BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf ·...

19
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Dasar atau patokan teori-teori atau temuan-temuan sebelumnya melalui hasil berbagai penelitian terdahulu penting dan dapat digunakan sebagai referensi data atau pendukung. Data pendukung berupa penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini, menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri. Fokus penelitian terdahulu yang dijadikan patokan atau dasar adalah terkait dengan penggunaan TPB (Theory of Planned Behavior). Oleh karena itu dilakukan melakukan kajian terhadap beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berupa tesis ataupun jurnal-jurnal yang ada. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada akan menjadi acuan dalam membuat indikator yang diturunkan ke dalam butir-butir pertanyaan dalam kuesioner kemudian disebarkan kepada responden. Penyusunan jurnal penelitian terdahulu untuk memudahkan pemahaman, penelitian-penelitian tersebut disusun dalam sebuah tabel berdasarkan tahun penelitian dari yang terdahulu hingga yang terkini, seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut. Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu No Tahun Peneliti Variabel Subyek Penelitian Metode Pengukuran Hasil Temuan / Kesimpulan 1. 2005 Welbourne, J., & Booth- Butterfield, S. TPB (Theory of Planned Behavior) Pemberian induksi keselamatan oleh para Pemadam Para kepala (chief) pemadam kebakaran sebanyak (n) 781 orang. Berdasarkan survey dan Pengukuran TPB Ketiga penentu dalam TPB berpengaruh sama dominan terhadap lemahnya pemberian, pengulangan, dan aksi induksi keselamatan oleh para Pemadam yang dirasa oleh orang- orang.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORI

2.1. Penelitian Terdahulu

Dasar atau patokan teori-teori atau temuan-temuan sebelumnya melalui hasil

berbagai penelitian terdahulu penting dan dapat digunakan sebagai referensi data

atau pendukung. Data pendukung berupa penelitian terdahulu yang relevan dengan

permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini, menurut peneliti perlu

dijadikan bagian tersendiri. Fokus penelitian terdahulu yang dijadikan patokan atau

dasar adalah terkait dengan penggunaan TPB (Theory of Planned Behavior). Oleh

karena itu dilakukan melakukan kajian terhadap beberapa hasil penelitian

sebelumnya yang berupa tesis ataupun jurnal-jurnal yang ada.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada akan menjadi acuan dalam

membuat indikator yang diturunkan ke dalam butir-butir pertanyaan dalam

kuesioner kemudian disebarkan kepada responden. Penyusunan jurnal penelitian

terdahulu untuk memudahkan pemahaman, penelitian-penelitian tersebut disusun

dalam sebuah tabel berdasarkan tahun penelitian dari yang terdahulu hingga yang

terkini, seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

No Tahun Peneliti Variabel Subyek

Penelitian

Metode

Pengukuran

Hasil Temuan /

Kesimpulan

1. 2005 Welbourne,

J., &

Booth-

Butterfield,

S.

TPB

(Theory of

Planned

Behavior)

Pemberian

induksi

keselamatan

oleh para

Pemadam

Para kepala

(chief)

pemadam

kebakaran

sebanyak (n)

781 orang.

Berdasarkan

survey dan

Pengukuran

TPB

Ketiga penentu

dalam TPB

berpengaruh sama

dominan terhadap

lemahnya pemberian,

pengulangan, dan

aksi induksi

keselamatan oleh

para Pemadam yang

dirasa oleh orang-

orang.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

8

2. 2008 White, K.

M.,

Robinson,

N. G., et al.

TPB

(Theory of

Planned

Behavior)

Keamanan

terkait

paparan

sinar

matahari

Penduduk

Queensland,

Australia

mayoritas

pelajar dan

pegawai

muda

sejumlah (n)

734 orang.

Berdasarkan

survey dan

pengukuran

TPB selama

kurun waktu 2

minggu

Ketiga penentu

dalam TPB

berpengaruh sama

dominan.

Namun dengan

tingkat variasi

intention (niat)

berubah sekitar 36%

dan behavior

(perilaku) berubah

27%.

3. 2009 Deroche,

T.,

Stephan,

Y.,

Castanier,

C., Brewer,

B. W., &

Le Scanff,

C.

TPB

(Theory of

Planned

Behavior)

Intensi

Penggunaan

Perangkat

Keselamata

n pada

Pemain

Skateboard

Responden

berupa para

pemain

skateboard

sejumlah (n)

181 orang.

Berdasarkan

survey dan

Pengukuran

TPB

Attitudes merupakan

faktor penentu yang

paling berpengaruh

dalam menentukan

intention (niatan)

penggunaan

perangkat

keselamatan pada

para pemain

skateboarding.

4. 2010 Marcil, I.,

Bergeron,

J., &

Audet, T.

TPB

(Theory of

Planned

Behavior)

K3 /

Keamanan

Mengemudi

Pengendara

pria dengan

kriteria

responden

berumur 18-

24 tahun

sejumlah (n)

115 orang.

Berdasarkan

survey dan

Pengukuran

TPB

Perceived

Behavioral Control

mendominasi di

antara 2 faktor

penentu intention

(niat) untuk

mengemudi dalam

keadaan mabuk.

5. 2012 Zhou, R.,

Rau, P.-L.

P., Zhang,

W., &

Zhuang, D.

TPB

(Theory of

Planned

Behavior)

K3 /

Keamanan

Mengemudi

Pengendara

dengan

kriteria

responden

berumur 25-

59 sebanyak

(n) 333

orang.

Berdasarkan

survey dan

Pengukuran

TPB

PBRC (Perceived

Behavioural Risk)

akan resiko yang ada

mendominasi

terhadap intensi

(niat) seorang

pengemudi untuk

menjawab telephone

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

9

ketika mengemudi

serta pemilihan cara

yang lebih amannya.

6. 2012 Milton, A.

C., &

Mullan, B.

A.

