BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dismenorerepository.ump.ac.id/1826/3/Kurniati Rahmani BAB II.pdf ·...

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dismenore 1. Definisi Dismenore a. Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual (Sastrawinata, 2008). b. Dismenorea adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 2008). 2. Klasifikasi Dismenore Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore spasmodik dan dismenore kongestif (Hendrik, 2006). a. Nyeri Spasmodik Nyeri spasmodik terasa dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu. Ada diantara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke 11 Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dismenorerepository.ump.ac.id/1826/3/Kurniati Rahmani BAB II.pdf ·...

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dismenore

1. Definisi Dismenore

a. Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu rasa tidak enak di

perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali

disertai rasa mual (Sastrawinata, 2008).

b. Dismenorea adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga

memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan

atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa

hari (Simanjuntak, 2008).

2. Klasifikasi Dismenore

Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada

tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri

haid dapat dibagi menjadi, dismenore spasmodik dan dismenore

kongestif (Hendrik, 2006).

a. Nyeri Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa dibagian bawah perut dan berawal

sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak

perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri

itu sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu. Ada diantara mereka

yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar

muntah. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda

walaupun dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke

11

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

12

atas. Dismenore spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi

dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan

yang tidak mengalami hal seperti itu.

b. Nyeri Kongestif

Penderita dismenore kongestif biasanya akan tahu sejak

berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba.

Penderita mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah dada,

perut kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit

kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit

dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi

ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan

atas. Semua itu merupakan gejala yang berlangsung antara 2 dan 3

hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak

terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah

hari pertama masa haid, orang yang menderita dismenore kongestif

akan merasa lebih baik.

Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang

dapat diamati, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan

dismenore sekunder (Morgan & Hamilton, 2009).

a. Dismenore Primer

Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche

biasanya setelah 12 bulan atau lebih. Siklus-siklus haid pada bulan-

bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator

yang tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri tidak timbul lama

sebelumnya atau bersama dengan permulaan haid dan

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

13

berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus

dapat berlangsung beberapa hari.

Dismenore primer sering dimulai pada waktu mendapatkan

haid pertama dan sering bersamaan rasa mual, muntah, dan diare.

Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada

sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu hilang

sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama.

Dismenore primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun

setelah seorang gadis mendapatkan menstruasi pertamanya. Ini

adalah waktu ketika sel telur mulai matang setiap bulan dalam

ovarium. Pematangan sel telur disebut ovulasi. Dismenore tidak ada

pada siklus jika ovulasi belum terjadi. Dismenore primer jarang

terjadi setalah usia 20 tahun (Hendrik, 2006).

Dismenore primer (disebut juga dismenore idiopatik, esensial,

intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi

(tanpa kelainan ginekologik). Terjadi sejak menarche dan tidak

terdapat kelainan pada alat kandungan (Proverawati & Maisaroh :

2009).

Dismenore primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih

sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya

hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan

melahirkan (Hendrik, 2006).

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan

anatomis genitalis (Manuaba, et.al., 2009).

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

14

3. Gejala Dismenore

Menurut Maulana (2009), gejala dan tanda dari dismenore adalah

nyeri pada bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung bagian

bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul

atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri

mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, serta mencapai

puncaknya dalam 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.

Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit, diare

dan sering berkemih. Kadang terjadi sampai muntah.

Dismenore primer muncul berupa serangan ringan, kram pada

bagian tengah, bersifat spasmodik yang dapat menyebar ke punggung

atau paha bagian dalam. Umumnya ketidaknyamanan muncul 1-2 hari

sebelum haid. Namun nyeri paling hebat muncul pada hari pertama

haid. Dismenore kerap disertai efek seperti muntah, diare, sakit kepala,

nyeri kaki, dan sinkop (Morgan & Hamilton, 2009).

4. Etiologi Dismenore Primer

Dismenore primer terjadi akibat endometrium mengalami

peningkatan prostaglandin dalam jumlah tinggi. Di bawah pengaruh

progesteron selama fase luteal haid, endometrium yang mengandung

prostaglandin meningkat mencapai tingkat maksimum pada awal masa

haid. Prostaglandin menyebabkan kontraksi myometrium yang kuat dan

mampu menyempitkan pembuluh darah mengakibatkan iskemia,

disintegrasi endometrium dan nyeri (Morgan & Hamilton, 2009).

