BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangunaneprints.umm.ac.id/49782/3/BAB II.pdfKomponen inti...

22
26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangunan Menurut Siagian pembangunan merupakan “usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang merencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.” Dengan demikian, ide pokok pembangunan menurut Siagian mengandung makna : “(a) bahwa pembangunan merupakan suatu proses yang tanpa akhir; (b) pembangunan merupakan suatu usaha yang secara sadar dilaksanakan secara terus menerus; (c) pembangunan dilakukan secara berencana dan perencanaannya berorientasi pada pertumbuhan dan perubahan; (d) pembangunan mengarah kepada modernitas; (e) modernitas yang dicapai melalui pembangunan bersifat multi dimensional; proses dan kegiatan pembangunan ditujukan kepada usaha membina bangsa dalam rangka pencapaian tujuan bangsa dan negara yang telah ditentukan.” 22 Hal senada disampaikan oleh Tjokrominoto yang menyimpulkan beberapa makna pembangunan sebagai “citra pembangunan dalam perspektif diakronis (pembangunan menurut tahap pertumbuhan dan periode waktu yang dasarnya tidak jelas) sebagai berikut : (1) pembangunan sebagai proses perubahan sosial menuju ketatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik. (2) pembangunan sebagai upaya manusia yang sadar, terncana dan melembaga. (3) pembangunan sebagai proses sosial yang bebas nilai (value free). (4) pembagunan memperoleh sifat dan konsep transendental, sebagai meta-diciplinary phenomenon, bahkan 22 Suryono, Agus. 2010. Dimensi-dimensi Prima Teori Pembangunan. Malang : UB Press. Hal 46

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangunaneprints.umm.ac.id/49782/3/BAB II.pdfKomponen inti...

  • 26

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian Pembangunan

    Menurut Siagian pembangunan merupakan “usaha atau rangkaian usaha

    pertumbuhan dan perubahan yang merencana yang dilakukan secara sadar oleh

    suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan

    bangsa.” Dengan demikian, ide pokok pembangunan menurut Siagian

    mengandung makna : “(a) bahwa pembangunan merupakan suatu proses yang

    tanpa akhir; (b) pembangunan merupakan suatu usaha yang secara sadar

    dilaksanakan secara terus menerus; (c) pembangunan dilakukan secara berencana

    dan perencanaannya berorientasi pada pertumbuhan dan perubahan; (d)

    pembangunan mengarah kepada modernitas; (e) modernitas yang dicapai melalui

    pembangunan bersifat multi dimensional; proses dan kegiatan pembangunan

    ditujukan kepada usaha membina bangsa dalam rangka pencapaian tujuan bangsa

    dan negara yang telah ditentukan.”22

    Hal senada disampaikan oleh Tjokrominoto yang menyimpulkan beberapa

    makna pembangunan sebagai “citra pembangunan dalam perspektif diakronis

    (pembangunan menurut tahap pertumbuhan dan periode waktu yang dasarnya

    tidak jelas) sebagai berikut : (1) pembangunan sebagai proses perubahan sosial

    menuju ketatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik. (2) pembangunan

    sebagai upaya manusia yang sadar, terncana dan melembaga. (3) pembangunan

    sebagai proses sosial yang bebas nilai (value free). (4) pembagunan memperoleh

    sifat dan konsep transendental, sebagai meta-diciplinary phenomenon, bahkan

    22

    Suryono, Agus. 2010. Dimensi-dimensi Prima Teori Pembangunan. Malang : UB Press. Hal 46

  • 27

    memperoleh bentuk sebagai ideologi, the ideologi of developmentalism. (5)

    pembangunan sebagai konsep yang syarat nilai (value loaded) menyangkut proses

    pencapaian nilai yang dianut suatu bangsa secara makin meningkat. (6)

    pembangunan menjadi culture specific, situation specific, dan time specific.”23

    a. Pembangunan Fisik

    Menurut B.S Muljana pembangunan yang dilaksanakan pemerintah umumnya

    yang bersifat infrastruktur atau prasarana, yaitu bangunan fisik atau lembaga

    yang mempunyai kegiatan produksi, logistik dan pemasaran barang dan jasa serta

    kegiatan-kegiatan lain di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan pertahanan

    keamanan.24

    Menurut Kuncoro pembangunan fisik adalah pembangunan yang

    dapat dirasakan langsung oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh

    mata. Pembangunan fisik misalnya berupa infrastruktir, bangunan, fasilitas

    umum.25

    b. Pembangunan Non-fisik

    Menurut Wresniwiro pembangunan non-fisik adalah jenis pembangunan yang

    tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang

    lama. Contoh dari pembangunan non-fisik yaitu berupa peningkatan

    perekonomian masyarakat desa, peningkatan kesehatan masyarakat.26

    Bachtiar

    Effendi menyatakan di dalam pembangunan suatu daerah bukan hanya melakukan

    program pembangunan yang bergerak di bidang pembangunan fisik, tetapi juga

    23

    Suryono, Agus. 2010. Dimensi-dimensi Prima Teori Pembangunan. Malang : UB Press. Hal 46 24

    Pramana, Gilang. 2013. Pembangunan Fisik dan Non-fisik di Desa Badak Mekar Kecamatan

    Muara Badak Kabupaten Kutai Kertanegara. Ejournal Ilmu Administrasi Negara, Vol. 1, Nomor 1.

