BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/2068/3/TAUFIK RAMDHANI BAB...
Embed Size (px)
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/2068/3/TAUFIK RAMDHANI BAB...

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Perawat
a. Pengertian
International Council Of Nurses, menyebutkan bahwa perawat adalah
seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang
di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan terhadap pasien (Nursalam,
2001). Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh Pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang
Republik Indonesia tentang Keperawatan Nomor 38 (2014).
b. Fungsi dan peran perawat
1) Fungsi perawat
Perawat adalah tenaga profesional di bidang perawatan kesehatan yang
terlibat dalam kegiatn perawatan. Perawat bertanggung jawab untuk perawatan,
perlindungan, dan pemulihan orang yang luka atau pasien, penderita akut atau
kronis, pemeliharaan kesehatan orang sehat dan penanganan keadaan darurat
yang mengancam nyawa dalam berbagai jenis perawatan kesehatan. Perawat
juga dapat terlibat dalam riset medis dan perawatan serta menjalankan beragam
fungsi non-klinis yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi perawatan
kesehatan (Depkes, 2005).
Dalam prakteknya, fungsi perawat terdiri atas tiga fungsi, yaitu independen,
interdependen, dan dependen (Praptianingsih, 2007).
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

10
a) Fungsi Independen
Fungsi independen perawat adalah those activities that are considered to be
within nursing of diagnosis and treatment. Dalam fungsi ini, tindakan
perawat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat
mandiri, berdasarkan pada ilmuan dan kiat keperawatan. Oleh karena itu,
perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang muncul daeri tindakan
yang diambil. Contoh tindakan perawat dalam menjalankan fungsi
independen adalah:
Pengkajian seluruh sejarah kesehatan pasien/keluarganaya dan menguji
secara fisik untuk menentukan status kesehatan.
b) Fungsi Interdependen
Fungsi interdependen perawat adalah carried out conjuction with other
health team members. Tindakan perawat berdasar pada kerjasama dengan
team perawat bersama tenaga kesehatan lainnya berkolaborasi
mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya bergabung dalam
sebuah team yang dipimpin oleh seorang dokter. Sebagai tenaga kesehatan,
masing-masing tenaga kesehatan mempunyai kewajiban untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai bidang ilmunya.
c) Fungsi Dependen
Fungsi dependen perawat adalah the performed based on the phyician’s
order. Dalam fungsi ini, perawat bertindak membantu dokter memberikan
pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter
dan seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian
obat, dan melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan
medis menjadi tanggung jawab dokter. Setiap tindakan perawat yang
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

11
berdasarkan perintah dokter, dengan menghormati hak pasien tidak
termasuk dalam tanggung jawab perawat.
2) Peran Perawat
Aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberi asuhan
keperawatan, praktek keperawatan, pengelola institusi keperawatan, pendidikan
klien, serta kegiatan penelitian di bidang keperawatan (Nursalam, 2007) :
a) Peran Pelaksana
Peran ini dikenal dengan peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai
individu, keluarga dan masyarakat dengan metoda pendekatan pemecah
masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini,
perawat bertindak sebagai comforter, protector, advocate, communicator,
dan rehabilitator.
Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa
aman pada klien. Peran protector dan advocate lebih berfokus kepada
kemampuan perawat melindungi dan menjamin hak dan kewajiban klien
agar terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
Peran sebagai communictor, perawat bertindak sebagai penghubung antara
klien dengan anggota kesehatan lainnya. Peran ini erat kaitannya dengan
keberadaan perawat mendampingi klien sebagai pemberi asuhan
keperawatan selama 24 jam, sedangkan rehabilitator, berhubungan erat
dengan tujuan pemberian keperawatan, yakni mengembalikan fungsi organ
atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

12
b) Peran sebagai Pendidik
Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah
tanggung jawabnya. Peran ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun
bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan.
c) Peran sebagai pengelola
Sebagai pengelola, perawat melakukan pemantauan dan menjamin kualitas
asuhan atau pelayanan keperawatan serta mengordinasikan dan
mengendalikan sistem pelayanan keperawatan. Secara umum, pengetahuan
keperawatan tentang fungsi, posisi, lingkup, kewenangan, dan tanggung
jawab, sebagai pelaksana, belum maksimal. Mayoritas perawat hampir
tidak berpengaruh dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
2. Karakteristik perawat
a. Usia
Menurut Mangkunegara (2009) karyawan yang lebih tua mempunyai pengalaman
menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaannya sedangkan karyawan yang lebih
muda cenderung merasa kurang puas karena apa yang mereka harapkan lebih tinggi
sehingga harapan dan realita kerja terjadi kesenjangan atau ketidakseimbangan yang
dapat menyebabkan perawat tidak puas.
b. Jenis Kelamin
Menurut Muadi (2009) menyatakan bahwa secara konsisten tidak ada perbedaan
antara kinerja laki-laki dan perempuan dalam kemampuan memecahkan masalah,
keterampilan analisis, dorongan kompetisi, motivasi, dan kemampuan belajar.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

