BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB...
-
Upload
phungthuan -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4071/3/KURNIAWAN DIMAS A.P. BAB...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesejahteraan Keluarga
1. Pengertian
Menurut Sawidak (1985) dalam Sunarti (2006) Kesejahteraan adalah
sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan
yang diterima.
Menurut Duvall dan Logan (1986) dalam Khoiruddin (2010) keluarga
adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi, yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
2. Kesejahteraan
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 Kesejahteraan Sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar
dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya. Permasalahan kesejahteraan sosial yang
berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum
terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh
pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami
hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan
secara layak dan bermartabat.
Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2000 menerangkan bahwa guna
melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator
yang dapat dijadikan ukuran, antara lain adalah :
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
6
a. Tingkat pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga merupakan salahsatu tolak ukur atas
kesejahteraan suatu keluarga, ini dikarenakan ekonomi suatu keluarga
merupakan salahsatu hal pokok.
b. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan
pengeluaran untuk pangan dengan non pangan
Gaya hidup juga merupakan tolak ukur dari kesejahteraan keluarga
karena sebagai keluarga yang sejahtera, kebutuhan sekunder tidak akan
diprioritaskan dari kebutuhan primer.
c. Tingkat pendidikan keluarga
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terhadap kesejahteraan
keluarga, terutama tingkat pendidikan anak. Semakin tinggi tingkat
pendidikan anak menjadi salahsatu tolak ukur bahwa keluarga tersebut
sejahtera.
d. Tingkat kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan hal utama dalam menilai kesejahteraan sebuah
keluarga, karena tanpa kesehatan, indicator yang lain tidak berguna.
e. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga
Ini menjadi salahsatu indikator pilihan, artinya tidak selalu
menandakan bahwa keluarga tersebut sejahtera atau tidak, karena
kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki bias jadi merupakan
sebuah pilihan dari sebuah keluarga.
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
7
3. Keluarga
Menurut Willian dalam Khoiruddin (2010) keluarga
diklasifikasikan dalam beberapa:
a. Keluarga nuklir (nuclear family) sekelompok keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak yang belum memisahkan diri membentuk
keluarga tersendiri.
b. Keluarga luas (extentended family) yaitu keluarga yang terdiri dari
semua orang yang berketurunan dari kakek, nenek yang sama
termasuk dari keturunan masing-masing istri dan suami.
c. Keluarga pangkal (system family) yaitu jenis keluarga yang
menggunakan sistem pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling
tua, seperti banyak terdapat di Eropa pada zaman Feodal, para
imigran Amerika Serikat, zaman Tokugawa di Jepang, seorang anak
yang paling tua bertanggungjawab terhadap adik-adiknya yang
perempuan sampai ia menikah, begitu pula terhadap saudara laki-laki
yang lainnya.
d. Keluarga gabungan (joint family) yaitu keluarga yang terdiri dari
orang-orang yang berhak atas hasil milik keluarga, mereka antara lain
saudara laki-laki pada setiap generasi, dan sebagai tekanannya pada
saudara laki-laki, sebab menurut adat Hindu, anak laki-laki sejak
lahirnya mempunyai hak atas kekayaan keluarganya.
4. Fungsi Keluarga
Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 1978 fungsi
keluarga yaitu:
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
8
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi Sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Meneruskan nilai-nilai keluarga
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
2) Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhah keluarga di masa yang akan
datang. Misalnya : pendidikan anak, jaminan hari tua.
e. Fungsi Pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimiliki.
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
9
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Menurut Friedman (1998) dalam Khoiruddin 2010 :
a. Fungsi Afektif
1) Menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan sehat secara
mental saling mengasuh, menghargai, terikat dan berhubungan.
2) Mengenal identitas individu
3) Rasa aman
b. Fungsi Sosialisasi Peran
1) Fungsi dan peran di masyarakat.
2) Sasaran untuk kontak sosial didalam atau di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi
1) Menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup
masyarakat.
d. Fungsi Ekonomi
1) Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga
2) Menambah penghasilan keluarga sampai dengan pengalokasian
dana
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
1) Konsep sehat sakit keluarga
2) Pengetahuan dan keyakinan tentang sakit, tujuan kesehatan
keluarga, keluarga mandiri.