Prostaglandin F2 alfa adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot

polos myometrium dan konstriksi pembuluh darah uterus. Hal ini

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

15

memperparah hipoksia uterus yang secara normal terjadi pada haid

sehingga timbul nyeri berat (Corwin, 2009).

Selain itu, kejadian dismenore primer juga dapat dipicu oleh faktor

psikogenik yaitu stress emosional dan ketegangan, kurang vitamin, atau

rendahnya kadar gula (Dianawati, 2003).

5. Patofisiologi Dismenore Primer

Pada dasarnya dismenorea primer memang berhubungan dengan

prostaglandin endometrial dan leukotrien. Setelah terjadi proses ovulasi

sebagai respons peningkatan produksi progesteron (Guyton & Hall,

2007). Asam lemak akan meningkat dalam fosfolipid membran sel.

Kemudian asam arakidonat dan asam lemak omega-7 lainnya

dilepaskan dan memulai suatu aliran mekanisme prostaglandin dan

leukotrien dalam uterus. Kemudian berakibat pada termediasinya

respons inflamasi, tegang saat menstruasi (menstrual cramps), dan

molimina menstruasi lainnya (Hillard, 2006).

Hasil metabolisme asam arakidonat adalah prostaglandin (PG) F2-

alfa, yang merupakan suatu siklooksigenase (COX) yang

mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium

sehingga terjadi iskemia dan nyeri menstruasi. Selain (PG) F2-alfa juga

terdapat PGE-2 yang menyebabkan dismenorea primer. Peningkatan

level PGF2-alfa dan PGE-2 jelas akan meningkatkan rasa nyeri pada

dismenorea primer juga (Hillard, 2006).

Selanjutnya, peran leukotrien dalam terjadinya dismenorea primer

adalah meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri uterus (Hillard,

2006). Peningkatan leukotrien tidak hanya pada remaja putri tetapi juga

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

16

ditemukan pada wanita dewasa. Namun peranan prostaglandin dan

leukotrien ini memang belum dapat dijelaskan secara detail dan

memang memerlukan penelitian lebih lanjut.

Dismenore primer juga bisa diakibatkan oleh adanya tekanan atau

faktor kejiwaan selain adanya peranan hormon leukotrien dan

prostaglandin. Stres atau tekanan jiwa bisa meningkatkan kadar

vasopresin dan katekolamin yang berakibat pada vasokonstriksi

kemudian iskemia pada sel (Hillard, 2006).

Adanya pelepasan mediator seperti bradikinin, prostagandin dan

substansi p, akan merangsang saraf simpatis sehingga menyebabkan

vasokonstriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang

menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan

pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan

metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari

medulla spinalis ke otak akan dipersepsikan sebagai nyeri.

6. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko

Menurut Prawiroharjo (2007) terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi dismenore antara lain:

a. Faktor Kejiwaan

Kondisi kejiwaan yang tidak stabil pada wanita akan

mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua

sistim neuroendokrin, yaitu sistim simpatis dan sistim korteks

adrenal. Paparan ketidakstabilan kondisi emosional ini akan

meningkatkan hormone adrenalin, tiroksin dan kortisol yang

berpengaruh secara signifikan pada homeostatis. Hal inilah yang

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

17

menyebabkan vasokonstriksi pada daerah yang terkena nyeri

sehingga menimbulkan efek penekanan pembuluh darah,

pengurangan aliran darah dan peningkatan kecepatan metabolisme.

Efek-efek yang terjadi inilah yang akan membuat iskemi pada sel

b. Faktor Konstitusi

Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan

sebagai penyebab timbulnya dismenore primer yang dapat

menurunkan ketahanan seseorang terhadap nyeri. Faktor ini antara

lain:

1) Anemia

Pada penderita anemia, kemampuan darah untuk

mengangkut oksigen berkurang. Hal ini akan menyebabkan

gangguan pada pertumbuhan sel. Hal ini menyebabkan

kerusakan jaringan atau disfungsi jaringan.

2) Penyakit menahun

Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan

akan menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit

atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit

menahun dalam hal ini adalah asma dan migrain.

c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis

Pada faktor ini menyebabkan aliran darah menstruasi tidak

lancer sehingga otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha

untuk melainkan kelainan tersebut.

