BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada...

50
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnya 1. Pengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan yaitu : suatu perangkat tingkah yang diharapkan di miliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan untuk peranan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:854). Badan Pertanahan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen yang mempunyai bidang tugas dibidang pertanahan dengan unit kerjanya, yaitu kantor wilayah BPN ditiap-tiap Provinsi dan di daerah Kabupaten atau Kota yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah. Lembaga tersebut dibentuk berdasarkan surat keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 tahun 1988 yang bertugas membantu presiden dalam mengelola dan mengem bangkan administrasi pertanahan, baik berdasarkan UUPA maupun peraturan perundang-undangan lain yang meliputi pengaturan penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah, penguasaan hak-hak tanah, pengukuran dan pendaftaran tanah dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh presiden (Sumber: Literatur dari Badan Pertanahan Purbalingga). Tugas pokok Badan Pertanahan Nasional adalah membantu Presiden dalam mengelola dan mengembangkan Administrasi Pertanahan baik berdasarkan Undang-

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peranan BPN Pada Umumnya

1. Pengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional)

Peran itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan yaitu :

suatu perangkat tingkah yang diharapkan di miliki oleh orang yang berkedudukan

dalam masyarakat. Sedangkan untuk peranan merupakan suatu tindakan yang

dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2007:854).

Badan Pertanahan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen yang

mempunyai bidang tugas dibidang pertanahan dengan unit kerjanya, yaitu kantor

wilayah BPN ditiap-tiap Provinsi dan di daerah Kabupaten atau Kota yang melakukan

pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah.

Lembaga tersebut dibentuk berdasarkan surat keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 26 tahun 1988 yang bertugas membantu presiden dalam mengelola dan

mengem bangkan administrasi pertanahan, baik berdasarkan UUPA maupun peraturan

perundang-undangan lain yang meliputi pengaturan penggunaan, penguasaan dan

pemilikan tanah, penguasaan hak-hak tanah, pengukuran dan pendaftaran tanah dan

lain-lain yang berkaitan dengan masalah pertanahan berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan oleh presiden (Sumber: Literatur dari Badan Pertanahan Purbalingga).

Tugas pokok Badan Pertanahan Nasional adalah membantu Presiden dalam

mengelola dan mengembangkan Administrasi Pertanahan baik berdasarkan Undang-

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

undang Pokok Agraria maupun peraturan perundang-undangan lain yang meliputi

pengaturan, penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah dan lain-lain yang berkaitan

dengan masalah pertanahan berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Presiden

(Ali Achmad Chomzah, 2003: 9).

Tujuan dari pembangunan bidang pertanahan adalah menciptakan kemakmuran

dan kesejahteraan rakyat dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan

masyarakat adil dan makmur yang merata dan spiritual berdasarkan Pancasila (Ali

Achmad Chomzah, 2003: 9).

Berdasarkan KEPRES No.26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional

pada Pasal 31 mengenai tata kerjanya adalah:

a. Semua unsur di lingkungan Badan Pertanahan dalam melaksanakan tugasnya wajib

menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan

Badan Pertanahan sendiri maupun dalam hubungan antar instansi Pemerintah untuk

kesatuan gerak sesuai dengan tugasnya.

b. Badan Pertanahan dalam melaksanakan tugas mendapatkan pembinaan dan

pengarahan dari Menteri atau Menteri-menteri yang akan ditunjuk Presiden.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Badan Pertanahan Nasional

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan penguasaan dan penggunaan tanah;

b. Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan pengaturan pemilikan tanah dengan

prinsip-prinsip bahwa tanah mempunyai sosial sebagaimana diatur dalam UUPA;

c. Merencanakan pengukuran dan pemetaan serta pendaftaran tanah dalam upaya

memberikan kepastian hukum dibidang pertanahan;

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

d. Melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah dalam rangka memelihara tertib

administrasi dibidang pertanahan;

e. Dan melaksanakan penelitian dan pengembangan dibidang pertanahan serta

pendidikan dan latihan tenaga-tenaga yang diperlukan dibidang administrasi

pertanahan (Ali Achmad Chomzah, 2003:10).

Adapun dasar-dasar kebijaksanaan bidang pertanahan, antara lain:

a. Wawasan Nusantara

Bahwa seluruh bumi (tanah), air dan ruang angkasa dalam Wila yah Republik

Indonesia adalah kekayaan alam milik seluruh bangsa Indonesia, bersifat abadi

sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa (Pasal 1,4,16 dan 20 UUPA).

b. Hak Menguasai oleh Negara

Asas Domein yang dipergunakan sebagai dasar dari perundang-undangan Agraria

yang berasal dari Pemerintah jajahan, tidak dikenal dalam hukum Agraria

Nasional. Hak menguasai seluruh rakyat/bangsa Indonesia memberikan wewenang

kepada Negara sebagai organisasi kekuasaan dari Bangsa Indonesia pada tingkatan

tertinggi, yaitu:

a) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan dan penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa;

b) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan bumi, air dan ruang angkasa;

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

c) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa

(Pasal 2 UUPA).

c. Kenyataan masih ada, serta sesuai dengan kepentingan Nasioanal Negara, yang

berdasarkan atas persatuan bangsa, dan tidak bertentangan dengan Undang-

undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi (Pasal 3 UUPA);

d. Fungsi sosial hak atas tanah, yaitu bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi

sosial (Pasal 6 jo. Pasal 15 dan 18 UUPA);

e. Asas kebangsaan

Yaitu bahwa hak milik atas tanah hanya dapat dimiliki oleh Warga Negara

Indonesia, sedangkan bagi orang asing dapat diberikan hak tertentu atas tanah

yang terbatas jangka waktu dan luasnya (Pasal 9, 17, 12 ayat 1 dan 2, 26 ayat 2,

28, 35 dan 41);

f. Persamaan Hak Warga Negara Atas Tanah

Yaitu bahwa warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan

mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh sesuatu hak dan manfaat

atas tanah (Pasal 9 ayat 2, 11 ayat 1, 13 ayat 2 dan 3, 26 ayat 1 UUPA);

g. Kewajiban Pemegang Hak Atas Tanah

Yaitu bahwa setiap orang, Badan Hukum atau Instansi yang mempunyai

hubungan hukum dengan tanah, wajib memanfaatkan tanah tersebut serta

menciptakan rasa keadilan sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Pasal 15 UUPA);

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

h. Penatagunaan Tanah dilakukan agar tanah dan kekayaan alam yang terkandung

di dalamnya dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Negara dan

Rakyat (Pasal 14 dan 15 UUPA).

Sasaran pembangunan bidang pertanahan adalah terwujudnya Catur Tertib

Pertanahan, yaitu:

a. Tertib Hukum Pertanahan merupakan keadaan dimana:

1. Seluruh perangkat peraturan perundang-undangan dibidang Pertanahan telah

tersusun lengkap dan komprehensip;

2. Semua peraturan perundang-undangan dibidang Pertanahan telah diterapkan

pelaksanaannya secara efektif;

3. Semua pihak yang menguasai/menggunakan tanah mempunyai hubungan

hukum yang sah yang bersangkutan menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

b. Tertib Administrasi Pertanahan merupakan keadaan dimana:

1. Untuk setiap bidang tanah telah tersedia catatan mengenai aspek-aspek ukuran

fisik, penguasaan, penggunaan, jenis hak dan kepastian hukumnya, yang

dikelola dalam sistem informasi pertanahan yang lengkap;

2. Terdapat mekanisme prosedur/tata cara kerja pelayanan dibidang pertanahan

yang sederhana, cepat dan murah tetap menjamin kepastian hukum yang

dilaksanakan secara tertib dan konsisten;

3. Penyimpanan warkah-warkah yang berkaitan dengan pemberian hak dan

pensertifikatan tanah dilaksanakan secara tertib, beraturan dan terjamin

keamanannya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

c. Tertib Penggunaan Tanah merupakan keadaan dimana:

1. Tanah telah digunakan secara lestari, optimal, serasi dan seimbang. Sesuai

dengan potensinya guna berbagai kegiatan kehidupan dan penghidupan yang

diperlukan untuk menunjang terwujudnya tujuan nasional;

2. Penggunaan tanah di daerah Perkotaan telah dapat menciptakan suasana yang

aman, tertib, lancar dan sehat;

3. Tidak terdapat pembentukan kepentingan antar sektor dalam peruntukan

tanah.

d. Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup, merupakan keadaan dimana:

1. Penanganan bidang pertanahan telah dapat menunjang kelestarian lingkungan

hidup;

2. Pemberian Hak Atas Tanah dan pengarahan penggunaannya telah dapat

menunjang terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan;

3. Semua pihak yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah telah

melaksanakan kewajiban sehubungan dengan pemeliharaan tanah tersebut

(Ali Achmad Chomzah, 2003: 19).

2. Tanah Pada Umumnya

Sebutan tanah dalam bahasa kita dapat dipakai dalam berbagai arti. Maka dalam

penggunaannya perlu diberi batasan, agar di ketahui dalam arti apa istilah tersebut

digunakan. Dalam Hukum Tanah kata sebutan “tanah” dipakai dalam arti yuridis,

sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh Undang-undang Pokok

Agraria.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

Dalam Pasal 4 dinyatakan, bahwa Atas dasar hak menguasai dari Negara....

ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah,

yang dapat diberikan kepada oleh orang-orang...... Dengan demikian jelaslah, bahwa

tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi (ayat 1). Sedang hak atas

tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi

dua dengan ukuran panjang dan lebar (Boedi Harsono, 2007:18).