    Hal 587. http://ejournal.an.fisip-unmul.ac.id/site/wp-

    content/uploads/2013/06/jurnal%20full%20(06-19-13-09-29-33).pdf diunduh pada tanggal 4

    November 2018. Pukul 04.06 WIB. 25

    http://repository.uin-suska.ac.id/4201/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 4 November 2018.

    Pukul 03.57 WIB. 26

    Ibid

    http://ejournal.an.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/06/jurnal%20full%20(06-19-13-09-29-33).pdfhttp://ejournal.an.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/06/jurnal%20full%20(06-19-13-09-29-33).pdfhttp://repository.uin-suska.ac.id/4201/3/BAB%20II.pdf

  • 28

    harus bergerak di bidang pembangunan non-fisik atau sosial. Oleh karena itu,

    adanya keseimbangan antara pembangunan fisik maupun non-fisik diharapkan

    dapat berjalan seimbang.27

    Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang

    dilakukan secara terus menerut oleh suatu negara untuk menciptakan masyarakat

    yang lebih baik. Setiap individu atau negara akan selalu bekerja keras untuk

    melakukan pembangunan demi kelangsungan hidupnya untuk masa ini dan masa

    yang akan datang. Dalam pengertian yang paling mendasar, bahwa pembangunan

    itu haruslah mencakup masalah-masalah materi dan financial dalam kehidupan.

    Pembangunan seharusnya diselidiki sebagai suatu proses multidimensional yang

    melibatkan reorganisasi dan reorientasi dari semua sistem ekonomi dan sosial.28

    Dalam bukunya Michael P. Todaro mengutip pendapat Profesor Gouelet dan

    tokoh-tokoh lainnya mengatakan bahwa paling tidak adanya tiga komponen dasar

    atau nilai inti yang harus dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis

    untuk memahami makna pembangunan yang paling hakiki. Ketiga komponen

    dasar itu adalah kecukupan (sustenance), jati diri (self-estem), serta kebebasan

    (freedom). Ketiga hal tersebut nilai pokok atau tujuan inti yang harus dicapai dan

    diperoleh oleh setiap masyarakat melalui pembangunan. Ketiga komponen

    tersebut berkaitan secara langsung dengan kebutuhan manusia yang paling

    27

    http://repository.uin-suska.ac.id/4201/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 4 November 2018.

    Pukul 03.57 WIB. 28

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26823/Chapter%20II.pdf;jsessionid=8EF0

    EA2DB98E0578610FF81F1E2FFB78?sequence=4 diakses pada tanggal 13 November 2018.

    Pukul 02.12 WIB. Hal 26.

    http://repository.uin-suska.ac.id/4201/3/BAB%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26823/Chapter%20II.pdf;jsessionid=8EF0EA2DB98E0578610FF81F1E2FFB78?sequence=4http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26823/Chapter%20II.pdf;jsessionid=8EF0EA2DB98E0578610FF81F1E2FFB78?sequence=4

  • 29

    mendasar, yang terwujud dalam berbagai macam manifestasi di seluruh

    masyarakat dan budaya sepanjang zaman.29

    1. Kecukupan : kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar

    Yang dimaksud dengan kecukupan bukan hanya sekadar menyangkut

    makanan. Melainkan mewakili semua hal yang merupakan kebutuhan dasar

    manusia secara fisik. Kebutuhan dasar ini meliputi pangan, sandang, papa,

    kesehatan, dan keamanan. apabila salah satu dari sekian banyak kebutuhan

    dasar ini tida terpenuhi maka munculah keterbelakangan absolute. Fungsi dari

    semua kegiatan pembangunan pada hakekatnya adalah untuk menyediakan

    sebanyak mungkin perangkat dan bekal guna menghindari kesengsaraan dan

    ketidakberdayaan yang diakibatkan oleh kekurangan pangan, sandang, papa,

    kesehatan dan keamanan. atas dasar tersebutlah dinyatakan bahwa

    keberhasilan pembangunan itu merupakan persyaratan bagi membaiknya

    kualitas kehidupan. Tanpa adanya kemajuan ekonomi secara

    berkesinambungan, maka realisasi potensi manusia, baik itu individu maupun

    keseluruhan masyarakat tidak mungkin berlangsung. Setiap individu harus

    mendapat kecukupan untuk mendapatkan lebih. Dengan demikian, kenaikan

    pendapatan perkapita, penambahan lapangan kerja, pengentasan kemuskinan,

    serta pemerataan pendapatan merupakan hal-hal yang harus ada (necessary

    condition) bagi pembangunan, tapi tidak akan memadai tanpa adanya faktor-

    faktor inti atau positif lainnya (not sufficient condition).

