BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41996/3/BAB II.pdf · Operasional)...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41996/3/BAB II.pdf · Operasional)...
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2017) dengan judul
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Sebelum dan
Sesudah Krisis Ekonomi Global Tahun 2008 (Studi Kasus Pada Bank Syariah
Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang positif dan signifikan pada kondisi sebelum terjadi krisis
ekonomi berdasarkan rasio CAR, NPF dan ROE, sedangkan pada rasio ROA dan
BOPO menunjukkan adanya perbedaan yang negatif dan signifikan.15
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sabbina (2014) dengan judul
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Selama dan Setelah
Krisis Ekonomi Global 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI selama periode 2007-
2009 berdasarkan rasio CAR, ROA, NPF, BOPO, dan FDR. Berdasarkan rasio
ROE tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja
BSM dan BMI. Periode 2010-2012 hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara BSM dan BMI berdasarkan rasio
ROA, ROE, NPF, BOPO, dan FDR, sedangkan berdasarkan rasio CAR
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan.16
15Ratna Dewi Lestari, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Sebelum Dan Sesudah Krisis Ekonomi Global Tahun 2008 (Studi Kasus Pada Bank Syariah
Mandiri Dan Bank Muamalat Indonesia)”, Diss. UIN Raden Intan Lampung, 2017. 16
Anggi Sabbina, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Selama dan
Setelah Krisis Ekonomi Global 2008 (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah
Mandiri Tbk)”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
11
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Yadyarti, dkk (2017) dengan judul
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank
Syariah Mandiri Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi Global. Hasil analisis
menunjukkan bahwa data-data yang digunakan telah berdistribusi normal.
Berdasarkan analisis Wilcoxon menunjukkan bahwa CAR, RORA, NPM, ROA,
LDR tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan. Rasio yang digunakan dalam
penelitian ini (CAR, RORA, NPM, ROA, LDR) secara simultan tidak terdapat
perbedaan kinerja keuangan antara bank muamalat Indonesia dan bank syariah
mandiri sebelum dan sesudah krisis ekonomi global.17
Keempat, penelitian ini dilakukan oleh Rahmawati dan Sulistiyo
(2015) dengan judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Global Studi Kasus Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah Periode
2006-2010. Hasil analisis menunjukkan bahwa data-data yang digunakan telah
memenuhi asumsi klasik yaitu terdistribusi normal. Berdasarkan analisis
Wilcoxon menunjukkan bahwa NPF, ROA, STM terdapat perbedaan kinerja
keuangan, sedangkan CAR dan NOM tidak terdapat perbedaan kinerja
keuangan. Rasio keuangan yang digunakan pada penelitian ini (CAR, NPF,
NOM, ROA, STM) secara simultan terdapat perbedaan kinerja keuangan
perbankan syariah sebelum dan sesudah krisis ekonomi global.18
17
Febriani Dwi Putri Yadyarti, Mohammad Amin, dan Muhammad Cholid Mawardi.
“Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri
Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi Global”, Jurnal Riset Akuntansi 6. 10, 2017. 18
Cholila Diah Rahmawati, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Global Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia, Bank
Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah Periode 2006-2010”, 2015.
12
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Zulifiah dan Joni (2014)
dengan judul Pengaruh Inflasi, BI Rate, CAR (Capital Adequacy Ratio), NPF
(Non Performing Finance), BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel inflasi, BI
rate, CAR, NPF, dan BOPO tidak berpengaruh terhadap ROA.19
Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2015) dengan judul
Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Capital Adquacy Ratio, Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional Terhadap Profitabilitas pada
Perbankan Syariah Periode 2010-2014. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kurs dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA, inflasi dan
CAR tidak berpengaruh secara parsial terhadap ROA. Hasilnya disesuaikan R
square menunjukkan bahwa pengaruh inflasi, kurs, CAR, BOPO, pada ROA
adalah 92% dan sisanya 8% dipengaruhi variabel lain diluar model.20
Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Muhammad (2013),
dengan judul Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap
Profitabilitas Bank Syariah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel suku
bunga tidak berpengaruh terhadap ROA, Inflasi tidak berpengaruh terhadap ROA,
CAR tidak berpengaruh terhadap ROA dan juga NPF. Variabel BOPO memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap arah negatif.21
19
Fitri Zulifiah dan Joni Susilowibowo, “Pengaruh Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy
Ratio (CAR), NoN Performing Finance (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012”, Jurnal Ilmu
Manajemen 2. 3, 2014. 20
Muhamad Rafi Maulana, “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Capital Adquacy
Ratio, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Terhadap Profitabilitas Pada Perbankan
Syariah Periode 2010-2014”, 2015. 21
Edhi Satriyo Wibowo dan Muhammad Syaichu, “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi,
CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah”, Jurnal Manajemen Vol.2 No. 2 2013,
1-10.
