BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Dukungan Keluarga Inti 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3143/3/bab...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Dukungan Keluarga Inti 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3143/3/bab...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Dukungan Keluarga Inti
1.Pengertian Dukungan Keluarga Inti
Menurut King, (dalam Bara 2015), dukungan sosial (social support)
adalah informasi dan umpan balik dari orang lain yang menunjukkan bahwa
seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai dan dihormati, dilibatkan dalam
jaringan komunikasi dan kewajiban dan timbal balik. Sarafino (2012)
mengartikan dukungan sosial sebagai bantuan yang diterima individu dari
orang lain atau kelompok sekitarnya, yang membuat penerima merasa nyaman,
dicintai, dan dihargai. Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat
bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga
orang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan. (Cohen & Smet
dalam Harnilawati, 2013). Menurut DiMatteo (1991), dukungan sosial adalah
dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga,
tetangga, rekan kerja, dan orang lain.
Menurut Sarason (Baron & Byrne, 2005) dukungan sosial adalah
kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain.
Friedman, (dalam Dyah, 2016) mengatakan bahwa dukungan sosial keluarga
adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga pada anggotanya. Keluarga
memandang orang yang mendukung selalu siap memberikan bantuan dan
pertolongan jika dibutuhkan.
9
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
dukungan sosial adalah bantuan yang diterima seseorang dari orang lain yang
bermanfaat bagi penerima dan membuat penerima dukungan sosial merasa
nyaman, dicintai, dan dihargai.
Keluarga merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Dalam
bukunya social structure, Murdoock (dalam Lestari, 2013) menguraikan bahwa
keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal
bersama, terdapat kerjasama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi. Melalui
surveinya terhadap 250 perwakilan masyarakat yang dilakukan sejak tahun
1937. Murdock menemukan tiga tipe keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear
family), keluarga poligami (polygamous family), dan keluarga batih (extended
family). Berdasarkan penilitiannya tersebut Murdock menyatakan bahwa
keluarga inti adalah kelompok sosial yang bersifat universal. Para anggota dari
keluarga inti bukan hanya membentuk kelompok sosial, melainkan juga
menjalankan empat fungsi universal dari keluarga yaitu seksual, reproduksi,
pendidikan, dan ekonomi (Lestari, 2013).
Menurut Koerner dan Fitzpatrick (dalam Lestari, 2013) definisi tentang
keluarga setidaknya dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu
definisi struktural, definisi fungsional, dan definisi interaksional.
a. Definisi struktural
Keluarga didefinisikan berdasar kehadiran atau ketidakhadiran
anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat. Definisi ini
memfokuskan pada apa yang menjadi bagian dari keluarga. Dari perspektif
10
ini dapat muncul pengertian tentang keluarga sebagai asal-ususl (families of
origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of
procreation), dan keluarga batih (extended family).
b. Definisi fungsional
Keluarga didefinisikan sebgai penekanan pada terpenuhinya tugas-
tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi tersebut mencakup perawatan,
sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, dan pemenuhan peran
tertentu. Definisi ini memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh
keluarga.
c. Definisi transaksional
Keluarga didefinisikan sebgai kelompok yang mengembangkan
keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan rasa identitas
sebagia keluarga (family dentiity) berupa ikatan emosi keluarga, pengalaman
historis, maupun cita-cita di masa depan. Definisi ini memfokuskan pada
bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.
Keluarga inti pada umumnya dibangun berdasarkan ikatan perkawinan.
Perkawinan menjadi pondasi bagi keluarga, oleh karena itu ketika sepasang
manusia menikah akan lahir keluarga yang baru. Adapun keluarga batih
dibangun berdasarkan hubungan antar generasi, bukan antar pasangan.