Tanah hanya merupakan salah satu bagian dari bumi, disamping ditanam dibumi

juga ditubuh bumi. Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 PP 24 Tahun 1997, maka dinyatakan

bahwa ”bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang

yang terbatas, dan itu saja yang merupakan obyek dari pendaftaran tanah di Indonesia

(Parlindungan, 1999:20).

Tanah juga memiliki fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam berbagai

kehidupan, terlebih lagi sebagai tempat bermukim atau perumahan. Maraknya

pembangunan di berbagai bidang kehidupan, menyebabkan tanah menjadi komoditi

yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi dan sulit dikendalikan (Ditulis

oleh: Kepala Seksi Sengketa, konflik dan perkara, Kantah Kab. Tasikmalaya, 2010).

Menurut Aryanto Sutadi (Deputi V BPN-RI), dalam raker BPN-RI Bidang

PPSKP (2010), mengemukakan sumber- sumber konflik tanah meliputi :

a. Perubahan status tanah paska kemerdekaan;

b. Harga tanah terus meningkat;

c. “Ketidakadilan” penguasaan tanah;

d. Rendahnya pemahaman tentang hak tanah;

e. Pendaftaran tanah, baru sebagian;

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

f. Mafia pertanahan (swasta/oknum pegawai).

Dikemukakan pula pemicu timbulnya masalah atau konflik tanah antara lain :

a. Tanah ditelantarkan;

b. Perubahan status tanah tanpa dokumen syah;

c. Tindak pidana obyek tanah dan dokumen;

d. Penyimpangan atau KKN terutama sisa masa lalu.

Secara garis besar, peta permasalahan tanah dapat dikelompokkan menjadi

empat, yakni :

a. Masalah penggarapan rakyat atas tanah areal kehutanan, perkebunan dan lain-

lain;

b. Masalah-masalah yang berkenaan dengan pelanggaran ketentuan tentang

landreform;

c. Akses-akses dalam penyediaan tanah untuk keperluan pembangunan;

d. Sengketa perdata berkenaan dengan masalah tanah (Maria SW, 2001: 15).

Konflik dan sengketa pertanahan mengandung beberapa hal, yakni:

a) Keterlibatan aktor ekonomi, politik dan sosial yang kuat;

b) Memiliki durasi waktu yang sangat lama;

c) Adanya persoalan administrasi (Proses ajudikasi yang carut marut);

d) Juga kasus- kasus lebih rumit bisa ditemukan di areal kehutanan yang

dialihfungsikan ke perkebunan. Sebab, acapkali izin lokasi perkebunan yang

diberikan Pemda hanyalah kedok perusahaan dalam mengambil hasil kayu.

Penyelesaian ini lebih rumit sebab selain aturan hukum kehutanan dan pertanahan

yang saling menegasikan, kasus seperti ini juga bertali temali dengan ke

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

pentingan buruh terbang, masyarakat adat (kampung) hingga dana reboisasi dan

rehabilitasi lahan yang kesemuanya menggiurkan;

e) Melibatkan sebagian masyarakat korban yang awam hukum positif namun pada

kenyataannya telah menguasai tanah tersebut secara turun temurun;

f) Dengan tidak menafikan aturan- aturan hukum positif, konflik dan sengketa

pertanahan memiliki model pembuktian yang berbeda dengan jenis sengketa

lainnya (Maria SW, 2001: 10).

3. Sumber-sumber Hukum Tanah Nasional

Adapun sumber-sumber Hukum Tanah Nasional di Indonesia yang berupa

norma-norma hukum yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis, sebagai berikut:

1. Sumber-sumber hukum yang tertulis:

a. Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33 ayat (3);

b. Undang-Undang Pokok Agraria (Undang-Undang No.5 Tahun 1960);

c. Peraturan-peraturan pelaksana UUPA;

d. Peraturan-peraturan yang bukan pelaksana UUPA, yang dikeluarkan sesudah

tanggal 24 September 1960 yang karena sesuatu masalah perlu diatur;

e. Peraturan-peraturan lama yang untuk sementara masih berlaku berdasarkan

ketentuan pasal-pasal peralihan.

2. Sumber-sumber hukum yang tidak tertulis:

a. Norma-norma Hukum Adat yang sudah di-saneer;

b. Hukum kebiasaan baru, termasuk yurisprudensi dan praktik Administrasi

(Adrian Sutedi, 2007:37).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

Berdasarkan PP No.10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah atau PP No.24

tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah ada 2 cara pendaftaran tanah, yaitu :

1) Pendaftaran Tanah Secara Sistematik

Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah

untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua

obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian

wilayah suatu desa atau kelurahan. Pendaftaran tanah secara sistematik

didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan di wilayah-wilayah

yang ditetapkan oleh Menteri. Karena pendaftaran tanah secara sistematik

dilaksanakan atas prakarsa Pemerintah, maka kegiatan tersebut didasarkan

pada suatu rencana kerja yang ditetapkan oleh Menteri.

2) Pendaftaran Tanah Secara Sporadik

Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah

untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah

dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan secara

individual atau massal. Jadi untuk pendaftaran tanah secara sporadik

dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan.

Selain itu pula pendaftaran tanah juga diselenggarakan oleh Badan

Pertanahan Nasional yaitu sebuah lembaga pemerintah Non Departemen

yang bidang tugasnya meliputi bidang pertanahan. Kantor Pertanahan

merupakan unit kerja Badan Pertanahan Nasional diwilayah kabupaten atau

kotamadya, yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan

daftar umum pendaftaran tanah. Dalam melaksanakan tugasnya, BPN dibantu

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT yaitu pejabat

umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta atas tanah

(Florianus SP Sangsun, 2007:19).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

BAGAN 1: TAHAP PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERTAMA KALI

(Sumber: Florianus SP Sangsun, 2007: 53)

Pembuktian dan pembukuan hak

Penerbitan Sertifikat

Pembuatan surat ukur

Mengajukan Permohonan ke BPN

Penempatan Batas oleh Pemegang Hak (Pemilik)

Penetapan Batas Bidang Tanah oleh BPN/Panitia Ajudikasi

Pengukuran dan pemetaan dalam peta dasar pendaftaran

Pembuatan Daftar Tanah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

4. Pengukuran Tanah

1) Pengukuran dan Pemetaan

Untuk keperluan pengumpulan dan pengolahan data fisik pertama-tama

dilakukan suatu kegiatan pengukuran dan pemetaan yang meliputi:

a. Pembuatan peta dasar pendaftaran;

b. Penetapan batas bidang-bidang tanah;

c. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta

pendaftaran.

d. Pembuatan daftar tanah; dan

e. Pembuatan surat ukur.

2) Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran

Kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik dimulai dengan pembuatan

peta dasar pendaftaran. Di wilayah-wilayah yang belum ditunjuk sebagai wilayah

pendaftaran tanah secara sistematik oleh Badan Pertanahan Nasional diusahakan

tersedianya peta dasar pendaftaran untuk keperluan pendaftaran tanah secara

sporadik.

Untuk keperluan pembuatan peta dasar pendaftaran, Badan Pertanahan

Nasional menyelenggarakan pemasangan, pengukuran, teknik nasional di setiap

Kabupaten. Pengukuran untuk pembuatan peta dasar pendaftaran diikatkan

dengan titik-titik dasar teknik nasional sebagai kerangka dasarnya.

Jika di suatu daerah tidak ada atau belum ada titik-titik dasar teknik

nasional, dalam melaksanakan pengukuran untuk pembuatan peta dasar

pendaftaran dapat digunakan titik dasar lokal tekhnik yang bersifat sementara,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

yang kemudian diikatkan dengan titik dasar teknik nasional. Jadi sebuah peta

dasar pendaftaran menjadi dasar untuk pembuatan peta pendaftaran.

1) Penetapan Batas Bidang-bidang Tanah

Bidang-bidang tanah yang akan dipetakan, diukur, setelah ditetapkan

letaknya, batas-batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-tanda

batas di setiap sudut bidang tanah yang bersangkutan dengan maksud untuk

memperoleh data fisik yang diperlukan bagi pendaftaran tanah. Dalam penetapan

batas bidang tanah diupayakan penataan batas berdasarkan kesepakatan para pihak

yang berkepentingan.

Penempatan tanda-tanda batas termasuk pemeliharaannya wajib dilakukan

oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Berdasarkan penunjukkan batas

oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dan sedapat mungkin disetujui

oleh para pemegang hak atas tanah yang berbatasan, maka Kepala Kantor

Pertanahan melakukan penetapan batas bidang tanah yang sudah dimiliki dengan

suatu hak (yang belum terdaftar atau sudah terdaftar tetapi belum ada surat

ukur/gambar situasinya atau surat ukur/ gambar situasi yang ada tidak sesuai

lagi dengan keadaan yang sebenarnya ).

Jika pada waktu yang telah ditentukan, pemegang hak atas tanah yang

bersangkutan atau para pemegang hak atas tanah tidak hadir setelah dilakukan

pemanggilan, pengukuran bidang tanahnya untuk sementara dilakukan

berdasarkan batas-batas tanah yang bersangkutan.

2) Penerbitan Sertifikat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan

sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah.

Jika di dalam buku tanah terdapat catatan-catatan menyangkut data yuridis, atau

data fisik maupun data yuridis maka penerbitan sertifikat ditangguhkan sampai

catatan yang bersangkutan dihapus.

Sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya tercantum

dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau kepada pihak

lain yang dikuasakan olehnya. Mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan

rumah susun kepunyaan bersama beberapa orang atau badan hukum diterbitkan

satu sertifikat, yang diterimakan kepada salah sattu pemegang hak bersama atas

penunjukkan tertulis para pemegang hak bersama yang lain.

Mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun kepunyaan

bersama dapat diterbitkan sertifikat sebanyak jumlah pemegang hak bersama

untuk diberikan kepada tiap pemegang hak bersama yang bersangkutan, yang

memuat nama serta besarnya masing-masing dari hak bersama tersebut.

Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat

didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data

yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.

Apabila atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas

nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan iktikad

baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai

hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan tersebut apabila dalam

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan

keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor

Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan

mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut (Boedi Harsono,

2007:488).

Adapun prosedur penerbitan sertifikat tanah berdasarkan Pasal 32 Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menjelaskan bahwa :

a. Sertifikat hak atas tanah merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai

alat bukti yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat

didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data

yang ada dalam surat ukur dalam buku tanah hak yang bersangkutan;

b. Dalam hal suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas nama

orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik

dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak

atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak atas tanah tersebut

apabila dalam waktu 5 tahun sejak terbitnya sertifikat itu tidak mengajukan

keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan kepala kantor

pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan

kepengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut;

c. Sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya tercantum

dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau pihak lain

yang dikuasakan olehnya. Dalam hal, pemegang hak sudah meninggal dunia,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

sertifikat diterimakan kepada ahli warisnya atau salah seorang ahli waris

dengan persetujuan para ahli waris yang lain.

Penerbitan sertifikat dimaksudkan agar pemegang hak dapat dengan mudah

membuktikan haknya. Oleh karena itu sertifikat merupakan alat pembuktian yang

kuat, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 19 UUPA. Sehubungan dengan itu

apabila masih ada ketidakpastian mengenai hak atas tanah yang bersangkutan, yang

ternyata dari masalah adanya catatan dalam pembukuannya, pada prinsipnya

sertifikat belum dapat diterbitkan. Namun apabila catatan itu hanya mengenai data

fisik yang belum lengkap, tetapi tidak disengketakan, sertifikat dapat diterbitkan.

Dalam hal untuk mendapatkan suatu jaminan kepastian hukum atas bidang

tanah, di perlukan perangkat hukum yang tertulis, lengkap, jelas, dan di laksanakan

secara konsisten sesuai dengan jiwa isi ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Dokumen-dokumen pertanahan sebagai hasil proses pendaftaran tanah adalah

dokumen tertulis yang memuat data fisik dan data yuridis tanah bersangkutan.

Dokumen-dokumen hukum yang berkaitan dengan tanah sebagai berikut :

a. Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana yang di maksud dalam Pasal

19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf,

hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing

sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan;

b. Buku Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan

data fisik suatu obyek pendaftaran yang sudah ada haknya;

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

c. Peta dasar pendaftaran adalah peta yang memuat titik-titik bidang dasar teknik

dan unsur-unsur geografis, seperti sungai, jalan, bangunan dan batas fisik

bidang-bidang tanah;

d. Peta pendaftaran adalah peta yang menggambarkan bidang-bidang tanah untuk

keperluan pembukuan tanah;

e. Daftar tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang

tanah dengan suatu sistem penomoran;

f. Surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah

dalam bentuk peta dan uraian;

g. Daftar nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat keterangan

mengenai penguasaan tanah dengan sesuatu hak atas tanah,atau hak pengelolaan

dan mengenai pemilikan hak milik atas satuan rumah susun oleh orang

perseoarangan atau badan hukum tertentu (Florianus SP Sangsun, 2007: 21-53).

Untuk mengetahui prosedur penerbitan sertifikat hak atas tanah maka

dibawah ini ada beberapa cara yang biasa ditempuh oleh pemohon untuk

memperoleh sertifikat tanah, yakni :

a) Pendaftaran tanah dilakukan dengan cara pemohon sertifikat mendatangi kantor

pertanahan dan mengajukan permohonan seraya menyerahkan berkas

permohonan serta persyaratan kelengkapan seperlunya termasuk surat kuasa dari

pemilik (jika pemohon mengurus tanah orang lain) dan membayar sejumlah

biaya yang telah ada daftar tarifnya sesuai luas tanah pemohon proses

pembayaran berlangsung di loket khusus gedung kantor pertanahan;

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

b) Pemohon menunjukkan batas-batas bidang tanah yang diklaim sebagai hak milik

dilapangan kepada petugas kantor pertanahan setelah pemohon menerima surat

atau pemberitahuan permintaan untuk itu dari kepala kantor pertanahan;

c) Pemohon mengisi dan menandatangani berita acara mengenai data fisik dan data

yuridis hasil pengukuran dan pemeriksaan petugas kantor pertanahan dihadapan

petugas kantor pertanahan.;

d) Pemohon menunggu terbitnya sertifikat hak milik tanah sekurang- kurangnya

selama 60 hari sejak berakhirnya langkah ketiga diatas. Waktu penantian 60 hari

tersebut diperlukan oleh kantor pertanahan guna mengumumkan data fisik dan

data yuridis bidang tanah pemohon pada papan pengumuman di kantor

pertanahan dan kantor desa atau kelurahan atau atas biaya dapat diumumkan

melalui iklan atau surat kabar daerah;

e) Pemohon menerima sertifikat hak milik atas tanah di kantor pertanahan dari

pejabat yang berwenang, setelah pemohon sebelumnya menerima surat

panggilan atau pemberitahuan dalam bentuk lain dari kantor pertanahan untuk

itu (http://www.ten tangsertifikat.com).

Adapun suatu pendaftaran tanah menurut PP No.24 Tahun 1997 Pasal 3,

bertujuan sebagai berikut :

1) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain

yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai

pemegang hak yang bersangkutan;

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

2) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan

termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang

diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang

tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar;

3) Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Setiap bidang tanah dan

satuan rumah susun termasuk peralihan, pembebanan, dan hapusnya hak atas

tanah dan hak milik atas satuan rumah susun (Parlindungan, 1999: 9).

Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana, aman, terjangkau,

mutakhir, dan terbuka sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 2 PP No. 24

Tahun 1997 dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Asas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-

ketentuan pokok maupun prosedurnya mudah di pahami oleh pihak-pihak yang

berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah;

b. Asas aman menunjukkan pendaftaran tanah perlu diseleng garakan secara teliti

dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum

sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri;

c. Asas terjangkau menunjuk pada keterjangkauan bagi pihak-pihak yang

memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan

golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka

penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak yang

memerlukan;

d. Asas mutakhir menunjuk pada kelengkapan yang memadai dalam

pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Yang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti

kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi

kemudian hari;

e. Asas terbuka menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus

menerus dan berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor

Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata dilapangan, dan masyarakat

dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat (Florianus

SP Sangsun, 2007: 18).

B. Masalah Sertifikat Ganda Atas Tanah

Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak atas tanah, suatu pengakuan dan

penegasan dari negara terhadap penguasaan tanah secara perorangan atau bersama atau

badan hukum yang namanya ditulis didalamnya dan sekaligus menjelaskan lokasi, gambar,

ukuran dan batas-batas bidang tanah tersebut. Dalam bahasa Inggris sertifikat hak atas

tanah disebut dengan “title deed”, sedangkan penguasaan hak atas tanah disebut “land

ownership” dan bidang tanah sering disebut dengan “parcel atau plot”.

Berdasarkan definisi formalnya bahwa: ”sertifikat adalah surat tanda bukti hak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak

pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang

masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan”, yang juga

berdasarkan Pasal 1 angka 20 PP 24/1997 (Herman Hermit, 2004: 29).

Pengertian sertifikat ganda atas tanah pada umumnya adalah suatu kejadian di

mana sebidang tanah memiliki dua sertifikat tanah yang dimliki oleh dua orang yang

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

berbeda (Diyan Kusalawati, S.H, M.HUM seksi sengketa, konflik dan perkara BPN

Purbalingga).

Seksi sengketa, konflik dan perkara pertanahan kantor BPN Purbalingga Diyan

Kusalawati, SH, M.H mengungkapkan, ada dua penyebab sehingga terjadi sertifikat ganda.

Pertama, karena masalah teknis dan kedua karena masalah non-teknis. Masalah teknis,

karena saat melakukan pengukuran tanah, bisa jadi petugas tidak begitu jeli. Akibatnya

ketika sedikit saja melenceng, maka akan "memakan" tanah di sampingnya. Kalau lahan

tidak begitu luas, mungkin tak begitu menjadi persoalan, namun kalau lahan yang diukur

sangat luas, maka akan ada masalah besar.

Sedang terbitnya sertifikat ganda akibat non-teknis karena ada niat jahat dari salah

satu pihak. Ini juga seringkali terjadi di mana-mana. Ada unsur kesengajaan untuk

memaksa agar sertifikat terbit meski sebelumnya sudah ada sertifikatnya.

Adapun tujuan dari pembuatan sertifikat menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah

No.24 tahun 1997, adalah:

a) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak

atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak yang terdaftar agar dengan

mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;

b) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk

pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam

mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah

susun yang sudah terdaftar;

c) Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

Sertifikat Tanah atau Sertifikat Hak Atas Tanah atau juga disebut Sertifikat Hak

terdiri dari salinan Buku Tanah atau Surat Ukur yang di jilid dalam satu sampul. Sertifikat

tanah memuat hal-hal berikut:

a. Data Fisik: letak, batas-batas, luas, keterangan fisik tanah dan beban yang ada diatas

tanah;

b. Data yuridis: jenis hak (hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, hak

pengelolaan) dan siapa pemegang haknya.