13
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, terdapat
persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan
beberapa penelitian sebelumnya. Persamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah menganalisa tentang
perbandingan profitabilitas bank syariah sebelum dan sesudah krisis global,
sedangkan perbedaannya adalah periode penelitian, dimana penelitian ini
menggunakan periode waktu tahunan, objek yang digunakan, serta
kebanyakan variabel yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah
ROA dan ROE sedangkan dalam penelitian ini adalah ROA, ROE, dan BOPO.
B. Landasan Teori
1. Krisis Keuangan Global
a. Latar Belakang Krisis Keuangan Global22
Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat telah
berkembang dan menjadi masalah yang serius. Krisis keuangan global
telah mempengaruhi stabilitas ekonomi di beberapa kawasan. Menurut
perspektif ekonomi, perdagangan antar satu negara dengan negara lain
saling berkaitan, misalnya melalui aliran barang dan jasa. Impor suatu
negara merupakan ekspor bagi negara lain. Hubungan ini
memungkinkan terjadinya resesi suatu negara akan berdampak pada
negara lain secara global.
22
Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), Memahami Krisis Keuangan
Global: Bagaimana Harus Bersikap, (Jakarta: Badan Informasi Publik Departemen Komunikasi
dan Informatika RI, 2008).
14
Krisis keuangan global yang bermula dari krisis kredit
perumahan di Amerika Serikat memang membawa implikasi pada
kondisi ekonomi global secara menyeluruh. Semua negara dikawasan
Amerika, Eropa, maupun Asia Pasifik, merasakan dampak akibat krisis
keuangan. Dampak tersebut terjadi karena tiga permasalahan, yaitu
adanya investasi langsung, investasi tidak langsung, dan perdagangan.
Pemerintah Indonesia optimis mampu mengatasi dampak krisis
keuangan dunia. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6% dan keberhasilan
penerapan kebijakan di bidang ekonomi yang lain, dan pemberantasan
korupsi diyakini sebagai fundamental perekonomian negara yang kuat.
Pemerintah Indonesia juga melakukan berbagai upaya, seperti
mencairkan anggaran belanja departemen untuk membantu likuiditas
keuangan masyarakat, dan mengutamakan program untuk rakyat
dengan melindungi atas kemungkinan dampak krisis. Tujuan program
ini untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan program-
program untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
b. Pengertian Krisis Keuangan Global
Ekonomi global merupakan sistem yang dianut oleh dunia
perekonomian internasional saat ini. Ekonomi global ditandai dengan
adanya sistem pasar terbuka, arus modal yang mengalir tanpa batas,
dan munculnya perusahaaan-perusahaan multinasional. Globalisasi
ekonomi dianggap menguntungkan bagi sebagian negara, karena
globalisasi memudahkan sebuah negara memperoleh modal sebagai
awal pertumbuhan ekonomi.
15
Kekuatan globalisasi membuat ekonomi internasional
mengalami ketergantungan satu sama lain, sehingga keadaan
perekonomian suatu negara berpengaruh pada negara lain.23
Secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa krisis merupakan keadaan dimana
hilangnya sebagian besar institusi ataupun aset keuangan yang
dimiliki.
c. Penyebab Krisis Keuangan Global24
Krisis keuangan global yang terjadi saat ini merupakan bagian
dari kondisi perekonomian Amerika Serikat yang memburuk. Krisis
keuangan di Amerika Serikat berawal dari krisis kredit perumahan.
Permasalahan mucul ketika lembaga keuangan menyalurkan kredit
kepada masyarakat yang tidak layak memperoleh kredit, yaitu kepada
masyarakat yang tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk
memenuhi kredit yang mereka lakukan.
Keadaan tersebut memicu terjadinya kredit macet yang
mengakibatkan efek domino yang mengarah pada bangkrutnya
beberapa lembaga keuangan di Amerika Serikat. Perusahaan
pembiayaan tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada lembaga
keuangan, baik bank investasi maupun asset management. Keadaan
ini mempengaruhi likuiditas pasar modal yang mengarah pada
terjadinya pengeringan likuiditas akibat tidak memiliki aktiva untuk
23
Robert Golpin dan Millis Gilpin, Tantangan Kapitalisme Global: Ekonomi Babak ke-21,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 22. 24
Buku Pegangan, “Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah”, diakses
pada 27 Maret 2018 dari http://www.bappenas.go.id/files/2413/5027/3724/bab-2handbook-
2009050509 __ 20091518110628__1.pdf, 2-3.
