BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan...

37
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Secara bahasa, istilah Civic Education oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewargaan. Istilah “Pendidikan Kewarganegaraan” diwakili oleh Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic Education pertama di perguruan tinggi. Penggunaan istilah Pendidikan Kewarganegaraan diwakili oleh Winataputra dkk dari tim CICED (Center Indonesian for Civic Education), Tim ICCED (2005:8). Menurut Kerr (dalam Winataputra dan Budimansyah, 2007:4) mengemukakan bahwa Citizenship Education or Civics Education didefinisikan sebagai berikut: Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizens and in particular , the role of education (trough schooling, teaching and learning) in that preparatory process. Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar dalam proses penyiapan warga negara tersebut. Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Secara bahasa, istilah Civic Education oleh sebagian pakar diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan

Kewargaan. Istilah “Pendidikan Kewarganegaraan” diwakili oleh Azra dan Tim

ICCE (Indonesian Center for Civic Education) dari Universitas Islam Negeri

(UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic Education pertama di perguruan tinggi.

Penggunaan istilah Pendidikan Kewarganegaraan diwakili oleh Winataputra dkk

dari tim CICED (Center Indonesian for Civic Education), Tim ICCED (2005:8).

Menurut Kerr (dalam Winataputra dan Budimansyah, 2007:4) mengemukakan

bahwa Citizenship Education or Civics Education didefinisikan sebagai berikut:

Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation

of young people for their roles and responsibilities as citizens and in particular ,

the role of education (trough schooling, teaching and learning) in that

preparatory process.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan

generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga

negara, dan secara khusus peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan,

pengajaran dan belajar dalam proses penyiapan warga negara tersebut.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

10

Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005:7) mengemukakan bahwa pengertian

Pendidikan Kewarganegaraan adalah:

Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat

berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran

kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat

yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu

pembelajaran dan proses yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain.

Kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan mentransformasikan nilai-

nilai demokrasi.

Menurut Merphin Panjaitan (Tim ICCE UIN Jakarta, 2005:9) Pendidikan

Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik

generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif melalui

suatu pendidikan yang dialogik. Sedangkan menurut Soedijarto (Tim ICCE UIN

Jakarta, 2005: 9) mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan

politiik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga

negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang

demokratis.

Somantri (2001: 154) mengemukakan bahwa:

PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan

kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan

negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang

dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

11

Beberapa unsur yang terkait dengan pengembangan PKn, antara lain

(Somantri, 2001: 158):

a. Hubungan pengetahuan intraseptif (intraceptive knowledge) dengan

pengetahuan ekstraseptif (extraceptive knowledge) atau antara agama dan ilmu.

b. Kebudayaan Indonesia dan tujuan pendidikan nasional.

c. Disiplin ilmu pendidikan, terutama psikologi pendidikan.

d. Disiplin ilmu-ilmu sosial, khususnya ide fundamental Ilmu Kewarganegaraan.

e. Dokumen negara, khususnya Pancasila, UUD 1945 dan perundangan negara

serta sejarah perjuangan bangsa.

Ketujuh unsur inilah yang akan mempengaruhi pengembangan PKn. Karena

pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan akan mempengaruhi pengertian

PKn sebagai salah satu tujuan pendidikan IPS.

Sehubungan dengan itu, PKn sebagai salah satu tujuan pendidikan IPS yang

menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik dan

patriotik, maka batasan pengertian PKn dapat dirumuskan sebagai berikut

(Somantri, 2001: 159):

Pendidikan Kewarganegaraan adalah seleksi dan adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu

sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar manusia, yang

diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai

salah satu tujuan pendidikan IPS.

Berdasarkan pendapat dari para sarjana mengenai pengertian Pendidikan

Kewarganegaraan dapat diketahui bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah

pendidikan yang mempunyai tujuan untuk membentuk warga negara yang baik

(Good Citizenship) yaitu warga negara yang tahu dan melaksanakan hak-hak dan

kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara dari suatu negara.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

12

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Djahiri (1996: 10) adalah

sebagai berikut:

a. Secara umum.Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian

Pendidikan Nasional, yaitu: “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur,

memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan

rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan”.

b. Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan

dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa

terhadap Tuhan Yang maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai

golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab,

perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan

bersama di atas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan

pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat,

serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

Menurut Branson (1999:7) tujuan civic education adalah partisipasi yang

bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik

tingkat lokal, negara bagian, dan nasional.

Tujuan pembelajaran PKn secara umum mempersiapkan generasi bangsa

yang unggul dan berkepribadian, baik dalam lingkungan lokal, regional maupun

global.

Berdasarkan tujuan PKn di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

dalam setiap tujuan membekali kemampuan-kemampuan pada peserta didik dalam

hal tanggung jawabnya sebagai warga negara, yaitu warga negara yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berpikir kritis, rasional dan kreatif,

berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

13

membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa lain.

Djahiri (1996:10) mengemukakan bahwa melalui PKn siswa diharapkan:

a. Memahami dan menguasai secara nalar konsep dan norma Pancasila

sebagai falsafah, dasar ideologi dan pandangan hidup Negara RI.

b. Melek konstitusi (UUD 1945) dan hukum yang berlaku dalam Negara

RI.

c. Menghayati dan meyakini tatanan dalam moral yang termuat dalam butir

di atas.

d. Mengamalkan dan membakukan hal-hal di atas sebagai sikap perilaku

diri dan kehidupannya dengan penuh keyakinan dan nalar.

3. Konteks Kelahiran dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan di

Indonesia

Istilah Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia mengalami

perkembangan dan perubahan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan Pendidikan

Kewarganegaraan yang lebih dikenal dengan nama Civic Education di USA

menunjukkan adanya perluasan dari waktu ke waktu.

Secara historis pertumbuhan Civic Education dapat digambarkan sebagai

berikut (Sumantri, 1975:31):

a. Civics (1790)

b. Civic Education (1901, Harold Wilson).

c. Community Civics (1970, A.W. Dunn)

d. Civic-Citizenship Education (1945, John Mahoney)

e. Civic-Citizenship Education (1971, NCSS)

Pelajaran Civics mulai diperkenalkan pada tahun 1970 di Amerika Serikat

dalam rangka meng-Amerikakan bangsa Amerika atau terkenal dengan theory of

Americanization. Penerbitan majalah “The Citizen” dan “Civics” pada tahun

1886, Henry Randall Waite merumuskan Civic dengan “the science of citizenship

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

14

- the relation of man, the individual, to man in organized collections – the

individual in his relation to the state, creshore, education (Somantri, 1975: 31).

Penjelasan mengenai Civics mempunyai kesamaan yaitu membahas

mengenai government, hak dan kewajiban sebagai warga Negara. Akan tetapi, arti

Civics dalam perkembangan selanjutnya bukan hanya meliputi government saja,

kemudian dikenal istilah Community Civics, Economic Civics, dan Vocational

Civics.

Gerakan Community Civics pada tahun 1970 dipelopori oleh W.A. Dunn

adalah untuk menghadapkan pelajar pada lingkungan atau kehidupan sehari-hari

dalam hubungannya dengan ruang lingkup lokal, nasional maupun internasional.