    2. Jati diri : harga diri sebagai manusia

    29

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26823/Chapter%20II.pdf;jsessionid=8EF0

    EA2DB98E0578610FF81F1E2FFB78?sequence=4 diakses pada tanggal 13 November 2018.

    Pukul 02.12 WIB. hal 27-28.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26823/Chapter%20II.pdf;jsessionid=8EF0EA2DB98E0578610FF81F1E2FFB78?sequence=4http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26823/Chapter%20II.pdf;jsessionid=8EF0EA2DB98E0578610FF81F1E2FFB78?sequence=4

  • 30

    Komponen inti dari pembangunan yang kedua adalah menyangkut jati diri.

    Kehidupan yang serba lebih baik adalah adanya dorongan dari dalam diri

    untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, unruk merasa dari pantas dan layak

    untuk melakukan sesuatu. Semua itu terangkum dalam jati diri (self-esteem).

    Pencarian jati diri bukanlah suatu hal yang bersifat sepele. Penyebaran nilai-

    nilai modern yang bersumber dari negara-negara maju telah menimbulkan

    kebingungan dan kejutan budaya di banyak negara berkembang. Kontak

    dengan masyarakat lain baik secara ekonomis maupun teknologis lebih maju

    acap kali menyebabkan defenisi dan batasan mengenai baik-buruk atau benar-

    salah menjadi kabur. Ini dikarenakan kesejahteraan nasional muncul sebagai

    berhala baru

    Kemakmuran materil lambat laun dijadikan sebagai suatu ukuran

    kelayakan universal dan dinobatkan sebagai landasan atas penilaian sesuatu.

    Daerasnya serbuan nilai-nilai barat yang mengikis jati diri masyarakat di

    negara-negara berkembang. Banyak bangsa yang merasa dirinya kecil atau

    tidak berarti hanya karena mereka tidak memiliki kemajuan eknomi dan

    teknologi seperti bangsa-bangsa lain. Selanjutnya yang dianggap hebat adalah

    mempunyai kemajuan ekonomi dan teknologi modern, sehingga masyarakat di

    negara-negara dunia ketiga berlomba-lomba unruk mengejar ketinggalan tanpa

    menyadari kehilangan jati dirinya.

    3. Kebebasan dari Perbudakan/penindasan

    Tata nilai ketiga sebagai nilai-nilai hakiki pembangunan adalah konsep

    kebebasan atau kemerdekaan. Kebebasan dalam konteks ini diartikan secara

    luas sebagai kemampuan untuk berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh

  • 31

    pengejaran aspek-aspek materi dalam kehidupan serta bebas dari perasaan

    perbudakan sosial sebagai manusia terhadap alam. Kebebasan dari kebodohan

    dan ketergantungan terhadap pihak asing. Kebebasan merangkum pilihan-

    pilihan yang luas bagi masyarakat dan anggotanya secara bersama-sama untuk

    memperkecil paksaan/tekanan dari luar, dalam usaha untuk mencapai tujuan

    sosial yang dinamakan dengan pembangunan.

    Dapat disimpulkan bahwa pembangunan baik secara fisik maupun non fisik

    yang dimiliki oleh masyarakat melalui beberapa gabungan proses sosial, ekonomi,

    dan institusional mencakup usaha-usaha untuk mencapai kehidupan yang lebih

    baik.

    Salah satu masalah penting yang dihadapi dalam pembangunan adalah

    bagaimana menghadapi trade-off antara pemenuhan kebutuhan pembangunan di

    satu sisi upaya mempertahankan kelestarian lingkungan di sisi lain. Pembangunan

    ekonomi yang berbasis sumber daya alam yang tidak memperhatikan aspek

    kelestarian lingkungan pada akhirnya akan berdampak negatif padal ingkungan itu

    sendiri, karena pada dasarnya sumber daya alam dan lingkungan memiliki

    kapasitas daya dukung yang terbatas. Dengan kata lain, pembangunan yang tidak

    memperhatikan kapasitas sumber daya alam dan lingkungan akan menyebabkan

    permasalahan pembangunan dikemudian hari.30

    Konsep pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah sejak lama menjadi

    perhatian para ahli. Namun istilah keberlanjutan (sustainability) sendiri baru

    muncul beberapa dekade, walaupun perhatian terhadap keberlanjutan sudah

    dimulai sejak Malthus pada tahun 1798 yang mengkhawatirkan ketersediaan lahan

    30

    Jaya, Askar. 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Tugas

    Individu Semeseter Ganjil 2004. Pengantar Falsafah Sains (PPS-702). Hal 1.