Keluarga batih biasanya terdapat dalam masyarakat yang memandang penting
hubungan kekerabatan. Hubungan perkawinan berada padaposisi sekunder
dibanding hubungan dengan orang tua. Dalam beberapa budaya, seperti
penduduk asli Amerika, Italia, Meksiko, dan Asia, penekanan terhadap
11
pentingnya keluarga batih menjadikan kewajiban terhadap keluarga berada
diatas kewajiban terhadap diri sendiri (Lestari, 2013).
Harnilawati (2013) mengatakan bahwa secara tradisional keluarga dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah(kakek-nenek, paman-
bibi, dan lain-lain).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
keluarga inti adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
dibangun berdasarkan ikatan perkawinan dan menjalankan empat fungsi
universal dari keluarga yaitu seksual, reproduksi, pendidikan, dan ekonomi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
dukungan sosial keluarga inti adalah tindakan berupa bantuan yang diterima
seseorang dari anggota keluarganya yakni ayah, ibu atau anak yang bermanfaat
bagi penerima dan membuat penerima dukungan sosial merasa nyaman,
dicintai, dan dihargai.
2.Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial Keluarga Inti
Sarafino (2012) menyatakan bahwa dukungan sosial keluarga meliputi
beberapa kategori, antara lain;
a. Emotional or esteem support yang meliputi empati, peduli, perhatian,
memberikan hal-hal positif, dan memberikan dorongan kepada seseorang.
12
Hal tersebut memberikan kenyamanan dan jaminan dengan rasa dimiliki
dan dicintai pada saat stress.
b. Tangible or instrumental support yakni melibatkan bantuan secara
langsung, seperti ketika orang memberikan atau meminjamkan uangnya,
atau bantuan mengerjakan tugas-tugas pada saat mengalami stress.
c. Informational support seperti memberikan nasehat, saran-saran, termasuk
umpan balik tentang bagaimana yang sesorang akan lakukan, misalnya
mendapatkan informasi tentang penyakit dari dokter atau keluarga
bagaimana memperlakukan penyakitnya.
d. Companionship support yang mengacu pada kesediaan dan ketersediaan
lain untuk menghabiskan waktu dengan seseorang, sehingga memberikan
perasaan menjadi anggota dalam kelompok orang-orang yang barbagi
keinginan dan aktivitas sosial.
Menurut Taylor ada empat bentuk dukungan sosial yaitu :
a. Tangible Assistence (bantuan nyata) mencakup menyediakan materiil,
seperti pelayanan, bantuan keuangan atau barang.
b. Informational Support (dukungan informasi) memberikan setiap informasi
yang dibutuhkan keluarga.
c. Emotional support (dukungan emosional) dengan menentramkan hati
individu bahwa ia adalah individu berharga dan dipedulikan
d. Invisible support (dukungan terselubung) yaitu ketika individu menerima
bantuan dari orang lain yang tidak menyadari telah membantu, tetapi
bantuan tersebut tetap bermanfaat bagi penerima (Taylor, 2006).
13
Bart dan Caplan, (dalam Katarina, 2014) menjelaskan jenis dukungan
sosial antara lain;
a. Dukungan informasional
Keluarga berperan sebagai pemberi sugesti, saran, petunjuk, informasi,
serta umpan balik yang digunakan untuk mengungkapkan masalah.
b. Dukungan penilaian
Dukungan ini terjadi melalui ekspresi penghargaan yang positif, dorongan,
semangat, atau persetujuan dengan ide atau perasaan yang dikemukakan
individu serta perbandingan yang positif antara individu dengan orang lain.
c. Dukungan instrumental
Keluarga berperan untuk memberikan bantuan langsung dalam hal ini,
memperhatikan kesehatan penderita dalam hal kebutuhan dan minum,
istirahat, serta membantu penderita dalam pemulihan kesehatannya.
d. Dukungan emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang
yang bersangkutan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bentu dukungan
sosial terbagi menjadi empat macam yakni :
a. Dukungan emosi meliputi empati, peduli, perhatian, memberikan hal-
hal positif, dan memberikan dorongan kepada seseorang.
b. Dukungan instrument yakni melibatkan bantuan secara langsung,
seperti ketika orang memberikan atau meminjamkan uangnya, atau
bantuan mengerjakan tugas-tugas pada saat mengalami stress.
