrikel otot
mengecil dan keras yang disebut tendon atau urat otot. Ujung tendon yang
stabil dan melekat pada tulang serta dekat ke pusat tubuh disebut origo.
Sedangkan otot yang melekat pada tulang yang bergerak disebut insersio
(irianto, 2012).
2.2 Anatomi Dan Fungsi Otot Perut
Gambar 2.1 : Otot Perut
(Elain N. Marieb, 2001)
a. M. Rectus Abdominis
Bagian otot yang membentuk sixpack. Rectus berarti lurus dan
abdominis adalah perut. Yang berarti otot ini tegak lurus dengan perut.
Otot ini berguna untuk menjaga tulang belakang saat melakukan gerakan
menekuk punggung ke depan dan menjaga panggul tetap stabil.
Origo : Tulang rawan iga ke V, VI, VII dan pada processus
xyphoideus sterni
Insersio : Bagian atas os. Pubis
b. M. Eksternal Abdominal Oblique
Otot ini berada di belakang tulang rusuk bagian bawah dan
melintas menuju panggul. Otot ini berguna untuk menunjang pergerakan
tulang belakang. Selain itu juga berguna untuk menjaga kestabilan tulang
belakang saat melakukan gerakan yg membuat tubuh menekuk ke samping
dan rotasi.
Origo : Iga bagian bawah dada dengan otot yang membentang kearah
melintang sisi kiri dan kanan bagian bawah perut
Insersio : Crista illiaca
c. M. Internal Abdominal Oblique
Otot ini berada di bawah otot eksternal oblique. Otot ini berperan
menstabilkan tulang belakang ketika melakukan gerakan memutar atau
membungkuk.
Origo : Crista illiaca dan ligament inguinal memanjang keatas
Insersio : Tepi dari pubis dan bagian medial dari pectineal dan jaringan
ikat linea alba.
d. M. Transversus Abdominis
Merupakan otot yang berada paling dalam di antara ketiga otot
yang lain. Otot ini berperan dalam menstabilkan punggung bagian bawah
saat gerakan membungkuk. Saat melakukan aktivitas berlari, berjalan, dan
sebagainya.
Origo : Simfisis pubis
Insersio : Tulang rusuk ke tiga (Daniels,1980)
2.3 Mekanisme Umum Kontraksi Otot
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan sebagai berikut :
1. Potensial aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai ujung serat
saraf.
2. Setiap ujung saraf menyekresi substansi neurotransmitter yaitu asetilkolin
dalam jumlah sedikit.
3. Asetilkolin bekerja untuk area setempat pada membrane serabut otot untuk
membuka saluran asetilkolin melalui molekul-molekul protein dalam
membrane serabut otot.
4. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium
mengalir kebagian dalam membrane serabut otot pada titik terminal saraf.
Peristiwa ini menimbulkan suatu potensial aksi pada membran.
5. Potensial aksi berjalan sepanjang membrane saraf otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot, berjalan
dalam serat otot ketika potensial aksi menyebabkan reticulum sarkolema
melepas sejumlah ion kalsium, yang disimpan dalam reticulum ke dalam
myofibril.
7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan
miosin, yang menyebabkan bergerak bersama-sama menghasilkan kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali kedalam
retikulum sarkoplasma oleh pompa membrane Ca++, dan ion-ion ini tetap
disimpan dalam reticulum sampai potensial aksi yang baru datang lagi
(Guyton, 2006).
Pada keadaan relaksasi ujung-ujung filamen aktin berasal dari dua
lempeng saling tumpang tindih satu sama lainnya. Pada waktu yang
bersamaan menjadi lebih dekat pada filament miosin, tumpang tindih satu
sama lain secara meluas. Lempeng ini ditarik oleh filamen sampai ke ujung
miosin. Selama kontraksi kuat, filamen aktin dapat ditarik bersama-sama,
begitu eratnya sehingga ujung filamen miosin melekuk. Kontraksi otot terjadi
karena mekanisme pergeseran filamen. Kekuatan mekanisme di bentuk oleh
interaksi jembatan penyebrangan dari filamen miosin dengan filamin aktin.
Bila sebuah potensial aksi berjalan ke seluruh membran serat otot akan
menyebabkan reticulum sarkoplasmik melepaskan ion kalsium dalam jumlah
besar yang dengan cepat menembus myofibril.
Proses yang menimbulkan pemendekan unsur kontraktil di dalam otot
merupakan peluncuran filament (serabut/benang halus) tipis di atas filament
tebal, karena otot memendek maka filamen tipis dari ujung sarkomer
(kontraktil dari myofibril) saling mendekat, saat pendekatan filamen ini
tumpang tindih. Peluncuran salama kontraksi otot dihasilkan oleh pemutusan
dan pembentukan kembali hubungan antara aktin (protein myofibril) dan
miosin (protein globulin) menghasilkan gerakan selama kontraksi cepat.
Sumber kontraksi cepat otot adalah ATP, hidrolisis ikatan antara gugusan
fosfat. Senyawa ini berhubungan dengan pelepasan tenaga dalam jumlah
besar sehingga ikatan ini dinamakan ikatan fosfat bertenaga tinggi. Di dalam
otot, hidrolisis ATP ke ADP dilakukan oleh protein kontraktil miosin. Proses
depolarisasi serabut otot yang memulai kontraksi dinamakan perangkaian
eksitasi kontraksi. Potensial aksi dihantarkan ke semua fibril di dalam serabut
melalui pelepasan Ca2+ dari sisterna terminalis. Gerakan ini membuka ikatan
miosin hingga ATP di pecah dan timbul kontraksi. ATP sebagai sumber
energi untuk kontraksi. Bila sebuah otot berkontraksi, timbul satu kerja yang
memerlukan energi. Sejumlah ATP di pecah membentuk ADP selama proses
kontraksi. Selanjutnya semakin hebat kerja yang dilakukan semakin besar
jumlah ATP yang dipecahkan. Proses ini akan berlangsung terus-menerus
sampai filamen aktin menarik membrane menyentuh ujung akhir filamen
miosin atau sampai beban pada otot menjadi terlalu besar untuk terjadinya
tarikan lebih lanjut (Guyton, 2006).
