BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Kewirausahaan 1. Definisi...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Kewirausahaan 1. Definisi...
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Kewirausahaan
1. Definisi Kewirausahaan dan Wirausahawan
Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa
Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda.
Sedangkan Indonesia diberi nama kewirausahaan. Kata entrepreneur berasal dari
bahasa Perancis, yaitu entreprende yang berarti petualang, pengambil risiko,
kontraktor, pengusaha (orang yang mengusahakan suatu pekerjaan tertentu),
pencipta yang menjual hasil ciptaannya.
Menurut Zimmerer dalam Zul afdal (2016:3) kewirausahaan adalah suatu
proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan
menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. Sedangkan Menurut Drucker
dalam Zul Afdal (2016:3) Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and
different).
Kewirausahaan bukan merupakan ilmu ajaib yang mendatangkan uang
dalam waktu sekejap, melainkan sebuah ilmu, seni, dan keterampilan untuk
mengelola semua keterbatasan sumber daya, informasi, dan dana yang ada guna
mempertahankan hidup, mencari nafkah, atau meraih posisi puncak dan karir
(Hendro,2011;5)
18
Menurut Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarbrough dalam Irham
Fahmi (2013:2) wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis baru dengan
mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan
pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber
daya yang diperlukan untuk mendirikannya.
2. Manfaat Kewirausahaan
Menurut Buchari Alma (2014:1) manfaat adanya wirausaha yaitu:
a. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi
pengangguran
b. Sebagai generator pembangunan lingkungan, bidang produksi, distribusi,
pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan, dan sebagainya
c. Menjadi contoh bagi anggota masyarakat lain, sebagai pribadi unggul yang
patut dicontoh, diteladani, karena seorang wirausaha itu adalah orang terpuji,
jujur, berani, hidup tidak merugikan orang lain
d. Selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu
menjaga dan membangun lingkungan
e. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial,
sesuai dengan kemampuannya
f. Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, jujur,
tekun dalam menghadapi pekerjaan
g. Memberi contoh bagaimana kita harus bekerja keras, tetapi tidak melupakan
perintah-perintah agama, dekat kepada Allah SWT
h. Hidup secara efisien, tidak berfoya-foya dan tidak boros
19
i. Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun
kebersihan lingkungan
3. Analisis Kemungkinan Keberhasilan dan Kegagalan Usaha
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:69-71) faktor-faktor
pendukung keberhasilan usaha adalah sebagai berikut.
a. Faktor Manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang utama dalam pencapaian
keberhasilan usaha karena manusia yang mempunyai ide dan rencana usaha,
manusia juga yang akan mewujudkannya. Di sini diperlukan manusia yang
beretos kerja tinggi, rajin, optimis, dan pantang menyerah.
b. Faktor Keuangan
Faktor keuangan merupakan faktor penunjang keberhasilan usaha. Faktor
tersebut digunakan untuk modal usaha serta pemenuhan segala pengeluaran
untuk kepentingan operasi produksi seperti pembelian bahan baku, bahan
pembantu, gaji pegawai, promosi, dan biaya distribusi. Dalam hal ini, diperlukan
disiplin yang ketat dalam penggunaan dana sehingga segala kegiatan keuangan
harus dicatat dan dibukukan secara rapi, teliti, dan terus - menerus.
c. Faktor Organisasi
Dengan adanya faktor organisasi, sumber daya akan masuk pada suatu pola
sehingga orang-orang akan dapat bekerja dengan efektif dan efisien sesuai
dengan bidang tugasnya masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi.
Dengan adanya organisasi, berarti seorang wirausaha dapat:
1) mempertegas hubungan dengan para karyawan,
20
2) menciptakan hubungan antarkaryawan,
3) mengetahui tugas yang akan dijalankan,
4) mengetahui kepada siapa karyawan harus bertanggung jawab.
d. Faktor Perencanaan
Perencanaan usaha dapat digunakan sebagai alat pengawas dan
pengendalian usaha. Oleh karena itu, perencanaan harus dibuat oleh wirausaha
sejak usahanya didirikan, yaitu dimulai dari:
1) merencanakan produk apa yang akan dibuat,
2) memperhitungkan jumlah dana yang diperlukan,
3) merencanakan jumlah produk yang akan dibuat,
4) merencanakan tempat pemasaran produk.
e. Faktor Mengatur Usaha
Dalam kaitannya dengan kegiatan mengatur usaha, yang perlu dilakukan
oleh seorang wirausaha adalah sebagai berikut :
1) menyusun uraian tugas pokok untuk menjalankan usahanya,
2) menyusun struktur organisasi usaha,
3) memperkirakan tenaga kerja yang dibutuhkan,
4) menetapkan balas jasa dan insentif,
5) membuat jadwal usaha,
6) mengatur mesin-mesin produksi,
7) mengatur tata laksana usaha,
8) menata barang-barang,
9) menata administrasi usaha,
21
10) mengawasi usaha dan pengendaliannya.
f. Faktor Pemasaran
Faktor pemasaran produk perusahaan dapat ditinjau berikut ini:
1) daya serap pasar dan prospeknya,
2) kondisi pemasaran dan prospeknya,
3) program pemasarannya.
g. Faktor Administrasi
Untuk menunjang kelancaran kegiatannya, sebaiknya seorang wirausaha
mempunyai catatan yang rapi mengenai kegiatan dan kejadian yang terjadi setiap
harinya. Catatan tersebut dibuat secara kronologis dan kemudian
didokumentasikan.