14
c. Dukungan informasi seperti memberikan nasehat, saran-saran,
termasuk umpan balik tentang bagaimana yang sesorang akan lakukan,
misalnya mendapatkan informasi tentang penyakit dari dokter atau
keluarga bagaimana memperlakukan penyakitnya.
d. Dukungan ketersediaan yang mengacu pada kesediaan dan
ketersediaan lain untuk menghabiskan waktu dengan seseorang,
sehingga memberikan perasaan menjadi anggota dalam kelompok
orang-orang yang barbagi keinginan dan aktivitas sosial.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial Penderita Penyakit
Jantung
Menurut Stanley (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan
sosial adalah sebagai berikut;
a. Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan
fisik meliputi sandang, pangan, dan papan. Apabila seseorang tidak
tercukupi kebutuhan fisiknya tersebut maka seseorang tersebut akan
kurang mendapat dukungan sosial.
b. Kebutuhan sosial yang baik maka seseorang lebih oleh masyaraakat
daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat. Orang yang
mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan
pengakuan di dalam kehidupan masyarakat.
Myres (dalam Komalasari, 2006) membagi tiga faktor penting yang
mendorong seseorang untuk memberikan dukungan yang positif, antara lain
yaitu;
15
a. Empati yakni turut turut merasakan kesusahan orang lain dengan tujuan
mengantisipasi emosi dan memotivasi tingkah laku untuk mengurangi
kesusahan dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.
b. Norma dan nilai sosial yang berguna utnuk membimbing individu untuk
menjalankan kewajiban dalam kehidupan.
c. Pertukaran social
Hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta, pelayanan,
informasi. Keseimbangan dalam pertukaran akan menghasilkan kondisi
hubungan interpersonal yang memuasan. Pengalaman akan pertuaran
secara timbal balik ini membuat individu lebih percaya bahwa orang lain
akan menyediakan.
Pertukaran sosial yaitu hubungan timbal balik dari perilaku sosial antara
cinta, pelayanan, informasi dan status dengan strategi minimal, yang bertujuan
meminimalkan korban dan memaksimalkan reward, dan untuk meramalkan
tingkah laku seseorang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi
dukungan sosial terhadap penderita penyakit jantung adalah kebutuhan fisik,
kebutuhan sosial, empati, norma, serta pertukaran sosial. Dukungan sosial yang
diterima penderita dapat berbeda-beda tergantung factor yang
mempengaruhinya.
4. Sumber-Sumber Dukungan Sosial
Menurut Dimatto (1991), dukungan sosial merupakan bentuk dukungan
atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga,
16
rekan kerja, dan orang lain. Dukungan sosial dapat berasal dari pasangan atau
partner, anggota keluarga, kawan, kontak sosial dan masyarakat, teman
sekelompok, jamaah gereja atau masjid, dan teman kerja atau atasan di tempat
kerja (Buunk, Doosje, Jans & Hopstaken, dalam Pomeranz, 2104).
Dukungan sosial juga dapat bersumber dari keluarga, karena keluarga
merupakan kelompok sosial terkecil pertama kali dimasuki individu. Keluarga
juga berfungsi sebagai tempat keluh kesah dan berbagai rasa apabila individu
mengalami kesulitan (Taylor dalam Maulida, 2007). Menurut (Ganster dalam
Maulida 2007), sumber-sumber dukungan sosial ada empat, yaitu: supervisor,
co-worker, keluarga dan teman.
Murdock menemukan tiga tipe keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear
family), keluarga poligami (polygamous family), dan keluarga batih (extended
family). Berdasarkan penilitiannya tersebut Murdock menyatakan bahwa
keluarga inti adalah kelompok sosial yang bersifat universal. Para anggota dari
keluarga inti bukan hanya membentuk kelompok sosial, melainkan juga
menjalankan empat fungsi universal dari keluarga yaitu seksual, reproduksi,
pendidikan, dan ekonomi (Lestari, 2013).