2.4 Kekuatan Otot Perut
Kekuatan otot adalah kemampuan maksimal dari otot untuk
berkontraksi (Hoeger, 1996). Kekuatan otot ini dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, indeks massa tubuh, aktifitas fisik, dan faktor psikologis. Kekuatan
otot perut dapat ditingkatkan dengan melakukan suatu latihan. Dalam
penelitian ini, latihan tersebut dengan menggunakan pilates exercises dan
core stability exercises, dimana dengan latihan ini dapat terjadi penambahan
jumlah sarkomer dan serabut otot (filamen aktin dan miosin yang diperlukan
dalam kontraksi otot), sehingga dengan terbentuknya serabut-serabut otot
yang baru maka kekuatan otot dapat meningkat.
Prinsip perkembangan otot selama latihan yaitu otot yang berkontraksi
tanpa beban, kekuatan otot yang berkontraksi lebih dari 50 persen gaya
kontraksi maksimum akan berkembang dengan cepat bahkan bila kontraksi
dilakukan hanya beberapa kali setiap harinya. Dengan menggunakan prinsip
ini, percobaan penguatan otot menunjukan bahwa latihan penguatan yang
dilakukan dalam tiga set tiga kali seminggu kira-kira akan memberi
peningkatan kekuatan otot yang maksimum tanpa mengakibatkan kelelahan
otot yang kronis (Guyton, 2006).
2.5 Prinsip Penguatan Otot
Semua otot tubuh secara terus menerus dibentuk kembali untuk
menyesuaikan fungsi-fungsi yang dibutuhkan mereka. Diameternya diubah,
panjangnya diubah, kekuatannya diubah, suplai pembuluh darahnya diubah,
dan bahkan tipe serabut ototnya diubah setidaknya hanya sedikit. Proses
pengubahan bentuk ini seringkali cepat, dalam waktu beberapa minggu.
Ternyata, percobaan pada hewan telah menunjukkan bahwa protein kontraktil
otot pada otot yang lebih kecil dan aktif dapat diganti sesingkat 2 minggu
(Kjoer, 2004).
Bila massa suatu otot meningkat, peristiwa ini disebut hipertrofi otot.
Bila massanya menurun, proses ini disebut atrofi otot. Sebenarnya, semua
hipertrofi otot adalah akibat dari suatu peningkatan jumlah filament aktin dan
myosin dalam setiap serabut otot, menyebabkan pembesaran masing-masing
serabut otot. Hipertrofi yang sangat luas dapat terjadi bila otot-otot diberikan
beban selama proses kontraksi. untuk menghasilkan hipertrofi hampir
maksimum dalam waktu 4 minggu sampai 8 minggu, hanya dibutuhkan
sedikit kontraksi kuat setiap harinya.
Bagaimana kontraksi yang sangat kuat ini dapat menimbulkan
hipertrofi masih belum diketahui. Namun, telah diketahui bahwa selama
terjadi hipertrofi, sintesis protein kontraktil otot berlangsung lebih cepat,
sehingga juga menghasilkan jumlah filamen aktin dan myosin yang
bertambah banyak secara progresif di dalam myofibril, yang seringkali
meningkat sampai 50 persen. Kemudian, telah diamati bahwa beberapa
myofibril itu sendiri akan memecah di dalam otot yang mengalami hipertrofi
untuk membentuk myofibril yang baru. Bersama dengan peningkatan ukuran
myofibril, system enzim yang menyediakan energi juga bertambah. Hal ini
terutama terjadi pada enzim-enzim yang dipakai untuk glikolisis, yang
memungkinkan terjadinya penyediaan energy yang cepat selama kontraksi
otot yang kuat dan singkat.
Bila suatu otot tidak digunakan selama berminggu-minggu, kecepatan
penghancuran protein kontraktil akan berlangsung lebih cepat daripada
kecepatan penggantiannya. Karena itu terjadi atrofi otot (Glass, 2003).
Bila otot direnggangkan hingga panjangnya melebihi normal, dapat
terjadi jenis hipertrofi yang lain. Peristiwa ini menyebabkan bertambahnya
sarkomer-sarkomer baru pada ujung-ujung serabut otot, tempat otot melekat
pada tendon. Bahkan, sarkomer-sarkomer yang baru ini dapat ditambahkan
dengan kecepatan beberapa sarkomer permenit pada otot yang baru
berkembang, yang melukiskan kecepatan jenis hipertrofi ini. Sebaliknya, bila
suatu otot secara teru menerus tetap memendek hingga kurang dari panjang
normalnya, sarkomer-sarkomer pada ujung-ujung serabut otot dapat benar-
benar menghilang. Melalui proses inilah otot secara kontinu dibentuk kembali
untuk mencapai panjang yang sesuai bagi kontraksi otot tertentu (Guyton,
2006).
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Otot
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan otot yaitu usia,
jenis kelamin, indeks massa tubuh, aktifitas fisik, dan faktor psikologis.
