BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN RELEVAN 2.1 ...repository.ump.ac.id/8891/3/EFRI FIRMAN...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN RELEVAN 2.1 ...repository.ump.ac.id/8891/3/EFRI FIRMAN...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN RELEVAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Limbah Kotoran sapi
Limbah merupakan hasil buangan dari kegiatan manusia, makhluk hidup
lainnya dan proses-proses alam yang belum dapat dimanfaatkan karena
pengolahannya tidak ekonomis. Limbah yang tidak diolah dengan benar akan
menyebabkan dampak negatif berupa polusi air, polusi udara, polusi tanah dan
juga dapat menjadi sarang penyakit (Wahyuni, 2011).
Limbah bahan organik yang sering digunakan sebagai pupuk organik yaitu
kotoran sapi yang dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah, selain itu kotoran sapi
juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biogas (Kurnia & Kartika,
2014). Pada pembuatan biogas limbah kotoran sapi seringkali digunakan sebagai
starter untuk mempercepat proses fermentasi anaerob dalam proses produksi
biogas, maka dari itu di dalam kotoran sapi secara alami terdapat mikroba yang
berperan pada tahap fermentasi anaerob dalam proses produksi biogas dari
kotoran sapi. Substrat pada kotoran sapi telah mempunyai bakteri penghasil gas
metana yang terdapat di dalam perut sapi. Bakteri yang terdapat di dalam usus
besar sapi tersebut berperan dalam fermentasi, dengan demikian kotoran sapi
biasa digunakan sebagai pemicu atau starter yang bertujuan untuk mempercepat
proses pembentukan gas bio pada digester (Irawan & Santoso, 2014).
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018
6
Kotoran sapi yang digunakan pada pembuatan biogas merupakan kotoran
yang masih dalam kondisi segar supaya lebih mudah diproses daripada kotoran
yang tidak segar (lama) atau dikeringkan. Hal ini disebabkan kehilangan
substrat volatil solid selama waktu pengeringan (Irawan & Santoso, 2014).
Kotoran sapi mempunyai karakteristik seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Karakteristik Kotoran Sapi
Komponen Massa (%)
Total Padatan
Total padatan volatile
(mudah menguap)
Total Kjeldahl
Nitrogen
Selulosa
Lignin
Hemiselulosa
3-6
80-90
2-4
15-20
5-10
20-25
Sumber : Irawan & Suwanto (2016).
2.1.2 Pengertian Biogas
Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi anaerob
dari bahan-bahan organik. Biogas sendiri menpunyai beberapa komponen
diantaranya yaitu : metana (CH4) sebanyak ± 60%, karbondioksida (CO2)
sebanyak ± 38%, O2 H2, N2, dan H2S sebanyak ± 2%. Biogas seringkali
dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. Selain ramah
lingkungan, biogas juga dapat diperbaharui sehingga digunakan sebagai pengganti
bahan bakar fosil seperti elpiji. Pada skala besar biogas dapat dimanfaatkan
sebagai pembangkit energi listrik (Irawan & Suwanto, 2016). Komposisi biogas
ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018
7
Tabel 2.2 Komposisi Biogas Unsur Rumus Konsentrasi (%Volume)
Metana
Karbon dioksida
Uap air
Oksigen
Nitrogen
Hidrogen Sulfida
Amonia
Hidrogen
CH4
CO2
H2O
O2
N2
H2S
NH3
H2
50-75
25-45
2-7
<2
<2
<2
<1
<1
Sumber : Rahayu, dkk. (2015).
Bahan yang terkandung dalam biogas didominasi gas metana. Gas metana
merupakan gas yang diproduksi oleh bakteri metanogenik yang beragam dan
bekerja sinergis di lingkungan anaerobik (Elsgaard,dkk. 2016). Gas metana dapat
terbakar dengan oksigen. Energi yang dihasilkan dari proses pembakaran
membuat biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Proses produksi biogas
dilakukan oleh mikroorganisme melalui proses penguraian limbah organik.