Berdasarkan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dalam Pasal 32 ayat

(1) yang menjelaskan bahwa:” Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku

sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di

dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada

dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan ”.

Seperti dimaklumi bahwa untuk penerbitan sertifikat diperlukan suatu proses yang

melibatkan pihak pemohon, para pemilik tanah yang bersebelahan, pamong desa maupun

pihak instansi yang terkait untuk memperoleh penjelasan dan surat-surat sebagai alas hak

yang berhubungan dengan permohonan penerbitan sertifikat tersebut. Penjelasan baik lisan

maupun tertulis dari pihak terkait memiliki peluang untuk terjadinya pemalsuan,

kadaluwarsa bahkan adakalanya tidak benar atau fiktif sehingga timbul sertifkat cacat

hukum (http://www.hukumtanah.com).

Perlindungan diatas dapat diberikan jika setiap sertifikat atas tanah yang terbit

diketahui dengan pasti letak atau lokasinya dimuka bumi. Dengan demikian setiap usaha

untuk mensertifikatkan tanah yang sama dapat segera diketahui dan dicegah oleh BPN.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

Akan tetapi masih saja ada tanah bersertifikat yang tidak diketahui lokasinya yang

disebabkan oleh ketidaktersediaan peta.

Peta disini merupakan informasi penting yang menggambarkan letak seluruh

bidang tanah dipermukaan bumi. Jika sebuah sertifikat yang diterbitkan tidak dipetakan

dalam sebuah peta akibat tidak adanya sarana pada saat itu, maka bidang tanah itu

memiliki potensi untuk lahir sertifikat ganda. Dalam hal seseorang dengan bukti-bukti

tanah yang meyakinkan meminta pembuatan sertifikat di BPN, maka tidak ada bukti yang

kuat untuk mencegah lahirnya sertfikat ganda (http://www.tentangsertifikat. com).

Adapun akibat hukum dari sertifikat ganda adalah :

a) Terjadi kekacauan kepemilikan;

b) Terjadi sengketa hukum;

c) Terjadi ketidakpastian hukum;

d) Terjadi tindak pidana atas pemakaian sertifikat yang palsu yang merugikan pemilik

sertifikat asli ataupun pihak lainnya;

e) Ketidakpercayaan masyarakat terhadap sertifikat (http://www.sertifikatganda.com).

Adapun pendapat para ahli hukum mengenai definisi sertifikat ganda atas tanah,

antara lain :

1. Menurut Edi Prajoto (2006: 24) sertifikat ganda adalah bahwa kantor pertanahan

menerbitkan dua sertifikat untuk satu objek tanah yang diberikan kepada dua subjek

hukum yang sama- sama mengakui sebagai pemiliknya.

2. Menurut Soegiarto (2000: 115) sertifikat ganda adalah sertifikat yang diterbitkan lebih

dari satu pada satu bidang tanah oleh kantor pertanahan, sehingga mengakibatkan ada

kepemilikan bidang tanah hak yang saling bertindih, seluruhnya atau sebagian.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

3. Menurut Kartasaputra (2005: 120) sertifikat ganda adalah surat atanda bukti

kepemilikan hak atas tanah yang diterbitkan oleh lembaga hukum BPN yang terbit

diatas satu objek hak yang bertindih antara satu objek tanah sebagian atau keseluruhan,

yang dapat terjadi suatu akibat hukum.

4. Menurut Parlindungan (1990: 113) sertifikat ganda adalah surat kete rangan

kepemilikan (dokumen) dobel yang diterbitkan oleh badan hukum yang mengakibatkan

adanya pendudukan hak yang saling bertindihan antara satu bagian atas sebagian lain.

Adapun beberapa faktor penyebab sehingga terjadinya sengketa atau masalah

sertifikat ganda atas tanah :

1. Adanya faktor salah tunjuk dalam memberikan penunjukkan batas-batasan tanah yang

akan diukur;

2. Pada saat diukur tidak dihadiri oleh tetangga sebelah atau yang berbatasan, sehingga

menimbulkan kesalahan penunjukkan batas tanah yang akibatnya menyebabkan

tumpang tindih sertifikat atau bidang tanah yang lain;

3. Faktor kesalahan pendataan baik data fisik maupun data yuridis dari pemohon dan

kurangnya ketelitian pada saat akan dilakukan suatu pengukuran dan pemeriksaan dari

orang itu sendiri (Wawancara dengan Ibu Diyan Kusalawati, S.H, M.HUM pegawai

BPN Purbalingga).

Terjadinya sertifikat ganda atau tumpang tindih pada waktu sebelum keluarnya

peraturan Kepala BPN disebabkan oleh :

a. Belum tertibnya administrasi pertanahan di tingkat kelurahan;

b. Belum tersedianya Peta Dasar Pendaftaran Tanah yang lengkap;

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

c. Ketidaktaatan asas teknis pengukuran sesuai dengan petunjuk Peraturan Kepala Badan

No. 3 tahun1997 (Edi Prajoto, 2006: 54).

Adapun cara untuk mengatasi terjadinya sertifikat ganda atas tanah, antara lain :

a. Penertiban administrasi pertanahan di tingkat kelurahan dalam hal ini menyangkut

obyek dan subyek tanah sehingga diperlukan penyuluhan sosialisasi administrasi

pertanahan kepada perangkat kelurahan;

b. Adanya peta tunggal yang telah mempunyai koordinat Nasional;

c. Meningkatkan pengawasan terhadap petugas ukur dalam pelaksanaan petunjuk teknis

(Edi Prajoto, 2006: 43).

Ada pula beberapa tipologi sengketa dibidang pertanahan yang marak menjadi

perhatian dewasa ini adalah :

a. Pendudukan tanah perkebunan atau non perkebunan atau tanah kehu tanan dan atau

tanah aset Negara/pemerintah, yang dianggap tanah terlantar;

b. Tuntutan pengembalian tanah atas dasar ganti rugi yang belum selesai, mengenai tanah-

tanah perkebunan, non perkebunan, tanah bekas tanah partikelir, bekas tanah hak barat,

tanah kelebihan maksimum dan pengakuan hak ulayat;

c. Tumpang tindih status tanah atas dasar klaim bekas eigendom, tanah milik adat dengan

bukti girik dan tanah obyek landreform dan lain-lain;

d. Tumpang tindih putusan pengadilan mengenai sengketa tanah (Edi Prajoto, 2006: 33).

C. Penyelesaian Masalah Hak Atas Tanah Bersertifikat Ganda

Adapun mengenai penyelesaian masalah hak atas tanah yang bersertifikat ganda

meliputi beberapa hal, yakni :

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

a. Sengketa pertanahan biasanya diketahui oleh Badan Pertanahan Nasional dengan

adanya pengaduan;

b. Adanya pengaduan ditindaklanjuti dengan mengidentifikasi masalah, untuk mengenali

masalah tersebut menjadi kewenangan Badan Perta nahan Nasional;

c. Meneliti permasalahan yang menjadi kewenangan Badan Pertanahan Nasional, untuk

membuktikan kebenaran pengaduan , serta menentukkan apakah pengaduan yang

bersangkutan beralasan untuk diproses lebih lanjut;

d. Jika hasil penelitian perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan data fisik dan

administrasi serta yuridis, maka kepala kantor pertanahan dapat mengambil langkah-

langkah pengamanan berupa pencegahan mutasi (status quo);

e. Jika permasalahan bersifat strategis, maka diperlukan pembentukkan tim terpadu dari

beberapa unit kerja, jika bersifat politis, sosial, ekonomis, maka tim melibatkan lembaga

lain, seperti DPR, Departemen dalam Negeri (DEPDAGRI), Pemerintah Daerah dan

instansi terkait lainnya (http://www.penyelesaiansengketatanah.com).

Kepastian hukum kepemilikan tanah dengan sertifikat ganda, terdiri dari dua hal

yaitu:

1. Dilihat dari pentingnya hubungan tanah bagi eksistensi kelangsungan hidup manusia

ditinjau dari segi : sosial, budaya, religius, ekonomi.

Maka sesuai dengan pasal 19 UUPA (UU no. 5 Tahun 1960) yang mengatur tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Di Bidang Agraria, memerintahkan untuk diselenggarakan

pendaftaran tanah dalam upaya menjamin kepastian hukum hak atas tanah.

2. Untuk melaksanakan pendaftaran tanah diatas, berdasarkan peraturan pemerintah (PP

No. 24 Tahun 1997) dimana sistim pendaftaran tanah yang dianut yaitu : ”positif

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

bertendensi negatif” dimana sertifikat sebagai bukti kepemilikan sebidang tanah oleh

badan hukum adalah merupakan bukti yang ”kuat” jadi bukan merupakan bukti yang

bersifat mutlak (final).

Oleh karena itu , sebaiknya tanah milik kita harus segera disertifikat kan agar

kepemilikan atas tanah dijamin kepastian dan perlindungannya oleh hukum dari tangan-

tangan yang jahat para pembuat sertifikat ganda. Sebab jika sudah disertifikatkan atas

nama orang lain, maka kita akan direpotkan untuk menggugatnya, terlebih jika umur

dari sertifikat tersebut sudah lama. Akan tetapi jika tanah kita sudah dibuatkan

sertifikat, maka jika ada yang akan mencoba menggandakan sertifikat atas tanah kita

tersebut, kita tidak perlu khawatir karena semua data fisik objek tanah maupun data

yuridis kepemilikan tanah kita yang telah disertifikatkan oleh Kantor Pertanahan pasti

tersedia secara otentik di Kantor tersebut.