1. Usia
Pada kekuatan otot, semakin bertambahnya usia semakin rendah
kekuatan otot. Hal ini ditandai dengan penurunan otot perut dan punggung
sekitar 60% dari usia 20-30 tahun dan penurunan otot lengan dan kaki dari
usia 30-80 tahun. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan masa otot
pada usia lanjut (Astrand, 1992).
Pada remaja, Assmussen, menyimpulkan bahwa usia berdampak
pada kekuatan otot, dikarenakan adanya peningkatan ukuran tubuh,
bertambahnya usia khususnya pada 1 tahun sebelum pubertas
meningkatkan kekuatan dari 5 sampai 10% kemudian dipengaruhi oleh
adanya perkembangan kedewasan seksual anak. Salah satu fakta
menyebutkan peningkatan tinggi badan sekitar 1/3 sejalan dengan
peningkatan kekuatan otot sebanyak 4/6 antara usia 6 -20 tahun (Brown,
et.all, 2005).
Berdasarkan penelitian Astrand yaitu semakin bertambahnya usia
semakin rendah kekuatan otot yang ditandai dengan penurunan otot perut
dan punggung sekitar 60% dari usia 20-30 tahun. Sehingga penelitian ini
mengambil sampel usia 20-25 tahun pada mahasiswi karena pada umur
tersebut sudah mulai terjadi penurunan otot perut, sehingga dilakukan
latihan penguatan otot perut.
2. Jenis Kelamin
Sebelum pubertas baik laki-laki dan perempuan tidak menunjukan
adanya perbedaan pada kekuatan maksimal aerobik. Kekuatan otot setelah
pubertas pada laki-laki lebih tinggi di bandingkan pada perempuan.
Perbedaan ini disebabkan karena pada laki-laki ada pertambahan sekresi
hormon testoteron, yang berhubungan dengan bertambahnya massa otot
(Astrand, 1992).
Setelah pubertas nilai kekuatan otot pada wanita lebih rendah 15-
25% daripada pria. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan
maximal muscular power yang berhubungan dengan luas permukaan
tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah haemoglobin, kapasitas
paru-paru dan lain sebagainya (Permaesih, 2000).
3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah pengukuran status gizi yang
memiliki hubungan negatif dengan kebugaran, yang berarti semakin tinggi
IMT seseorang semakin rendah skor tes kebugaran tubuhnya. Salah satu
penelitian di Maputo, Mozambique menyatakan bahwa baik laki-laki
maupun perempuan yang overweight menunjukan skor tes kebugaran yang
buruk pada hampir semua tes dibandingkan oleh kelompok lain (Prista,
et.all, 2003).
Namun berat badan yang dinyatakan berlebih bukan berarti
memiliki massa lemak yang tinggi juga. Begitu juga dengan berat badan
yang dinyatakan kurang, karena seseorang yang berat badannya rendah
sering disebabkan oleh aktivitas yang kurang akan menyebabkan
penurunan massa otot (Hoeger, 1996). Pada sampel remaja selain berat
badan berlebih, berat badan kurang juga berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot, kinerja, dan VO2max yang dibarengi juga dengan
penurunan massa otot karena kekurangan nutrisi kronik (Malina dan
Katzmarzyk, 2006).
Rumus Penghitungan Status Gizi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara berat badan (kg)
dibagi dengan tinggi badan (m) pangkat 2, atau lebih jelasnya:
Nilai yang dihasilkan adalah dalam kg/m2
Tabel 2.1 : Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)
(Kepmenkes RI 2003)
IMT KATEGORI
<17,0 Kurus (Kekurangan berat badan tingkat berat)
17,0 – 18,4 Kurus (Kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 – 25,0 Normal
25,1 – 27,0 Kegemukan (Kelebihan berat badan tingkat ringan)
>27,0 Kegemukan (Kelebihan berat badan tingkat berat)
IMT = BB / (TB) 2
4. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik di definisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang
diproduksi oleh kontraksi otot. Aktifitas fisik dapat dikatagorikan oleh
beberapa variabel, yang meliputi tipe dan intensitasnya (Haskel dan
Kiernan, 2000).
Aktifitas fisik secara terkait dengan kebugaran kardiorespirasi pada
remaja, dapat mencapai perbaikan kebugaran kardiorespirasi dengan
latihan. Selain itu, aktifitas fisik berhubungan dengan kekuatan otot. Para
remaja atau orang dewasa, berpartisipasi dalam kegiatan penguatan otot
dua atau tiga kali dalam seminggu secara signifikan dapat meningkatkan
kekuatan otot. Secara garis besar aktivitas fisik yang dianjurkan agar dapat
memperbaiki kebugaran kardiorespirasi dan kekuatan otot, kesehatan
tulang, kesehatan kardiovaskular, dan metabolisme adalah lebih dari satu
jam dan sebagian besar dari aktivitas fisik yang dilakukan dianjurkan
adalah aerobic (jalan cepat, berlari, bersepeda, berenang), kemudian
aktifitas yang berfungsi menguatkan tulang dan otot paling sedikit 3 kali
dalam seminggu (WHO, 2010).
5. Faktor Psikologis
Depresi, kegelisahan, dan stress merupakan suatu aspek psikologis.
Depresi dapat dicirikan dengan kesedihan, memandang rendah pada diri
sendiri, putus asa, dan sia-sia. Penelitian yang dilakukan oleh North yang
berkaitan dengan aktivitas dan depresi menyimpulkan bahwa aktivitas
yang dapat mengurangi depresi pada segala kelompok usia dan tingkat
kebugaran, dan bahwa penurunan yang lebih besar berkaitan dengan seri
program latihan yang lebih lama (North, Mc Cullagh, & Tran, 1990).