TPB

(Theory of

Planned

Behavior)

Keamanan

Pangan

Penduduk

Amerika

usia dewasa

secara acak

sejumlah (n)

45 orang.

Berdasarkan

observasi dan

pengukuran

TPB selama

kurun waktu 4

minggu

PBC paling dominan

berpengaruh

terhadap keamanan

pangan. PBC

(Perceived

Behavioral Control).

TPB berhasil atau

merupakan metode

yang tepat guna

meningkatkan

perilaku konsumsi

aman panganan.

7. 2012 Palat, B., &

Delhomme,

P.

TPB

(Theory of

Planned

Behavior)

K3 Rambu

Lalu Lintas

Pengendara

di Perancis

secara acak

sejumlah (n)

103 orang.

Dengan

rata-rata

usia 35.6

tahun.

Berdasarkan

survey dan

Pengukuran

TPB

Attitude toward

Behavior (ATB) dan

descriptive norm

(subjective norm)

paling berpengaruh

pada faktor yang

mempengaruhi

pengendara untuk

terus melaju pada

lampu rambu lalu

lintas menyala

kuning.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

10

8. 2013 Wang, J., &

Ritchie, B.

W.

TPB

(Theory of

Planned

Behavior)

Perencanaa

n Reaksi

Terkait

Adanya

Krisis oleh

para

Manager

Para

manajer di

bidang

akomodasi

divisi

pariwisata

Australia

sebanyak (n)

386 orang.

Berdasarkan

survey dengan

pengaplikasian

TPB dan

melalui

Pengukuran

SEM.

Intention (niat) untuk

mengambil

perencanaan reaksi

terhadap krisis (crisis

planning) oleh para

manajer sebesar R =

0.51; p < 0.01.

Intention (niatan) ini

besar pengaruhnya di

dapatkan dari 2

faktor penentu utama

yakni attitudes dan

subjectives norm.

Sumber : Penulis

2.2 Critical Review

1. Welbourne, J., & Booth-Butterfield, S. (2005)

Manajemen pengetahuan mengenai persepsi pegawai terkait K3 merupakan

salah satu cara yang digunakan lembaga atau organisasi untuk mempersiapkan

perubahan yang senantiasa terjadi sehingga pegawai dapat mengikuti alur tersebut

guna mengurangi hambatan yang terjadi saat bekerja sehingga mampu

memaksimalkan kinerja. Manajemen pengetahuan (knowledge management) pada

studi ini terkait dengan keselamatan kerja (K3). Berbagai profesi dapat menerapkan

knowledge management sebagai sarana aplikatif berbagai ilmu pengetahuan.

Knowledge management K3 memiliki kaitan dengan penerapan teknologi dalam

menjaga keselamatan kerja selama bekerja. Pegawai memiliki peran untuk

menerapkan gagasan yang diciptakan. Faktor struktural dan susunan organisasi K3

mampu memberikan dampak pada pengetahuan pegawai tentang manfaat penerapan

K3.

Berbagai kegiatan guna mengembangkan peningkatan SDM dilakukan yang

terkait pelatihan untuk Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia.

Manajemen pengetahuan diharapkan dapat meningkatkan pola kerja lembaga atau

organisasi guna menjamin hak dan kewajiban pegawai sesuai dengan amanat

perundangan dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagai bentuk kebijakan

Lembaga atau organisasi dalam bidang ketenagakerjaan. Perseroan telah memiliki

buku manual Aturan-Aturan Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku

bagi seluruh pegawai dan manajemen Perseroan. Tujuan diterbitkannya aturan

tersebut agar setiap pegawai dapat memahami dan mempraktikan pedoman/aturan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

11

dasar keselamatan dan kesehatan kerja dengan benar sehingga tidak mengalami

kecelakaan kerja.

Peningkatan manajemen pengetahuan berdampak pada peningkatan kesadaran

K3 pegawai mengenai pentingnya peraturan K3 yang diterapkan lembaga atau

organisasi guna menjaga keselamatan pegawai selama proses produksi pekerjaan

berlangsung. Pengetahuan mengenai K3 dapat menstimulasi kesadaran pegawai

terkait K3 dapat diterapkan secara maksimal. Informasi terkait pengetahuan safety

atau K3 dapat mempengaruhi kesadaran pegawai yang dilihat dari berbagai faktor

seperti kemampuan pegawai dalam memahami lingkungan kerja yang beresiko, jenis

penyakit yang muncul di tempat kerja, resiko kecelakaan, serta kemampuan untuk

mengantisipasi berbagai masalah dan penyakit yang muncul di lingkungan kerja

serta contoh kebijakan K3 yang diterapkan sehingga meminimalisir perilaku

berbahaya merupakan tindakan tidak aman didalam bekerja yang sangat potensial

menyebabkan kecelakaan kerja.

2. White, K. M., Robinson, N. G., et al. (2008)

Kesadaran merupakan bagian dari emosi seseorang yang dijalankan

berdasarkan logika atau informasi yang direkam baik secara visual maupun audio.

Kesadaran dapat diketahui berdasarkan beberapa hal yakni individu yang memiliki

kesadaran cenderung paham dan mampu mengekspresikan dampak dari suatu

perilaku, mampu memberikan solusi serta penyelesaian atas permasalahan yang

terjadi, memahami langkah pertimbangan dalam pengambilan setiap keputusan serta

pentingnya kerja sama dalam setiap penyelesaian masalah.

Kesadaran akan bahaya dimana hal tersebut kemudian mempengaruhi sikap

para pegawai terkait dengan pola kerja safety yang ditetapkan aturannya dengan

jelas oleh lembaga atau organisasi sesuai perundang-undangan ketenagakerjaan.