Gerakan Community Civics disebabkan pula karena pelajaran Civics pada waktu

itu hanya mempelajari konstitusi dan pemerintahan saja, akan tetapi kurang

memperhatikan lingkungan sosial.

Selain gerakan Community Civics, timbul pula gerakan Civic Education

atau banyak disebut sebagai Citizenship Education. Ruang lingkaup Civic

Education (Somantri, 1975: 33), antara lain:

a. Civic Education meliputi seluruh program dari sekolah.

b. Civic Education meliputi berbagai macam kegiatan belajar mengajar, yang

dapat menumbuhkan hidup dan tingkah laku yang lebih baik dalam masyarakat

demokratis.

c. Dalam civic Education termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman,

kepentingan masyarakat, pribadi dan syarat-syarat obyektif hidup bernegara.

NCSS (Somantri, 1975: 33) merumuskan mengenai Citizenship Education

sebagai berikut:

Citizenship Education is a process comprising all the positive influences which

are intended to shape a citizens view to his role in society. It comes partly from

formal schooling, partly from learning outside the classroom and the home.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

15

Trough Citizenship Education, ouryouth are helped to gain an understanding of

our national ideas, the common good and the process of self government.

Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan cakupan PKn lebih

luas, karena selain mencakup program sekolah juga meliputi pengaruh belajar di

luar kelas, dan pendidikan di rumah. Selanjutnya PKn digunakan untuk membantu

generasi muda memperoleh pemahaman cita-cita nasional atau tujuan negara dan

dapat mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab dalam

menyelesaikan masalah pribadi, masyarakat dan Negara. Unsur-unsur Civic

Education yang dapat menjadi acuan bagi para pelajar, antara lain: mengetahui,

memahami dan mengapresiasikan cita-cita nasional, dan dapat membuat

keputusan-keputusan yang cerdas.

Kuhn (Winataputra dan Budimansyah, 2007: 71) mengemukakan bahwa,

perkembangan istilah Civics dan Civic Education di Indonesia terjadi pada tahun:

1. Kewarganegaraan (1957), membahas cara memperoleh dan kehilangan

kewargaan Negara.

2. Civics (1962), tampil dalam bentuk indoktrinasi politik.

3. Pendidikan Kewargaan Negara (1968) sebagai unsur dari pendidikan

kewargaan Negara yang bernuansa pendidikan ilmu pengetahuan sosial.

4. Pendidikan Kewargaan Negara (1969) tampil dalam bentuk pengajaran

konstitusi dan ketetapan MPRS.

5. Pendidikan Kewargaan Negara (1973) yang diidentikkan dengan pengajaran

IPS.

6. Pendidikan Moral Pancasila (1975 dan 1984) tampil menggantikan PKN

dengan isi pembahasan P4.

7. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (1994) sebagai penggabungan

bahan kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang tampil dalam

bentuk pengajaran konsep nilai yang disaripatikan dari Pancasila dan P4.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

16

4. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan

Sebagaimana layaknya suatu bidang studi yang diajarkan di sekolah,

materi Pendidikan Kewarganegaraan menurut Branson (1999: 4) harus mencakup

tiga komponen, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), Civic

Skills (keterampilan kewarganegaraan), dan Civic Disposition (watak

kewarganegaraan). Komponen pertama, civic knowledge “berkaitan dengan

kandungan atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warga Negara”

(Branson, 1999: 8). Aspek ini menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yang

dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral. Dengan

demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian

multidisipliner. Secara lebih rinci, materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi

pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga Negara, hak asasi manusia,

prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah,

identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum (rule of law) dan peradilan yang

bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam

masyarakat.

Kedua, Civic Skills meliputi keterampilan intelektual (intellectual skills)

dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Contoh: keterampilan intelektual yaitu keterampilan dalam

merespon berbagai persoalan politik, misalnya merancang dialog dengan DPRD.

Contoh : keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan menggunakan hak dan

kewajibannya di bidang hukum, misalnya segera melapor kepada polisi atas

terjadinya kejahatan yang diketahui.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

17

Ketiga, Civic Disposition (watak-watak kewarganegaraan), komponen ini

sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantive dan esensial dalam

mata pelajaran PKn. Dimensi watak kewarganegaraan dapat dipandang sebagai

“muara” dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan

visi, misi, dan tujuan mata pelajaran PKn, karakteristik mata pelajaran ini ditandai

dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang

bersifat afektif.

Berdasarkan rumusan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan antara lain menyatakan bahwa kurukulum

untuk jenis pendidikan umum, pada jenjang pendidikan menengah, terdiri atas

lima kelompok mata pelajaran. PKn termasuk dalam kelompok mata pelajaran

Kewarganegaraan dan Kepribadian. Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan

untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan

kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta

peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk

membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan

cinta tanah air.

5. Kurikulum dan Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan

Persekolahan

Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu

didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

18

yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi

sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah mempunyai cukup

kewenangan untuk merancang dan menentukan materi ajar, pengalaman belajar,

dan penilaian hasil pembelajaran.

Untuk itu, banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian

besar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan

dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) atau silabusnya dengan cara melakukan

penjabaran dan penyesuaian Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurukulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan dijelaskan:

1. Kurukulum dan silabus SD/MI/SLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat

menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis,

kecakapan berhitung serta kemampuan berkomunikasi (Pasal 6 ayat 6).

2. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,

mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya

berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di

bawah supervise Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab

terhadap pendidikan untuk TK, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang

menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan

MAK (Pasal 17 Ayat 2).

3. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,materi

ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal

20).

Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk

dalam pembelajaran PKn. Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Winataputra, 2007: 103):

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

19

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta

lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah pemuda, Keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partsisipasi dalam pembelaan Negara,

sikap positif terhadap Negara Kesatuan Negara Indonesia, Keterbukaan dan

jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan,yang meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,

tatatertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan

daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem

hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

c. Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban

anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, pemajuan,

penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga Negara, melipiti: Hidup gotong royong, harga diri sebagai

warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan

pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan

warga Negara.

e. Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan

dasar Negara dengan konstitusi.

f. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem

politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem

pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila, meliputi: Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi

Negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara, pengamalan nilai-

nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi

terbuka.

h. Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, politik luar negari

Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan

organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

B. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

1. Prinsip Dasar Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Prinsip dasar pembelajaran PKn mengacu pada sejumlah prinsip dasar

pembelajaran. Menurut Budimansyah (2002: 8) prinsip-prinsip pembelajaran

tersebut adalah prinsip belajar siswa aktif (student active learning), kelompok

belajar kooperatif (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik, dan

mengajar yang reaktif (reactive learning). Keempat prinsip tersebut dijelaskan

sebagai berikut (Budimansyah, 2002: 8-13).

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

20

a. Prinsip Belajar Siswa Aktif

Model ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktifitas siswa hampir di

seluruh proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan

lapangan, dan pelaporan. Dalam fase perencanaan aktifitas siswa terlihat pada saat

mengidentifikasi masalah dengan menggunakan teknik bursa ide (brain storming).