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

18

d. Faktor Endokrin

Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi

yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam

fase sekresi memproduksi prostaglandin F2-α yang menyebabkan

kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2-α berlebih

akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenore,

dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.

e. Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara

dismenore primer dengan urtikaria, migren atau asma bronkial.

Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

Menurut Smeltzer & Bare (2002), faktor resiko terjadinya disminore

primer adalah:

a. Menarche pada usia lebih awal

Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat

reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap

mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika

menstruasi.

b. Belum pernah hamil dan melahirkan

Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang

berhubungan dengan saraf yang menyebabkan adrenalin

mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim melebar

sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang.

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

19

c. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)

Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi

menimbulkan adanya kontraksi uterus, terjadi lebih lama

mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi dan semakin

banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin

yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi

uterus yang terus-menerus menyebabkan suplai darah ke uterus

terhenti dan terjadi dismenore.

d. Umur

Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi

maka leher rahim bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian

dismenore jarang ditemukan.

Sedangkan menurut Hendrik (2006), wanita yang mempunyai

resiko menderita dismenore primer adalah:

a. Mengkomsumsi alkohol

Alkohol merupakan racun bagi tubuh dan hati

bertanggungjawab terhadap penghancur estrogen untuk disekresi

oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya komsumsi alkohol

yang terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh,

akibatnya estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan

gangguan pada pelvis.

b. Perokok

Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan

meningkatkan lamanya dismenore.

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

20

c. Tidak pernah berolah raga

Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya

aktifitas selam menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat

menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada

uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan

menyebabkan nyeri.

d. Stres

Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul

dan otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore.

Karakteristik dan faktor yang berkaitan dengan dismenore primer

(Morgan & Hamilton, 2009) adalah sebagai berikut :

a. Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah haid.

b. Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23-

27 tahun, lalu mulai mereda.

c. Umumnya terjadi pada wanita nulipara.

d. Dismenore primer lebih sering terjadi pada wanita obesitas.

e. Kejadian ini berkaitan dengan aliran haid yang lama.

f. Jarang terjadi pada atlet.

g. Jarang terjadi pada wanita yang memiliki status haid tidak teratur.

7. Derajat Dismenore

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal

menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore

secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan.

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

21

Menurut Manuaba, et.al. (2009), dismenore dibagi 3 yaitu:

a. Dismenore Ringan

Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat

melanjutkan kerja sehari-hari.

b. Dismenore Sedang

Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat

penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.

c. Dismenore Berat

Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat

beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, kemeng pinggang,

diare dan rasa tertekan.

Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan

berdasarkan pada sifat, tempat, berat ringannya dan waktu lamanya

serangan. Menurut klasifikasi ini, nyeri dismenore termasuk ke

dalam jenis deep pain (nyeri dalam) karena terjadi pada organ

tubuh viseral yaitu pada saluran reproduksi (Asmadi, 2008).

Sementara itu menurut Potter & Perry (2006), karakteristik yang

paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas

nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri

sebagai nyeri ringan, sedang atau berat.

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi Verbal Descriptor Scale (VDS)

merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini

dirangking mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

22

tertahankan”. Alat VDS ini memungkinkan klien untuk mendeskripsi

nyeri.

Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini klien

menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri (Perry & Potter, 2006)

Keterangan :

0 : Tidak ada keluhan nyeri haid atau kram pada perut bagian

bawah.

1-3 : Terasa kram perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih

dapat melakukan aktifitas, masih dapat berkonsentrasi belajar.

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

23

4-6 : Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke

pinggang, kurang nafsu makan, sebagian aktifitas terganggu, sulit

beraktifitas belajar.

7-9 : Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke

pinggang, paha, atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas,

tidak kuat beraktifitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar.

10 : Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri

menyebar ke pinggang, kaki, dan punggung, tidak mau makan, mual,

muntah, sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun

dari tempat tidur, tidak dapat beraktivitas, terkadang sampai pingsan.

(Potter & Perry, 2006)

Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah

digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien

melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala,

maka deskripsi nyeri akan lebih akurat.

Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji

tingkat keparahan nyeri, tapi juga mengevaluasi perubahan kondisi

klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala

menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami

penurunan atau peningkatan (Perry & Potter, 2006).

8. Upaya Mengatasi Dismenore

a. Secara Farmakologis

Menurut Potter & Perry (2006) upaya farmakologis yang dapat

dilakukan dengan memberikan obat analgesik sebagai penghilang

rasa sakit.