Proses dalam kegiatan kesadarana akan bahaya mempengaruhi oleh kondisi tiap

pegawai saat bekerja terutama terkait dengan proses produksi. Proses ini dapat

diamati dari bagaimana pegawai memahami, menyampaikan pendapat,

menyampaikan saran, keluhan, mendengarkan penjelasan serta kemampuan

mengkombinasikan pendapat maupun pandangan antar sesama pegawai terkait

kemampuan menghadapi masalah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditumbulkan

di lingkungan kerja baik dari unit kerja yang sama maupun berbeda dimana

informasi yang disampaikan melalui pelatihan terkait kemampuan menghadapi

penyakit maupun menghindari kecelakaan kerja maupun tanda bahaya dimana hal

ini terkait dengan kondisi SDM lembaga atau organisasi yang melaksanakan proses

pelatihan, bimbingan, pengawasan, pembuat aturan di lembaga atau organisasi

mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang

yang dibuktikan melalui perilaku. Perceived behavioral control atau kesadaran

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

12

memberikan dominasi yang lebih pada dua faktor niat atau intention yang berikutnya

dijabarkan melalui sikap.

3. Deroche, T., Stephan, Y., Castanier, C., Brewer, B. W., & Le Scanff, C (2009)

Faktor penting dalam setiap hasil terhadap norma subjektif yang dicapai yakni

proses penyebaran pengetahuan K3 yang dilakukan oleh lembaga atau organisasi

pada pegawai baik secara formal, informal maupun melalui lembaga pelatihan baik

di dalam lembaga atau organisasi maupun luar lembaga atau organisasi kemudian

faktor yang kedua yakni isi dari kegiatan penyebaran manajemen pengetahuan K3

tersebut. Faktor yang mempengaruhi proses penyebaran informasi dimana hal

tersebut kemudian mempengaruhi norma subjektif pegawai. Knowledge

management mampu memberikan penjelasan bahwa lembaga atau organisasi

memberikan pengetahuan K3 pada pegawai sehingga berpengaruh terkait norma

subjektif yang ada di lembaga atau organisasi sebagai budaya K3.

Persepsi yang timbul dari keefektifan K3 yang diterapkan di lembaga atau

organisasi muncul dalam benak tiap pegawai. Pengaruh orang lain sebagai pihak

yang paham tentang pengetahuan K3 turut memberikan dampak pada norma

subjektif budaya K3 sebab rekan kerja lain merasakan aturan K3 tidak hanya sebagai

aturan semata dari lembaga atau organisasi namun lebih dari itu sebagai norma

subjektif budaya K3 yang dibangun menjadi sebuah kebiasaan.

Berbagai pelatihan SDM dibuat oleh perseoran terkait dengan safety.

Manajemen pengetahuan diharapkan dapat meningkatkan pola kerja lembaga atau

organisasi guna menjamin hak dan kewajiban pegawai sesuai dengan amanat

perundangan dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagai bentuk kebijakan

Lembaga atau organisasi dalam bidang ketenagakerjaan. Perseroan telah memiliki

buku manual Aturan-Aturan Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku

bagi seluruh pegawai dan manajemen Perseroan. Kebijakan K3 yang diterapkan

sehingga meminimalisir perilaku berbahaya merupakan tindakan tidak aman dalam

bekerja yang sangat potensial menyebabkan kecelakaan kerja dengan persepsi sejauh

mana kepedulian organisasi terhadap program keselamatan kerja terkait pengetahuan

dan norma subjektif budaya K3 di sekitarnya.

Penerapan aturan keselamatan kerja menunjukkan tingkah laku pegawai pada

keselamatan kerja. Manfaat manajemem pengetahuan dapat dijadikan modal

pendekatan yang dilakukan untuk mengelola pengetahuan yang dimiliki seseorang

atau organisasi, dimana yang dimaksud dengan pengelolaan adalah identifikasi,

pencarian penyimpanan, kolaborasi, proses dan sebagainya yang bertujuan untuk

penciptaan sesuatu hal yang baru atau dengan kata lain merajuk kepada kemampuan

individu untuk mengelola pengetahuan mengenai K3 (Kesehatan dan Keselamatan

Kerja). Tujuan diterbitkannya aturan tersebut agar setiap pegawai dapat memahami

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

13

dan mempraktikan pedoman/aturan dasar keselamatan dan kesehatan kerja dengan

benar sehingga tidak mengalami kecelakaan kerja.

4. Marcil, I., Bergeron, J., & Audet, T. (2010)

Keberadaan norma subjektif budaya K3 penting guna melihat pengaruh aturan

K3 serta pengaruh pimpinan dalam pelaksanaan K3 serta niat pegawai dalam

melaksanakan K3. Faktor penting dalam setiap hasil terhadap norma subjektif yang

dicapai yakni persepsi keefektifan K3 yang dilakukan oleh lembaga atau organisasi

pada pegawai baik secara formal, informal maupun melalui lembaga pelatihan baik

di dalam lembaga atau organisasi maupun luar lembaga atau organisasi kemudian

faktor yang kedua yakni pengaruh orang lain dalam hal ini rekan kerja dan atasan

dari kegiatan penyebaran manajemen pengetahuan K3 tersebut.

