BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persediaan dan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persediaan dan...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi
kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar
dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba
lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan
berikut.
Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) mengemukakan bahwa:
Persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau,
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Menurut Skousen, Stice, Stice (2004:653), ”persedian ditujukan untuk
barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam
kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau
yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”.
Universitas Sumatera Utara
Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443) mengatakan bahwa ” persediaan
(inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis
normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi
barang yang akan dijual”.
Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440) mengatakan persediaan adalah
”barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahan, dan
bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”.
Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami
proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang.
Dengan demikian intinya persediaan barang dagang adalah untuk dujual
dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat warren, reeve dan
Fess maka perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam
sebuah gudang yang sering berlaku untuk pedagan-pedagang besar seperti retail
yang perputaran persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi
penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Jenis-Jenis Persediaan
Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan kegiatan bisnisnya.
Persediaan diklasifikasikan sebagai berikut:
a Persediaan barang dagang
Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagang
untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh
secara fisik tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang yang
telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam bebrapa hal dapat terjadi beberapa komponen yang dibeli untuk
kemudian dirakit menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari
kerangka, roda gir dan sebagainya serta dijual oleh pengecer sepeda adalah salah
satu contoh.
b Persediaan manufaktur
1) Persediaan bahan baku
Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain
(misalnya dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan
langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali. Bagian dari
suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan kadang-kadang
diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang.
2) Persediaan barang dalam proses
Barang yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum
penyelesaian .
3) Barang jadi
Barang yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual.
c Persediaan rupa-rupa
Barang seperti perlengkapan kantor kebersihan dan pengiriman,
persediaan ini biasanya dicatat sebagai beban penjualan umum.
Universitas Sumatera Utara
B. Biaya-Biaya Persediaan
Masalah persediaan mempunyai pengaruh besar pada penentuan jumlah
aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok penjualan, laba kotor, laba bersih dan
taksiran pajak. Penilaian persediaan membutuhkan penilaian yang cermat dan
sewajarnya untuk dimasukkan sebagai harga pokok dan mana saja yang
dibebankan pada tahun berjalan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.2) mengatkan bahwa ”biaya
persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain-lain
yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi siap untuk dijual/dipakai.
Biaya persediaan yang sering dikaitkan atau di artikan sebagai harga pokok
penjualan dalam perusahaan dagang yaitu biaya pembelian yang meliputi harga
pembelian, bea masuk/ pajak lainnya. Biaya pengangkutan dan lain-lain. Adapun
yang mempengaruhi biaya pembelian tersebut.
1. Barang dalam Perjalanan
Penjualan dilakukan dengan dua cara:
a. Syarat penjualan prangko gudang FOB (free on board) shipping point,
hak atas barang dipindahkan kepada pembeli ketika barang dimuat ke
alat angkut ketika akan diangkut. Dengan persyaratan ini maka
penerapan atas pengiriman pada akhir tahun akan memerlukan
pencatatan penjualan dan penurunan persediaan dalam penjual.
Dimana hak itu berpindah pada saat pengangkutan, barang-barang
dalam perjalanan akhir tahun harus dimasukkan dalam persediaan
pembeli,meskipun barangnya belum tiba. Penetapan jumlah barang
Universitas Sumatera Utara
dalam perjalanan pada akhir tahun dilakukan dengan mengkaji
pesanan-pesanan yang datang pada awal periode baru. Catatan
pembelian dibiarkan terbuka melampaui periode fiskal agar pencatatan
barang dalam perjalanan pada akhir periode dapat dilaksanakan, atau
barang dalam perjalanan dapat dicatat dengan menggunakan ayat
penyesuaian.
b. Jika syarat penjualan pranko gudang pembeli (FOB) destination,
maka penerapan aturan hukum tidak memerlukan pengakuan
transaksi sebelum barang diterima pembeli. Dalam hal ini, karena
sulit menetukan apakh barang-barang telah mencapai tujuannya pada
akhir tahun atau belum, penjual akan lebih suka mengabaikan aturan
hukum dan menggunakan saat pengangkutan sebagai dasar
pengakuan penjualan dan penurunan persediaan.
2. Diskon
Diskon (potongan harga) yang diperlakukan sebagai pengurang biaya
dalam pencatatan pembelian barang juga harus dipelakukan sebagai pengurang
biaya persediaan. Diskon dagang merupakan potongan dari daftar harga yang
berlaku menjadi harga yang benar-benar dibebankan kepada pelanggan. Besarnya
diskon yang diberikan dapat bervariasi menurut faktor-faktor tertentu seperti
kuantitas barang yang dibeli. Jadi diskon dagang sering kali ditetapkan dalam
sauatu seri. Contoh: Suatu perusahaan menggambarkan daftar diskon dagangnya
dalam suatu katalog sebagai berikut:
Penjualan Diskon Jumlah faktur bersih
$5000 20%X5000=1000 5000-1000=4000
Universitas Sumatera Utara
$4000 10%X4000=400 4000-400= 3600
$3600 5%X3600=180 3600-180 = 3420
Diskon tunai adalah ptongan harga yang diberikan faktur-faktur yang
dibayar dalam periode tetentu. Diskon tunai biasanya ditetapkan sebagai suatu
persentase harga yang tidak perlu dibayar. Bila mana faktur dibayar dalam
beberapa hari tertentu, dan jumlah penuh harus dibayar jika pembayaran
melampaui dalam periode diskon. Sebagai contoh, /10, n/30 berarti dalam dua
persen diberikan sebagai diskon tunai jika faktur dibayar dalam waktu 2 hari
setelah tanggal faktur, tetapi jumlah penuh dapat dibayar dalam 30 hari.