Tabel 2.1 Berikut ini disajikan analisis kemungkinan kegagalan usaha
No. Karakteristik Profil Ciri Wirausahawan Gagal
1 Dedikasi Meremehkan waktu dan dedikasi pribadi
2 Pengendalian usaha Gagal mengendalikan aspek utama usaha
3 Pengalaman manajemen Pemahaman terhadap disiplin manajemen utama kurang
4 Pengelolahan piutang Masalah arus kas yang buruk
5 Memperluas usaha berlebihan
Memulai suatu program perluasan usaha sebelum berbisnis
6 Perencanaan keuangan Meremehkan kebutuhan usaha atau bisnis
7 Lokasi usaha Memilih lokasi usaha yang buruk 8 Pembelanjaan besar Pengeluaran awal yang tinggi
Sumber : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014
22
Dalam mengelola usaha, ada faktor penting yang dibutuhkan oleh
wirausahawan cerdas, yaitu 3 faktor penting operasional. Ketiga faktor penting
itu adalah:
a) Quality : mutu produk, mutu operasional, dan mutu pelayanan harus
bagus.
b) Time : waktu penyelesaian produk, waktu pekerjaan, waktu perbaikan
juga penting dan menunjang mutu produk.
c) Cost : jangan lupa, mutu yang bagus perlu biaya tetapi biaya yang tinggi
belum tentu menghasilkan mutu yang baik.
4. Risiko Usaha
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:66-69) Seorang
wirausaha ketika menjalankan dan mengembangkan usaha tentunya akan
menghadapi beberapa risiko yang dapat terjadi. Risiko ini bisa memengaruhi
hasil usahanya apabila tidak diperhitungkan, diantisipasi, dan dipersiapkan
penanganannya.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa risiko usaha yang mungkin akan terjadi.
a. Risiko usaha internal
Risiko usaha internal adalah risiko yang timbul dari menjalankan usaha
dan berdampak pada kelangsungan usaha itu sendiri. Risiko usaha ini apabila
timbul, akan berakibat buruk bagi usaha yang sedang dijalankan. Risiko bagi
usaha biasa disebut dengan risiko usaha yang berdampak bagi internal usaha.
Resiko usaha internal di antaranya seperti berikut.
23
1) Kehilangan modal apabila piutang tidak terbayarkan oleh konsumen.
2) Kehilangan karyawan/personil yang handal apabila tidak dapat menangani
dengan baik dalam bidang upah, kesempatan berkarier, fasilitas kerja,
wewenang, tanggung jawab, kebijakan, kesalahpahaman manajeman internal.
3) Kehilangan kepercayaan konsumen karena tidak mampu memberikan barang
yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen. Kepercayaan konsumen
hilang akibat kesalahan membuat produk pesanan, kesalahan jadwal
pengiriman, kesalahan jumlah penagihan, dan kesalahan pelayanan purnajual.
Akibat ditinggalkan oleh konsumen adalah kesulitan mencari konsumen baru
yang baik dan memiliki loyalitas terhadap produk, merek, dan kualitas.
4) Kehilangan kepercayaan penyuplai yaitu risiko usaha yang berakibat
ditinggalkan oleh pihak luar perusahaan yang menjadi pemasok kebutuhan
perusahaan. Kebutuhan itu di antaranya persediaan bahan baku, alat kantor,
tenaga kerja. Risiko ini bisa terjadi karena keterlambatan melakukan
pembayaran ke pihak penyuplai dan melanggar ketentuan perjanjian kerja
sama. Akibat ditinggalkan oleh penyuplai adalah kesulitan mencari pemasok
yang baik, cepat, jujur, dan sesuai dengan kualitas perusahaan.
5) Risiko penghentian Izin usaha, yaitu risiko usaha yang diberikan oleh
pemerintah dengan melakukan pencabutan izin usaha. Pencabutan izin usaha
ini dikarenakan melanggar ketentuan izin bisnis yang ada di pemerintah,
melakukan penipuan dengan memanipulasi laporan keuangan dengan tujuan
supaya tidak membayar pajak ke pemerintah, merusak lingkungan hidup,
menggangu keamanan dan kenyamanan masyarakat di sekitarnya.