Kegelisahan didefinisikan sebagai kebingungan yang dicirikan
dengan perasaan tidak yakin dan putus asa. Penelitian terhadap polisi,
atlet, dan pasien, mengindikasikan bahwa latihan dan kebugaran yang
meningkat berkaitan dengan berkurangnya kegelisahan. Kebanyakan ahli
medis, psikologi, dan pakar olahraga sependapat bahwa latihan jangka
panjang biasanya dikaitkan dengan berkurangnya kegelisahan (Morgan &
Goldston, 1987).
Kebanyakan orang percaya bahwa stres telah menjadi salah satu
masalah kesehatan modern. Stres merupakan suatu situasi yang menekan.
Respon stres penting untuk menyiapkan atlet agar dapat berusaha
semaksimal mungkin dalam perlombaan atau tantangan fisik, tapi dapat
merugikan jika dilakukan terlalu sering dalam suasana yang salah.
Sehingga stres dapat mempengaruhi kekuatan seseorang saat melakukan
latihan kebugaran (Sharkey, 2003).
2.7 Pilates Exercises
Pilates (pilateiz) adalah suatu metode olahraga yang dikembangkan
oleh Joseph Hubert Pilates (Joe Pilates) yang berasal dari Jerman pada awal
abad ke-20. Pilates awalnya merupakan paket latihan yang diciptakan oleh
Joseph Hubert Pilates yang dianggap cocok untuk para penari karena dapat
meningkatkan fleksibilitas tubuh.
Metode ini difokuskan untuk kelenturan serta fleksibilitas seluruh
bagian tubuh. Kelenturan dan fleksibilitas gerakan dirancang untuk
mendapatkan keseimbangan tubuh yang sempurna (balanced development),
fokus pada otot perut serta dapat memperbaiki gangguan pada tulang
belakang. Pilates lebih dari sekedar latihan fisik, melainkan juga baik untuk
meningkatkan kekuatan pikiran, serta mental. Pilates dilakukan perlahan-
lahan secara terkendali, menggunakan gerakan-gerakan peregangan untuk
membangun kekuatan tubuh secara keseluruhan. Pilates juga menggabungkan
latihan pernapasan sehingga bagus untuk menenangkan pikiran.
Olahraga yang berasal dari Jerman ini menekankan pada peningkatan
keseimbangan tubuh melalui kekuatan inti, fleksibilitas, dan kesadaran untuk
mendukung efisiensi gerakan. Tujuan utama pilates adalah untuk
memperbaiki tulang belakang dan mengatasi masalah-masalah yang mungkin
ditimbulkannya. Oleh karena itu, olahraga pilates ini dapat memperbaiki
postur tubuh yang kurang sempurna dan juga dapat memperbaiki masalah-
masalah yang berhubungan dengan kelainan tulang belakang.
Pilates cukup populer karena mempunyai efektivitas yang baik bagi
banyak orang termasuk atlet penari, manula, dan wanita dalam pemulihan
setelah melahirkan. Manfaat lain yang didapat dari pilates adalah peserta
menjadi lebih kuat, ramping, memiliki stamina yang lebih baik dan lebih
mudah melakukan aktivitas fisik karena meningkatnya kekuatan otot-otot inti
dalam tubuh.
Fokus utama pilates adalah melatih otot inti (otot yang terdapat di
panggul, punggung bawah, dan perut). Otot inti yang kuat akan membuat
postur tubuh menjadi lebih baik, menghindarkan nyeri pada punggung, serta
meningkatkan fleksibilitas. Saat kekuatan inti meningkat maka otot-otot ini
akan bekerja dengan otot-otot lain yang lebih dangkal untuk melakukan
gerakan-gerakan tubuh menjadi lebih baik dan ringan. Jika tulang belakang
dalam posisi benar dan stabil maka dapat menahan beban dengan baik
sehingga tubuh bisa bergerak dengan efisien dan bebas.
6 Prinsip Utama Pilates
1. Nafas
Gerakan yang dilakukan menggunakan nafas yang benar yaitu pernapasan
perut. Pernapasan perut dapat mendorong tulang belakang bersama otot-
ototnya kembali berfungsi secara seimbang.
2. Konsentrasi
Setiap gerakan dan hitungan dalam pilates harus dilakukan dengan penuh
konsentrasi.
3. Pengendalian
Pilates membutuhkan kontrol pikiran dan tubuh. Setiap gerakan harus
direncanakan guna mengurangi risiko cedera pada tubuh.
4. Berpusat
Perhatian harus terpusat pada tujuan berlatih pilates. Misalnya tujuannya
untuk menguatkan otot perut.
5. Presisi
Setiap gerakan harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat, misalnya
jika harus mengangkat kaki 90 derajat, harus tepat 90 derajat.
6. Mengalir
Dalam pilates, gerakan dilakukan dengan sifat kontinyu. Maka itu, penting
untuk berkonsentrasi selama latihan individual.
Keenam prinsip pilates diatas adalah faktor utama dalam
menentukan kualitas latihan pilates. Maka akan menemukan bahwa, tidak
seperti kebanyakan sistem latihan, pilates tidak memberikan banyak
pengulangan untuk setiap gerakan. Saat melakukan latihan secara penuh,
dengan presisi mungkin akan memberikan hasil yang signifikan dalam
waktu singkat dibandingkan repetisi seperti banyak ditemukan pada
olahraga lain. Bukan hanya itu, pilates exercises pada prinsipnya
menghasilkan penguatan dan penguluran, misalnya fleksi trunk otot
agonisnya akan mengalami penguatan sedangkan antagonisnya mengalami
penguluran (Menezes, 2000).
