BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca...

27
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada tubuh dan terdiri dari tiga fase yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pasca operatif. Fase pasca operatif dimulai saat klien masuk ke ruang pasca anastesi dan berakhir ketika luka telah benar-benar sembuh. Selama fase pasca operatif, tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain mengkaji respons klien (fisiologik dan psikologik) terhadap tindakan pembedahan, melakukan intervensi untuk memfasilitasi proses penyembuhan dan mencegah komplikasi, memberi penyuluhan dan memberikan dukungan kepada klien dan orang terdekat, dan merencanakan perawatan di rumah. Tujuannya adalah membantu klien mencapai status kesehatan yang paling optimal. Peran perawat selama fase pasca operatif sangat penting terutama untuk pemulihan klien. Anastesi menghambat kemampuan klien untuk berespons terhadap stimulus lingkungan dan untuk membantu mereka sendiri, meskipun derajat kesadaran klien mungkin akan sangat beraneka ragam. Selain itu, pembedahan dapat menyebabkan trauma pada tubuh dengan mengganggu mekanisme protektif dan homeostatis (Kozier, 2011). b. Masalah Pasca Operasi Pembedahan dapat melibatkan beberapa sistem tubuh secara langsung maupun tidak langsung, dan merupakan pengalaman yang rumit bagi klien, diagnosis keperawatan berfokus pada luasnya variasi masalah aktual, potensial, dan kolaboratif. Masalah yang sering ditemukan pada pasca operatif adalah masalah sirkulasi, masalah urinarius, masalah luka, masalah gastrointestinal, dan masalah rasa aman nyaman (Kozier, 2011). Tindakan pembedahan dapat menimbulkan nyeri pasca operatif pada klien. Nyeri biasanya dirasakan 12 sampai 36 jam pasca pembedahan. Selama periode

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pasca Operasi

a. Pengertian Pasca Operasi

Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada tubuh dan

terdiri dari tiga fase yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pasca operatif. Fase pasca

operatif dimulai saat klien masuk ke ruang pasca anastesi dan berakhir ketika luka

telah benar-benar sembuh. Selama fase pasca operatif, tindakan keperawatan yang

dilakukan antara lain mengkaji respons klien (fisiologik dan psikologik) terhadap

tindakan pembedahan, melakukan intervensi untuk memfasilitasi proses

penyembuhan dan mencegah komplikasi, memberi penyuluhan dan memberikan

dukungan kepada klien dan orang terdekat, dan merencanakan perawatan di

rumah. Tujuannya adalah membantu klien mencapai status kesehatan yang paling

optimal. Peran perawat selama fase pasca operatif sangat penting terutama untuk

pemulihan klien. Anastesi menghambat kemampuan klien untuk berespons

terhadap stimulus lingkungan dan untuk membantu mereka sendiri, meskipun

derajat kesadaran klien mungkin akan sangat beraneka ragam. Selain itu,

pembedahan dapat menyebabkan trauma pada tubuh dengan mengganggu

mekanisme protektif dan homeostatis (Kozier, 2011).

b. Masalah Pasca Operasi

Pembedahan dapat melibatkan beberapa sistem tubuh secara langsung maupun

tidak langsung, dan merupakan pengalaman yang rumit bagi klien, diagnosis

keperawatan berfokus pada luasnya variasi masalah aktual, potensial, dan

kolaboratif. Masalah yang sering ditemukan pada pasca operatif adalah masalah

sirkulasi, masalah urinarius, masalah luka, masalah gastrointestinal, dan masalah

rasa aman nyaman (Kozier, 2011).

Tindakan pembedahan dapat menimbulkan nyeri pasca operatif pada klien.

Nyeri biasanya dirasakan 12 sampai 36 jam pasca pembedahan. Selama periode

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

8

awal pasca operatif, pemberian analgesik yang terkontrol melalui kateter intravena

sering kali diprogramkan (Potter & Perry, 2006).

2. Laparatomi

a. Pengertian Laparatomi

Laparatomi merupakan suatu prosedur pembedahan mayor dengan melakukan

penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian

organ yang mengalami masalah (Sjamsuhidayat & Jong, 2005).

Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput perut

(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010). Ada 4 cara, yaitu:

1) Midline incisi.

2) Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5

cm).

3) Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas, misalnya

pembedahan colesistomy dan splenektomy.

4) Transverse lower abdomen incision, yaitu insisi melintang di bagian bawah ± 4

cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya pada operasi appendiktomy.

b. Jenis Laparatomi Menurut Indikasi

Menurut Sjamsuhidayat & Jong (2005) jenis-jenis laparatomi adalah sebagai

berikut:

1) Adrenektomi: pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar adrenalin.

2) Apendiktomi: operasi pengangkatan apendiks.

3) Gastrektomi: pengangkatan sepertiga distal lambung (duodenum/jejenum,

mengangkat sel-sel penghasil gastrin dalam bagian sel parital).

4) Histerektomi: pengangkatan bagian uterus.

5) Kolektomi: seksisi bagian kolon atau seluruh kolon.

6) Pankreatomi: pengangkatan pankreas.