Setiap siswa boleh menyampaikan masalah yang menarik baginya, tentu saja yang

berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah masalah terkumpul, siswa melakukan

voting untuk memilih satu masalah untuk kajian kelas.

Dalam fase kegiatan lapangan, aktifitas siswa lebih tampak. Dengan berbagai

teknik (misalnya dengan wawancara, pengamatan, kuisioner, dan lain-lain)

mereka mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menjawab

permasalahan yang menjadi kajian kelas mereka. Untuk melengkapi data dan

informasi tersebut, mereka mengambil foto, membuat sketsa, membuat kliping,

bahkan ada kalanya mengabadikan peristiwa penting dalan video.

b. Kelompok Belajar Kooperatif

Proses pembelajaran PKn juga menerapkan prinsip belajar kooperatif, yaitu

proses pembelajaran yang berbasis kerjasama. Kerjasama yang dimaksud adalah

kerjasama antar siswa dan antar komponen-komponen lain di sekolah, termasuk

kerjasama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerjasama antar

siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian

bersama.

Dengan komponen-komponen sekolah lainnya juga seringkali harus

dilakukan kerjasama. Misalnya pada saat para siswa hendak mengumpulkan data

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

21

dan informasi lapangan sepulang dari sekolah, bersamaan waktunya dengan

jadwal latihan olah raga yang diundur atau kunjungan lapangan yang diubah.

Kasus seperti itu memerlukan kerjasama, walaupun dalam lingkup kecil dan

sederhana. Hal serupa juga seringkali terjadi dengan pihak keluarga. Orang tua

perlu juga diberi pemahaman, manakala anaknya pulang agak terlambat dari

sekolah karena melakukan kunjungan lapangan terlebih dahulu. Sekali lagi, dari

peristiwa ini pun tampak perlunya kerjasama antara sekolah dengan orang tua

dalam upaya membangun kesepahaman.

Kerjasama dengan lembaga terkait diperlukan pada saat para siswa

merencanakan mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau suatu kawasan yang

menjadi tanggung jawab lembaga tertentu. Misalnya mengunjungi dinas

peparkiran, mengunjungi kantor bupati atau wali kota untuk mengetahui kebijakan

mengenai penertiban pedagang kaki lima. Mengamati dampak pembuangan

limbah pabrik pada suatu kawasan tertentu, dan sebagainya. Kegiatan para siswa

tentu saja perlu dibekali surat pengantar dari kepala sekolah selaku

penanggungjawab kegiatan sekolah.

c. Pembelajaran Partisipatorik

Selain prinsip pembelajaran di atas, PKn juga menganut prinsip dasar

pembelajaran partisipatorik, sebab melalui model ini siswa belajar sambil

melakoni (learning by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa

belajar hidup berdemokrasi. Sebab dalam tiap langkah model ini memiliki makna

yang ada hubungannya dengan praktik hidup berdemokrasi.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

22

Sebagai contoh pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memilih

makna bahwa siswa dapat mengahargai dan menerima pendapat yang didukung

suara terbanyak. Pada saat berlangsungnya perdebatan, siswa belajar

mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, menyampaikan

kritik dan sebaliknya belajar menerima kritik, dengan tetap berkepala dingin.

Proses ini mendukung Adagium yang menyatakan bahwa democracy is not in

heredity but learning (demokrasi itu tidak diwariskan, tetapi dipelajari dan

dialami). Oleh karena itu, mengajarkan demokrasi itu harus dalam suasana yang

demokratis (teaching democracy in and for democracy). Tujuan ini hanya dapat

dicapai dengan belajar sambil melakoni atau dengan kata lain harus menggunakan

prinsip belajar partisipatorik.

d. Reactive Teaching

Prinsip ini lebih menekankan bagaimana guru menciptakan strategi agar

murid mempunyai motivasi belajar. Oleh karena itu, guru memahami situasi

sehingga materi pembelajaran menarik, tidak membosankan, guru harus

mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan

pembelajaran sudah membosankan siswa, jika hal ini terjadi maka guru harus

segera mencari cara untuk menanggulanginya. Inilah tipe guru yang reaktif itu.

Ciri guru yang reaktif itu diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar.

b) Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui dan dipahami

siswa.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

23

c) Selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa dengan membuat

materi pelajaran sebagai sesuatu hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan

siswa.

d) Segera mengenali materi atau metode pembelajaran yang membuat siswa

bosan. Bila hal ini ditemui, ia segera menanggulanginya.

Samana (1994: 30) menjelaskan bahwa guru professional dituntut memiliki

10 hal, yaitu:

1) Menguasai bahan ajar.

2) Mampu mengelola program belajar mengajar.

3) Mampu mengelola kelas.

4) Mampu menggunakan media dan sumber pengajaran.

5) Menguasai landasan-landasan kependidikan.

6) Mampu mengelola interaksi belajar mengajar.

7) Mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran.

8) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.

9) Mengenal dan mampu ikut menyelenggarakan administrasi sekolah.

10) Memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan

hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran.

2. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Sudjana (1989: 147), strategi mengajar adalah “ tindakan guru

melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan

beberapa variabel pengajaran (tujuan, bahan, metode dan alat serta evaluasi) agar

dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dengan

demikian, strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau

praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih

efektif dan lebih efisien. Secara umum, strategi pembelajaran merupakan cara-

cara, ilmu, maupun rencana pembelajaran yang akan digunakan oleh pengajar

dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan tujuan, bahan, metode, dan

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

24

alat, serta evaluasi, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan

maksimal.

Selain itu, dalam belajar mengajar juga terdapat empat strategi dasar

seperti yang dikemukakan Djamarah dan Zain (2010:5) yaitu:

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan

tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang

paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam

menunaikan kegiatan mengajarnya.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta

standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam

melakukan evaluasi hasil belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan

umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan

secara keseluruhan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka seorang guru khususnya guru PKn

harus mampu merencanakan atau mempersiapkan strategi pembelajaran secara

cermat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan hasil yang

diharapkan.

3. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan substansi yang akan disampaikan dalam

proses pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2002: 50).Guru mempunyai tugas yang

penting dalam mengembangkan dan memperkaya materi pembelajaran, karena hal

tersebut merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan

pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2002: 51). Ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pembelajaran, yaitu:

1) Materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

2) Materi pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan

siswa pada umumnya.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

25

3) Materi pembelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan

berkesinambungan.

4) Meteri pembelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat tekstual

maupun kontekstual.

Berdasarkan hal tersebut, maka materi pembelajaran PKn harus

berdasarkan pada kompetensi yang ingin dicapai. Materi yang dibelajarkan harus

bermakna bagi siswa dan merupakan hal yang benar-benar penting, baik dilihat

dari kompetensi yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk menentukan materi

pada proses pembelajaran selanjutnya.

Print dalam Sunarso (2006:11) berpendapat bahwa isi Pendidikan

Kewarganegaraan yang prinsip adalah:

1) hak dan tanggung jawab warga negara,

2) pemerintah dan lembaga-lembaga,

3) sejarah dan konstitusi,

4) identitas nasional,

5) sistem hukum dan rule of law,

6) hak asasi manusia, hak-hak politik, ekonomi dan sosial,

7) proses dan prinsip-prinsip demokrasi,

8) wawasan internasional,

9) nilai-nilai kewarganegaraan demokrasi.

4. Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Djahiri (1995/1996: 28) dalam bukunya “Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-

Moral VCT dan Games dalam VCT”, bahwa metode merupakan kumpulan

sejumlah teknik. Terdapat beberapa metode dalam pembelajaran PKn yang

dikemukakan Djahiri (1985: 36), antara lain:

a. Ceramah (lecturing)

Pada umumnya metode pembelajaran memerlukan ceramah, sehingga

tidaklah benar pernyataan bahwa metode ini jelek dan harus dibuang. Akan tetapi,

yang harus dihindari adalah penggunaan metode ceramah selama satu jam

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

26

pelajaran penuh terus menerus dengan memakai pola ceramah murni yang naratif,

monoton dan bersifat normatif imperatif.

Beberapa keunggulan dari metode ceramah, antara lain:

1) Setiap orang memiliki potensi dan kemahiran untuk ceramah (lepas dari

benar-salah).

2) Merupakan kiprah umum bahkan “membudaya” di kalangan

perguruan/sekolah.

3) Bersifat praktis, mudah, murah dan cepat menyampaikan substansi

sehingga target waktu bisa dikejar.

4) Mampu menyelaraskan ketimpangan waktu dengan banyaknya bahan.

5) Tidak membutuhkan persiapan pengembangan media.

6) Mampu mengungkap dan mengklarifikasi isi atau pesan dalam bahasa

yang komunikatif dan cepat. Hampir semua hal mampu diungkap secara

verbal.

7) Mampu menguasai kelas dalam ukuran bagaimanapun juga.

8) Bila ada kekeliruan bisa segera diperbaiki.

9) Sejumlah hasil pengiring yang dapat dihasilkan dari metode ini adalah:

a) Melatih daya tangkap dan analitis ucapan orang lain.

b) Latihan sosial untuk tatap muka dan etika dengan bicara.

c) Mampu mengangkat hal yang tidak ada dalam buku atau belum

diungkap sumber atau pihak lain.

Sedangkan kelebihan metode ceramah menurut Suryosubroto (dalam

Taniredja, dkk 2011: 48) adalah:

1) Guru dapat menguasai seluruh arah kelas.

2) Organisasi kelas sederhana.

Kelemahan metode ceramah antara lain:

1) Guru sukar mengetahui sampai dimana murid-murid telah mengerti

pembicaraannya.

2) Murid sering kali memberi pengertian lain dari hal yang dimaksud guru.

b. Ekspositorik

Ekspositorik berasal dari kata „ekspose‟ yang berarti menunjukkan,

memperagakan dan atau memperlihatkan. Metode belajar ekspositorik adalah

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

27

metode belajar yang memperagakan sesuatu untuk menciptakan KBM yang

terarah dan terkendali menuju target sasaran guru atau pengajar.

c. Metode Pengajaran Konsep (teaching konsep)

Sebelum menggunakan metode pengajaran konsep, seorang pengajar terlebih

dahulu harus memahami pengertian data dan fakta. Djahiri (1995/1996)

mengungkapkan bahwa:

1) Data adalah realita yang ada, kejadian, atau hal baik fisik-non fisik, materiil-

immateriil, dan personal-kondisional.

2) Fakta adalah sejumlah data yang memiliki keterkaitan menunjuk kepada suatu

konsep.

3) Konsep adalah label/nama/istilah yang merupakan rangkaian sejumlah fakta

menuju suatu pengertian/makna isi pesan dan atau fungsi peran atau

harga/nilai. Jadi, konsep merupakan sesuatu yang memiliki ciri esensial

tertentu.

d. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab ini dianggap memiliki kadar CBSA yang tinggi, karena

pertanyaan akan menggugah dan mengundang potensi diri siswa.

e. Partisipatorik

Partisipatorik sebagai metode dalam kegiatan belajar mengajar,

membelajarkan siswa mengenai kehidupan atau kegiatan nyata ataupun yang

simulatif. Sarana untuk berpartisipatorik adalah kehidupan keluarga atau

masyarakat, instansi kedinasan atau kemasyarakatan, laboratorium, atau pusat

modeling. Jenis partisipatorik antara lain studi lapangan, kegiatan bakti sosial,

magang, modeling atau simulasi, dan studi proyek.

f. Diskusi dan Kelompok Belajar

Ciri khas dari diskusi sebagai pola kegiatan belajar mengajar yakni

demokratis. Metode diskusi mengundang dan melibatkan banyak orang serta tidak

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

28

ada dominasi seseorang, memiliki indikator CBSA yang tinggi karena meminta

daya analisis dan evaluatif terhadap masalah yang dilontarkan atau tanggapan dan

sanggahan terhadap orang lain. Djahiri (1995/1996: 53) mengungkapkan bahwa

diskusi adalah kegiatan belajar siswa dialogistik sacara intra potensi diri antar

potensi orang lain serta potensi dunia keilmuan dan kehidupan.

Ciri esensial dari diskusi antara lain:

1) Adanya proses dialogistik, yakni interaksi antara struktur kognitif

dengan afektif dan psikomotor, antara potensi diri kita dengan orang lain

atau dengan dunia nyata serta keilmuan.

2) Adanya sharing ideas (pertukaran pikiran/pendapat, berargumentasi

yang benar dan memiliki landasan), ada proses bereproduksi dan

berekspresi.

3) Adanya arahan inkuiri/mencari/meneliti dan mendapatkan sesuatu.

4) Adanya proses sosialisasi diri.

Bentuk-bentuk diskusi menurut Djahiri (1995/1996 :58) antara lain:

1) Diskusi kelas

2) Diskusi kelompok

3) Diskusi panel

4) Seminar

5) Lokakarya

6) Diskusi penjaring

Kelompok belajar adalah kelompok sejumlah siswa untuk melakukan

kegiatan belajar bersama secara terarah dan teratur. Djahiri (1995/1996: 20)

mengemukakan bahwa “kelompok belajar yang sesuai dengan pembelajaran PKn

adalah kelompok belajar kooperatif”.

Kelompok belajar kooperatif merupakan perpaduan antara kelompok

belajar dan pola kegiatan kooperatif. Kooperatif di sini ialah kebersamaan

kebersamaan dan kesetiakawanan social yang tinggi. Kelompok belajar kooperatif

merupakan kegiatan belajar yang dapat menciptakan persaingan yang sehat,

artinya tidak mendidik siswa untuk bersifat individualis.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

29

g. Metode Inkuiri dan Pemecahan masalah

Kedua metode ini pada dasarnya sama, tetapi dalam metode pemecahan

masalah hanya sampai pada proses penentuan alternatif pemecahan/keputusan,

sedangkan dalam inkuiri sampai pada tahapan penetapan yang terbaik.

Keunggulan kedua metode ini menurut Djahiri (1995/1996: 58) antara lain:

1) Meningkatkan keterampilan dan kualitas hasil belajar.

2) Menuntun siswa akrab dengan kehidupan nyata.

3) Membakukan kemahiran analisis dan argumentasi rasional/berlandas.

4) Mensosialisasikan siswa .