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
10
B. Pengemis
1. Pengertian
Menurut Peraturan Menteri Sosial (PERMENSOS), (2012)
pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan
meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara untuk mengharapkan
belas kasihan dari orang lain. Seseorang dapat disebut sebagai pengemis
apabila seseorang itu mempunyai 4 (empat) kriteria sebagai berikut:
a. Mata pencahariannya bergantung pada belas kasihan orang lain.
b. Berpakaian kumuh dan compang-camping.
c. Berada di tempat-tempat ramai atau strategis.
d. Memperalat sesama untuk merangsang belas kasihan orang lain.
2. Kedudukan Pengemis
Menurut sebuah hadits riwayat Tirmidzi, Mengemis tidak
dibenarkan selain kepada 3 golongan orang, yaitu orang yang miskin,
orang yang terikat utang besar dan orang yang dibebani uang tebusan
besar. Dalam hal ini bermaksud bahwa tidak diperkenankan bagi
masyarakat yang memiliki kesejahteraan tinggi untuk mengemis (Yazid,
2011).
Menurut Saptono (2007) pengemis mempunyai kedudukan sosial
yang lebih rendah dibandingkan dengan gelandangan. Gelandangan pada
umumnya mempunyai pekerjaan tetapi tidak mempunyai tempat tinggal
tetap, sedangkan pengemis hanya mengharapkan belas kasihan orang lain
dan tidak tertutup kemungkinan golongan ini mempunyai tempat tinggal
yang tetap. Menurut Keith (1973) dalam Saptono (2007) mengemukakan
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
11
bahwa dari memperoleh penghasilan yang sah, pengemis merupakan
pekerja sektor informal. Menurut Sudibia (1992) dalam Saptono (2007)
Semakin banyaknya jumlah pengemis yang masuk ke kota diakibatkan
oleh tingginya mobilitas penduduk dari desa ke kota.
Pengemis menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 1980 adalah orang-orang yang mendapatkan
penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara
dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Biasanya
selain di tempat umum, pengemis juga meminta-minta dengan
mendatangi rumah-rumah atau warung.
3. Klasifikasi Pengemis
Menurut Wildan (2013) pengemis diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Pengemis dengan anak
Pengemis dengan anak adalah orang-orang yang meminta-minta di
tempat umum dengan cara memperalat anak kandung maupun
pinjaman dengan berharap mendapat belas kasihan orang lain.
b. Pengemis bocah
Pengemis bocah adalah anak- anak yang meminta-minta di tempat
umum dengan berharap mendapat belas kasihan dari orang lain.
Bocah disini adalah seseorang berusia 3-17 tahun.
c. Pengemis cacat atau disabilitas
Pengemis cacat atau disabilitas adalah seseorang yang mengemis
karena keterbatasan fisik sehingga dapat menarik belas kasihan dari
orang lain.
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
12
d. Pengemis profesional
Pengemis profesional yaitu orang-orang yang meminta-minta di
tempat umum untuk mendapat belas kasihan orang lain sebagai
profesinya untuk memperoleh pendapatan.
Dari ke 4 (empat) klasifikasi pengemis menurut Wildan (2013)
tersebut, ada 3 (tiga) jenis pengemis yang ada di desa Pageralang
Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas yaitu pengemis dengan
anak, pengemis bocah, dan pengemis profesional.
Sedangkan menurut Kuswarno dalam Wildan (2013) ada lima
klasifikasi pengemis menurut faktor penyebab, sehingga mereka
memutuskan untuk menjadi pengemis, yaitu:
a. Pengemis berpengalaman: lahir karena tradisi
Pengemis yang lahir karena tradisi, tindakan mengemis adalah sebuah
tindakan kebiasaan. Mereka sulit menghilangkan kebiasaan tersebut
karena orientasinya lebih pada masa lalu.
b. Pengemis kontemporer kontinyu tertutup: hidup tanpa alternatif.
Kelompok pengemis yang hidup tanpa pekerjaan lain, tindakan
mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang harus diambil. Mereka
secara mengemis, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk dapat
hidup dengan bekerja yang akan menjamin hidupnya dan
mendapatkan uang.
c. Pengemis kontemporer kontinyu terbuka: hidup dengan peluang
Pengemis masih memiliki alternatif pilihan, karena memiliki
keterampilan lain yang dapat mereka kembangkan untuk menjamin
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
13
hidupnya, tetapi keterampilan tersebut tidak dapat berkembang karena
tidak menggunakan peluang tersebut dengan sebaik-baiknya atau
karena kekurangan potensi sumber daya untuk dapat mengembangkan
peluang.
d. Pengemis kontemporer temporer: hidup musiman.
