BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI...

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullying a. Pengertian Bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Istilah ini akhirnya diambil untuk menguraikan suatu tindakan dekstruktif. Berbeda dengan negara lain seperti Norwegia, Finlandia, dan Denmark yang menyebut bullying dengan istilah mobbing atau mobbning. Istilah aslinya berasal dari bahasa Inggris, yaitu mob yang menekankan bahwa biasanya mob adalah kelompok orang yang anonim dan berjumlah banyak serta terlibat kekerasan (Wiyani, 2012). Secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang mengganggu yang lemah. Istilah bullying dalam bahasa Indonesia dapat digunakan yaitu menyakat (berasal dari kata sakat) dan pelakunya (bullies) disebut penyakat. Menyakat berarti mengganggu, mengusik, dan merintangi orang lain (Wiyani, 2012). Selanjutnya secara terminologi menurut Olweus (1995) bullying adalah perilaku yang disengaja terjadi berulang-ulang dan adanya penyalahgunaan kekuasaan dari pelaku. Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, 10 Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Perilaku Bullying

a. Pengertian

Bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang

berarti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Istilah ini

akhirnya diambil untuk menguraikan suatu tindakan dekstruktif. Berbeda

dengan negara lain seperti Norwegia, Finlandia, dan Denmark yang

menyebut bullying dengan istilah mobbing atau mobbning. Istilah aslinya

berasal dari bahasa Inggris, yaitu mob yang menekankan bahwa biasanya

mob adalah kelompok orang yang anonim dan berjumlah banyak serta

terlibat kekerasan (Wiyani, 2012).

Secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang

mengganggu yang lemah. Istilah bullying dalam bahasa Indonesia dapat

digunakan yaitu menyakat (berasal dari kata sakat) dan pelakunya

(bullies) disebut penyakat. Menyakat berarti mengganggu, mengusik, dan

merintangi orang lain (Wiyani, 2012). Selanjutnya secara terminologi

menurut Olweus (1995) bullying adalah perilaku yang disengaja terjadi

berulang-ulang dan adanya penyalahgunaan kekuasaan dari pelaku.

Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi

berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah,

10

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (SEJIWA, 2008).

Bullying juga didefinisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka

panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang

yang tidak mampu mempertahankan dirinya dalam situasi di mana ada

hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan

(Wicaksana, 2008)

Menurut uraian dari berbagai ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

bullying adalah penggunaan agresi dengan tujuan untuk menyakiti orang

lain baik secara fisik maupun secara mental serta dilakukan secara

berulang. Perilaku bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, serta

emosional/psikologis. Dalam hal ini korban bullying tidak mampu

membela atau mempertahankan dirinya sendiri karena lemah secara fisik

atau mental.

b. Penyebab Terjadinya Perilaku Bullying

Menurut Ariesto (2009, dalam Mudjijanti 2011) dan Kholilah

(2012), penyebab terjadinya bullying antara lain :

1) Keluarga

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah :

orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau

situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan

mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang

terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap

teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa

“mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku

agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan

kekuasaan seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku

bullying.

2) Sekolah

Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini,

anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan

terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak

lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah

sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa

hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan

rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.

3) Faktor Kelompok Sebaya

Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di

sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying.

Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan

bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun

mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

Bullying termasuk tindakan yang disengaja oleh pelaku pada

korbannya, yang dimaksudkan untuk menggangu seorang yang lebih

lemah. Faktor individu dimana kurangnya pengetahuan menjadi salah

satu penyebab timbulnya perilaku bullying, Semakin baik tingkat

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

pengetahuan remaja tentang bullying maka akan dapat meminimalkan

atau menghilangkan perilaku bullying.

Faktor internal penyebab terjadinya bullying menurut Kholilah (2012)

antara lain:

1) Karakteristik kepribadian

Menurut para ahli Yinger dan Cuber dalam Rafdi (2012), kepribadian

adalah keseluruhan perilaku dari seseorang individu dengan sistem

kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian

instruksi. Kepribadian merupakan gabungan keseluruhan dari sifat-

sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang. Kepribadian

seseorang yang baik sangat mendukung terbentuknya karakter yang

baik dan sebaliknya. Jika karakteristik mewarnai semua aktifitas yang

dilakukan seseorang, maka kepribadian adalah akibat dari semua

aktivitas itu.

2) Pengalaman masa lalu

Pengalaman anak adalah suatu kejadian yang telah dialami anak di

masa lalu. Pengalaman anak terhadap bullying pada masa lalu dapat

menjadikan anak sebagai pelaku bullying di kemudian hari. Anak

cenderung melakukan bullying setelah mereka sendiri pernah disakiti

oleh orang yang lebih kuat. Anak yang sering menjadi korban

bullying, kemungkinan besar akan ikut melakukan bullying, atau

setidaknya menganggap bullying sebagai hal wajar dan akan

membiarkan bullying terjadi begitu saja di lingkungannya tanpa

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

melakukan tindakan untuk menghentikannya (sikap positif terhadap

bullying) (Levianti, 2008).

3) Pola asuh

Brooks (2011) mendefiniskan bahwa pola asuh adalah sebuah proses

dimana orang tua sebagai individu yang melindungi dan membimbing

dari bayi sampai dewasa serta orang tua juga menjaga dengan

perkembangan anak pada seluruh periode perkembangan yang

panjang dalam kehidupan anak untuk memberikan tanggung jawab

dan perhatian yang mencakup : kasih sayang dan hubungan dengan

anak yang terus berlangsung, kebutuhan material seperti makanan,

pakaian dan tempat tinggal, disiplin yang bertanggung jawab,

menghindarkan diri dari kecelakaan dan kritikan pedas serta hukuman

fisik yang berbahaya, pendidikan intelektual dan moral, persiapan

untuk bertanggung jawab sebagai orang dewasa, mempertanggung

jawabkan tindakan anak pada masayarakat luas. Berdasarkan definisi

pengasuhan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan

suatu proses perlakuan yang diaplikasikan oleh orang tua kepada anak

yang terbentuk oleh budaya dan lingkungan sekitar yang berlangsung

seumur hidup, terikat, berproses, setulus hati dan penuh kasih sayang.

c. Karakteristik perilaku bullying

Bullying adalah aktifitas yang sadar, disengaja dan keji yang

dimaksudkan untuk melukai, menanamkan ketakutan melalui ancaman

agresi lebih lanjut. Seperti hasil penelitian para ahli, antara lain oleh

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

Rigby (dalam Astuti, 2008) perilaku bullying yang banyak dilakukan di

sekolah umumnya mempunyai tiga karakteristik yang terintegrasi sebagai

berikut:

1) Ketidakseimbangan kekuatan

Perilaku yang ditunjukkan pelaku melibatkan ketidakseimbangan

kekuatan sehingga menimbulkan perasaan tertekan pada korban.