  • 32

    di Inggris akibat ledakan penduduk yang pesat. Satu setengah abad kemudian,

    perhatian terhadap keberlanjutan ini semakin mengental setelah Meadow dan

    kawan-kawan pada tahun 1972 menerbitkan publikasi yang berjudul The Limit to

    Growth dalam kesimpulannya bahwa pertumbuhan ekonomi akan sangat dibatasi

    oleh ketersediaan sumber daya alam. Dengan ketersediaan sumber daya alam yang

    terbatas, arus barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam yang tidak

    akan selalu bisa dilakukan secara terus menerus (on sustainable basis).31

    Meskipun mendapatkan kritikan yang tajam dari para ekonom karena

    lemahnya fundamental ekonomi yang digunakan dalam model The Limit to

    Growth. Namun buku tersebut cukup menyadarkan manusia akan pentingnya

    pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah sebagai

    upaya manusia untuk memperbaiki mutu kehidupan dengan tetap berusaha tidak

    melampaui ekosistem yang mendukung mutu kehidupan dengan tetap berusaha

    tidak melampaui ekosistem yang mendukung kehidupannya. Maslaah

    pembangunan berkelanjutan telah dijadikan sebagai isu penting yang perlu terus

    disosialisasikan di tengah masyarakat.32

    Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan

    yang berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan

    pembangunan antar generasi pada masa ini maupun masa mendatang. Menurut

    Kementerian Lingkungan Hidup (1990) pembangunan (yang dasarnya lebih

    berorientasi ekonomi) dpat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria yaitu

    : (1) tidak ada pemborodan penggunaan sumber daya alam atau depletion of

    31

    Jaya, Askar. 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Tugas

    Individu Semeseter Ganjil 2004. Pengantar Falsafah Sains (PPS-702). hal 2. 32

    Ibid

  • 33

    natural resources ; (2) tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; (3)

    kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources atau replaceable

    resource.33

    Senada dengan konsep diatas, Sutamuhardja (2004), menyatakan sasaran

    pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan

    terjadinya:34

    a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi

    (intergeneration equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumber daya

    alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas

    yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta

    diarahkan pada sumber daya alam yang replaceable dan menekankan

    serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.

    b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam

    dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan

    ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik

    bagi generasi yang akan datang.

    c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam semata untuk

    kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan

    pemerataan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan antar

    generasi.

    d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan

    baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).

    33

    Jaya, Askar. 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Tugas

    Individu Semeseter Ganjil 2004. Pengantar Falsafah Sains (PPS-702). Hal 2 34

    Ibid hal 3

  • 34

    e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumber

    daya alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka

    panjang ataupun lestari antar generasi.

    f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai

    dengan habitatnya.

    Dari sisi ekonomi, Fauzi (2004) mengatakan setidaknya ada tiga alasana

    utama mengapa pembangunan ekonomi harus berkelanjutan. Pertama,

    menyangkut alasan moral, generasi kini menikmati barang dan jasa yang

    dihasilkan dari sunber daya alam dan lingkungan sehingga secara moral perlu

    untuk memperhatikan ketersediaan sumber daya alam tersebut untuk generasi

    mendatang. Kewajiban moral tersebut mencakup tidak mengekstraksi sumber

    daya alam yang dapat merusak lingkungan, yang dapat menghilangkan

    kesempatan bagi generasi mendatang untuk menikmati layanan yang sama.

    Kedua, menyangkut alasan ekologi, keanekaragaman hayati misalnya, memiliki

    nilai ekologi yang sangat tinggi. Oleh karena itu, aktivitas ekonomi semestinya

    tidak diarahkan pada kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan

    semata yang pada akhirnya dapat mengancam fungsi ekologi. Faktor ketiga, yang

    menjadi alasan perlunya memperhatikan aspek keberlanjutan adalah alasan

    ekonomi. Alasan dari sisi ekonomi memang masih terjadi perdebatan karena tidak

    diketahui apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau belum memenuhi

    kriteria keberlanjutan, seperti kita ketahui bahwa dimensi ekonomi berkelanjutan

    sendiri cukup kompleks, sehingga sering aspek keberlanjutan dari sisi ekonomi ini

  • 35

    hanya dibatasi pada pengukuran kesejahteraan antargenerasi (intergeneration

    welfare maximization).35

    B. Pembangunan Infrastruktur

    Infrastruktur merupakan roda penggerak ekonomi. Dari alokasi pembiayaan

    publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan

    nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan

    infrastruktur mempengaruhi maginal productivity of privat capital, sedangkan

    dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur

    berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur juga berpengaruh

    penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain

    dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan

    akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan

    terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal,

    berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja.36

    Dalam Keputusan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2001 tentang Komite

    Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur, disebutkan dalam Pasal 2,

    bahwa pembangunan infrastruktur mencakup :37

    1. Prasarana dan sarana perhubungan : jalan, jembatan, jalan kereta api,

    dermaga, pelabuhan laut, pelabuhan udara, penyebrangan sungai dan danau;

    35

    Ibid 36

    Haris, Abdul. 2005. Pengaruh Penatagunaan Tanah Terhadap Keberhasilan Pembangunan

    Infrastruktur dan Ekonomi. Hal 1.

    https://www.bappenas.go.id/files/3013/5228/3483/05abdul_20091014131228_2260_0.pdf diakses

    pada tanggal 16 Oktober 2018. Pukul 19.45 WIB. 37

    Ibid hal 6.

