BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/4228/3/DNA RARAS MARDENA BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/4228/3/DNA RARAS MARDENA BAB...
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian sebelumnya menyebutkan berdasarkan kebiasaan
merokok ada sekitar 32,9% responden, berdasarkan status hipertensi terdapat
35,5% responden menderita hipertensi dan sebanyak 52,2% responden yang
menderita hipertensi adalah perokok, dan 54,8% perokok berjenis kelamin
laki-laki (Narayana, 2013).
Sedangkan Baharuddin et al (2013) menjelaskan bahwa pada pasien
hipertensi yang baru pertama kali mendapat antihipertensi atau pernah
mendapat antihipertensi namun berhenti dalam jangka waktu lebih dari 2
minggu, mendapatkan antihipertensi monoterapi Hydroklortiazid, Kaptopril,
Amlodipin. Efektivitas ketiga obat tersebut dapat dilihat pada hari ke-10 dan
hari ke-30 dalam menurunkan tekanan darah.
Dari jumlah 52,2% responden yang menderita hipertensi adalah
perokok, dan 54,8% perokok berjenis kelamin laki-laki maka peneliti ingin
meneliti tentang “Pengaruh Merokok Terhadap Keefektivitasan Terapi
Hipertensi Pada Penderita Hipertensii Perokok Di Empat Puskesmas Tahun
2017.
B. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Rokok
Menurut PP RI No. 109 tahun 2012 rokok merupakan salah satu
produk tembakau yang dihasilkan untuk dibakar dan dihisap atau dihirup
asapnya, termasuk rokok krete, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya
yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nikotiana Rustica, dan
spesien lainnya atau sintesis yang asapnya mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan.
Rokok adalah silinder yang terbuat dari kertas yang berukuran
panjang yaitu sekitar 20-120 mm bervariasi tergantung negara yang
membuatnya dengan diameter 10 mm dan berisi daun-daun tembakau
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
4
yang telah dicacah. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk
kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah
kedalam kantong. Rokok dibakar pada salh satu ujungnya kemudian
dibiarkan membara sehingga asapnya dapat dihirup lewat mulut
(Simarmata, 2012).
2. Bahaya Merokok
Menurut Depkes bahaya merokok (2008)
a. Bagi perokok aktif
1) Meningkatkan resiko 2 kali lebih besar untuk mengalami serangan
jantung.
2) Meningkatka resiko 2 kali lebih besar untuk mengalami stroke.
3) Meningkatkan resiko mengalami serangan jantung 2 kali lebih
besar dari mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar
kolesterol tinggi.
4) Meningkatkan resiko 10 kali lebih besar untuk mengalami
serangan jantung bagi wanita pengguna pil KB.
5) Meningkatkan resiko 5 kali lebih besar menderita kerusakan
jaringan anggota tubuh yang rentan.
b. Bagi Perokok Pasif
1) Bahaya kerusakan paru-paru karena adanya nikotin, karbon
monoksida, dan zat-zat lainnya yang lebih tinggi dalam darah
mereka yang dapat memperparah penakit yang sedang diderita dan
ada kemungkinan untuk mendapat serangan jantung yang lebih
bagi mereka yang berpenyakit jantung. Anak-anak menghirup asap
rokok akibat orang tuanya merokok dapat mengalami batuk, pilek
dan radang tenggorokan serta penyakit paru-paru lebih tinggi.
Wanita yang hamil dan merokok beresiko mendapatkan bayi yang
akan lahir lurus, cacat dan kematian.
2) Jika suami perokok maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya
akan mempengaruhi bayi dalam kandungan.
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
5
3. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pegukuran dengan selang waktu limamenit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung terus menerus dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung dan otak, bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien
hipertensi engan tekanan darah tidak terkontrol dan junlahnya terus
meningkat. Oleh karena itu partisipasi semua pihak baik dokter dari
berbagai bidang peminat hipertensi, pemerintah, swasta maupun
masyaraka diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan (Riskesdas,
2013).
Menurut JNC (The Joint National Committee) VII , dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan JNC 2007 untuk Dewasa
Tekanan
Darah TDS TDD
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
Stage 1 140-159 90-99
Stage 2 ≥160 ≥100
Sumber : JNC7, 2003
Klasifikasi hipertensi untuk melihat faktor resiko dalam
pengobatannya sebagai berikut (JNC 7, 2003) :
1) Normal yaitu tekanan darah sistolik ≤ 120 mmHg dan tekanan darah
diastol ≤80 mmHg.
2) Prehipertensi yaiu tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan
darah diastolik 80-90 mmHg.
