BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang...

15
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia Makna dari suatu konsep dalam konteks atau dunia akademik, umumnya dibangun oleh para pakar berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pengalaman mereka, yang kemudian disampaikan dalam bentuk definisi atau pengertian tertentu, bahkan ada dalam berbagai ketentuan hukum seperti undang-undang. Hal ini juga terjadi dengan pengertian-pengertian tentang Hak Asasi Manusia. Berikut ini ada beberapa pengertian tentang Hak Asasi Manusia. 1. Soetandyo Wignjosoebroto “Hak-hak mendasar (fundamental) yang diakui secara universal sebagai hak-hak yang melekat pada manusia karena hakikat dan kodratnya sebagai manusia.” 1 2. Muladi “HAM adalah hak yang melekat secara alamiah (inherent) pada diri manusia sejak lahir, dan tanpa hak tersebut manusia tidak dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang utuh.” 2 3. Rahayu “Hak-hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Sebagai konsekuensinya, hak-hak tersebut harus dilindungi, 1 Soetandyo Wignjosoebroto (2003), Hak-hak Asasi Manusia: Konsep Dasar Dan Pengertiannya Yang Klasik Pasa Masa masa Awal Perkembangannya dalam Toleransi Keragaman, Dalam: Rahayu, “Hukum Hak Asasi Manusia (HAM)”, Universitas Diponegoro, Semarang, Cet. II, 2012, h. 2. 2 Muladi (2002), Hak Asasi Manusia Dan Reformasi Hukum Indonesia, dalam: Ibid .

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hak Asasi Manusia

Makna dari suatu konsep dalam konteks atau dunia akademik, umumnya

dibangun oleh para pakar berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pengalaman mereka,

yang kemudian disampaikan dalam bentuk definisi atau pengertian tertentu, bahkan

ada dalam berbagai ketentuan hukum seperti undang-undang. Hal ini juga terjadi

dengan pengertian-pengertian tentang Hak Asasi Manusia.

Berikut ini ada beberapa pengertian tentang Hak Asasi Manusia.

1. Soetandyo Wignjosoebroto

“Hak-hak mendasar (fundamental) yang diakui secara universal sebagai hak-hak

yang melekat pada manusia karena hakikat dan kodratnya sebagai manusia.”1

2. Muladi

“HAM adalah hak yang melekat secara alamiah (inherent) pada diri manusia sejak

lahir, dan tanpa hak tersebut manusia tidak dapat tumbuh dan berkembang sebagai

manusia yang utuh.”2

3. Rahayu

“Hak-hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal

dan langgeng. Sebagai konsekuensinya, hak-hak tersebut harus dilindungi,

1 Soetandyo Wignjosoebroto (2003), Hak-hak Asasi Manusia: Konsep Dasar Dan Pengertiannya Yang Klasik Pasa Masa masa Awal Perkembangannya dalam Toleransi Keragaman, Dalam: Rahayu, “Hukum Hak Asasi Manusia (HAM)”, Universitas Diponegoro, Semarang, Cet. II, 2012, h. 2. 2 Muladi (2002), Hak Asasi Manusia Dan Reformasi Hukum Indonesia, dalam: Ibid .

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

13

dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas siapa

pun.”3

4. Maidin Gultom

“Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang melekat pada manusia

yang mencerminkan martabatnya, yang harus memperoleh jaminan hukum, sebab

hak-hak hanya dapat efektif apabila hak-hak itu dapat dilindungi hukum”.4

5. Zainal Abidin

“HAM adalah hak-hak yang melekat pada semua manusia, tidak membedakan

kebangsaan, tempat tinggalnya, jenis kelaminnya, asal usul kebangsaaan dan

etnisitas, warna kulit, agama atau keyakinan, bahasa, atau status-status lainnya.”5

6. Jack Donnely

"Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia

manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh

masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan

martabatnya sebagai manusia."6

7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

“Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,

3 Ibid. 4 Maidin Gultom, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia”, PT Refika Aditama, Bandung, 2008, h. 7. 5 Zainal Abidin, “Perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia”, 13 Juni 2013, Lihat: http://pamflet.or.id/upload/community/document/Perlindungan_Hak_Asasi_Manusia_di_Indonesia.pdf ; Dikunjungi pada 2 Juli 2015, pukul 14.12 WIB. 6 Rhona K.M. Smith, “Hak Asasi Manusia”, PUSHAM – Pusat Studi Hak Asasi Manusia – Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2008, h. 28.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

14

hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat

dan martabat manusia.”7

Dari beberapa pengertian HAM tersebut, penulis berpandangan bahwa HAM adalah

hak yang dimiliki oleh setiap manusia, sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa,

semata-mata karena ia adalah manusia. HAM bersifat universal.