    https://www.bappenas.go.id/files/3013/5228/3483/05abdul_20091014131228_2260_0.pdf

  • 36

    2. Prasarana dan sarana perairan : bendungan, jaringan pengairan, bangunan

    pengendalian banjir, pengamanan pantai, dan bangunan pembangkit listrik

    tenaga air;

    3. Prasarana dan sarana permukiman, industri dan perdagangan : bangunan

    gedung, kawasan industri dan perdaganan, kawasan perumahan skala besar,

    reklamasi lahan, jaringan dan instalasi air bersih, jaringan dan pengolahan air

    limbah, pengelolaan sampah, dan sistem drainase;

    4. Bangunan dan jaringan utilitas umum : gas, listrik dan telekomunikasi.

    Selain memiliki dimensi ruang yang luas, pembangunan infrastruktur juga

    menghadapi tiga dimensi permasalahan. Pertama, membutuhkan investasi yang

    cukup besar, waktu pengembalian modal yang panjang, pemanfaatan teknologi

    tinggi, perencanaan dan implementasi perlu waktu panjang untuk mencapai skala

    ekonomi yang tertentu. Kedua, pembangunan menjadi prasyarat bagi

    berkembangnya kesempatan dan peluang baru di berbagai bidang kehidupan.

    Ketiga, adana persaingan global dan sekaligus memenuhi permintaan investor

    baik dari dalam maupun luar negeri. Ditambah lagi dengan adanya dua matra yang

    harus dimiliki dalam penyediaan infrastruktur, yaitu matra fisik dan matra

    pelayanan. Infrastruktur tidak selesai dibangun secara fisik saja, namun menuntut

    adanya operasional dengan mengedepankan kualitas pelayanan jasa dan efektifitas

    pengelolaan infrastruktur.38

    38

    Haris, Abdul. 2005. Pengaruh Penatagunaan Tanah Terhadap Keberhasilan Pembangunan

    Infrastruktur dan Ekonomi. Hal 6.

    https://www.bappenas.go.id/files/3013/5228/3483/05abdul_20091014131228_2260_0.pdf diakses

    pada tanggal 16 Oktober 2018. Pukul 19.45 WIB.

    https://www.bappenas.go.id/files/3013/5228/3483/05abdul_20091014131228_2260_0.pdf

  • 37

    C. Penanaman Modal Asing

    Untuk memahami arti dalam penanaman modal, perlu diberikan batasan dan

    konsep yang jelas terhadap pengertian apa yang dimkasudkan dengan penanaman

    modal. Hal tersebut bertujuan agar persepsi dan pemahaman kita tentang

    penanaman modal menjadi lebih jernih guna menghindari adanya arti negatif

    terhadap keberadaan penanaman modal, khususnya modal asing. Dalam

    kepustakaan dapat diketahui bahwa pemberian arti penanaman modal mempunyai

    keterhubungan juga dengan teori yang dianut negara penerima modal (host

    country).39

    Teori yang dapat dipelajari dari hubungan antarnegara penerima modal

    dengan penanaman modal, khususnya modal asing itu sendiri mempunyai banyak

    variasi. Teori yang pertama, menunjukkan adanya sikap yang ekstrem, yakni tidak

    menginginkan timbulnya ketergantungan dari negara terhadap penanaman modal,

    khususnya modal asing. Sehingga dengan tegas menolak adanya penanaman

    modal asing di negara mereka, oleh karena dianggapnya sebagai kelanjutan dari

    proses kapitalisme. Penganut teori ini dipelopori oleh Karl Marx dan Robert

    Magdoff. Teori yang kedua, berupa teori yang bersifat nasionalisme dan

    populisme yang pada dasarnya diliputi kekhawatiran akan adanya dominasi

    penanaman modal asing. Oleh sebab itu, menurut paham teori ini bahwa

    kehadiran penanaman modal asing, khususnya modal asing yang berakibat pada

    adanya pembagian keuntungan yang tidak seimbang yang terlalu banyak ada pada

    pihak modal asing, sehingga menyebabkan negara penerima modal (host country)

    membatasi kegiatan penanaman modal, khususnya modal asing sedemikian rupa.

    39

    Ilmar, Aminuddin. 2006. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta : Kencana. Hal 33

  • 38

    Penganut teori ini, dipelopori oleh Streeten dan Stephen Hymer. Menurut Hymer

    penanaman modal merupakan seorang monopolis atau bahkan seringkali

    oligopolistis pada pasar-pasar produksi suatu negara dimana Ia melakukan

    usahanya. Oleh karenanya, bilamana penanaman modal, khususnya modal asing

    benar-benar menghancurkan kekuatan dalam pasar produksi suatu negara, maka

    pemerintah harus siap melakukan pengawasan dan pengendalian pada penanaman

    modal asing tersebut. Sehingga untuk kegiatan demikian berlaku hukum

    pembangunan yang tidak seimbang (law of uneven development) yakni,

    pembangunan yang menghasilkan kemakmuran di satu pihak dan kemelaratan

    dilain pihak. Teori yang ketiga, melihat peranan penanaman modal secara

    ekonomi tradisonal dan meninjaunya dari segi kenyataan, dimana kegiatan

    penanaman modal dapat membawa pengaruh pada perkembangan dan

    modernisasi ekonomi negara penerima modal. Proses tersebut dapat dilihat pada

    gejala perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dunia dan mekanisme pasar yang

    dapat berlangsung baik dengan atau tanpa pengaturan dan fasilitas dari negara

    penerima modal. Pelopor dari teori ini adalah Raymond Vernon dan Charles P.

