BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut;
Penelitian oleh Ferdiansyah (2016) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pengangguran Di Provinsi Jawa Timur”. Pada penelitian ini
penulis ingin meneliti seberapa besar pengaruh investasi, PDRB, dan tingkat upah
minimum terhadap pengangguran di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini mengacu
pada alat analisis statistik deskriptif dan analisis korelasi. Berdasarkan analisis
yang dilakukan, menunjukkan bahwa investasi, dan PDRB memiliki
kecenderungan hubungan positif dan kuat terhadap jumlah pengangguran.
Sedangkan variabel upah berpengaruh negatif terhadap pengangguran di Provinsi
Jawa Timur.
Selanjutnya, Anti (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Jawa Tengah
Tahun 1991-2011”. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui variabel
apa saja yang mempengaruhi faktor pengangguran di Jawa Tengah pada tahun
1991-2011. Metode analisis yang digunakan adalah jenis data sekunder yaitu
berupa data deret berskala (time series). Sedangkan alat analisisnya menggunakan
regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Dari hasil
penelitian hanya menunjukkan bahwa variabel PDRB, inflasi, dan upah minimum
8
memiliki pengaruh signifikasi 1%. Sedangkan hanya pertumbuhan penduduk yang
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengangguran.
Selanjutnya, Nurcholis (2008) yang berjudul “ Analisis Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Indeks Pembangunan Manusia
Terhadap Tingkat Pengangguran Di Jawa Tengah”. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi
pengangguran di Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode alat analisis
regresi data panel dan GIS. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan indeks pembangunan manusia
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran. Variabel pertumbuhan
ekonomi dan upah minimum berpengaruh negatif sedangkan indeks pembangunan
manusia berpengaruh positif.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah perbedaan dan
pengembangan. Perbedaannya terdapat pada pada variabel bebasnya yaitu PDRB,
IPM, dan PMA. Selain itu perbedaan terdapat pada objek yang diteliti.
Pengembangan penelitian ini dengan terdahulu hanya terdapat pada periodenya
saja.
B. Teori dan Kajian Pustaka
Dalam landasan teori ini membahas tentang hal-hal yang terkait dengan
tingkat pengangguran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti, Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), PMA dan IPM.
9
1. Pengangguran
a. Pengertian Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika
sesorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha
secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan
(Kaufman dan Hotchkiss,1999). Pengangguran merupakan suatu keadaan
di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin
mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan
tersebut (Sadono Sukirno, 1994).
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan
berusaha memperoleh pekerjaan (Payaman J. Simanjutak,1985).
b. Jenis-Jenis Pengangguran
Berdasarkan penyebabnya, pengangguran dapat dibagi empat
kelompok (Sadono Sukirno, 1994) :
1. Pengangguran normal atau friksional
Apabila dalam suatu ekonomi terdapat pengangguran sebanyak dua
atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja maka ekonomi itu sudah
dipandang sebagai mencapai kesempatan kerja penuh. Pengangguran
sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan pengangguran normal
atau pengangguran friksional. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan
bukan karena tidak dapat memperoleh kerja, tetapi karena sedang mencari
kerja lain yang lebih baik. Dalam perekonomian yang berkembang pesat,
10
pengangguran adalah rendah dan pekerjaan mudah diperoleh. Sebaliknya
pengusaha susah memperoleh pekerja, Akibatnya pengusaha menawarkan
gaji yang lebih tinggi. Hal ini akan mendorong para pekerja untuk
meninggalkan pekerjaanya yang lama dan mencari pekerjaan baru yang
lebih tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan keahliannya. Dalam proses
mencari kerja baru ini untuk sementara para pekerja tersebut tergolong
sebagai penganggur. Mereka inilah yang digolongkan sebagai
pengangguran normal.
2. Pengangguran siklikal
Perekonomian tidak selalu berkembang dengan teguh. Adakalanya
permintaan agregat lebih tinggi, dan ini mendorong pengusaha menaikkan
produksi. Lebih banyak pekerja baru digunakan dan pengangguran
berkurang. Akan tetapi pada masa lainnya permintaan agregat menurun
dengan banyaknya. Misalnya, di negara-negara produsen bahan mentah
pertanian, penurunan ini mungkin disebabkan kemerosotan harga-harga
komoditas. Kemunduran ini menimbulkan efek kepada perusahaan-
perusahaan lain yang berhubungan, yang juga akan mengalami
kemerosotan dalam permintaan terhadap produksinya. Kemerosotan
permintaan agregat ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengurangi
pekerja atau menutup perusahaanya, sehingga pengangguran akan
bertambah. Pengangguran dengan wujud tersebut dinamakan
pengangguran siklikal.