24
6) Risiko tidak diterima oleh masyarakat sekitar, yaitu risiko usaha yang terjadi
akibat dari ketidakterimaan masyarakat dengan adanya usaha yang
dijalankan. Risiko usaha ini bisa terjadi karena merusak tatanan masyarakat,
menggangu ketenangan dan keamanan masyarakat, tidak memberikan
dampak ekonomis bagi masyarakat sekitar, dan lain-lain.
b. Risiko bagi lingkungan usaha yang bersifat eksternal
Risiko bagi lingkungan usaha yang bersifat eksternal adalah risiko yang
timbul dari menjalankan usaha dan berdampak pada kelangsungan lingkungan
luar usaha itu sendiri. Risiko bagi usaha biasa disebut dengan risiko usaha yang
berdampak bagi eksternal usaha.
Risiko usaha eksternal di antaranya sebagai berikut.
1) Risiko pelestarian lingkungan hidup yaitu risiko usaha yang akan dihadapi
oleh wirausahawan dalam rangka melestarikan lingkungan hidup supaya
terjaga lingkungan alam, ekosistem, dan habitatnya. Risiko ini timbul karena
bahan baku dari usaha tersebut berhubungan dengan kelestarian lingkungan
hidup.
2) Risiko sosial dan budaya masyarakat, yaitu risiko yang terjadi atas berdirinya
sebuah usaha dan berdampak pada lingkungan sosial dan budaya masyarakat.
3) Risiko tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu risiko usaha yang timbul
sebagai bentuk kepedulian sosial perusahaan kepada masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Bentuk kepedulian ini seperti pemberian beasiswa,
bantuan pembangunan sarana dan prasarana umum (tempat ibadah,
pembangkit listrik, pengelolaan sumber air, jalan raya, irigasi), bantuan dana
25
sosial untuk kegiatan keagamaan, kegiatan budaya lokal maupun hari
nasional.
4) Risiko pengelolaan limbah, yaitu risiko usaha yang timbul sebagai akibat dari
limbah industri yang dikeluarkan dalam rangka memproduksi sebuah barang
atau jasa. Limbah dari produksi dapat berupa limbah cair dan limbah padat.
Limbah industri yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan akibat
pencemaran lingkungan seperti air, udara, dan tanah.
5) Risiko perekonomian masyarakat dan negara adalah
risiko usaha yang terjadi karena sebuah kesalahan manajemen di internal
perusahaan dan menimbulkan dampak perubahan perekonomian masyarakat
dan negara. Akibat dari risiko ini adalah memburuknya kondisi perekonomian
akan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. Kondisi ekonomi makro
yang buruk akan berpengaruh terhadap volume kegiatan
usaha.
6) Risiko perubahan peraturan dan kebijakan pemerintah
yaitu risiko usaha yang timbul dan berakibat kepada perubahan dan
kebijakan pemerintah.
B. Teori Tahap-Tahap Kewirausahaan
1. Tahap Memulai
Tahap dimana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang
usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi,
26
atau melakukan “franchising”. Tahap ini juga memilih jenis usaha yang akan
dilakukan.
2. Tahap Melaksanakan Usaha
Dalam tahap ini, seorang wirausaha mengelola berbagai aspek yang
terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, sumber daya
manusia, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana
mengambil risiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan
evaluasi.
3. Tahap Mempertahankan
Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai
melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai
dengan kondisi yang dihadapi.
4. Tahap Mengembangkan
Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami
perkembangan atau dapat bertahan, perlunasan usaha menjadi salah satu pilihan
yang mungkin diambil (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,2014:73).
C. Teori Pendidikan Kewirausahaan
1. Definisi Pendidikan dan Pendidikan Kewirausahaan
Menurut bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara (dalam Zul
Afdal, 2016:8) pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tmbuhnya anak-anak yang
27
bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya mereka
sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut Theodore Brameld (dalam Zul Afdal, 2016:9) pendidikan
memiliki fungsi yang luas yaitu sebagai pengayom dan pengubah kehidupan
suatu masyarakat jadi lebih baik dan membimbing, masyarakat yang baru supaya
mengenal tanggung jawab bersama dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah
sebuah proses yang lebih luas dari sekedar periode pendidikan di sekolah.
Pendidikan adalah sebuah proses belajar terus menerus dalam keseluruhan
aktifitas sosial sehingga manusia tetap ada dan berkembang.
Kewirausahaan pendidikan adalah bidang usaha yang dilakukan
seseorang/ sekumpulan orang/ organisasi yang cakupan usaha mengarah kepada
pemanfaatan ilmu-ilmu, sarana dan prasarana pendidikan yang pernah
didapatnya sehingga menjadi sangat penting dalam memberikan pengaruh kreatif
dan inovatif kepada kehidupan manusia (Zul Afdal,2016).