7) Sectio caesarea: pengangkatan jenis dengan membuka dinding ovarium

melalui abdomen.

8) Siksetomi: operasi pengangkatan kandung kemih.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

9

9) Selfigo oofarektomi: operasi pengangkatan salah satu atau kedua tuba falopi

dan ovarium.

c. Indikasi Laparatomi

Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2010) indikasi pembedahan laparatomi

antara lain sebagai berikut:

1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam) atau ruptur hepar.

2) Peritonitis.

3) Perdarahan saluran pencernaan (Internal Blooding).

4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

5) Masa pada abdomen.

d. Perawatan Pasca Laparatomi

Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2010) perawatan pasca laparatomi

adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang

telah menjalani pembedahan abdomen. Tujuan perawatan pasca laparatomi:

1) Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

2) Mempercepat penyembuhan.

3) Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.

4) Mempertahankan konsep diri pasien.

5) Mempersiapkan pasien pulang.

e. Nyeri Pembedahan Laparatomi

Saat klien sadar dari anastesi umum maka rasa nyeri menjadi sangat terasa.

Area insisi mungkin menjadi satu-satunya sumber nyeri. Secara signifikan, nyeri

dapat memperlambat pemulihan. Nyeri akut akibat insisi menyebabkan klien

gelisah dan mungkin nyeri ini yang menyebabkan tanda-tanda vital berubah.

Klien yang mendapat anastesi regional dan lokal biasanya tidak mengalami nyeri

karena area insisi masih berada di bawah pengaruh anastesi. Klien menjadi ragu-

ragu untuk melakukan batuk, nafas dalam, mengganti posisi, ambulasi, atau

melakukan latihan-latihan yang diperlukan (Potter & Perry, 2006).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

10

Pasca pembedahan pasien merasakan nyeri hebat. Nyeri akut setelah

pembedahan mayor setidak-tidaknya mempunyai fungsi positif, berperan sebagai

peringatan bahwa perawatan khusus harus dilakukan untuk mencegah trauma

lebih lanjut pada daerah tersebut. Nyeri setelah pembedahan normalnya dapat

diramalkan hanya terjadi dalam durasi yang terbatas, lebih singkat dari waktu

yang diperlukan untuk perbaikan alamiah jaringan-jaringan yang rusak

(Purwandari, 2014).

g. Komplikasi Pasca Laparatomi

1) Gangguan perfusi perifer jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.

Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya

besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah

vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.

Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, dan ambulatif dini.

2) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan luka infeksi.

Infeksi luka yang sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme yang

paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens, organisme; gram

positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka

yang paling penting adalah perawatan luka yang paling penting adalah perawatan

luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.

3) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi

Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah

keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau

eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan

yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah

(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010).

3. Konsep Nyeri

a. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan yang Nyeri

adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

11

kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama

seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama

banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik

atau pengobatan (Smeltzer & Bare, 2002).

Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri.

Apabila seseorang merasakan nyeri, maka prilakunya akan cenderung berubah.

Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang harus

menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji (Potter & Perry, 2006).

b. Fisiologi Nyeri

1) Transduksi

Transduksi adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga

menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Selama fase transduksi,

stimulus berbahaya seperti prostaglandin, bradikinin, serotonin, histamin, dan

substansi P. Neurotransmiter ini menstimulasi nosiseptor dan memulai

transmisi nosiseptif. Obat nyeri dapat bekerja selama fase ini dengan

menghambat prostaglandin (Kozier, 2011).

2) Transmisi

Transmisi adalah suatu proses penyaluran impuls nyeri dari tempat

transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal medula spinalis dan

jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medula spinalis ke otak.

Teansmisi meliputi tiga segmen. Segmen pertama, substansi P bertindak

sebagai sebuah neurotransmiter yang meningkatkan pergerakan impuls

menyebrangi sinaps saraf dari neuron aferen prmer ke neuron ordo kedua di

kornu dorsalis medula spinalis. Serabut C yang mentransmisikan nyeri tumpul

yang berkepanjangan, dan serabut A-delta yang mentransmisikan nyeri tajam

dan lokal. Segmen kedua adalah transmisi dari medula spinalis dan asendens,

melalui traktus spinotalamus, ke batang otak dan talamus. Spinotalamus terbagi

menjadi dua jalur khusus, yaitu neospinothalamic (NS) dan jalur

paleospinothalamic (PS). Segmen ketiga melibatkan transmisi sinyal antara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

12

talamus ke korteks sensorik somatik tempat terjadinya persepsi nyeri (Kozier,

2011).