D. Penyelesaian Sengketa Tanah Dengan Cara Mediasi

Penyelesaian sengketa tanah melalui lembaga diluar peradilan atau non litigasi

disebut arbitrase dan alternative penyelesaian sengketa atau Alternative Dispute

Resolution sebagaimana diatur dalam Undang-undang No.30 tahun 1999. Salah satu cara

penyelesaian alternative tersebut antara lain:

1) Mediasi adalah salah satu proses alternative penyelesaian masalah dengan bantuan

pihak ketiga (mediator) dan prosedur yang disepakati oleh para pihak dimana mediator

memfasilitasi untuk dapat tercapai suatu solusi (perdamaian) yang saling

menguntungkan (win-win solution).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

2) Mediator adalah orang/pejabat yang ditunjuk dari jajaran BPN-RI yang disepakati oleh

para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan permasalahannya. Mediator disini

dapat berupa:

a. Mediator Jaring Sosial (Social Network Mediator); biasanya tokoh-pemuda dll.

Dari segi ini diharapkan suatu kasus yang akar masalahnya menyangkut hal-hal

yang berkaitan dengan ruang lingkup diatas dapat dilakukan mediasi oleh mediator

dimaksud. Misalnya sengketa/perselisihan pengadaan tanah dimana diperlukan

tokoh masyarakat yang berpengaruh di daerah tersebut, diikut sertakan dalam

penyuluhan dsb.

b. Mediator Pejabat yang berwenang (Authoritative Mediator); mediator ini misalnya

pejabat yang memiliki kompetensi di bidang sengketa yang ditangani dengan

pengetahuan yang memadai oleh karena ia harus mampu untuk menjelaskan

perannya dalam mediasi tersebut kepada para pihak. Misalnya: Kepala BPN-RI,

Kepala Kanwil BPN Propinsi, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten segera dapat

mengambil keputusan sesuai wenangnya apabila diperlukan.

c. Mediator Independen (Independent Mediator); adalah seorang yang memang

berprofesi sebagai mediator, mempunyai legitimasi, dan mampu untuk bernegosiasi

(negosiator), konsultan hukum, pengacara dan arbiter.

3) Pelaksanaan / Mekanisme Mediasi

Agar suatu kegiatan mediasi memiliki syarat formal, maka setiap mediasi yang

dilaksanakan oleh pejabat/pegawai ditunjuk dengan surat tugas/perintah dari Kepala

Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah BPN Propinsi atau Kepala BPN-RI,

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

sebagai pejabat yang memiliki authoritative (BPN-RI Petunjuk Teknis No.05/Juknis/D.

V/2007 tentang Mekanisme Pelaksanaan Mediasi).

Mediasi dimasa yang akan datang, harus meliputi hal-hal berikut, antara lain:

1. Strength (Kekuatan); akhir-akhir ini telah terbangun data peta permasalahan dan

akar masalahnya. Peta masalah ini bahkan sudah terbangun dalam system

tatalaksana penyelesaian sengketa (Justitia) sehingga baik segala keperluan dalam

baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan dapat dilakukan

dengan cepat dan akurat. Payung hukum dan dukungan kelembagaan sebagaimana

ketentuan Perpres No.10 tahun 2006 dan Keputusan Kepala BPN No.34 tahun 2007

sudah cukup memadai sebagai landasan operasional.

2. Weakness (Kelemahan); kesiapan sumber daya manusia teru tama aparat pelaksana

tugas jajaran kedeputian PPSKP dari tingkat Pusat sampai dengan Propinsi dan

Kabupaten belum banyak memahami tugas yang dihadapi (menganggap bertugas di

unit PPSKP sebagai buangan atau hukuman). Disamping itu belum dimilikinya

pola yang spesifik dalam menjalankan tugas pena nganan dan penyelesaian

sengketa pertanahan ini belum terwujud. Taktik dan strategi penyelesaian yang di

Jepang disebut WAKAI (rekonsiliasi) sebagai terobosan penyelesaian sengketa

belum disusun didalam langkah mediasi kita.

3. Opportunity (Peluang); kepercayaan (trust) dari masyarakat mulai meningkat

dengan diperkenalkannya “produk” baru dari BPN-RI seperti Program Pembaruan

Agraria Nasional (Reforma Agraria) dan Pelayanan Masyarakat dibidang

pertanahan (Larasita) dsb. Selain itu dari hasil evaluasi Operasi Tuntas Sengketa

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

(Optasta) sampai dengan pertengahan tahun 2008 ternyata 40% yang diselesaikan

adalah melalui kegiatan mediasi.

4. Threat (Tantangan); sebaran kasus yang dihadapi oleh BPN-RI sebagai tunggakan

masa lalu masih belum bergeser jauh dari jumlah data tahun 2007 yaitu 7.491

kasus. Untuk mengatasi ini perlu satu pemikiran-pemikiran baru dengan menyusun

kebijakan-kebijakan baru yang tidak hanya menumpas jumlah kasus tapi juga

harus

menciptakan kebijakan yang mencegah agar sengketa tanah tidak bertambah

(Yoshiro Kusano, 2008:13).

Mekanisme Mediasi terdiri dari kegiatan persiapan dan pelasanaan, antara lain:

a. Identifikasi masalah dan kemungkinan untuk diselesaikan, penyi apan bahan,

menguasai substansi permasalahan, kemungkinan ada pihak-pihak yang terkait

misalnya: obyek sengketa dalam pembebanan hak tanggungan, penggarapan dll,

menentukan waktu dan tempat mediasi;

b. Menyiapkan undangan untuk para pihak agar sampai kepada principal. Dan menata

tempat pertemuan dengan beberapa pertimbangan psikologis para pihak;

c. Dalam pelaksanaan dimulai dengan menciptakan suasana yang kondusif dan

menjelaskan kepada para pihak dengan jernih dan menggambarkan sifat tidak

memihak, memfasilitasi semua kehendak, mencampuri sebatas wewenang yang

ada pada seorang authorisator;

d. Mengklasifikasikan para pihak sejauh mana tingkat pemahaman mediasi, apa yang

boleh dan apa yang dilarang para pihak misalnya: memaksa pihak lawan untuk

memperlihatkan surat yang harus dirahasiakan dsb;

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

e. Menyamakan pemahaman dan menetapkan agenda mediasi. Tugas mediator

authoritatife untuk menjelaskan peraturan-peraturan hukum pertanahan sehingga

para pihak mengerti dalam menuntut hak dan kewajibannya dalam lingkup hukum

pertanahan;

f. Mengidentifikasikan kepentingan-kepentingan para pihak agar tetap fokus kepada

masalah yang sedang dimediasikan misalnya pokok masalahnya mengenai

sengketa batas kemudian melebar kepada sengketa bertetangga; Mengelompokan

opsi-opsi umum sebagai bahan negosiasi sebab dengan terbentuknya sekelompok

opsi maka langkah negosiasi berikutnya akan menjadi ringan;

g. Negosiasi dapat membuat sekelompok opsi menjadi lebih mengerucut sehingga

mudah untuk menentukan keputusan dan menghitung untung ruginya;

h. Negosiasi akhir dituangkan dan dirumuskan dalam bentuk kesepakatan;

i. Setiap hasil mediasi dilaporkan kepada pemberi perintah untuk diambil keputusan

oleh pimpinan yang berwenang (Yoshiro Kusano, 2008:21).

Tahap-tahap Pra Mediasi, antara lain:

1. Semua perkara perdata yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama wajib

untuk lebih dahulu diselesaikan melalui perdamaian dengan bantuan mediator;

2. Hakim memberikan penjelasan tentang prosedur dan biaya mediasi;

3. Ketidakhadiran pihak turut tergugat tidak menghalangi pelaksanaan mediasi;

4. Dalam waktu paling lama 2 hari kerja setelah siding pertama, para pihak dan

atau kuasa hukum mereka wajib berunding guna pengadilan atau mediator

diluar daftar pengadilan;

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

5. Jika tidak ada kesepakatan dalam memilih mediator, maka ketua majelis segera

menunjuk hakim bukan pemeriksa pokok perkara yang bertifikat pada

pengadilan yang sama untuk menjalankan fungsi mediator;

6. Jika pada pengadilan yang sama tidak terdapat hakim bukan pemeriksa pokok

perkara dengan atau tanpa sertifikat yang ditunjuk oleh ketua majelis hakim

wajib menjalankan fungsi mediator (Yoshiro Kusano, 2008: 30-31).

Adapun tahap-tahap dalam proses mediasi, antara lain:

1) Proses mediasi pada asasnya tidak bersifat terbuka untuk umum, kecuali para

pihak menghendaki lain;

2) Dalam waktu paling lama 5 hari kerja setelah ditunjuk mediator, (Mediator

yang disepakati bersama atau mediator yang ditunjuk masing-masing pihak

dapat menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator;

3) Proses mediasi berlangsung paling lama 40 hari kerja sejak mediator dipilih

oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim;

4) Atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat diperpanjang

paling lama 14 hari kerja sejak berakhir masa 40 hari;

5) Jangka waktu proses mediasi tidak termasuk jangka waktu pemeriksaan

perkara;

6) Jika diperlukan dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat dilakukan

secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi;

7) Mediator wajib mempersiapkan jadwal pertemuan untuk dibahas dan disepakati

dan mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan

dalam proses mediasi;

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

8) Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali

kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik

bagi para pihak;

9) Semua biaya untuk kepentingan seorang ahli dalam proses mediasi ditanggung

para pihak berdasarkan kesepakatan.