2. Mata Pelajaran
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah terdiri atas
kelompok Matapelajaran Wajib yaitu kelompok A dan kelompok B dan
kelompok Matapelajaran C yaitu pilihan Kelompok
Peminatan terdiri atas Matematika dan Ilmu Alam, Ilmu-ilmu Sosial, dan
Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya; dan (c)Khusus untuk MA, selain pilihan ketiga
kelompok peminatan tersebut, dapat ditambah dengan peminatan lainnya yang
28
diatur lebih lanjut oleh Kementerian Agama.
a. Kelompok Matapelajaran Wajib
Kelompok Matapelajaran Wajib merupakan bagian dari pendidikan umum
yaitu pendidikan bagi semua warganegara bertujuan memberikan pengetahuan
tentang bangsa, sikap sebagai bangsa, dan kemampuan penting untuk
mengembangkan kehidupan pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa.
Struktur kelompok matapelajaran wajib dalam kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2. Mata Pelajaran Wajib Kurikulum Sekolah Menengah Atas / Madrasah
Aliyah
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU
PER MINGGU X XII XII
Kelompok A (Wajib) 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2 3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 Matematika 4 4 4 5 Sejarah Indonesia 2 2 2 6 Bahasa Inggris 2 2 2 Kelompok B (Wajib) 7 Seni Budaya 2 2 2 8 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Keseshatan 3 3 3 9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu 24 24 24
Kelompok C (Peminatan) Matapelajaran Peminatan Akademik 12 16 16 Matapelajaran Pilihan Lintas Kelompok Peminatan 6 4 4 JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 42 44 44
Sumber : Permendikbud No.69 tahun 2013
29
Keterangan: 1) Matapelajaran Kelompok A dan C adalah kelompok matapelajaran yang
kontennya dikembangkan oleh pusat. Matapelajaran Kelompok B adalah
kelompok matapelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan
dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.
2) Satu jam pelajaran tatap muka 45 menit per minggu dan mapel yang memiliki
alokasi waktu belajar 2 jp/minggu berarti memiliki beban belajar tatap muka
2 X 45 menit per minggu; mapel yang memiliki alokasi waktu belajar
3jp/minggu berarti memiliki beban belajar tatap muka 3 X 45 menit per
minggu; dan seterusnya
3) Muatan Lokal dapat memuat Bahasa Daerah
4) Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu dari yang telah
ditetapkan dalam struktur di atas
5) Kegiatan ekstra kurikulum terdiri atas Pramuka (wajib), UKS,
6) PMR, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan peserta didik di masing-masing
satuan.
7) Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan jumlah
minimal yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
8) Khusus untuk matapelajaran Pendidikan Agama di Madrasah Aliyah dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh Kementerian
Agama.
30
b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Tabel 2.3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
KELAS : X
KERAJINAN
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
1.1. Menghayati keberhasilan dan kegagalan wirausahawan dan keberagaman produk kerajinan di wilayah setempat dan lainnya sebagai anugerah Tuhan
2. Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2.1. Menunjukkan motivasi internal dan peduli lingkungan dalam menggali informasi tentang keberagaman produk kerajinan dan kewirausahaan di wilayah setempat dan lainnya
2.2. Menghayati perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri dalam memperkenalkan karya kerajinan di wilayah setempat dan lainnya dan menerapkan wirausaha
2.3. Menghayati sikap bekerjasama, gotong royong, bertoleransi, disiplin, bertanggung jawab, kreatif dan inovatif dalam memahami kewirausahaan dan membuat karya kerajinan di wilayah setempat dan lainnya dengan memperhatikan estetika produk akhir untuk membangun semangat usaha
3. Memahami ,menerapkan,
menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
3.1. Memahami desain produk dan pengemasan karya kerajinan dari bahan lunak berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
3.2. Memahami sumber daya yang dibutuhkan dalam mendukung proses produksi kerajinan dari
31
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
bahan lunak 3.3. Memahami proses produksi
kerajinan dari bahan lunak di wilayah setempat melalui pengamatan dari berbagai sumber
3.4. Menganalisis peluang usaha kerajinan dari bahan lunak berdasarkan pengamatan pasar di lingkungan wilayah setempat
3.5. Memahami desain produk dan pengemasan karya kerajinan dari bahan keras berdasarkan konsep berkarya dan peluang usaha dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
3.6. Memahami sumber daya yang dibutuhkan dalam mendukung proses produksi usaha kerajinan dari bahan keras
3.7. Menganalisis proses produksi usaha kerajinan dari bahan keras di wilayah setempat melalui pengamatan dari berbagai sumber
3.8. Menganalisis aspek-aspek perencanaan usaha kerajinan dari bahan kerasberdasarkan pengamatan peluang usaha
4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
4.1. Mendesain produk dan pengemasan karya kerajinan dari bahan lunak berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.2. Mendesain prosesproduksi karya kerajinan dari bahan lunak berdasarkan identifikasi kebutuhan sumberdaya dan prosedurberkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.3. Membuat karya kerajinan dari bahan lunak yang berkembang di wilayah setempat dan lainnya sesuai teknik dan prosedur