Lembaga atau organisasi telah menerapkan SOP yang jelas terkait dengan

tugas pegawai sesuai jabatan masing-masing khususnya SOP tentang keselamatan

kerja. Aturan dibuat oleh lembaga atau organisasi guna mencegah berbagai masalah

yang dapat timbul akibat penyakit kerja maupun kecelakaan kerja yang berada di

lingkungan kerja. Manajemen lembaga atau organisasi membuat aturan dan sistem

agar pegawai tidak menjadikan aturan sebagai beban namun lebih pada kebiasaan

sehingga pegawai menjadikan aturan sebagai bagian dari pekerjaan sehingga timbul

kenyamanan dalam bekerja. Terkait peran pimpinan dalam pengembangan norma

subjektif diketahui bahwa pinpinan memiliki tugas dan kewajiban yang penting

dalam mengawasi pegawai saat bekerja untuk senantiasa mematuhi peraturan K3

dengan baik. Pimpinan mampu memberikan contoh yang baik dengan lebih patuh

dan mematuhi aturan K3 yang diterapkan lembaga atau organisasi sehingga mampu

memberikan panutan yang baik bagi pegawai. Pegawai mampu mengambil contoh

dari hal yang diterapkan pimpinan dengan anggapan bahwa aturan merupakan

sebuah kebiasaan sehingga tetap melaksanakan aturan meskipun tanpa mendapatkan

pengawasan. Peran rekan kerja turut mempengaruhi seorang pegawai dalam

penerapan aturan K3 secara individu. Teguran atau peringatan dari rekan kerja

ternyata mampu menimbulkan ingatan yang baik untuk selalu menaati aturan K3

bagi pegawai ketika bekerja. Pengaruh aturan K3 dan pengaruh orang lain dalam

penerapan norma subjektif budaya K3 disebabkan pengetahuan terkait K3 di

lingkungan lembaga atau organisasi yang telah tertanam baik dalam benak pegawai

dan pimpinan sehingga mampu mempengaruhi rekan kerja lain untuk ikut

menerapkan aturan K3 sebagai bagian dari budaya kerja melebihi aturan semata

yang hanya dilakukan jika dilakukan pengawasan, peneguran atau peringatan oleh

atasan atau pimpinan.

Faktor yang mempengaruhi proses penyebaran informasi dimana hal tersebut

kemudian membentuk norma subjektif pegawai sehingga berdampak pada niat

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

14

pegawai dalam melaksanakan K3. Norma subjektif dan attitudes merupakan dua

faktor penentu paling dominan dalam menentukan niat penggunaan keselamatan.

Dorongan atas perintah, aturan, sanksi yang berat yang diberikan oleh pihak

lembaga atau organisasi dianggap lebih beresiko untuk diikuti dan berhasil

memunculkan niat dalam melaksanakan K3 bagi pegawai dibandingkan pengaruh

norma subjektif budaya K3 yang diperoleh dari asumsi perspektif tentang

keefektifan K3 dengan peraturan ketat yang diberikan lembaga atau organisasi pada

pegawai tentang keselamatan kerja berdampak pada pola aturan yang menjadikan

aturan K3 sebagai sebuah norma mutlak yang harus dilaksanakan tanpa melalui

perintah secara langsung. Norma subjektif berpengaruh pada niat untuk mematuhi

peraturan keselamatan (Palat & Delhomme,2012).

5. Zhou, R., Rau, P.-L. P., Zhang, W., & Zhuang, D. (2012)

Kesadaran akan bahaya dengan kewaspadaan dianggap mampu mendorong

adanya niat dalam melakukan K3. Kedua faktor yang mempengaruhi proses

penyebaran informasi dimana hal tersebut kemudian mempengaruhi kesadaran para

pegawai terkait dengan pola kerja safety yang ditetapkan aturannya dengan jelas

oleh lembaga atau organisasi sesuai perundang-undangan ketenagakerjaan sehingga

memunculkan niat dalam melaksanakan K3 oleh pegawai. Kemauan untuk terlibat

dalam implementasi K3 diketahui hasil bahwa pegawai melakukan pola hidup sehat

untuk mencegah penyakit kerja, pegawai menggunakan APD untuk mengetahui

aturan guna mencegah kecelakaan kerja dan pegawai mengikuti SOP untuk

mencegah kecelakaan kerja.

Kesadaran akan bahaya mampu memberikan penjelasan bahwa pemahaman

mengenai resiko kerja, tanda bahaya serta kecelakaan dan penyakit yang muncul di

tempat kerja dapat dikenali dan ditangani dengan baik dihubungkan dengan

keselamatan kerja dan memberikan pengaruh positif secara langsung pada pegawai

yang dapat memunculkan niat dalam melaksanakan K3. Kesadaran akan bahaya

yang diketahui melalui pemahaman yang baik tentang resiko kerja tentang K3 yang

diterapkan di lembaga atau organisasi diketahui secara pasti oleh pegawai namun

dalam kadar yang berbeda tiap individu. Pemahaman orang lain sebagai pihak yang

paham tentang resiko kerja turut memberikan dampak pada kesadaran akan bahaya

sebab pengetahuan dan aturan K3 tidak hanya sebagai aturan semata dari lembaga

atau organisasi namun lebih dari itu diharapkan menjadi hal yang paling dan lebih

dipahami oleh pegawai sebagai sarana pelindung dalam keselamatan kerja.

Kesadaran senantiasa mendominasi niat mematuhi peraturan. Kesadaran akan

bahaya memberikan pengaruh terhadap niat dalam melaksanakan K3. Keberadaan

kesadaran akan bahaya antar individu berbeda yang dipengaruhi oleh pola pikir

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

15

individu ini kemudian mampu mempengaruhi niat dalam melaksanakan K3 bagi

pegawai secara individu.

6. Milton, A. C., & Mullan, B. A. (2012)

Sikap terhadap bahaya yang timbul di tempat kerja diketahui hasil bahwa

pegawai mampu menganalisis resiko sehingga bisa mengurangi bahaya di tempat

kerja, Kiken Yochi mampu mengurangi bahaya saat pegawai bekerja dan TBM

mampu mengurangi resiko bahaya di tempat kerja. Faktor penting dalam setiap hasil

yang dicapai yakni proses penyebaran pengetahuan K3 yang dilakukan oleh lembaga

atau organisasi pada pegawai baik secara formal, informal maupun melalui lembaga

pelatihan baik di dalam lembaga atau organisasi maupun luar lembaga atau

organisasi kemudian faktor yang kedua yakni isi dari kegiatan peningkatan sikap

pada K3 terkait niat dalam melaksanakan K3 tersebut. Sikap pada K3 yang dicapai

berpengaruh pada niat dalam melaksanakan K3 pada pegawai baik secara formal

maupun informal saat bekerja lokasi manapun baik di dalam lembaga atau organisasi

maupun luar lembaga atau organisasi. Sikap pada K3 dianggap mampu mendorong

adanya niat dalam melakukan K3. Faktor yang mempengaruhi sikap pada K3

dimana hal tersebut kemudian mempengaruhi niat dalam melaksanakan K3 para

pegawai terkait dengan pola kerja safety yang ditetapkan aturannya dengan jelas

oleh lembaga atau organisasi. Norma subjektif dan attitudes atau sikap merupakan

dua faktor penentu paling dominan dalam menentukan niat penggunaan keselamatan

(Daroche et al,2009).