    Kindleberger.40

    Dari uraian tersebut, dapat ditunjukkan bahwa pengertian terhadap penanaman

    modal oleh masing-masing negara penerima modal tergantung pada adanya

    keterkaitan dengan salah satu teori yang dianut ataukah merupakan variasi dari

    berbagai teori itu. Hal ini dengan jelas dapat kita lihat dari masing-masing

    pengaturan negara penerima modal terhadap keberadaan penerima modal,

    khususnya modal asing yang dinyatakan dalam berbagai peraturan perundang-

    40

    Ilmar, Aminuddin. 2006. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta : Kencana. Hal 33-34

  • 39

    undangan penanaman modal masing-masing negara. Dalam ketentuan Pasal 1

    angka 1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

    disebutkan, bahwa penanaman modal yaitu segala bentuk kegiatan menanam

    modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun asing untuk melakukan

    usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Selanjutnya, dalam ketentuan Pasal

    1 angka 2 disebutkan bahwa penanaman modal dalam negeri yaitu kegiatan

    menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

    yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal

    dalam negeri. Adapun angka 3 disebutkan, bahwa penanaman modal asing yaitu

    kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha diwilayah negara Republik

    Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan

    modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal

    dalam negeri.41

    Undang-undang Penanaman Modal juga memberikan ruang kepada

    pemerintah untuk mengambil kebijakan guna mengantisipasi berbagai perjanjian

    internasional yang terjadi dan sekaligus untuk mendorong kerjasama internasional

    lainnya guna memperbesar peluang pasar regional dan internasional bagi produk

    barang dan jasa dari Indonesia. Kebijakan pengembangan ekonomi di Indonesia di

    wilayah tertentu ditempatkan sebagai bagian untuk menarik potensi pasar

    internasional dan sebagai daya dorong guna meningkatkan daya tarik

    pertumbuhan suatu kawasan atau wilayah ekonomi khusus yang bersifat strategis

    bagi pengembangan perekonomian nasional. Selain itu, undang-undang ini juga

    mengatur hak pengalihan aset dan hak untuk melakukan transfer dan repatriasi

    41

    Ilmar, Aminuddin. 2006. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta : Kencana. Hal 35.

  • 40

    dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hukum, kebijakan fiskal, dan sosial

    yang harus diselesaikan oleh penanaman modal. Kemungkinan timbulnya

    sengketa antara penanaman modal dan pemerintah juga diantisipasi undang-

    undang ini dengan pengaturan mengenai penyelesaian sengketa.42

    Hak, kewajiban dan tanggung jawab penanam modal diatur secara khusus

    guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban pernanam modal

    terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan

    penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab

    sosial perusahaan. Pengaturan tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk

    mendorong iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab

    lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya

    mendorong ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan.43

    D. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan oleh Perusahaan

    Menurut ISO 26000 dalam Suharto, tanggung jawab sosial dan lingkungan

    adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari

    keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan

    yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan

    pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan

    harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan

    norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara

    menyeluruh. Telaah lebih lanjut atas berbagai literatur menunjukkan bahwa ada

    empat skema yang biasa dipergunakan untuk menjalankan tanggung jawab sosial

    perusahaan, yaitu (1) kontribusi pada program pengmebangan masyarakat; (2)

    42

    Ibid hal 44. 43

    Ilmar, Aminuddin. 2006. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta : Kencana. Hal 44-45.

  • 41

    pendanaan kegiatan sesuai dengan kerangka legal; (3) partisipasi masyarakat

    dalam bisnis; (4) tanggapan atas tekanan kelompok kepentingan.44

    Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan

    dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan

    Lingkungan.45

    Tanggung jawab sosial dan lingkungan menurut Undang-undang

    No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas merupakan kewajiban perseroan

    yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang

    pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan keawajaran.46

    Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dikenai sanksi

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.47

    Menurut Zimmerer, ada beberapa macam tanggung jawab perusahaan, yaitu48

    :

    1. Tanggung jawab terhadap lingkungan

    Harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus memperhatikan,

    melestarikan dan menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah

    yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah yang

    merusak lingkungan, dan menjalin komunikasi dengan kelompok

    masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.