4.4. Menciptakan peluang usaha sesuai dengan produk kerajinan
32
dari bahan lunak yang dihasilkan berdasarkan pengamatan pasar
4.5. Mendesain produk dan pengemasan karya dari bahan keras berdasarkan konsep berkarya dan peluang usaha dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.6. Mendesain proses produksi usaha kerajinan dari bahan keras berdasarkan identifikasi kebutuhan sumberdaya dan prosedur berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.7. Menciptakan usaha karya kerajinan dari bahan keras yang berkembang di wilayah setempat dan lainnya sesuai teknik dan prosedur
4.8. Menyusun aspek perencanaan usaha kerajinan dari bahan keras
REKAYASA
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
1.1. Menghayati keberhasilan dan kegagalan wirausahawan dan keberagaman produk rekayasa di wilayah setempat dan lainnya sebagai anugerah Tuhan
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
2.1. Menunjukkan motivasi internal dan peduli lingkungan dalam menggali informasi tentang keberagaman produk rekayasa dan kewirausahaan di wilayah setempat dan lainnya
2.2. Menghayati perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri dalam memperkenalkan karya rekayasa di wilayah setempat dan lainnya dan menerapkan wirausaha
2.3. Menghayati sikap bekerjasama,
33
dalam pergaulan dunia. gotong royong, bertoleransi, disiplin, bertanggung jawab, kreatif dan inovatif dalam memahami kewirausahaan dan membuat karya rekayasa di wilayah setempat dan lainnya dengan memperhatikan estetika produk akhir untuk membangun semangat usaha
3. Memahami , menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
3.1. Mengidentifikasi desain produk dan pengemasan karya rekayasa sebagai alat komunikasi sederhana dengan sumber arus listrik DC berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya.
3.2. Mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan dalam mendukung proses produksi karya rekayasa sebagai alat komunikasi sederhana dengan sumber arus listrik DC.
3.3. Memahami proses produksi rekayasa sebagai alat komunikasi sederhana dengan sumber arus listrik DC di wilayah setempat melalui pengamatan dari berbagai sumber.
3.4. Memahami konsep kewirausahaan dalam menjalankan sebuah wirausaha rekayasa sebagai alat komunikasi sederhana dengan sumber arus listrik DC.
3.5. Mengidentifikasi desain produk dan pengemasan karya rekayasa sebagai alat pengatur gerak sederhana dengan sumber arus listrik berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya.
3.6. Memahami sumber daya yang dibutuhkan dalam mendukung proses produksi rekayasa sebagai alat pengatur gerak sederhana dengan sumber arus listrik.
34
3.7. Memahami proses produksi karya rekayasa sebagai alat pengatur gerak sederhana dengan sumber arus listrik di wilayah setempat melalui pengamatan dari berbagai sumber.
3.8. Menganalisis sikap dan perilaku wirausaha karya rekayasa sebagai alat pengatur gerak sederhana dengan sumber arus listrik yang dapat mendukung keberhasilan dalam menjalankan sebuah usaha
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
4.1. Mendesain produk dan pengemasan karya rekayasa sebagai alat komunikasi sederhana dengan sumber arus listrik DC berdasarkan konsep dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.2. Mendesain prosesproduksi karya rekayasa sebagai alat komunikasi sederhana dengan sumber arus listrik DCberdasarkan identifikasi kebutuhan sumber daya, teknologi, dan prosedur berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya.
4.3. Membuat karya rekayasa sebagai alat komunikasi sederhana dengan sumber arus listrik DC yang berkembang di wilayah setempat dan lainnya sesuai teknik dan prosedur
4.4. Menyajikan konsep kewirausahaan berdasarkan pengalaman keberhasilan tokoh-tokoh wirausaha produk rekayasa sebagai alat komunikasi dengan sumber arus listrik DC
4.5. Mendesain produk dan pengemasan karya rekayasa sebagai alat pengatur gerak sederhana dengan sumber arus listrik berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
35
4.6. Mendesain prosesproduksi karya rekayasa sebagai alat pengatur gerak sederhana dengan sumber arus listrik berdasarkan identifikasi kebutuhan sumber daya, teknologi, dan prosedur berkaryadengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.7. Membuat karya rekayasa sebagai alat pengatur gerak sederhana dengan sumber arus listrik yang berkembang di wilayah setempat dan lainnya sesuai teknik dan prosedur
4.8. Menyajikan hasil analisa sikap dan perilaku wirausaha produk rekayasa alat pengatur gerak sederhana dengan sumber arus listrik
BUDIDAYA
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
1.1. Menghayati keberhasilan dan kegagalan wirausahawan dan keberagaman produk budidaya di wilayah setempat dan lainnya sebagai anugerah Tuhan
2. Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2.1. Menunjukkan motivasi internal dan peduli lingkungan dalam menggali informasi tentang keberagaman produk budidaya dan kewirausahaan di wilayah setempat dan lainnya
2.2. Menghayati perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri dalam memperkenalkan produk budidaya di wilayah setempat dan lainnya dan menerapkan wirausaha