13
c. Pendidikan
Individu yang lebih tinggi pendidikannya akan lebih mampu berpikir luas dan
memiliki inisiatif serta kreatif sehingga dapat menemukan upaya-upaya yang lebih
efesien dalam pekerjaan yang menyebabkan terciptanya kepuasan kerja
(Mangkunegara, 2009)
d. Lama Kerja
Menurut Robbins (2006), senioritas sebagai lama seseorang menjalankan pekerjaan
tertentu secara konsisten berhubungan negatif dengan masuk keluarnya karyawan.
Sedangkan menurut Siagian (2009), lama kerja menyebabkan seseorang semakin
terampil dan berpengalaman dalam menyelesaikan problematika kerja sehingga
hasil kerja yang diperoleh mendatangkan kepuasan kerja.
e. Level jenjang karier
Menurut Marquis dan Hustoan (2010) jenjang karier akan meningkatkan kualitas
kerja perawat, perawat akan berusaha untuk mengontrol karirnya dan memilih karier
yang lebih baik sehingga akan terus berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja.
3. Komunikasi
a. Pengertian
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dalam kelompok sosial,
komunitas, organisasi dan masyarakat. Dalam kehidupan sehari hari manusia
berinteraksi dengan cara berkomunikasi dengan orang lain guna menjalin relasi antar
sesama. Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan social
manusia. Alasan itulah yang menyebabkan manusia sangat memerlukan komunikasi
dalam kehidupannya.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

14
Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat
kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan (Effendy, 2006:9).
Sedangkan secara terminologis Komunikasi berarti penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain.
Menurut Harold Lasswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kapada komunikan melalui media yang menimbulkan efek-efek
tertentu. Jadi komunikasi disini adalah proses pengkabaran atau penyampaian
informasi atau pesan dari komunikator ke komunikan atau khalayak menggunakan
media tertentu (Effendy, 2006;10). Unsur-unsur komunikasi yang terdapat didalam
komunikasi menurut Laswell, yaitu :
1) Penyampai Pesan (Komunikator)
Komunikator adalah seseorang yang memberikan pesan kepada komunikan.
Dalam hal ini seorang komunikator harus mampu mengetahui dan memahami
apa yang ingin disampaikannya kepada komunikan, karena sebuah pesan tidak
akan sampai dengan baik apabila komunikatornya tidak memahami apa yang
ingin disampaikan.
2) Pesan
Sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
harus memilik makna. Makna tersebut sebaiknya bukan makna yang harus
dicerna terlebih dahulu melainkan makna yang mudah dipahami agar dalam
berkomuikasi pesan yang ingin disampaikan komunikator dapat mudah
dimengerti oleh komunikan.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

15
3) Media
Sebuah pesan dapat disalurkan menggunakan berbagai macam media. Media
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan antara lain udara, televisi,
radio, telepon, surat, koran, majalah, dan lainnya.
4) Penerima pesan (Komunikan)
Seorang pengirim pesan sebaiknya mengetahui kepada siapa pesan tersebut
ingin disampaikan. Sebuah komunikasi dikatakan berhasil jika pesan yang
disampaikan oleh komunikator sampai diterima dengan baik oleh komunikan.
5) Efek
Efek atau dampak apa yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan
yang disampaikan oleh komunikator. Sebuah pesan dikatakan memilih makna
atau arti bagi orang yang menerimanya apabila pesan tersebut memiliki dampak
yang dapat merubah sudut pandang oranglain misalnya cara berpikir, sikap,
perilaku, dan lain-lain.
b. Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada dasarnya merupakan cara komunikator menyampaikan
suatu pesan hingga pesan tersebut dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan.
Proses komunikasi ini dilakukan dengan beberapa tahapan yang teratur agar
penyampaian pesan dari komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan.
Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif sesuai
dengan tujuan komunikasi.
Proses komunikasi-komunikasi yang dijelaskan dalam buku Effendy.O.U
(2006:11) dalam bukunya berjudul Ilmu Komuikasi Teori dan Praktek dibagi
menjadi dua tahap, yakni proses komunikasi secara primer dan proses komunikasi
secara sekunder.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

16
1) Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada oranglain dengan menggunakan lambing (symbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung
mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan. Proses komunikasi ini berlangsung secara tatap muka sehingga
umpan balik atau fedback yang diberikan komunikan dapat diterima secara
langsung oleh komunikator.
2) Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada oranglain dengan menggunakan alat atau media. Media yang
sering digunakan dalam komunikasi diantaranya surat, telepon, surat kabar,
radio, televisi, dan lainnya. Proses komunikasi ini tidak terjadi secara tatap muka
seperti komunikasi primer sehingga umpan balik atau feedback dalam
komunikasi bermedia seperti ini menjad tertunda.
c. Tujuan komunikasi
Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien memperjelas
dan mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan guna mengubah
situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan. Disamping itu
juga untuk mengurangi keraguan serta membantu dilakukannya tindakan yang
efektif, mempererat interaksi kedua pihak yakni antara perawat dan pasien secara
profesional dan proporsiaonal dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien
(Mahfoedz, 2009: 105).
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