5) Mendayagunakan aneka sumber dan lingkungan belajar.

Jenis inkuiri ini adalah inkuiri sederhana, lengkap dan nilai. Inkuiri

sederhana tidak memerlukan keseluruhan proses dilaksanakan, hanya hakekat

dasarnya saja yakni mengkaji, mencari, dan menentukan pilihan. Inkuiri yang

lengkap merupakan metode khusus yang langkah dan prosesnya telah baku,

sedangkan inkuiri nilai adalah pola inkuiri sederhana yang fokus substansinya

pada nilai moral.

5. Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Media pengajaran harus dibedakan dengan sumber pengajaran. Djahiri

(1995/1996: 31) mengemukakan bahwa sumber pembelajaran merupakan tempat

di mana butir mata pelajaran dan media bisa dilihat, diperoleh dan dikaji seperti

buku, perpustakaan, media cetak, kehidupan nyata, dan lain-lain. Sedangkan

media pembelajaran lebih diutamakan pada fungsi dan perannya.

Djahiri (1995/1996) mengemukakan bahwa dengan adanya media

pembelajaran diharapkan dapat berperan untuk:

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

30

1) Menjadi fasilitator proses Kegiatan Belajar Siswa dan peningkatan Hasil

Belajar Real.

2) Meningkatkan kadar proses CBSA atau proses Kegiatan Mengajar Guru

interaktif-reaktif.

3) Meningkatkan motivasi belajar atau suasana belajar yang baik.

4) Meringankan beban tugas guru tanpa mengurangi kelancaran dan keberhasilan

pengajaran.

5) Meningkatkan proses KBM secara efektif, efisien dan optimal.

6) Menyegarkan KBM.

Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya (Harmianto, tt : 26):

1. Media visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, dan komik.

2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya.

3. Projected still media : slide, over head projektor ( OHP), in focus dan

sejenisnya.

4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR) komputer

dan sejenisnya.

Penggunaan media dalam KBM hendaknya memperhatikan kualifikasi

standar kompetensi, kompetensi dasar dan metode pembelajaran yang akan

digunakan.

6. Sumber Belajar

Menurut Winataputra dan Ardiwinata (Djamarah dan Zain, 2010 : 48)

sumber belajar adalah sebagai “sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat

dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang”. Dengan

demikian, sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan

sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai

wahana peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.

Roestiyah (Djamarah dan Zain, 2010: 48-49) mengatakan bahwa sumber-

sumber belajar itu adalah:

a. Manusia ( dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat).

b. Buku/Perpustakaan.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

31

c. Media Massa (majalah, surat kabar, radio, televisi, dan lain-lain).

d. Dalam Lingkungan.

e. Alat pengajaran ( buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, kapur,

spidol dan lain-lain).

f. Museum ( tempat penyimpanan benda-benda kuno).

Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru

apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan

seseorang dapat memanfaatkan sumber belajar.

7. Evaluasi Pembelajaran

Menurut Wand and Brown (Djamarah dan Zain, 2010: 50), evaluasi adalah

suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Berkaitan

dengan evaluasi pembelajaran, evaluasi dilakuakn pada kegiatan akhir dalam

bentuk refleksi dan praktek pembelajaran. Dalam mengevaluasi pembelajaran

guru sebaiknya mengadakan berbagai macam penilaian. Mulai dari ulangan

harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester.

Pasaribu dan Simanjuntak (Djamarah dan Zain, 2010 : 50-51), menegaskan

bahwa tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi yaitu:

a. Tujuan umum dari evaluasi adalah:

1) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam

mencapai tujuan yang diharapkan.

2) Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.

3) Menilai metode mengajar yang dipergunakan.

b. Tujuan khusus dari evaluasi adalah:

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

32

1) Merangsang kegiatan siswa

2) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan

3) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan

bakat siswa yang bersangkutan.

C. Materi Hukum

1. Pengertian Hukum

Hukum adalah keseluruhan peraturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat.

Hukum sebagai jaminan kepentingan bersama (Suparmin dan Cahyo, 2012: 9).

Hukum dibuat oleh badan-badan resmi dalam masyarakat atau negara. Pengertian

hukum menurut para ahli hukum terkemuka yaang dikutip oleh Suparmin dan

Cahyo (2012: 9):

1) Leon Dagait

Hukum adalah aturan tingkah laku anggota masyarakat. Aturan tersebut daya

penggunaannya pada saat tertentu dipatuhi oleh suatu masyarakat sebagai

jaminan dari kepentingan bersama. Pelanggaran terhadapnya akan

menimbulkan reaksi bersama terhadap pelakunya.

2) Utrecht

Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus

tata tertib suatu masyarakat. Hukum harus ditaati oleh masyarakat itu.

3) Prof. Mr. E.M. Meyers

Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan.

Hukum ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat. Hukum

menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakan tugasnya.

4) S.M. Amin, S.H

Hukum merupakan kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi

tujuannya mewujudkan ketertiban dalam pergaulan manusia.

Menurut Mertokusumo (2005: 40) menyatakan bahwa hukum adalah

keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama

yang dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

33

Sedangkan pengertian hukum menurut para ahli lain yang dikutip oleh Tim

Edukatif (2012: 27-28):

a. J.C.T Simorangkir,S.H dan Woerjono Sastropranoto

Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan

tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-

badan resmi yang berwajib.

b. MH Tirtaamidjaja, S.H

Hukum adalah semua aturan yang harus diturui dalam tingkah laku tindakan-

tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian.

c. Immanuel Kant

Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari

orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang

lain, menuruti aturan hukum tentang kemerdekaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian hukum

adalah seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia dalam masyarakat,

dibuat oleh badan-badan yang berwenang, bersifat memaksa dan memiliki sanksi

yang tegas.

2. Tujuan Hukum

Tujuan hukum, antara lain (Suparmin dan Cahyo, 2012: 11):

a) Menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalam masyarakat.

b) Menjamin ketertiban, ketentraman, kedamaian, kemakmuran, keadilan,

dan kebenaran.

c) Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam

pergaulan masyarakat.

Tujuan Hukum menurut para ahli yang dikutip oleh Kansil (1989:40):

1. Prof. Lj. Van Apeldorn: Tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil. Demi mencapai kedamaian hukum

harus diciptakan masyarakat yang adil dengan mengadakan perimbangan

antara kepentingan yang bertentangan satu sama lain, dan setiap orang

harus memperoleh (sedapat mungkin) apa yang menjadi haknya. Pendapat

Apeldorn ini dapat dikatakan jalan tengah antara dua teori tujuan hukum,

teori etis dan utilitis.

2. Aristoteles: Tujuan hukum menghendaki keadilan semata-mata dan isi dari

hukum ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa yang dikatakan adil

dan apa yang tidak adil.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

34

3. Prof. Soebekti: Tujuan hukum adalah melayani kehendak negara yakni

mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat. Dalam

melayani tujuan negara, hukum akan memberikan keadilan dan ketertiban

bagi masyarakatnya.