Pengemis yang hanya sementara dan bergantung pada kondisi musim
tidak dapat diabaikan keberadaannya. Jumlah mereka biasanya
meningkat jika menjelang hari raya.
e. Pengemis rencana: berjuang dengan harapan.
Pengemis yang hidup berjuang dengan harapan pada hakikatnya
adalah pengemis yang sementara. Mereka mengemis sebagai sebuah
batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan lain setelah waktu dan
situasinya dipandang cukup.
Menurut Hanitijo Soemitro dalam Imadduddin (2011) dalam
Utami (2015) pengemis dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu:
a. Pengemis Murni, ialah mereka yang mempunyai tempat tinggal
tertentu maupun tidak, yang penghidupan seluruhnya atas dasar
meminta-minta pada waktu tertentu.
b. Pengemis Tidak Murni, ialah mereka yang mempunyai tempat tinggal
yang sebagian penghasilannya diperoleh dari meminta-minta pada
waktu tertentu.
4. Faktor-faktor kegiatan mengemis
Menurut Wildan (2013) ada beberapa faktor penyebab munculnya
permasalahan pengemis, yaitu:
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
14
a. Kemiskinan.
b. Keterbatasan fisik.
c. Tradisi suatu masyarakat.
d. Kekurangan sumber daya alam, manusia, atau lingkungan untuk dapat
mengembangkan peluang atau kesempatan kerja.
e. Kondisi musiman.
f. Nilai-nilai hidup yang dianut individu.
Menurut Dimas (2013) dalam Utami (2015) faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang mengemis ada banyak alasan yaitu: miskin
materi, miskin mental, modal nekad, malas berusaha, cacat fisik, biaya
pendidikan yang mahal, tidak adanya lapangan pekerjaan, tradisi yang
turun temurun, mengemis daripada menganggur, harga kebutuhan pokok
yang mahal,terlilit masalah ekonomi yang akut, ikut-ikutan, disuruh, dan
sudah tidak berdaya.
Menurut Wildan (2013) ada beberapa pihak yang terlibat dalam
kaitannya sebagai pengemis, yaitu:
a. Keluarga
b. Masyarakat
c. Pemerintah
d. Pekerja sosial
Menurut Isma dan Abdul (2013), Faktor penyebab terjadinya
pengemis ada 2 (dua) yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor Internal
1) Kemiskinan
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
15
Ketidakmampuan seseorang dalam mencukupi kebutuhan
hidupnya akan mendorong seseorang itu untuk melakukan hal
apapun demi bertahan hidup, termasuk menjadi pengemis.
2) Keluarga
Hubungan yang tidak harmonis antar anggota keluarga
menyebabkan seseorang stres dan tidak nyaman.
3) Umur
Umur yang semakin tua menyebabkan kondisi fisik melemah dan
tidak dapat melakukan pekerjaan berat, oleh karena itu seseorang
lebih memilih menjadi seorang pengemis.
4) Cacat fisik
Kondisi fisik yang tidak sempurna menyebabkan seseorang
memiliki ruang gerak yang terbatas.
5) Rendahnya tingkat pendidikan
Pendidikan sacngat berpevngaruh terhadap persaingan dunia
kerja, sehingga orang yang berpendidikan rendah akan rentan
terhadap kemiskinan.
6) Rendahnya keterampilan
Bakat atau potensi diri dapat digali lewat pendidikan, tetapi
apabila pendidikan rendah itu akan menghambat bakat atau
potensi diri yang dimiliki sehingga seseorang mempunyai
keterampilan yang terbatas.
7) Sikap dan mental
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
16
Menjadi pengemis sudah menjadi budaya yang melekat dalam diri
mereka. Budaya malu dan harga diri mereka sudah tidak
dipertahankan lagi.
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang, mulai
dari pegaruh fisik hingga mental seseorang dapat dipengaruhi oleh
lingkungan, bahkan ketika berada pada lingkungan pengemis
maka seseorang dapat menjadi pengemis pula.