B. Generasi HAM

Karel Vasak, seorang ahli hukum dari Perancis, memahamkan dengan lebih

baik perkembangan substansi hak-hak yang Terkandung dalam konsep hak asasi

manusia. Vasak menggunakan istilah “generasi” untuk menunjuk pada substansi dan

ruang lingkup hak-hak yang diprioritaskan pada satu kurun waktu tertentu. Ahli

hukum dari Perancis itu membuat kategori generasi berdasarkan slogan Revolusi

Perancis yang terkenal itu, yaitu: “kebebasan, persamaan, dan persaudaraan”.8

Menurut Vasak, masing- masing kata dari slogan itu, sedikit banyak

mencerminkan perkembangan dari kategori- kategori atau generasi-generasi hak yang

berbeda.

Penggunaan istilah “generasi” dalam melihat perkembangan hak asasi manusia

memang bisa menyesatkan. Tetapi model Vasak tentu saja tidak dimaksudkan sebagai

representasi dari kehidupan yang riil, model ini tak lebih dari sekedar suatu ekspresi

dari suatu perkembangan yang sangat rumit.

Bagaimana persisnya generasi-generasi hak yang dimaksud oleh Vasak? Di

bawah ini garis-garis besarnya dielaborasi lebih lanjut.

7 Pasal 1 ayat (1) “Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia”. 8 Karel Vasak, “A 30-Year Struggle: The Sustained Efforts to Give Force of Law to the Universal Declaration of Human Rights”, Unesco Courier, November, 1977, p. 29-32; sebagaimana ada dalam Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi (Penyunting/Editor); Hukum Hak Asasi Manusia/Rhona K. M. Smith, at.al.--- Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008, h. 14 – 17.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

15

1. Generasi Pertama HAM: Hak-hak Sipil dan Politik.

“Kebebasan” atau “hak-hak generasi pertama” sering dirujuk untuk mewakili hak-

hak sipil dan politik, yakni hak-hak asasi manusia yang “klasik”. Hak-hak ini

muncul dari tuntutan untuk melepaskan diri dari kungkungan kekuasaan

absolutisme negara dan kekuatan-kekuatan sosial lainnya sebagaimana yang

muncul dalam revolusi hak yang bergelora di Amerika Serikat dan Perancis pada

abad ke-17 dan ke-18. Karena itulah hak-hak generasi pertama itu dikatakan

sebagai hak-hak klasik.

Hak-hak tersebut pada hakikatnya hendak melindungi kehidupan pribadi manusia

atau menghormati otonomi setiap orang atas dirinya sendiri (kedaulatan individu).

Termasuk dalam generasi pertama ini adalah hak hidup, keutuhan jasmani, hak

kebebasan bergerak, hak suaka dari penindasan, perlindungan terhadap hak milik,

kebebasan berpikir, beragama dan berkeyakinan, kebebasan untuk berkumpul dan

menyatakan pikiran, hak bebas dari penahanan dan penangkapan sewenang-

wenang, hak bebas dari penyiksaan, hak bebas dari hukum yang berlaku surut, dan

hak mendapatkan proses peradilan yang adil.

Hak-hak generasi pertama itu sering pula disebut sebagai “hak-hak negatif”.

Artinya tidak terkait dengan nilai-nilai buruk, melainkan merujuk pada tiadanya

campur tangan terhadap hak-hak dan kebebasan individual. Hak-hak ini menjamin

suatu ruang kebebasan di mana individu sendirilah yang berhak menentukan

dirinya sendiri.

Hak-hak generasi pertama ini dengan demikian menuntut ketiadaan intervensi

oleh pihak-pihak luar (baik negara maupun kekuatan-kekuatan sosial lainnya)

terhadap kedaulatan individu. Dengan kata lain, pemenuhan hak-hak yang

dikelompokkan dalam generasi pertama ini sangat tergantung pada absen atau

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

16

minusnya tindakan negara terhadap hakhak tersebut. Jadi negara tidak boleh

berperan aktif (positif) terhadapnya, karena akan mengakibatkan pelanggaran

terhadap hak-hak dan kebebasan tersebut. Inilah yang membedakannya dengan

hak-hak generasi kedua, yang sebaliknya justru menuntut peran aktif negara.