Selanjutnya dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan
interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stres yang buruk (Kaplan
dan Sadock, 2002). Friedman (1998), dukungan keluarga adalah dukungan
yang mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota
keluarga sebagai suatu yang dapat diakses/diadakan untuk anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersikap mendukung selalu siap memberikan
17
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Menurut Kane dalam Friedman
(1998) dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosialnya. Dukungan keluarga juga merupakan sebuah
proses yang terjadi sepanjang kehidupan masa kehidupan, sifat dan jenis
dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap siklus kehidupan.
Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti
dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung, dan dukungan
keluarga eksternal, yaitu duungan eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan
kerja keluarga). Friedman (1998), studi-studi tentang dukungan keluarga telah
mengkonseptulisasi dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan
yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
sumber-sumber dukungan yakni adalah dari pasangan atau partner, anggota
keluarga, kawan, kontak sosial dan masyarakat, teman sekelompok, jamaah
gereja atau masjid, dan teman kerja atau atasan di tempat kerja. Sedangkan
dukungan keluarga dibagi menjadi dukungan keluarga internal dan dukungan
keluarga eksternal. Dukungan tersebut dibutuhkan khususnya untuk penderita
penyakit jantung. Sehingga dukungan keluarga inti pada penderita penyakit
jantung yakni dukungan keluarga internal seperti dukungan dari suami/istri
atau dukungan dari saudara kandung yang diberikan kepada penderita penyakit
jantung.
18
B.Penyakit Jantung
1.Pengertian Penyakit Jantung
The State Gooverment of Victoria (dalam Islamee, 2008), menjelaskan
bahwa penyakit jantung adalah penyakit pada pembuluh darah jantung. Risiko
terjadinya penyakit jantung dapat dikurangi dengan menjalankan tahap untuk
mencegah dan mengontrol faktor risiko yang memperburuk terjadinya penyakit
jantung atau serangan jantung. Menurut WHO (2011), penyakit jantung dan
pembuluh darah yaitu mencakup keseluruhan gangguan dan penyakit pada otot
jantung dan sistem penyediaan darah menuju jantung. Adapun jenis penyakit
jantung dalam pedoman pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah ,
adalah sebagai berikut:
a. Penyakit jantung koroner (PJK, penyakit jantung iskemik, serangan
jantung, infark miokard, angina pektoris).
b. Penyakit gagal jantung
c. Penyakit jantung hipertensi
d. Penyakit jantung pembuluh darah perifer
e. Penyakit jantung bawaan
f. Penyakit kardimiopathy
g. Penyakit jantung katub.
h. Penyakit jantung rematik
Masing-masing jenis penyakit jantung tersebut memiliki definisi dan
penyebab yang berbeda-beda, adapun pengertian dari masing-masing jenis
penyakit jantung adalah sebagai berikut;
19
a. Penyakit jantung Koroner
Penyakit jantung koroner (coronary hearth disease, CHD)
merupakan penyakit yang terjadi karena pendangkalan atau penghambatan
pembuluh nadi koroner yang menyediakan darah yang kaya oksigen untuk
otot jantung. CHD termasuk arteriosclerosis, atherosclerosis, angina
pectoris myocardial infraction. Arteriosclerosis adalah kondisi dimana
dindin arteri koroner menebal dan kehilangan elastisitasnya. Bentuk
khusus arteriosclerosis adalah atherosclerosis, di mana dinding arterial
menjadi dangkal dan mengeras karena pembentukan lempengan lemak.