3) Hipertensi Derajat 1 yaitu tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.
4) Hipertensi Derajat 2 yaitu tekana darah sistolik ≥ 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥100 mmHg.
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
6
4. Epidemiologi
Sekitar 31% dari populasi mempunyai tekanan darah >140/90
mmHg. Jumlah penderita laki-laki lebih besar daripada perempuan pada
usia di bawah 45 tahun,namun pada usia 45-54 penderita perempuan
sedikit lebih banyak. Pada usia > 54 tahun penderita perempuan lebih
banyak daripada laki-laki (diPiro et all, 2005).
Tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia dan
hipertensi umum terjadi pada orang tua. Peluang seseorang menderita
hipertensi pada usia > 55 tahun walaupun mempunyai tekanan darah
normal adalah 90%. Kebanyakan orang menderita pre-hipertensi sebelum
akhirnya didiagnosa menderita hipertensi dimana diagnosa terjadi pada
dekade etiga sampai kelima dalam kehidupan (diPiro et all, 2005).
5. Etiologi
Pada kebanyakan pasien penyebab hipertensi tidak diketahui. Hal
ini menyebabkan hipertensi tidak bisa disembuhkan tapi bisa dikontrol.
Hanya ada beberapa pasien yang diketahui penyebab terjadinya
hipertensi. Jika penyebab kenaikan tekana darah diketahi maka hipertensi
dapat disembuhkan (diPiro et all, 2005).
Mekanisme yang berkontribusi dalam terjadinya hipertensi primer
telah diidentifiksi. Faktor genetik memegang peranan dalam
perkembangan hipertensi jenis ini dimana terlihat pada pasie yang
menderita hipertensi juga mepunyai hubungan kekeluargaan yang juga
menderita hipertensi (diPiro et all, 2005).
Kurang dari 10% pasien menderita hipertensi sekunder yang
diseabkan karena penyakit lain atau karena peggunaan obat tertentu.
Kebanyakn hipertensi sekunder disebabkan karena disfungsu ginjal yang
menyebabkan serve chronc renal disase atau renovaskular. Jika penyebab
kenaikan tekana darah sudah diketahui, maka penyebab tersebut dihindari
atau penyebab tersebut diterpai (jika penyebab adalah penyakit utama)
(diPiro et all, 2005).
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
7
6. Klasifikasi Hipertensi
a. Berdasarkan penyebabnya
1) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang
bergerak (inaktivasi) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90%
penderita hipertensi (Riskesdas, 2013).
2) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu misalnya pil KB (Riskesdas, 2013).
b. Berdasarkan bentuk Hipertensi
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), hipertensi campuran
(sistol dan diastol yang meninggi), hipertensi sistolik (isolated systolc
hypertension).
c. Jenis Hipertensi lainnya:
1) Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak
nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar
penyebab hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang
ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas
dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering
didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering
didapatkan pada perempuam dengan perbandingan 2 : 1 angka
kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per1 juta penduduk, dengan
mean survival sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun
(Riskesdas, 2013).
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
8
2) Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat
pada saat kehamilan yaitu :
a) Preeklampsia-eklampsia atau disebut sebagai hipertensi yang
diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan (selain tekanan
dayang yang meninggi, juga didaptkan kelainan pada air
kencingnya). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan
tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan.
b) Hipertesi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum
ibu mengandung janin.
c) Preeklampsia pada hipertensi kronik yang merupakan
gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.
d) Hipertensi gestasiona atau hipertensi yang sesaat (Riskesdas,
2013).
7. Faktor Resiko Hipertensi
a. Umur
Hipertensi terjadi pada segala usia, tetapi paling sering
menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih. Terjadi
peningkatan tekanan darah seiring bertambahnya usia. Hal ini
disebabkan adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah,
dan hormon. Insidensi hipertensi menigkat dengan bertambanya usia.
Pravlensi hipertensi ringan sebesar 2% pada usia 25 tahun atau kurang,
meningkat menjadi 25% pada usia 50 tahun dan 50% pada usia 70
tahun (Kumar et al, 2005).
b. Jenis Kelamin
Hipertensi baik primer dan sekunder, keduanya menimbulkan
masalah. Perkiraan baru-baru ini menunjukan satu dari tiga orang
dewasa menderita hipertensi. Pria lebih cenderung untuk menderita
hipertensi daripada wanita hingga usia 55 tahun, setelah usia tersebut
proporsi pasien hipertensi wanita melebihi pria (Kumar et al, 2005).