Hampir semua negara telah memasukkan hak-hak ini ke dalam konstitusi mereka.

2. Generasi Kedua HAM: Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

“Persamaan” atau “hak-hak generasi kedua” diwakili oleh perlindungan bagi hak-

hak ekonomi, sosial dan budaya. Hak-hak ini muncul dari tuntutan agar negara

menyediakan pemenuhan terhadap kebutuhan dasar setiap orang, mulai dari

makan sampai pada kesehatan. Negara dengan demikian dituntut bertindak lebih

aktif, agar hak-hak tersebut dapat terpenuhi atau tersedia.9

Karena itu hak-hak generasi kedua ini dirumuskan dalam bahasa yang positif:

“hak atas” (“right to”), bukan dalam bahasa negatif: “bebas dari” (“freedom

from”). Inilah yang membedakannya dengan hak-hak generasi pertama. Termasuk

dalam generasi kedua ini adalah hak atas pekerjaan dan upah yang layak, hak atas

jaminan sosial, hak atas pendidikan, hak atas kesehatan, hak atas pangan, hak atas

perumahan, hak atas tanah, hak atas lingkungan yang sehat, dan hak atas

perlindungan hasil karya ilmiah, kesusasteraan, dan kesenian.

Hak-hak generasi kedua pada dasarnya adalah tuntutan akan persamaan sosial.

Hak-hak ini sering pula dikatakan sebagai “hak-hak positif”. Yang dimaksud

dengan positif di sini adalah bahwa pemenuhan hak-hak tersebut sangat

membutuhkan peran aktif negara. Keterlibatan negara di sini harus menunjukkan

tanda plus (positif), tidak boleh menunjukkan tanda minus (negatif). Jadi untuk

9 Lihat tulisan-tulisan yang disunting oleh Krzysztof, Catarina Krause & Allan Rosas (eds), Sosial Rights as Human Rights: A European Challenge, Abo Academi University Institute for Human Rights, Abo, 1994; sebagaimana ada dalam Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi (Penyunting/Editor); Ibid.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

17

memenuhi hak-hak yang dikelompokkan ke dalam generasi kedua ini, negara

diwajibkan untuk menyusun dan menjalankan program- program bagi pemenuhan

hak-hak tersebut. Contohnya, untuk memenuhi hak atas pekerjaan bagi setiap

orang, negara harus membuat kebijakan ekonomi yang dapat membuka lapangan

kerja.

Sering pula hak-hak generasi kedua ini diasosiasikan dengan paham sosialis, atau

sering pula dianggap sebagai “hak derivatif” --yang karena itu dianggap bukan

hak yang “riil”.10

Namun demikian, sejumlah negara (seperti Jerman dan

Meksiko) telah memasukkan hak-hak ini dalam konstitusi mereka.

3. Generasi Ketiga HAM: Hak-hak Solidaritas.

“Persaudaraan” atau “hak-hak generasi ketiga” diwakili oleh tuntutan atas “hak

solidaritas” atau “hak bersama”.11

Hak-hak ini muncul dari tuntutan gigih negara-

negara berkembang atau Dunia Ketiga atas tatanan internasional yang adil.

Melalui tuntutan atas hak solidaritas itu, negara-negara berkembang

menginginkan terciptanya suatu tatanan ekonomi dan hukum internasional yang

kondusif bagi terjaminnya hak-hak berikut: (i) hak atas pembangunan; (ii) hak

atas perdamaian; (iii) hak atas sumber daya alam sendiri; (iv) hak atas lingkungan

hidup yang baik; dan (v) hak atas warisan budaya sendiri. Inilah isi generasi ketiga

hak asasi manusia itu.12

Hak-hak generasi ketiga ini sebetulnya hanya

10 Lihat: Maurice Cranston, What are Human Rights? Taplinger, New York, 1973, sebagaimana ada dalam Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi (Penyunting/Editor); Ibid. 11 Simak pula tulisan Karel Vasak khusus tentang isu ini, For the Third Generation of Human Rights: The Rights of Solidarity, Inaugural Lecture, Tenth Study Session of the International Institute of Human Rights, 2 July 1979; sebagamana ada dalam Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi (Penyunting/Editor); Ibid. 12 Philip Alston, “A Third Generation of Solidarity Rights: Progressive Development or Obfuscation of International Human Rights Law”, Netherlands International Law Review, Vol 29, No. 3 (1982), hlm. 307- 322; sebagamana ada dalam Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi (Penyunting/Editor); Ibid.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

18

mengkonseptualisasi kembali tuntutan-tuntutan nilai berkaitan dengan kedua

generasi hak asasi manusia terdahulu.