2.7.1 Mekanisme Pilates Exercises Terhadap Kekuatan Otot Perut
Otot perut termasuk ke dalam otot Core Muscle yang terdiri dari
M. Transversus Abdominis, M. Multifidus, Pelvic Floor, dan
diafragma. Teknik pilates menggabungkan antara latihan kekuatan dan
kelenturan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot
tersebut dan peregangan lumbal. Kontraksi dari otot-otot tersebut akan
menurunkan resiko terjadinya cedera pada pinggang dengan
berkontraksi secara bersamaan sehingga meningkatkan stabilisasi dan
mengurangi imbalance muscles.
Khusus otot multifidus dan otot abdominis transversus yang
telah terbukti menjadi yang paling penting. Multifidus adalah sebuah
otot segmental kecil yang mencakup beberapa sendi vertebra pada satu
waktu dan meliputi seluruh panjang kolom tulang belakang. Otot
multifidus diperkirakan untuk memberikan stabilitas tulang belakang
dalam dua cara. Yang pertama adalah dengan bertindak dengan
sendirinya sebagai kekuatan stabilisasi untuk segmen vertebra di zona
netral. Zona netral adalah lingkup gerak sendi yang kecil. Punjab
(1992) menunjukkan bahwa multifidus juga menstabilkan tulang
belakang bersama-sama dengan abdominis transversus melalui co-
kontraksi, karena fungsi dua otot 'berlawanan (hubungan agonis dan
antagonis). Andersson dan Winters (1990) telah menunjukkan bahwa
co-kontraksi kurang dari 25% Maximal Voluntary Contraction (MVC)
dapat menyebabkan stabilisasi sendi meningkat.
Selain bekerja dengan multifidus, abdominis transversus
menstabilkan tulang belakang dengan meningkatkan tekanan intra
abdomen. Abdominis transversus meningkatkan tekanan intra abdomen
oleh koneksinya ke fasia torakolumbalis. Dengan otot-otot perut
berkontraksi dan sejajar, dan juga menarik pada fasia torakolumbalis,
baik depan dan dinding belakang perut ditarik ke dalam. Sehingga
Pilates dapat memperbaiki postur dengan berkurangnya imbalance
muscles dan aligment yang terpelihara dari peningkatan IAP (Intra
Abdominal Pressure). Ketika IAP (Intra Abdominal Pressure)
meningkat, akan berguna membantu memelihara alignment dari sendi
intervertebral dengan mengeliminasi gerakan diantara sendi yang
berdekatan dengan efek hidrolik yang terjadi dari peningkatan IAP
(Intra Abdominal Pressure) tersebut. Sehingga disfungsi pada sendi,
khususnya daerah lumbal yang terjadi peningkatan kurva lordosis, dan
sendi sacroiliaca yang terjadi anterior pelvic tilt akan berkurang dan
postur yang mengalami gangguan pun dapat terkoreksi (Menezes,
2010).
2.7.2 Kelebihan Latihan Pilates
Latihan pilates merupakan salah satu dari sekian banyak latihan
yang berguna untuk kesehatan. Latihan ini banyak dilakukan para
wanita yang menginginkan tubuh kencang dan lebih ideal.
Berikut adalah manfaat yang bisa dapatkan dari latihan pilates :
1. Meningkatkan keseimbangan
Latihan pilates berfokus pada kekuatan otot perut. Otot perut
yang kuat dapat meningkatkan keseimbangan tubuh secara dan
menyeluruh.
2. Meningkatkan kekuatan otot perut
Otot perut adalah salah satu bagian otot yang terlatih dengan
baik saat melakukan latihan pilates, termasuk otot bagian tengah
tubuh yang lain seperti punggung dan dasar panggul. Meningkatnya
kekuatan otot bagian tengah tubuh dapat meningkatkan
keseimbangan, kekuatan dan juga memperbaiki postur tubuh.
3. Memperbaiki postur tubuh
Postur tubuh yang buruk bisa menyebabkan sakit pinggang.
Menjaga agar garis tulang belakang lurus sesuai anatominya
merupakan dasar dari latihan pilates. Latihan ini juga bertujuan
menjaga lengkungan alami tulang belakang.
4. Meningkatkan Fleksibilitas Tulang Belakang
Pilates memberikan lebih banyak keuntungan untuk tulang
belakang, yaitu dengan memberikan tambahan ruang pada tulang
belakang dalam setiap gerakan pilates. Ruang tambahan ini
meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas. Fleksibilitas tulang
belakang yang baik dapat mengurangi risiko cedera dan membuat
pergerakan jauh lebih mudah.
5. Meningkatkan Kesehatan Emosional
Pilates memberikan manfaat bagi kesehatan emosional.
Gerakan yang halus dengan pikiran yang tenang selama latihan akan
menenangkan sistem saraf dan membantu meringankan stres. Ketika
memperpanjang dan memperkuat otot-otot, akan melancarkan
sirkulasi darah dan menghilangkan ketegangan. Setiap selesai latihan
akan merasa lebih tenang, seimbang, dan jauh lebih segar (Touw,
2011).
2.7.3 Bentuk Latihan
1. The Hundreds Basic
Gambar 2.2 : The Hundreds Basic
(Menezes, 2000)
Fungsi : Melatih otot perut, pantat, dan kaki
(A) Posisi awal tidur terlentang dengan kedua lutut dibengkokan, jari-
jari kaki menunjuk, kaki dan telapak kaki diputar keluar, tumit
berdekatan. Letakan kedua lengan di samping badan. Angkatlah
kedua kaki dan lengan pada waktu mengangkat kepala dan bahu
dari lantai.