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

24

Menurut Smeltzer & Bare (2002), penanganan nyeri yang

dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologis,

dilakukan kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama

lainnya pada pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan

menghambat produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan yang

mengalami trauma dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri

untuk menjadi sensitif terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya,

contoh obat anti inflamasi nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen,

naproxen, asetaminofen, ketorolak dan lain sebagainya.

b. Secara Non Farmakologis

Menurut Smeltzer & Bare (2002) penanganan nyeri secara

nonfarmakologis terdiri dari:

1) Stimulasi dan Massage kutaneus

Massage adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum,

sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Massage dapat

membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat

relaksasi otot.

2) Terapi es dan panas

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang

memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada

tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Terapi

panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke

suatu area dan kemungkinan dapat turut menurungkan nyeri

dengan mempercepat penyembuhan.

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

25

3) Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulaton ( TENS)

TENS dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi

reseptor tidak nyeri (non-nesiseptor) dalam area yang sama

seperti pada serabut yang menstramisikan nyeri. TENS

menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan

elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi

kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri.

4) Distraksi

Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang

menyebabkan nyeri, contoh: menyanyi, brdoa, menceritakan

gambar atau foto denaga kertas, mendengar musik dan

bermain satu permainan.

5) Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau

pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri

atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama (teknik

relaksasi nafas dalam. Contoh: bernafas dalam-dalam dan

pelan dan yoga.

6) Imajinasi

Imajinasi merupakan hayalan atau membayangkan hal

yang lebih baik khususnya dari rasa nyeri yang dirasakan.

B. Yoga

Pada kondisi rileks tubuh akan menghentikan produksi hormon

adrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat stres. Karena hormon

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

26

seks esterogen dan progesteron serta hormon stres adrenalin diproduksi dari

blok bangunan kimiawi yang sama. Ketika kita mengurangi stres maka

mengurangi produksi kedua hormon seks tersebut. Jadi, perlunya rileksasi

untuk memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormon yang

penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri.

Menurut Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa yoga merupakan

salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang dapat menurunkan nyeri dengan

cara merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang

disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi

pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran pembuluh darah ke daerah

yang mengalami spasme dan iskemik. Hal ini dapat dikombinasikan dengan

teknik relaksasi nafas dalam.

1. Tujuan Teknik Yoga

Tujuan dari teknik relaksasi Yoga adalah untuk meningkatkan

ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelaktasi paru,

meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stres baik fisik maupun

emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan

kecemasan.

2. Prosedur Pelaksanaan Yoga

Bentuk yoga yang digunakan pada prosedur ini adalah

seperangkat teknik relaksasi seperti pernafasan, meditasi dan posisi

tubuh

Pernafasan yang digunakan adalah teknik pernafasan dalam dan

bentuknya adalah pernafasan diafragma yang mengacu pada

pendataan kubah diafragma selama inspirasi yang mengakibatkan

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

27

pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara

masuk selama inspirasi.

Tahap persiapan pelaksanaan teknik yoga dalam ini adalah:

a. Persiapan lingkungan: lingkungan tenang, nyaman, kursi dan

matras jika diperlukan.

b. Persiapan responden atau klien: klien rilek

Adapun prosedur pelaksanaan yoga antara lain:

a. Meredakan nyeri perut

1) Peregangan kucing

a) Posisikan tubuh Anda seperti gerakan akan merangkak.

b) Kemudian perlahan-lahan naikkan punggung ke atas

setinggi-tingginya.

c) Tahan beberapa saat, lalu ulangi gerakan ini beberapa kali

hingga nyeri pada perut berkurang.

2) Posisi janin

a) Tidurlah terlentang

b) Tarik lutut Anda kearah dada sambil memeluk bantal.

c) Agar terasa lebih nyaman, ambil botol berisi air hangat dan

letakkan pada perut Anda.

d) Ulangi gerakan ini beberapa kali hingga Anda merasa

nyaman dan nyeri pada perut hilang.

b. Mengatasi kram perut

1) Duduk di atas tumit (kedua lutut ditekuk).

2) Secara perlahan, tekuk tubuh ke arah lantai sampai dada

menyentuh paha.

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

28

3) Kedua lengan dijulurkan ke arah belakang tubuh, biarkan lemas

dengan kedua telapak tangan menghadap ke atas.