Lempengan ini terdiri dari kolesterol, suatu zat lemak darah yang
diproduksi tubuh dan dihasilkan dari lemak jenuh makanan. Ketika
lempengan yang terbentuk pada arteri koroner menghambat aliran darah,
terjadi kekurangan persediaan oksigen yang diberikan dinding jantung
yang dapat menghasilkan angina pectoris (sakit dada) dan myocardial
infarction (serangan jantung). Anginapectoris merupakan suatu bentuk
sakit jantung di mana penderita merasa sakit dan tekanan di dalam dadanya
karena penghambatan singkat atau tidak lengkap dari darah yang
mengandung oksigen ke dalam jantung. Myocardial infarction merupakan
penghambatan yang berat dan lama darah ke dalam jantung yang
menyebabkan jaringan otot mengalami kerusakan.
Emosi negatif, seperti sikap permusuhan, merupakan hal yang
mendorong CHD. Termasuk di dalamnya stres. Karyawan yang memiliki
tuntutan kerja tinggi, namun tidak puas dalam pekerjaannya lebih sering
20
mendapatkan CHD dibanding karyawan yang tuntutan pekerjaannya tidak
begitu tinggi. Selain itu penelitian menunjukkan tipe kepribadian tertentu
yang lebih rentan terkena penyakit jantung. Mereka dengan pola perilaku
tipe A yang merupakan individu agresif yang berusaha mencapai sesuatu
lebih banyak dengan waktu yang lebih sedikit, lebih mudah terserang
penyakit jantung dari tipe B yang memiliki tipe perilaku sebaliknya
(Purwakania Hasan, Aliah B, 2008).
b. Penyakit Gagal Jantung
Kasper dalam Rachma, (2014) menjelaskan bahwa gagal janntung
adalah sindroma klinik yang ditandai oleh adanya kelainan pada struktur
atau fungsi jantung yang mengakibatkan fungsi jantung tidak dapat
memompa darah secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan metabolism
jaringan. Gagal jantung ditandai dengan manifestasi klinik berupa kongesti
sirkulasi, sesak, fatigue, dan kelemahan.
Dalam Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung oleh PERKI, 2015
dijelaskan bahwa gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks di
mana seseorang pasien harus memiliki tampilan berupa: gejala gagal
jantung (nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat melakukan
aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau
endema pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari gangguan struktur
atau fungsi jantung saat istirahat.
21
c. Penyakit Jantung Rematik (PJR)
Penyakit jantung rematik terutama terdapat sebagai cacat pada
katup akibat valvulitis. Mungkin ada bekas-bekas juga pada endokardium
murale, miokard atau perikard, namun bekas-bekas itu jarang terdapat dan
tidak menunjukkan gejala-gejala khas (Kertohoesodo, 1987). Menurut
Donald, (1996) Demam rematik atau penyakit jantung rematik adalah suatu
reaksi “autoimun” terhadap faringitis streptokokus beta-hemolitikus grup
A yang mekanismenya belum sepenuhnya dimengerti. Suatu penyakit yang
sembuh diri, menyerang sendi, kulit, otak, lapisan serosa dan jantung. Bila
bukan karena kerusakan katub jantung yang ditimbulkannya, penyakit ini
kurang dianggap penting.
d. Penyakit Aritmia Jantung
Aritmia jantung adalah kelainan elektrofisiologi jantung yang dapat
disebabkan oleh beberapa faktor misalnya gangguan sistem konduksi
jantung sekaligus gangguan pembentukan dan/atau penghantaran impuls
(Huikuri dkk dalam Syafiq, 2009).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
penyakit jantung adalah adalah penyakit pada pembuluh darah jantung,
sedangkan jenis penyakit jantung adalah Penyakit jantung koroner (PJK,
penyakit jantung iskemik, serangan jantung, infark miokard, angina
pektoris), Penyakit gagal jantung, Penyakit jantung hipertensi, Penyakit
jantung pembuluh darah perifer, Penyakit jantung bawaan, Penyakit
kardimiopathy, Penyakit jantung katub, Penyakit jantung rematik.