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
9
c. Riwayat Keluarga
Kejadian hipertensi dapat dilihat dari riwayat keluarga. Sekitar
70-80% pasien hipertensi esensial ditemukan riwayat hipertensi di
dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua
orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar (Dalimartha et
al, 2008).
d. Ras atau Suku Bangsa
Berdasarkan penelitian, rata-rata orang dari ras Afrika Amerika
(Black American) memiliki level tekanan darah yang cukup tinggi
dibandingkan dengan ras kulit putih (Caucasian). Hipertensi lebih
banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih.
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun
pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan
sensitivitas terhadap vasopresin lebih besar (Kumar et al, 2005).
e. Obesitas
Obesitas adalah keadaan berat badan lebih, kelainan ini dapat
diukur dengan body mass index (BMI) atau index massa tubuh (IMT).
Berdasarkan WHO (2000) dikatakan obesitas jika BMI ≥ 30 Kg/m².
Obesitas adalah meningkatnya massa tubuh karena jaringan lemak
yang berlebihan sehingga meningkatkan kebutuhan metbolik dan
konsumsi oksigen secara menyeluruh, akibat curah jantung bertambah.
Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan
obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada
pasien hipertensi dengan berat badan normal (Arief, 2008).
f. Merokok
Menurut Venkataraman (2013) merokok dapat meningkatkan
insiden pre-hipertensi dan hipertensi. Merokok juga menyebabkan
meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolik dan denyut nadi 15
menit segera setelah merokok satu batang.
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
10
g. Kurangnya Olahraga
Olahraga isotonik, seperti bersepeda, jogging, dan aerobik yang
teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat
menurunkan tekanan darah (Dalimartha et al, 2008).
8. Gejala Klinis
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-staunya
gejala pada hipertensi esensial. Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan,
pusing, atau migre sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi. Pada
umumnya sebagian besar pasien hipertensi tanpa keluhan dantidak
mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Kadang-kadang hipertensi
esensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah sering terjadi
komplikasi pada organ asaran seperti ginjal, mata, otak dan jantung. Atau
bila terbukti dari hasil pemeriksaan meunjukan bahwa tekanan sarahnya
tinggi dan sudah cukup lama diderita (Dalimartha et al, 2008).
9. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi berhubungan dengan tekanan darah yang
sudah meningkat sebelumnya dengan konsekuensinya perubahan dalam
pembuluh darah dan jantung, maupun dengan atrosklerosis yang menyertai
dan dipercepat oleh hipertensi yang sudah lama diderita. Tekanan darah
yang naik turun atau tidak stabil ini berkaitan dengan kerusakan organ
target. Seperti gangguan otak, gannguan pada sistem Kardiovaskuler,
gangguan pada ginjal, ganguan pada mata (Dalimartha et al, 2008).
10. Hubungan Hipertensi dan Merokok
Menurut Leone (2015) rokok mengandung lebih dari 4000
senyawa toksik, terutama senyawa nikotin dan karbon monoksida sangat
berpengaruh pada jatung dan tekanan darah. Kedua senyawa ini mempuyai
mekanisme yang berbeda . Nikotin merusak sitem kardiovaskular dengan
stereoisomer dan mekanisme binding receptor. Berefek pada
kardiovaskular dan sympathoadrenal, nikotin menyebabkan perbedaan
derajat addiksi dan stimulasi sistem saraf pusat meningkatkan lepasnya
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
11
ketokolamin dan perubahan reologi tekanan darah akibat perubahan
viskositas. Sistem saraf pusat dimediasi untuk terstimulus oleh nikotin
dengan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah secara langsung,
hasilnya meningkatkan lepasnya epinephrine dan norepineprine.
Berikut ini tabel mengenai dampak nikotin bagi kardiovaskuler.
Tabel 2.2. Efek Utama Nikotin pada Kardiovaskuler.
Efek Nikotin
Stimulasi Sistem Saraf Simpati
Meningkatkan pelepasan ketokolamin
Meningkatkan tekanan darah sistolik (efek akut)
Meningkatkan denyut jantung (efek akut)
Disfungsi endothelial
Sumber: Leone A, 2015. Telah diolah
Karbonmonoksida menyebabkan hipoksia karena gas yang
diproduksi oleh rokok dan merupakan faktor resiko myokardial dan lesi
pembuluh koronari. Darah yang mengandung konsentrasi
karboksihemoglobin menyebabkan hipoksia dan kerusakan jantung dan
juga tekanan darah.
Berikut ini adalah tabel efek dari karbonmonoksida(Leone, 2015).