16
membayar kewajiban yang ada. ketidakmampuan tersebut
mengakibatkan lembaga keuangan terancam bangkrut.
d. Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia Khususnya Perbankan
Pengaruh negatif krisis global menyebabkan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di akhir triwulan ketiga menurun sebesar
22.0% menjadi level 1.833, dibanding posisi IHSG akhir triwulan II
2008. Keadaan tersebut tidak mengubah beberapa saham unggulan
yang masih menarik investor asing, yaitu saham sektor perbankan
(BCA, BRI, Mandiri).25
Keadaan ini didukung oleh peningkatan profitabilitas
perusahaan, khususnya Return On Equity (ROE) pada periode laporan.
Secara sektoral, perusahaan yang bergerak di bidang pertanian serta
pertambangan mencatat kenaikan tingkat pengembalian (return) yang
lebih tinggi dibandingkan sektor ekonomi lainnya.26
Pemerintah dan otoritas moneter menyikapi permasalahan ini
dengan melaukan beberapa langkah yang sangat tepat untuk
mengurangi kekhawatiran publik terhadap kapabilitas dan likuiditas
bank nasional, yaitu:
1) Meningkatkan jumlah simpanan di bank yang dijamin oleh
pemerintah dari Rp 100 juta menjadi Rp 2 milyar, untuk
mengantisipasi desakan akibat kekhawatiran masyarakat
25
Bank Indonesia, “Laporan Neraca Pembayaran Indonesia: Realisasi Triwulan III 2008”,
diakses pada tanggal 9 Februari 2018 dari http://www.bi.go.id. 26
Ekonomi Indonesia: Dinamika Lingkungan Bisnis di Tengah Krisis Global (Yogyakarta:
UPP STIM YKPN Yogyakarta, 2009), 220.
17
terhadap keamanan simpanannya di bank. Peningkatan ini
dilakukan dengan mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang (Perpu).
2) Perluasan jenis aset milik bank yang boleh dijaminkan kepada
BI, yang tadinya hanya meliputi aset kualitas tinggi seperti
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN),
namun melalui perpu, aset yang dapat dijaminkan diperluas
dengan kredit lancar milik bank. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah bank dalam mengatasi kesulitan likuiditas,
sehingga dapat memperoleh jumlah dana yang cukup dari BI.
2. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 Bank Syariah
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Menurut Sutan Remy Shahdeiny Bank Syariah
adalah lembaga yang berfungsi sebagai intermediasi yaitu
mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-
dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk
pembiayaan tanpa berdasarkan prinsip bunga, melainkan berdasarkan
prinsip syariah.27
27
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, cet ke-3,
2007), 1.
18
Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun
2008 menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta tata cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya.28
Menurut Karnaen Purwaatmadja, bank syariah adalah bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, yakni bank
dengan tata cara dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah Islam. Unsur yang harus dijauhi dalam muamalah Islam
adalah praktik-praktik yang mengandung unsur riba.29
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bank
syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan ketentuan syariah
dan berlandaskan pada Al-Qur’an dan hadist.
b. Produk Perbankan Syariah
Produk perbankan syariah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana, dan produk
pelayanan jasa yang diberikan kepada nasabah.
1) Produk Penghimpunan Dana
Produk penghimpunan dana dalam perbnkan syariah dibagi
menjadi 2, yaitu:
28
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011), 33. 29
Muhammad Firdaus. dkk, Konsep & Implementasi Bank Syariah (Jakarta: Renaisan,
2005), 18.
19
a) Prinsip Al-Wadiah
Al-Wadiah adalah prinsip simpanan murni dari pihak
yang menyimpan atau menitipkan kepada pihak yang
menerima titipan untuk dimanfaatkan atau tidak dimanfaatkan
sesuai dengan ketentuan. Titipan harus dijaga dan dipelihara
oleh pihak yang menerima titipan, dan titipan ini dapat diambil
sewaktu-waktu pada saat dibutuhkan oleh pihak yang
menitipkannya.30
b) Prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah akad perjanjian antara dua pihak
atau lebih untuk melakukan kerjasama usaha. Satu pihak
memberikan modal sebesar 100% yang disebut dengan
shahibul maal, dan pihak lainnya sebagai pengelola modal
yang disebut dengan mudharib. Bagi hasil dari usaha yang
dikerjakan akan dihitung sesuai dengan nisbah yang disepakati
antara pihak-pihak yang melakukan kerjasama.31
2) Produk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana dalam perbankan syariah terbagi
menjadi 3 kategori, yaitu:
a) Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Prinsip jual beli dilakukan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property).