22
2. Gejala Penyakit Jantung
Penyakit jantung sering kali menyebabkan gejala yang berupa nyeri
dada atau sesak. Nyeri angina yang timbul pada saat melakukan kerja fisik atau
pada keadaan stres dan emosional. Sesak napas dan rasa letih yang berlebihan
terutama pada saat melakukan kerja fisik yang disebabkan oleh berkurangnya
aliran darah dan juga oksigen keotot-otot. Berdebar atau palpitasi terjadi akibat
adanya peningkatan denyut jantung atau kehilangan iramanya atau iramanya
bertambah cepat tanpa sebab dapat mengakibatkan pingsan tetapi palpitasi
menimbulkan rasa tidak enak dan rasa takut. Rasa takut yang berlebihan akan
membuat individu merasa kehilangan kepercayaan diri (Komalasari, 2006).
a. Gejala Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang mengacu pada
penyempitan dan penyumbatan pada arteri koroner yang menyuplai
jantung dengan darah yang kaya oksigen. Adapun simtom pada serangan
jantung menurut AHA 2010 dalam Sarafino, (2012) adalah sebagai berikut:
1) Tekanan yang tidak nyaman, terasa diremas-remas, atau nyeri pada
tengah dada yang berlangsung lama selama beberapa menit
2) Nyeri atau tidak nyaman menyebar rahang, bahu, leher, atau lengan.
3) Nafas pendek-pendek
4) Mual
Adanya aterosklerosis koroner dimana terjadi kelainan pada intima,
awalnya hanya berupa bercak fibrosa (fibrosis plaque). Namun selanjutnya
terjadi urelasasi, pendarahan, klasifikasi dan thrombosis. Dan dalam
23
perjalanannya, kejadian asterosklerosis tidak hanya disebabkan oleh factor
tunggal, akan tetapi juga disertai dengan banyak factor lain, seperti
hipertensi, kadar lipid, rokok, dan kadar gula darah yang abnormal.
1) Angina Pectoris,
Adanya angina pectoris
2) Kualitas nyeri dada yang khas, Yaitu perasaan dada tertekan, merasa
terbakar, atau susah bernapas;
3) Lokasi nyeri Yaitu restrosternal yang menjalar ke leher, rahang, atau
mastoid dan turunke lengan kiri;
4) Faktor pencetus
Seperti emosi, bekerja sesudah makan, atau dalam udara dingin.
5) Stable Angina Pectoris
Kebuthan metabolik otot jantung dan energi yang tak dapat dipenuhi
karena terdapat stenosis menetap arteri koroner yang disebabkan oleh
proses aterosklerosis. Keluhan nyeri dada timbul bila bekerja.
6) Unstable Angina Pectoris
Penyebab unstable angina pectoris primer adalah adanya kontraksi
otot polos pembuluh koroner, sehingga mengakibatkan iseka miokard.
7) Infark Miokard Akut
Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari pengobatan
karena rasa sakit di dada. Serangan infark miokard biasanya akut,
dengan rasa sakit seperti angina, tetapi tidakbiasa (Naga, 2013).
24
Adapun gejala penyakit jantung koroner yang spesifik adalah nyeri
dada seperti di tindih beban berat. Gejala penyakit jantung koroner
sebenarnya bervariasi namun yang paling banyak dan paling kentara
adalah “nyeri dada”. Nyeri ini bisa menjalar ke lengan kiri dan rahang kiri,
nyeri dada tersebut bisa diserati gejala seperti mual, keringat dingin,
pusing, dan bahkan muntah (Kurniadi, 2013).
b. GejalaPenyakit Gagal Jantung
Kegagalan pada jantung memberikan tanda berupa takipnea, rales
ataucrackles yang mana mengindikasikan terjadinya edema pulmonary,
perkusi yang redup pada area paru dan penurunan suara nafas terutama
pada basal paru mengindikasikan terjadinya efusi pleura, dan terjadinya
sianosis akibat penurunan difusi oksigen pada kapiler pulmonary (Medical
Criteria, dalam Rachma, 2014). Penurunan cardiac output (mudah lelah,
danlemah) atauretensi cairan (dyspnea,orthopnea, dan “cardiac
wheezing”). Pada kasus dengan kegagalan pada jantung kanan dapat
menyebabkan terjadinya kongetif hepar. Retensi cairan juga menyebabkan
edema periferdan asites. Kegagalan pada jantung kiri dapat menyebabkan
gejala berupa munculnya dyspnea on effort. Pulmonary congestion(dengan
crackles dan wheezing) dominan muncul terutama pada keadaan akut
maupun sub akut (Osama, dalam Rachma, 2014).