Di antara hak-hak generasi ketiga yang sangat diperjuangkan oleh negara- negara

berkembang itu, terdapat beberapa hak yang di mata negara-negara barat agak

kontroversial.13

Hak-hak itu dianggap kurang pas dirumuskan sebagai “hak asasi”. Klaim atas hak-

hak tersebut sebagai “hak” baru dianggap sahih apabila terjawab dengan

memuaskan pertanyaan- pertanyaan berikut: siapa pemegang hak tersebut,

individu atau negara?; siapa yang bertanggungjawab melaksanakannya, individu,

kelompok atau negara? Bagaimana mekanisme pelaksanaannya?

Pembahasan terhadap pertanyaan- pertanyaan mendasar ini telah melahirkan

keraguan dan optimisme di kalangan para ahli dalam menyambut hak-hak

generasi ketika itu.14

Tetapi dari tuntutannya jelas bahwa pelaksanaan hak-hak semacam itu--jika

memang bisa disebut sebagai “hak”-- akan bergantung pada kerjasama

internasional, dan bukan sekedar tanggungjawab suatu negara.

13 Peter R. Baehr, Hak-hak Asasi Manusia dalam Politik Luar Negeri, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1998, hlm. 9; sebagamana ada dalam Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi (Penyunting/Editor); Ibid. 14 Pembahasan tentang hak-hak generasi ketiga, baik yang bernada meragukan maupun yang Bernada optimis, tumbuh dengan subur. Beberapa diantaranya, Subrata Roy, Erik M.G. Denters & Paul J/.I.M. de Waart (eds), The Rights to Development in International Law, Martinus Nijhoff Publishers, Dordrecht, 1992. Philip Alston, “Making Space for New Human Rights: The Case of the Rights to Development”, Harvard Human Rights Yearbook, Vol. 1, 1988. James Crawford (ed), The Rights of Peoples, Clarendon Oxford: Press, 1988. Dan Jan Bertin et.al. (eds), Human Rights in a Plural World: Individuals and Colletivities, Meckler, Westport and London, 1990. Perhatikan Knut D. Asplund, Suparman Marzuki, Eko Riyadi (Penyunting/Editor); Ibid.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

19

C. Kepentingan Umum

Joshua Getzler, dengan mengacu pada hukum romawi (roman law) membagi

kepentingan umum ke dalam 4 (empat) kategori, yakni:15

1. Res communes: Sesuatu yang secara alamiah kepunyaan semua orang, misalnya

udara, air, laut dan lepas pantai,

2. Res publicae: Seperti misalnya : sungai, pelabuhan pemerintah yang semua orang

dapat mengakses secara bebas,

3. Res universitatis: Lawan dari kepemilikan privat spserti : gedung pertunjukan

rakyat, tempat hiburan rakyat yang dibutuhkan oleh semua warga negara,

4. Res nullius:

a. Res nullius, divini iuris,

Keperluan suci, agama, sesuatu yang disakralkan dan tidak dapat dimiliki oleh

semua orang. Sesuatu yang disucikan tidak dapat menjadi bagian dari hak

individu.

b. Res nullius, humani iuris,

Binatang liar ikan, burung, makhluk hidup baik yang hidup di air, laut, tanah,

dan ruang angkasa yang merupakan hak publik, dan semua orang bisa

mengambil dan mempunyainya.

Edward Beimborn memasukkan public utilities menjadi bagian dari public

facilities dalam artinya yang luas Types of Public Facilities:16

1. Public utilities:

a. Water supply;

b. Sanitary sewer;

c. Storm-water sewer.