30
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011), 59. 31
Ibid, 83.
20
(1) Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli atas barang
tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian
barang kepada pembeli dengan mensyaratkan keuntungan
yang diharapkan sesuai jumlah tertentu.32
(2) Pembiayaan Salam
Salam jual beli barang pesanan antara pembeli dan
penjual dengan pembayaran dilakukan di awal pada saat
akad, dan pengiriman barang dilakukan di akhir pada saat
kontrak. Barang pesanan harus jelas spesifikasinya.33
(3) Pembiayaan Istishna
Istishna adalah akad kontrak jual beli barang antara
dua pihak berdasarkan pesanan dari pihak lain, dan barang
pesanan akan diproduksi sesuai dengan spesifikasi yang
telah disepakati dan menjualnya dengan harga dan cara
pembayaran yang telah disetujui terlebih dahulu.34
b) Prinsip Sewa (Ijarah)
Ijarah adalah kontrak sewa antara pihak yang
menyewakan dan pihak penyewa, dimana pihak penyewa
harus membayar sewa sesuai dengan perjanjian dan pada saat
jatuh tempo, aset yang di sewa harus dikembalikan kepada
pihak yang menyewakan. biaya pemeliharaan atas aset yang
32
Ibid, 138. 33
Ibid, 153. 34
Ibid, 146.
21
menjadi objek sewa menjadi tanggungan pihak yang
menyewakan.35
c) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
(1) Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama usaha antara
dua pihak atau lebih dalam menjalankan usaha, dimana
masing-masing pihak menyertakan modalnya sesuai
dengan kesepakatan, dan bagi hasil atas usaha bersama
diberikan sesuai dengan kontribusi dana atau sesuai dengan
kesepakatan bersama.36
(2) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad pembiayaan antara bank
syariah sebagai shahibul maal dan nasabah sebagai
mudharib untuk melaksanakan kegiatan usaha, dimana
bank syariah memberikan modal sebanyak 100% dan
nasabah menjalankan usahanya. Hasil usaha atas
pembiayaan mudharabah dibagi sesuai dengan nisbah bagi
hasil yang telah disepakati pada saat akad.37
3) Produk Pelayanan Jasa
Produk pelayanan jasa merupakan produk yang diberikan
kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhannya.
35
Ibid, 160. 36
Ibid, 176. 37
Ibid, 168-169.
22
a) Al-Wakalah
Al-Wakalah adalah akad antara dua pihak dimana
satu pihak menyerahkan, mendelegasikan, mewakilkan, atau
memberikan mandat kepada pihak lain, dan pihak lain
menjalankan amanat sesuai dengan permintaan pihak yang
mewakilkan.38
b) Al-Kafalah
Al-Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh
pemberi jaminan (penanggung) kepada pihak lain unuk
memenuhi kewajiban pihak yang ditanggung.39
c) Al-Hawalah
Al-Hawalah adalah pengalihan kewajiban membayar
utang dari beban pihak pertama kepada pihak lain yang
berutang kepadanya atas dasar saling mempercayai.40
d) Rahn
Rahn adalah akad perjanjian penyerahan barang yang
digunakan sebagai agunan untuk mendapatkan fasilitas
jaminan.41
e) Qard
Qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau diminta kembali sesuai dengan jumlah uang
38
Ibid, 194. 39
Ibid, 201. 40
Ibid, 206. 41
Ibid, 209.
23
yang dipinjamkan, tanpa adanya tambahan atau imbalan yang
diminta oleh bank syariah.42
f) Sharf
Sharf adalah transaksi jual beli antara mata uang yang
satu dengan mata uang lainnya, misalnya jual beli antara US
dollar dengan rupiah.43
3. Profitabilitas
Menurut Munawir (1998), profitabilitas atau rentabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan kesuksesan perusahaan
dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. 44
Menurut Harahap (2008), profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan sumber daya
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah cabang, dan
sebagainya.45
Menurut Kasmir (2010), profitbilitas merupakan
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.46
Menurut pandangan syariah, terdapat firman Allah yang
menjelaskan tentang profitabilitas, yaitu:47
42
Ibid, 212. 43
Ibid, 215. 44
Munawir S, Analisis Laporan Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Pendek), (Yogyakarta: Buku Kedua BPFE, 1998), 25. 45
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008), 219. 46
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), 115. 47
Ratna Dewi Lestari, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Global Tahun 2008 (Studi Kasus pada Bank Syariah
Mandiri dan Bank MuamalatIndonesia)”, Diss. UIN Raden Intan Lampung, 2017.