2.3. Menghayati sikap bekerjasama, gotong royong, bertoleransi, disiplin, bertanggung jawab,
36
kreatif dan inovatif dalam memahami kewirausahaan dan melaksanakan budidaya di wilayah setempat dan lainnya dengan memperhatikan estetika produk akhir untuk membangun semangat usaha
3. Memahami , menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
3.1. Mengidentifikasi desain produk dan pengemasan hasil budidaya tanaman hias berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
3.2. Mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan dalam mendukung proses produksi budidaya tanaman hias
3.3. Memahami proses produksi budidaya tanaman hias di wilayah setempat melalui pengamatan dari berbagai sumber
3.4. Memahami konsep kewirausahaan dalam menjalankan sebuah wirausaha budidaya tanaman hias
3.5. Mengidentifikasi desain produk dan pengemasan hasil budidaya tanaman pangan berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
3.6. Mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan dalam mendukung proses produksi budidaya tanaman pangan
3.7. Memahami proses produksi budidaya tanaman pangan di wilayah setempat melalui pengamatan dari berbagai sumber
3.8. Menganalisis sikap dan perilaku wirausaha budidaya tanaman pangan yang dapat mendukung keberhasilan dalam menjalankan sebuah usaha
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
4.1. Mendesain produk dan pengemasan hasil budidaya tanaman hias berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan
37
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
budaya setempat dan lainnya 4.2. Mendesain prosesproduksiusaha
budidaya tanaman hias berdasarkan identifikasi kebutuhan sumberdaya dan prosedurberkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.3. Mempraktikan budidaya tanaman hias yang berkembang di wilayah setempat dan lainnya sesuai teknik dan prosedur
4.4. Menyajikan konsep kewirausahaan berdasarkan pengalaman keberhasilan tokoh-tokoh wirausaha budidaya tanaman hias
4.5. Mendesain produk dan pengemasan hasil budidaya tanaman pangan berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.6. Mendesain prosesproduksibudidaya tanaman pangan berdasarkan identifikasi kebutuhan sumberdaya dan prosedur berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.7. Mempraktikan budidaya tanaman pangan sesuai teknik dan prosedur.
4.8. Menyajikan hasil analisa sikap dan perilaku wirausaha budidaya tanaman pangan
PENGOLAHAN
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
1.1. Menghayati keberhasilan dan kegagalan wirausahawan dan keberagaman produk pengolahan di wilayah setempat dan lainnya sebagai anugerah Tuhan
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
2.1. Menunjukkan motivasi internal dan peduli lingkungan dalam
38
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
menggali informasi tentang keberagaman produk pengolahan dan kewirausahaan di wilayah setempat dan lainnya
2.2. Menghayati perilaku jujur, percaya diri, dan mandiri dalam memperkenalkan produk pengolahan di wilayah setempat dan lainnya dan menerapkan wirausaha
2.3. Menghayati sikap bekerjasama, gotong royong, bertoleransi, disiplin, bertanggung jawab, kreatif dan inovatif dalam memahami kewirausahaan dan membuat produk pengolahan di wilayah setempat dan lainnya dengan memperhatikan estetika produk akhir untuk membangun semangat usaha
3. Memahami , menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
3.1. Mengidentifikasi desain produk dan pengemasan karya pengawetan bahan nabati dan hewani berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
3.2. Mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan dalam mendukung proses produksi pengawetan bahan nabati dan hewani
3.3. Memahami proses produksi pengawetan bahan nabati dan hewani di wilayah setempat melalui pengamatan dari berbagai sumber
3.4. Memahami konsep kewirausahaan dalam menjalankan sebuah wirausaha pengawetan bahan nabati dan hewani
3.5. Mengidentifikasi desain produk dan pengemasan karya pengolahan bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pembersih berdasarkan konsep
39
berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
3.6. Mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan dalam mendukung proses produksi pengolahan bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pembersih
3.7. Memahami proses produksi pengolahan bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pembersih di wilayah setempat melalui pengamatan dari berbagai sumber
3.8. Menganalisis sikap dan perilaku wirausaha pengolahan bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pembersih yang dapat mendukung keberhasilan dalam menjalankan sebuah usaha
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
4.1. Mendesain produk dan pengemasan pengawetan bahan nabati dan hewani yang diawetkan berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.2. Mendesain prosesproduksi pengawetan bahan nabati dan hewani berdasarkan identifikasi kebutuhan sumberdaya dan prosedurberkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.3. Membuat karya pengolahan pengawetan bahan nabati dan hewani yang berkembang di wilayah setempat dan lainnya sesuai teknik dan prosedur
4.4. Menyajikan konsep kewirausahaan berdasarkan pengalaman keberhasilan tokoh-tokoh wirausaha pengawetan bahan nabati dan hewani.