Sikap pada K3 dinilai efektif dalam memberikan pengaruh terhadap niat

dalam melaksanakan K3 disebabkan keberadaan sikap pada K3 menunjukkan

implementasi dan aplikasi secara real dipengaruhi oleh berbagai faktor kuat baik dari

dalam maupun luar lembaga atau organisasi. Pemberlakuan aturan ketat mendorong

pemberlakuan sanksi bagi yang melanggar aturan K3 sehingga membentuk seperti

pola pikir, pola kerja serta sistem pengawasan lembaga atau organisasi yang

terwujud dalam sikap pada K3 dimana mampu memberikan pengaruh pada individu

maupun kelompok mayoritas. Keberadaan sikap pada K3 antar individu dipengaruhi

oleh pola pikir individu yang dibentuk oleh dituasi lembaga atau organisasi dan

kemudian mampu mempengaruhi niat dalam melaksanakan K3 bagi pegawai secara

individu. Sikap pada K3 yang ditunjukkan tentang K3 yang diterapkan di lembaga

atau organisasi diketahui secara pasti oleh pegawai namun dalam kadar yang

berbeda tiap individu. Aplikasi bentuk sikap yang ditunjukkan orang lain sebagai

pihak yang mendukung bahkan terlibat langsung pada program K3 turut

memberikan dampak pada niat dalam melaksanakan K3 sebab aturan keselamatan

kerja tidak hanya sebagai aturan semata dari lembaga atau organisasi namun lebih

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

16

dari itu diharapkan menjadi hal yang paling dan lebih dipahami oleh pegawai

sebagai sarana pelindung dalam keselamatan kerja.

8. Palat, B., & Delhomme, P (2012)

Perilaku pegawai terkait safety yang baik menunjukkan minimnya angka

kecelakaan yang terjadi. Faktor yang mempengaruhi pola perilaku yang baik dalam

melaksanakan K3 yakni niat dalam melaksanakan K3 dimana hal tersebut terkait

dengan pola kerja safety yang ditetapkan aturannya dengan jelas oleh lembaga atau

organisasi sesuai perundang-undangan ketenagakerjaan sehingga mendukung niat

dalam melaksanakan K3 oleh pegawai berdasarkan data skor kecelakaan kerja. Niat

dalam melaksanakan K3 belum diimplementasikan dalam bentuk perilaku secara

real. Niat dalam melaksanakan K3 dinilai efektif dalam memberikan pengaruh

terhadap perilaku disebabkan keberadaan niat dalam melaksanakan K3

menunjukkan implementasi dan aplikasi secara real dipengaruhi oleh berbagai faktor

kuat baik dari dalam maupun luar lembaga atau organisasi.

Hal ini menunjukkan bahwa niat dalam melaksanakan K3 mampu

memberikan penjelasan bahwa kemauan mengikuti program K3, kemauan mengikuti

instruksi pimpinan dan kemauan untuk terlibat secara penuh dalam implementasi

program K3 secara konsisten dihubungkan dengan keselamatan kerja mampu

memberikan pengaruh langsung pada perilaku pegawai. Niat dalam melaksanakan

K3 mampu menggambarkan pola perilaku pegawai sebagai pihak yang mendukung

bahkan terlibat langsung pada program K3. Aturan keselamatan kerja lembaga atau

organisasi lebih dari itu diharapkan menjadi hal yang paling dan lebih dipahami oleh

pegawai sebagai sarana pelindung dalam keselamatan kerja. Peran manajemen

lembaga atau organisasi terkait dengan penerapan K3 yang begitu ketat sangat

mempengaruhi hal ini. Niat pegawai dalam melaksanakan K3 menggambarkan

pengaplikasian aturan K3 tetap dilaksanakan dengan patuh oleh semua pegawai

ketika bekerja. Sistem peraturan dan manajemen kerja yang ketat dengan

pemberikan sanksi tegas, peringatan, teguran atau penundaan promosi jabatan

bahkan pemecatan menjadi hal yang dipertimbangkan serta menyangkut karir para

pegawai jika salah satu dari pegawai maupun pimpinan melalaikan aturan K3 yang

ditetapkan lembaga atau organisasi sesuai peraturan pemerintah. Hal ini

menyebabkan niat dalam melaksanakan K3 berpengaruh terhadap perilaku yang

mengutamakan keselamatan kerja. Sikap pada K3 di tempat kerja diketahui hasil

bahwa pegawai mampu menganalisis resiko sehingga bisa mengurangi bahaya di

tempat kerja, mampu mengurangi resiko bahaya di tempat kerja. Sikap pada K3

menunjukkan setiap hasil yang dicapai yakni proses penyebaran pengetahuan K3

yang dilakukan oleh lembaga atau organisasi pada pegawai baik secara formal,

informal maupun melalui lembaga pelatihan baik di dalam lembaga atau organisasi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

17

maupun luar lembaga atau organisasi kemudian kegiatan peningkatan sikap pada K3

terkait perilaku melaksanakan K3 tersebut. Sikap pada K3 yang dicapai berpengaruh

pada perilaku safety K3 pada pegawai baik secara formal maupun informal saat

bekerja lokasi manapun baik di dalam lembaga atau organisasi maupun luar lembaga

atau organisasi. Sikap pada K3 dianggap mampu mendorong adanya perilaku safety.