Selanjutnya Coloroso (2007) juga menyebutkan pelaku bullying

biasanya merupakan orang yang lebih tua, lebih besar, lebih kuat,

lebih mahir secara verbal, lebih tinggi dalam status sosial dan berasal

dari ras yang berbeda.

2) Perilaku agresi yang menyenangkan

Bullying menyebabkan kepedihan emosional dan luka fisik, adanya

tindakan untuk dapat melukai, dan menimbulkan rasa senang di hati

pelaku saat menyaksikan penderitaan korban pada saat di bully

(Coloroso, 2007). Menurut Wiyani (2012) korban bullying akan

merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta merasa tidak berharga

dalam lingkungan sosial dan berkeinginan untuk bunuh diri.

3) Perilaku yang berulang-ulang atau terus menerus

Bullying merupakan salah satu dari perilaku agresif yang terjadi

berulang kali, bersifat regeneratif, menjadi kebiasaan atau tradisi yang

mengancam jiwa korban (Astuti, 2008). Bullying tidak dimaksudkan

sebagai peristiwa yang hanya terjadi sekali.

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

d. Jenis Perilaku Bullying

Ada beberapa jenis bullying menurut SEJIWA (2008) :

1) Bullying fisik

Jenis bullying yang terlihat oleh mata, siapapun dapat melihatnya

karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan korbannya.

Contoh-contoh bullying fisik antara lain : memukul, menarik baju,

menjewer, menjambak, menendang, menyenggol dengan bahu,

menghukum dengan membersihkan WC, menampar, menimpuk,

menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan

barang, menghukum dengan berlari lapangan, menghukum dengan

cara push up.

2) Bullying verbal

Jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa terungkap indra

pendengaran kita. Contoh-contoh bullying verbal antara lain :

membentak, meledek, mencela, memaki-maki, menghina, menjuluki,

meneriaki, mempermalukan didepan umum, menyoraki, menebar

gosip, memfitnah.

3) Bullying mental atau psikologis

Jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap oleh

mata atau telinga kita apabila tidak cukup awas mendeteksinya.

Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan diluar jangkauan

pemantauan kita. Contoh-contohnya: mencibir, mengucilkan,

memandang sinis, memelototi, memandang penuh ancaman,

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

mempermalukan di depan umum, mendiamkan, meneror lewat pesan

pendek, telepon genggem atau email, memandang yang merendahkan.

Menurut Bauman (2008), tipe-tipe bullying adalah sebagai berikut :

1) Overt bullying, meliputi bullying secara fisik dan secara verbal,

misalnya dengan mendorong hingga jatuh, memukul, mendorong

dengan kasar, memberi julukan nama, mengancam dan mengejek

dengan tujuan untuk menyakiti.

2) Indirect bullying meliputi agresi relasional, dimana bahaya yang

ditimbulkan oleh pelaku bullying dengan cara menghancurkan

hubungan-hubungan yang dimiliki oleh korban, termasuk upaya

pengucilan, menyebarkan gosip, dan meminta pujian atau suatu

tindakan tertentu dari kompensasi persahabatan. Bullying dengan cara

tidak langsung sering dianggap tidak terlalu berbahaya jika

dibandingkan dengan bullying secara fisik, dimaknakan sebagai cara

bergurau antar teman saja. Padahal relational bullying lebih kuat

terkait dengan distress emosional daripada bullying secara fisik.

Bullying secara fisik akan semakin berkurang ketika siswa menjadi

lebih dewasa tetapi bullying yang sifatnya merusak hubungan akan

terus terjadi hingga usia dewasa.

3) Cyberbullying, seiring dengan perkembangan di bidang teknologi,

siswa memiliki media baru untuk melakukan bullying, yaitu melalui

sms, telepon maupun internet. Cyberbullying melibatkan penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi, seperti e-mail, telepon seluler

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

dan peger, sms, website pribadi yang menghancurkan reputasi

seseorang, survei di website pribadi yang merusak reputasi orang lain,

yang dimaksudkan adalah untuk mendukung perilaku menyerang

seseorang atau sekelompok orang, yang ditujukan untuk menyakiti

orang lain, secara berulang-ulang kali

e. Pihak-Pihak Perilaku Bullying

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat

dibagi menjadi 4 yaitu:

1) Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang secara fisik dan/atau

emosional melukai murid lain secara berulang-ulang (Olweus, dalam

Moutappa, 2009).

Remaja yang diidentifikasi sebagai pelaku bullying sering

memperlihatkan fungsi psikososial yang lebih buruk daripada korban

bullying dan murid yang tidak terlibat dalam perilaku bullying. Pelaku

bullying juga cenderung memperlihatkan simptom depresi yang lebih

tinggi daripada murid yang tidak terlibat dalam perilaku bullying dan

pencetus depresi yang lebih rendah daripada victim atau korban

(Totura, 2013). Olweus (dalam Moutappa, 2009) mengemukakan

bahwa pelaku bullying cenderung mendominasi orang lain dan

memiliki kemampuan sosial dan pemahaman akan emosi orang lain

yang sama (Sutton, Smith, & Sweetenham, dalam Moutappa, 2009).