2. Public Facilities and services:

a. Administrative and services offices;

b. Fiire and police stations;

c. Libraries;

d. Schools;

e. Park and playgrounds;

15 Sebagaimana dikutip oleh Koentjoro Poerbopranoto. Sedikit Tentang Sistem Pemerintahan Demokrasi. Eresco. Jakarta. 1975. h: 85; dan selanjutnya dikutip oleh Gunanegara, Rakyat & Negara Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan; PT Tatanusa. Jakarta, 2008, h. 41 – 42. 16 Edward Beimborn dalam Gunanegara; Ibid, h. 44 – 45.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

20

f. Solid waste collection.

Beranjak dari cita-tujuan negara, ada 13 (tiga belas) kriteria yang

dipergunakan oleh hukum positif Indonesia, serta konsepsi kepentingan umum yang

dianut dalam hukum romawi, dan dengan memperhatikan pendapat beberapa ahli

hukum, ditemukan syarat yang harus dipenuhi guna menetapkan kepentingan umum.

Kriteria kepentingan umum yang dipergunakan oleh hukum positif Indonesia,

adalah:17

1. Kepentingan bangsa;

2. Kepentingan negara;

3. Kepentingan rakyat banyak/masyarakat luas;

4. Kepentingan pembangunan;

5. Kepentingan perekonomian negara;

6. Kepentingan pertahanan;

7. Kepentingan keamanan;

8. Kepentingan kesejahteraan/kemakmuran masyarakat;

9. Kepentingan cagar budaya;

10. Kepentingan lingkungan hidup;

11. Kepentingan yang ditetapkan oleh pemerintah;

12. Dilaksanakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; dan

13. Dimiliki Pemerintah.

Koentjoro Poerbopranoto dengan mengacu pada hasil penelitian Universitas

Gadjah Mada, bahwa kepentingan umum sebagai panduan sifat pasif dan aktif serta

negatif dan positif pemerintahan itu dapat diperinci secara berikut:18

1. Memelihara kepentingan umum, yang khusus mengenai kepentingan negara.

Contoh: tugas pertahanan dan keamanan;

2. Memelihara kepentingan umum dalam arti kepentingan bersama daripada

warganegara yang tidak dapat dipelihara oleh warganegara sendiri. Contoh :

persediaan sandang-pangan, perumahan, kesejahteraan dan lain-lain;

3. Memelihara kepentingan bersama yang tidak seluruhnya dapat dilakukan oleh

para warganegara sendiri, dalam bentuk bantuan negara. Contoh : pendidikan dan

pengajaran, kesehatan dan lain-lain;

4. Memelihara kepentingan daripada warganegara perseorangan yang tidak

seluruhnya dapat diselenggarakan oleh warganegara sendiri, dalam bentuk

bantuan negara adakalanya negara memelihara seluruh kepentingan perseorangan

itu. Contoh : fakir-miskin, anak yatim, anak cacat dan lain-lain; dan

5. Memelihara ketertiban, keamanan, dan kemakmuran setempat. Contoh : peraturan

lalu-linas, pembangunan, perumahan dan lain-lain.

17 Gunanegara; Ibid, h. 76 – 77. 18 Koentjoro Poerbopranoto dalam Gunanegara; Ibid, h. 78 – 79.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

21

Bagir Manan yang menyatakan bahwa esensi persoalan terletak pada definisi

kepentingan umum dan jaminan kompensasi bagi masyarakat, pemerintah

dimungkinkan mencabut hak milik pribadi demi kepentingan umuml, dan hampir

seluruh negara mempunyai peraturan seperti itu. Selanjutnya dijelaskan agar tidak

disalahgunakan, maka makna kepentingan umum harus dirumuskan dan kepentingan

umum adalah kepentingan orang banyak yang untuk mengaksesnya tidak

mensyaratkan beban tertentu.