25
c. Gejala Penyakit Jantung Rematik
1. Munculnya Dispne
Gejala pertama yang biasanya muncul dan banyak dirasakan penderita
penyakit jantung adalah efek sesak napas. Penderita menyadari bahwa
satu upaya seperti menaiki tangga pesawat yang sebelumnya tidak
pernah menimbulkan kesulitan baginya, akan menimbulkan perasaan
tidak enak, seolah-olah tidak cukup udara yang masuk ke paru-paru.
Kadang-kadang hal ini juga menimbulkan perasaan dada menyempit,
seolah terikat tali.
2. Munculnya Edema Perifer
Biasanya keluhan dari penderita adalah pada saat bangun tidur di pagi
hari, kaki masih tampak normal. Namun semakin siang, kaki dan
pergelangan kaki membengkak dan apabila ia membuka sepatu, maka
ia tidak akan dapat lagi mengenakannya.
3. Munculnya Sianosis
Sinus-sinus hati pada gagal jantung selalu terdapat darah yang sangat
berlebihan, sehingga hati akan membengkak dan pada palpasi akan
terasa lunak dan sakit.
d. Gejala Penyakit Aritmia Jantung
Maharani, (2011) menjelaskan gejala-gejala pasien yang
mengalami aritmia adalah mengalami keluhan palpitasi yang timbulnya
dan hilangnya mendadak. Sinkope dapat terjaadi apabila denyut jantung
terlalu cepat sehingga menurunkan curah jantung.
26
Jadi dari beberapa uraian di atas dapat disimpilkan bahwa gejala penyait
jantung adalah nyeri dada atau sesak. Sesak napas dan rasa letih yang
berlebihan terutama pada saat melakukan kerja fisik yang disebabkan oleh
berkurangnya aliran darah dan juga oksigen keotot-otot.
3. Dampak Penyakit Jantung
Orang-orang yang telah mengalami serangan jantung sering mengalami
kesulitan untuk kembali bekerja. Mereka lebih memberikan peringatan
terhadap aktivitas tertentu. Khususnya terkait stress atau yang mungkin
mempengaruhi aktivitas sistem saraf simpatik (Taylor, 2006). Sedangkan
dampak psikologis penyakit jantung bagi penderitanya meliputi depresi yakni
masalah signifikan selama rehabilitasi jantung, seperti itu seluruh managemen
penyakit jantung koroner. Pasien jantung koroner dengan depresi yang tinggi
atau kecemasan yang tinggi mengalami penurunan variabilitas detak jantung
dibandingkan aturannya. Menunjukkan bahwa mereka mungkin memiliki
perubahan yang berkelanjutan dalam otonom modulasi sistem saraf mereka
dari waktu ke waktu. Depresi dan kecemasan tidak hanya kualitas kompromi
hidup, tetapi mereka juga memprediksi dari pengobatan dan kematian diantara
orang-orang yang telah terdiagnosis jantung koroner. Faktor psikologi, seperti
depresi mungkin juga karena tanggapan terhadap terapi obat (Taylor, 2006).
Tingkat disabilitas pasien mungkin akan mempengaruhi seberapa baik
mereka dan keluarga mereka menyesuaikan diri dengan kondisi mereka.
Penyakit jantung dan hubungan keluarga mempunyai hubungan yang erat.