Tipe pelaku bullying antara lain (1) tipe percaya diri, secara fisik

kuat, menikmati agresifitas, merasa aman dan biasanya populer, (2)

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

tipe pencemas, secara akademik lemah, lemah dalam berkonsentrasi,

kurang popular dan kurang merasa aman dan (3) pada situasi tertentu

pelaku bullying bisa menjadi korban bullying. Selain itu, para pakar

banyak menarik kesimpulan bahwa karakteristik pelaku bullying

biasanya adalah agresif, memiliki konsep positif tentang kekerasan,

impulsif, dan memiliki kesulitan dalam berempati (Sullivan, 2010).

Menurut Astuti (2008) pelaku bullying biasanya agresif baik

secara verbal maupun fisikal, ingin popular, sering membuat onar,

mencari-cari kesalahan orang lain, pendendam, iri hati, hidup

berkelompok dan menguasai kehidupan sosial di sekolahnya. Selain

itu pelaku bullying juga menempatkan diri di tempat tertentu di

sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular di sekolahnya,

gerak geriknya sering kali dapat ditandai dengan sering berjalan di

depan, sengaja menabrak, berkata kasar, dan menyepelekan/

melecehkan.

2) Victim (korban bullying) yaitu murid yang sering menjadi target dari

perilaku agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya

memperlihatkan sedikit pertahanan melawan penyerangnya (Olweus,

dalam Moutappa, 2009).

Menurut Byrne dibandingkan dengan teman sebayanya yang

tidak menjadi korban, korban bullying cenderung menarik diri,

depresi, cemas dan takut akan situasi baru. Murid yang menjadi

korban bullying dilaporkan lebih menyendiri dan kurang bahagia di

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

sekolah serta memiliki teman dekat yang lebih sedikit daripada murid

lain (Haynie, 2011). Korban bullying juga dikarakteristikkan dengan

perilaku hati-hati, sensitif, dan pendiam (Moutappa, 2009).

Coloroso (2007) menyatakan korban bullying biasanya

merupakan anak baru di suatu lingkungan, anak termuda di sekolah,

biasanya yang lebih kecil, tekadang ketakutan, mungkin tidak

terlindung, anak yang pernah mengalami trauma atau pernah disakiti

sebelumnya dan biasanya sangat peka, menghindari teman sebaya

untuk menghindari kesakitan yang lebih parah, dan merasa sulit untuk

meminta pertolongan. Selain itu juga anak penurut, anak yang merasa

cemas, kurang percaya diri, mudah dipimpin dan anak yang

melakukan hal-hal untuk menyenangkan atau meredam kemarahan

orang lain, anak yang perilakunya dianggap mengganggu orang lain,

anak yang tidak mau berkelahi, lebih suka menyelesaikan konflik

tanpa kekerasan, anak yang pemalu, menyembunyikan perasaannya,

pendiam atau tidak mau menarik perhatiaan orang lain, pengugup, dan

peka.

Disamping itu juga merupakan anak yang miskin atau kaya,

anak yang ras atau etnisnya dipandang inferior sehingga layak dihina,

anak yang orientsinya gender atau seksualnya dipandang inferior,

anak yang agamanya dipandang inferior, anak yang cerdas, berbakat,

atau memiliki kelebihan. ia dijadikan sasaran karena ia unggul, anak

yang merdeka, tidak mempedulikan status sosial, serta tidak

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

berkompromi dengan norma-norma, anak yang siap mengekspresikan

emosinya setiap waktu, anak yang gemuk atau kurus, pendek atau

jangkung, anak yang memakai kawat gigi atau kacamata, anak yang

berjerawat atau memiliki masalah kondisi kulit lainnya.

Selanjutnya korbannya merupakan anak yang memiliki ciri fisik

yang berbeda dengan mayoritas anak lainnya, dan anak dengan

ketidakcakapan mental dan/atau fisik, anak yang memiliki ganguan-

hiperaktif-defisit-perhatian (attention deficit hyperactive disorder)

mungkin bertindak sebelum berpikir, tidak mempertimbangkan

konsekuensi atas perilakunya sehingga disengaja atau tidak

menggangu bully, anak yang berada di tempat yang keliru pada saat

yang salah. Anak diserang karena bully sedang ingin menyerang

seseorang di tempat itu pada saat itu juga.

3) Bully-victim yaitu pihak yang terlibat dalam perilaku agresif, tetapi

juga menjadi korban perilaku agresif (Andreou dalam Moutappa,

2009). Craig (dalam Haynie, 2011) mengemukakan bully-victim

menunjukkan level agresivitas verbal dan fisik yang lebih tinggi

dibandingkan dengan anak lain. Bully victim juga dilaporkan

mengalami peningkatan simptom depresi, merasa sepi, dan cenderung

merasa sedih dan moody daripada murid lain (Totura, 2013). Bully-

victim juga dikarakteristikkan dengan reaktivitas, regulasi emosi yang

buruk, kesulitan dalam akademis dan penolakan dari teman sebaya

serta kesulitan belajar (Moutappa, 2009).

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

4) Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif atau

bullying.

f. Proses Adopsi Perilaku Bullying Pada Remaja

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behaviour). Pengetahuan

yang tercakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat. Salah satu

dari ke enam domain tersebut adalah tahu (know). Proses perilaku dalam

tahapan tahu (know) menurut Rogers (1974) yang dikutip dalam

Notoatmodjo (2007), menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku baru

didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni :

1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut manyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni seseorang mulai tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5) Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

g. Faktor-faktor penyebab perilaku bullying

Bullying dapat terjadi karena kesalahpahaman yang melibatkan

prasangka antar pihak yang berinteraksi. Bullying bukanlah merupakan

suatu tindakan yang kebetulan terjadi, melainkan dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Oleh sebab itu, Egan dan Todorov (2009) menyebutkan

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

bahwa perilaku bullying sebagai konflik interpersonal yang paling umum

terjadi. Menurut Astuti (2008), menyatakan bahwa terjadinya bullying

antara lain disebabkanbeberapa factor sebagai berikut:

1) Perbedaan ekonomi, agama, gender, etnisitas/rasisme

Yusuf (2011) mengungkapkan bahwa apabila remaja kurang

mendapat bimbngan keagamaan dalam keluarga, kondisi keluarga

yang kurang harmonis, orang tua kurang memberikan kasih saying

dan berteman dengan kelompok sebaya yang kurang menghargai kasih

nilai-nilai agama, maka kondisi tersebut akan menjadi pemicu

berkembangnya sikap dan perilaku remaja yang kurang baik. Al

Ghazali (2009) mengemukakan dorongan yang berhubungan dengan

aspek spiritual dalam diri manusia seperti: dorongan untuk beragama,

takwa, cinta kebajikan kebenaran dan keadilan , benci terhadap

kejahatan, kebhatilan dan kezaliman. Dorongan tersebut secara tidak

langsung merupakan salah satu modal yang dapat mencegah seseorang

melakukan bullying.