Limbah organik digunakan sebagai substrat atau media pertumbuhan mikroba.
Setiap zat organik dapat didegradasi secara biologis yang digunakan sebagai
bahan untuk menghasilkan gas bio (Rahayu, dkk. 2015).
Bakteri pembusuk yang menghasilkan biogas melalui proses penguraian
bahan organik dikenal sebagai bakteri metanogenesis. Bakteri metanogenesis
biasanya terdapat di lumpur sungai, rawa-rawa, sumber air panas (hot spring), dan
di dalam perut hewan herbivora misalnya sapi. Bakteri anaerobik di dalam perut
hewan ruminansia berperan penting dalam membantu proses pencernaan rumput.
Bakteri tersebut dapat memecah selulosa di dalam rumput menjadi molekul-
molekul yang dapat diserap, sehingga mempercepat proses pencernaan rumput.
Bakteri tersebut terdapat di dalam sisa pembuangan hasil metabolisme hewan
ruminansia yaitu berupa feses dan urin. Di alam bakteri tersebut dapat
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018
8
memproduksi gas bio dari kotoran hewan melalui fermentasi anaerob (Irawan &
Suwanto, 2016).
2.1.3 Prinsip Dasar Biogas
Prinsip dasar teknologi biogas merupakan suatu proses penguraian bahan-
bahan organik oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob untuk menghasilkan
campuran dari beberapa gas, seperti metan dan CO2. Biogas ini dihasilkan
menggunakan bantuan bakteri metanogen atau metanogenik. Bakteri ini secara
alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik, misalnya limbah
ternak dan sampah organik. Pada umumnya, biogas diproduksi dengan
menggunakan digester (reaktor biogas) yang dirancang supaya kedap udara
(anaerobik), sehingga proses penguraian oleh mikroorganisme dapat berjalan
dengan optimal (Wahyuni, 2011).
2.1.4 Starter Effective Microorganism-4 (EM-4)
Larutan Efective Microoganisme yang dikenal EM4 pertama kali
ditemukan oleh Teruo Higa dari universitas Ryukyus, Jepang. Mikroba fermentasi
yang terdapat di dalam EM4 kurang lebih 80 genus mikroba. Dari berbagai genus
mikroba tersebut, terdapat lima golongan utama penyusun EM4 yaitu bakteri
fotosintetik, Lactobacillus, Streptomyces, ragi, dan Actinomycetes (Indriani,
2004).
EM4 merupakan salah satu starter (biakan) yang sering digunakan dalam
pembuatan biogas. Hal ini dikarenakan starter tersebut mempunyai peran untuk
mempercepat degradasi atau fermentasi bahan organik pada tahap pembentukan
biogas. Kandungan mikroorganisme pada EM4 dapat mengaktifkan bakteri
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018
9
pelarut sehingga merangsang pertumbuhan mikroorganisme pada saat fermentasi
anaerob berlangsung. Penambahan EM4 pada bahan organik dapat mempercepat
proses degradasi senyawa-senyawa organik sehingga proses fermentasi anaerob
dilakukan oleh mikroorganisme yang terdapat dalam bahan organik secara alami.
Dengan demikian volume biogas yang dihasilkan lebih optimal. Hal ini
disebabkan oleh jumlah bahan organik yang didegradasi pada keadaan seimbang
dengan jumlah pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan organik tersebut
(Irawan & Santoso, 2014).
2.1.5 Fermentasi Anaerob
Fermentasi bahan organik dapat dilakukan melalui proses aerobik dan
proses anaerobik. Fermentasi aerob akan menghasilkan gas amoniak (NH3), dan
karbondioksida (CO2), sedangkan pada fermentasi anaerobik akan menghasilkan
biogas. Pada fermentasi anaerob untuk membentuk biogas akan melalui beberapa
tahap, yaitu :
1. Hidrolisis
Tahap hidrolisis meliputi proses degradasi bahan organik limbah
seperti protein, polisakarida, lemak. Pada tahap hidrolisis ini terjadi proses
penguraian bahan organik yang komplek menjadi sederhana, sehingga terjadi
perubahan struktur dari bentuk polimer menjadi bentuk monomer (Dinda &
Maya, 2013). Mikroba yang berperan dalam proses hidrolisis yaitu Cellvibrio
sp., Cellulomonas sp., Cytophaga sp., Basillus subtilis, Bacillus licheniformis,
Pseudomonas sp., Lactobacillus sp. (Rosyidah, 2016).