17
d. Fungsi komunikasi
Banyak fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli. Pada dasarnya
fungsi komunikasi dalah untuk menyampaikan suatu informasi atau pesan kepada
oranglain. Menurut (Mulyana. D, 2007:5), fungsi komunikasi dibagi menjadi empat
kategori, yaitu:
1) Sebagai komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial adalah untuk bersosialisasi.
Orang yang yang pernah berkomunikasi dengan oranglain bisa dipastikan tidak
mampu bersosialisasi di lingkungan. Komunikasi sosial dibagi menjadi tiga
bagian penting, yaitu ;
a) Pembentukan konsep diri
Pembentukan konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita
dan mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain
dalam masyarakat atau dilakukan melalui komunikasi.
b) Pernyataan ekstensi diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Ketika kita
berkomunikasi dengan oranglain. Secara tidak langsung kita ingin
menyatakan bahwa kita ada.
c) Kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan kebahagian
Selain untuk membentuk konsep diri dan menyatakan ekstensi diri,
komunikasi sosial juga berfungsi sebagai kelangsungan hidup, memupuk
hubungan dan memperoleh kebahagian. Hal ini tidak terlepas dari sifat
dasar manusia sebagai makhluk sosial dimana manusia tidak dapat hidup
tanpa oranglain.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

18
2) Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaaan atau emosi. Perasaan
atau emosi tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal.
Perasaan peduli, simpati, gembira, sedih dapat disampaikan melalui kata-kata,
namun bisa disampaikan secara lebih ekspresif lewat perilaku nonverbal.
3) Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun
dan sepanjang hidup, yang disebut oleh para antropolog sebagai rites of
passage, mulai dari upacara pernikahan, kelahiran, dan lain-lain. Dalam acara
acara tersebut orang mengucapkan kata-kata atau perilaku tertentu yang bersifat
simbolik. Ritual lain seperti berdoa, dan perayaan hari lebaran. Hal hal seperti
ini termasuk dalam komunikasi ritual.
4) Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu
menginformasikan, mengajar, mendorong untuk mengubah sikap,
menggerakkan tindakan dan juga menghibur. Sebagai instrument, komunikasi
tidak saja kita gunakan untuk membangun hubungan.
4. Komunikasi terapeutik
a. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang di lakukan untuk tujuan terapi.
Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang di
harapkannya melalui komunikasi (Suryani, 2006). Komunikasi terapeutik juga
dipersepsikan sebagi proses interaksi antara klien dan perawat yang membantu klien
mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan oranglain, menyesuaikan
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

19
dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang
menghalangi realisasi diri (kozier et al, 2000)
b. Fungsi komunikasi terapeutik
Dwidiyati (2008) mengungkapkan bahwa seorang perawat professional selalu
mengupayakan untuk berperilaku terapeutik, yang berarti bahwa tiap interaksi yang
dilakukan menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk
tumbuh dan berkembang. Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan
klien yang menurut Stuart dan Sundeen (1995), meliputi :
1) Meningkatkan kemandirian klien melalui proses realisasiri diri, penerimaan diri
dan rasa hormat terhadap diri sendiri,
2) Identitas diri yang jelas dan rasa intergritas yang tinggi.
3) Kemamapuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling
tergantung serta saling mencintai.
4) Meningkatkan kesejahteraan klien dengan peningkatan fungsi dan kemampuan
memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.
c. Jenis komunikasi
1) Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi dalam bentuk percakapan atau tertulis.
Setiap orang dalam suatu komunitas berkomunikasi secara verbal dalam
menyampaikan pesan atau informasi. Gaya dalam berkomunikasi disesuaikan
dalam situasi, dan lawan berkomunikasi. Mengungkapkan pesan diperlukan
keterampilan menggunakan kata-kata sederhana dan dapat dipahami oleh lawan
komunikasi (Mahmud,2009).
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