Tabel 2. 3. Efek Utama dari Karbon Monoksida
Efek Karbon Monoksida
Mengeluarkan oksigen dari oksihemogobin
Meningkankan konsentrasi karbosihemoglobin
Menyebabkan jaringan mengalami hipoksia
Sumber: Leone A, 2015. Telah diolah
Perokok aktif mempunyai indikasi terkena kerusakan pembuluh,
ketika perokok merokok sebatang rokok dapat mengubah parameter
trombosis dengan meningkatkan agregasi dan menghilangkan adesiv dari
platelet yang dapat menyebabkan perubahan ukaran.
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
12
Berikut ini adalah tabel kerusakan akut pembuluh akibat dari
merokok.
Tabel 2.4. Kerusakan Pembuluh akibat Merokok
Kerusakan pembuluh yang terjadi
Perokok aktiv Meningkatkan vasodilatasi agregasi
platelet
Meningkatkan adhesi platelet
Mengubah bentuk platelet
Perubahan trombus
Meningkatkan karboksihemoglobin
Perokok passive Gangguan endhothelium-dependent
Mengurangi produksi nitrit oksid
Meningkatkan tekanan darah sistolik
Meingkatkan denyut jantung
Meningkatkan karboksihemoglobin
Sumber : Leone A, 2015.Telah diolah
11. Terapi dan Keefektivitasan Terapi
a. Terapi
Tujuan terapi adalah untuk mengurangi kesakitan dan
kematian. JNC 7 merekomendasikan terget Tekana darah <
140/90 mmHg untuk keseluruhan pasie kurang dari 140/90 untuk
pasien hipertensi dengan DM dan kurang dari 130/80 mmHg pada
pasien hipertensi dengan CKD yang mengalami albumiuria secara
persisten (> 30 mg urine dalam 24 jam) (Wells et all, 2015).
Penatalaksanaan terapi hipertensi dilakukan dengan terapi
farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi
dilakukan dengan cara melaukan modifikasi gaya hidup yang
dapat dilakukan dengan cara mengurangi berat badan jika
overweight, menggunakan Dietary Approaches to Stop
Hyertension sebagai diet, diet intake Natrium (ideal = 1,5 g/hari
atau NaCl 3,8 g/hari) olahraga aerobik, konsumsi alkohol
dikurangi, berhenti merokok (Wells et all, 2015).
Pada terapi farmakologi pemilihan obat tergantung dari
tingkat kenaikan tekanan darah dan ada tidaknya penakit penyerta.
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
13
1) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
ACEI bekerja dengan menghambat pembentukan
Angiotensin II dari Angiotensin I yang merupakan
vasokonstriksi poten dan stimultan sejresi aldosteron. ACEI
juga menghambat degradasi bradikin sehingga menyebabkan
batuk kering dan mnstimulasi sintesis agen vasodilator lain
seperti prostaglandin E2 dan prostasiklin (Wells et all, 2015).
2) B-bloker
B-bloker dgunakan sebagai terapi lini pertama pada specific
compelling indication (seperti post-MI, coronary artery
disease). Mekanisme hipotensi obat golongan ini melibatkan
penurunan cardiac output melalui efek inotropik dan
kronotropik negatif pada jantung dan penghambatan pelepasan
renin pada ginjal (Wells et all, 2015).
3) Calsium Cannel Bloker
CCB menimbukan relaksasi bagi jantung dan otot polos,
dengan cara menghambat kanal kalsium sehingga menghambat
masuknya kalsium ekstraseluler ke sel. Hal ini akan
menyebabkan vasodilatasi dan menyebabkan penurunan tekanan
darah. CCB Dihidropiridin menyebabkan aktivasi syaraf
simpatik dan semua glongan CCB (keuali Amlodipin dan
felodipin) mempunyai efek inotropi negatif (Wells et all, 2015).
4) Angiotensin Receptor Inhibitor
Angiotensin I diperoleh dari jaur RAAS dan jalur alternatif
yang menggunakan enzim chymase. ACEI hanya memblok jalur
RAAS dan ARB memblok Angiotensin II dari jalur lain. ARB
memblok receptor Angiotensin I sehingga Angiotensin II tidak
dapat bekerja. Tidak seperti ACEI, ARB tidak menghambat
dgradasi bradikin. Walaupun karena sebab ini maka obat
golongan ARB tidak meningbulkan batuk namul hal ini
mungkin juga menimbulkan konsejuensi negatif karena efek
antihipertensi ACEI juga dapat disebabkan karena kenaikan
kadar bradiki (vasodilator) (Wells at ell, 2015).
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
14
5) Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara diuresis.