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018
10
Adapun mekanisme reaksi hidrolisa senyawa selulosa menjadi glukosa
biogas menurut Dublein, dkk. (2008) yaitu :
(C6H10O5)n + nH2O → n(C6H12O6)
Selulosa Glukosa
2. Pengasaman,
Pada tahap pengasaman terdapat 2 tahapan penting, yakni tahap
asidogenesis dan tahap asetogenesis. Tahap asidogenesis merupakan suatu
tahap pengasaman yang akan mengkonversikan produk hasil hidrolisis
menjadi substrat metanogenik oleh bakteri asidogenik. Tahap asedogenik
dilakukan oleh berbagai bakteri yaitu bakteri obligat anaerob dan bakteri
anaerob fakultatif. Contoh bakteri asidogenik yaitu Lactobacillus sp,
Streptococus sp (Benito, dkk. 2010). Asetogenetik merupakan suatu tahap
yang menguraikan asam butieat dan propionat menjadi asam asetat, gas H2,
dan CO2 (Clinton & Herlina, 2015). Salah satu contoh bakteri asetogenik
yaitu Acetobacter aceti (Rosyidah, 2016)
Adapun mekanisme reaksi pengasaman pada tahap pembentukan
biogasyakni:
1. Asidogenesis (Fermentasi)
Menurut Dublein, dkk. (2008), mekanisme reaksi asidogenesis sebagai
berikut:
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018
11
a) C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
(etanol)
b) C6H12O6 + 2H2 2CH3CH2COOH + 2H2O
(asam propionat)
c) C6H12O6 CH3CH2CH2COOH + 2CO2+ 2H2
(asam butirat)
2. Asektogenesis :
Menurut Dublein, dkk. (2008), mekanisme reaksi asetogenesis sebagai
berikkut:
a) C2H5OH + 2H2O CH3COOH + 3H2
(asam asetat)
b) CH3CH2COOH CH3COOH +CO2 + 3H2
(asam asetat)
c) CH3CH2CH2COOH 2CH3COOH +2H2
(asam asetat)
3. Metanogenik
Dinda & Maya (2013) menjelaskan methanogenesis, merupakan
proses konversi dari asetat, hidrogen dan karbondioksida menjadi gas metan.
Pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas metana. Bakteri
pereduksi sulfat yang terdapat dalam proses metanogenik akan mereduksi
sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen sulfida. Bakteri yang
berperan pada tahap metanogenik yaitu Methanobacterium melianskii,
Methanococcus sp., dan Methanosarcina sp.(Benito,dkk. 2010).
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018
12
Adapun mekanisme reaksi pembentukan biogas menurut Dublein, dkk.
(2008) :
a) CH3COOH CH4 + CO2
(metana)
b) 4H2 + CO2 CH4 + 2H2O
(metana)
2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi digesti anaerob
Digesti anaerob merupakan suatu proses biologis, yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan. Proses perombakan bahan organik secara anaerob pada
pembentukan biogas dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu, faktor biotik dan
faktor abiotik. Faktor biotik seperti mikroorganisme dan jasad aktif di dalam
proses ataupun mikroba dan jasad kehidupan. Faktor abiotik meliputi:
karakteristik substrat, pH, suhu, keberadaan sulfur, rasio C/N dan P dalam
bahan/substrat; suhu, dan pengadukan.