24
ة فٲتشرا فى ه كثيرا فإذا قضيت ٱنص ٱذكرا ٱلل ٱبتغا ي فضم ٱلل ٱلرض
نعهكى تفهح
Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung (QS.Al-Jumuah: 10).”48
Adapun ayat yang menjelaskan tentang profitabilitas dalam surat
Al-Muzzamil ayat 20, yaitu:
فضم للا ي في الرض يبتغ يضرب آخر
Artinya: “… dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT… (QS. Al-Muzzamil: 20)”49
Berdasarkan firman Allah diatas, maka dapat diketahui bahwa
seluruh umat muslim diwajibkan untuk bertebaran dimuka bumi untuk
mencari rezeki sebanyak-banyaknya dan juga dianjurkan untuk mengingat
Allah agar beruntung. Semakin banyak profitabilitas yang diperoleh, maka
semakin baik pula kinerja suatu bank tersebut.
Profitabilitas sangat penting bagi sebuah bank, karena dapat
menggambarkan tingkat kinerja manajemen dalam mengelola dana.
Kemampuan bank dalam menghasilkan profit, tergantung pada manajemen
dalam mengelola aset dan liabilities yang ada. Profitabilitas dapat diukur
menggunakan tiga tolak ukur, yaitu ROA, ROE, dan BOPO.
4. Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka
48
Kementrian Agama RI, Al-Fattah: Al-Qur’an 20 Baris Terjemah (Bandung: CV Mikraj
Khazanah Ilmu, 2014), 279. 49
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Terjemah (Bandung: CV Diponegoro, 2013), 575.
25
yang lain. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan
komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada
diantara laporan keuangan. kemudian angka yang diperbandingkan dapat
berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.50
Hasil
perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas bank
pada periode tertentu, dan juga dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai
tingkat kesehatan bank pada periode tertentu.
a. Rasio Permodalan (Solvabilitas)
Pengertian modal bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
dibedakan antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia
dan kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal
bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri dari modal
inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital.
Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan
cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak.51
Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan
modal minimum sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR). Persentase kebutuhan modal minimum ini disebut
Capital Adequecy Ratio (CAR). Perhitungan penyediaan modal
minimum atau kecukupan modal bank (Capital Adequecy) didasarkan
pada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan
jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
50
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2015), 104. 51
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2005).
26
Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara
modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR.
Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011
perhitungan CAR sebagai berikut:
R Modal Bank
TMR x
Hasil perhitungan rasio di atas kemudian dibandingkan dengan
kewajiban penyediaan modal minimum yakni sebesr 8% (PBI
No.15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Umum). Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, dapatlah
diketahui apakah bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan
CAR (kecukupan modal) atau tidak.
b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Pengertian aktiva produkttif dalam Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998
tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik
dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga,
penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi
pada transaksi rekening administratif.52
Kualitas aktiva produktif
dinilai berdasarkan, prospek usaha, kondisi keuangan dengan
penekanan pada arus kas debitur, dan kemampuan membayar
Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian
mengenai prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar
52
Ibid.
27
dengan mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak
disebutkan, kualitas kredit ditetapkan menjadi:
1) Lancar
2) Dalam perhatian khusus
3) Kurang lancar
4) Diragukan
5) Macet
Aktiva produktif bermasalah atau Non Performing Loan
merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar,
diragukan, dan macet. Besarnya NPL dapat dirumuskan sebagai berikut:
NPL Total Kredit Bermasalah
Total Seluruh Kreditx
Keterangan:
1) Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga
(tidak termasuk kredit kepada bank lain).
2) Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar,
diragukan, dan macet.
3) Kredit bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi PPAP).
4) Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan).
c. Rasio Rentabilitas (Profitabilitas)
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis
atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai
oleh bank yang bersangkutan.53
Rasio rentabilitas yang digunakan
53
Ibid.
28
dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), dan Net Interest Margin (NIM).