Secara teoritis persediaan harus dicatat dalam jumlah setelah diskon yaitu
harga faktur kotor dikurangi diskon yang dapat diperoleh. Metode bersih ini
menunjukkan kenyataan bahwa diskon yang tidak diambil sebenarnya merupakan
pengeluaran atau beban kredit yang terjadi karena ketidakmampuan untuk
membayar dalam periode diskon. Jumlah ini dicatat dalam perkiraan diskon yang
tidak diambil dan dilaporkan sebagai suatu pos terpisah pada perhitungan laba
rugi. Ayat jurnal yang diperlukan baik untuk metode kotor dan metode bersih
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
Perbedaan Pencatatan Diskon Metode Bersih Dengan Metode Kotor
Transaksi Pembelian dilaporkan dalam Pembelian dilaporkan dalam
jumlah bersih jumlah kotor
Pembelian barang dagan seharga Persediaan 1372 Persediaan 1400
2.500 dikurangi diskon dagang Utang dagang 1372
Utang
dagang 1400
30/20 dan diskn tunai 20 %
$2.500 dikurangi 30%= $ 1.750
$1.750 dikurangi 20%= $ 1.400
$ 1.400 dikurangi 2% = $ 1.372
a. diasusmsikan bahwa pembayaran Utang usaha 1372 Utang usaha 1400
faktur dilakukan dalam periode Kas 1372 Persediaan 28
diskon Kas 1372
b. diasumsikan bahwa pembayaran Utang usaha 1372 Utang usaha 1400
faktur dilakukan setelah periode Diskon yang tidak Kas 1400
diskon diambil 28
Kas 1400
Universitas Sumatera Utara
c. penyesuaian yang diperlukan Diskon yang tidak Tidak diperlukan ayat jurnal
pada akhir periode dengan diambil 28
mengasumskan bahwa faktur Utang usaha 28
belum dibayar dan periode diskon
telah lewat
Sumber: Smith dan Skousen (1997:336)
3. Retur pembelian dan pengurangan harga
Penyesuaian atas faktur perlu juga jika barang ternyata rusak atau jika
kualitasnya lebih rendah daripada yang dipesan. Kadangkala barang tersebut
secara periodik dikembalikan kepada suplier atau pemasok mungkin pembeli juga
diberikan nota kredit oleh pemasok untuk mengkompensasi kerusakan atau
kualitas barang yang rendah dalam kedua hal tersebut hutang akan berkurang dan
dilakukan pengkreditan secara langsung keperkiraan persediaan pada sistem
perpetual, atau keperkiraan kontra pembelian, yakni retur pembelian dan
pengurangan harga, pada sistem persediaan periodik.
Jurnal retur pembelian
1) periodik
utang usaha xxx
retur dan potongan pembelian xxx
2) perpetual
utang usaha xxx
persediaan xxx
Universitas Sumatera Utara
4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak pertambahan nilai ditujukan untuk orang pribadi maupun badan
yang timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur
perusahaan dalm menyimpan, menghasilkan,menyalurkan dan memperdagangkan
barang atau pemberian pelayanan jasa kepada konsumen. Semua biaya untuk
mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa, tanah dan
upah dan upah kerja merupaakan unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar
PPN.
5. Biaya lain-lain
Biaya lain-lain yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menempatkan
persediaan dalm kondisi dan tempat siap dijual.
C. Metode Pencatatan Persediaan
1. Sistem Periodik
Menurut Weygandt, Kieso, Kimmel (2007:262) mengemukakan
bahwa :
dalam sistem persediaan periodik (periodic inventory system),
rincian persediaan barang yang dimiliki tidak disesuaikan secara
terus menerus dalam satu periode. Harga pokok penjualan barang
ditentukan hanya pada akhir periode akuntansi (seara periodik).
Pada saat itu, dilakukan perhitungan persediaan secara periodik
untuk menentukan harga pokok barang yang tersedia (persediaan
barang dagang). Untuk menentukan harga okok penjualan dalam
Universitas Sumatera Utara
sistem periodik, harus: (1) menentukan harga pokok barang yang
tersedia pada awal periode (coet of goods on hand), (2)
menambahkannya pada harga pokok barang yang dibeli (cost of
goods purchsed), (3) mengurangkannyadengan harga pokok barang
yang tersedia pada akhir periode akuntansi.
Menurut Dycman, Dukes, Davis (2000:381) mengatakan bahwa:
dalam sistem persediaan periodik, perhitungan periodik aktual atas
barang-barang yang ada ditangan pada akhir periode akuntansi
ketika menyiapkan laporan keuangan. Barang-barang dihitung,
ditimbang, atau jika tidak diukur, dan jumlahnya dikaitkan dengan
unit biaya untuk memberi nilai persediaan.
2. Sistem Perpetual
Menurut Niswonger, Warren, Reeve, dan Fess (1999:366):
dalam sistem persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan
baran dagang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat
kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada
awal periode akuntansi mengindikasikan stok pada tanggal tersebut.
Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan barang dagang
dengan mengkredit kas atau utang usaha. Pada tanggal penjualan,
Universitas Sumatera Utara
harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga
pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang dagang.
Penggunaan sistem perpetual memberikan sarana pengendalian yang
paling efektif atas aktiva tersebut, demikian juga adanya kekurangan dapat
ditentukan dengan mengadakan perhitungan periodik barang dan membandingkan
perhitungan tersebut dengan saldo buku tambahan. Pemesanan kembali barang
secara tepat waktu dan pencegahan kelebihan persediaan dapat dicapai dengan
membadingkan saldo buku tambahan dengan tingkat persediaan maksimum dan
minimum yang ditentukan terlebih dahulu.
Dycman, Dukes, Devis (2000:383) mengatakan bahwa, ” apabila sistem
persediaan atas akun buku besar atas dasar lancar”. Catatan persediaan perpetual
untuk setiap barang harus memberikan informasi penerimaan, pengeluaran dan
saldo ditangan. Dengan inforasi ini, kuantitas periodik dan penilaian barang yang
ada ditangan tersedia setiap waktu. Jadi perhitungan periodik tidak diperlukan
kecuali memverifikasi jumlah persediaan. Perhitungan periodik bisanya dilakukan
secara tahunan untuk tujuan audit yang membandingkan persediaan ditangan
dengan catatan perpetual dan menyatakan data untuk setiap jurnal penyesuaian
yang dibutuhkan (misalnya kesalahan dan kerugian). Catatan persediaan harus
disesuaikan ke perhitungan periodik apabila terdapat perbedaan pencatatan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2
Perbandingan Ayat Jurnal Perpetual dengan Periodik
Ayat Jurnal pada Buku Beyer Video
Transaksi Sistem Persediaan Perpetual Sistem Pesediaan Periodik
4 Mei Pemebelian barang dagang Persediaan barang dagang 3800 Pembelian 3800
secara kredit Utang usaha 3800 Utang Usaha 3800
8 Mei Retur dan potongan pembelian Utang usaha 300 Utang usaha 300
Persediaan barang dagang 300 Retur dan potongan pembelian 300
9 Mei Biaya pengiriman atas pembelian Persediaan barang dagang 150 Biaya pengiriman 150
Kas 150 kas 150
14 Mei Pembayaran utang dengan diskon Utang usaha 3500 Utang usaha 3500
Kas 3430 Kas 3430
Persediaan barang dagang 70 Diskon Pembelian 70
Ayat jurnal pada Buku Seller Electronix
Transaksi Sistem Persediaan Perpetual Sistem Persediaan Periodik
4 Mei Penjualan barang dagang Pituang usaha 3800 Piutang usaha 3800
secara kredit Penjualan 3800 Penjualan 3800
Harga pokok penjualan 2400 Tidak ada ayat jurnal harga
Persediaan barang dagang 2400 pokok penjualan
8 Mei Retur barang dagang terjual Retur dan Potongan Penjualan 300 Retur dan Potongan Penjualan 300
Piutang usaha 300 Piutang usaha 300
Persediaan Barang dagang 140 Tidak ada jurnal
Harga pokok penjualan 140
15 Mei Penerimaan uang atas piutang Kas 3430 Kas 3430
dengan diskon Diskon penjualan 70 Diskon penjualan 70
Piutang usaha 3500 Piutang usaha 3500
Sumber: Weygandt, Kieso, Kimmel (2007:291)
Universitas Sumatera Utara
D. Metode Penilaian Persediaan
1. Penilaian Persediaan Berdasarkan Harga Pokok
Penentuan harga pokok persediaan sangat bergantung dari metode
penilaian yang dipakai yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO dan metode
weighted average.
a. Metode Identifikasi khusus
Dyckman, Dukes, Davis (2000:392) mengatakan bahwa, ”metode
identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus
ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat di identifiksi setiap
waktu”. Jika barang yang terlibat berjumlah besar atau mahal atau hanya dalam
jumlah kecil yang ditangani, mungkin bisa dilaksanakan penandaan atau
penomoran setiap barang ketika dibeli atau diproses. Metode ini memungkinkan
dilakukannya identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap barang yang terjual
pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan. Dengan
demikian, metode identifikasi biaya khusus menghubungkan arus biaya secara
langsung dengan arus baya secara periodik.
Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat menarik,
khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi.
Namun ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur-unsur identik yang
dibeli pada saat berlainan dengan harga yang berbeda, maka identifikasi khusus
akan menjadi lamban membebani dan memakan biaya. Oleh karena itu, metode
ini sangat jarang digunakan oleh perusahaan dagang.
Universitas Sumatera Utara
b. Metode LIFO (Last In First Out)
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14,21) merumuskan metode LIFO
sebagi berikut, “ rumus MTKP/LIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau
diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk
dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terlebih dahulu”.
Dycman, Dukes, Davis (2000:396) mengatakan bahwa, “metode LIFO untuk
kalkulasi biaya persediaan menandingkan persediaan yang dinilai pada biaya per
unit akuisisi terbaru dengan pendapatan penjualan periode berjalan. Unit-unit
yang tetap ada dipersedian akhir dibebankan pada biaya per unit terlama yang
terjadi, dan unit-unit tersebut termasuk pada harga pokok penjualan yang
dibebankan pada biaya per unit terbaru yang muncul.