Telah ditulis sebelumnya bahwa pasien penyakit jantung dengan dukungan
27
sosial yang kuat mampu memprecepat pemulihan dan bertahan lebih lama
daripada mereka yang kurang mendapatkan dukungan sosial (Lett et al., 2005;
Wills & Fegan, 2001) dalam Sarafino, (2012). Beberapa pasien jantung,
kesulitan yang dialami keluarga seperti pertengkaran yang terjadi karena
masalah finansial atau seksual, karena ada masalah sebelumnya akan lebih
memperburuk (Croog & Fitzgerald, 1978; Swan, &Rosenman, 1986.) dalam
Sarafino, (2012). Tetapi ketika terjadi hubugan yang harmonis sebelum terjadi
serangan jantung, penyakit ini akan menambah stress semua anggota keluarga.
Selama beberapa minggu atau beberapa bulan setelah terjadi serangan jantung,
level depresi dan kecemasan pasien meningkat, tetapi akan menurun pada
tahun berikutnya.
Penyakit kronis yang diderita oleh individu dalam waktu lama,
membutuhkan perawatan dalam jangka waktu lama, hingga gejala penyait
terdebut dapat muncul secara tiba-tiba sampai menimbulan kematian yang
tentunya akan membawa dampa psiologis. Misalnya, munculnya respon
emosional, seperti penyangkalan atau penolaan, kecemasan, dan depresi. Pada
kondisi ini indiidu memiliki pilihan untuk memaknai kondisi sakitnya atau
tidak (Bastaman, 2007).
Maslow, Heylon, McRee, Ford & Hepern (2010). Penderita penyakit
kronis lebih berpeluang mengalami ketergantungan dalam menerima bantuan
public. kondisi tersebut menunjukkan ketidakoptimalan penderita penyakit
kronis dalam menjalani kehidupannya.
28
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan dampak dari penyakit
jantung adalah meliputi depresi yakni masalah signifikan selama rehabilitasi
jantung munculnya respon emosional, seperti penyangkalan atau penolakan,
kecemasan, dan depresi. Dari hal tersebut dikatakan bahwa Penyakit jantung
dan hubungan keluarga mempunyai hubungan yang erat. Telah ditulis
sebelumnya bahwa pasien penyakit jantung dengan dukungan sosial yang kuat
mampu memprecepat pemulihan dan bertahan lebih lama daripada mereka
yang kurang mendapatkan dukungan sosial
4. Dukungan Keluarga Terhadan Penderita Jantung
Orang-orang yang telah mengalami serangan jantung sering mengalami
kesulitan untuk kembali bekerja. Mereka lebih memberikan peringatan terhadap
aktivitas tertentu. Khususnya terkait stress atau yang mungkin mempengaruhi
aktivitas sistem saraf simpatik (Taylor, 2006). Sedangkan dampak psikologis
penyakit jantung bagi penderitanya meliputi depresi yakni masalah signifikan
selama rehabilitasi jantung, seperti itu seluruh managemen penyakit jantung
koroner.
Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkungan sosial. Efek dari dukungan sosial terhadap
kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik,
keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan
menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik
dan kesehatan emosi. Selain itu pengaruh positif dari dukungan sosial keluarga
adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh
29
dengan stres. Dalam semua tahap, menjadikan keluarga mampu berfungsi
dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan
dan adaptasi mereka dalam kehidupan (Setiadi, 2008).
Berdasarkan hal tersebut dukungan keluarga mampu menurunkan efek
negatif yang ditimbilkan dari sakit jantung.
C.Pertanyaan Penelitian
Penelitian mengenai dukungan sosial keluarga inti terhadap pasien
penyakit jantung diawali dengan mengajukan pertanyaan penelitian. Menurut
Creswell (dalam Maulida, 2007), pertanyaan penelitian dalam penelitian
kualitatif yakni sebagai berikut:
1.Central Question
Dalam penelitian ini Central Question berbunyi:
Bagaimanakah gambaran dukungan keluarga inti terhadap penderita
penyakit jantung?