1) Return On Asset (ROA)
ROA adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio ROA yang semakin
besar pada suatu bank, maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset, sehingga
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. 54
Berdasarkan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia yakni SE BI No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011,
ketentuan untuk ROA minimal 1,5%. Artinya bahwa jika bank
memperoleh keuntungan dibawah nilai yang ditetapkan oleh BI maka
bank tersebut dinyatakan masih belum optimal dalam mengelola
asetnya. Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember
2011, rumus yang digunakan dalam perhitungan ROA yaitu:
RO La a Bersih (La a Se elum Pajak)
Total ktiva x
Allah berfirman dalam Al-Qur’an mengenai tiada larangan
orientasi profit dalam bank syariah, terdapat pada surat Al-Baqarah
ayat 198, yaitu:55
54
Amir Machmud, Rukmana, Bank Syariah: Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di
Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2010), 166. 55
M. Aditya Ananda, Analisis Pengaruh CAR, FDR, NPF dan BOPO Terhaap ROA Bak
Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2012), IAIN
Sumatera Utara Medan, 2013, 34.
29
عرفات بكى فاذآافضتى ي ر افضلي تبتغ نيس عهيكى جاح ا
ن قبه كتى ي ا دكى ا ك اذكر شعرانحراو دان فاذكرللا ع
ي آن انض
Artinya: Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari
Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah,
berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril haram. Dan
berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang
ditunjukkan-Nya kepadamu; dan Sesungguhnya kamu
sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang tidak
tahu. (QS. Al-Baqarah: 198)56
Menurut tafsir Ibnu Katsir, ayat diatas menjelaskan bahwa
tidak ada dosa bagi seseorang untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan) dari Rabb-mu yaitu dalam musim haji. Adapun firman
Allah yang menjelaskan tentang profitabilitas, yaitu:57
ة فٲتشرا ه ٱبتغا ٱلرض فى فإذا قضيت ٱنص فضم ي
ٱذكرا ٱلل تفهح نعهكى كثيرا ٱلل
Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung
(QS.Al-Jumuah: 10).”58
Berdasarkan firman Allah diatas, maka dapat diketahui
bahwa seluruh umat muslim diwajibkan untuk bertebaran dimuka
bumi untuk mencari rezeki sebanyak-banyaknya dan juga
56
Kementrian Agama RI, Al-Fattah: Al-Qur’an 20 Baris Terjemah (Bandung: CV Mikraj
Khazanah Ilmu, 2014), 17. 57
Ratna Dewi Lestari, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Global Tahun 2008 (Studi Kasus pada Bank Syariah
Mandiri dan Bank MuamalatIndonesia)”, Diss. UIN Raden Intan Lampung, 2017. 58
Kementrian Agama RI, Al-Fattah: Al-Qur’an 20 Baris Terjemah (Bandung: CV Mikraj
Khazanah Ilmu, 2014), 279.
30
dianjurkan untuk mengingat Allah agar beruntung, karena semakin
tinggi ROA maka semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh dan
semakin baik pula kinerja suatu bank tersebut.
2) Return On Equity (ROE)
ROE adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan
perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal (modal inti).
Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank
dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba
setelah pajak. Rasio ROE yang semakin besar maka semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai, sehinnga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah sangat kecil.59
Berdasarkan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia yakni SE BI No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011,
ketentuan untuk ROE yakni 5% - 12% artinya bahwa jika bank
memperoleh keuntungan dibawah nilai yang ditetapkan oleh BI
maka bank tersebut dinyatakan masih belum optimal dalam
mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah
pajak. Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember
2011, rumus yang digunakan dalam perhitungan ROE yaitu:
RO La a Setelah Pajak
Rata rata Modal x
Rasio ROE merupakan indikator yang paling penting bagi
para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur
59
Ibid 166.
31
kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan
dengan pembayaran deviden. kenaikan dalam rasio ini dikarenakan
kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan, sehingga
mengakibatkan kenaikan harga saham.60
Aktivitas antar manusia
merupakan aktivitas ekonomi dalam hal mencari keuntungan yang
terjadi melalui apa yang diistilahkan oleh ulama dengan mu’amalah
(interaksi) sebagaimana dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat
188, yaitu:61
ال اي افريقاي آانى انحكاو نتأكه اب تدن انكى بيكى بانباطم آاي لتأكه اناس
اتى تعه ثى بال
Artinya: Dan janganlah kamu memakan harta diantara kamu
dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap
dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar
kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu
dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.62
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, keputusan hakim itu
sesungguhnya tidak dapat merubah sedikitpun hukum sesuatu,
tidak membuat sesuatu yang sebenarnya haram menjadi halal atau
yang halal menjadi haram, hanya saja sang hakim terikat pada apa
yang tampak darinya. Apabila sesuai, maka itulah yang
dikehendaki, dan jika tidak maka hakim tetap memperoleh pahala
dan bagi yang melakukan tipu muslihat memperoleh dosa.