Metode LIFO atau MTKP terdiri dari dua macam yaitu:
1) Sistem periodik
Metode LIFO sistem periodik adalah penilaian persediaan yang ditentukan
dengan cara saldo periodik yang ada dikalikan harga pokok per unit barang yang
masuk pada awal periode. Bila saldo periodik terlalu besar dari barang yang
masuk pada awal periode, diambilkan dari harga pokok per unit yang masuk
berikutnya.
Contoh perhitungan Metode LIFO sistem pencatatan periodik
Harga pokok barang yang tersedia untk dijual $1.120
Dikurangi persediaan akhir (300 unit per perhitungan fisik )
200 unit @$1 (terlama tesedia , dari persedian 1 Januari) $200
Universitas Sumatera Utara
100 unit @ $1, 10 ( terlama tersedia berikutnya dari tgl 9 Jan)
Persediaan akhir
110
Harga pokok penjualan $810
310
2) Sistem perpetual
Metode LIFO penghubung perpetual adalah suatu metode penilaian
persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan secara terus menerus dalam
kartu persediaan. Setiap kali ada transaksi, baik pembelian maupun penjualan
(pemasukan dan pengeluaran), langsung dicatat dalam kartu persediaan. Harga
pokok penjualan dicatat berdasarkan harga pokok barang pertama kali masuk.
Jumlah yang masih tersisa merupakan nialai persediaan akhir.Selama periode
inflasi, penggunaan metode LIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih
yang terendah. Alsannya adalah karena harga pokok barang yang diperoleh
terahkhir akan mendekati nilai ganti barang yang dijual. Dengan demikian metode
ini memberikan perbandingan yang lebih sesuai antara harga pokok dan laba.
Keutungan lain metode ini adaah penghematan pajak karena laba yang dihasilkan
adalah yang paling rendah, sehingga akan menghasilkan pajak penghasilan yang
lebih rendah. Bila dibandingkan dentgan metode FIFO ataupun metode rata-rata
dalam periode deflasi, pengaruh yang terjadi adalah kebalikannya. Metode LIFO
akan menghasilkan kemungkinan laba bersih yang tertinggi. Alasan utama bagi
mereka yang membela metode ini adalah adanya kecenderungan untuk
mengurangi pengaruh perkembangan harga pada laba bersih. Kritik terhadap
penggunaan metode ini adalah nilai persediaan barang dagang yang ditetapkan di
Universitas Sumatera Utara
neraca dapat jauh berbeda dengan nilai gantinya. Tetapi hal ini dapat diungkapkan
dalam catatan yang menyertai laporan keuangan.
Berikut ini terlampir contoh perhitungan metode LIFO Perpetual
Tabel 2.3
Kalkulasi Biaya Persediaan LIFO-Perpetual
Tanggal
Pembelian Penjualan (pengeluaran) Saldo Persediaan
unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya
Jan 1 200* $ 1.00 $200
9 300 $1,10 $330 200 $ 1.00 $200
300 $1,10 $330
10 300 $1,10 $330
100 $1,00 $100 100 $ 1.00 $100
15 400 $1,16 $464 100 $ 1.00 $100
400 $1,16 $464
18 300 $1,16 $348 100 $ 1.00 $100
100 $1,16 $116
24 100 $1,26 $126 100 $ 1.00 $100
100 $1,16 $116
100 $1,26 $126
Persediaan Akhir $342
Harga pkok penjualan $778
* Persediaan awal
Sumber: Dyckman, Dukes, Davis (2000:397)
Universitas Sumatera Utara
c. Metode FIFO (First in First Out)
Menurut Zulian( 2005:200), “dengan metode FIFO, biaya persediaan
dihitung berdasarkan asumsi bahwa barang akan dijual atau dipaki sendiri dan
sisa dalam persediaan menunjukkan pembelian atau produksi yang terakhir”.
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.21) merumuskan metode FIFO sebagai
berikut, “formula MPKP/FIFO mengasumsikan barang dalm persediaan yang
pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang
tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian”.
Sebagian perusahaan mengeluarkan barang sesuai dengan urutan
pembeliannya. Hal ini terutama untuk barang-barang yang tidak tahan lama dan
produk-produk yang modelnya cepat berubah. Sebagai contoh, Toko bahan
pangan menyusun produk-produk susu dalam rak-rak berdasarkan tanggal
kadaluarsanya. Begitu juga dengan toko pakian memajang pakaian sesuai dengan
musim. Pada akhir musim toko ini biasanya memberikan diskon untuk menjual
pakaian yang musimnya sudah lewat atau ketinggalan mode . Jadi, Metode FIFO
dapat dikatakan konsisten dengan arus periodik atau pergerakan barang .