4) Perlahan majukan tubuh hingga dahi menyentuh lantai.

5) Pejamkan mata. Rilekkan otot dan tahan selama 2 menit.

6) Tarik napas secara mendalam lalu hembuskan.

c. Lakukan latihan ini 3 kali untuk pemula dan 8 kali jika Anda sudah

terbiasa dengan latihan ini.

d. Prosedur pernafasan diagfragma

1) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru

dengan udara melalui hitungan 1, 2, 3

2) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil

merasakan ekstremitas atas dan bawah

3) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

4) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui

mulut secara perlahan-lahan

5) Membiarkan telapak tangan dan kaki rilek

6) Usakan agar tetap konsentrasi atau mata sambil terpejam

7) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

8) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa

berkurang. Ulangi sampai 15 kali dengan diselingi istirahat

singkat setiap 5 kali

9) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara

dangkal dan cepat.

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

29

3. Fisiologis Teknik Yoga Dalam terhadap Penurunan Nyeri

Pada kondisi rilek tubuh akan menghentikan produksi hormon

adrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat stres. Karena

hormon esterogen dan progesteron serta hormon stres adrenalin

diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama. Ketika kita

mengurangi stres maka mengurangi produksi kedua hormon seks

tersebut.

Perlunya relaksasi untuk memberikan kesempatan bagi tubuh

untuk memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan haid yang

bebas dari nyeri. Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik yoga dalam

terhadap penurunan nyeri, teknik relaksasi nafas dalam dapat dipercaya

dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu:

a. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme

yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi

vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah

ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik. Teknik yoga

mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opioid endogen yaitu

endorphin dan enkefalin (senyawa yang berfungsi untuk

menghambat nyeri) (Smeltzer & Bare, 2002).

b. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat.

Relaksasi yoga melibatkan sistim otot dan respirasi sehingga

tidak membutuhkan alat lain dan mudah dilakukan sewaktu-waktu.

Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi

terletak pada fisiologi sistim saraf otonom yang merupakan bagian

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

30

dari sistim saraf perifer yang mempertahankan homeostatis

lingkungan internal indvidu.

C. Aromaterapi

Aromaterapi adalah terapi komplementer yang melibatkan penggunaan

wewangian yang diturunkan dari minyak esensial. Minyak esensial dapat

dikombinasikan dengan base oil (minyak campuran obat), yang dapat dihirup

atau dimasase ke kulit yang utuh (Brooker, 2008).

Aromaterapi adalah penggunaan minyak esensial konsentrasi tinggi

yang diekstraksi dari tumbuh-tumbuhan dan diberikan melalui massage,

inhalasi, dicampur ke dalam air mandi, untuk kompres (Andrews, 2010)

1. Tujuan Aromaterapi

Tujuan aromaterapi adalah merangsang indera penciuman kita

dengan minyak esensial atau “esen aromatik”. Minyak esensial mudah

menguap, berminyak dan wangi.minyak esensial didapatkan dari

tumbuhan dengan berbagai cara seperti memeras, memukul-mukul,

menyuling dan melarutkan. Adakalanya hanya dihirup baunya. Setiap

minyak mempunyai kegunaan pengobatan tersendiri. Aromaterapi

digunakan untuk menyembuhkan masalah pernafasan, rasa nyeri, juga

masalah mental dan emosional (Parker, 2000).

2. Mekanisme Aromaterapi

Para peneliti tidak sepenuhnya jelas bagaimana aromaterapi dapat

bekerja. Beberapa ahli percaya indera penciuman kita memainkan

peran. Reseptor bau di hidung berkomunikasi dengan bagian-bagian

dari otak (amigdala dan hipotalamus) yang berfungsi sebagai

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

31

penyimpanan untuk emosi dan kenangan. Ketika bernapas molekul

minyak esensial akan terhirup, beberapa peneliti percaya bahwa mereka

merangsang bagian-bagian dari otak dan mempengaruhi kesehatan

fisik, emosional, dan mental. Sebagai contoh, lavender diyakini untuk

merangsang aktivitas sel-sel otak di amigdala mirip dengan cara

beberapa pekerjaan obat penenang. Peneliti lain menganggap bahwa

beberapa molekul dari minyak esensial bisa berinteraksi dalam darah

dengan hormon atau enzim.