20
2) Komunikasi Nonverbal
Kata nonverbal mengacu pada komunikasi tanpa kata seperti sikap, gerakan
tubuh, gerak isyarat, dan ekspresi wajah. Seseorang dapat belajar banyak
tentang perasaan orang lain apabila orang tersebut mampu memperhatikan
sinyal-sinyal non verbal yang dinyatakan oleh lawan bicara. Menurut Mahmud
(2009), beberapa sinyal nonverbal yang melukiskan ungkapan emosi atau
perasaan yang diungkapkan oleh lawan bicara diuraikan sebagai berikut :
a) Ekspresi wajah
Wajah merupakan bagian tubuh yang ekspresif, sensitif terhadap perubahan
emosi yang dapat diketahui dengan cepat. Oleh karena itu pada saat
berkomunikasi, orang lebih banyak memperhatikan bagian tubuh yang lain.
b) Sikap tubuh
Apabila seseorang memperhatikan dengan baik sikap badan orang yang
menjadi lawan bicara, dia dapat belajar banyak tentang sikapnya terhadap
pesan yang disampaikan kepadanya.
c) Jarak fisik
Jarak tubuh sebagai kriteria tingkat hubungan bervariasi dalam tiga
klasifikasi, mulai dari saling berdekatan sampai dengan jarak beberapa
puluh sentimeter dan satu atau dua meter.
d) Gerak isyarat
Gerakan isyarat merupakan cara komunikasi yang efektif sebagai pengganti
ucapan.
e) Nada bicara
Nada bicara tertentu pada saat berbicara dapat membantu pihak lawan
bicara untuk menafsirkan kata-kata dan membaca suasana hati pembicara.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

21
Karakter suara seperti nada, tinggi rendah suara, kuat atau lemahnya suara
yang terjadi pada saat berbicra dapat mengungkapkan perasaan pembicara.
f) Pandangan mata
Pandangan mata merupakan salah satu isyarat nonverbal yang efektif. Kita
dapat membuka dan menutup saluran komunikasi dengan isyarat
pandangan mata. Pandangan mata dapat dijadikan tolak ukur dari sikap
positif seperti rasa percaya, rasa bersahabat dan kesungguhan hati. Tetapi
pandangan mata juga dapat mencerminkan sikap negatif seperti rasa curiga,
rasa tidak percaya, ragu, atau sikap negatif yang lain.
g) Penampilan diri
Pada umumnya orang memperhatikan penampilan fisik dan percaya bahwa
apabila seseorang mampu tampil sesuai dengan kondisi situasi tempat ia
berada akan menjadikannya berbeda dan menumbuhkan rasa lebih percaya
diri.
d. Karakteristik komunikasi terapeutik
Menurut Arwani (2002) ada tiga hal yang mendasar memberi ciri-ciri
komunikasi terapeutik antara lain :
1) Keikhlasan (Genuines)
Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan yang dimiliki
terhadap keadaan klien. Perawat yang mampu menunjukan rasa ikhlasnya
mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap klien sehingga
mampu belajar untuk mengkomunikasikan secara tepat.
2) Empati (Empathy)
Empati merupakan perasaan”pemahaman“ dan “penerimaan” perawat terhadap
perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakn dunia pribadi klien.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

22
Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitif dan tidak dibuat – buat
didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati cenderung bergantung pada
kesamaan pengalaman diantara orang yang terlibat dalam komunikasi.
3) Kehangatan (Warmth)
Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan
ide-ide dan menuangkan dalam benntuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki dan
dikonfrontasi. Suasana yang hangat, permisif dan tanpa adanya ancaman
menunjukan adanya rasa penerimaan perawat terhadap klien. Sehingga klien
akan mengekspresikan perasaannya secara lebih mendalam.
e. Prinsip Komunikasi Terapeutik
Tujuan komunikasi terapeutik akan tercapai apabila perawat dalam “helping”
memiliki prinsip-prinsip dalam menerapkan komunikasi terapeutik, yang meliputi :
1) Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami
dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2) Kominakasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan
saling menghargai.
3) Perawat harus memahami , menghayati nilai yang diambil oleh pasien.
4) Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental.
5) Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien yang memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah - masalah yang
dihadapi.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

23
6) Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun frustasi.
7) Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
8) Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya
simpati bukan tindakan yang terapeutik.
9) Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungann terapeutik.
10) Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukan dan meyakinkan
orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan
suatu keadaan sehat fisik, mental, spiritual, dan gaya hidup.
11) Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu.
12) Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas
berkembang tanpa rasa takut.
13) Altruissme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara
manusiawi.
14) Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan
berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
15) Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya
atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Dengan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan perawat akan menggunakan
dirinya sendiri secara terapeutik (therapeutic use of self). Selanjutnya upaya perawat
untuk meningkatkan kemampuan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang
dinamika komunikasi, penghayatan terhadap kelebihan dan kekurangan diri dan
kepekaan terhadap kebutuhan oranglain sangat diperlukan dalam therapeutic use of
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