Metode FIFO/MTKP dibagi atas dua bagian, yakni:
1) sistem periodik
Menurut sistem FIFO yang berdasarkan atas metode periodik niali
persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo periodik yang ada dikalikan dengan
harga pokok per unit barang yang terakhir kali masuk. Bila saldo periodik ternyata
lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk, sisanya dipergunakan harga pokok
per unit yang masuk sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Contoh perhitungan metode FIFO sistem pencatatan periodik
Persediaan awal (200 unit pada $1) $200
Ditambah pemebelian selama periode tersebut
Harga pokok barang tersedia untuk dijual 1120
920
Dikurangi persediaan akhir perhitungan periodik persdiaan
100 unit @ $1,26 (pembelian terbaru tgl 24) $126
200 unit @$ 1,16 (pembelian terbaru berikutnya tgl 15)
Total biaya persediaan akhir
232
Harga pokok penjualan $762
538
2) Sistem perpetual
Metode FIFO perpetual adalah suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan
persediaannya dilakukan terus menerus dalm kartu persediaan. Setiap kali ada
transaksi, baik pembelian maupun penjualan (pemasukan dan pengeluaran)
barang, langsung dicatat dalam kartu persediaan. Harga pokok penjualan dicatat
berdasarkan harga pokok barang pertama masuk. Jumlah yang masih tersisa
merupakan nilai persediaan akhir merupakan nilai persediaan akhir. Selama
periode inflasi atau kenaikan harga terus menerus, penggunaan metode FIFO akan
menghasilkan kemungkinan laba tertinggi dibandingkan dengan metode-metode
Universitas Sumatera Utara
yang lain, karena perusahaan cenderung untuk menaikkan harga jualnya sesuai
dengan perkembangan pasar tanpa memperhatikan kenyataan bahwa barang yang
terdapat dalam persediaan telah diperoleh sebelum terjadinya kenaikan harga.
Kenaikan laba karena naiknya harga persediaan ini sering disebut sebagai laba
persediaan (inventory profit) atau laba semu (ilusory profit). Dalam periode
deflasi dimana terjadi penuruna harga, pengaruh yang terjadi adalh kebalikannya.
Metode FIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih yang terendah. Kritik
utama terhadap metode ini adalah adanya kecenderungan untuk lebih menambah
pengaruh kenaikan /penurunan harga pada laba yang di laporkan.
Tabel 2.4
Kalkulasi Biaya Persediaan FIFO-Perpetual
Tanggal
Pembelian Penjualan (pengeluaran) Saldo Persediaan
unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya
Jan 1 200* $ 1.00 $200
9 300 $1,10 $330 200 $ 1.00 $200
300 $1,10 $330
10 200 $1,00 $200
200 $1,10 $220 100 $1,10 $110
15 400 $1,16 $464 100 $1,10 $110
400 1,16 $464
18 100 $1,10 $110
200 $1,16 $232 200 $1,16 $232
24 100 $1,26 $126 200 $1,16 $232
100 $1,26 $126
Persediaan Akhir $358
Harga pkok penjualan $762
* Persediaan awal
Sumber: Dyckman, Dukes, Davis (2000:395)
Universitas Sumatera Utara
d. Metode Rata-Rata
1) Rata-rata tertimbang ( Sistem pencatatan periodik)
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.21) merumuskan metode rata-rata
sebagai berikut :
dengan rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan
berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awal
periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama
peride. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada
setiap penerimaan kiririman, bergantung pada keadaan perusahaan.
Asumsi metode ini adalah unit dijual tanpa memperhatikan urutan
pembeliannya dan menghitung harga pokok penjualan serta persediaan akhir.
Biaya per unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya
persediaan awal dan biaya pembelian periode berjalan. Biaya rata-rata tertimbang
per unit yang sama digunakan dalam menentukan biaya persediaan barang pada
akhir periode. Dycman, Dukes, Davis (2000:393) menyatakan bahwa, ” biaya per
unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya persediaan awal
dan biaya pembelian periode berjalan dengan jumlah unit persediaan awal
ditambah unit pembelian selama peroide tersebut”.
Universitas Sumatera Utara
Contoh Rata-rata tertimbang ( sistem pencatatan periodik)
unit harga total biaya
per unit
Barang tersedia
1 Januari Persediaan awal 200 $ 1,00 $200
9 Pembelian 300 1,10 330
15 Pembelian 400 1,16 464
24 Pembelian 100 1,12
Total tersedia 1000 1.120
126
persediaan akhir rata-rata tertimbang
31 Jan 300 1,12
harga pokok penjualan rata-rata tertimbang:
336
Penjualan selama Januari 700 1,12 $784
unit biaya rata-rata tertimbang ($1.120:1000)
Pengaruh perkembangan harga berjalan secara rata-rata dalam hal
penetapan laba bersih maupun dalam penetapan harga pokok persediaan. Untuk
suatu pembelian tertentu harga pokok rata-ratanya akan sama, tanpa
memperhatikan dari harga perkembangan harga. Misalnya apabila urutan serta
harga pokok per unit barang yang tersedia untuk dijual adalah kebalikan dari
Universitas Sumatera Utara
urutan, maka hal ini tidak akan mempunyai pengaruh terhadap laba bersih
maupun harga pokok persediaan. Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan
data dalam metode rata-rata tertimbang biasaya akan lebih banyak dibandingkan
dengan metode-metode lain. Biaya tambahan yang harus di keluarkan mungkin
akan besar apabila pembelian dilakukan berkali-kali dan jenis barangnya banyak
2) Rata-rata bergerak ( sistem pencatatan perpetual)
Apabila digunakan sistem pencatatan perpetual, maka biaya per unit rata-
rata bergerak digunakan. Metode rata-rata bergerak biasanya dipandang objektif,
konsisten dan tidak mudah melakukan manipulasi karena sistem perpetual yang
melakukan pencatatan setiap terjadinya transaksi dam metode ini memberikan
biaya rata-rata periode berjalan atas dasar berkelanjutan.