3) Persepsi

Persepsi adalah pengalaman subjektif yang dihasilkan oleh aktivitas

transmisi nyeri. Impuls nyeri ditransmisikan melalui spinotalamus menuju ke

pusat otak dimana persepsi ini terjadi. Sensasi nyeri yang ditransmisikan

melalui neospinothalamic (NS) menuju talamus, dan sensasi nyeri yang

ditransmisikan melalui paleospinothalamic (PS) menuju batang otak,

hipotalamus, dan talamus. Bagian dari Central Nervous System (CNS) ini

berkontribusi terhadap persepsi awal nyeri. Proyeksi ke sistem limbik dan

korteks frontal memungkinkan ekspresi dari komponen afektif nyeri. Proyeksi

ke korteks sensorik yang terletak di lobus parietal memungkinkan pasien untuk

menggambarkan pengalaman sensorik dan karakteristik nyerinya, seperti

lokasi, intensitas, dan kualitas nyeri. Komponen kognitif nyeri melibatkan

beberapa bagian korteks serebral. Ketiga komponen ini menggambarkan

interpretasi subjektif dari nyeri. Sama dengan proses subjektif tersebut,

ekspresi wajah dan gerakan tubuh tertentu merupakan indikator perilaku nyeri

yang terjadi sebagai akibat dari proyeksi serabut nyeri ke korteks motorik di

lobus frontal (Kozier, 2011).

4) Modulasi

Modulasi seringkali digambarkan sebagai sistem desendens, proses keempat

ini terjadi saat neuron di batang otak mengirimkan sinyal menuruni kornu

dorsalis medula spinalis. Serabut desendens ini melepaskan zat seperti opoid

endogen, serotonin, dan norepinefrin yang dapat menghambat naiknya impuls

berbahaya di kornu dorsalis. Namun, neurotransmiter ini diambil kembali oleh

tubuh, yang membatasi kegunaan analgesiknya (Kozier, 2011).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

13

Gambar 1: Fisiologi Nyeri

Transduksi

Transmisi

Persepsi

(Sumber Kozier, 2011)

Stimulus Nyeri (indikator fisiologis nyeri)

Kerusakan jaringan

Stimulasi nosiseptor

Serabut A-delta Serabut C

Medulla Spinalis

Jalur neospinothalamic (NS)

Jalur paleospinothalamic (PS)

Talamus Batang otak, hipotalamus, talamus

Sistem limbik (komponen afektif)

Lobus parietal dari korteks serebri (Komponen sensori)

Lobus frontal (komponen perilaku)

Bagian lain dari korteks serebri (komponen kognitif)

Modulasi

Opoid endogen yang diproduksi oleh sistem saraf pusat dan medulla spinalis

Substansi P

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

14

c. Gate Control Theory

Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana

nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri, namun teori gerbang kendali

(Gate Control Theory) yang dikembangkan oleh Melzack dan Wall (1974)

dianggap paling relevan. Teori gate control menyatakan bahwa impuls nyeri dapat

diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat.

Teori ini menyimpulkan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan

dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Upaya menutup

pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri (Smeltzer &

Bare, 2002).

Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan

yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka

pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Neuron delta-A dan

C melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme

pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal

dan cepat, yang melepaskan neurotransmitter penghambat. Apabila masukan yang

dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan

(Potter & Perry, 2006). Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat

pusat korteks yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri.

Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin,

suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Endorfin sebagai agonis

sistem penghambat nyeri tubuh sendiri telah diidentifikasi sebagai polipeptida dan

oligopeptida. Sementara dinorfin dengan 17 atau 18 asam amino, pentapeptida

metionin enkapalin. Opoid endogen terdiri atas 5 asam amino ujung dari endorfin

serta 5 asam amino ujung dari dinorfin. Endorfin dan dinorfin berkerja pada

reseptor yang sama, disebut reseptor opiat, sehingga menunjukkan kerja

farmakodinamika yang sama seperti opiat (Novita, 2012).

Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat

pelepasan substansi P. Teknik distraksi (misalnya, hipnosis, masase, musik, dan

guided imagery), konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

15

melepaskan endorfin sehingga pesan yang sampai di korteks adalah stimulasi

modulasi dan bukan nyeri (Potter & Perry, 2006).

d. Klasifikasi Nyeri

1) Nyeri akut

Nyeri akut merupakan sensasi yang terjadi secara mendadak, paling sering

terjadi sebagai respons terhadap beberapa jenis trauma. Penyebab umum nyeri

akut adalah trauma akibat kecelakaan, infeksi, dan pembedahan. Nyeri akut

terjadi dalam periode waktu yang singkat, biasanya kurang dari 6 bulan,

bersifat intermiten, dan tidak konstan (Rosdahl & Kowalski, 2017).

Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, harus

menjadi prioritas perawatan. Misalnya, nyeri pasca operasi yang akut

menghambat kemampuan klien untuk terlibat aktif dan meningkatkan risiko

komplikasi akibat imobilisasi. Rehabilitasi dapat tertunda dan hospitalisasi

menjadi lama jika nyeri akut tidak dikontrol. Kemajuan fisik atau psikologis

tidak dapat terjadi selama nyeri akut masih dirasakan karena klien

memfokuskan semua perhatiannya pada upaya untuk mengatasi nyeri. Setelah

nyeri teratasi, maka klien dan tim perawatan kesehatan dapat memberikan

perhatian penuh pada upaya penyembuhan klien (Potter & Perry, 2006).

2) Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan ketidaknyamanan yang berlangsung dalam periode

waktu lama lebih dari 6 bulan. Penyebab umum nyeri kronis seperti tumor

invasif yang tidak dapat dioperasi (Rosdahl & Kowalski, 2017).