2) Senioritas

Senioritas merupakan salah satu perilaku bullying yang bersifat laten.

Senioritas yang setiap tahunnya terjadi menjadi budaya tradisi di

setiap sekolah. Senioritas dianjurkan untuk hiburan, penyaluran

dendam, iri hati atau menjaga popularitas, korban melanjutkan tradisi

tersebut untuk menunjukan kekuasaan.

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

3) Keluarga yang tidak rukun

Faktor interaksi dalam keluarga berperan penting dalam

perkembangan psikososial anak yakni dengan pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua terhadap anak, dan ketika anak mencapai

usia remaja maka anak akan memiliki persepsi sendiri terhadap pola

asuh orangtuanya tersebut (Wahyuni, 2011). Dominasi yang diberikan

orang tua terhadap anaknya memungkinkan anak akan memodelkan

perilaku tersebut terhadap teman- teman mereka. Dengan kata lain,

pola asuh orang tua yang otoriter memberikan pengaruh besar bagi

anak melakukan perilaku bullying.

4) Situasi sekolah yang tidak harmonis atau diskriminatif

Wiyani (2012) mengatakan bahwa kekerasan atau bullying dalam

pendidikan muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan

hukuman, terutama hukuman fisik. Sekolah menampilkan sistem dan

kebijakan pendidikan yang buruk memilki kecenderungan secara

halus dan terselubung seperti penghinaan dan pengucilan.

5) Persepsi nilai yang salah atas perilaku korban

Pelaku tindakan bullying cenderung menganggap dirinya senantiasa

diancam dan berada dalam bahaya. Biasanya pembuli memiliki

kekuatan secara fisik, namun tidak memiliki perasaan bertanggung

jawab terhadap tindakan yang telah dilakukan. Penelitian Wong

dalam Shinta (2011), yaitu 30% responden (bullies) menyatakan

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

mereka melakukan bullying karena mereka ingin membalas dendam

setelah menjadi korban bullying.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor yang

mempengaruhi seseorang melakukan perilaku bullying adalah faktor

keluarga, faktor sekolah dan faktor karakteristik internal individu. Pada

penelitian ini difokuskan kepada faktor karakteristik internal individu

yaitu rasa dendam dan iri hati. Oleh karena itu, karakteristik siswa yang

memiliki kecenderungan bullying yakni dengan menghayati

permasalahan masa lalu sebagai hal negatif dan menimbulkan konflik

bathin yang kemudian menyebabkan individu tersebut memiliki rasa

dendam dan melampiaskan dendamnya kepada orang lain (Shinta, 2011).

h. Korban bullying

Korban bullying menurut Coloroso (2007) adalah pihak yang tidak

mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik

atau mental ketika mendapatkan perlakuan agresif dan manipulatif secara

berulang-ulang. Remaja dapat terlibat langsung dalam perilaku bullying

sebagai pelaku maupun korban. Selanjutnya, Hall (dalam Yusuf, 2004)

mengemukakan bahwa pengalaman sosial seperti bullying selama remaja

dapat mengarahkannya untuk menginternalisasikan sifat-sifat yang

diwariskan oleh generasi sebelumnya. Ciri-ciri korban perilaku bullying

(Astuti, 2008) adalah sebagai berikut:

1) Pemalu/pendiam/penyendiri

2) Bodoh

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

3) Mendadak menjadi penyendiri/pendiam

4) Sering tidak masuk sekolah oleh alasan tidak jelas

5) Berperilaku aneh atau tidak biasa (takut/marah tanpa sebab, mencoret-

coret, dsb).

Selanjutnya untuk membalas dendam korban akan menjadi pelaku

bullying agar ingin dipuja kelompok dan menarik perhatian orang lain.

Adapun ciri-ciri pelaku bullying antara lain:

1) Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial siswa di sekolah

2) Menempatkan diri di tempat tertentu di sekolah

3) Merupakan tokoh populer di sekolah

4) Gerak-geriknya seringkali dapat ditandai: sering berjalan di depan,

sengaja menabrak, berkata kasar, menyepelekan dan melecehkan

i. Dampak bullying

Bullying akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan, tidak

hanya bagi korban tetapi juga bagi pelakunya (Craig & Pepler, 2007).

Menurut Coloroso (2007) pelaku bullying akan terperangkap dalam peran

sebagai pelaku bullying, mereka tidak dapat mengembangkan hubungan

yang sehat, kurang cakap dalam memandang sesuatu dari perspektif lain,

tidak memiliki empati, serta menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai

sehingga dapat mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang

akan datang. Sementara dampak negatif bagi korbannya adalah akan

timbul perasaan depresi dan marah. Mereka marah terhadap diri sendiri,

pelaku bullying, orang dewasa dan orang-orang di sekitarnya karena

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut kemudian mulai

mempengaruhi prestasi akademik para korbannya. Mereka mungkin akan

mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan karena tidak mampu

mengontrol hidupnya dengan cara-cara yang konstruktif.

Menurut Peterson (dalam Berthold dan Hoover, 2010), bullying

akan mempengaruhi self esteem korbannya dan hal tersebut merupakan

pengaruh yang ditimbulkan dari pengaruh jangka panjang. Demikian pula

Olweus (dalam Berthold dan Hoover, 2010) menyatakan bahwa bullying

memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan korbannya hingga dewasa.