2.1.6.1 Faktor Biotik
Pada proses fermentasi anaerob dalam fase pembentukan gas bio, terjadi
suatu kehidupan bakteri yang bersimbiosis dan hidup secara sinergis. Apabila
simbiosis semakin banyak, maka akan semakin baik daya dukungnya terhadap
lingkungan kehidupan bakteri metana tersebut (Kurnia & Kartika, 2014).
2.1.6.2 Faktor Abiotik
Lingkungan abiotik meliputi faktor luar yang berpengaruh secara langsung
terhadap produksi biogas yang dihasilkan. Faktor-faktor abiotik ini antara lain :
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018
13
a. Karakteristik substrat
Pada pembuatan biogas, bahan baku mempunyai peran penting dalam
proses pembentukan biogas. Salah satu cara untuk menentukan bahan baku
yang sesuai untuk digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan biogas
yaitu mengetahui perbandingan Karbon (C) dan Nitrogen (N) atau dikenal
dengan rasio C/N (Kurnia & Kartika, 2014). Rasio C/N kotoran sapi
ditunjukkan pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Rasio C/N Pada Bahan-Bahan Organik
Bahan Rasio C/N
Kotoran bebek
Kotoran manusia
Kotoran Ayam
Kotoran Kambing
Kotoran Domba
Kotoran kerbau/sapi
Enceng gondok
Kotoran gajah
Jerami (jagung)
Jerami (padi)
Jerami (gandum)
Gergajian
8
8
10
12
19
24
25
43
60
70
90
>200
Sumber : Karki(1984).
Hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen yang terkandung dalam
bahan organik dinyatakan dalam terminologi rasio C/N. Unsur karbon pada
bahan organik dalam bentuk karbohidrat dan nitrogen tersimpan dalam
bentuk protein, amonia, asam nitrat, dan lain sebagainya merupakan sumber
makanan bagi bakteri anaerobik. Unsur karbon (C) digunakan sebagai
sumber energi dan unsur nitrogen digunakan untuk membangun struktur sel
bakteri anaerob (Kurnia & Kartika, 2014). Perbandingan rasio C/N yang
paling baik yaitu 30. Hal tersebut dikarenakan di Indonesia bakteri
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018
14
menggunakan karbon dan nitrogen pada Rasio C/N 25 - 30 (Hublin, dkk.
2012). Maka dari itu, perbandingan C/N harus diperhatikan dalam
pembentukan biogas.
b. Derajat keasaman (pH)
Bakteri-bakteri metana selain tidak menghendaki suasana asam juga
tidak menghendaki suasana lingkungan yang terlalu basa. Suasana netral
atau sedikit basa (7 – 8,5) adalah suasana yang paling baik untuk
menghasilkan biogas (Waskito, 2011). Pada tahap awal fermentasi bahan
organik akan membentuk asam (asam organik yang akan menurunkan
pH).
c. Suhu
Bakteri-bakteri metana pada umumnya adalah bakteri golongan
mesofil yaitu bakteri yang hidupnya dapat subur hanya pada suhu di sekitar
suhu kamar (Waskito, 2011). Produksi biogas akan menurun secara cepat
akibat perubahan temperatur yang mendadak di dalam digester. Suhu
digester yang baik berkisar 25-30oC. Upaya yang praktis untuk
menstabilkan temperatur adalah dengan memberikan penutup di atas
digester. Hal ini bertujuan agar digester tidak terkena sinar matahari secara
langsung,
Menurut Darmanto, dkk. (2012) berdasarkan suhu pada fermentasi
anaerobik, bakteri diklasifikasikan menjadi tiga, yakni
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018
15
1) Psychrophilic (10-20°C),
Bakteri psychrophilic akan hidup pada temperatur 10- 20°C. Pada
kondisi psychrophilic (10-20oC) terjadi proses perombakan bahan
organik oleh bakteri namun berjalan lambat.
2) Mesophilic (20-40°C),
Bakteri mesophilic akan hidup pada temperatur 20-40°C. Pada kondisi
mesophilic, proses perombakan berlangsung cukup baik.
3) Thermophilic (40-60°C).