Klien yang mengalami nyeri kronis seringkali mengalami periode remisi

(gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan

meningkat). Sifat nyeri kronis, yang tidak dapat diprediksi. Nyeri menjadi

bagian dari setiap aspek kehidupan. Nyeri kronis merupakan penyebab utama

ketidakmampuan fisik dan psikologis sehingga muncul masalah. Individu yang

mengalami nyeri kronis seringkali tidak beradaptasi terhadap nyeri, tetapi

tampaknya lebih menderita seiring berjalannya waktu karena kelelahan mental

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

16

dan fisik. Pada individu yang mengalami nyeri kronis timbul suatu perasaan

tidak aman karena pasien tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari

hari ke hari. Gejala nyeri kronis meliputi keletihan, insomnia, anoreksia,

penurunan berat badan, depresi, putus asa, dan kemarahan (Potter & Perry,

2006).

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

1) Usia

Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara

luas. Pengkajian nyeri pada lansia mungkin sulit karena perubahan fisiologis

dan psikologis yang menyertai proses penuaan. Persepsi nyeri pada lansia

mungkin berkurang sebagai akibat dari perubahan patologis berkaitan dengan

beberapa penyakit, tetapi pada individu lansia yang sehat persepsi nyeri

mungkin tidak berubah. Lansia cenderung untuk mengabaikan nyeri dan

menahan nyeri yang berat dalam waktu yang lama sebelum melaporkannya

atau mencari perawatan kesehatan. Lansia mengatasi nyeri sesuai dengan gaya

hidup, kepribadian, dan latar belakang budaya mereka (Smeltzer & Bare,

2002).

2) Jenis kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda dalam berespons terhadap

nyeri. Beberapa kebudayaan menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus

berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis

dalam situasi yang sama. Sehingga, kebutuhan nakotik pasca operasi pada

perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa

individu berjenis kelamin perempuan lebih mengartikan negatif terhadap nyeri

(Potter & Perry, 2006).

3) Kebudayaan

Keyakinan dan nila-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi

nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

17

kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana mereka bereaksi terhadap

nyeri (Potter & Perry, 2006).

Perilaku yang berhubungan dengan nyeri adalah sebuah bagian dari proses

sosialisasi. Misalnya, individu dalam sebuah budaya mungkin belajar untuk

ekspresif terhadap nyeri, sementara individu dari budaya lain mungkin belajar

untuk menyimpan perasaan nyeri yang dialaminya dan tidak mengganggu

orang lain (Kozier, 2011).

4) Makna Nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman

nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan

secara dekat dengan latar belakang budaya individu. Individu akan

mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut

memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Derajat

dan kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan dengan makna nyeri

(Potter & Perry, 2006).

5) Perhatian

Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan

respons nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi)

dihubungkan dengan respons nyeri yang menurun (Potter & Perry, 2006).

6) Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali

meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu

perasaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih

mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang

memiliki status emosional yang kurang stabil. Apabila rasa cemas tidak

mendapat perhatian di dalam suatu lingkungan, maka rasa cemas tersebut dapat

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

18

menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius (Potter &

Perry, 2006).

7) Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan

sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila

keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri dapat terasa lebih berat.

Nyeri seringkali berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur

yang lelap dibanding pada akhir hari yang melelahkan (Potter & Perry, 2006).

8) Pengalaman Nyeri Sebelumnya

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut

akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.

Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian masalah nyeri

tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang hebat, maka ansietas sembuh

atau bahkan rasa takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalami

nyeri dengan jenis yang sama dan berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri

tersebut dengan berhasil dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut

untuk menginterpretasikan sensasi nyeri (Potter & Perry, 2006).

9) Gaya Koping

Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun

keseluruhan/total. Klien seringkali menemukan berbagai cara untuk

mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri. Penting

untuk memahami sumber-sumber koping klien selama mengalami nyeri.

Sumber-sumber seperti berkomunikasi dengan keluarga, melakukan latihan,

atau menyanyi dapat digunakan dalam rencana asuhan keperawatan dalam

upaya mendukung klien dan mengurangi nyeri sampai ke tingkat tertentu

(Potter & Perry, 2006).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

19

10) Dukungan Keluarga dan Sosial

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respons nyeri yaitu kehadiran

orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.

Individu dari kelompok sosiobudaya yang memiliki harapan yang berbeda

tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan mereka tentang nyeri.

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga

atau teman untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan.

Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang yang dicintai klien akan

meminimalkan kesepian dan ketakutan (Potter & Perry, 2006).

f. Penilaian Respons Terhadap Nyeri

Indikator tunggal terpenting keberadaan dan intensitas nyeri adalah laporan

klien mengenai nyeri. Penggunaan skala nyeri adalah metode yang mudah dan

reliabel dalam menentukan intensitas nyeri klien. Skala tersebut memberikan

konsistensi kepada perawat untuk berkomunikasi dengan klien dan pemberi

perawatan kesehatan lain. Untuk efektifitas penggunaan skala peringkat nyeri,

klien tidak hanya perlu memahami penggunaan skala tetapi juga harus diajarkan

tentang bagaimana informasi tersebut akan digunakan untuk menentukan

perubahan kondisi mereka dan efektifitas intervensi penatalaksanaan nyeri. Klien

juga harus diminta untuk menunjukkan tingkat kenyamanan yang dapat diterima

sehingga mereka dapat melakukan aktivitas yang spesifik (Kozier, 2011).