(B) Tarik napas 5 hitungan dan gerakan kedua lengan ke atas dan ke
bawah 5 kali, sambil merentangkan kedua kaki keluar dan ke atas
menyudut. Kemudian keluarkan napas selama 5 hitungan dan
pompakan kedua lengan 5 kali dan bengkokan lutut lagi.
Ulangi latihan ini 10 kali hingga sampai berjumlah 100 kali lengan
memompa.
2. The Hundreds Single Leg
Gambar 2.3 : The Hundreds Single Leg
(Menezes, 2000)
Fungsi : Melatih Otot Perut dan Kaki
(A) Posisi awal tidur terlentang dengan kedua kaki lurus, rentangkan
kedua tangan di samping badan, kemudian tangan diangkat sedikit
pada waktu mengangkat kepala dan kedua bahu dari lantai,
rentangkan kedua kaki dan naikan kurang lebih 45o.
(B) Secara perlahan-lahan tariklah lutut kanan sampai menjadi 1 baris
di atas pinggul kanan dan putarlah sedikit ke dalam ke arah kiri,
kemudian secara perlahan-lahan geserkan kaki kanan hingga lurus
kembali. Ulangi dengan kaki kiri untuk melengkapi 1 kali
pengulangan dan lakukan sebanyak 10 kali pengulangan.
3. Spine Rotation
Gambar 2.4 : Spine Rotation
(Menezes, 2000)
Fungsi : Melatih Otot Perut, Pantat, dan Kaki
(A) Posisi awal duduk dengan kedua kaki di rentangkan dan diputar
keluar dari pinggul, tumit saling berdekatan, jari-jari kaki terpisah
beberapa centimeter. Kontraksikan betis dan terus dikencangkan
selama melakukan latihan, dan kedua lengan direntangkan keluar
sampai keduanya setinggi bahu, telapak tangan menghadap
kebawah.
(B) Pada waktu mengeluarkan napas, putarlah bagian atas ke kanan,
dada diusahakan tegak, dan gunakan perut untuk menguatkan
gerakan. Kemudian tariklah napas pada saat kembali ketengah,
ulangi ke kiri untuk melengkapi 1 kali ulangan. Lakukan sebanyak
10 kali pengulangan.
4. Side Leg
Gambar 2.5 : Side Leg
(Menezes, 2000)
Fungsi : Melatih Otot Perut dan Lengan
(A) Posisi awal seperti papan, bertumpu pada kedua tangan dan kedua
jari kaki, kemudian angkatlah kaki kanan hamper setinggi pantat
dan kaki dalam keadaan dorsi fleksi.
(B) Putarlah kaki keluar dari pinggul, kemudian secara perlahan-lahan
gerakan keluar kearah kanan. Tarik kembali kaki kedalam dan
turunkan ke posisi semula, kemudian ganti dengan kaki kiri untuk
melengkapi satu ulangan. Lakukan 10 kali pengulangan.
5. Rolling
Gambar 2.6 : Melatih otot perut
(Menezes, 2000)
Fungsi : Melatih otot perut
(A) Posisi awal duduk dengan kedua lutut terpisah sedikit dan tarik
kearah dada. Kedua kaki dinaikkan dari lantai dan jari-jari saling
berdekatan dan pada posisi point. Bengkokkan punggung hingga
mata melihat kearah pusar. Rentangkan kedua lengan kedepan
setinggi bahu, kedua telapak tangan menghadap kedepan dan
sedikit diputar kebelakang sampai menemukan titik perimbangan.
(B) Tariklah napas dan bergulunglah kebelakang pada bahu dan tulang
belikat, kemudian secara cepat keluaran napas pada waktu
menggulung ke atas dan kembalilah pada posisi berimbang.
Usahakan kedua tangan direntang waktu mengangkat kaki dan
kembali. Lakukan latihan ini 10 kali pengulangan.
2.8 Core Stability Exercises
Core stability exercises merupakan model latihan yang digunakan
dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan dan stabilitas pusat/batang
tubuh. Core stability mengacu pada kemampuan tubuh untuk mempertahakan
posisi dan gerakan pada pusat tubuh. Pusat tubuh tersusun atas beberapa otot
yakni, transversus abdominus, multividus, diaphragm, pelvic floor muscle.
Otot - otot tersebut bekerja bersama untuk menghasilkan keseimbangan yang
sempurna pada abdominal dan lumbal. Core stability exercises bertujuan
untuk meningkatkan kekuatan dari sekelompok otot tersebut. Core stability
exercises memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Selain dapat digunakan untuk
pencegahan cedera akibat posisi postur yang buruk dan rehabilitasi pasca
cedera, program ini juga bermanfaat untuk meningkatkan prestasi atlet.
Latihan ini terdiri dari dua bentuk latihan, yakni latihan kelentukan dan
latihan kekuatan. Demi hasil yang maksimal, program kekuatan dilakukan
sebanyak 3 kali dalam satu minggu (Princeton, 2014).
Pada pelatihan core stability exercises dikenal yang disebut dengan
kinetik chain yang bekerja pada saat :
a. Control secara optimal
b. Mendistribusikan tekanan yang merata
c. Mengefisienkan semua gerakan secara optimal
d. Tanpa latihan yang berlebihan
e. Tanpa melakukan gerakan yang berlebihan
f. Sendi dalam keadaan stabil
Prinsip dalam core stability exercises yaitu setiap melakukan
gerakan selalu melibatkan 3 bidang gerak artinya apabila melakukan gerakan
kesalah satu bidang gerak tubuh maka otot yang bekerja tidak hanya
pembentukan gerakan tersebut tapi dibantu oleh otot yang berada disekitar
bidang gerak tersebut misalnya gerakan fleksi trunk dibentuk oleh rektus
abdominis, oblique internus abdominis, oblique eksternus abdominis, psoas
mayor, psoas minor, tapi dibantu juga oleh otot gluteus maximus. (Kahle,
2009).