Dicontohkan oleh Bagir Manan, bahwa yang dimaksud kepentingan umum

adalah seperti pembangunan pembuatan jembatan – yang semua orang bisa

melewatinya tanpa harus membayar, berbeda dengan hotel meskipun untuk umum

tetapi orang harus membayar untuk memasukinya. Karena itu, harus ada kriteria

khusus dan tegas sehingga pelaksanaan kepentingan umum tidak akan berakhir

menjadi kepentingan bisnis.19

Maria S.W. Soemardjono yang menyatakan bahwa kategori kepentingan

umum adalah dilakukan pemerintah untuk masyarakat dan tidak bertujuan untuk

mencari keuntungan.20

Philipus M. Hadjon, et al berpendapat bahwa untuk kepentingan umum,

apabila barang-barang yang diperuntukkan untuk umum dan dimiliki pemerintaah

masuk dalam domein publik. Kriteria kepemilikan oleh Negara yang dikemukakan

oleh Philipus M. Hadjon sejalan dengan pendapat Harold J. Luski yang menyatakan

bahwa untuk kepentingan umum apabila dimiliki oleh negara.21

Berdasarkan pada kriteria kepentingan yang dipergunakan oleh hukum positif

Indonesia, hukum romawi, pendapat para ahli hukum dan jenis kepentingan umum di

19 Bagir Manan dalam Gunanegara; Ibid, h. 79. 20 Maria S.W Soemardjono dalam Bagir Manan; Ibid. 21 Filipus M Hadjon dalam Bagir Manan; Ibid.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

22

beberapa negara , Gunanegara menemukan persyaratan yang sama yang apabila

diklasterisasi menjadi 6 (enam) syarat kepentingan umum, yakni :

1. Dikuasai dan/atau dimiliki oleh negara;

2. Tidak boleh diprivatisasi;

3. Tidak boleh untuk mencari keuntungan;

4. Untuk kepentingan lingkungan hidup;

5. Untuk tempat ibadah/tempat suci lainnya; dan

6. Ditetapkan dengan undang-undang.22

22 Gunanegara; Ibid, h. 79 – 80.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

23

D. Tanggungjawab Negara

Meriam Webster’s Online Dictionary mendefinisikan kata

pertanggungjawaban (responsibility) sebagai berikut:

1. the state of being the person who caused something to happen;

2. a duty or task that you are required or expected to do;

3. something that you should do because it is morally right, legally required, etc.23

Dengan demikian maka hakekat dan pentingnya pertanggungjawaban

berhubungan dengan keadaan dan orang yang membuat sesuatu terjadi, tugas yang

harus dilakukan, serta sesuatu yang harus dilakukan karena benar secara moral dan

diperlukan secara hukum.

Sedangkan mengenai negara, kata “negara” sendiri adalah istilah untuk

menyebut suatu entitas atau organisasi yang telah umum dikenal oleh manusia di

berbagai tempat dan dalam waktu yang sudah lama, walaupun secara teoritik dan

apalagi praktek, tidak selalu mudah menemukan pengertian yang sama, terutama

karena kepentingan nasional negara-negara senyatanya juga berbeda.

Sebagai contoh, Mac Iver dalam bukunya berjudul Modern State, menulis

bahwa negara dijadikan objek pendefinisian yang paling kontroversial

(dipertentangkan). Disebutkannya antara lain: Pertama, beberapa penulis

mendefinisikan negara adalah struktur kelas (a class structure) yaitu suatu organisasi

dari suatu kelas yang mendominasi atau menguasai kelas lain dan berdiri pada seluruh

komunitas. Penulis lainnya, mendefinisikan negara adalah organisasi yang melebihi

kelas dan berdiri di atas seluruh komunitas. Kedua, mendefinisikan negara adalah

suatu sistem kekuasaan (a power system). Pakar yang lainnya mendefinisikan negara

23 Merriam Webster’s; Online Dictionary; Lihat: http://www.merriamwebster.com/dictionary/responsibility ; Dikunjungi pada Minggu 04 Oktober 2015, pukul 22.14 WIB.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

24

sebagai suatu sistem kesejahteraan (a welfare-system). Ketiga, sebagian ahli

mengonstruksikan negara sepenuhnya sebagai suatu konstruksi hukum, seperti yang

dikemukakan oleh Austinian, yaitu memahami negara adalah hubungan antara yang

memerintah dan yang diperintah; atau dalam modern jurisprudence, didefinisikan “a

state as a community organized for action under legal rules”. Dan keempat, yaitu

menyamakan negara dengan bangsa, sedangkan yang lainnya menyatakan negara

identik dengan nasionalitas atau kebangsaan; hal yang dapat menyesatkan hakekat dan

fungsi negara.24

Negara sebagai fenomena yang kompleks juga terungkap pada berbagai

peranan yang dimainkan negara. Negara sekurang-kurangnya memainkan 3 (tiga)

peranan, yaitu:25

1. Negara sebagai sistem pembuatan keputusan yang otoritatif sebagaimana terlihat

rumusan yang diutarakan Nordlinger dan Krasner.