11
3. Pengangguran struktural
Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan
terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran.
Kemerosotan ini ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor berikut:
wujudnya barang baru yang lebih baik, kemajuan teknologi mengurangi
permintaan ke atas barang tersebut, biaya pengeluaran sudah sangat tinggi
dan tidak mampu bersaing, dan ekspor produksi industri itu sangat
menurun oleh karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain.
Kemerosotan itu akan menyebabkan kegiatan produksi dalam industry
tersebut menurun, dan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan
menjadi penganggur. Pengangguran yang wujud digolongkan sebagai
pengangguran struktural. Dinamakan demikian karena disebabkan oleh
perubahan struktur kegiatan ekonomi.
4. Pengangguran teknologi
Pengangguran dapat pula ditimbulkan oleh adanya penggantian
tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Racun lalang dan
rumput, misalnya, telah mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk
membersihkan perkebunan, sawah dan lahan pertanian lain. Begitu juga
mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubang,
memotong rumput, membersihkan kawasan, dan memungut hasil.
Sedangkan di pabrik-pabrik, ada kalanya robot telah menggantikan kerja-
kerja manusia. Pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin
dan kemajuan teknologi lainnya dinamakan pengangguran teknologi.
12
c. Ciri-ciri Pengangguran
Berdasarkan cirinya, Pengangguran dibagi ke dalam empat
kelompok (Sadono Sukirno, 1994) :
1. Pengangguran terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan
pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai
akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang
tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini di dalam suatu
jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan suatu
pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan separuh waktu, dan
oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka
dapat pula wujud sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari
kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau
sebagai akibat dari kemunduran perkembangan sesuatu industri.
2. Pengangguran tersembunyi
Pengangguran ini terutama wujud di sektor pertanian atau jasa.
Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga
kerja yang digunakan tergantung pada banyak faktor, faktor yang perlu
dipertimbangkan adalah besar kecilnya perusahaan, jenis kegiatan
perusahaan, mesin yang digunakan (apakah intensif buruh atau intensif
modal) dan tingkat produksi yang dicapai. Di banyak negara berkembang
seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi
adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat
13
menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang
digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contoh-
contohnya ialah pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan
dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar yang
mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
3. Pengangguran bermusim
Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan
perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat
melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim
kemarau pula para petani tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di samping
itu pada umumnya para petani tidak begitu aktif di antara waktu sesudah
menanam dan sesudah menuai. Apabila dalam masa tersebut para
penyadap karet, nelayan dan petani tidak melakukan pekerjaan lain maka
mereka terpaksa menganggur. Pengangguran seperti ini digolongkan
sebagai pengangguran bermusim.
4. Setengah menganggur
Pada negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari
desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang
yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah.
Sebagiannya terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping itu
ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu,
dan jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka
mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga
14
empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti
yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur
(underemployed). Dan jenis penganggurannya dinamakan
underemployment.
d. Penyebab Terjadinya Pengangguran
Pengangguran akan muncul dalam suatu perekonomian disebabkan
oleh tiga hal (Kaufman dan Hotckiss, 1999) :
1. Proses mencari kerja
Pada proses ini menyediakan penjelasan teoritis yang penting bagi
tingkat pengangguran. Munculnya angkatan kerja baru akan menimbulkan
persaingan yang ketat pada proses mencari kerja. Dalam proses ini
terdapat hambatan dalam mencari kerja yaitu disebabkan karena adanya
para pekerja yang ingin pindah ke pekerjaan lain, tidak sempurnanya
informasi yang diterima pencari kerja mengenai lapangan kerja yang
tersedia, serta informasi yang tidak sempurna pada besarnya tingkat upah
yang layak mereka terima, dan sebagainya.