Ada 4 metode penilaian dapat dilakukan skala sebagai berikut:

1) Skala numerik (Numerik Descriptor Scale, NDS), lebih digunakan sebagai

pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan

menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji

intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik (Potter & Perry,

2006).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

20

Gambar 2: Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS)

(Sumber: Potter & Perry, 2006)

2) Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih

objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan

sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun

dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari

“tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat

menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas

nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri

terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri yang terasa paling tidak

menyakitkan.

Gambar 3: Pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)

(Sumber: Potter & Perry, 2006)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

21

3) Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) tidak melalui subdivisi.

VAS merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus

menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. VAS

dapat mengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian.

Gambar 4: Pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)

(Sumber: Potter & Perry, 2006)

4) Skala faces, Wong dan Baker (1988) mengembangkan skala wajah untuk

mengkaji nyeri nyeri pada anak-anak. Skala tersebut terdiri dari enam wajah

dengan profil yang menggambarkan wajah yang sedang tersenyum (wajah

tidak nyeri) kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah yang

ketakutan (nyeri yang sangat). Anak-anak berusia tiga tahun dapat

menggunakan skala tersebut. Para peneliti mulai meneliti penggunaan skala

wajah ini pada orang dewasa. Skala nyeri harus dirancang sehingga skala

tersebut mudah digunakan dan tidak mengonsumsi banyak waktu saat klien

melengkapinya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

22

Gambar 5: Skala wajah (Wong dan Baker)

(Sumber: Potter & Perry, 2006)

g. Penilaian Skala Nyeri

Menurut Potter & Perry (2006) penilaian skala nyeri dengan skala 0-10

(Comparative Pain Scale).

1) Skala 0 tidak ada rasa sakit, merasa normal.

2) Skala 1-3 berarti nyeri ringan, masih bisa ditahan, aktifitas tidak terganggu.

3) Skala 4-6 berarti nyeri sedang, mengganggu aktifitas fisik.

4) Skala 7-10 berarti nyeri berat, tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri.

h. Penatalaksanaan Nyeri

Penatalaksanaan nyeri adalah peredaan nyeri atau pengurangan nyeri sampai

pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima klien. Penatalaksanaan nyeri

tersebut meliputi dua tipe dasar intervensi keperawatan: farmakologi dan

nonfarmakologi.

1) Penatalaksanaan nyeri terapi farmakologis

Penatalaksanaan nyeri farmakologi mencakup penggunaan opoid (narkotik),

Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID), dan analgesik penyerta atau

koanalgesik. Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi

nyeri. Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat

dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesik dalam penanganan

nyeri karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien

akan mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

23

menggunakan analgesik narkotik, dan pemberian obat yang kurang diresepkan.

Perawat harus mengetahui obat-obatan yang tersedia untuk menghilangkan nyeri

dan efek-efek farmakologi obat-obatan tersebut.

Ada tiga jenis analgesik, yaitu 1) Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs

(NSAID), 2) analgesik narkotik atau opiate, dan 3) obat tambahan (adjuvan) atau

koanalgesik. NSAID non-narkotik umumnya menghilangkan nyeri ringan dan

nyeri sedang, seperti nyeri yang terkait dengan artritis reumatoid, prosedur

pengobatan gigi dan prosedur bedah minor, episiotomi, dan masalah pada

punggung bagian bawah. Satu pengecualian, yaitu ketorolak (Toradol),

merupakan agen analgesik pertama yang dapat diinjeksikan yang kemanjurannya

dapat dibandingkan dengan morfin (Potter & Perry, 2006).

Analgesik opiate atau narkotik umumnya diresepkan untuk nyeri yang sedang

sampai berat, seperti nyeri pasca operasi dan nyeri maligna. Analgesik ini bekerja

pada sistem saraf pusat untuk menghasilkan kombinasi efek yang mendepresi dan

menstimulasi.

Ada 4 jenis analgesik yang digunakan untuk mengatasi nyeri, yaitu:

a) Analgesik non-narkotik: asetaminofen (tylenol) dan asam asetilsalisilat

(aspirin).

b) NSAID: ibuprofen, naproksen, indometasin, tolmetin, piroksikam, dan

ketorolak.

c) Analgesik narkotik: meperidin, metilmorfin, morfin sulfat, fentanil, butofanol,

dan hidromorfon HCL.

d) Adjuvan: amitriptilin, hidroksin, klorpromazin, dan diazepam.