60
Farah Margaretha, Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa (Jakarta: Grasindo, 2010),
62. 61
M. Aditya Ananda, Analisis Pengaruh CAR, FDR, NPF dan BOPO Terhaap ROA Bak
Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2012), IAIN
Sumatera Utara Medan, 2013, 37. 62
Kementrian Agama RI, Al-Fattah: Al-Qur’an 20 Baris Terjemah (Bandung: CV Mikraj
Khazanah Ilmu, 2014), 16.
32
Ayat diatas menunjukkan bahwasannya kalian mengetahui
kebatilan perkara yang kalian dakwahkan dan kalian
propagandakan dalam ucapan kalian. Oleh karena itu yang perlu
dititik beratkan adalah haram hukumnya mengambil harta yang
bukan milik kita.Janganlah sesekali mencari keuntungan atau laba
dengan cara yang batil atau memakan harta orang lain.
Berdasarkan QS. Al-jumuah: 10, Allah mengutus manusia
untuk bertebaran di muka bumi guna mencari rezeki sebanyak-
banyaknya, namun bukan berarti dengan jalan yang batil tetapi
dengan jalan yang diridhoi oleh Allah, agar semakin banyak rezeki
yang diberikan oleh Allah.
3) Net Interest Margin (NIM)
NIM adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan
perbandingan antara pendapatan bunga bank, dikurangi biaya
bunga bank, dibagi dengan rata-rata aktiva produktif yang
digunakan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih
diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Rasio NIM
yang semakin besar maka semakin besar pula pendapatan bunga atas
aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.63
63
Ibid.166.
33
NIM Pendapatan Bunga Bersih
Rta rata ktiva Produktif x
d. Rasio Efisiensi
Rasio biaya efisiensi adalah perbandingan antara biaya
operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya. Rasio BOPO yang semakin rendah maka
semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena bank lebih
efisien menggunakan sumber daya yang ada.64
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.15/7/DPNP tanggal 8
Maret 2013, ditetapkan benchmark (ukuran) BOPO bagi bank umum
kelompok usaha (BUKU) I maksimal 85%. BUKU II kisaran 78%-
80%, BUKU III 70%-75% dan BUKU IV 60%-65%. Benchmark
merupakan rata-rata BOPO bank berdasarkan kelompoknya.
Sedangkan BUKU adalah pengelompokkan bank berdasarkan modal
inti. Hal ini berarti bahwa rasio BOPO tidak lebih dari 85%.
Berdasarkan SE BI No. 13/30/DPNP tanggal 16 Desember
2011 perhitungan BOPO dapat dihitung dengan:
BOPO Biaya Operasi
Pendapatan Operasionalx
Menurut Adiwarman A. Karim mengenai perbedaan pendapat
dalam pem e anan iaya di kalangan ulama’ adalah: para ulama’
mazhab berbeda pendapat tentang biaya apa saja yang dapat
64
Muhamad, “Manajemen Dana Bank Syariah” (Jakarta: Rajawali Pers, 2 5), 254.
34
dibebankan kepada harga jual barang tersebut. Misalnya ulama mazhab
Maliki membolehkan biaya-biaya yang langsung terkai dengan transaksi
jual beli itu dan biaya yang tidak langsung terkait dengan transaksi
tersebut, namun memberikan nilai tambah pada barang itu.65
Ulama’ mazha Syafi’i mem olehkan mem e ankan iaya-
biaya yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual beli kecuali
biaya tenaga kerjanya sendiri karena komponen ini termasuk dalam
keuntungannya. Begitu pula biaya-biaya yang tidak menambah nilai
barang tidak boleh dimasukkan sebagai komponen biayanya.
Ulama’ Mazha Hanafi mem olehkan mem e ankan iaya-
biaya yang secara timbul dalam suatu transaksi jual beli, namun
mereka tidak membolehkan biaya-biaya yang memang semestinya
dikerjakan oleh si penjual. Ulama’ mazzha Ham ali erpendapat
bahwa semua biaya langsung maupun tidak langsung dapat
dibebankan pada harga jual selama biaya-biaya itu harus dibayarkan
kepada pihak ketiga dan akan menambah nilai barang yang dijual.66
Tujuan umum syara’ dalam mensyariatkan hukum ialah
terwujudnya kemaslahatan umum dalam kehidupan mendapatkan
keuntungan dan menghilangkan bahaya dari mereka, karena inti dari
hukum syara’ adalah untuk mewujudkan maslahat agi manusia dan
menjauhkan yang membawa madharat.67
65
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Tiga (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2006), 34. 66
Ibid, 35. 67
Ibid, 36.
35
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
adanya pembebanan biaya guna mendapatkan keuntungan atau
profita ilitas diper olehkan menurut syara’.
e. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih,
dengan kata lain dapat membayar kembali pencairan dana deposannya
pada saat ditagih, serta dapat mencukupi permintaaan kredit yang
telah diajukan. Rasio Likuiditas yang semakin tinggi maka semakin
tinggi pula tingkat likuiditasnya.68
Ketentuan batas bawah untuk LDR adalah sebesar 78% dan
batas yang dapat ditoleransi adalah sebesar 100% (SE BI No.
15/41/DKMP tanggal 1 Oktober 2013). Batas bawah yang ditetapkan
oleh BI untuk LDR adalah 78%, maksudnya apabila bank umum
menyalurkan kredit dibawah angka tersebut maka bank dianggap
kurang efisien dalam penyaluran kredit. Penyaluran kredit lebih dari
100% maka bank dianggap agresif, sehingga dapat meningkatkan
resiko yang dihadapi. Oleh karena itu, LDR harus sesuai dengan
kisaran ideal.
Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember
2011, perhitungan LDR yakni:
LDR Total Pem iayaan
Dana Pihak Ketiga x
68
Kasmir, “Manajemen Perbankan” (Jakarta: Rajawali Pers, 2 ).
36
C. Perumusan Hipotesis
Penelitian terdahulu yang digunakan untuk membangun hipotesis
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Perbandingan Tingkat Profitabilitas Bank Syariah Sebelum dan
Sesudah Krisis Global 2008 Berdasarkan Rasio ROA
ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio ROA yang
semakin besar pada suatu bank, maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
dari segi penggunaan asset, sehingga kemungkinan bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil.
Lestari (2017), penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang negatif dan signifikan kinerja keuangan bank umum syariah
sebelum terjadi krisis ekonomi berdasarkan rasio ROA. Penelitian lain
oleh Sabbina (2014), penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI selama periode 2007-2009
berdasarkan ROA, sedangkan periode 2010-2012 hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara BSM dan
BMI berdasarkan rasio ROA.
Penelitian selanjutnya oleh Rahmawati dan Sulistiyo (2015), penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan perbankan syariah
sebelum dan sesudah krisis ekonomi global berdasarkan rasio ROA
37
Berdasarkan analisis atas penelitian terdahulu, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
: Terdapat perbedaan pada ROA bank syariah sebelum dan sesudah
krisis global 2008.
2. Perbandingan Tingkat Profitabilitas Bank Syariah Sebelum dan
Sesudah Krisis Global 2008 Berdasarkan Rasio ROE
ROE digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam
mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak.
Rasio ROE yang semakin besar maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai, sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah sangat kecil.
Lestari (2017), penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang positif dan signifikan kinerja keuangan bank umum syariah pada
kondisi sebelum terjadi krisis ekonomi berdasarkan rasio ROE. Penelitian
lain oleh Sabbina (2014), penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dan BMI selama periode
2007-2009 berdasarkan rasio ROE, sedangkan periode 2010-2012 hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
BSM dan BMI berdasarkan rasio ROE.
Berdasarkan analisis atas penelitian terdahulu, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
: Terdapat perbedaan pada ROE bank syariah sebelum dan sesudah
krisis global 2008.
38
3. Perbandingan Tingkat Profitabilitas Bank Syariah Sebelum dan
Sesudah Krisis Global 2008 Berdasarkan Rasio BOPO
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio BOPO
yang semakin rendah maka semakin baik kinerja manajemen bank
tersebut, karena bank lebih efisien menggunakan sumber daya yang ada.
Lestari (2017), penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
negatif dan signifikan kinerja keuangan bank umum syariah pada kondisi sebelum
krisis global berdasarkan rasio BOPO. Penelitian lain oleh Sabbina (2014),
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
BSM dan BMI selama periode 2007-2009 berdasarkan rasio BOPO, sedangkan
periode 2010-2012 hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara BSM dan BMI berdasarkan rasio BOPO.
Berdasarkan analisis atas penelitian terdahulu, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
: Terdapat perbedaan pada BOPO bank syariah sebelum dan sesudah
krisis global.
39
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tingkat Profitabilitas
ROE ROA BOPO
Paired Sample T-Test
Sebelum Krisis Global Sesudah Krisis Global
Bank Syariah
Pembahasan
Kesimpulan