24
self. Mediri secara menggunakan diri sendiri terapeutik memerlukan integrasi dari
ketiga kemampuan tersebut (Dwidayanti, 2008).
f. Teknik komunikasi terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), teknik komunikasi terdiri dari:
1) Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan merupakan dasar dalam komunikasi yang akan
menngetahui perasaan klien. Teknik mendengarkan dengan cara memebri
kesempatan klien untuk bicara banyak dan perawat sebagai pendengar aktif.
2) Pertanyaan terbuka (Broad opening)
Memberi inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topik
yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeutik apabila klien
menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non
terapeutik apabila perawat mendominasi interaksi dan menolak respon
klien.
3) Mengulang (Restarting)
Merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara mengulang pokok
pikiran yang diungkapkan klien, yang berguna untuk menguatkan ungkapan
klien dan member indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan. Teknik
ini bernilai terapeutik ditandai dengan perawat mendengar dan melakukan
validasi, mendukung klien dan memberikan respon terhadap apa yang baru
saja dikatakan klien.
4) Penerimaan (acceptance)
Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah
laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan
berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

25
tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Dikarenakan hal itu,
perawat harus sadar terhadap ekspresi nonverbal. Bagi perawat perlu
menghindari memutar mata ke atas, menggelengkan kepala, mengerutkan
atau memandang dengan muka masam pada saat berinteraksi dengan klien.
5) Klarifikasi
Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu tidak jelas,
tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat
mencoba memahami situasi yang digambarkan klien.
6) Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang
didengar, refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan
klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima
perasaannya. Teknik ini akan membantu perawat untuk memelihara
pendekatan yang tidak menilai.
7) Asertif
Menurut Smith (1992) dalam Nurjananah (2001) asertif adalah kemampuan
dengan cara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan
perasaan diri dengan tetap menghargai hak oranglain.
8) Memfokuskan
Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih dengan
menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas
dan berfokus pada realitas.
9) Membagi persepsi
Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat klien tentang
hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

26
10) Identifikasi “tema”
Merupakan teknik dengan mencari latarbelakang masalah klien yang
muncul dan berguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi
masalah yang penting.
11) Diam
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses
informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon.
Diam tidak dilakukan dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan
klien menjadi khawatir. Diam juga dapat diartikan sebagai mengerti atau
marah.
12) Informing
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan
respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkaan informasi
adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan
dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan. Kurangnya pemberian
informasi yang dilakukan saat klien membutuhkan akan mengakibatkan
klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien
pada saat saat memberikan informasi.
13) Humor
Humor sebagai hal yang penting dalam komunikasi verbal dikarenakan
tertawa mengurangi stress ketegangan dan rasa sakit akibat stress, serta
meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

27
14) Saran
Teknik yang bertujuan member alternatif ide untuk pemecahan masalah.
Teknik ini tidak dapat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal
hubungan.
g. Tahapan dalam komunikasi terapeutik
Dalam komunikasi terapeutik ada emapat tahap, dimana pada setiap tahap
mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat (Stuart dan sundeen, 2007).
1) Fase pra interaksi
Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien. Perawat
mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutan diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien.
2) Fase orientasi
Fase ini dimulai ketika perawat bertemu dengan klien untuk pertama kalinya.
Hal utama yang perlu dikaji adalah alas an klien minta pertolongan yang akan
mempengaruhi terbinanya hubungan perawat dengan klien. Dalam memulai
hubungan tugas utama adalah mebina rasa percaya, penerimaan dan pengertian
komunikasi yang tebuka dan perumusan kontrak dengan klien. Pada tahap ini
perawat melakukan kegiatan sebagian berikut : memberi salam dan senyum
pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif) memperkenalkan
nama perawat, menanyakan nama kesukaan klien, menjelaskan kegiatan yang
akan dilakukan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
kegiatan, menjelaskan kerahasiaan. Tujuan akhir pada fase ini adalah terbina
hubungan saling percaya.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

28
3) Fase kerja
Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang dilakukan adalah
member kesempatan pada klien untuk bertanya, menanyakan keluhan utama,
memulai kegiatan dengan cara yang baik, melakukan kegiatan sesuai rencana.
Perawat memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif klien.
Interkasi yang memuaskan akan menciptakan situasi/suasana yang
meningkatkan integritas klien dengan meminimalisasi ketakutan,
ketidakpercayaan, kecemasan dan tekanan pada klien.
4) Fase terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang dilakukan oleh
perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan klien,
melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik), mengakhiri wawancara dengan
acara yang baik.
h. Sikap perawat dalam komunikasi terapeutik
Menurut (Roselina E, 2009) mengidentifikasi lima sikap atau acara untuk dapat
menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfsilitasi komunikasi terapeutik :
1) Berhadapan
Posisi ini memiliki bahwa saya siap untuk anda.
2) Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan
keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3) Membungkuk kearah klien
Pada posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan atau mendengarkan
sesuatu.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

29
4) Memperlihatkan sikap terbuka
Dalam posisi ini diharapkan tidak melipat kaki atau tangan untuk menyatakan
atau mendengarkan sesuatu.
5) Tetap rileks
Tetap dapat menghadirkan keseimbangan, antara ketegangan dan relaksasi
dalammemberikan respon kepada pasien, meskipun dalam situsi yang
menyenangkan.
i. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik
Menurut (Potter dan Perry dalam Nurjannhah, 2001) dalam melakukan sebuah
komunikasi salah satunya komunikasi yang terapeutik dapat dipengaruhi beberapa
hal antaralain :
1) Perkembangan
Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk komunikasi dalam dua aspek,
yaitu tingkat perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan untuk
menggunakan teknik komunikasi tertentu dan untuk mempersepsikan pesan
yang disampaikan. Agar dapat berkomunikasi efektif seorang perawat harus
mengerti pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses
berpikir orang tersebut.
2) Persepsi
Suatu pandangan pribadi seorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa.
Persepsi dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

30
3) Gender
Laki-laki dan perempuan menunjukkan gaya komunikasi yang berbeda dan
memiliki interpretasi yang berbeda terhadap suatu percakapan.
4) Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi
perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha
mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang
tepat dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak
terpengaruh oleh nilai pribadinya.
5) Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan komunikasi.
6) Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti
marah, sedih, senang, akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi
dengan oranglain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarga agar
mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat. selain itu, perawat perlu
mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan
keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.
7) Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan.
Seseorang dengan tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan
yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
Hal tersebut berlaku juga dalam penerapan komunikasi terapeutik. Hubungan
terapeutik akan terjalin dengan baik jika didukung oleh pengetahuan perawat
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

31
tentang komunikasi terapeutik baik tujuan, manfaat, dan proses yang akan
dilakukan. Perawat juga mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat pada klien secara professional.
8) Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
berkomunikasi yang terjadi dalam pergaulan bebas, komunikasi antar perawat
klien terjadi secara formal karena tuntutan profesionalisme.
9) Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi efektif. Suasana yang
bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan,
dan ketidaknyamanan. Untuk itu perawat perlu menyiapakan lingkungan yang
tepat dan nyaman sebelum memulai interaksi dengan pasien.
10) Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman
dan kontrol. Untuk itu perawat perlu perhitungkan jarak yang tetap pada saat
melakukan hubungan dengan klien.
11) Masa Bekerja
Masa bekerja merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja di tempat
kerja. Makin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman yang
dimilikinya sehingga akan baik komunikasinya.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

32
5. Kepuasan
a. Pengertian kepuasan pasien
Kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat
sesuatu memadai (Tjiptono, 2005:195). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kepuasan adalah puas yang berarti merasa senang; perihal (hal yang
bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya).
Kepuasan pasien dapat juga diartikan sebagai suatu sikap konsumen, yakni
beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap pelayanan yang pernah
dirasakannya. Minat seseorang untuk berperilaku membeli dipengaruhi oleh sikap,
tapi minat untuk menggunaakan kembali jasa pelayanan keperawatan akan sangat
dipengaruhi oleh pengalamannya yang lampau waktu memakai jasa yang sama.
Minat pasien untuk menggunakan rumah sakit sangat besar dipengaruhi oleh
pengalaman kepuasan dalam menerima pelayanan (Lamiri, 2008).
Tjiptono (2006) berpendapat bahwa kepuasan atau ketidakpuasan merupakan
respon pelanggan sebagai hasil dan evaluasi ketidaksesuaian kinerja/tindakan yang
dirasakan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan. Hal ini juga dinyatakan
oleh Sugito (2005) yang menyebutkan bahwa tingkat kepuasan merupakan fungsi
dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan, apabila kinerja di
bawah harapan maka pelanggan akan kecewa.
b. Macam kepuasan pasien
Secara umum macam kepuasan ada dua yaitu kepuasan yangmengacu pada
ketersediaan pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan. Kepuasan yang
lainnya yaitu kepuasan yang hanya mengacu pada kenyamanan pasien. Efektifitas
pelayanan serta keamanan tindakan (Azwa, 2008).
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

33
Pada dasarnya kepuasan merupakan hal yang bersifat individu. Setiap individu
memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan pada masing-masing individu, maka akan semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakannya (Marpuah, 2005).
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Klien
Menurut Kotler & Amstrong (dalam Huriyati, 2005 & Rangkuti, 2006) faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan berhubungan dengan tingkah laku konsumen yaitu
faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi.
1) Faktor Kebudayaan
Faktor budaya memberi pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap
perilaku pelanggan/klien. Faktor budaya terdiri dari beberapa komponen yaitu
budaya, sub-budaya dan kelas sosial. Budaya merupakan penentu keinginan dan
perilaku yang mendasar dalam mempengaruhi keinginan atau kepuasan orang.
Sub-budaya terdiri atas nasionalitas, agama, kelompok, ras, dan daerah geografi.
Sedangkan kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen
mempunyai susunan hirarki dan anggotanya memiliki nilai, minat dan tingkah
laku. Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor melainkan diukur
sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan,dan variabel lainnya.
2) Faktor Sosial
Faktor sosial terbagi atas kelompok kecil, keluarga, peran dan status. Orang
yang berpengaruh kelompok/lingkungannya biasanya orang yang mempunyai
karakteristik, keterampilan, pengetahuan, kepribadian. Orang ini biasanya
menjadi panutan karena pengaruhnya amat kuat.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

34
3) Faktor Pribadi
Faktor pribadi merupakan keputusan seseorang dalam menerima pelayanan dan
menanggapi pengalaman sesuai dengan tahap-tahap kedewasaannya. Faktor
pribadi klien dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian/konsep diri.
Usia mempunyai dimensi kronologis dan intelektual, artinya berdimensi
kronologis karena bersifat progres berjalan terus dan tidak akan kembali
sedangkan usia berdimensi intelektual berkembang melalui pendidikan dan
pelatihan. Usia merupakan tanda perkembangan kematangan/ kedewasaan
seseorang untuk memutuskan sendiri atas suatu tindakan yang diambilnya. Usia
juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit misal penyakit
kardiovaskuler dengan peningkatan usia.
4) Faktor pendidikan
Pendidikan merupakan proses pengajaran baik formal maupun informal yang
dialami seseorang. Hasilnya akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang
dalam mendewasakan diri. Selain itu. pendidikan juga berkaitan dengan
harapan. Seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi akan mengharapkan
pelayanan yang lebih baik dan lebih tinggi.
5) Faktor Psikologi
Faktor psikologi yang berperan dengan kepuasan yaitu motivasi,
persepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian. Motivasi mempunyai
hubungan erat dengan kebutuhan. Ada kebutuhan biologis seperti lapar dan
haus, ada kebutuhan psikologis yaitu adanya pengakuan, dan penghargaan.
Kebutuhan akan menjadi motif untuk mengarahkan seseorang mencari
kepuasan (Sutojo, 2003).
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

35
Menurut Kotler (2005 dalam Wijono 1999) menyebutkan bahwa
kepuasan pasien dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : pendekatan dan
perilaku petugas, perasaan klien terutama saat pertama kali datang, mutu
informasi yang diterima, outcomes pengobatan dan perawatan yang diterima,
prosedur perjanjian, waktu tunggu. Oleh karena itu kepuasan pasien merupakan
respon kebutuhan pasien terhadap keistimewaan suatu kualitas produk jasa atau
pelayanan.
d. Kepuasan yang mengacu pada Penerapan Standar dan Kode Etik Profesi
Kepuasan pemakai jasa kesehatan terbatas hanya pada kesesuaian dengan standar
dan kode etik profesi saja. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan
kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan kode etik profesi dapat
memuaskan pasien. Menurut Azwar (2006) ukuran-ukuran yang dimaksud pada
dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai:
1) Hubungan perawat dengan pasien.
Terbinanya hubungan bidan dengan pasien yang baik adalah salah satu dari
kewajiban etik adalah amat diharapkan setiap pasiennya secara pribadi,
menampung dan mendengarkan semua keluhan, serta menjawab dan
memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya tentang segala hal ingin diketahui
oleh pasien.
2) Kenyaman pelayanan
Kenyamanan yang dimaksud disini tidak hanya yang menyangkut fasilitas yang
disediakan, tetapi terpenting menyangkut sikap serta tindakan bidan ketika
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

36
3) Kebebasan melakukan pilihan
Suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu bila kebebasan memilih ini dapat
diberikan dan karena itu harus dapat dilaksanakan oleh setiap penyelenggara
pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan dan kompetensi teknis
Secara umum disebut semakin tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi
teknis tersebut, maka makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.
5) Efektifitas pelayanan
Semakin efektif pelayanan kesehatan makin tinggi pula mutu pelayanan
kesehatan.
6) Keamanan tindakan
Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, aspek
keamanan tindakan ini harus diperhatikan. Pelayanan kesehatan yang
membahayakan pasien bukanlah pelayanan yang baik dan tidak boleh
dilakukan.
e. Aspek-aspek kualitas pelayanan pengukuran kepuasan pasien
Menurut (Purwanto, 2007), aspek- aspek kepuasan yang diukur adalah:
kenyataan, kehandalan, ketanggapan, jaminan, empati.
1) Kenyataan : meliputi fasilitas fisik, peralatan dan penampilan petugas,
kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kesiapan dan kebersihan alat.
Pasien akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai kualitas pelayanan
seperti menilai gedung, peralatan, seragam, yaitu hal-hal yang menimbulkan
kenikmatan bila dilihat.
2) Kehandalan : yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan dengan segera,
tepat waktu dan benar misalnya penerimaan yang cepat, pelayanan pemeriksaan
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