2) Letak geografis.
Letak geografis mempunyai peran pada keberadaan pengemis,
salahsatunya adalah letak geografis di perkotaan yang
menyebabkan banyaknya pengangguran karena kurangnya
kemampuan bertahan hidup di lingkungan kota.
5. Lemahnya penanganan masalah gelandang dan pengemis.
Pemerintah berperan penting dalam penanggulangan pengemis,
namun tidak jarang pemerintahpun tidak menghiraukan banyaknya
pengemis yang tersebar di daerahnya.
6. Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan untuk
membuktikan keaslian penelitian ini. Penelitian tersebut yang serupa
pernah diteliti oleh Saptono Iqbali pada tahun 2007 dengan judul Studi
kasus gelandangan-pengemis (gepeng) di Kecamatan Kubu Kabupaten
Karangasem dan juga oleh Tri Utami pada tahun 2015 dengan judul
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
17
Tipikal pengemis di sepanjang jalan kebun krumput Desa Pageralang
Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas. Keaslian penelitian dapat
dilihat dari materi yang dibahas, lokasi penelitian maupun metode yang
digunakan oleh peneliti terdahulu, disajikan pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Sebelumnya PENELITI JUDUL TUJUAN METODE HASIL
Saptono
Iqbali, 2007
Studi kasus
gelandangan-
pengemis
(gepeng) di
Kecamatan
Kubu
Kabupaten
Karangasem
Untuk
memberikan
gambaran tentang
potensi, kendala
dan peluang
penanggulangan
gepeng di
Kecamatan Kubu
Kabupaten
Karangasem
Metode
kuesioner
terstruktur
Gambaran
tentang potensi,
kendala dan
peluang
penanggulangan
gepeng di
Kecamatan Kubu
Kabupaten
Karangasem
Tri Utami,
2015
Tipikal
pengemis di
sepanjang
jalan kebun
krumput Desa
Pageralang
Kecamatan
Kemranjen
Kabupaten
Banyumas
Untuk
mengetahui
tipikal pengemis
di sepanjang jalan
kebun krumput
desa Pageralang
Kecamatan
Kemranjen
Kabupaten
Banyumas
Metode
survei
Tipikal pengemis
di sepanjang jalan
kebun krumput
desa Pageralang
Kecamatan
Kemranjen
Kabupaten
Banyumas
Kurniawan
Dimas, 2016
Kajian tingkat
kesejahteraan
keluarga
pengemis di
Desa
Pageralang
Kecamatan
Kemranjen
Kabupaten
Banyumas
Mengetahui
tingkat
kesejahteraan
keluarga
pengemis di Desa
Pageralang
Kecamatan
Kemranjen
Kabupaten
Banyumas
Metode
penelitian
kualitatif
Tingkat
kesejahteraan
keluarga
pengemis di Desa
Pageralang
Kecamatan
Kemranjen
Kabupaten
Banyumas
Sumber: Saptono Iqbali (2007) dan Tri Utami (2015)
7. Landasan Teori
a. Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang
dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima.
b. Tingkat Ekonomi
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
18
Tingkat ekonomi adalah kemampuan finansial suatu kelompok atau
perorangan untuk mengkategorikan kemampuan ekonominya.
c. Pengemis
Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan
dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara untuk
mengharapkan belas kasihan dari orang lain.
d. Faktor-faktor kegiatan mengemis
faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengemis ada banyak
alasan yaitu: miskin materi, miskin mental, modal nekad, malas berusaha,
cacat fisik, biaya pendidikan yang mahal, tidak adanya lapangan
pekerjaan, tradisi yang turun temurun, mengemis daripada menganggur,
harga kebutuhan pokok yang mahal,terlilit masalah ekonomi yang akut,
ikut-ikutan, disuruh, dan sudah tidak berdaya.
8. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pikir
Keluarga
Mata Pencaharian
Tingkat Kesejahteraan
Keluarga Pengemis
Pengemis
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017
19
9. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa lebih
dari 20% keluarga pengemis di Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen,
Kabupaten Banyumas merupakan keluarga sejahtera II.
Kajian Tingkat Kesejahteraan…, Kurniawan Dimas A.P. , FKIP UMP, 2017