Metode ini tidak menandingkan biaya per unit paling akhir dengan
pendapatan penjulan periode berjalan. Namun menandingkan biaya rata-rata
periode tersebut dengan pendapatan dan nilai persediaan akhir, oleh karena itu
jika biaya per unit pasti meningkat atau menurun maka metode rata-rata bergerak
akan memberikan jumlah persediaan dan harga pokok yang berada diantara
metode penilaian FIFO dan LIFO.
Contoh Rata-rata bergerak (sistem pencatatan perpetual).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5
Penentuan Nilai Persediaan dengan Metode LCM
Total
Kuantitas Biaya Harga pasar Lebih rendah
Komoditas Persediaan per Unit per Unit Biaya Pasar Biaya atau pasar
A 400 $10,25 $9,50 $ 4,100 $ 3,800 $ 3,800
B 12 $22,50 $24,10 $ 2,700 $ 2,892 $ 2,700
C 600 $8.00 $7,75 $ 4,800 $ 4,650 $ 4,650
D 280 $14.00 $14,75 $ 3,920 $ 4,130 $ 3,920
$15,520 $15,472 $15,070
Total
Sumber: Warren, Reeve, Fess (2005:457)
2. Penilaian Persediaan Selain dari Harga Pokok
Dalam beberapa kasus, persediaan dapat dinilai selain dari harga pokok.
Warren, Reeve, Fess (2005:456) mengatakan bahwa situasi macam itu timbul
apabila “ biaya penggantian barang-barang persediaan lebih rendah dari biaya
yang tercatat dan persediaan tidak dapat dijual pada harga jual normal karena
cacat, usang, perubahan gaya, atau penyebab lainnya”.
a. Nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar
Jika biaya penggantian suatu persediaan lebih rendah daripada biaya
pembeliannya maka metode nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar
(lowerof cost market method – LCM) digunakan untuk menilai persediaan. Harga
pasar, yang digunakan dalam LCM adalah biaya untuk mengganti barang pada
tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli
Universitas Sumatera Utara
dari sumber pemasok. Dalam bisnis yang sering dilanda inflasi, harga pasar jarang
turun namun, dalam bisnis yang teknologinya berubah cepat (misalnya televisi
dan komputer), penuruna harga sering terjadi. Keunggulan utama dari metode
LCM adalah bahwa laba kotor (dan laba bersih ) akan berkurang dalam periode
terjadinya penurunan nilai pasar.
Skousen, Albrecht, Stice, Stice (2001:395) mengatakan dasar pedoman
dalam menerapakan aturan ini adalah:
1. menetapkan nilai pasar sebagai berikut:
a) biaya penggantian jika jatuh diantara harga tertinggi dan harga terendah
b) harga terendah, jika biaya penggantian lebih kecil dari harga terendah,
c) harga tertinggi, jika biaya penggantian lebih tinggi dari pada harga harga
tertinggi (sebagian dalam praktik, pada saat biaya penggantian, harga
tertinggi dan harga terendah dibandingkan dengan harga pasar terendah
selalu nilai di tengah-tengah).
2. Membandingkan nilai pasar dengan harga pertama-tama dan memilih jumlah
yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6
Penentuan Nilai Persediaan dengan Metode LCM
Total
Kuantitas Biaya Harga pasar Lebih rendah
Komoditas Persediaan per Unit per Unit Biaya Pasar Biaya atau pasar
A 400 $10,25 $9,50 $ 4,100 $ 3,800 $ 3,800
B 12 $22,50 $24,10 $ 2,700 $ 2,892 $ 2,700
C 600 $8.00 $7,75 $ 4,800 $ 4,650 $ 4,650
D 280 $14.00 $14,75 $ 3,920 $ 4,130 $ 3,920
$15,520 $15,472 $15,070
Total
Sumber: Warren, Reeve, Fess (2005:457)
b. Penilaian Pada Nilai Realisasi Bersih
Barang dagang yang telah usang, rusak, cacat atau yang hanya bisa dijual
dengan harga dibawah harga pokok harus diturunkan nilaianya. Barang dagang
semacam itu harus dinilai dengan nilai realisasai bersih. Warren, Reeve, Fess
(2005:457) mengatakan bahwa, ” nilai realisasi bersih (net realizeble) adaah
estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.5) menjelaskan bahwa
”persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, yang lebih
Universitas Sumatera Utara
rendah (the lower of cost and net reliazible value)”. Nilai persediaan bersih yang
telah ditentukan harus ditinaju kembali pada setiap periode berikutnya. Apabila
kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan dibawah biaya
ternyata tidak lagi berlaku, maka jumlah penurunan nilai harus dieliminasi balik
(reversed) sedemikian rupa sehingga jumlah tercatat baru persediaan adalah yang
terendah dari biaya atau nilai realisasi bersih yang telah direvisi. Hal ini timbul
misalnya, jika suatu barang persediaan, yang dicantumkn sebesar nilai realisasi
karena harga jualnya telah turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan
harga jualnya telah meningkat.
c. Metode Eceran
Untuk penentuan harga pokok persediaan Warren, Reeve, Fess (2005:459)
mengatakan, “metode persediaan eceran (retail inventory method)
megestimasikan biaya persediaan berdasarkan hubungan antara harga pokok
barang dagang yang sama. Untuk menggunakan metode ini harga eceran dari
semua barang dagang harus ditetapkan dan dijumlahkan. Berikutnya, persediaan
eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan dari
harga eceran barang yang tersedia untuk dijual selama periode bersangkutan.
Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung dengan mengalihkan persediaan
eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual (eceran) barang dagang yang
tesredia untuk dijual.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7
Penentuan Persediaan Dengan Metode Eceran
Harga pokok Harga eceran
Persediaan barang dagang, 1 Januari $ 19,400 $ 36,000
Pembelian Bulan Januari (Bersih) $ 42,600 $ 64,000
Barang yang tesedia untuk dijual $ 62,000 $ 100,000
Rasio biaya trhadap harga eceran= $ 62.000 = 62%
$100.00
Penjualan bulan Januari (bersih) $ 70,000
Pesediaan barang dagang 31 Januari pada eceran $ 30,000
Pesediaan barang dagang 31 Januari pada estimasi biaya
($30.000x62%) $ 18,600
Sumber: Warren, Reeve, Fess (2005:460)
d. Persediaan Berdasarkan Metode Laba Kotor
Soemarso (2002:394) menyatakan bahwa, ”metode laba bruto atau metode
laba kotor (gross profit method): metode penetapan harga pokok persediaan secara
taksiran yang didasarkan atas hubungan, yang terdapat dalam periode yang lalu,
antara laba bruto dengan harga jual”. Metode laba kotor menggunakan estimasi
laba kotor yang direalisasi selama periode dimaksud untuk mengestmasi
persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya diestimsikan dari tahun
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya, disesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi dengan harga
pokok dan harga jual selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba
kotor, penjualan untuk suatu periode dapat dibagi dalam dua komponen: laba
kotor dan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dapat dikurangkan dari
harga pokok barang tersedia untuk dijual guna mendapat estimasi persediaan
akhir barang dagang.
Metode laba kotor sangat berguna dalam mengistemasi persediaan untuk
laporan keuangan bulanan atau triwulan daam system persediaan periodik.
Metode ini juga berguna dalam mengistemasi harga pokok barang dagang yang
rusak akibat kebakaran atau bencana lainnya.
Tabel 2.8
Estimasi Persediaan dengan Metode Laba Kotor
Persediaan barang dagang, 1 Januari $57,000
Pembelian Bulan Januari (Bersih) $180,000
Barang yang tesedia untuk dijual $237,000
Penjualan bulan Januari (bersih) $250,000
Dikurangi: estimasi laba kotor (30%x $250.000) $75,000
Estimasi harga pokok penjualan $175,000
Estimasi persediaan barang dagang, 31 Januari $62,000
Sumber: Warren, Reeve, Fess (2005:461)
Universitas Sumatera Utara
E. Penyajian Terhadap Laporan Keuangan
Laporan yang dibuat perusahaan harus memberikan informasi yang cukup
bagi pihak-pihak didalam dan diluar perusahaan. Sehingga baik manajemen dan
pihak luar yang berkepentingan dapat mengambil keputusan yang informatif.
Perusahaan harus dapat melaporkan informasi mengenai kegiatan usahanya secara
relevan dapat dipercaya dan dapat diperbandingkan.
Dan kaitannya dengan persediaan perusahaan harsu mengungkapkan
metode-metode pencatatan dan penilaian yang dipakai perusahaan secara
konsisten. Penilain persediaan yang diterakan harus diungkapkan dalam suatu
penjelasan laporan keuangan yang menguraikan secara garis besar semua
kebijakan akuntansi yang di ikuti basis penilaian seperti metode harga pokok
(FIFO, LIFO, Average) harus dijelaskan.
Pada laporan neraca persedian disajikan sebagai harta lancar Pada
Laporan aba rugi, metode penilaian persediaan berpengaruh dalam penentuan nilai
persediaan awal, persediaan akhir harga pokok penjualan dan penentuan laba
kotor.
Pengaruh pada laba rugi kadang-kadang sulit dievaluasi karena adanya
perbedaan atau selisih yang dapat dipengaruhi oleh suatu kesalahan. Suatu
penetpan persediaan awal yang terlalu tinggi (overstatement) akan
mengakibatkan overstatement barang yang tersedia dijual dan harga pokok
pennjualan. Selanjutnya penetapan harga pokok penjualan terlalu renah
(understatement) akan menyebabkan laba bersih yang terlalu rendah.
Universitas Sumatera Utara
Perbandingan sntsrs metode penilaian persediaan tersebut jelas terlihat bila
diperbandingkan antsrs metode FIFO, LIFO, rata-rata tertimbang, retail, LCM
serta laba kotor.
1. Perbandingan pengaruh metode penilaian persediaan pada
kondisi inflasi.
a. FIFO
Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling tinggi
karenametode ini mengasumsikan persedian akhir bersal dari persediaan yang
paling akhir diperoleh, akan menghasilkan harga pokok penjualan yang paling
rendah, dan laba kotor yang paling tinggi dibandngkan metode LIFO dan rata-
rata.