2. Kekakuan upah
Besarnya pengangguran yang terjadi dipengaruhi juga oleh tingkat
upah yang tidak fleksibel dalam pasar tenaga kerja. Penurunan pada proses
produksi dalam perekonomian akan mengakibatkan pergeseran atau
penurunan pada permintaan tenaga kerja. Akibatnya, akan terjadi
penurunan besarnya upah yang ditetapkan. Dengan adanya kekakuan upah,
dalam jangka pendek, tingkat upah akan mengalami kenaikan pada tingkat
15
upah semula. Hal ini akan menimbulkan kelebihan penawaran (excess
supply) pada tenaga kerja sebagai inflasi dari adanya tingkat pengangguran
akibat kekakuan upah yang terjadi.
3. Efisiensi upah
Besarnya pengangguran juga dipengaruhi oleh efisiensi pada teori
pengupahan. Efisiensi yang terjadi pada fungsi tingkat upah tersebut
terjadi karena semakin tinggi perusahaan membayar upah maka akan
semakin keras usaha para pekerja untuk bekerja (walaupun akan muncul
juga kondisi dimana terjadi diminishing rate). Hal ini justru akan
memberikan konsekuensi yang buruk jika perusahaan memilih membayar
lebih pada tenaga kerja yang memiliki efisiensi lebih tinggi maka akan
terjadi pengangguran terpaksa akibat dari persaingan yang ketat dalam
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
e. Pengukuran Pengangguran
Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat
dari prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran
kerja dan dinyatakan dalam persen.
Tingkat Pengangguran = Jumlah Pengangguran × 100%
Jumlah Angkatan Kerja
16
2. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2008), pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya pertambahan/perubahan pendapatan
nasional (produk nasional / GDP /GNP) dalam satu tahun tertentu, tanpa
memperhatikan pertumbuhan penduduk dan aspek lainnya. Pada teoretikus ilmu
ekonomi pembangunan masa kini masih terus menyempurnakan makna, hakikat
dan konsep pertumbuhan ekonomi. Para teoretikus menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan (Produk Domestik
Bruto) PDB dan PDRB saja, akan tetapi juga diberi bobot yang bersifat
immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan dengan rasa aman dan
tentram yang dirasakan oleh masyarakat luas (Arsyad, 1999:108).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah produk yang dihasilkan
oleh suatu daerah-daerah lain dalam negara tertentu. Sedangkan menurut
pengertian Bank Indonesia, PDRB yang dirinci menurut lapangan usaha
merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh
unit produksi dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu. PDRB menurut
lapangan usaha dirinci dalam 9 sektor. PDRB disajikan atas dasar harga berlaku
dan atas harga konstan. Pada penyajian atas dasar harga berlaku, semua data
agregat dinilai atas dasar harga pada tahun yang bersangkutan. Pada penyajian
atas dasar harga konstan, semua agregat dinilai atas dasar harga tetap yang terjadi
17
pada tahun dasar, sehingga perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun
hanya disebabkan oleh perkembangan riil bukan oleh perkembangan harga.
Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah tanah,
jumlah dan mutu dari penduduk serta tenaga kerja, barang-barang modal dan
tingkat teknologi serta sisi social dan sikap masyarakat yang ada. Adapun teori
pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :
a. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk,
jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta
tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa
pertumbuhan ekonomi tergantung kepada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi
klasik terutama menitik beratkan perhatiannya kepada pengaruh
pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi (Sadono Sukirno,
2008).
Menurut ahli-ahli klasik hukum hasil tambahan yang semakin
berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti
pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada
permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif
berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah
tinggi, para pengusaha akan mendapatkan keuntungan yang besar. Hal ini
akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi terwujud.
Keadaan seperti itu tidak akan terus-menerus berlangsung. Jika penduduk
18
sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan
ekonomi karena produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif, ini
mengakibatkan kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan
mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah, Apabila keadaan ini
dicapai, maka ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan yang tidak
berimbang (stationary state). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya
mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli
ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi
terjadinya keadaan tidak berimbang tersebut.
Berdasarkan penjelasan ahli-ahli ekonomi klasik, dikemukakan
suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan
jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum.