4. Geny (Teori Ethic): Menurut Geny dengan teori etisnya, bahwa tujuan

hukum adalah untuk keadilan semata-mata. Tujuan hukum ditentukan oleh

unsur keyakinan seseorang yang dinilai etis. Adil atau tidak, benar atau

tidak, berada pada sisi batin seseorang, menjadi tumpuan dari teori ini.

Kesadaran etis yang berada pada tiap-tiap batin orang menjadi ukuran

untuk menentukan warna keadilan dan kebenaran.

5. Jeremy Bentham (Teori Utility): Menurut Bentham dengan teori

utilitasnya, bahwa hukum bertujuan semata-mata apa yang berfaedah bagi

orang. Pendapat ini dititik beratkan pada hal-hal yang berfaedah bagi

orang banyak dan bersifat umum tanpa memperhatikan soal keadilan.

Maka teori ini menetapkan bahwa tujuan hukum ialah untuk memberikan

faedah sebanyak-sebanyaknya.

6. Prof. J. Van Kan: Tujuan hukum adalah menjaga kepentingan tiap-tiap

manusia supaya kepentingan-kepentingannya tidak dapat diganggu.

Dengan tujuan ini, akan dicegah terjadinya perilaku main hakim sendiri

terhadap orang lain, karena tindakan itu dicegah oleh hukum.

Sedangkan Menurut Soeroso (2004:8) fungsi hukum dalam perkembangan

masyarakat dapat terdiri dari:

a) Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat: dalam arti, hukum

berfungsi menunjukkan manusia mana yang baik, dan mana yang buruk,

sehingga segala sesuatu dapat berjalan tertib dan teratur.

b) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin: dikarenakan

hukum memiliki sifat dan ciri-ciri yang telah disebutkan, maka hukum dapat

memberi keadilan, dalam arti dapat menentukan siapa yang salah, dan siapa

yang benar, dapat memaksa agar peraturan dapat ditaati dengan ancaman

sanksi bagi pelanggarnya.

c) Sebagai sarana penggerak pembangunan: daya mengikat dan memaksa dari

hukum dapat digunakan atau didayagunakan untuk menggerakkan

pembangunan. Di sini hukum dijadikan alat untuk membawa masyarakat ke

arah yang lebih maju.

d) Sebagai penentuan alokasi wewenang secara terperinci siapa yang boleh

melakukan pelaksanaan (penegak) hukum, siapa yang harus menaatinya, siapa

yang memilih sanksi yang tepat dan adil: seperti konsep hukum konstitusi

negara.

e) Sebagai alat penyelesaian sengketa: seperti contoh persengekataan harta waris

dapat segera selesai dengan ketetapan hukum waris yang sudah diatur dalam

hukum perdata.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

35

f) Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi

kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara merumuskan kembali hubungan-

hubungan esensial antara anggota-anggota masyarakat.

Secara umum, tujuan hukum adalah sebagai berikut (Tim Edukatif, 2012:

31).

1. Mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.

2. Untuk mencapai keadilan dan ketertiban.

3. Mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.

4. Memberikan petunjuk bagi orang-orang dalam pergaulan masyarakat.

5. Menjamin kebahagiaan pada orang sebanyak-banyaknya.

3. Unsur-unsur, Ciri-Ciri dan Sifat Hukum

Menurut Kansil (1989:39) Unsur-unsur hukum,yaitu:

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.

2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.

3. Peraturan itu bersifat memaksa.

4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

Selanjutnya, agar hukum itu dapat dikenal dengan baik, haruslah

mengetahui ciri-ciri hukum. Menurut Kansil (1989: 39) ciri-ciri hukum adalah

sebagai berikut:

a.Terdapat perintah dan/atau larangan.

b. Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi setiap orang.

Hukum mempunyai sifat. Sifat hukum, yaitu (Suparmin dan Cahyo, 2012:

9):

1) Mengatur

Hukum bersifat mengatur berarti hukum memuat peraturan-peraturan berupa

perintah dan larangan yang mengatur tingkah laku manusia dalam hidup

bermasyarakat demi terciptanya ketertiban dalam masyarakat.

2) Memaksa

Hukum bersifat memaksa berarti hukum dapat memaksa anggota masyarakat

untuk mematuhinya. Apabila melanggar hukum akan menerima sanksi yang

tegas.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

36

D. Kedisplinan Siswa

1. Pengertian Kedisiplinan

Disiplin berasal dari bahasa latin discere yang berarti belajar. Berdasarkan

kata ini timbul kata disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Sekarang ini

kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian.

Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk

pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua, disiplin sebagai latihan yang

bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib (dalam Gunadarma,

2011). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Disiplin adalah tata tertib (di

sekolah, kemiliteran, dan sebagainya) atau ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan

(tata tertib, dan sebagainya). Disiplin merupakan sikap patuh dan taat pada

peraturan (Sunarso, 2009:82).

Sikap disiplin menciptakan kehidupan yang teratur. Menurut Moeliono (1993)

disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan,

atau norma, dan lain sebagainya (dalam Djarot, 2012). Kedisiplinan adalah suatu

kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang

menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan

ketertiban. Sedangkan menurut Rohman dan Amri (2012: 65) disiplin siswa

adalah kadar atau derajat kepatuhan siswa terhadap aturan atau ketentuan sekolah.

Menurut Wibowo, (2012:100) disiplin adalah tindakan yang menunjukkan

perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Berdasarkan berbagai macam pendapat tentang definisi disiplin di atas, dapat

diketahui bahwa disiplin merupakan suatu sikap moral siswa yang terbentuk

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

37

melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.

2. Ciri-ciri orang yang memiliki sikap disiplin

Menurut Sunarso (2009:82) ciri-ciri orang yang memiliki sikap disiplin antara

lain:

a. Memiliki hidup tertib dan teratur

b. Selalu menepati janji

c. Mempunyai jadwal kegiatan yang rapi

d. Menjalankan tugas dengan baik.

Menurut Wijaya dan Rusyan (1994) disiplin mengandung ciri-ciri sebagai

berikut (dalam Fakir, 2011):

1. Melaksanakan tata tertib dengan baik, baik bagi guru atau siswa karena tata

tertib yang berlaku merupakan aturan dan ketentuan yang harus ditaati. Oleh

siapapun demi kelancaran proses pendidikan tersebut yang meliputi:

a. Patuh terhadap aturan sekolah atau lembaga pendidikan

b. Mengindahkan petunjuk-petunjuk yang berlaku di sekolah atau satu

lembaga tertentu

c. Tidak membangkang pada peraturan berlaku

d. Tidak membohong

e. Tingkah laku yang menyenangkan

f. Rutin dalam mengajar

g. Tidak suka malas dalam mengajar

h. Tidak menyuruh orang untuk bekerja demi dirinya

i. Tepat waktu dalam belajar mengajar

j. Tidak pernah keluar dalam belajar mengajar

k. Tidak pernah membolos dalam belajar mengajar

2. Taat terhadap kebijaksanaan atau kebijaksanan yang berlaku:

a. Menerima, menganalisis dan mengkaji berbagai pembaharuan pendidikan

b. Berusaha menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi pendidikan yang

ada.

c. Menguasai dan intropeksi diri.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

38

3. Tujuan Kedisiplinan

Disiplin itu penting. Tiap orang harus disiplin. Tujuannya agar sesuatu yang

dijalankan lebih rapi dan teratur (Sunarso, 2009: 83). Sikap disiplin dapat

menumbuhkan rasa tanggung jawab. Manfaat kedisiplinan adalah membuat siswa

menjadi lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya, serta siswa

juga dapat mengerti bahwa kedisiplinan itu amat sangat penting bagi masa

depannya kelak, karena dapat membangun kepribadian siswa yang kokoh dan bisa

diharapkan berguna bagi semua pihak.

Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah : (1)

memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2)

mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa

memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi

melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan

kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya

(dalam Gunadarma, 2011).

Tujuan Kedisiplinan menurut para ahli yang dikutip oleh Sudrajat (2008):

a) Moles, Joan Gaustad(1992) mengemukakan: “School discipline has two

main goals: (1) ensure the safety of staff and students, and (2) create an

environment conducive to learning” berarti "disiplin sekolah memiliki

duatujuan utama: (1) menjamin keamananstaf dan mahasiswa, dan (2)

menciptakan lingkungan yang kondusifuntuk belajar".

b) Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa “the goals of discipline, once

the need for it is determined, should be to help students accept personal

responsibility for their actions, understand why a behavior change is

necessary, and commit themselves to change” berarti “tujuan disiplin,

setelah kebutuhan untuk ituditentukan, harus membantu siswa menerima

tanggung jawab pribadi atas tindakan mereka, memahami mengapa

perubahan perilaku yang diperlukan, dan berkomitmen untuk berubah".

c) Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan

keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

39

kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik

maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh

penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk

mencapai prestasi belajar siswa.

d) Keith Devis mengatakan, “Discipline is management action to

enforce”.Organization standarts” berarti “disiplin adalah tindakan

manajemen untuk menegakkan". Organisasi standarts.

Menurut Rachman (dalam Tu‟u 2004), pentingnya disiplin bagi para siswa

sebagai berikut:

a. Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan

lingkungan.

c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didiknya terhadap

lingkungannya.

d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu

lainnya.

e. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.

f. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.

g. Peserta didik belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.

h. Kebiasaan baik itu menyebabakan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.

4. Upaya-upaya Membentuk Kedisiplinan Siswa di Sekolah

Rohman dan Amri (2012:65) banyak cara yang dapat dilakukan dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa antara lain:

1. Pendekatan negatif yaitu pendekatan yang memakai kekuatan dan kekuasaan

untuk menekan siswa. Sanksi yang diberikan pada siswa bertujuan agar siswa

jera dan takut melakukan hal yang dilarang sekolah.

2. Pendekatan positif yaitu berusaha menciptakan iklim sekolah yang dapat

mendorong siswa untuk mematuhi aturan yang ada, atas kemauannya sendiri.

Adapun teknik yang dapat dilaksanakan dalam mengadakan hubungan

antara sekolah dengan masyarakat antara lain (Rohman dan Amri , 2012:65):

a. Laporan orang tua murid.

b. Majalah sekolah.

c. Pameran sekolah.

d. Kunjungan ke sekolah.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

40

e. Kunjungan ke rumah murid.

f. Melalui media massa.

Menurut Gunadarma (2011) Beberapa usaha yang dapat dilakukan sekolah

dalam pendisplinan siswa di sekolah adalah:

a) Guru hendaknya bisa menjadi contoh dalam berdisiplin, misalnya tepat waktu.

Siswa tidak akan memiliki disiplin manakala melihat gurunya sendiri juga

tidak disiplin. Guru harus menghindari kebiasaan masuk menggunakan jam

karet, molor dan selalu terlambat masuk kelas.

b) Memberlakukan peraturan tata tertib yang jelas dan tegas, sehingga mudah

untuk diikuti dan mampu menciptakan suasana kondusif untuk belajar.

c) Secara konsisten para guru terus mensosialisasikan kepada siswa tentang

pentingnya disiplin dalam belajar untuk dapat mencapai hasil optimal, melalui

pembinaan dan yang lebih penting lagi melalui keteladanan.

Sedangkan menurut Maisya (2010) upaya dalam menegakkan kedisiplinan

di sekolah, antara lain: Pertama, kedisiplinan mesti diterapkan tanpa

menunjukkan kelemahan, tanpa menunjukkan amarah dan kebencian. Bahkan

kalau perlu dengan kelembutan agar para pelanggar kedisiplinan menyadari

bahwa disiplin itu diterapkan demi kebaikan dan kemajuan dirinya. Kedua,

kedisiplinan mesti diterapkan secara tegas, adil dan konsisten. Aturan disiplin

diterapkan tanpa pandang bulu dan berlaku bagi masyarakat sekolah.

Ketidakadilan dan inkonsistensi dalam menegakkan disiplin hanya akan membuat

ketidakjelasan dan kebingungan bagi siswa serta hilangnya kewibawaan dan

kepercayaan semua pihak terhadap sekolah. Ketiga, ketika kedisiplinan mulai

menampakkan pertumbuhannya, sama seperti biji tanaman yang baru tumbuh,

benih itu mesti dijaga dan dirawat dengan penuh kesabaran. Sebaiknya hindari

menggunakan ancaman-ancaman dan kekerasan karena hal itu hanya akan

menjadi panasnya terik matahari yang akan menghanguskan benih yang sedang

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

41

tumbuh itu. Perlu dipakai cara-cara yang selaras dengan perkembangan dan

kebutuhan siswa sehingga mereka semakin jatuh cinta pada kegiatan belajar.

5. Kedisiplinan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

Menurut Wibowo (2012:100) Indikator disiplin sekolah antara lain:

memiliki catatan kehadiran, memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang

disiplin, memiliki tata tertib sekolah dan membiasakan warga sekolah untuk

disiplin. Sedangkan indikator disiplin kelasnya antara lain: membiasakan hadir

tepat waktu, membiasakan mematuhi aturan, menggunakan pakaian praktik

sesuai program studi keahliannya (SMK), dan penyimpanannya dan pengeluaran

alat dan bahan (sesuai program studi keahlian) (SMK).

Indikator kedisiplinan menurut beberapa Sarjana yang dikutip oleh

Gunarsa (dalam Faqiir, 2004) adalah jujur, tepat waktu, tegas dan

bertanggungjawab. Dari ciri-ciri tersebut, penulis akan menjelaskan secara

singkat, yaitu sebagai berikut:

1. Jujur

Jujur menurut Cece Wijaya (1994: 17) adalah tulus ikhlas dalam menjalankan

tugasnya sebagai guru, sesuai dengan peraturan yang berlaku, tidak pamrih dan

sesuai dengan norma-norma yang berlaku.Sementara menurut Hamzah Ya‟qub

(1983: 980) jujur adalah kesetiaan, ketulusan hati dan kepercayaan. Artinya, suatu

sikap pribadi yang setia, tulus hati dalam melaksanakan sesuatu yang

dipercayakan kepadanya baik berupa harta benda, rahasia maupun tugas

kewajiban. Seorang yang jujur selalu menepati janji, tidak cepat mengubah

haluan, teliti dalam melaksanakan tugas, berani mengakui kesalahan dan

kekurangan sendiri dan selalu berusaha agar tindakannya tidak bertentangan

dengan perkataannya (Ngalim Purwanto, 2000: 14).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa jujur adalah sifat benar

dapat dipercaya baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan dan dapat

menjaga kepercayaan orang lain yang dibebankan kepadanya.Sifat jujur sudah

seharusnya dimiliki oleh guru, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

42

sekolah, di rumah dan masyarakat. Selain itu sifat jujur harus diterapkan dalam

pembelajaran. Artinya, apa yang ia sampaikan kepada siswa selalu ia amalkan

dalam kehidupannya. Selain itu juga guru harus jujur dalam menyampaikan

ilmunya. Artinya, ia harus mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu

salah.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kejujuran bagi seorang guru mutlak

dibutuhkan, guru yang tidak jujur akan merugikan siswa dan lembaga pendidikan

tempat ia mengajar. Apabila sifat jujur sudah dimiliki oleh guru berarti ia

memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang

pengajar dan pendidik.