Organ penciuman merupakan satu-satunya indera perasa dengan

berbagai reseptor sarafyang berhubungan langsung dengan dunia luar

dan merupakan saluran langsung ke otak. Hanya sejumlah 8 molekul

sudah dapat memicu impuls elektrik pada ujung saraf.

Bau merupakan suatu molekul yang mudah menguap langsung ke

udara. Apabila masuk ke rongga hidung melalui pernafasan, akan

diterjemahkan oleh otak sebagai proses penciuman.

3. Cara Penggunaan Aromaterapi

Cara inhalasi biasanya diperuntukkan untuk seorang klien, yaitu

dengan menggunakan cara inhalasi langsung, tetapi cara inhalasi dapat

juga digunakan secara bersamaan misalnya dalam satu ruangan.

Metode ini disebut inhalasi tidak langsung.

Adapun cara penggunaan aromaterapi secara langsung adalah

sebagai berikut :

a. Persiapan klien : klien tenang dan nyaman

b. Persiapan alat dan bahan :

1) Minyak esensial ataupun minyak aromaterapi yang lainnya

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

32

2) Kapas atau tissue

c. Prosedur :

1) Klien dalam keadaan yang nyaman.

2) Ambil 1-5 tetes minyak esensial, teteskan pada tissue atau

kapas, kemudian hirup 5-10 menit.

D. Kompres Hangat

Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan

mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi,

terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan

menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan

ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau

hilang.

Kompres hangat sebagai metode yang sangat efektif untuk

mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan melalui konduksi

(botol air panas). Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan dapat

meningkatkan aliran darah. Kompres hangat adalah metode yang digunakan

untuk meredakan nyeri dengan cara menggunakan buli-buli yang diisi

dengan air panas yang ditempelkan pada sisi perut kiri dan kanan.

1. Tujuan Kompres Hangat

Tujuan dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa,

membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan

mempelancar pasokan aliran darah dan memberikan ketenangan pada

klien.

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

33

Kompres hangat yang digunakan berfungsi untuk melebarkan

pembuluh darah, menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurangi

kekakuan. Selain itu, kompres hangat juga berfungsi menghilangkan

sensasi rasa sakit. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, terapi

kompres hangat dilakukan selama 20 menit dengan 1 kali pemberian

dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit ke 15-20 selama

tindakan (Kusmiyati, 2009).

2. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan pada pemberiaan kompres hangat adalah

sebagi berikut:

a. Persiapan alat dan bahan:

1) Buli- buli dan sarungnya atau botol dengan sarungnya

2) Perlak dan pengalas

3) Termos dan air panas dengan suhu 45°-50,5°C

4) Thermometer iar

5) Lap kerja

b. Cara Kerja:

1) Cuci tangan

2) Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan

3) Isi kantung karet dengan air hangat dengan suhu 45-50,5ºC

4) Tutup kantung karet yang telah diisi air hangat kemudian

dikeringkan

5) Masukkan kantung karet kedalam kain

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

34

6) Tempatkan kantung karet pada daerah pinggang, perut, dan

daerah yang terasa nyeri dengan posisi klien miring kanan atau

miring kiri

7) Angkat kantung karet tersebut setelah 20 menit, kemudian isi

lagi kantung karet dengan air hangat lakukan kompres ulang

jika klien menginginkan

8) Catat perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan pada

menit ke 15-20

9) Cuci tangan (Hidayat, 2008)

3. Fisiologi Kompres Hangat

Pada kompres hangat terjadi proses konduksi pada penyampaian

panasnya. Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan

langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya

proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil.

Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu

yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk

terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada

paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses

perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014

35

E. Kerangka Teori Penelitian

Berdasarkan penjabaran teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

dapat ditarik kerangka teori sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penurunan Nyeri Dismenore (Bobak, 2004)

Keterangan : Fokus penelitian pada tulisan yang dicetak tebal

Pelepasan prostaglandin

DISMENORE

Penatalaksanaan nyeri haid

secara non farmakologis:

1. Istirahat.

2. Olahraga.

3. Yoga.

4. Aromaterapi

5. Kompres hangat.

6. Ditraksi, massage dan relaksasi.

Peningkatan frekuensi kontraksi uterus

Vasospasme arteriol uterus

Penurunan dismenore

Perbedaan Efektivitas Aromaterapi..., Kurniati Rahmani, Kebidanan DIII UMP, 2014