2.8.1 Mekanisme Core Stability Terhadap Peningkatan Otot Perut
Core muscle terdiri dari otot silinder yang menyelimuti lapisan
dalam dari perut, yang terdiri dari 4 grup otot utama yaitu, (1) otot
transversus abdominis, yaitu bagian otot perut terdalam yang berada di
bawah otot oblikus internus, oblikus eksternus dan rectus abdominis,
otot ini dianggap menjadi korset yang menyangga stabilitas, (2) otot
multifidus, yaitu otot punggung bagian dalam yang berada diantara
tulang vertebra yang menghubungkan tiap tulang vertebra bagian
lumbal, fungsinya mengulur (mengekstensikan) vertebra secara baik
dan menjadi otot postural inti yang menjaga vertebra tetap tegak, (3)
otot diafragma, merupakan otot primer untuk bernapas. Ketika otot
transversus abdominis berkontraksi, diafragma mengencang untuk
mempertahankan tekanan pada perut sehingga menghasilkan stabilitas
pada vertebra, (4) otot-otot dasar panggul, terdiri dari organ-organ
pelvis diluar peritoneum, fasia endopelvis, dan 3 lapisan grup otot.
Otot-otot ini berkontraksi bersama-sama dengan otot transversus
abdominis yang membentuk otot silinder bagian bawah. Ketika
keempat grup otot ini bekerja secara harmonis dalam serangkaian
kontraksi kompleks dengan puluhan otot-otot tulang belakang, batang
tubuh dan sekitarnya dibutuhkan kestabilan sehingga dicapai posisi
netral selama gerakan tubuh dan menjaga posisi stabil pada vertebra.
Pada pelatihan ini memfungsikan slow twich fiber, dengan
kontraksi maksimal yang berulang-ulang untuk meningkatkan kekuatan
otot perut hingga otot menjadi tegang atau hipertrofi dan daya tahan
otot dapat diperoleh dari lamanya waktu menahan kontraksi maksimal
otot slow twitch fiber. Untuk meningkatkan kontraksi tersebut fast
twitch juga dilakukan kontraksi maksimal secara cepat dan berulang-
ulang agar tonus otot serabut fast twitch meningkat menjadi hipertrofi.
Untuk menghasilkan hipertrofi hampir maksimum dalam waktu 4
sampai 8 minggu.
Dengan memperkuat otot-otot yang mendukung dan
meningkatkan postur tulang belakang, efektif menurunkan gejala-gejala
nyeri punggung bawah dan memperbaiki aktivitas fungsionalnya.
Secara lebih rinci, stabilitas inti adalah interaksi koordinasi dan
kekuatan antara otot perut, otot punggung, otot diafragma dan otot
pantat selama aktivitas untuk memastikan tulang belakang tetap stabil
dan mendukung keduanya agar tetap kuat dalam pergerakan sehari-hari
(Brandon dan Raphael,2009).
2.8.2 Kelebihan Latihan Core Stability Exercises
Latihan core stability exercises biasanya di pakai pada pasien
yang sakit pinggang dan atlet untuk meningkatkan keseimbangan
tubuhnya.
Berikut adalah manfaat dari latihan core stability exercises :
1. Meningkatkan keseimbangan
Latihan core stability berfokus pada kekuatan otot-otot core
yaitu transversus abdominus, multividus, diaphragm, pelvic floor
muscle. Otot core yang kuat dapat meningkatkan keseimbangan
tubuh secara menyeluruh. Banyak atlet yang melakukan latihan core
stability untuk menunjang kebugaran mereka saat bertanding.
2. Meningkatkan kekuatan otot
Latihan ini adalah latihan yang baik untuk meningkatkan
kekuatan tubuh keseluruhan terutama otot-otot core.
3. Mengurangi Rasa Sakit
Jika menderita sakit pinggang, akan menemukan bahwa
gerakan saat berlatih core stability exercises akan membantu
mengurangi rasa sakit. Karena kontraksi kekuatan dari otot core
secara bersamaan mengarah pada perbaikan postur tubuh, sekaligus
menghilangkan ketegangan.
2.8.3 Bentuk Latihan
A. Flexibility Exercises/Latihan Kelentukan
1. Hip Flexor Stretch
Gambar 2.7 : Hip Flexor Stretch
(Princeton, 2014)
Berlutut dengan salah satu lutut menempel pada lantai. Tangan
yang sama sisi dengan lutut yang berlutut, ditarik ke belakang.
Tahan Selama 20 - 30 detik dan ulangi sebanyak 3 kali.
2. Adductor Stretch
Gambar 2.8 : Adductor Stretch
(Princeton, 2014)
Posisikan tubuh menghadap kesamping di sebelah
meja. Letakkan ankle di atas meja tumpu. Lekukkan tubuh ke
arah meja dengan lengan yang berada berjauhan dengan meja
di angkat lurus. Tahan 20 - 30 Detik dan ulangi sebanyak 3
kali.
3. Gluteus Stretch
Gambar 2.9 : Gluteus Stretch
(Princeton, 2014)
Letakkan tungkai bawah di atas penopang (meja). Sehingga
lengan atas dengan batang tubuh membentuk sudut 90
derajat. Posisi batang tubuh tetap dalam keadaan lurus. Secara
perlahan, condongkan batang tubuh ke arah depan. Tahan
gerakan selama 20 - 30 detik dan ulangi sebanyak 3 kali.