Bakteri thermophilic akan hidup pada temperatur 40- 60°C. Pada kondisi
thermophilic, untuk proses perombakan yang dilakukan oleh bakteri
thermophilic akan terjadi perombakan optimal pada 55oC.
d. Pengadukan
Proses pengadukan berperan untuk mengontrol dan menjaga
lingkungan yang seragam. Pengadukan dilakukan untuk mendistribusikan
larutan penyangga ke seluruh area digester dan mencegah penumpukan
hasil metabolisme berkonsentrasi tinggi yang bisa menghambat
pembentukan bakteri metanogen (Rahayu et al, 2015). Pengadukan akan
sangat mempengaruhi peningkatan produksi metana. Hal tersebut
dikarenakan aktivitas metabolisme dari bakteri pembentuk asetat dan bakteri
pembentuk metana memerlukan jarak yang saling berdekatan. Selain itu,
pengadukan dapat mengurangi terjadinya pemisahan sludge dan
terbentuknya scum (Gerardi, 2003).
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018
16
e. Bahan Penghambat
Potensi produksi biogas dari kotoran sapi mempunyai keterbatasan.
Salah satu keterbatasan utama adalah kandungan amonia / amonium tinggi
dari kotoran sapi yang dapat mengganggu pertumbuhan mikroba anaerobik
(Akman et al, 2015).
2.2 Penelitian Relevan
Beberapa masalah yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dan
dapat dijadikan sebagai rujukan penelitian, yaitu:
2.2.1 Pengaruh EM4 (Effective Microorganisme) Terhadap Produksi Biogas
Menggunakan Bahan Baku Kotoran Sapi.
Irawan & Suwanto (2016) melakukan penelitian dengan menggunakan
beberapa konsentrasi EM4 yaitu 8%, 9%, dan 10%. Hasil Penelitian
menunjukkan konsentrasi 10% lebih efektif untuk meghasilkan biogas yaitu,
tekanan gas total 104098 N/M2, massa biogas 0,04286411 kg, dan laju aliran
massa biogas 0,0126653 kg/hari.
2.2.2 Pengaruh Perbedaan Starter Terhadap Produksi Biogas dengan Bahan
Baku Enceng Gondok.
Irawan& Santoso (2014) melakukan penelitian dengan 3 variabel
percobaan yaitu percobaan 1 dengan perbandingan bahan baku enceng gondok
dan air 1 : 1 ditambahkan starter EM4 3,6 kg, selanjutnya pada percobaan 2
perbandingan bahan baku enceng gondok dan air 1 : 1 ditambahkan starter
kotoran sapi 6 kg, sedangkan percobaan 3 perbandingan bahan baku enceng
gondokdan air 1 : 1 ditambahkan starter EM4 1,8 kg dan starter kotoran sapi 3
kg. hasil yaitu pada percobaan 1 dengan penambahan EM4 lebih efektif untuk
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018
17
produksi gas dengan menghasilkan tekanan mencapai 104165, 72 N/m2, massa
biogas sebesar 0,379034 kg dan laju aliran massa mencapai 0,0126345
kg/hari.
Secara skematis, tinjauan pustaka dapat disajikan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Alur kerangka teori penelitian
Proses perombakan selesai
1. Hidrolisis
2. Asidogenesis
3. Asetogenesis
4. Methanogenesis
Berpotensi sebagai sumber energi alternatif
Limbah Kotoran sapi
Konsentrasi EM4 :
Penambahan EM4 5%
Penambahan EM4 6,5%
Penambahan EM4 8%
Penambahan EM4 10%
Digester anaerob/ Sistem perombakan anaerob
Fermentasi anaerob
Produk Biogas
1. Methan (CH4)
2. Karbondioksida (CO2)
3. Karbon monoksida (CO)
4. Nitrogen (N)
5. Oksigen (O2)
6. Hidrogen sulfida (H2S)
Pengaruh Konsentrasi Em4... Efri Firman Azizi, Fkip Ump, 2018