4.5. Mendesain produk dan pengemasan karya pengolahan
40
bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pembersih berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.6. Mendesain prosesproduksi karya pengolahan bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pembersih berdasarkan identifikasi kebutuhan sumberdaya dan prosedur berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya
4.7. Membuat karya pengolahan bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pembersih yang berkembang di wilayah setempat dan lainnya sesuai teknik dan prosedur.
4.8. Menyajikan hasil analisa sikap dan perilaku wirausaha karya pengolahan bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pembersih
Sumber : Permendikbud no.69 tahun 2013
D. Fungsi-Fungsi Manajemen
1) Perencanaan
Rencana-rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi tujuan-
tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan-tujuan itu.
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi
dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metoda,
sistem, anggaran dan standar yangdibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan
keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.
Semua fungsi lainnya sangat tergantung pada fungsi ini, di mana fungsi
lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat,
41
cermat dan kontinyu. Tetapi sebaliknya perencanaan yang baik tergantung
pelaksanaan efektif fungsi-fungsi lain.
2) Pengorganisasian
Setelah para manajer menetapkan tujuan-tujuan dan menyusun rencana-
rencana atau program-program untuk mencapainya, maka mereka perlu
merancang dan mengembangkan suatu organisasi yang akan dapat melaksanakan
berbagai program tersebut secara sukses.
Pengorganisasian (organizing) adalah penentuan sumber daya-sumber
daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi,
perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan
“membawa” hal-hal tersebut ke arah tujuan, penugasan tanggung jawab tertentu
dan kemudain, pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-
individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur
formal di mana pekerjaan ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.
3) Penyusunan Personalia
Penyusunan personalia (staffing) adalah penarikan, latihan dan
pengembangan, serta pemberian orientasi para karayawan dalam lingkungan kerja
yang menguntungkan dan produktif.
4) Pengarahan
Sesudah rencana dibuat, organisasi di bentuk dan disusun personalianya,
langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk bergerak menuju tujuan
yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan (leading) adalah untuk membuat atau
mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka
42
lakukan. Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya, dan kekuasaan pemimpin serta
kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin.
5) Pengawasan
Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan
(controlling) atau sekarang banyak digunakan istilah pengendalian. Pengawasan
adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa
rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan
(Handoko,2012:23-25).
E. Laporan Keuangan
Laporan keuangan meliputi ikhtisar-ikhtisar yang menggambarkan posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas serta perubahan ekuitas, sebuah organisasi
dalam satu periode waktu tertentu. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan modal/ekuitas, dan
catatan atas laporan keuangan (Samryn,2012:30).
Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1
tahun 2015, ada beberapa standar kualitas yang harus dipenuhi, yaitu:
1) Dapat Dipahami
Laporan keuangan disajikan dengan cara yang mudah dipahami dengan anggapan
bahwa pemakainya telah memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis.
2) Relevan
43
Maksudnya adalah bahwa informasi keuangan yang diberikan dapat memenuhi
kebutuhan pemakai dan dapat membantu pemakai dalam mengevaluasi peristiwa
masa lalu serta masa yang akan datang.
3) Keandalan/Reliabilitas
Informasi keuangan yang dihasilkan suatu perusahaan harus diuji kebenarannya
oleh seorang pengukur yang independen dengan metode pengukuran yang tetap.
4) Dapat Dibandingkan/Komparabilitas
Penyajian laporan keuangan dapat membandingkan laporan keuangan
antarperiode, sehingga dapat mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan.
5) Netral
Informasi keuangan harus ditujukan kepada tujuan umum pengguna, bukan
ditujukan kepada pihak tertentu saja. Laporan keuangan tidak boleh berpihak pada
salah satu pengguna laporan keuangan tersebut.
6) Tepat Waktu
Laporan keuangan harus dapat disajikan sedini mungkin agar dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan perusahan sesuai dengan waktu
dibutuhkannya informasi tersebut.
7) Lengkap
Informasi keuangan harus menyajikan semua fakta keuangan yang penting,
sekaligus menyajikan fakta
44
F. Penelitian yang Relevan
Tabel 2.4. Penelitian yang relevan.
No Nama Peneliti Jurnal Penelitian Hasil Penelitian
1 Mustakim
Pembelajaran Kewirausahaan Melalui Kolaborasi antara Sekolah dengan Dunia Usaha (Dunia Industri) pada Siswa SMK Negeri 3 Kudus Tahun 2013
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dampak dari kolaborasi antara Dunia Sekolah Bisnis dalam pembelajaran kewirausahaan pada siswa SMKN 3 Kudus mampu mengembangkan jiwa kewirausahaan siswa sehingga dapat meningkatkan semangat kemandirian siswa dalam pekerjaan
2
Cahyo Pamungkas dan Budi Sutrisno
Pelaksanaan Pembelajaran Prakarya Kurikulum Kewirausahaan dengan Kurikulum 2013
Kegiatan pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di SMA Negeri 1 Teras khususnya kelas X IPA-1 dan X IPA-2 belangsung cukup baik. Konsep kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan ilmiah dilaksanakan sesuai dengan lima hal pokok.