Sikap pada K3 dinilai efektif dalam memberikan pengaruh terhadap perilaku safety

disebabkan keberadaan sikap pada K3 menunjukkan implementasi dan aplikasi

secara real dipengaruhi oleh berbagai faktor kuat baik dari dalam maupun luar

lembaga atau organisasi. Pemberlakuan aturan ketat mendorong pemberlakuan

sanksi bagi yang melanggar aturan K3 sehingga membentuk seperti pola kerja serta

sistem pengawasan lembaga atau organisasi yang terwujud dalam perilaku safety

pada K3 dimana mampu memberikan pengaruh pada individu maupun kelompok

mayoritas.

Keberadaan sikap pada K3 antar individu menggambarkan pola perilaku

pegawai yang dibentuk oleh situasi lembaga atau organisasi melaksanakan K3 bagi

pegawai secara individu. Sikap pada K3 yang ditunjukkan tentang K3 yang

diterapkan di lembaga atau organisasi diketahui secara pasti oleh pegawai namun

dalam kadar yang berbeda tiap individu. Aplikasi bentuk sikap yang ditunjukkan

orang lain sebagai pihak yang mendukung bahkan terlibat langsung pada perilaku

safety program K3 turut menerapkan aturan keselamatan kerja tidak hanya sebagai

aturan semata dari lembaga atau organisasi sehingga diwujudkan dalam bentuk

perilaku ketika bekerja yang mengedepankan pola kerja safety.

Berdasarkan hasil dari sebelumnya, terdapat beberapa jenis persamaan dan

perbedaannya. Persamaan penelitian ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya

adalah penggunaan salah satu variabel yakni TPB (Theory of Planned Behavior).

Perbedaannya adalah pada kaitan pembahasan TPB itu sendiri. Pada

penelitian ini TPB lebih difokuskan untuk menjelaskan bagaimana peran

pengetahuan mengenai K3 pegawai terhadap niat untuk melaksanakan dan perilaku

K3 pegawai yang dipengaruhi juga oleh subjective norm atau budaya K3 yang

ditularkan oleh orang-orang berpengaruh di sebuah lembaga atau organisasi. Adanya

persamaan dan perbedaan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya tentu membawa

konsekuensi pada hasil penelitian yang diperoleh. Pada penelitian ini diharapkan

dapat menghasilkan kesadaran, sikap dan budaya pegawai dalam penerapan K3.

Kontribusi penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan dan penilaian

pada pengetahuan terkait K3 yang dimiliki oleh pegawai Badan Penanggulangan

Bencana Kab Sidoarjo. Urgensi penelitian ini sebagai referensi dan bahan kajian

dalam mengevaluasi penerapan K3 yang kemudian berdampak pada niat para

pegawai untuk melaksanakan berbagai hal yang berkaitan dengan K3.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

18

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Definisi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Dalam hal ini pemerintah khusus menyusun undang-undang atau peraturan

mengenai keselamatan kerja dan Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai

berikut

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan

tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

2. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang-undang ini menyatakan bahwa secara khusus lembaga atau

organisasi berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan

kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke

tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada

pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para

pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat

dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja

yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang

Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap

pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan

masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.

Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan

penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

2.4. Pengetahuan K3 Pegawai

2.4.1. Definisi Pengetahuan terkait K3

Manajemen pengetahuan atau knowledge management merupakan

pendekatan yang dilakukan untuk mengelola pengetahuan yang dimiliki seseorang

atau organisasi, dimana yang dimaksud dengan pengelolaan adalah identifikasi,

pencarian penyimpanan, kolaborasi, proses dan sebagainya yang bertujuan untuk

penciptaan sesuatu hal yang baru atau dengan kata lain merajuk kepada kemampuan

individu untuk mengelola pengetahuan mengenai K3 (Kesehatan dan Keselamatan

Kerja).

Pengetahuan mengenai K3, menurut America Society of Safety and

Engineering (ASSE) adalah bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua

jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja. Terutama

bidang-bidang pekerjaan dengan tingkat resiko bahaya yang besar, maka lembaga

atau organisasi sudah semestinya dan telah diatur dalam undang-undang untuk

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

19

melakukan upaya penjaminan keselamatan dan kesehatan kerja pegawainya.

Pegawai dalam hal ini merupakan pelaku kerja diharapkan juga memiliki

kemampuan dan pengetahuan terkait dengan K3.

2.4.2. Manajemen Pengetahuan Pegawai mengenai K3

Pengetahuan mengenai K3 dikenal adanya SMART Safety yang berarti

Safety Management and Attitude Reinforcement Technique. Berdasarkan konsep ini

pengelolaan (manajemen) K3 dilakukan dengan mengintegrasikan aspek manajemen

K3, teknis, dan perbaikan perilaku (Behavioral Base Safety).

Pendekatan SMART Safety memiliki tiga pilar utama yaitu (1) safety

management system, (2) operational safety, (3) behavior safety. Berikut ini

penjelasannya :

1. Pendekatan kesisteman atau standar dan administratif (safety

management system). Pendekatan ini lebih diarahkan bagaimana

menerapkan konsep kesisteman, seperti prosedur kerja, sistem

pengawasan, dokumentasi, dan sebagainya.

2. Pendekatan teknis (engineering approach) yang lebih bersifat operasi

sesuai dengan sifat kegiatan, seperti (process safety), manufaktur,

pertambangan, konstruksi, dan perkapalan.

3. Pendekatan manusia (human approach) untuk membangun manusia

dengan budaya K3.

Pendekatan ketiga adalah melalui perilaku manusia dirasa penting dan

menjadi target dari penelitian ini. Oleh karena itu, kinerja dari K3 sangat ditentukan

oleh unsur manusia atau operator, dan manajemen yang menjalankannya. Pada teori

ini (Ramli, 2009) mengatakan bahwa manusia sebagai pemegang kunci keselamatan.

perilaku manusia yang baik, kinerja K3 dapat meningkat tinggi. Manusia dengan

kompetensi tinggi dan budaya K3 yang prima akan mampu menghilangkan kondisi

teknis yang kurang baik atau sistem dan prosedur yang belum sempurna.