    2. Tanggung jawab terhadap karyawan

    Tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan

    cara :

    44

    Rosyida, Isma & Nasdian, Fredian Tonny. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam

    Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap

    Komunitas Perdesaan. Ejournal ISSN : 1978-4333, Vol 05, No. 01. Hal 52. 45

    Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 74 ayat (1). 46

    Pasal 74 ayat (2). 47

    Pasal 74 ayat (3). 48

    Anwar, Muhammad. 2017. Pengantar Kewirausahaan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Kencana. Hal

    100-101.

  • 42

    a. Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan.

    b. Meminta input kepada karyawan.

    c. Memberikan umpan balik positif maupun negatif.

    d. Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada karyawan.

    e. Membiarkan karyawan mengetahui apa yang sebenarnya mereka

    harapkan.

    f. Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik.

    g. Memberi kepercayaan kepada karyawan.

    3. Tanggung jawab terhadap pelanggan

    Tanggung jawab sosial perusahan juga termasuk melindungi hak-hak

    pelanggan, yaitu :

    a. Hak mendapatkan produk yang aman.

    b. Hak mendapatkan informasi segala aspek produk.

    c. Hak untuk didengar

    d. Hak memilih apa yang akan di beli.

    Adapun menurut Zimmerer (1996), hak-hak pelanggan yang harus

    dilindungin meliputi :

    a. Hak keamanan, barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus

    berkualitas dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.

    b. Hak mengetahui, konsumen juga berhak untuk mengetahui barang dan

    jasa yang mereka beli, temasuk perusahaan yang menghasilkan barang

    tersebut.

  • 43

    c. Hak untuk didengar, komunikasi dua arah harus di bentuk, yaitu untuk

    menyalurkan keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk

    menyampaikan berbagai informasi barang dan jasa dari perusahaan.

    d. Hak atas pendidikan, pelanggan berhak atas pendidikan, misalnya

    pendidikan tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk.

    e. Hak untuk memilih, tanggung jawab sosial perusahaan adalah tidak

    mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang

    antimonopoli (antitrust).

    4. Tanggung jawab terhadap investor

    Tanggung jawabnya yaitu menyediakan pengembalian investasi yang

    menarik, seperti memaksimumkan laba dan juga melaporkan kinerja

    keuangan seakurat dan setepat mungkin.

    5. Tanggung jawab terhadap masyarakat

    Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya,

    misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan serta

    konstribusi terhadap masyarakat.

    Teori berikutnya adalah teori stakeholders. Teori stakeholders menyatakan

    bahwa di samping shareholders (pemegang saham/pemodal), masih banyak

    stakeholders lain yang semuanya berhak diperhatikan dalam pengelolaan bisnis.49

    Pendekatan stakeholders mengamati dan menjelaskan secara analitis

    bagaimana berbagai unsur dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan dan

    tindakan bisnis. Pendekatan ini mempunyai satu tujuan imperatif yaitu bahwa

    bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak

    49

    I Gede A.B. Wiranata, ibid, hal 295.

  • 44

    yang berkepentingan (stakeholders) dengan suatu kegiatan bisnis dijamin,

    diperhatikan, dan dihargai.50

    Tanggung jawab perusahaan di luar tanggung jawab hukum, namun

    dengan , tanggung jawab sosial dan lingkungan telah menjadi kewajiban yuridis,

    khususnya Perseroan Terbatas yang bidang usahanya berkaitan dengan sumber

    daya alam.51

    E. Kerjasama

    Ansell dan Gash menjelaskan strategi baru dari pemerintahan disebut sebagau

    pemerintahan kolaboratif atau collaborative governance. Bentuk dari governance

    yang melibatkan berbagai stakeholders atau pemangku kepentingan secara

    bersamaan di dalam sebuah forum dengan aparatur pemerintah untuk membuat

    keputusan bersama.52

    O’Flynn dan Wanna mengartikan kolaborasi sebagai bekerja bersama atau

    bekerja sama dengan orang lain. Hal tersebut menyiratkan bahwa seorang aktor

    atau seorang individu, kelompok atau organisasi melakukan kerjasama dalam

    beberapa usaha. Setiap orang yang melakukan kerjasam dengan yang lainnya

    memiliki ketentuan syarat dan kondisi tertentu, dimana hal tersebut sangat

    bervariasi. Kata “collaboration” pada awalnya digunakan pada abad kesembilan

    belas dalam perkembangan industrialisasi, munculnya organisasi yang lebih

    kompleks, dan pembagian kerja dan tugas yang meningkat. Kondisi tersebut

    merupakan norma dasar utilitarianisme, liberalisme sosial, kolektivisme, salimng

    50

    Ibid, hal 93. 51

    Pasal 3. 52

    Irawan, Denny. 2017. Collaborative Governance (Studi Deskriptif Proses Pemerintahan

    Kolaboratif Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Surabaya). Ejournal Kebijakan dan

    Manajemen Publik. ISSN 2303-341X Vol 5, Nomor 3. Hal 5.