3
Eddie Abrantes De Freitas Suprapto dan Roby Sambung
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha Pelajar
Hasil pengujian hipotesis dengan Partial Least Square menunjukkan bahwa empat hipotesis dinyatakan signifikan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t (t-test) pada tiap-tiap jalur pengaruh antara variabel dependen dengan variabel independen. Pengujian hipotesis yang diperlihatkan pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa koefisien jalur yang dominan adalah pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap intensi kewirausahaan sebesar 0,327 atau sebesar 32,7 persen. Sedangkan pengaruh tertinggi kedua yaitu pengaruh lokus kendali terhadap intensi kewirausahaan sebesar 0,242 atau 24,2 persen, pengaruh kebutuhan
45
akan kemandirian terhadap intensi kewirausahaan sebesar 0,199 atau sebesar 19,9 persen, dan koefisien paling kecil pengaruh efikasi diri terhadap intensi kewirausahaan sebesar 0,198 atau 19,8 persen, hal ini disimpulkan semua variabel signifikan.
4 Emilda Jusmin
Pengaruh Latar Belakang Keluarga, Kegiatan Praktik di Unit Produksi Sekolah, dan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan terhadap Kesiapan Berwirausaha Siswa Smk di Kabupaten Tanah Bumbu
Pada penelitian ini pengaruh latar belakang keluarga siswa sebesar 19,3% terhadap kesiapan berwirausaha siswa SMK karena sebagianbesar keluarga siswa tidak berasal dari keluarga berwirausaha dan kondisi sosial ekonomi yang tidak mendukung untuk berwirausaha. Pengaruh kegiatan praktik di unit produksi sekolah terhadap kesiapan berwirausaha berwirausaha sebesar 21,7%.Persentase ini kecil, karena peneliti melihat pada unit produksi di SMK belum sepenuhnya dijadikan tempat untuk melatih dan memberikan praktik kerja, pengetahuan serta keterampilan kewirausahaan kepada peserta didik, sarana dan prasarana di sekolah juga belum memadai dan guru yang berkompeten masih kurang sehingga kegiatan praktik di unit produksi dalam kategori yang rendah. Pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap kesiapan berwirausaha sebesar 18,5%. Peneliti melihat bahwa pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan disekolah tak lepas dari materi yang disampaikan oleh guru, proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dan metode yang disampaikan oleh guru
46
G. Kerangka Konseptual
Berdasarkan penjabaran kerangka konseptual tersebut, maka secara
sederhana hubungan antara sub-kesulitan dengan variabel dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 : Kerangka PikirAnalisis Tahapan-Tahapan Pelaksanaan
Kewirausahaan di SMA Negeri 2 Pekanbaru
1. Menumbuhkembangkan kreatifitas siswa
2. Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam berusaha
3. Persiapan untuk siswa menghadapi dunia kerja
4. Membuka wawasan siswa untuk berwirausaha
5. Menjadikan peserta didik mempunyai keterampilan/skill
6. Menciptakan lapangan kerja sendiri apabila peserta didik tidak melanjutkan ke perguruan tinggi
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no.69 tahun 2013
Budidaya
Pengolahan
Kerajinan
Rekayasa
Kompetensi Dasar Kewirausahaan
1. Kurangnya laba selama kegiatan kewirausahaan yang dilakukan oleh siswa-siswi tersebut. pengembalian modal usaha kepada pihak sekolah tidak mencapai dari setengah dari modal awal yang diberikan untuk masing-masing kelas
2. Permulaan kegiatan usaha yang dilakukan oleh siswa untuk memproduksi barang dilakukan sekali banyak tanpa memikirkan resiko serta keberhasilan yang akan dicapai
3. Apabila terjadi kegagalan sebelum menghasilkan, mereka akan segera berganti dengan kegiatan usaha lain tanpa mengidentifikasi dan belajar dari kesalahan yang pertama
4. Kurangnya pengetahuan tentang sejauh mana kewirausahaan tersebut berjalan yang dapat diidentifikasi dari ketidak adaan catatan usaha seperti SDM dan personalia, pemasaran, dan produksi.
5. Faktor administrasi yang kurang baik sehingga menjadi penghalang kesuksesan kewirausahaan seperti Rincian pengeluaran dana oleh masing-masing kelompok yang tidak sesuai dengan kegiatan belanja
6. Sarana dan prasaran yang kurang memadai untuk kegiatan kewirausahaan
7. Guru dan siswa kurang memperhatikan 3 faktor penting operasioanal kewirausahaan yaitu quality, time, dan cost sehingga kegiatan kewirausahaan terkesan tidak fokus untuk dilaksanakan
8. Terdapat kekurangan pada tahapan kewirausahaan
1. Tahap memulai 2. Tahap melaksanakan 3. Tahap mempertahankan