Saat masa sekolah akan menimbulkan depresi dan perasaan tidak bahagia

untuk mengikuti sekolah, karena dihantui oleh perasaan cemas dan

ketakutan. Selain itu menurut Swearer, dkk. (2010) korban bullying juga

merasa sakit, menjauhi sekolah, prestasi akademik menurun, rasa takut

dan kecemasan meningkat, adanya keinginan bunuh diri, serta dalam

jangka panjang akan mengalami kesulitan-kesulitan internal yang

meliputi rendahnya self esteem, kecemasan, dan depresi.

Korban bullying cenderung merasa takut, cemas, dan memiliki self

esteem yang lebih rendah dibandingkan anak yang tidak menjadi korban

bullying (Olweus, Rigby, & Slee, dalam Aluedse, 2006). Duncan (dalam

Aluedse, 2006) juga menyatakan bila dibandingkan dengan anak yang

tidak menjadi korban bullying, korban bullying akan memiliki self esteem

yang rendah, kepercayaan diri rendah, penilaian diri yang buruk,

tingginya tingkat depresi, kecemasan, ketidakmampuan, hipersensitivitas,

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

merasa tidak aman, panik dan gugup di sekolah, konsentrasi terganggu,

penolakan oleh rekan atau teman, menghindari interaksi sosial, lebih

tertutup, memiliki sedikit teman, terisolasi, dan merasa kesepian.

Penelitian yang dilakukan di Swedia mengenai dampak bullying

terhadap korbannya menunjukkan bahwa remaja yang saat berusia 16

tahun pernah mengalami bullying akan mengalami penurunan self esteem

dan peningkatan kadar depresi. Korban bullying cenderung menunjukkan

gejala peningkatan kecemasan dan depresi, self esteem yang rendah dan

keterampilan sosial yang buruk (Arseneault, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Riauskina (2005), juga menemukan

bahwa korban merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal,

tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam) ketika mengalami

bullying, namun tidak berdaya menghadapi kejadian bullying yang

menimpa mereka. Dalam jangka panjang emosi-emosi tersebut dapat

berujung pada munculnya perasaan rendah diri dan merasa bahwa dirinya

tidak berharga.

2. Kecerdasan Spiritual

a. Konsep Kecerdasan

Walters & Gardner (dalam Safaria, 2007) mendefinisikan bahwa

kecerdasan adalah sebagai suatu kemampuan atau serangkaian

kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan

masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya

tertentu. Sedangkan menurut Maramis (2006) kecerdasan adalah

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

gambaran abstrak yang disaring dari observasi perilaku dalam

bermacam-macam keadaan atau suatu konstruksi hipotesis dan hanya

dapat diduga dari tanda-tanda perilaku. Sehingga bagaimanapun juga,

kecerdasan ada sangkut-pautnya dengan kemampuan untuk menangkap

hubungan yang abstrak dan rumit, serta kemampuan memecahkan

masalah dan belajar dari pengalaman. Kemudian berkembanglah

pemahaman tentang jenis-jenis kecerdasan yang lain selain kecerdasan

intelektual seperti kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan lain

sebagainya.

Pada umumnya kecerdasan dapat dilihat dari kesanggupan

seseorang dalam bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedang

berubah, dengan keadaan di luar dirinya yang biasa maupun yang baru.

Jadi dengan kata lain perbuatan cerdas dapat dicirikan dengan adanya

kesanggupan bereaksi terhadap berbagai situasi. Kecerdasan bekerja

dalam suatu situasi yang berlainan tingkat kesukarannya. Kecerdasan

tidak bersifat statis tetapi kecerdasan manusia selalu mengalami

perkembangan. Berkembangnya kecerdasan sedikit banyak sejalan

dengan kematangan seseorang (Ahmadi, 2009).

b. Konsep Spiritual

Spiritual berasal dari kata spirit. Spirit mengandung arti semangat

atau sikap yang mendasari tindakan manusia. Spirit sering juga diartikan

sebagai ruh atau jiwa yang merupakan sesuatu bentuk energi yang hidup

dan nyata. Meskipun tidak kelihatan oleh mata biasa dan tidak

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

mempunyai badan fisik seperti manusia, spirit itu ada dan hidup. Spirit

bisa diajak berkomunikasi sama seperti kita bicara dengan manusia yang

lain. Interaksi dengan spirit yang hidup itulah sesungguhnya yang disebut

spiritual. Oleh karena itu spiritual berhubungan dengan ruh atau spirit.

Spiritual mencakup nilai-nilai yang melandasi kehidupan manusia

seutuhnya, karena dalam spiritual ada kreativitas, kemajuan, dan

pertumbuhan (Widi, 2008).

Nilai-nilai spiritual yang umum mencakup antara lain kebenaran,

kejujuran, kesederhanaan, kepedulian, kerjasama, kebebasan, kedamaian,

cinta, pengertian, amal baik, tanggung jawab, tenggang rasa, integritas,

rasa percaya, kebersihan hati, kerendahan hati, kesetiaan, kecermatan,

kemuliaan, keberanian, kesatuan, rasa syukur, humor, ketekunan,

kesabaran, keadilan, persamaan, keseimbangan, ikhlas, hikmah, dan

keteguhan (Suyanto, 2006).

Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa spiritual yang sehat tercermin

dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau

penyembahan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa serta perbuatan baik

yang sesuai dengan norma-norma masyarakat. Selanjutnya Burkhardt

(1993 dalam Blais, 2007) menguraikan karakteristik spiritual yang

meliputi hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan

dengan sesama, dan hubungan dengan Tuhan.

c. Kecerdasan Spiritual

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

Selama ini, yang namanya kecerdasan sering dikonotasikan dengan

kecerdasan intelektual atau yang lazim kita kenal dengan IQ (Intelligence

Quotient). Namun pada saat ini, anggapan bahwa kecerdasan manusia

hanya tertumpu pada dimensi intelektual saja sudah tidak relevan lagi.

Selain kecerdasan intelektual, manusia juga masih memiliki dimensi

kecerdasan lainnya diantaranya adalah kecerdasan emosional (EQ) dan

kecerdasan spiritual (SQ) (Yosef, 2005). Potensi kecerdasan yang kini

ramai dibicarakan orang yakni kecerdasan spiritual (Saifullah, 2005).

Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi

dan memecahkan persoalan makna kehidupan, nilai-nilai, dan keutuhan

diri yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam

konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai

bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan

dengan yang lain. Seseorang dapat menemukan makna hidup dari

bekerja, belajar dan bertanya, bahkan saat menghadapi masalah atau

penderitaan. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan jiwa yang

membantu menyembuhkan dan membangun diri manusia secara utuh.

Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk

memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan, SQ merupakan

kecerdasan tertinggi (Zohar & Marshall, 2011).

Kecerdasan spiritual secara terminologi adalah kecerdasan pokok

yang dengannya dapat memecahkan masalah-masalah makna dan nilai,

menempatkan tindakan atau suatu jalan hidup dalam konteks yang lebih

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

luas, kaya, dan bermakna (Siswanto, 2012). Kecerdasan spiritual

merupakan bentuk kecerdasan tertinggi yang memadukan kedua bentuk

kecerdasan sebelumnya, yakni kecerdasan intelektual dan kecerdasan

emosional. Kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang tertinggi

karena erat kaitannya dengan kesadaran orang untuk bisa memaknai

segala sesuatu dan merupakan jalan untuk bisa merasakan kebahagiaan

(Muhaimin, 2010).

Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna

spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu

menyinergikan IQ, EQ, dan SQ secara komprehensif (Agustian, 2011).

Yang paling sempurna kecerdasan spiritual harus bersumber dari ajaran

agama yang dihayati sehingga seseorang yang beragama sekaligus akan

menjadi orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi (Ahmad,

2006). Kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dengan berbagai cara

yaitu dengan merenungi keterkaitan antara segala sesuatu atau makna

dibalik peristiwa yang dialami, lebih bertanggung jawab terhadap segala

tindakan, lebih menyadari akan diri sendiri, lebih jujur pada diri sendiri,

dan lebih berani (Zohar & Marshall, 2011).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menarik

kesimpulan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dibangun

dari dua kecerdasan, yakni intelektual dan emosional. Orang yang

memiliki kecerdasan spiritual adalah orang yang bisa memecahkan

permasalahan tidak hanya menggunakan rasio dan emosi saja, namun

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

mereka menghubungkan dengan makna kehidupan secara spiritual.

Kecerdasan spiritual yang tumbuh sejak dini akan menjadi kekuatan

untuk menjadikan anak yang berani karena keyakinan kepada Tuhan,

optimis, dan melakukan kebajikan secara terus menerus.

d. Karakteristik Kecerdasan Spiritual

Sinetar (2001 dalam Safaria, 2007) menjelaskan beberapa

karakteristik seseorang yang memiliki potensi kecerdasan spiritual yang

tinggi. Adapun karakteristik tersebut antara lain adalah :

1) Memiliki kesadaran diri yang mendalam dan intuisi yang tajam. Ciri

utama munculnya kesadaran diri yang kuat pada seseorang adalah ia

memiliki kemampuan untuk memahami dirinya sendiri serta

memahami emosi-emosinya yang muncul, sehingga mampu berempati

dengan apa yang terjadi pada orang lain. Selain itu seseorang juga

memiliki intuisi yang tajam sehingga ia memiliki kemampuan untuk

mengendalikan perilakunya sendiri. Disamping itu seseorang juga

memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan kemauan yang keras untuk

mencapai tujuannya serta memiliki keyakinan dan prinsip-prinsip

hidup.

2) Memiliki pandangan yang luas terhadap dunia dan alam. Seseorang

melihat dirinya dan orang lain saling terkait, menyadari bahwa

bagaimanapun kosmos ini hidup dan bersinar sehingga seseorang

dapat melihat bahwa alam adalah sahabat manusia, muaranya ia

memiliki perhatian yang mendalam terhadap alam sekitarnya, dan

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

mampu melihat bahwa alam raya ini diciptakan oleh dzat yang Maha

Tinggi, yaitu Tuhan.

3) Memiliki moral yang tinggi dan kecenderungan merasa gembira.

Seseorang memiliki moral yang tinggi, mampu memahami nilai-nilai

kasih sayang, cinta, penghargaan kepada orang lain, senang

berinteraksi, cenderung selalu merasa gembira dan membuat orang

lain gembira.

4) Memiliki pemahaman tentang tujuan hidupnya. Seseorang dapat

merasakan arah nasibnya, melihat berbagai kemungkinan, seperti cita-

cita yang suci diantara hal-hal yang biasa.

5) Memiliki keinginan untuk selalu menolong orang lain, menunjukkan

rasa kasih sayang terhadap orang lain, dan pada umumnya memiliki

kecenderungan untuk mementingkan kepentingan orang lain.

6) Memiliki pandangan pragmatis dan efesien tentang realitas. Seseorang

memiliki kemampuan untuk bertindak realistis, mampu melihat situasi

sekitar, dan mau perduli dengan kesulitan orang lain.

Menurut Emmons (dalam Saifullah, 2005) menjelaskan lima

karakteristik orang yang cerdas secara spiritual yaitu :

1) Kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material.

Seseorang menyadari bahwa kehadiran dirinya di dunia merupakan

anugerah dan kehendak Tuhan dan menyadari bahwa Tuhan selalu

hadir dalam kehidupannya.

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

2) Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak.

Seseorang menyadari bahwa ada dunia lain di luar dunia kesadaran

yang ditemuinya sehari-hari sehingga ia meyakini bahwa Tuhan pasti

akan membantunya dalam menyelesaikan setiap tantangan yang

sedang dihadapinya. Dengan demikian, ia terhubung dengan

kesadaran kosmis di luar dirinya.

3) Kemampuan mensakralkan pengalaman sehari-hari. Ciri ketiga ini,

terjadi ketika kita meletakkan pekerjaan biasa dalam tujuan yang

agung dan mulia.

4) Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat

menyelesaikan masalah dan kemampuan untuk berbuat baik. Orang

yang cerdas secara spiritual, dalam memecahkan persoalan hidupnya

selalu menghubungkannya dengan kesadaran nilai yang lebih mulia

daripada sekadar menggenggam kalkulasi untung rugi yang bersifat

materi.

5) Memiliki rasa kasih yang tinggi pada sesama makhluk Tuhan.