  • 45

    membantu dan kemudian manajemen ilmiah dan teori organisasi hubungan

    manusia.53

    Ansell dan Gash menjelaskan collaborative governance adalah suatu

    pengaturan pemerintahan dimana satu atau lebih lembaga publik secara langsung

    melibatkan para pemangku kepentungan non-pemerintahan dalam proses

    pengamilan keputusan kolektif yang bersifat formal, berorientasi pada konsensus,

    delieratif yang bertujuan untuk membuat dan menerapkan kebijakan publik serta

    mengalola program ataupun aset publik.54

    Donahue dan Zeckhauser mengartikan “collaborative governance can be

    thought of a form of agency relationship between government as principal, and

    private players as agent”. Artinya bahwa pemerintahan kolaboratif dapat

    dianggap sebagai suatu bentuk hubungan kerja sama antara pemerintah sebagai

    regulator dan pihak swasta sebagai pelaksana.55

    Mengacu dari berbagai pengertian yang dijelaskan mengenai collaborative

    governance, dapat diterangkan bahwa pada dasarnya kebutuhan untuk

    berkolaborasi muncul dari hubungan saling ketergantungan yang terjalin antar

    pihak atay antar stakeholders. Collaborative governance dapat diterangkan

    sebagai srbuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling

    menguntungkan antar aktor governance. Melalui perspektif collaborative

    governance, tujuan-tujuan positif dari masing-masing pihak dapat tercapai.56

    53

    Irawan, Denny. 2017. Collaborative Governance (Studi Deskriptif Proses Pemerintahan

    Kolaboratif Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Surabaya). Ejournal Kebijakan dan

    Manajemen Publik. ISSN 2303-341X Vol 5, Nomor 3. Hal 5 54

    Ibid 55

    Ibid hal 5-6 56

    Ibid hal 6

  • 46

    Selanjutnya menurut Ratner, di dalam collaborative governance terdapat tiga

    fokus fase atau tiga tahapan yang merupakan proses kolaborasi dalam tata kelola

    pemerintahan. Maka dapat diketahui tiga tahap tersebut meliputi57

    :

    1. Fase Mendengarkan (Identifying Obtacles and Opportunities)

    Pada tahap ini pemerintah dan stakeholders atau pemangku kebijakan yang

    melakukan kolaborasi yaitu pihak swasta dan masyarakat, akan melakukan

    identifikasi mengenai berbagai jenis hambatan yang akan dihadapi selama

    proses tata kelola pemerintahan. Pada tahap ini setiap stakeholders saling

    menerangkan mengenai permasalahan dan stakeholders lain saling

    mendengarkan setiap permasalahan yang diterangkan oleh setiap stakeholders

    yang terlibat. Kemudian memperhitungkan mengenai peluang dalam

    penyelesaian setiap permasalahan yang telah diidentifikasi, seperti solusi dari

    permasalahan yang akan terjadi. Setiap stakeholders memiliki kewenangan

    yang sama dalam menentukan kebijakan pada setiap permasalahan yang telah

    diidentifikasi dan memperhitungkan peluang berupa achievment yang dapat

    diperoleh dari masing-masing pihak yang terlibat. Pada dasarnya, fase ini

    merupakan fase saling mendengarkanmengenai permasalahan dan kesempatan

    untuk dapat memanfaatkan dari setiap permasalahan yang diterangkan oleh

    masing-masing stakeholders.

    2. Fase Dialog (Debating Strategies For Influence)

    Pada tahap ini stakeholders atau pemangku kebijakan yang terlibat dalam

    tata kelola pemerintahan melakukan dialog ataupun diskusi mengenai

    hambatan yang telah diterangkan pada fase pertama. Diskusi yang dilakukan

    57

    Irawan, Denny. 2017. Collaborative Governance (Studi Deskriptif Proses Pemerintahan

    Kolaboratif Dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Surabaya). Ejournal Kebijakan dan

    Manajemen Publik. ISSN 2303-341X Vol 5, Nomor 3. Hal 6

  • 47

    oleh masing-masing stakeholders yang terlibat meliputi diskusi mengenai

    langkah yang dipilih sebagai langkah yang paling efektif untuk memecahkan

    permasalahan dlaam tata kelola pemerintahan yang telah diterangkan.

    3. Fase Pilihan (planning Collaborative Actions)

    Setelah melalui tahapan mendengarkan mengenai permasalahan yang akan

    dihadapi dalam proses tata kelola pemerintahan dan melakukan diskusi

    mengenai penentuan strategi yang efektid untuk mengantusipasi

    permasalahan, pada tahap ini stakeholders atau pemangku kebijakan yang

    terlibat akan mulai melakukan perencanaan mengenai implementasi dari setiap

    strategi yang telah didiskusikan pada tahap sebelumnya, seperti langkah awal

    yang akan dilakukan dalam kolaborasi antar stakeholders yaitu pemerintah,

    pihak swasta dan masyarakat. Kemudian mengidentifikasi pengukuran setiap

    proses yang dilakukan dan menentukan langkah untuk menjaga proses

    kolaborasi agar terus berlangsung dalam jangka panjang.