Dari uraian tersebut dapat dilihat apabila kekurangan penduduk, produksi
marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akibatnya
pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan per kapita. Di sisi
lain, apabila penduduk sudah terlalu banyak, hokum hasil tambahan yang
semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, maka produksi
marjinal akan mulai mengalami penurunan. Berdasarkan hal tersebut,
pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat
pertumbuhannya.
3. Investasi
Isilah Investasi sendiri berasal dari kata investire yang berarti memakai
atau menggunakan. Investasi adalah memberikan sesuatu kepada orang lain untuk
19
dikembangkan dan hasil dari sesuatu yang dikembangkan tersebut akan dibagi
sesuai dengan yang diperjanjikan.
Teori ekonomi investasi mendefinisikan investasi merupakan pengeluaran
untuk membeli barang sebagai modal dan peralatan peralatan produksi yang
bertujuan sebagai pengganti dan penambah barang barang modal dalam
perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa
yang akan datang. Investasi yang lazim disebut dengan istilah penanaman modal
atau pembentukan modal. (Boediono,2001)
Menurut Salim HS dan Sutrisno (2008) mengemukakan pengertian
investasi, Investasi ialah penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik
investor asing maupun domestik dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk
investasi, yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Dalam ekonomi makro
investasi dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Investasi otonom yaitu investasi yang tidak di pengaruhi oleh pendapatan
nasional dan tidak menentukan jumlah investasi yang dilakukan
perusahaan, investasi ini hanya dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, misalnya pembangunan jalan dan
infrastruktur.
2. Investasi terpengaruh yaitu investasi yang di pengaruhi oleh pendapatan
nasional, artinya pendapatan nasional mempengaruhi pendapatan
masyarakat semakin tinggi pula pendapatan masyarakat sehingga
permintaan terhadap barang dan jasa, serta perusahaan barang dan jasa
ikut untung juga.
20
Disamping itu investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan
nasional dan taraf kemakmuran masyarakat. Tiga fungsi penting dari kegiatan
investasi dalam perekonomian yaitu sebagai berikut (Sukirno, 2000).
1. Investasi merupakan komponen dari pengeluaran agregat
2. Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah
kapasitas memproduksi di masa depan dan perkembangan ini akan
menstimulir pertambahan produksi nasional dan kesempatan kerja
3. Investasi selalu di ikuti oleh perkembangan teknologi.
Berdasarkan jenisnya investasi dapat digolongkan berdasarkan aset,
pengaruh, ekonomi, menurut sumbernya dan cara penanamannya.Teori investasi
ini dinamakan teori neo klasik karena pandangan dasarnya dilandaskan kepada
pemikiran ahli-ahli ekonomi Klasik mengenai penentuan keseimbangan faktor-
faktor produksi oleh perusahaan-perusahaan (Sukirno, 2000). Adapun faktor-
faktor yang dapat mengetahui jumlah investasi yaitu antara lain adalah inovasi dan
teknologi, tingkat perekonomian, tingkat keuntungan perusahaan, dan situasi
politik.(Deliarnov, 1995:84).
Beda halnya dengan pendapat Sukirno (1981), faktor-faktor yang
menentukan investasi diantaranya adalah ramalan mengenai keadaan dimasa yang
akan datang, tingkat bunga, pertumbuhan dan perkembangan teknologi, tingkat
pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya, serta keuntungan yang dicapai
perusahaan-perusahaan.
21
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Menurut United National Development Program (UNDP) indeks
pembangunan manusia memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang
pembangunan manusia diantaranya: panjang umur dan menjalani hidup
sehat(diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan,
baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan
tinggi), dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli/PPP,
penghasilan) (UNDP,2004).
a. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), merupakan suatu indeks
komposit yang juga merupakan indikator yang dapat menggambarkan
perkembangan pembangunan manusia secara terukur dan representative.
IPM diperkenalkan pertama kali pada tahun 1990 oleh UNDP. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) mencakup tiga komponen yang dianggap
mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk
menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pembangunan
manusia. Ketiga komponen tersebut adalah peluang hidup (longevity),
pengetahuan (know ledge), dan hidup layak (living standards). Peluang
hidup dihitung berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf
penduduk berusia 15 tahun ke atas, dan hidup layak diukur dengan
pengeluaran per kapita yang didasarkan pada paritas daya beli (purchasing
power parity).