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang No.30 Tahun 1999 nmenyatakan

bahwa: hasil akhir dari mediasi pertanahan adalah keputusan penyelesaian sengketa

yang merupakan kesepakatan para pihak yang bersangkutan. Kesepakatan tersebut

pada pokoknya berisi opsi yang diterima, hak dan kewajiban para pihak. Dengan

kesepakatan tersebut secara substansi mediasi telah selesai, sementara tindak lanjut

pelaksanaannya menjadi kewenangan Pejabat Tata Usaha Negara. Setiap kegiatan

mediasi hendaknya dituangkan dalam Berita Acara Mediasi. Formalisasi

kesepakatan secara tertulis dengan menggunakan format perjanjian, agar

mempunyai kekuatan mengikat berita acara tersebut ditandatangani oleh para pihak

dan mediator.

Penyelesaian sengketa pertanahan tidak selamanya harus dilakukan melalui

proses peradilan. Penyelesaian yang dilakukan melalui musyawarah dengan

melibatkan tokoh-tokoh masyarakat terkadang cukup efektif dalam menyelesaikan

sengketa pertanahan. Penyelesaian demikian dapat dikategorikan sebagai bentuk

penye lesaian melalui mediasi tradisional.

Selain itu dikenal pula penyelesaian melalui kantor Pertanahan dari Badan

Pertanahan Nasional (BPN). Dalam rangka penyelesaian melalui cara ini telah

ditetapkan Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

No. 01 Tahun 1999 tanggal 29 Januari 1999 tentang Tata Cara Penanganan

Sengketa Pertanahan.

Dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan ini disebutkan bahwa sengketa pertanahan

adalah perbedaan pendapat mengenai:

1. Keabsahan suatu hak;

2. Pemberian hak atas tanah;

3. Pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihannya dan penerbitan tanda bukti

sertifikat.

Adapun kekuatan dan kelemahan dengan cara mediasi, antara lain:

1) Kekuatan dari mediasi

a. Tertutup dan rahasia tidak dipublikasikan;

b. Penyelesaian luwes dan tidak formal seperti litigasi;

c. Pihak-pihak dapat berperan langsung dan aktif dalam perun dingan, tanpa

perlu didampingi advokat atau ahli hukum lainnya yang bersangkutan;

d. Dalam penyelesaiannya tidak selalu menggunakan aspek hukum tetapi bisa

aspek sosial, ekonomi, moral para pihak ikut berperan misalnya ganti

kerugian tetap diberikan untuk menjaga hubungan sosial;

2) Kelemahan dari mediasi

a. Jika para pihak mempunyai kekuatan yang tidak seimbang seperti

kekuatan financial, ekonomi, politik;

b. Pihak-pihak belum sepenuhnya memahami mediasi;

c. Tidak final, jika ada wan prestasi (ada kemajuan dalam PERMA No. 1

Tahun 2008);

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

d. Masih ada pihak yang sengaja beritikad buruk (Bachriadi, 1997: 63).

Adapun proses mediasi yang gagal, manakala proses mediasi gagal para

pihak dapat melanjutkan upaya penyelesaian sengketanya melalui proses

arbitrase atau litigasi pengadilan, dan sepakat untuk:

a. Tidak melibatkan Mediator maupun Co-Mediator sebagai pelaksana

fungsi Mediasi untuk memberi kesaksian dalam pelaksanaan arbitrase

atau peradilan dimaksud;

b. Tidak meminta Mediator maupun Co-Mediator menyerahkan sebagian

atau seluruh dokumen Mediasi baik berupa catatan, laporan, risalah,

laporan proses mediasi dan atau berkas lainnya yang terkait dengan proses

mediasi (Boedi Harsono, 1999: 54).

E. Penyelesaian Masalah Tanah Melalui Instansi BPN

Adapun penyelesaian masalah tanah melalui instansi BPN, yang meliputi antara

lain:

a. Pengaduan / keberatan dari masyarakat.

Suatu sengketa hak atas tanah itu timbul adalah karena adanya pengaduan /

keberatan dari orang / Badan Hukum yang berisi kebenaran dan tuntutan terhadap suatu

keputusan Tata Usaha Negara di bidang pertanahan yang telah ditetapkan oleh Pejabat

Tata Usaha Negara di lingkungan Badan Pertanahan Nasional, dimana keputusan

Pejabat tersebut dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang tanah tertentu.

Kewenangan untuk melakukan koreksi terhadap suatu keputusan Tata Usaha

Negara dibidang pertanahan (sertifikat / Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah),

hanya ada pada Kepala Badan Pertanahan Nasional. Sengketa hak atas tanah adalah

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

meliputi beberapa macam antara lain mengenai status tanah, siapa-siapa yang berhak,

bantahan terhadap bukti-bukti perolehan yang menjadi dasar pemberian hak atau

pendaftaran dalam buku tanah dan sebagainya.

b. Penelitian dan Pengumpulan Data.

Setelah menerima berkas pengaduan dari masyarakat tersebut diatas, pejabat yang

berwenang menyelesaikan masalah ini akan mengadakan penelitian terhadap berkas

yang diadukan tersebut. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sementara apakah

pengaduan tersebut dapat diproses lebih lanjut atau tidak dapat.

Apabila data yang disampaikan secara langsung ke Badan Pertana han Nasional

itu masih kurang jelas atau kurang lengkap, maka BPN akan meminta penjelasan

disertai dengan data serta saran ke para Kepala Kantor Wilayah BPN Propinsi dan

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten setempat letak tanah yang disengketakan.

Selanjutnya setelah lengkap dapat yang diperlukan, kemudian diadakan

pengkajian kembali terhadap masalah yang diajukan tersebut yang meliputi segi

prosedur, kewenangan dan penerapan hukumnya.

c. Pencegahan Mutasi

Agar kepentingan orang atau Badan Hukum yang berhak atas tanah yang

disengketakan tersebut mendapat perlindungan hukum, maka apabila dipandang perlu

setelah Kepala Kantor Pertanahan setempat mengadakan penelitian dan apabila dari

keyakinannya memang harus distatus quo kan, dapat dilakukan pemblokiran atas tanah

sengketa.

Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa apabila Kepala Kantor Pertanahan

setempat hendak melakukan tindakan status quo terhadap suatu Keputusan Tata Usaha

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

Negara di bidang pertanahan (sertifikat / Surat Keputusan Pemberian Hak Atas

Tanah), harusnya bertindak hati-hati dan memperhatikan asas-asas umum

Pemerintahan yang baik, antara lain asas kecermatan dan ketelitian, asas keterbukaan,

asas persamaan didalam melayani kepentingan masyarakat dan memper hatikan

pihak-pihak yang bersengketa.

d. Pelayanan Secara Musyawarah.

Terhadap sengketa ha katas tanah yang disampaikan ke BPN untuk dimintakan

penyelesaian, apabila bisa dipertemukan pihak-pihak yang bersengketa, maka sangat

baik jika diselesaikan melalui cara musyawarah penyelesaian melalui cara

musyawarah ini seringkali BPN diminta sebagai mediator didalam menyelesaikan

sengketa hak atas tanah secara damai saling menghormati pihak-pihak yang

bersengketa.

Dalam hal tercapai penyelesaian secara musyawarah seperti ini, harus pula

disertai dengan bukti tertulis sejak permulaan, yaitu dari Surat Pemberitahuan untuk

para pihak, Berita Acara Rapat dan selanjutnya sebagai bukti adanya perdamaian

dituangkan dalam Akta Pernyataan Perdamaian yang bila perlu dihadapan Notaris

sehingga mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.

e. Pencabutan / Pembatalan Surat Keputusan Tata Usaha Negara dibidang Pertanahan

oleh Kepala BPN berdasarkan adanya cacat hukum / administrasi di dalam

penerbitannya.

Yang menjadi dasar hukum kewenangan tersebut adalah:

1. UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria.

2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

3. Keppres No. 26 Tahun 1988 tentang Pembentukan Badan Pertanahan

4. Nasional (Pasal 16 sub C).

5. Peraturan Menteri Negara Agraria / Ka. BPN No. 3 Tahun 1999.

Dalam praktek selama ini banyak sekali orang / Badan Hukum yang merasa

kepentingannya dirugikan mengajukan keberatan tersebut langsung kepada Kepala BPN.

Demikian pula permohonan pembatalan sertifikat hak tanah yang didasarkan adanya

Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Sebagian besar diajukan langsung oleh yang bersangkutan kepada Kepala BPN dan

sebagian diajukan melalui Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten setempat dan diteruskan

melalui Kakanwil BPN Propinsi yang bersangkutan (Ali Achmad Chomzah, 2003:29-32).

Dalam praktek yang sering terjadi di kantor Badan Pertanahan Nasioanal untuk

sengketa pertanahan pada umumnya dapat diklasifikasikan dalam kelompok-kelompok

berikut:

1) Sengketa pertanahan yang bersifat politis / strategis; sengketa yang bersifat politis

biasanya ditandai hal-hal: melibatkan masyarakat banyak, menimbulkan keresahan dan

kerawanan masyarakat, menimbulkan ketidakpercayaan kepada pemerintah atau

penyelenggara Negara, mengganggu penyelenggaraan pembangunan nasional, serta

menimbulkan bahaya disintegrasi bangsa.