37
dan perawatan yang cepat dan tepat. Kehandalan juga merupakan kemampuan
bidan dalam pelayanan yang akurat atau tidak ada kesalahan
3) Ketanggapan : yaitu kemampuan petugas dalam menanggapi keluhan pasien
termasuk kemampuan petugas untuk cepat tanggap dalam menyelesaikan
keluhan dan tindakan cepat pada saat dibutuhkan.
4) Jaminan : yaitu kepercayaan pasien terhadap jaminan kesembuhan dan
keamanan sehingga akibat pelayanan yang diberikan termasuk pengetahuan
termasuk pengetahuan petugas kesehatan dalam memberikan tindakan
pelayanan nifas. Aspek ini juga mencakup kesopanan dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki oleh petugas, bebas dari bahaya, resiko, keragu-raguan.
5) Empati : meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang
baik dan memahami kebutuhan klien yang terwujud dalam penuh perhatian
terhadap setiap pasien.
f. Metode Pengukuran Kepuasan
Menurut Kotler (2000), ada berbagai metode dalam pengukuran kepuasan yaitu:
1) Sistem keluhan dan saran
Pemberi pelayanan memberikan kepuasan pada pelanggan dengan cara
menerima saran, keluhan dan masukan pelanggan mengenai produk atau jasa
layanan. Jika penanganan keluhan, saran dan masukan ini baik dan cepat, maka
pelanggan akan merasa puas, sebaliknya jika tidak maka pelanggan akan
kecewa. Contohnya dengan menggunakan formulir, kotak saran, kartu
komentar, hotline grafis dengan nomor tertentu dan alamat email atau formulir
elektronik pada website.
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

38
2) Riset kepuasan pelanggan
Model ini berusaha menggali tingkat kepuasan dengan survei kepada pelanggan
mengenai jasa yang selama ini mereka gunakan. Jika lapangan yang sebenarnya
mengenai sikap pelanggan terhadap sikap produk atau jasa yang digunakan.
Dalam melakukan survei kepuasan pelanggan peneliti dapat melakukan
pengukuran secara langsung dengan pertanyaan tertentu pada kuisioner yang
diberikan pada responden atau dengan cara responden diberi pertanyaan yang
dapat mengungkapkan besarnya pengaharapan terhadap atribut jasa
dibandingkan dengan apa yang dialami.
3) Ghost shoping
Model yang ketiga mirip dengan marketing intelegence yaitu pihak pemberijasa
mempelajari jasa dari pesaingnya dengan cara berpura-pura sebagai pembeli
atau pengguna jasa dan melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan cara
melayani keluhan, kelemahan dan kekuatan produk jasa dengan melakukan
studi terhadap bekas pelanggan mereka.
g. Indeks Kepuasan Masyarakat
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
Kep/25/M.PAN/2/2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Instansi Pemerintah yang bertujuan untuk mengetahui
perkembangan kinerja unit pelayanan didalam instansi pemerintah.
Dalam penyusunan IKM digunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpulan
data kepuasan masyarakat penerima pelayanan. Kuesioner disusun berdasarkan
tujuan survei terhadap tingkat kepuasan masyarkat. Kuesioner dibagi atas 3 (tiga)
bagian yaitu :
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

39
Bagian 1 : Identitas responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan
danpekerjaan yang berguna untuk menganalisis profil responden.
Bagian 2 : Identitas pencacah, berisi data pencacah (apabila kuesioner diisi oleh
masyarakat,bagian ini tidak di isi).
Bagian 3 : Mutu pelayanan publik adalah pendapat penerima pelayanan yang
memuat kesimpulan atau pendapat responden terhadap unsur-unsur
pelayanan yang dinilai.
Setelah data dari responden terkumpul, maka nilai indeks kepuasan masyarakat
yang diperoleh, dapat dikonversikan sesuai dengan tabel berikut.
Nilai
Persepsi
Nilai Interval
IKM
Nilai interval
konversi IKM
Mutu
Pelayanan
Kinerja unit
pelayanan
1 1,00 – 1,75 25,00 – 43,75 D Tidak baik
2 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C Kurang baik
3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik
4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat baik
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

40
B. Kerangka Teori
Kerangka teori 2.1
Sumber : Mahmud (2009), Muadi (2009), dan Purwanto (2007).
Kepuasan Pasien
1. Tangible
2. Reliability
3. Responsiveness
4. Assurance
5. Emphaty
Komunikasi terapeutik
2. Non verbal
a. Ekspresi wajah
b. Sikap tubuh
c. Jarak fisik
d. Gerak isyarat
e. Nada bicara
f. Pandangan mata
g. Penampilan diri
1. Verbal
Percakapan
atau tertulis
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

41
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Skema 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesa
Berdasarkan landasan teori dan dan kerangka konsep penelitian, maka rumusan hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
Ho :
Tidak terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien
rawat inap di Puskesmas 1 Dayeuhluhur tahun 2016.
Ha :
Terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat
inap di Puskesmas 1 Dayeuhluhur tahun 2016.
Kepuasan Pasien Komunikasi Terapeutik
Hubungan Komunikasi Terapeutik..., TAUFIK RAMDHANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016