2.5. Sikap Pada K3

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya

kesesuaian antara reaksi terhadap suatu stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-

hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap derajat sosial.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap object di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap object menurut Soekidjo Notoatmojo

(2003) dalam Budiharjo (2016).

Menurut Notoatmojo, sikap terdiri dari beberapa tindakan yaitu:

a. Menerima, diartikan sebagai seseorang atau subyek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan object.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

20

b. Merespon, diartikan sebagai memberi jawaban bila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap.

c. Menghargai, diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah, suatu indikasi sikap tingkat 3

d. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Di dalam hubungan dengan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja),

mungkin hanya pada level 1 dan 2 menurut Notoatmojo. Menerima dan merespons

artinya mereka memperhatikan masalah-masalah tentang K3 dan juga

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan tetapi jarang ada mereka yang mengajak

orang lain untuk mendiskusikan atau mengerjakan hal-hal berkenaan dengan K3.

Teory Planned Behavior oleh Icek Azjen (2005), yang menyatakan bahwa

niat untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan (violation) akan sangat

dipengaruhi oleh keyakinan perilaku, keyakinan normatif dan keyakinan kontrol.

Ketiga-tiganya bermuara pada niat yang pada gilirannya akan menyebabkan perilaku

yang melanggar aturan.

Gambar 2.2.

Pengaplikasian KM (Knowledge Management) melalui TPB (Theory of Planned

Behavior).

Sumber : Icek Azjen (2005)

(Niat) (Perilaku)

KM (Knowledge

Management)

Pengetahuan

Pegawai

mengenai K3

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

21

Theory of planned behavior, intention (mau / niat) dan behavior (perilaku)

merupakan fungsi dari tiga penentu dasar, yakni: (1) pribadi perseorangan secara

alami, (2) refleksi dari pengaruh lingkungan sosialnya, (3) pengendalian sikap.

(1) Pribadi perseorangan secara alami atau mewakili individual’s attitude

toward the behavior (sikap seseorang) sesuai bagan di atas. Attitude

(sikap) ini lebih mengacu pada evaluasi positif atau negatif masing-

masing individu dalam menyikapi hal tertentu sesuai dengan pribadi

secara personalnya.

(2) Refleksi dari pengaruh lingkungan sosialnya atau perwakilan dari

subjective norm, merupakan persepsi perseorangan (individu) dari

penekanan nilai-nilai sosialnya dalam menentukan perilaku yang akan

dilakukan atau tidak dengan pertimbangan tertentu terlebih dahulu.

(3) Pengendalian sikap yang disadari (perceived behavior control),

merupakan kemampuan untuk melakukan perilaku (behavior) yang

dikehendaki.

Dalam theory of planned behavior, perceived behavior control merupakan

faktor yang paling penting dibandingkan dengan dua lainnya. Intention (niat)

merefleksikan dengan tepat kemauan individu tersebut untuk coba melakukan

behavior (perilaku) yang dikehendaki, sedangkan perceived control adalah

kemungkinan untuk mempertimbangkan beberapa kendala-kendala realistik yang

mungkin ada.

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of

Reasoned Action (TRA). Konsep TRA adalah niat seseorang terhadap perilaku

dibentuk oleh dua faktor penentu yaitu attitude toward behavior (sikap) dan

subjective norm (Ajzen and Fishbein, 2005). Sedangkan TPB merupakan

pengembangan dari teori TRA dengan menambahkan satu lagi faktor penentu yakni

perceived behavioral control (Ajzen,1991). Gambar berikut ini menjelaskan alur

TPB dengan implikasi pada K3 dilembaga atau organisasi.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

22

Gambar 2.3

Alur TPB dengan Implikasi pada K3 di Lembaga atau Organisasi

Sumber : Icek Azjen (2005)

Attitude toward Behavior (Sikap) merupakan salah satu faktor penentu

dalam diri seseorang yang didalami untuk memberi respon positif maupun negatif

pada penilaian terhadap sesuatu yang diberikan. Kuhl and Beckmann (1985), “

Attitude toward the behavior is the degree to which a person has a favorable or

unfavorable evaluation of a behavior. It depends on the person’s assessment of the

expected outcomes of the behavior“.

Teori ini dapat membantu kita dalam memprediksi dan memahami lebih

dalam tentang seberapa besar kecenderungan individu atau kelompok dalam

melakukan pekerjaan atau penyikapan / berperilaku secara spesifik. Kemudian Sikap

dalam bahasan penelitian ini diartikan sebagai penilaian positif ataupun negatif

terkait upaya penggalangan K3.

2.6. Norma Subjektif (Budaya K3)

Menurut Knight and Howes (2003) norma subjektif dinilai sebagai

penerimaan tekanan sosial untuk menampilkan sebuah perilaku yang spesifik.

Norma subjektif merupakan peraturan yang diciptakan menjadi sebuah kebiasaan

sehingga untuk menanamkan kebiasaan tersebut diperlukan paksaan atau tekanan

Behavioral Belief

Keinginan untuk

tidak mengenakan

APD / PPE

Attitude toward Behavior

Keuntungan dan Kerugian

melaksanakan K3 bagi

Pegawai

Normative Belief

Atasan / beberapa rekan tidak mengindahkan

aturan K3 yang ada

Subjective Norm

Adanya motivasi dari

atasan atau rekan kerja

untuk tidak mengindahkan

aturan K3.

Control Belief

Rekan kerja mengalami

kecelakaan kerja akibat

tidak mengikuti aturan

K3

Perceived Behavioral

Control

Pilihan Keinginan: (1) taat

aturan K3, (2) tidak taat

aturan K3

Intention

Apakah

memutuskan

untuk taat

aturan K3?