Sengketa yang bersifat politis tersebut antara lain disebabkan, karena:

a. Eksploitasi dan mendramatisasi ketimpangan-ketimpangan keadaan penguasaan

dan pemilikan tanah di masyarakat;

b. Tuntutan keadilan dari dan keberpihakan kepada golongan ekonomi lemah.

Bentuk-bentuk sengketa pertanahan yang bersifat strategis antara lain:

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

a. Tuntutan pengembalian tanah sebagai akibat pengambilan tanah pada jaman

pemerintah kolonial;

b. Tuntutan pengembalian tanah garapan yang sedang dikuasai oleh pihak lain;

c. Penyerobotan tanah-tanah perkebunan;

d. Pendudukan tanah asset instansi pemerintah;

e. Tuntutan pemberian hak atas tanah bekas tanah partikelir yang diduduki rakyat;

f. Tuntutan pengembalian tanah yang penggunaannya tidak sesuai dengan ijin lokasi;

g. Masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari kegiatan pengadaan tanah untuk

pembangunan dalam skala besar dsb.

2) Sengketa pertanahan beraspek sosial-ekonomi.

Masalah ini timbul sebagai akibat ketimpangan dan kecemburuan sosial dalam

pemilikan tanah antara masyarakat dengan pemilik tanah luas (Perusahaan). Adanya

ketimpangan tersebut secara tajam dapat mendorong aksi masyarakat untuk

menyerobot tanah yang bukan miliknya. Hal ini disebabkan kebutuhan masyarakat

akan tanah untuk mendukung penghidupannya. Penyerobotan juga sering terjadi pada

tanah kosong atau tanah-tanah terlantar. Hal ini didorong karena pemilik tanah tidak

memperhatikan kewajiban dalam penggunaan tanahnya antara lain:

a) Kewajiban untuk mengusahakan tanahnya secara aktif;

b) Menambah kesuburan dan memelihara serta mencegah kerusakan tanahnya;

c) Menjaga batas-batas tanahnya dan mengusahakan tanahnya sesuai dengan

peruntukannya.

Sengketa tersebut tidak hanya disebabkan kurang adanya pemerataan dan

penguasaan dan pemilikan tanah, melainkan dapat juga disebabkan kurang tersedianya

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

lapangan kerja. Sementara kebutuhan dalam kehidupan sosial menuntut untuk

dipenuhi, maka pendudukan tanah walaupun secara tidak sah secara hukum,

merupakan perbuatan karena keterpaksaan.

3) Sengketa pertanahan yang bersifat keperdataan

Sebagaimana diketahui bahwa proses penetapan suatu hak atas tanah, termasuk

penerbitan surat keputusan dan sertifikatnya, sangat tergantung pada data yuridis yang

disampaikan pihak yang memohon atau menerima hak kepada Badan Pertanahan

Nasional. Apabila data yang disampaikan mengandung kelemahan, maka demikian

pula kualitas kepastian hukum mengenai hak atas tanah akan mengandung kelemahan

yang pada suatu saat nanti dapat dibatalkan apabila terbukti terdapat cacat administrasi

maupun cacat hukum.

Sistem publikasi pendaftaran tanah di Indonesia yang menganut stelsel negatif

yang bertendens positif, tidak memungkinkan untuk memberikan jaminan kepastian

hukum secara mutlak. Jaminan kepastian hukum dimaksud hanya apabila data fisik

dan data yuridis yang tercantum didalam buku tanah, sertifikat dan daftar-daftar isian

lainnya, sesuai dengan kenyataannya di lapangan. Dengan demikian maka keabsahan

atas hak sebagai dasar penetapan suatu hak tanah sangat penting dalam rangka

memberikan jaminan kepastian hukum.

4) Sengketa pertanahan yang bersifat administratif.

Sengketa pertanahan yang bersifat administratif disebabkan adanya kesalahan

atau kekeliruan penetapan hak dan pendaftarannya. Hal ini disebabkan karena hal-hal

berikut:

a) Kekeliruan penerapan peraturan;

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

b) Kekeliruan penetapan subyek hak;

c) Kekeliruan penetapan obyek hak;

d) Kekeliruan penetapan status hak;

e) Masalah prioritas penerima hak atas tanah;

f) Kekeliruan penetapan letak, luas dan batas dsb.

Sengketa ini pada umumnya bersumber pada kesalahan, kekeliruan

maupun kekurangcermatan penetapan hak oleh pejabat administrasi (Badan

Pertanahan Nasional), oleh karena itu penyelesaiannya dapat dilakukan secara

administrasi. Dalam bentuk tindakan pembatalan, ralat atau perbaikan keputusan

pejabat administrasi yang disengketakan. Seringkali penyelesaian sengketa

administrasi tersebut kurang memuaskan para pihak, sehingga oleh yang bersangkutan

keberatannya tersebut diajukan atau dituntut ke badan peradilan.

F. Alternatif Kebijakan Penyelesaian Konflik Pertanahan Setelah Berlakunya Otonomi

Daerah

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 meletakkan titik berat otonomi pada

daerah kabupaten dan daerah kota dengan tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi

pelayanan kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan konsep demokrasi bertanggung jawab

kepada rakyat yang diperkenalkan oleh Hatta, yaitu melaksanakan cita-cita lama yang

tertanam dalam pengertian “ pemerintah dari yang diperintah”, pada daerah kabupaten dan

daerah kota (Abdullah, 2000: 12).

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

Otonomi daerah sebagai suatu skema politik baru, termasuk aspek kebijakan

pertanahan sudah tentu membawa harapan tersendiri bagi masyarakat. Pada sebagian

terdapat suatu optimism dan harapan bahwa otonomi daerah akan menjadi wahana

pemberdayaan rakyat, mendekatkan pemerintah dengan rakyat, sehingga gerak program

pemerintah benar-benar bisa mengakomodasi aspirasi dan kepentingan massa rakyat

(Fauzi, 2000: 5).

Kewenangan bidang pemerintahan khususnya pertanahan meru pakan salah satu

bidang yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota berdasarkan Pasal

14 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 yang selama ini menjadi kewenangan pusat yang

bersifat sentralistis terutama dalam hal kebijakan pertanahan, sedangkan daerah hanya

merupakan pelaksana teknis dari kebijakan pemerintah pusat. Mengacu dengan keten tuan

Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004

yang pada intinya memberikan kewenangan kepada daerah kota dan daerah kabupaten,

semua kewenangan pemerintahan di luar ketentuan Pasal 10 ayat (1) UU No. 32 Tahun

2004. Salah satu yang wajib dilaksanakan adalah kewenangan bidang pertanahan. Dengan

demikian menurut Erwiningsih (2000: 85-86) pemerintah daerah kabupaten wajib

melaksanakan kewenangan untuk:

a) Mengatur mengenai persediaan, penggunaan dan peruntukan tanah di wilayahnya baik

untuk kepentingan manusia perorangan, kepentingan sosial, keagamaan, kepentingan

ekonomi, pertanian, industry, serta kepentingan daerah dan negara;

b) Melakukan perencanaan penggunaan tanah yang meliputi penggunaan atas ruang di atas

dan di bawah tanah sesuai dengan batas-batas peruntukannya;

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

c) Mengatur pola hubungan antara tanah dengan manusia, warga dengan penduduk di

daerah;

d) Mengatur hubungan antara manusia dengan manusia berkaitan dengan tanah di

wilayahnya termasuk mempersiapkan kelembagaannya agar hubungan hukum yang

terjadi dapat terjamin pemenuhannya.

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut pemerintah daerah kabupaten harus

memperhatikan hal berikut:

1) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku berkaitan dengan tanah

berdasarkan asas taat asas;

2) Dalam pembuatan peraturan daerah sejauh mungkin melibatkan unsur-unsur legislative

daerah menurut kewenangan yang ada;

3) Aspek keadilan sosial serta pemanfaatannya yang dapat menjamin peningkatan

kesejahteraan;

4) Penghargaan secara proporsional terhadap unsur-unsur kebudayaaan asli daerah

berkaitan dengan nilai dan fungsi tanah.

Pemberian kewenangan kepada daerah kabupaten khususnya bidang pertanahan

berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 jo UU No. 33 Tahun 2004

merupakan peluang bagi daerah kabupaten dalam menata, mengatur prosedur penggunaan

dan peruntukan tanah di wilayahnya, melakukan perencanaan penggunaan tanah baik untuk

kepentingan manusia perorangan, kepentingan sosial dan keagamaan, kepentingan

ekonomi, pertanian, industri serta kepentingan daerah dan negara termasuk mempersiapkan

kelembagaan-nya dan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bentuk Peraturan

Daerah (PERDA) dengan melibatkan unsur-unsur legislative daerah menurut kewenangan

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

yang ada serta tetap memperhatikan aspek keadilan dan pemanfaatannya yang dapat

menjamin peningkatan kesejahteraan dan penghargaan secara proporsional terhadap unsur-

unsur kebudayaan asli daerah berkaitan dengan nilai dan fungsi tanah (Hambali Thalib,

2009: 175).

Penetapan PERDA sebagai salah satu sumber hukum dan tata urutan perundang-

undangan diharapkan mampu mengakomodasi unsur-unsur kebudayaan asli daerah secara

proporsional berkaitan dengan nilai dan fungsi tanah sekaligus merupakan salah satu solusi

dalam menata kebijakan pertanahan yang lebih terarah pada peningkatan dan pemanfaatan

serta penggunaan tanah secara adil, transparan, dan produktif dengan mengu tamakan hak-

hak rakyat setempat termasuk hak ulayat dan masyarakat adat berdasarkan tata ruang

wilayah yang serasi dan seimbang dalam koridor peraturan perundang-undangan yang

berlaku (Santoso, 2001: 1-2).