Seseorang tidak akan kehilangan pijakan kakinya di bumi realitas, hal

ini ditunjukkan dengan menebar kasih sayang pada sesama.

Menurut Zohar dan Marshal (2011), karakteristik seseorang yang

kecerdasan spiritualnya telah berkembang dengan baik adalah seseorang

yang memiliki kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan

aktif), memiliki tingkat kesadaran yang tinggi (self awareness), memiliki

kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan; memiliki

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, memiliki

kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, selalu berusaha

untuk tidak menyebabkan kerugian bagi diri sendiri, orang lain dan alam

sekitar; berpandangan holistik dalam menghadapi suatu permasalahan

hidup, kecenderungan untuk bertanya mengapa dan bagaimana jika untuk

mencari jawaban yang mendasar, serta memiliki kemudahan untuk

bekerja melawan konvensi.

Zohar dan Marshal (2011), mengemukakan ada tiga sebab yang

membuat seseorang dapat terhambat secara spiritual, yaitu tidak

mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama sekali, telah

mengembangkan beberapa bagian namun tidak proporsional, dan

bertentangannya atau buruknya hubungan antara bagian-bagian.

e. Indikator Pengukuran Kecerdasan Spiritual

Menurut Tasmoro (2011) ada 8 indikator dalam kecerdasan

spiritual yaitu: Merasakan kehadiran Allah, berdzikir dan berdo’a,

memiliki kualitas sabar, Cenderung kepada kebaikan, memiliki empati,

berjiwa besar, melayani dan menolong. Selanjutnya menurut Agustian

(2011) aspek kecerdasan spiritual yaitu: Shiddiq, Istiqomah, Fathanah,

Amanah dan tabliq.

1) Kejujuran

Kejujuran adalah sifat yang melekat dari dalam diri seseorang

dan merupakan hal penting untuk dilakukan dalam hidup sehari-hari.

Menurut Rusyan (2006), arti jujur dalam bahasa Arab merupakan

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

terjemahan dari kata Shidiq yang artinya benar, dapat dipercaya.

Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan

kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah).

Jujur juga disebut benar, memberikan sesuatu yang benar atau sesuai

dengan kenyataan.

Perilaku yang jujur adalah perilaku yang diikuti dengan sikap

tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya, karena dia tidak pernah

berfikir untuk melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, sebab

sikap tidak bertanggung jawab merupakan pelecehan paling azasi

terhadap orang lain, serta sekaligus penghinaan terhadap dirinya

sendiri. Kejujuran dan rasa tanggung jawab yang memancar dari

qalbu, merupakan sikap sejati manusia yang bersifat universal,

sehingga harus menjadi keyakinan dan jati diri serta sikapnya yang

paling otentik, asli, dan tidak bermuatan kepentingan lain, kecuali

ingin memberikan keluhuran makna hidup.

2) Kerjasama

Budaya melayani dan menolong (salvation) merupakan bagian

dari citra diri seorang muslim. Mereka sadar bahwa kehadiran dirinya

tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap lingkungan. Individu ini

akan senantiasa terbuka hatinya terhadap keberadaan oranglain dan

merasa terpanggil atau ada semacam ketukan yang sangat keras dari

lubuk hatinya untuk melayani.

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

3) Kepedulian

Empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang

lain, mampu beradaptasi dan mampu memahami bathin seseorang.

Bahwa anak cerdas spiritual melihat orang lain bukan sebagai

ancaman melainkan kehadiran orang lain, bagi mereka yang cerdas

spiritual merupakan anugerah, karena hanya bersama orang lain itulah

dirinya akan mampu meningkatkan kualitas sebagai makhluk yang

memiliki multi potensi dihadapan Allah SWT, perbedaan dan

pluralitas dipandangnya sebagai rahmat yang akan memperkaya

nuansa bathiniahnya (Tasmoro, 2011)

4) Syukur

Syukur adalah berterimah kasih atas segala anugerah/ karunia

Allah SWT yang telah dilimpahkan kepada kita. Allah Swt telah

memberikan banyak anugerah kepada kita. Dalam hal ini semenjak

kita lahir hingga meninggal. Meskipun kita sekuat tenaga untuk

menghitung anugrah tersebut mustahil dapat menghitungnya. Oleh

karena itu, kita harus selalu bersyukur terhadap apa yang telang

dilimpahkan kepada kita.

5) Sabar

Sabar pada hakekatnya adalah kemampuan untuk dapat

menyelesaikan kekusutan hati dan menyerah diri kepada Tuhan

dengan sepenuh kepercayaan menghilangkan segala keluhan dan

berperang dalam hati sanubari dengan segala kegelisahan (Sulaiman,

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

2009). Sabar merupakan sendi yang harus benar-benar kuat dan

kokoh. Dan lebih jauh, sabar itu inheren dalam diri seseorang karena

bersifat inheren, maka kegagalan dalam mencapai sesuatu yang dicita-

citakan bersumber dari diri sendiri dan bukan dari orang lain (Khalid,

2008).

3. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Bullying

Kaitan dengan perilaku bullying, maka kecerdasan spiritual yang

dimiliki seseorang dapat menjadi landasan keimanan yang kuat kepada

Tuhan. tidak mengalami kegelisahan, emosinya cenderung stabil dan dapat

menentukan arah hidup yang jelas. Bila spiritual telah menjadi pusat sistem

mental kepribadian yang mantap, maka ia akan mendorong, mempengaruhi,

mengarahkan, mengolah, serta mewarnai semua sikap dan tingkah laku

seseorang. termasuk diantaranya berkaitan dengan kemampuan untuk

mencegah terjadinya perilaku bullying (Arfiani, 2014)

Zahrani (2005) mengemukakan sesungguhnya manusia yang mampu

menyeimbangkan kepribadian dirinya dalam memenuhi segala kebutuhan

tubuh dan kebutuhan spiritualnya dengan sebaik-baiknya tanpa berlebihan

sesuai dengan cara yang disyariatkan, maka ia telah mampu mewujudkan

kesehatan diri dan jiwanya. Indiaksinya antara lain adanya keimanan kepada

Alloh, konsisten dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya, cinta kepada

orangtua, suka membantu orang-orang yang membutuhkan amanah, berani

mengatakan kebenaran, menjauhi segala hal yang menyakiti manusia, dan

adanya pemahaman akan selalu menjaga kesehatan tubuh dengan tidak

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

membenaninya dengan suatu tugas yang tidak sesuai dengan

kemampuannya.

Al- Ghazali (2009) mengemukakan dorongan yang berhubungan

dengan aspek spiritual dalam diri manusia, seperti dorongan untuk

beragama, taqwa, cinta kebajikan, kebenaran dan keadilan, benci terhadap

kejahatan, kebatilan dan kezaliman. Dorongan tersebut secara tidak

langsung merupakan salah satu modal yang dapat mencegah seseorang

melakukan bullying.

Penelian Turney dan willis (dalam Sarwono, 2007) menemukan

bahwa yakin agama mempengaruhi kecilnya kecenderungan melakukan

bullying remaja. Agama dan nilai nilai moral akan menjadi pengendali

kehidupan manusia dan kedalam pembinaan pribadi yang jika tertanam kuat

maka semakin kuat pengaruhnya dalam pengendalian tingkah laku dan

pembentukan sikap. Kemampuan dalam menghadapi dan memecahkan

persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku

dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk

menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna disebut

dengan kecerdasan spiritual (Zohar & Marshal, 2011).

Kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang berpikir kreatif,

berwawasan jauh, membuat atau bahkan mengubah aturan, yang membuat

orang tersebut dapat bekerja lebih baik. Secara singkat kecerdasan spiritual

mampu mengintegrasikan dua kemampuan lain yang sebelumnya telah

disebutkan yaitu IQ dan EQ (Idrus, 2012). Ditambahkan oleh Iman (2005)

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

berkembangnya ilmu pengetahuan dan banyak penelitian yang telah

dilakukan menghasilkan pengetahuan baru untuk membuat kehidupan yang

lebih baik. Dahulu untuk menentukan keberhasilan seseorang dilakukan

dengan tes Intelegence Quotient (IQ). Seiring perkembangan zaman, IQ

tidak bisa berdiri sendiri untuk menentukan keberhasilan seseorang. IQ

salah satunya harus ditopang dengan Emotional Quotient (EQ). Terdapat

pemikiran bahwa IQ menyumbang paling banyak 20% bagi kesuksesan

hidup, sedangkan 80% ditentukan oleh faktor lain seperti kecerdasan

emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual.

Kecerdasan spiritual (SQ) dapat memfasilitasi dialog antara pikiran

dan emosi, antara jiwa dan tubuh. Dia juga mengatakan bahwa kecerdasan

spiritual juga dapat membantu sesorang untuk dapat melakukan transedensi

diri. Pengertian lain mengenai kecerdasan spiritual adalah kemampuan

untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui

langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang

seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik serta berprinsip hanya

karena Allah (Agustian, 2011).

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

B. KERANGKA TEORI

Gambar 2.1 Kerangka Teori Modifikasi Sumber: Wahyuni (2011), Astuti (2008), Sejiwa (2008), Wiyani (2012), Safaria (2007), Coloroso (2007)

Faktor yang mempengaruhi Perilaku Bullying: 1. Faktor keluarga 2. Karakteristik internal

individu 3. Faktor sekolah Sumber: Wahyuni (2011)

Perilaku Bullying

Karakteristik Perilaku Bullying: 1. Ketidakseimbangan

kekuatan 2. Perilaku agresi yang

menyenangkan 3. Perilaku yang berulang Sumber: Astuti (2008)

Spiritual Quotient (SQ) Karakteristik Spiritual Quotient (SQ): 1. Kemampuan untuk mentransendensikan yang

fisik dan material 2. Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran

yang memuncak 3. Kemampuan mensakralkan pengalaman sehari-

hari 4. Kemampuan untuk menggunakan sumber-

sumber spiritual buat menyelesaikan masalah dan berbuat baik

5. Memiliki rasa kasih yang tinggi pada sesama makhluk Tuhan

Sumber: Safaria (2007)

Jenis Perilaku Bullying: 1. Bullying Fisik 2. Bullying Verbal 3. Bullying Mental atau

Psikologis Sumber: SEJIWA (2008)

Dampak sebagai pelaku bullying, mereka tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat, kurang cakap dalam memandang sesuatu dari perspektif lain, tidak memiliki empati, serta menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang akan datang. Sementara dampak negatif bagi korbannya adalah akan timbul perasaan depresi dan marah Sumber: Coloroso (2007)

42

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

C. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep atau kerangka berfikir merupakan dasar pemikiran

pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan

pustaka. Kerangka konsep menurut teori, dalil atau konsep-konsep yang akan

dijadikan dasar untuk melakukan penelitian (Saryono, 2009).

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan:

= diteliti

Perilaku Bullying pada Remaja

Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient)

= arah penelitian

Faktor yang mempengaruhi Perilaku Bullying: 1. Faktor keluarga 2. Karakteristik internal individu

(IQ, EQ) 3. Faktor sekolah

Karakteristik Spiritual Quotient (SQ): 1. Kemampuan untuk

mentransendensikan yang fisik dan material

2. Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak

3. Kemampuan mensakralkan pengalaman sehari-hari

4. Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan masalah dan berbuat baik

5. Memiliki rasa kasih yang tinggi pada sesama makhluk Tuhan

= tidak diteliti

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku Bullyingrepository.ump.ac.id/7883/3/AVI MUGI LESTARI BAB II.pdf · bullying sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh popular

D. HIPOTESIS

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar

atau salah, bisa diterima bisa ditolak (Notoatmodjo, 2010). Adapun hipotesa

dalam penelitian ini adalah:

Ha : Ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku bullying pada

remaja di SMP Al Irsyad Al Islamiyah Purwokerto tahun 2018.

H0 : Tidak ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku bullying

pada remaja di SMP Al Irsyad Al Islamiyah Purwokerto tahun 2018.

44

Hubungan Antara Kecerdasan..., AVI MUGI LESTARI, Fakultas Ilmu Keseahtan UMP, 2018