Behavior

Taat dengan

aturan K3

yang ada

Actual Behavioral

Control

Lembaga atau

organisasi

menuliskan moto K3

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

23

yang dapat memunculkan perilaku yang sesuai. Selanjutnya Ajzen and Fishben

(2005) menerangkan bahwa “The Subjective norm is the person’s perception that

most people who are important to him think he should or should not pemrform the

behavior in question”. Mereka mendefinisikan jika norma subyektif merupakan

persepsi individu berhubungan dengan kebanyakan dari orang-orang yang penting

bagi dirinya mengharapkan individu untuk melakukan atau tidak melakukan tingkah

laku tertentu, orang-orang yang penting, bagi dirinya itu kemudian dijadikan acuan

atau patokan untuk mengarahkan tingkah laku.

Norma subjektif merupakan dasar penentu / determinan kedua dari intensi

dalam teori planned behavior, norma subyektif pun masih terkait dengan believes

(keyakinan-keyakinan). Namun belief pada norma subyektif berbeda jenis dengan

belief dalam sikap karena belief dalam norma subyektif adalah representasi persepsi

dari significant others (tokoh panutan) baik perorangan maupun kelompok tertentu

yang kemudian mempengaruhi individu apakah akan menampilkan perilaku atau

tidak.

Norma subyektif menurut Ajzen and Fishben (2005) ditentukan oleh dua

hal yaitu :

a. Normative belief, merupakan keyakinan yang berhubungan dengan pendapat

tokoh atau orang lain baik perorangan maupun kelompok yang penting dan

berpengaruh bagi inidividu yang biasa disebut dengan significant

others (tokoh panutan) yang menjadi acuan untuk melakukan atau tidak

melakukan perilaku tertentu. Maka individu termotivasi untuk melakukan

tingkah laku tersebut.

b. Motivation to comply, yaitu seberapa jauh motivasi individu untuk

mengikuti pendapat tokoh panutan tersebut.

2.7. Niat untuk Melaksanakan K3

Niat untuk mentaati peraturan atau tidak melanggar aturan K3 merupakan

suatu kesadaran yang disadari unsur ketaatan untuk mencapai tujuan. Hal itu berarti

sikap dan perilaku yang didorong oleh adanya kontrol diri yang kuat, artinya sikap

dan perilaku untuk mentaati peraturan lembaga atau organisasi muncul dari dalam

dirinya (Setyobudi, 2008). Kontrol diri yang kuat btersebut didasari oleh berbagai

faktor yakni motivasi dan kebutuhan (need) dalam mengaplikasikan niat tersebut.

Motivasi merupakan aspek penting dalam menentukan perilaku seseorang salah

satunya yakni perilaku kerja. Motivasi dapat mendorong seseorang untuk

mengarahkan spesifikasi perilaku tertentu dalam sebuah kegiatan. Motivasi dalam

hal ini ditujukan agar pegawai bekerja dengan produktif, mampu bekerja sama

dengan baik sesuai aturan K3 yang telah ditetapkan guna mencapai tujuan organisasi

lembaga atau organisasi yakni menerapkan pola kerja yang mengedepankan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

24

keselamatan kerja. Lingkungan kerja yang motivasional mampu menyediakan

reward sesuai kinerja yang diberikan (Malayu,2000).

Niat yang dilaksanakan atas dasar kebutuhan memiliki situasi yang berbeda

bagi tiap individu. Menurut Teori Hierarki Kebutuhan Maslow terdapat salah satu

level kebutuhan yakni keamanan dalam hal ini seperti keamanan dan kestabilan

kondisi salah satunya keselamatan dan keamanan kerja serta asuransi kesehatan

(Kotler, 2004). Studi ini mengarahkan niat pegawai dalam melaksanakan K3

didasari atas faktor kebutuhan keselamatan dan keamanan selama bekerja.

Intensi (niat) dalam kamus besar bahasa Inggris-Indonesia melalui kata

dasarnya memiliki arti maksud, pamrih, atau tujuan, disengaja. Intention yang

artinya adalah niat. Intensi (niat) adalah penetapan tujuan hasil dari sebuah perkiraan

perilaku. Niat dengan kata lain intention menurut Ajzen (2005), sangat dipengaruhi

oleh pengambilan sikap terhadap suatu perilaku, norma-norma subyektif dan adanya

pengendalian perilaku yang disadari (kesadaran).

Niat dalam bahasan penelitian diartikan sebagai kemauan untuk

melaksanakan program K3 atau terlibat di dalam implementasi K3. Sikap dan

perilaku dalam berdisiplin kerja ditandai oleh berbagai inisiatif dan kehendak untuk

mentaati peraturan. Artinya, orang yang dikatakan mempunyai disiplin yang tinggi

tidak semata-mata patuh dan taat terhadap peraturan secara kaku, tetapi juga

mempunyai kehendak (niat) untuk menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan

yang diberlakukan lembaga atau organisasi.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA DASAR TEORIrepository.untag-sby.ac.id/578/3/BAB 2.pdf · mengenai kebijakan K3. Kesadaran mampu mempengaruhi sikap dan niat seseorang yang dibuktikan

25

2.7 Kerangka Konseptual

Gambar 2.4 Kerangka Penelitian

2.8 Hipotesis Penelitian

H1 = Knowledge Management berpengaruh terhadap Niat Melaksanakan K3

H2 = Sikap berpengaruh terhadap Niat Melaksanakan K3

H3 = Norma Subjektif berpengaruh terhadap Niat Melaksanakan K3

H4 = Knowledge Management, Sikap dan Norma Subjektif berpengaruh terhadap

Niat Melaksanakan K3

Manajemen Pengetahuan

(Knowledge Management)

(X1)

Sikap K3 (X2)

Norma Subjektif (X3)

Niat Melaksanakan K3

(Y)

Analisis Regresi Berganda

Uji F dan Uji T