Mengantisipasi berbagai kemungkinan penyelenggaraan desentralisasi dan

otonomi daerah, menurut Abdullah (2000: 7) menuntut kesiapan pemerintah daerah

kabupaten terhadap segala sesuatu, baik berupa dana, sumber daya manusia, sarana dan

prasarana serta pengetahuan dan pemahaman mengenai UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah itu sendiri, termasuk masyarakat terutama aparat pemerintahan perlu

melakukan langkah-langkah sosialisasi undang-undang tersebut kepada masyarakat.

Mengenai konflik pertanahan, dapat dikemukakan pendapat berbagai kalangan

sebagai berikut:

1) Pendapat yang mengemukakan bahwa dinamika pembangunan telah mengakibatkan

terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap tanah di antaranya untuk keperluan industri

dan perumahan, cenderung untuk kepentingan bisnis yang merugikan para pemilik

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

tanah, sementara pada saat yang sama persediaan tanah semakin terbatas.

Konsekuensinya, konflik pertanahan menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindarkan

(Harsono, S, 1996:22).

2) Pendapat yang mengemukakan bahwa factor pemicu konflik pertanahan sesungguhnya

jauh lebih rumit dari sekadar keterbatasan persediaan di tengah pesatnya permintaan.

Selama masa Orde Baru, setidaknya terdapat empat faktor yang diidentifikasi sebagai

pemicu konflik pertanahan, yaitu reduksionisme persoalan tanah, spekulasi tanah

untuk tujuan akumulasi kapital, konsentrasi penguasaan dan pemilikan tanah, dan

adanya keharusan struktural bagi pemerintah untuk mengakomodasi tuntutan investor

asing (Mas’oed, 1997: 5-6).

3) Pendapat ini lebih spesifik mengidentifikasi akar konflik pertanahan, yakni:

a) Terlalu banyaknya reduksi yang terjadi di peradilan terhadap relevansi fakta-fakta

yang dianggap non yuridis dengan menga baikan sosiologi hukum yang sangat

berguna bagi penyelesaian konflik tanah berdasarkan hak milik berfungsi sosial;

b) Belum dikembangkan peradilan model “inter-face” yang mema dukan

pertimbangan ilmu pengetahuan sosial terhadap fakta yang mengandung nilai

norma dan pertimbangan yuridis formal dari suatu peraturan undang-undang yang

secara sosiologis kurang mengikuti perubahan sosial yang berhubungan dengan

permasa lahan pertanahan;

c) Kurangnya kemampuan untuk kajian hukum bahwa undang-undang agrarian bias

semakin lemah atau ketinggalan dari konflik kepentingan hukum yang semakin

kompleks dengan membutuhkan pengembang-an hukum secara “ius

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

constituendum” dan “iusconstitutum” yang dikaitkan dengan “ius operandum”

dan “iusoperatum” (Poernomo, 1997: 2).

Penyelesaian konflik pertanahan selama ini yang ditempuh secara formal oleh

para pencari keadilan dengan melalui jalur proses perdata, proses pidana termasuk proses di

luar kodifikasi hukum pidana dan proses tata usaha Negara, di samping belum terlaksana

secara efektif juga kurang memberikan perlindungan hukum terhadap para pemilik hak atas

tanah. Penyelesaian konflik pertanahan melalui hukum pidana pada khususnya ketentuan

perundang-undangan di luar kodifikasi hukum pidana yang mengatur tentang konflik

pertanahan merupakan salah satu alternative proses yang dapat ditempuh oleh para pencari

keadilan (Hadjon, 1997: 9-10).

Menurut catatan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) (Bachriadi, 1997: 71)

ada enam corak konflik tanah yang terjadi di Indonesia yang semuanya berhubungan

dengan modal pembangunan. Keenam corak tersebut adalah:

1) Konflik tanah karena penetapan fungsi tanah dan kandungan hasil bumi serta beragam

tanaman dan hasil di atasnya sebagai sumber-sumber yang akan dieksploitasi secara

pasif;

2) Konflik tanah akibat program swasembada beras yang pada praktiknya mengakibatkan

penguasaan tanah terkonsentrasi di satu tangan dan membengkaknya jumlah petani

tidak bertanah serta konflik-konflik yang bersumber pada keharusan petani untuk

menggunakan bibit unggul maupun masukan-masukan bahan nonorganic seperti

pestisida, pupuk urea, dan sebagainya;

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

3) Konflik tanah di area perkebunan baik karena pengalihan dan penerbitan Hak Guna

Usaha (HGU) maupun karena pembangunan Perusahaan Inti Rakyat (PIR) dan

program sejenisnya seperti Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI);

4) Konflik tanah akibat penggusuran tanah untuk industry pariwisata real estate, kawasan

industri, pergudangan, pembangunan pabrik dan sebagainya;

5) Konflik tanah akibat penggusuran dan pengambilalihan tanah-tanah rakyat untuk

pembangunan sarana yang dinyatakan sebagai kepentingan keamanan;

6) Konflik akibat pencabutan hak rakyat atas tanah karena pemba ngunan taman nasional

atau hutan lindung dan sebagainya yang mengatasnamakan kelestarian lingkungan.

Corak konflik pertanahan yang terjadi pada dasarnya menunjukkan

posisi rakyat lemah, dan sebaliknya posisi Negara dan pemodal sangat kuat dalam

menentukan arah dan corak perubahan sosial yang selalu dinyatakan dengan kata, atas

nama pembangunan. Dalam hal ini, rakyat terpaksa menerima segala hal yang hendak

dilakukan oleh Negara untuk kepentingannya secara langsung ataupun untuk kepentingan

pemodal. Hampir setiap konflik tersebut lemahnya posisi rakyat juga terlihat dalam proses

terjadinya konflik itu sendiri.

Menurut Fauzi (1997: 8), pengambilan tanah-tanah rakyat yang dilakukan oleh

pemerintah Orde Baru dengan berbagai cara, mulai cara penggusuran dengan menggunakan

kekerasan, penaklukan dan cara manipulasi ideologis dengan melanggar hak asasi manusia.

Beberapa cara yang sering dilakukan untuk melepaskan hak penguasaan dan pemilikan

tanah rakyat, antara lain:

a) Membuat kecelakaan massal seperti kebakaran yang kemudian wilayah tersebut tidak

dizinkan lagi untuk dibangun oleh penghuni yang lama;

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

b) Mengembangkan calo-calo tanah yang berniat buruk beroperasi dari rumah yang satu

ke rumah yang lain dengan maksud untuk menimbulkan risiko pada rendahnya

perolehan harga pelepasan hak atas tanah;

c) Melakukan intimidasi, teror, dan kekerasan fisik secara langsung maupun tidak

langsung seperti menjadikan lokasi yang akan dibebaskan sebagai lokasi latihan

perang-perangan bagi militer atau melakukan tindak kekerasan pada salah satu tokoh

masyarakat yang paling keras mempertahankan hak-hak mereka atas tanah;

d) Pemancangan palang, pematokan tanah, perataan tanah dan pembuldoseran yang akan

dijadikan area proyek;

e) Melakukan delegitimasi, penguasaan tanah yang tidak mempunyai bukti-bukti sertifikat

formal atau delegitimasi sertifikat yang telah dimiliki warga;

f) Menetapkan ganti rugi tanah secara sepihak;

g) Memanipulasi tanda tangan persetujuan rakyat pelepasan ha katas tanah;

h) Memberikan stigma sosial dan politik, misalnya eks tapol (tahanan politik) PKI dan

mematikan hal-hal perdata rakyat yang berusaha mempertahankan tanah yang akan

diambil untuk kepentingan proyek;

i) Mengembangkan program bedol desa atau transmigrasi massal mereka yang tanahnya

diperlukan untuk proyek raksasa.

Menurut Bachriadi (1997: 75) mengemukakan, bahwa ciri lain di dalam konflik

pertanahan pemerintahan Orde Baru, yaitu corak penaklukan dan penindasan yang ada

dasarnya bertujuan untuk mengalahkan, dengan cara meredam perlawanan yang dilakukan

oleh rakyat ketika mereka memasuki situasi konflik untuk mempertahankan haknya.

Dengan kata lain, segala penaklukan dan penindasan ini dilakukan dalam upaya

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peranan BPN Pada Umumnyadigilib.ump.ac.id/files/disk1/2/jhptump-a-mayabajasa-88-2-babii.pdfPengertian BPN (Badan Pertanahan Nasional) Peran itu sendiri menurut

memaksakan kehendak, untuk dilaksanakannya suatu proyek atau program tertentu yang

dinyatakan sebagai program dalam proyek pembangunan

Konsep pembangunan tersebut, dimaksudkan untuk memperoleh legitimasi,

melakukan segala upaya penaklukan dan penindasan terha dap rakyat. Seluruh tindak

tanduk dalam menaklukan dan menindas selalu dikembangkan suatu klaim, dengan dalih

sebagai bagian dari upaya untuk menegakkan stabilitas sosial politik dan keamanan agar

proses pembangunan bangsa bias berlangsung terus, sebaliknya upaya-upaya rakyat untuk

mempertahankan haknya, akan segera diklaim sebagai upaya perbuatan rakyat yang

menghambat pembangunan dijadikan pembenaran oleh Negara dan aparatnya.