1. Quadriceps Stretch
Gambar 2.10 : Quadriceps Stretch
(Princeton, 2014)
Posisi dalam keadaan tidur tengkurap. Dengan menggunakan
karet, lilitkan ke kaki dengan karet dengan salah satu ujung karet
di genggam dengan tangan. Secara perlahan, tarik karet kearah
depan. Tahan gerakan selama 20 - 30 detik dan ulangi gerakan
sebanyak 3 kali.
B. Strenghtening Exercises
1. Supine Abdominal Draw In
Gambar 2.11 : Supine Abdominal Draw In
(Princeton, 2014)
Fungsi : Melatih otot perut
Posisi tubuh tidur telantang di atas matras. Posisi tungkai
dalam keadaan fleksi. Telapak kaki menempel matras dengan
posisi sejajar. Kontraksikan otot perut dan tekan pinggang
bagian bawah ke arah matras. Tahan selama 10 hitungan
dan ulangi 10 kali.
2. Supine Twist
Gambar 2.12 : Supine Twist
(Princeton, 2014)
Fungsi : Melatih otot Eksternal dan Internal Abdominal Oblique
Posisi tubuh tidur di atas matras. Posisi tungkai fleksi
90o. Telapak kaki menempel pada matras. Dengan perlahan dan
terkontrol, gerakan tungkai ke arah samping. Jaga pinggul agar
tetap menempel pada matras. Tarik kembali tungkai ke arah
semula, dan lakukan ke arah berlawanan. Tahan selama 10
hitungan dan ulangi 10 kali setiap sisi.
3. Prone Bridging on Elbow
Gambar 2.13 : Prone Bridging on Elbow
(Princeton, 2014)
Fungsi : Melatih otot perut dan pinggang
Posisi tubuh tidur tengkurap di atas matras. Angkat tubuh
dengan tangan. Gunakan siku untuk menopang. Posisi kaki
tetap menempel. Tubuh harus dalam posisi lurus
sempurna. Tahan selama 10 hitungan dan ulangi 10 kali.
4. Side Bridging on Elbow
Gambar 2.14 : Side Bridging on Elbow
(Princeton, 2014)
Fungsi : Melatih otot Eksternal Abdominal Oblique
Posisi awal tidur menyamping. Angkat tubuh dengan
menggunakan tangan. Gunakan siku tangan sebagai
penopang. Kaki menempel pada matras. Posisi tubuh harus
dalam keadaan lurus sempurna. Tahan selama 10 hitungan dan
ulangi 5 kali setiap sisi.
5. Supine Butt Lift
Gambar 2.15 : Supine Butt Lift
(Princeton, 2014)
Fungsi : Melatih otot perut, pinggang, dan pantat
Posisi tidur telentang di atas matras. Lutut fleksi 90o dan telapak
kaki menempel sejajar di atas matras. Posisi tangan berada di
samping tubuh. Angkat pinggul maksimal ke atas. Tahan selama
10 hitungan dan ulangi 10 kali.
6. Supine Single Leg Butt Lift
Gambar 2.16 : Supine Single Leg Butt Lift
(Princeton, 2014)
Fungsi : Melatih otot perut
Posisi tidur telentang di atas matras. Lutut fleksi 90o dan telapak
kaki menempel sejajar di atas matras. Posisi tangan berada di
samping tubuh. Angkat salah satu kaki hingga fleksi 90o. Angkat
pinggul maksimal ke atas. Tahan selama 10 hitungan dan ulangi
5 kali gerakan dengan kaki yang di angkat bergantian.
2.9 Pengukuran Kekuatan Otot Perut
Pengukuran adalah proses menggunakan alat untuk mendapatkan data.
Pengukuran dimaksudkan untuk menentukan sifat, kemampuan, dan watak
seseorang atau kelompok. Nilai atau hasil penelitian itu tidak berarti, dan baru
berarti setelah dinilai dan diinterpretasikan data yang ada (Priyono,2008).
2.9.1 Tes kekuatan otot perut (The curl up test)
Gambar 2.17 : The Curl Up Test
(Nelson, 2005)
a. Jenis tes
Sit up selama 60 detik
b. Alat dan fasilitas
- Lantai yang rata dan bersih
- Stopwatch
- Alat tulis
- Matras
c. Pelaksanaan
Berbaring terlentang di matras, kedua lutut di tekuk 90o dengan
kedua jari-jari diletakan di belakang kepala. Peserta lain menekan
kedua pergelangan kaki agar kaki tidak terangkat. Ketika mendengar
aba-aba “Ya” peserta bergerak mengambil sikap duduk sampai
kedua sikunya menyentuh paha, kemudian kembali ke sikap awal.
Lakukan gerakan ini berulang-ulang tanpa henti selama 60 detik.
d. Mencatat hasil
- Gerakan tidak dihitung bila
Pegangan tangan terlepas sehingga tangan tidak terjalin lagi, kedua
siku tidak sampai menyentuh paha, menggunakan sikunya untuk
membantu menolak tubuh.
- Hasil yang dihitung dan dicatat adalah gerakan tes yang dapat
dilakukan dengan sempurna selama 60 detik.
- Peserta yang tidak mampu melakukan ini mendapat nilai nol.
(Nelson,2005)
Tabel 2.2 : Penilaian Sit Up
(Nelson,2005)
Skor Tes Sit Up Putri Kriteria
5 >88 Sempurna
4 69-87 Baik Sekali
3 48-68 Baik
2 29-47 Cukup
1 10-28 Kurang