2. Negara sebagai prdusen barang-barang kolektif dan yang dapat didistribusikan.

3. Negara sebagai perantara berbagai kepentingan yang bersaingan dalam

masyarakat seperti terungkap dalam rumusan yang diutarakan Marenin.

Pertanggunggungjawaban Negara merupakan suatu prinsip fundamental dalam

hukum internasional yang bersumber dari doktrin kedaulatan dan persamaan hak antar

negara. Tanggung jawab negara timbul bila ada pelanggaran atas suatu kewajiban

internasional untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, baik kewajiban

24 Lihat Mac Iver dalam I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara — Sejarah, Konsep Negara dan Kajian Kenegaraan; Setara Press, Malang; Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Maret 2012, h. 19 – 20. 25 Bert A Rockman; Minding The State or A State of Mind?: Isues in the Comparative Conceptualization of the State, Comparative Political Studies, Vol. 23, No. 1, April 1990, p. 30; sebagaimana ada dalam Ramlan Surbakti; Perspektif Kelembagaan Baru Mengenai Hubungan Negara dengan Masyarakat; Jurnal Ilmu Politik, No. 14, Kerjasama Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI); Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, h. 8.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

25

tersebut berdasarkan suatu perjanjian internasional maupun hukum kebiasaan

internasional.26

Dengan menggunakan istilah pertanggungjawaban negara, F. Sugeng Istanto

mengartikan tanggung jawab negara sebagai: “...kewajiban memberikan jawaban

yang merupakan perhitungan atas suatu hal yang terjadi dan kewajiban untuk

memberikan pemulihan atas kerugian yang mungkin ditimbulkannya.”27

E. Konsepsi Air Bersih dan Aman

Dalam salah satu terbitannya, World Health Organization (WHO), antara lain

menyebutkan bahwa:

“That water intended for human consumption must be free from chemical substances

and micro-organisms in amounts which would provide a hazard to health is

universally accepted. Supplies of drinking-water should not only be safe and free

from dangers to health, but should also be as aesthetically attractive as possible.

Absence of turbidity, colour and disagreeable or detectable tastes and odours is

important in water-supplies intended for domestic use. The location, construction,

operation and supervision of a water-supply-its sources, reservoirs, treatment and

distribution-must exclude all potential sources of pollution and contamination.”28

(Air yang ditujukan untuk konsumsi manusia harus bebas dari bahan-bahan kimia dan

mikroorganisme dalam jumlah yang akan memberikan suatu bahaya terhadap

kesehatan adalah diterima secara universal. Kebutuhan air minum seharusnya tidak

hanya aman dan terbebas dari bahaya kesehatan, tapi juga harus tampak menarik

secara estetis. Tidak adanya kekeruhan, warna dan selera dan bau yang tidak

menyenangkan atau terdeteksi penting dalam pasokan air yang ditujukan untuk

keperluan rumah tangga. Lokasi, konstruksi, operasi dan pengawasan pasokan air –

26Ian Brownlie, Principles of Public International Law, Clarendon Press, Oxford, 1979, p. 431 dalam Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, Rajawali, Jakarta, 1991, h. 174. 27 F. Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1998, h. 77. 28

WHO; International Standards for Drinking – Water; Palais Des Nations, Geneva, 1958, p. 9; Lihat uraiannya dalam: http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/43845/1/a91160.pdf Dikunjungi pada Rabu 26 April 2017 pukul 22. 48 WIB.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Asasi Manusia...7. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

26

sumber-sumbernya, waduk, perawatan dan distribusinya- harus meniadakan semua

sumber-sumber potensial dari pencemaran dan kontaminasi)

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat

dan Pengawasan Kualitas Air, antara lain diatur bahwa:

1. Pasal 1 Huruf a: Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air

pemandian umum.

2. Pasal 1 Huruf b: Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum.

3. Pasal 1 Huruf c: Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah

dimasak.

Sedangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 492

Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum antara lain diatur bahwa:

1. Pasal 1 Angka 1: Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa

proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

2. Pasal 2: Setiap penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang

diproduksinya aman bagi kesehatan.

3. Pasal 3 ayat (1): Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan

fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib

dan parameter tambahan.