2. Tepat Waktu

Kamus besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1976: 55) tepat mengandung

arti: 1) Betul, lurus, kebetulan benar; 2) Kena benar; 3) Tidak ada selisih

sedikitpun; 4) Betul, cocok dan 5) Betul mengena. Sedangkan waktu dalam kamus

besar Bahasa Indonesia (1976: 1140) saat tertentu untuk melakukan sesuatu.

Dengan demikian tepat waktu dalam mengajar berarti suatu aktivitas mengajar

yang dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau sesuai dengan

aturan.

Berdasarakan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketepatan

waktu berada di sekolah untuk setiap guru merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh hasil yang baik, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk siswa.

Sikap untuk selalu hadir setiap waktu ini adalah suatu tanda kedisiplinan untuk

guru dalam mengajar.

Disiplin waktu bagi guru dalam mengajar merupakan hal yang sangat

berpengaruh terhadap prestasi siswa dalam belajar. Seorang guru harus menjadi

suri tauladan bagi setiap siswanya, maka dengan demikian setiap siswa akan

termotivasi untuk dapat belajar lebih giat lagi. Kalau setiap guru tidak disiplin

waktu dalam mengajar atau selalu terlambat, maka bagaimana guru itu dapat

menjadi suri tauladan bagi setiap siswanya. Kalau guru sudah dapat disiplin dalam

hal mengajar, maka siswanya akan termotivasi dengan baik dan akhirnya

prestasinyapun akan baik, tetapi sebaliknya jika guru tidak disiplin waktu dalam

mengajar mungkin siswanya malas untuk mengikuti pelajaran, maka hasilnyapun

akan jelek. Dengan demikian seorang guru dituntut untuk disiplin dalam hal

waktu mengajar agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik

3. Tegas

Poerwadarminta (1985: 913) mengemukakan dalam kamus besar Bahasa

Indonesia bahwa tegas mengandung arti: 1) jelas dan tenang benar, nyata; 2) tentu

dan pasti (tidak ragu-ragu atau tidak samar-samar dan 3) jelas.Setiap guru

hendaknya memiliki sikap tegas, karena dengan memiliki sikap inisetiap siswa

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

43

akan patuh dan taat untuk dapat belajar dengan baik, guru yang tegas akan

mendorong siswa pada perbuatan yang baik dan menegur siswa apabila

melakukan hal-hal yang melanggar aturan.

4. Tanggung jawab

Seorang guru harus yakin bahwa pada haekekatnya mengajar atau mendidik

adalah amanat yang sangat suci dan mulia yang diberikan oleh Allah SWT.

Dengan demikian seorang guru benar-benar menyadari dan menjalankan amanat

tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab. Setelah timbulnya rasa tanggung

jawab pada diri seorang guru, maka akan tumbuh pula dalam diri seorang guru

rasa disiplin akan haknya yaitu menjalankan tugas. Adapun tugas dan tanggung

jawab seorang guru adalah mengajar dan mendidik, dengan demikian guru

bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Apabila proses

belajar mengajar dapat dicapai dengan baik, maka guru dapat dikatakan

bertanggung jawab.

Oleh karena itu, maka dapat dipahami bahwa seorang guru hendaknya

menenamkan rasa tanggung jawab terhadap tugasnya yang dibebankan

kepadanya, yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan

dan mengembangkan nilai-nilai hidup, tugas mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sedangkan melatih adalah

mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Sehingga tujuan

pendidikan dan pengajaran dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Disamping itu,

tidak boleh dilupakan pula tugas-tugas dan pekerjaan lain yang memerlukan

tanggung jawabnya. Selain tugasnya sebagai guru di sekolah, gurupun merupakan

anggota masyarakat yang mempunyai tugas dan kewajiban lain.

Kerlinger dan Pedhazur (dalam Asrori, 2011) menyebutkan sejumlah ciri-ciri

atau indikator disiplin siswa yaitu:

a. Kepatuhan siswa pada jam-jam sekolah

Siswa tepat waktu dalam mengikuti jam pelajaran di sekolah, tidak

membolos apalagi kabur pada saat jam sekolah.

b. Kepatuhan siswa terhadap perintah dari pimpinan serta taat aturan dan tata

tertib yang berlaku

Siswa mematuhi dan menjalankan tata tertib yang berlaku di sekolah baik yang

berisi perintaha maupun laranagan.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

44

c. Berpakaian seragam sekolah

Siswa mengenakan seragam sesuai dengan aturan di sekolah. Misalnya: hari

Senin-Selasa mengenakan seragam OSIS, hari Rabu-Kamis mengenakan seragam

identitas sekolah dan hari Jumat-Sabtu mengenakan seragam pramuka. Begitu

juga pada saat jam pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga mengenakan

seragam olahraga.

d. Menggunakan dan memelihara alat-alat dan perlengkapan sekolah

Siswa menggunakan dan memelihara alat-alat perlengkapan sekolah,

misalnya alat praktikum yang sudah digunakan dibersihkan dan ditata seperti

sebelumnya.

Sedangkan menurut Mustari (2011:46) di sekolah disiplin berarti taat pada

peraturan sekolah. Seorang murid dikatakan berdisiplin apabila ia mengikuti

peraturan yang ada di sekolah. Di sini pihak sekolah melaksanakannya secara adil

dan tidak memihak.

Siswa yang memiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan

keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar secara terarah

dan teratur. Dengan demikian, siswa yang berdisiplin akan lebih mampu

mengarahkan dan mengendalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan yang

sangat penting dalam kehidupan manusia terutama siswa dalam hal belajar.

Disiplin akan memudahkan siswa dalam belajar secara terarah dan teratur.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan ...repository.ump.ac.id/186/3/BAB II_Rini Puji S..pdf · 2016-11-11 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A.

45

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dalam penelitian ini peneliti

membatasi Indikator/ kedisiplinan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

yaitu:

1. Kepatuhan siswa pada jam-jam sekolah

2. Berpakaian seragam dan atribut sekolah

3. Menggunakan dan memelihara alat-alat dan perlengkapan sekolah

4. Mengikuti peraturan yang ada di sekolah.

Peran Pembelajaran Pendidikan..., Rini Puji Susanti, FKIP UMP, 2013