2) Penatalaksanaan nyeri terapi nonfarmakologi

Penatalaksanaan nyeri nonfarmakologi mencakup intervensi perilaku-kognitif

dan penggunaan agen-agen fisik. Tujuan intervensi perilaku-kognitif adalah

mengubah persepsi klien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi

klien rasa pengendalian yang lebih besar. Agen-agen fisik bertujuan memberi rasa

nyaman, memperbaiki disfungsi fisik, mengubah respons fisiologis, dan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

24

mengurangi rasa takut yang terkait dengan imobilisasi. Manajemen nyeri dengan

menggunakan terapi nonfarmakologis yang bisa digunakan, yaitu:

a) Stimulasi dan masase kutaneus

Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering digpusatkan pada

punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor yang

sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem

kontrol desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase

membuat relaksasi otot (Potter & Perry, 2006).

b) Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah sebuah metode

pemberian stimulasi elektrik bervoltase rendah secara langsung ke area nyeri yang

telah teridentifikasi, ke titik akupresur, di sepanjang area saraf tepi yang

mempersarafi area nyeri, atau di sepanjang kolumna spinalis. TENS terdiri dari

alat portabel yang dioperasikan dengan baterai dengan kawat utama dan bantalan

elektroda yang ditempelkan pada area kulit yang dipilih (Potter & Perry, 2006).

c) Distraksi (terapi musik)

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri.

Distraksi dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sitem kontrol

desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang ditransmisi ke

otak. Salah satu distraksi yang efektif adalah musik, yang dapat menurunkan nyeri

fisiologis,stres, dan kecemasan (Potter & Perry, 2006).

d) Relaksasi

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari

ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi

lambat dan berirama (Potter & Perry, 2006).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

25

e) Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara

yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Dengan mata

terpejam, individu diinstruksikan untuk membayangkan bahwa dengan setiap

nafas yang diekshalasi secara lambat ketegangan otot dan ketidaknyamanan

dikeluarkan, menyebabkan tubuh yang rileks dan nyaman (Potter & Perry, 2006).

f) Hipnosis

Suatu pendekatan kesehatan holistik, hipnosis diri menggunakan sugesti diri dan

kesan tentang perasaan yang rileks dan damai. Konsentrasi yang intensif

mengurangi ketakutan dan stres karena individu berkonsentrasi hanya pada satu

pikiran (Potter & Perry, 2006).

4. Terapi Musik

a. Pengertian Terapi Musik

Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”. Kata “terapi”

berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau

menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik

atau mental. Kata “musik” dalam “terapi musik” digunakan untuk menjelaskan

media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Terapi musik adalah

terapi yang bersifat nonverbal. Dangan bantuan musik, pikirann klien dibiarkan

untuk mengembara, baik untuk mengenang hal-hal yang membahagiakan,

membayangkan ketakutan-ketakutan yang dirasakan, mengangankan hal-hal yang

diimpikan dan dicita-citakan, atau langsung mencoba menguraikan permasalahan

yang ia hadapi.

Terapi musik mempunyai tujuan yaitu membantu mengekspresikan perasaan,

membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana

hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik

untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Dengan demikian,

terapi musik juga diharapkan dapat membantu mengatasi stres, mencegah

penyakit dan meringankan rasa sakit (nyeri). Terapi musik merupakan sebuah

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

26

pekerjaan yang menggunakan musik dan aktivitas musik untuk mengatasi

kekurangan dalam aspek fisik, emosi, kognitif, dan sosial pada anak-anak serta

orang dewasa yang mengalami gangguan atau penyakit tertentu (Djohan, 2013).

Terapi musik adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang menggunakan

musik dan aktivitas musik untuk mengatasi berbagai masalah dalam aspek fisik,

psikologis, kognitif, dan kebutuhan sosial individu yang mengalami cacat fisik

(AMTA, 1997 dalam Djohan, 2013). Terapi musik adalah penggunaan musik

dalam lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang

membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan

psikologis (Wigram, 2000 dalam Djohan, 2013).

b. Manfaat Terapi Musik

Menurut Tasari (2017) Manfaat musik adalah sebagai berikut:

1) Musik menutupi perasaan yang tidak menyenangkan.

2) Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak.

3) Musik mempengaruhi pernapasan.

4) Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah.

5) Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi

tubuh.

6) Musik berpengaruh terhadap suhu tubuh.

7) Musik dapat mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stres.

8) Musik dapat memperkuat ingatan.

9) Musik mampu menciptakan rasa nyaman.

10) Musik mampu meningkatkan daya tahan.

11) Musik mampu meringankan rasa sakit.

c. Terapi Musik Untuk Proses Penyembuhan

Musik instrumental adalah musik yang melantun tanpa vokal, dan hanya

instrument atau alat musik saja yang melantun. Manfaat musik instrumental

adalah musik instrumental menjadikan badan, pikiran, dan mental menjadi lebih

sehat dan rileks (Faridah, 2016). Kini di beberapa rumah sakit di luar negeri, telah

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

27

banyak yang melakukan terapi musik dalam proses penyembuhan pasien. Terapi

musik, umumnya menggunakan intervensi musik untuk memulihkan dan

meningkatkan kondisi fisik emosi, fisiologis, dan kesehatan jiwa pasien

(Dofi,2010).