Metode ini kurang baik untuk mengatasi pengaruh inflasi karena
peningkatan harga perolehan tidak diimbangi dengan pembebanan pada penjualan
persediaan, tetapi meode ini dapat memberikan informasi persediaan yang dapat
dipercaya.
b. LIFO
Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling rendah
dibandingkan metode lainnya (FIFO dan rata-rata). Nilai yang paling rendah
tersebut karena pada metode LIFO, persediaan akhir adalah persediaan yang
paling awal diperoleh. Dengan demikian, dengan metode LIFO akan diperoleh
harga pokok penjualan yang paling tinggi dan juga laba kotor yang paling rendah.
Metode ini dalm kondisi infalsi lebih cepat mengatasi pengaruh harga karena
Universitas Sumatera Utara
kenaikan harga perolehan langsung diimbangi dengan pembebanan nilai tersebut
pada setiap penjualan persediaan.
c. Rata-rata Tertimbang
Metode ini merupakan metode yang netral antara etode FIFO dan LIFO
karena akan diperoleh nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan dan laba
kotor diantara nilai metode FIFO dan LIFO. Apabila digunakan metode rata-rata
sistem periodik (weigted average method) makametde rata-rata ini akan
cenderung ke FIFO karena nilai persediaan akhir cenderung lebih besar kepada
persediaa yang paling akhir diperoleh.
d. Retail
Metode ini dianggap lebih mendekati nilai bersih yang dapat direalisasi
dikurangi markup bersih. Metode ini cenderung dengan metode FIFO karena
persediaan akhir dinilai terlebih dahulu dengan harga akhir metode rata-rata.
e. Metode LCM dan Laba Kotor
Keduanya mempunyai dasr penilaian yang berbeda dengan metode diatas.
Penilian LCM sering bersifat subyektif dan hanya didasarkan pada taksiran-
taksiran dan apabila taksirannya tidakmenjadi kenyataan maka akan menyebabkan
kesalahan dalam laporan keuangan.
2. Perbandingan pengaruh metode penilaian persediaan pada
kondisi deflasi.
Pada metode LIFO akan menghasilkan nilai perseiaan akhir yanag paling
tinggi. Harga pokok penjualan yang paling rendah dan laba yang paling tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Metode FIFO akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling rendah, harga
pokok penjualan yang paling tinggi, ala kotor yang paling rendah. Metode rata-
rata berbeda diantara penilaian kedua metode diatas.
Dalam kondisi yang stabil, harga akan konstan, maka penilian tersebut
akan, baik pada persediaan akhir, harga pokok penjualan maupun laba kotor.
Sedangkan pada meode reatil, mempunyai selisih dengan metode-metode diatas
sebesar selisih harga pokok dengan eceran serta markup bersih (harga eceran
asli)
F. Tinjauan Penulis terdahulu
No Nama Tamat Judul Hasil Penelitian
1 Rico P.
Lumban
Toruan
2008 Analisis Penerapan
Akuntansi
Persediaan
Berdasarkan PSAK
NO. 14 Pada PT.
Electronic City
Indonesia Cab.
Medan
Menggunakan metode deskriptif dan data yang
diperoleh adalah data tahun 2008. Data yang
dikumpulkan melalui wawancara dan studi
dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder. Hasil penelitian
bahwa PT. Electronic City Indonesia Cab. Medan
adalah perusahaan dagang yang menjual barang-
barang electronik telah menerapkan PSAK
NO.14 dalam sistem pencatatan dan penilaian
persediaan dengan menggunakan metode
pencatatan sistem perpetual dan penilaian
persediaan dengan metode FIFO
2 Pentus 2003 Analisa Terhadap Menggunakan metode deskriptif dan data yang
Universitas Sumatera Utara
Simanjuntak Penerapan PSAK
NO. 14 Pada PT.
Nanyang Indokarya
Lubuk Pakam
diperoleh adalah data tahun 2001. Data yang
dikumpulkan melalui wawancara dan studi
dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder. Hasil Penelitian
PT. Nanyang Indokarya Lubuk Pakam adalah
perusahaan manufaktur yang memproduksi alat-
alat rumah tangga dan cook ware. Telah
menerapkan PSAK yaitu pencatatan sistem
periodik dan penilaian persediaan dengan metode
FIFO namun masih ada penyimpangan misalnya
biaya penyusutan bangunan pabrik dan mesin
pabrik tidak dialokasikan dalam perhitungan
harga pokok produksi.
G. Kerangka Konseptual
Berikut ini peneliti menyajikan kerangka konseptual dari penulisan skripsi
ini.
Gambar : Kerangka Konseptual
PT. Indomarco Prismatama Cabang Medan merupakan perusahaan dagang
yang mengelola retail indomaret yang menjual barang kebutuhan sehari-hari.
Dengan banyaknya jenis dan merk barang dagangan yang dijual perusahaan
Persediaan
Pencatatan Persediaan
Penilaian Persediaan
Universitas Sumatera Utara
tersebut maka diperlukan pencatatan dan penilaian persediaan yang akurat
sehingga menghasilkan laporan keuangan yang akurat sesuai denagan PSAK NO.
14, karena metode yang digunakan dalam mencatat dan menilai persediaan
membantu pihak manajemen dam membuat keputusan agar tidak terjadi
kekurangan dan kelebihan barang sehingga selalu dapat memneuhi kebutuhan
pelanggan, demikian juga dalam hal sistem pencatan dan penilaian menentukan
jumlah persediaan serta harga pokok penjualan yang nantinya akan dilaporkan
dan disajikan dalam laporan kuangan rugi laba perusahaan.
Universitas Sumatera Utara