Reduksi volume plasma dan volume stroke (jumlah darah
jantung yang dipompa keluar dari ventrikel pada setiap denyut)
karena proses diuresis menurunkan tekanan darah dan cardiac
output. Penurunan cardiac output pada awal terapi akan
mennimbulkan kompensasi berupa peningkatan resistensi
pheripheral vaskular. Pada terapi jangka panjang (chronic
therapy) cairan ekstraseluler dan cairan plasma akan kembali ke
level pre-treatment dan resistesi pheripheral vaskular menurun
di bawah base-line. Penurunan resistensi vaskular bertanggung
jawab pada efek hipotensi jangka panajang (Wells et all, 2015).
Tabel 2.5. Obat antihipertensi yang direkomendasikan dalam JNC 8
Antihipertensi Dosis
harian
(mg)
Dosis target(mg) Pemberian
dosis perhari
ACE inhibitor
Captopril 50 150-200 2
Enalapril 5 20 1-2
Lisinopril 10 40 1
Angiotensin receptor
blocker
Eprosartan 400 600-800 1-2
Candesartan 4 12-32 1
Losartan 50 100 1-2
Valsartan 40-80 160-320 1
Irbesatran 75 300 1
Β-Blocker
Atenolol 25-50 100 1
Metoprolol 50 100-200 1-2
Calcium channel blockers
Amlodipine 2-5 10 1
Diltiazem extended release 120-180 360 1
Nitrendipine 10 20 1-2
Thiazide-type diuretics
Bendroflumethiazide 5 10 1
Chlorthalidone 12,5 12,5-25 1
Hydrochlorothiazide 12,5-25 25-100 1-2
Idapamide 1,25 1,25-2,5 1
Sumber : JNC 8, 2014. Telah diolah
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
15
b. Evektivitas Terapi Hipertensi
Keefektivitasan terapi hipertensi tercapai jika tujuan utama
terapi hipertensi mencapai dan mempertahankan tekanan darah
tercapai. Pada tahun 2013 Joint National Committee 8 telah
mengeluarkan guideline terbaru mengenai tatalaksana hipertensi atau
tekanan darah tinggi. Mengingat bahwa hipertensi merupakan suatu
penyakit kronis yang memerlukan terapi jangka panjang dengan
banyak komplikasi yang mengancam nyawa seperti infrak miokard,
stroke, gagal ginjal, hingga kematian jika tidak dideketksi dini dan
diterapi dengan tepat, dirasakan perlu untuk terus menggali strategi
tatalaksana yang efektif dan efisien.
Berikut adalah tabel target tekanan darah berdasarkan
antihipertensi yang dipakai :
Tabel 2.6. Target tekanan darah berdasarkan antihipertensi yang digunakan dan
berdasarkan umur.
Antihipertensi
Target Tekanan Darah
Umur ≥60
Tahun(Sistol/Diastol)
Tekanan Darah
Umur<60 Tahun
(Sistol/Diastol)
ACE inhibitor <150/90 mmHg <140/90 mmHg
Captopril
Enalapril
Lisinopril
Angiotensin receptor blocker <150/90 mmHg <140/90 mmHg
Eprosartan
Candesartan
Losartan
Valsartan
Irbesatran
Β-Blocker <150/90 mmHg <140/90 mmHg
Atenolol
Metoprolol
Calcium channel blockers <150/90 mmHg <140/90 mmHg
Amlodipine
Diltiazem extended release
Nitrendipine
Thiazide-type diuretics <150/90 mmHg <140/90 mmHg
Bendroflumethiazide
Chlorthalidone
Hydrochlorothiazide
Idapamide
Sumber : JNC 8, 2014. Telah diolah.
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017
16
C. Kerangka Konsep
Gambar. 1.1. Kerangka konsep
D. Hipotesis
1. Berdasarkan penelitian dari Narayana dan Sudhana (2013) kejadian
hipertensi dengan status merokok ada dengan jumlah kejadian
sebanyak 52,2%.
2. Hasil penelitian Baharuddin et al (2013) Amlodipin efektif mampu
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi hingga sebesar
32,94/16,38 mmHg dibanding Kaptopril dan Hidroklortiazid.
3. Hasil penelitian Kurniati (2012) menyebutkan bahwa jumlah rokok
yang dihisap akan berpengaruh terhadap peningkatan tekanan
darah.
Sehingga dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesa ada
pengaruh merokok terhadap keefektivitasan terapi hipertensi pada
penderita hipertensi perokok. Dimana kebiasaan merokok dapat
menurunkan efektifitas terapi hipertensi pada penderita hipertensi
perokok.
Variable bebas
Kebiasaan Merokok
Variable terikat
Efektivitas terapi
hipetensi
Pengaruh Merokok Terhadap..., Dna Raras Mardena, Fakultas Farmasi UMP, 2017