Ketika pasien menghadapi masalah atau tekanan berat, musik membantu

mengalihkan perhatian dari rasa sakit. Penyembuhan melalui suara didasarkan

pada pengertian bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini adalah vibrasi.

Maka dengan musik dan suara, gangguan di dalam keseimbangan manusia dapat

diperbaiki. Karena itu, penyembuhan melalui suara adalah penggunaan vibrasi

frekuensi atau bentuk suara yang dikombinasikan dengan musik atau elemen

musikal untuk meningkatkan kesembuhan (Djohan, 2013). Musik dapat

merangsang pengeluaran endorphin dan serotonin, yaitu sejenis morfin alami

tubuh dan juga merangsang pengeluaran metanonin sehingga kita bisa merasa

lebih rileks (Primadita, 2011).

d. Terapi Musik Terhadap Nyeri

Salah satu teknik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri yaitu distraksi dengan

menggunakan terapi musik. Terapi musik sendiri dapat menurunkan nyeri

fisiologis dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri yang dirasakan.

Terapi musik dilakukan minimal 15 menit supaya memberikan efek terapeutik.

Mendengarkan musik dapat memberikan hasil yang efektif dalam upaya

mengurangi nyeri pasca operasi (Potter & Perry, 2006). Saat seseorang

mendengarkan musik, gelombangnya ditransmisikan melalui ossicles di telinga

tengah dan melalui cairan cochlear berjalan menuju telinga dalam. Membran

basilaris cochlea merupakan area resonansi dan berespon terhadap frekuensi

getaran yang bervariasi. Rambut silia sebagai sensori reseptor yang mengubah

frekuensi getaran menjadi getaran elektrik dan langsung terhubung dengan ujung

nervus pendengaran. Nervus auditori primer menerima input dan mempersepsikan

getaran dan melodi yang rumit, dan dipengaruhi oleh pengalaman seseorang.

Korteks auditori sekunder lebih lanjut memproses interpretasi musik sebagai

gabungan harmoni, melodi, dan ritme (Wilgram, 2002 dalam Novita, 2012).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

28

Mekanisme musik dalam memberikan efek menurunkan nyeri telah dijelaskan

dalam teori Gate Control, dimana kesan yang muncul bahwa transmisi dari hal

yang berpotensi sebagai impuls nyeri bisa dimodulasikan oleh bagian dari spinal

cord. Gate Control Theory menyatakan bahwa sinyal nyeri yang ditransmisikan

dari bagian yang mengalami cidera melalui reseptor-reseptor nervus di spinal, lalu

sinaps-sinaps menyampaikan informasi ke otak. Saat gerbang (gate) tertutup,

sinyal nyeri akan dicegah mencapai otak. Namun saat gerbang terbuka, impuls-

impuls tersebut akan mampu mencapai otak dan menginformasikan pesan sebagai

nyeri. Saat impuls sensori lain yang dikirim (musik) bersamaan dengan

berjalannya impuls nyeri, maka ipuls-impuls ini akan berkompetisi untuk

mencapai otak. Pada keadaan gerbang baik terbuka maupun tertutup, musik

dipercaya dapat mengurangi persepsi nyeri pasien (Novita, 2012). Alunan musik

lembut yang menenangkan dan stimulasi gelombang otak dengan frekuensi

deepdelta untuk merangsang kondisi relaksasi. Pada kondisi deepdelta, akan

terjadi pelepasan endorfin (Tasari, 2017). Menurut para pakar terapi musik, tubuh

manusia memiliki pola getar dasar. Kemudian vibrasi musik terkait erat dengan

frekuensi dasar tubuh, pikiran, dan jiwa manusia yang menimbulkan perubahan

emosi, organ, hormon,enzim, sel-sel dan atom (Kozier, 2010).

Musik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran hormon endorfin. Endorfin

merupakan ejektor dari rasa rileks dan ketenangan, midbrain mengeluarkan Gama

Amino Butyric Acid (GABA) yang berfungsi menghambat hantaran impuls listrik

dari satu neuron ke neuron lainnya oleh neurontransmiter didalam sinaps.

Midbrain mengeluarkan enkepalin dan beta endorfin dan zat tersebut dapat

menimbulkan efek analgesik yang akhirnya mengeliminasi neurontransmiter rasa

nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi sensorik otak sehingga efek yang bisa

muncul adalah nyeri berkurang (Tasari, 2017).

Secara fisiologis didalam tubuh, suara alam dan kombinasi keduanya juga

dapat menstimulus akson-akson serabut saraf ascendens ke neuron-neuron RAS

(Reticular Activating System). Stimulus ditransmisikan ke area korteks serebral,

sistem limbik dan korpus kalosum melalui area saraf otonom dan sistem

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

29

neuroendokrin. Ketika musik-musik tersebut diputar, sistem limbik akan

terstimulus menghasilkan sekresi feniletilamin,yang merupakan suatu neuroamin

yang bertanggungjawab pada mood seseorang. Pada saraf otonom, stimulus suara

musik tersebut menyebabkan sistem saraf parasimpatis berada diatas sistem

simpatis sehingga merangsang gelombang otak alfa yang menghasilkan kondisi

nyaman. Suara musik tersebut selain menstimulus munculnya gelombang alfa (7-

13 Hz), juga menstimulus munculnya gelombang delta (0,5-4 Hz) dan teta (4-8

Hz). Gelombang delta mengindikasikan bahwa kondisi pasien berada dalam

keadaan sangat nyaman karena dalam keadaan ini gelombang otak semakin

melambat sehingga terjadi kondisi tidur yang sangat dalam pada pasien.

