BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Gangguan Hubung Singkat Pada...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Gangguan Hubung Singkat Pada...
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1. Gangguan Hubung Singkat Pada System Kelistrikan
Short Cicuit atau yang lazim disebut gangguan hubung singkat yang
memiliki arti suatu ganguan yang dapat terjadi dikarenakan adanya
kesalahan antar bagian – bagian yang saling bertegangan. Kesalahan
tersebut berpotensi menyebabkan lonjakan current yang sangat besar yang
berdampak pada kerusakan peralatan listrik yang terletak pada area titik
gangguan[6]. Kerusakan tersebut mempunyai dampak pada keselamatan
pekerja dan kerugian perusahaan.
Berdasarkan jenisnya, short circuit dapat terjadi pada 2 phase, 3
phase, 1 phase menuju tanah, atau 3 phase menuju tanah. Jenis – jenis
gangguan tersebut kemudian dibagi menjadi golongan simetri dan asimetri.
Jenis gangguan yang termasuk ke dalam simetri adalah three phase short
circuit. Gangguan lainnya termasuk ke dalam golongan asimetri. Gangguan
pada golongan asimetri akan memberikan dampak lonjakan arus pada fasa
yang terganggu. Dampak lainnya juga terjadi pada kenaikan voltage pada
phase yang tidak terjadi gangguan [7].
Mengacu pada contoh di tabel (2.1), dapat dipahami bahwa beberapa
jenis gangguan mempunyai tingkat persentase kejadian yang berbeda –
beda. Persentase kejadian terkecil terdapat pada klaster gangguan hubung
singkat 3 phase menuju tanah yaitu sebesar 5%. Persentase terbesar terdapat
pada jenis hubung singkat 1 menuju tanah yaitu sebesar 70%. Lebih detail
persentase kejadian dari setiap jenis short circuit dipaparkan pada tabel
(2.1).
-
7
Tabel 2.1. Jenis gangguan pada hubung singkat [8]
Tipe Gangguan
Rangkaian Gangguan
Persentase
Kejadian
(%)
Short Circuit 1
Phase Menuju Ke
Tanah
70 %
Short Circuit 2
Phase Menuju
Tanah
10 %
Short Circuit 3
Phase Menuju
Tanah
5 %
Short Circuit Antar
Phase
15 %
2.2. ARC FLASH
2.2.1. Pengertian ARC FLASH
Dijelaskan oleh (National Fire Protection Association) 70E-2004,
dampak dari peristiwa energy release yang dipicu oleh bunga api listrik
disebut sebagai arc flash. Peristiwa Arc flash dapat menyebabkan keadaan
-
8
yang berbahaya baik bagi peralatan maupun manusia di sekitarnya. Arc
Flash yang terjadi sebagai akibat terbentuknya arus yang trouble dengan
kata lain arcing fault pada sebuah electric system dapat menyebabkan
bermacam gangguan maupun kegagalan.
Terdapat banyak faktor – faktor yang dapat memicu terjadinya suatu
arc flash. Beberapa faktor yang sering kali terjadi yaitu kesalahan pada
pekerja yang bertugas pada area peralatan bertegangan, terdapat debu dan
korosi pada alat bertegangan, serta kegagalan isolasi dan mekanik. Selain
arus gangguan, pada level energy yang dikeluarkan oleh arc flash juga
disebabkan oleh beberapa variabel diantaranya adalah jarak pekerja dari
titik arcing, durasi waktu yang digunakan oleh peralatan pengaman untuk
memetakan adanya gangguan, dan juga faktor tegangan [9].
2.2.2. Analisa Insiden Energy ARC FLASH Dengan Menggunakan Metode IEEE
1584-2002
Menurut standard IEEE 1584-2002, untuk mendapatkan level yang
diperoleh dari energy arc flash dibutuhkan nilai yang menghasilkan arcing
current. Nilai arcing current didapatkan melalui short circuit tiga phase.
Nilai arcing current dapat dihitung dengan dua metode berdasarkan
besarnya tegangan system. Persamaan (2.1) menunjukkan metode
perhitungan arcing current pada tegangan system di bawah 1000V.
perhitungan arcing current pada tegangan system di atas 1000V dapat dilihat
pada persamaan (2.2).
keterangan :
Ia : Arus arcing (kA)
lg : log10
G : Jarak antar konduktor (mm)
V : Tegangan sistem (kV)
Ibf : I Bolted fault pada gangguan tiga fasa (symmetrical RMS)
(kA)
-
9
K : -0.153 untuk konfigurasi terbuka dan -0.097 untuk
konfigurasi box
Persamaan (2.2) adalah untuk melakukan perhitungan arcing
current pada voltage system lebih dari 1000V.
sebagaimana persamaan (2.2) dapat dilihat bahwa nilai Ia dependensi
terhadap persamaan (2.3). sehingga untuk mendapatkan arcing current pada
tegangan diatas 1000V maka harus mencari nilai Ia terlebih dahulu
menggunakan persamaan 2.3.
Ia = 10lg Ia (2.3)
Keterangan :
lg : log10
V : Tegangan sistem (kV)
Ia : Arus Arcing (kA)
K : -0.153 untuk konfigurasi open dan -0.097 untuk
konfigurasi box
G : Jarak antar konduktor (mm)
Ibf : Bolted fault current pada gangguan 3 phase (symmetrical
RMS) (kA)
Setelah diperoleh nilai arcing current, maka langkah selanjutnya
yaitu mencari nilai yang diperoleh dari incident energy normalisasi. Dalam
nilai energy yang normal perhitungan memakai acuan waktu arcing dengan
durasi 0,2 detik dan jarak antara titik arcing dengan manusia sebesar 610
mm. Perhitungan yang dipakai seperti pada Persamaan berikut (2.4).
En = Ia1,08110(K1+K2+0,0011G) (2.4)
Keterangan :
G : Jarak antar konduktor (gap)(mm), dilihat pada Tabel 2.2.
K1 : -0,792 pada konfigurasi peralatan open -0,555 untuk
konfigurasi peralatan dengan box
En : Insiden energi normalisasi (cal/cm2)
K2 : –0.113 pada sistem yang ditanahkan
-
10
Terdapat variable pada waktu, (x) faktor, dan pada jarak antara
pekerja dengan peralatan industri maka akan diperoleh sejumlah energy
yang direlease ke udara. Nilai insiden energi yang dilepaskan dapat
diketahui dalam Persamaan (2.5).
(2.5)
Keterangan :
E : Insiden energi (J/cm2)
t : Waktu arching (detik)
Cf : 1,0 untuk tegangan diatas 1kV
1,5 untuk tegangan dibawah 1kV
x : eksponen jarak, dilihat pada Tabel 2.2.
D : Jarak antara titik arc flash dengan pekerja (mm)
Tabel 2.2. Faktor Untuk Peralatan Dan Kelas Tegangan
-
11
2.2.3. Menghitung Nilai Flash Protection Boundary
Limit antara perlindungan dengan titik arc flash atau biasa disebut
Flash Protection Boundary. Flash Protection Boundary adalah jarak yang
mempunyai potensi seseorang terkena bahaya arc flash (arc flash hazard)
disekitar konduktor. Penentuan kategori jarak Flash Protection Boundary
dapat dilakukan setelah diketahui nilai dari insiden energi arc flash.
Penentuan limit perlindungan bahaya arc flash membutuhkan
analisa lanjut. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui secara akurat batas
aman bagi pekerja terhadap peralatan bertegangan. Persamaan 2.6
menunjukkan perhitungan jarak aman pekerja terhadap peralatan
bertegangan. Persamaan tersebut mengacu pada standart dari IEEE 1584-
2002. Dengan level voltage
-
12
memanagement lonjakan arus listrik. Management gangguan pada alat
bertegangan tinggi merupakan kebutuhan urgent untuk meminimalisir
kecelakaan kerja pada sistem kelistrikan.
Untuk memenuhi standart sistem electrical yang mumpuni, tapi
masih harus mempunyai nilai ergonomis, pada sebuah relay pengaman
harus mempunyai klasifikasi pada poin berikut:
a. Kecepatan
Kecepatan pada relay sangat penting karena relay harus dapat
cut off sistem yang terdapat gangguan dengan waktu yang cepat agar
dapat meminimalisir kemungkinan mengalami kerusakan alat. Relay
harus dapat bekerja dalam waktu sesingkat mungkin. Hal tersebut
mempunyai tujuan agar dapat meminimalkan kerusakan dan menjaga
stabilitas sistem dengan baik.
b. Selektifitas
Relay yang baik harus dapat melakukan isolasi hanya pada
bagian sistem yang terganggu dan melakukan cut off instalasi dengan
membuka CB yang paling dekat.
c. Sensifitas
Sensifitas relay untuk mendeteksi gangguan pada jaringan dan
mengirim perintah kepada CB untuk dapat segera aktif.
d. Keandalan
Keandalan relay pada keadaan ready untuk aktif disaat setiap
waktu terdapat adanya gangguan. Relay harus dapat aktif berdasarkan
jumlah gangguan yang terjadi. Hal tersebut memiliki arti relay harus
dapat selalu siap ketika pada suatu waktu dibutuhkan. Presentase tingkat
keandalan relay yang baik adalah 90-99 %.
2.4. OCR (Over Current Relay)
2.4.1. Mengenal OCR
Over Current Relay atau bisa disebut Relay arus lebih diartikan
sebagai relay untuk keamanan yang aktif karena disebabkan adanya besaran
arus. Besaran arus tersebut telah terpasang di jaringan high voltage, medium
-
13
voltage, dan terletak di pengaman power transformator. OCR berfungsi
sebagai pengaman peralatan listrik karena dampak adanya trouble fasa ke
fasa, dan trouble fasa menuju tanah [10].
OCR akan aktif dan bekerja jika arus yang mengalir pada sistem
kelistrikan lebih besar dari nilai settingnya (Iset). Terdapat dua jenis over
current relay yaitu time overcurrent relay (arus lebih waktu) dan
instantaneous relay (arus lebih sesaat). Time overcurrent relays aktif
dengan jeda waktu yang mengacu pada arus yang melewati relay,
sedangkan pada instantaneou s relays dapat aktif tanpa jeda waktu yang
disengaja dan digunakan untuk mengamankan adanya gangguan yang
terletak di dekat area pusat ketika arus gangguan tinggi. Management setting
OCR harus memperhatikan limit besarnya arus dimana saat relay
mengalami beban maksimum maka relay tidak boleh bekerja. Mengacu
pada british BS 142-1983, limit seting dalam range nominal 1.05-1.3 Iset
[2].
2.4.2. Prinsip Kerja OCR
OCR merupakan sebuah relay yang akan aktif jika terdapat arus
lebih. OCR akan aktif saat arus yang mengalir pada sistem instalasi lebih
dari nilai settingnya (Iset). Kondisi tersebut dapat terjadi pada banyak
variabel seperti disebabkan adanya gangguan short circuit atau over load
dan selanjutnya memberikan instruksi berupa trip ke PMT sesuai
karakteristik waktunya [10]. Prinsip kerjanya berdasarkan pada masuknya
sejumlah arus. Jika aliran arus listrik yang melewati limit arus yang diseting
(Set), relay bereaksi dan menginstruksikan CB (circuit breaker) untuk open.
Berdasarkan jenis kurvanya, rele pengaman dibagi menjadi tiga yaitu, rele
Instantaneous, Definite, dan Invers.
2.4.3. OCR Waktu Invers
Konfigurasi pada OCR nilai inverse-nya harus memperhatikan full
load current suatu peralatan. Hal tersebut bertujuan agar rele tetap dalam
-
14
kondisi siaga. Rele arus lebih waktu invers akan on jika arus yang bergerak
menuju ke peralatan melebihi current maksimal peralatan.
Karakteristik yang dimiliki oleh OCR waktu inverse yaitu besaran
gangguan arus berbanding lurus dengan kecepatan waktu yang digunakan
untuk proses operasi rele. Karakteristiknya diperumpamakan dalam grafik
arus terhadap time atau yang biasa disebut TCC (time-current
characteristic). TCC merupakan suatu grafik dengan perbandingan dalam
time dial. Perbandingannya yaitu semakin besar time dial, maka semakin
lama waktu operasi dari relay tersebut.
Karakteristik inverse yang dituangkan pada ketentuan IEC 60255-3
dan BS 142. Ketentuan berikut mengklasifikasikan macam-macam
pengaman time inverse yang diklasifikasikan menurut gradien curve, yaitu
extremely inverse, very inverse, dan standad inverse. Ketentuan yang lain
sebagai contoh IEEE 242 - 2001 yaitu (long time inverse, very inverse, short
time inverse, standard inverse dan extremely inverse).
Gambar 2.1. Karakteristik Kurva Invers
2.4.4. Setting OCR Menggunakan Metode standart
Persamaan 2.7 adalah pengaturan arus yang dibutuhkan untuk kerja
relay ketika terjadi trouble yang diartikan dengan (Pickup Setting) untuk
relay arus lebih menggunakan metode standart British BS142. Sebagaimana
dipaparkan pada persamaan 2.7, nilai Iset harus berada diantara range 1,05
IFL dan 1,3 IF. Persamaan 2.8 menunjukkan bahwa untuk mendapatkan
-
15
hasil Tap dibutuhkan nilai I pickup dan arus primer CT. nilai I pick up
didapatkan dari Iset kemudian nilai arus primer didapatkan dari besarnya
arus masuk terhadap CT.
(2.7)
Tap = 𝐼 𝑝𝑖𝑐𝑘 𝑢𝑝
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 𝐶𝑇 (2.8)
Langkah berikutnya menjalankan setting pada time dial yang
berguna untuk menentukan kerja relay saat mengalami trouble. Nilai Time
Dial dependensi terhadap proses sebelumnya karena membutuhkan nilai
arus pick up (Iset). Time dial dihasilkan melalui persamaan 2.9 sebagai
berikut :
Td = 𝑡.[(
𝐼𝑠𝑐𝑚𝑎𝑥
𝐼𝑠𝑒𝑡)
𝛼−1]
𝑘 (2.9)
Keterangan :
Td : time dial
t : waktu operasi (detik)
Iset : arus pickup (ampere)
I : nilai arus (ampere)
𝛼 : koefisien invers 2
k : koefisien invers 1
𝛽 : koefisien invers 3
Tabel 2.3. Koefisien invers time dial
-
16
2.5. Analisa Setting Relay Menggunakan Metode Differential Evolution
Metode Differential Evolution (DE) merupakan metode hasil
pemikiran dan dikembangkan seseorang bernama Price Kenneth dan
dipublish pada bulan Oktober tahun 1994 dimuat majalah Dr. Dobb’s
Journal (Price et al., 2005). Metode tersebut termasuk dalam kelompok
evolutionary algorithm dimana metode yang digunakan berdasarkan
optimasi matematis fungsi multidimensional.
Tercetusnya metode DE ini diawali usaha untuk menyelesaikan
masalah tentang fitting polinomial Chebychev. Usaha tersebut kemudian
membuahkan ide pemakaian pada perbedaan vektor untuk mengacak
populasi vektor. Telah larut dalam perkembangannya, dalam ICEO
(International Contest on Evolutionary Optimization) yang awal, DE telah
menjadi salah satu algoritma genetika yang baik dan dapat menemukan
global optimum yang multidimensi (yaitu menunjukkan lebih dari satu nilai
optimum) dengan probabilitas yang baik [11].
Pengaplikasian algoritma DE ini digunakan dalam pengoprasian
relay dengan tujuan untuk menemukan nilai setting yang ideal untuk
memperoleh masa kerja OCR yang optimal. Implementasi dilakukan
dengan langkah pertama yaitu menginput variabel seting OCR pada
algoritma. Sehingga algoritma akan mengolah pencarian nilai, hal yang
dilakukan setelahnya yaitu melakukan pencarian nilai yang paling optimal
dari seluruh iterasi untuk OCR. Penggunaan algoritma optimasi harapannya
akan membuat proses perhitungan OCR menjadi lebih efisien dan mudah.
Penting untuk dilakukan yaitu setting pada OCR. Hal tersebut
dibutuhkan karena setiap sistem tenaga listrik memiliki perbedaan pada
sistem distribusi. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu analisis menyeluruh pada
komponen didalamnya terutama setting pada OCR. Melakukan analisa
OCR dapat dianalisa dengan menggunakan perhitungan sebagaimana pada
persamaan (2.15).
𝑚𝑖𝑛𝑇𝐷𝑆𝑖 ,𝑃𝑆𝑖𝑓 = ∑ 𝑤𝑖 𝑡𝑖,𝑘𝑛𝑖=0 (2.10)
TDSi merupakan time dial setting untuk relay i, Psi merupakan
current cadangan untuk relay i, n merupakan angka pada relay, Wi
-
17
merupakan nilai, nilai tersebut bergantung pada probabilitas trouble yang
terjadi di setiap zone protection dan terkadang digunakan sebagai satu nilai
acuan. Dan ti,k merupakan time operation pada relay primer i untuk
gangguan pada area proteksi itu sendiri.
2.6. Pengelompokan Insiden Energi Arc Flash Dengan APD Sesuai
Ketentuan NFPA 70E
Klasifikasi tentang arc flash danger dikelompokkan berdasarkan
nomor yang meinterpretasi level bahaya berdasarkan insiden energinya.
Sebagaimana dijelaskan pada tabel 2.4, jenis kategori berhubungan dengan
level energi sehingga mendapatkan kesimpulan PPE – PPC yang
dibutuhkan. Klaster bahaya 0 mewakili adanya sedikit bahaya atau tidak
sama sekali. Klaster bahaya 4 merupakan yang very danger. Tabel 2.4
menjabarkan klaster resiko yang berpedoman pada standar NFPA 70E.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, faktor yang mempengaruhi
kecelakaan kerja tidak hanya pada human errors saja namun bisa jadi
dipengaruhi oleh sistem yang digunakan pada peralatan. Meskipun begitu,
kedua faktor tersebut tetap saja mempengaruhi kinerja para pekerja baik
terhambatnya kinerja bahkan pada level tinggi mampu mengakibatkan
kecelakaan kerja skala besar yang membahayakan tenaga kerja.
Mengantisipasi hal tersebut Para karyawan wajib melengkapi diri
menggunakan perlengkapan maupun peralatan Personal Protective
Equipment yang memenuhi klaster resiko sebelum melakukan kegiatan atau
pengecekan di sekitar wilayah yang bertegangan. Dokumentasi dan label
peringatan juga diperlukan.
Tabel 2.4. Kategori Alat Pelindung Diri
-
18
Tabel 2.4. Kategori Perlengkapan Pelindung Diri (Lanjutan)
Penggunaan PPE seperti yang tertera pada Tabel 2.4 diatas
diharapkan dapat meminimalisir efek kecelakaan yang diakibatkan oleh arc
flash. Contoh secara visual pengklasifikasian APD berdasarkan kategori
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Klasifikasi Alat Pelindung Diri Berdasarkan Level Arc Flash