22
Kegunaan dari IPM salah satunya yaitu menjadi suatu indikator
untuk menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai
kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai
bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan,
dan sebagainya. Nilai IPM menunjukkan seberapa jauh wilayah tersebut
telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85
tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat, dan tingkat
pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak.
Semakin dekat nilai IPM terhadap angka 100, maka sekain dekat jalan
yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.
b. Tahapan Perhitungan IPM
1) Tahapan pertama perhitungan IPM adalah menghitung indeks masing-
masing komponen IPM (kesehatan, pengetahuan, dan standar hidup
layak) dengan hubungan matematis sebagai berikut:
Indeks (Xi) = (Xi – Xmin) / (Xmaks – Xmin)
Dimana :
Xi = indikator komponen IPM ke-1 (I = 1,2,3)
Xmaks = nilai maksimum Xi
Xmin = nilai minimum Xi
Persamaan di atas atas akan menghasilkan niali 0 ≤ Xi ≤ 1, untuk
mempermudah cara membuka skala dinyatakan dalam 100 matematis :
23
IPM = 1/3 (X1 + X2 + X3)
Dimana :
X1 = indeks angka harapan hidup
X2 = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama
sekolah)
X3 = indeks konsumsi per kapita yang disesuaikan persen
sehingga interval nilai menjadi 0 ≤ Xi ≤ 100.
Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM
Indikator Komponen
IPM
Nilai
Minimum
Nilai
Maksimum Keterangan
Angka Harapan Hidup 25 85 Standar
UNDP
Angka Melek Huruf
(Lit) 0 100
Standar
UNDP
Rata-rata lama sekolah
(MYS) 0 15
Standar
UNDP
Kemampuan daya beli
(PPP)
300.000
360.000 737.72
UNDP PDB
Rii Per Kapita
Sumber:Badan Pusat Statistik Jawa Timur
Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Pembangunan Manusia
Penentuan Klasifikasi Indeks Pembangunan Manusia
Klasifikasi Nilai Indikator
Tinggi >70
Menengah Tinggi 66 – 70
Menengah Rendah 60 – 65
Rendah <60
Sumber: Badan Pusat Statistik -UNDP-Bappenas(2004)
5. Ketenagakerjaan
Sumber daya manusia mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya
manusia mengandung pengertian usaha kerja yang diberikan dalam proses
24
produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia mencerminkan kualitas usaha yang
diberikan seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang atau jasa.
Pengertian kedua dari sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu
melaksanakan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu dapat
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Payaman
Simanjutak, 1985).
Sumber daya manusia atau sering disebut dengan human resources
merupakan penduduk secara keseluruhan. Dari segi penduduk sebagai faktor
produksi, maka tidak semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi.
Hanya penduduk yang berupa tenaga kerja (man power) yang dapat dianggap sebagai
faktor produksi (Suparmoko, 1997).
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah bekerja atau sedang
bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang sedang melakukan kegiatan
lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Payaman Simanjutak, 1985).
Sedangkan menurut Secha Alatas (dalam Fitra Kinca Rizka, 2007) tenaga kerja
merupakan bagian dari penduduk yang mampu bekerja untuk memproduksi
barang dan jasa. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menggolongkan penduduk
usia 15-64 tahun sebagai tenaga kerja. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), di
Indonesia digunakan penetapan umur maksimal, berdasarkan kenyataan bahwa
dalam umur tersebut sudah banyak penduduk yang sudah bekerja atau mencari
pekerjaan.
Menurut Simanjutak (1985), konsep dari tenaga kerja terdiri atas angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) merupakan bagian
25
dari tenaga kerja yang sesunguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam
kegiatan produktif yaitu menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja ini terdiri
atas golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur. Golongan yang
bekerja (employed persons) merupakan sebagian masyarakat yang sudah aktif
dalam kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan sebagian
masyarakat lainnya yang tergolong siap bekerja dan sedang mencari pekerjaan
termasuk di dalam golongan menganggur.
Bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja
ataupun mencari pekerjaan, atau bisa dikatakan sebagai bagian dari tenaga kerja
yang sesungguhnya tidak terlibat atau tidak berusaha terlibat dalam kegiatan
produksi. Kelompok bukan angkatan kerja ini terdiri atas golongan yang
bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain yang
menerima pendapatan. Berikut adalah diagram susunan tentang tenaga kerja
26
Gambar 2.1
Bagan Tenaga Kerja
Sumber: Profil Pengangguran 2007, BPS
C. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini dapat dijelaskan Tingkat Pengangguran (Y)
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya PDRB(X1), IPM(X2) dan
PMA(X3). Diharapkan PDRB dan PMA dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi . Dengan peningkatan variabel makro ekonomi tersebut diharapkan
mampu memperbaiki kualitas sumber daya manusia sehingga IPM naik yang
nantinya dapat menyerapkan tenaga kerja, sehingga pengangguran menurun.
27
a. Hubungan PDRB (X1) Terhadap Tingkat Pengangguran (Y)
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat diukur melalui
peningkatan maupun penurunan GDP yang dihasilkan suatu negara, karena
GDP merupakan indikator yang berhubungan dengan pengangguran.
Secara teori setiap peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi diharapkan
mampu menyerap tengara kerja, sehingga dapat mengurangi jumlah
pengangguran.
Menurut Hukum Okun (Okun’s Law) yang menguji hubungan antara
tingkat penganguran dengan besarnya GDP suatu Negara. Setiap
penurunan 2 persen GDP yang berhubungan dengan GDP potensial,
angka pengangguran meningkat sekitar 1 persen. Hukum Okun
menyediakan hubungan yang sangat penting antara pasar output dan pasar
tenaga kerja, yang menggambarkan asosiasi antara pergerakan jangka
pendek pada GDP riil dan perubahan angka pengangguran (Samuelson and
Nordhaus, 2004).
Gambar 2.2
Kurva Hukum Okun
Perubahan persentase
dalam GDP riil Garis titik
sebaran setiap pengamatan
Perubahan dalam
Tingkat pengangguran
Sumber : Makro Ekonomi, edisi ke enam, N.Gregory Mankiw
28
b. Hubungan PMA (X2) Terhadap Tingkat Pengagguran (Y)
Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan
suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan
taraf kemakmuran masyarakat.
Berdasarkan penjelasan ahli-ahli ekonomi klasik, dikemukakan
suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita
dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk
optimum. Teori ini menjelaskan apabila kekurangan penduduk,
produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita.
Akibatnya pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan per
kapita. Di sisi lain, apabila penduduk sudah terlalu banyak, hukum hasil
tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi
produksi, maka produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan.
Berdasarkan hal tersebut, pendapatan nasional dan pendapatan per
kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
c. Hubungan IPM (X3) Terhadap Tingkat Pengangguran (Y)
Menurut Todaro (2003) dalam bukunya yang berjudul
Pembangunan Ekonomi juga menyatakan bahwa pembangunan manusia
merupakan tujuan pembangunan itu sendiri. Pembangunan manusia
memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah
negara dalam menyerap tenaga teknologi modern dan untuk
mengembangkan kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta
29
PDRB (X1)
IPM (X2)
pembangunan yang berkelanjutan Lanjouw,dkk (2001) menyatakan
pembangunan manusia di Indonesia identik dengan pengurangan
kemiskinan dan pengangguran. Investasi di bidang pendidikan dan
kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan
penduduk tidak miskin, karena bagi penduduk miskin asset utama
adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan kesehatan
murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktifitas
sehingga pengangguran akan berkurang dan pada gilirannya
meningkatkan pendapatan.
Peningkatan kualitas SDM akan berpengaruh terhadap peningkatan
produktifitas kerja yang kemudian berpengaruh terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi pada gilirannya akan meningkatkan permintaan
tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran. Oleh sebab itu,
IPM diharapkan akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan
mengurangi pengangguran.
Gambar 2.3
Kerangka Pikir
PMA(X3)
Pengangguran (Y)
30
D. Perumusan Hipotesis
Hipotesis ini akan diuji kebenarannya dan hasil ujian ini akan dapat
digunakan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan mengurangi jumlah
pengangguran. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang dikemukakan dan masih
lemah kebenarannya. Sesuai dengan masalah diatas dapat diambil hepotesa
sebagai berikut:
1. Diduga PDRB berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.
2. Diduga PMA berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.
3. Diduga IPM berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.