Sedangkan gelombang alfa merupakan pintu masuk ke dalam pikiran bawah sadar

dimana informasi akan masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Pada kondisi ini,

otak memproduksi hormon serotonin dan endorfin yang menyebabkan seseorang

merasa nyaman, tenang, dan bahagia. Gelombang teta juga berperan dalam

pelepasan stres karena otak mengeluarkan melatonin,catecholamine dan AVP

(Arginin-Vasopressin) yang memberi rasa nyaman pada seluruh tubuh.

B. Penelitian Terkait

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik Untuk Mengurangi

Intensitas Nyeri Pada Saat Perawatan Luka Post Op Laparatomi di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta” (Rahman & Widyastuti, 2014). Pada penelitian ini

dilakukan eksperimen semu dengan pemberian terapi musik saat perawatan luka

post op guna menurukan intensitas nyeri. Populasi dalam penelitian ini adalah

pasien yang dilakukan perawatan luka post operasi hari ke- 2 dengan jumlah

responden 25 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental

sampling. Analisa menggunakan willcoxon diperoleh nilai Z sebesar -4,123

dengan nilai p=0,000. Nilai p < 0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan intensitas nyeri pada kelompok sebelum dan sesudah

pasien post operasi laparatomi diberikan terapi musik.

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas

Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RSU PKU Muhammadiyah

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

30

Yogyakarta” (Yanuar & Wantoro, 2015). Pada penelitian ini dilakukan

eksperimen semu dengan pemberian terapi musik untuk menurunkan intensitas

nyeri. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengann usia dewasa dan baru

pertama kali mengalami tindakan pembedahan dengan jumlah responden 20

orang, 10 untuk kelompok eksperimen dan 10 untuk kelompok kontrol. Teknik

pengambilan sampel dengan menggunakan accidental sampling. Analisa

menggunakan willcoxon diperoleh nilai P sebesar 0,007. Nilai p< 0,05 yang

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas

nyeri pada pasien post operasi fraktur di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan

Tingkat Skala Nyeri Pasien Post Operasi di RSUD H. Abdoel Madjid Batoe

Muara Jambi” (Astuti & Merdekawati, 2016). Pada penelitian ini dilakukan

eksperimen semu dengan tindakan pemberian terapi musik klasik. Populasi dalam

penelitian ini adalah pasien post operasi hari pertama dalam kondisi sadar penuh

dengan jumlah responden 36 responden. Teknik pengambilan sampel dengan

menggunakan purposive sampling. Adanya selisih nilai mean skala nyeri 1,72 dan

standar deviasi 0,149. Hasil uji statistik didapatkan nilai P-value 0,002 (P value

<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi musik klasik terhadap

penurunan tingkat skala nyeri.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

31

C. Kerangka Teori

Gambar 6: Kerangka Teori

(Sumber Potter & Perry, 2006)

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri:

1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Kebudayaan 4. Makna nyeri 5. Perhatian 6. Ansietas 7. Keletihan 8. Pengalaman

nyeri sebelumnya

9. Gaya koping 10. Dukungan

keluarga dan sosial

Laparatomi

Post Laparatomi

Nyeri

Non-farmakologi:

1. Masase 2. TENS 3. Distraksi

- Terapi musik 4. Relaksasi 5. Imajinasi

terbimbing 6. Hipnosis

Farmakologi

1. Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID)

2. Analgesik narkotik atau opiate

3. Obat tambahan (adjuvan)

Tidak Nyeri

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

32

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep adalah model konseptual yang

berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau

menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk

masalah (Hidayat, 2011).

Berdasarkan hal tersebut peneliti mengambil variabel yang diteliti adalah

intensitas nyeri pada tindakan pemberian terapi musik instrumental. Kemudian

dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 7: Kerangka Konsep

E. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan

pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau

harus ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam

penelitian (Hidayat, 2011).

Adapun hipotesis yang peneliti susun sebagai berikut:

1. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada pengaruh pemberian terapi musik instrumental terhadap penurunan

intensitas nyeri pada pasien pasca operasi laparatomi di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung.

Kelompok eksperimen Pemberian terapi musik instrumental

Nyeri pada pasien pasca operasi laparatomi sesudah pemberian terapi musik

Kelompok kontrol Pasien yang dirawat sesuai prosedur RS

Nyeri pada pasien pasca operasi laparatomi

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pasca ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/453/3/2.pdf · 1. Pasca Operasi a. Pengertian Pasca Operasi Pembedahan merupakan pengalaman

33

2. Hipotesis Null (Ho)

Tidak ada pengaruh pemberian terapi musik instrumental terhadap penurunan

intensitas nyeri pada pasien pasca operasi laparatomi di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung.