BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri Menstruasi(dismenorerepository.poltekkes-tjk.ac.id/535/4/BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri Menstruasi(dismenorerepository.poltekkes-tjk.ac.id/535/4/BAB...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyeri Menstruasi(dismenore)
1. Definisi
Nyeri menstruasi atau dismenorea merupakan nyeri pada saat menstruasi
yang merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dari berbagai
tingkat usia (Bobak,2004: 989).
Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan suatu rasa tidak enak di
perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual
(Prawirohardjo, 2007 : 229).
Nyeri menstruasi atau dismenorea menurut Manuaba (2009 : 402) adalah
rasa nyeri saat menstruasi yang menganggukehidupan sehari-hari wanita dan
mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi ke dokter,
puskesmas atau datang kebidan.
Nyeri menstruasi atau dismenorea adalah aliran menstruasi yang sulit
atau menstruasi yang mengalami nyeri sehngga memaksa penderita untuk istirahat
dan meninggalkan pekerjaan atau aktivitas rutinnya sehari-hari selama beberapa
jam atau beberapa hari (Anurogo,2011; 33).
Nyeri menstruasi atau dismenorea adalah kondisi medisyang terjadi
sewaktu haid/menstruasi yang dapat menganggu aktivitas dan memerlukan
pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun
panggul (Judha, 2012: 45).
9
2. Klasifikasi Nyeri Menstruasi (Dismenore)
a. Dismenore Primer
Disminore primer terjadi , jika tidak ada penyakit organik, biasanya dari
bulan keenam sampai tahun kedua setelah menarke. Disminore ini seringkali
hilang pada usia 25 tahun atau setelah wanita hamil dan melahirkan per vaginam
(Bobak, 2004: 989).
Disminore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada
alat-alat genetal yang nyata. Rasa nyeri yang timbul tidak lama sebelumnya atau
bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,
walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri
ialah kejang berjangkit jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat
menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat
dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya
(Prawirohardjo, 2007: 229).
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan yang jelas, kelainan
anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma
uteri, polip endometrial, stenosis serviks, IUD juga dapat merupakan penyebab
dismenore (Bobak, 2004: 990).
10
3. Etiologi
a. Dismenore Primer
Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab terjadi
dismenore primer, tetapi meskipun demikian patofisiologisnya belum jelas.
Etiologi dismenore primer menurut Judha, 2012 :48 diantaranya:
1) Faktor kejiwaan
Gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka
tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses menstruasi, mudah
mengalami dismenore primer. Faktor ini bersamadisminore merupakan kandidat
terbesar penyebab gangguan insomnia.
2) Faktor konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan yang dapat juga
menurunkan ketahan terhadap nyeri. Faktor-faktor ini adalah anemia, penyakit,
menahun, dan sebagainya.
3) Faktor abstruksi kanalis servikalis (leher rahim)
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan dismenore primer
adalah stenosis kanalis servikalis. Sekarang hal tersebut tidak lagi dianggap
sebagai faktor penting sebagai penyebab dismenore primer, karena banyak
perempuan menderita dismenore primer tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus
dalam hiperantefleksi, begitu juga sebaliknya. Mioma submukosum bertangkai
atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus
berkontraksi kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
11
4) Faktor endokrin
Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore
primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Hal itu disebabkan
karena endometrium dalam fase sekresi (fase pramenstruasi) memproduksi
prostaglandin F2 alfa yang menyebabkan kontraksi otot polos. Jika jumlah
prostaglandin F2 alfa berlebih dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain
dismenore, dijumpai pula efek umum seperti diare, neusea (mual), dan muntah.
Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya dismenore
primer menurut Sukarni,2013; 49 yaitu:
1) Prostaglandin
Penyelidikan dalam tahun-tahn terakhir menunjukan bahwa peningkatan
kadar prostaglandin (PG) penting peranannya sebagai penyebab terjadinya
dismenore. Atas dasar itu disimpulkan bahwa PS yang dihasilkan uterus berperan
dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Selanjutnya kontraksi
miometrium yang disebabkan oleh PG akan mengurangi aliran darah, sehingga
terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri
spasmodik. Jika PG dilepaskan dalam jumlah berlebih ke dalam peredaran darah,
maka selain dismenore timbul pula pengaruh umum lainnya seperti diare, mual,
muntah.
2) Hormon steroid seks
Kadar progesteron yang rendah akibat regresi corpus luteum
menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan
12
pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis
PG melalui perubahan fosfolipid menjadi asam arakhidonat.
3) Sistem saraf (neurologik)
Uterus dipersarafi oleh sistem saraf otonom (SSO) yang terdiri dari
sistem saraf simatis dan parasimpatis. Dismenore disebabkan oleh
ketidakseimbangan pengendalian SSO terhadap mio-metrium. Pada keadaan ini
terjadi perangsangan yang berlebihan oleh saraf simpatik sehingga serabut-serabut
sirkuler pada ismus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.
4) Vasopresin
Wanita dengan dismenore primer memiliki kadar vasopresin yang
sangat tinggidan berbeda bermakna dari wanita tanpa dismenore. Ini menunjukan
bahwa vasopresin dapat merupakan faktor etiologi yang penting pada dismenore
primer.
5) Psikis
Seringkali segera setelah perkawinan dismenore hilang, dan jarang
menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan
melahirkan) membawa perubahan fisiologik pada genetalia maupun perubahan
psikis.
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan kongenetal atau
kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja. Rasa nyeri yang timbul
disebabkan karena adanya kelainan pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri
13
(tumor jinak kandungan), stenosis serviks, dan malposisi uterus. Dismenore yang
tidak dapat dikaitkan dengan suatu ggangguan tertentu biasanya dimulai sebelum
usia 20 tahun, tetapijarang terjadi pada tahun-tahun pertama setelah menarke.
Dismenore merupakan nyeri bersifat kolik dan dianggap disebabkan oleh
kontraksi uterus oleh progesteron yang dilepaskan saat pelepasan endometrium.
Nyeri yang hebat dapat menyebar dari panggul ke punggung dan paha, seringkali
disertai mual pada sebagian perempuan (Judha, 2012 :49).
4. Patofisiologi Nyeri menstruasi (Dismenore)
a. Dismenorea Primer
Dismenore primer dipengaruhi oleh faktor psikogenik yang
menyababkan gejala, gejala yang berhubungan dengan ovulasi dan tidak terjadi
saat ovulasi disupresi. Selama fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya,
prostaglandin F2 alfa (PGF2α) disekresi. Pelepasan PGF2α yang berlebihan
meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan
vasospasme arteriol uterus,sehingga mengakibatkan iskemiadan kram abdomen
bawah yang bersifat siklik. Respons sistemik terhadap PGF2α meliputi nyeri
punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia,
mual, muntah, dan diare), dan gejala sistem saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri
kepala,dan konsentrasi buruk (Bobak, 2004: 989).
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder disebabkan oleh kondisi iatrogenik dan patologis
yang bereaksi di uterus, tuba falopi, ovarium, atau pelvis peritonium. Secara
14
umum nyeri datang ketika terjadi proses yang mengubah tekanan di dalam atau di
sekitar pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran darah atau karena iritasi
peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan fisiologi normal dari
menstruasi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Ketika gejala ini terjadi
pada saat menstruasi, proses ini menjadi sumber rasa nyeri. Penyebab lainnya
yaitu endometriosis, stenosis kanalisservikalis, adanya AKDR, tumor ovarium
(Sukarni, 2013; 43).
5. Faktor Resiko Nyeri Menstruasi (Dismenore)
Faktor-faktor resiko berikut ini menurut Judha, 2012:50 berhubungan
dengan episode dismenore yang berat :
a. Menstruasi pertama pada usia amat dini <11 tahun (earlier age at
menarche)
Pada usia < dari 11 tahun jumlah folikel-folikel ovary primer masih
dalam jumlah sedikit sehingga produksi estrogen masih sedikit juga.
b. Kesiapan dalam menghadapi menstruasi
Kesiapan sendiri lebih banyak dihubungkan dengan faktor psikologis.
Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat, khususnya
talamusdan korteks. Derajat penderitaan yang dialami akibat rangsang nyeri
sendiri dapat tergantung pada latar belakang pendidikan penderita. Pada
disminore, faktorpendidikan dan faktor psikologis sangat berpengaruh. Nyeri
dapat ditimbulkan atau diperberat oleh keadaan psikologis penderita. Seringkali
setelah perkawinan dismenore hilang, dan jarang menetap setelah melahirkan.
15
Mungkin kedua keadaan tersebut ( perkawinan dan melahirkan) membawa
perubahan fisiologik pada genitalia maupun perubahan psikis.
c. Periode mestruasi yang lama (long menstrual periods)
Siklus haid yang normal adalah jika seorang wanita memiliki jarak haid
yang setiap bulannya relatif tetap yaitu selama 28 hari. Jika meleset pun,
perbedaan waktunya juga tidak jauh berbeda, tetap pada kisaran 21 hingga 35
hari, dihitung dari hari pertama haid sampai bulan berikutnya. Lama haid diliat
dari darah keluar sampai bersih, antara 2-10 hari darah yang keluar dalam waktu
sehari belum dapat dikatakan sebagai haid. Namun bila lebih dari 10 hari, dapat
dikategorikan sebagai gangguan.
d. Aliran menstruasi yang hebat (heavy menstrual flow)
Jumlah darah haid biasanya sekitar 50ml hingga 100ml, atau tidak lebih
dari 5x ganti pembalut per harinya. Darah menstruasi yang dikeluarkan
seharusnya tidak mengandung bekuan darah, jika darah yang dikeluarkan sangat
banyak dan cepat enzim yang dilepasakan di endometriosis mungkin tidak cukup
atau terlalu lambat kerjanya
e. Merokok
Gangguan yang berkaiatan dengan kesehatan reproduksi tersebut dapat
bermacam-macam bentuknya, mulai dari gangguan haid, early menopause (lebih
cepat berhenti haid) hingga sulit untuk hamil. Pada wanita merokok terjadi pula
peningkatan resiko munculnya khasus kehamilan di luarkandungan dan
keguguran.
16
f. Riwayat keluarga yang positif (positive family history)
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki
ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih
besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormalyang
diturunkan dalam tubuh wania tersebut. Gangguan menstruasi seperti
hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh
akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progresteron yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan
pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometrium ini akan tumbuh seiring
dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
g. Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)
h. Kegemukan (obesity)
Perempuan obesitas biasanya mengalami anovulatorychronic atau haid
tidak teratur secara kronis. Hal ini mempengaruhi kesuburan, di samping juga
faktor hormonal yang ikut berpengaruh. Perubahan hormonal atau perubahan pada
sistem reproduksi bisa terjadi akibatan timbunan lemak pada perempuan obesitas.
Timbunan lemak memicu pembuatan hormon, terutama estrogen.
i. Konsumsi alkohol (alcohol consumption)
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa konsumsi alkohol juga dapat
meningkatkan kadar estrogen yang efeknya dapat memicu lepasnya prostaglandin
(zat yang membuat otot-otot rahim berkontraksi).
17
6. Penatalaksanaan Nyeri Menstruasi (Dismenore)
Penatalaksanaan yang dapat dilaksanakan untuk pasien dismenore adalah
a. Penjelasan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan
yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Penjelasan dapat dilakukan dengan diskusi
mengenai pola hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita.
Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya hal-hal tabu atau
tahayul mengenai haid dapat dibicarakan. Nasihat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup dan olahraga dapat membantu. Kadang-kadang diperlukan
psikoterapi.
b. Pemberian obat analgetik
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan
sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyeri berat, diperlukan istirahat di tempat
tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi keluhan. Obat
analgesik yang sering diberikan adalah kombinasi aspirin, enasetin, dan kafein.
Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan, acet-
aminophen.
c. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan yang terjadi benar-
benar dismenore primer, atau jika diperlukan untuk membantu penderita untuk
melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini
dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontasepsi.
18
d. Terapi alternative
Terapi alternatifdapat dilakukan dengan kompres handuk panas atau
botol air panas pada perut atau punggung bawah. Mandi air hangat juga bisa
membantu.
Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak
hanya mengurangi stress dan organ juga dapat membantu dengan mengurangi
tegangan pada otot-otot pelvis sehingga membawa kekenduran dan rasa nyaman.
Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan kram menstruasi.
Salah satunya adalah peregangan kucing, yang meliputi berada pada posisi
merangkak kemudian secara perlahan menaikkan punggung anda setinggi-
tingginya (Judha, 2012:54).
e. Relaksasi
Kondisi rileks akan menghentikan produksi hormon adrenalin dan
hormon yang diperlukan saat kita stress. Otot tidak tegang dan tidak memerlukan
sedemikian banyak oksigen dan gula, jantung berdenyut lebih lambat, tekanan
darah menurun, nafas lebih mudah, hatiakan mengurangi pelepasan gula, natrium
dan kalium dalm tubuh kembali seimbang dan keringat berhenti bercucuran. Maka
relaksasi penting untuk memberikan kesempatan bagi tubuh memproduksi
hormon yang penting untuk mendapatkan haid tanpa rasa nyeri (Anurogo, 2011;
108).
19
B. Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri sudah dikenal sejak kehadiran manusia dimuka bumi, namun
mengingat kompleksnya masalah nyeri, nyeri dapat didefinisikan Zakiyah 2015: 5
sebagai berikut:
a) Mc Caffery (1979), nyeri didefinisikan sebagai suatu fenomena yang sulit
dipahami, kompleks dan bersifat misteri yang mempengaruhi seseorang,
serta eksistensinya diketahui bilaseseorang mengetahuinya.
b) Kozier dan Erb (1983), nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang
dimanifestasikan sebagai suau penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi
yang nyata, ancaman dan fantasi luka.
c) International Association for the Study of Pain (IASP) (1979), nyeri adalah
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau
digambarkan dalam ragam yang menyangkut kerusakan, atau sesuatu yang
digambarkan dengan terjadinya kerusakan.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan
menurut Zakiyah, 2015 :6 bahwa :
a) Nyeri adalah pengalaman sensori yang tidak menyenangkan, unsur
utamayang harus ada untuk disebut sebagai nyeri adalah rasa tidak
menyenangkan. Tanpa unsur itu tidak dapat dikategorikan sebagai nyeri,
walaupun sebaliknya, semua yang tidak menyenangkan tidak dapat disebut
sebagai nyeri.
20
b) Nyeri meruakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, persepsi
nyeri seseorang sangat ditentukan oleh pengalaman dan status
emosionalnya. Persepsi nyeri bersifat sangat pribadi dan subjektif. Oleh
karena itu suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh duaorang
yang berbeda bahkan suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda
oleh satu orang karena keadaan emosionalnya berbeda.
2. Fisiologi Nyeri
a. Reseptor Nyeri
Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang menerima rangsangan nyeri
dan dalam hal ini organ tubuh yang berfungsi sebagai reseptor nyeri adalah ujung
saraf bebas dalam kulit yang hanya berespon pada stimulus yang kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor, secara anatomis
reseptor nyeri aa yang bermielin dan ada juga yang tidak bermielin dari saraf
aferen.
Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa
bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic) dan pada
daerah viseral. Oleh karena perbedaan letak nosiseptor inilah menyebabkan nyeri
yang timbul memiliki sensasi yang berbeda. Nosiseptor kutaneus berasal dari kulit
dan subkutan. Nyeri pada daerah ini biasanya mudah dilokalisasi dan
didefinisikan (Zakiyah, 2015:8).
Reseptor jarinan kulit (Kutaneus) terbagi dalam dua komponen.
21
1) Serabut delta A
Serabut nyeri aferen cepat dngan kecepatan transmisi 6-30 m/detik yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab
nyeri dihilangkan. Implus yang dihasilkan oleh serabut ini sifatnya tajam dan
memberiikan sensasi yang akut.
2) Serabut delta C
Serabut nyeri aferen lambat dengan kecepatan transmisi 0,5-2 m/detik
yang trdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya lebih tumpul dan sulit
dilokalisasi. Nyeri biasanya pertama kali dirasakan sebagai sensasi tertusuktajam
yang singkat dan mudah dilakukan lokasinya, sensasi tersebut melibatkan serabut
delta A atau jalur cepat. Perasaan tersebut akan diikuti dengan sensasi yang
tumpul yang lokasinya tidak jelas dan menetap lebih lama disertai rasa tidak
nyaman, sensasi tersebut melibatkan delta C sebagai jalur lambat. Sebagai contoh
pada saat jari kita tertusuk, sesuatu yang kita rasakan pertama kali adalah sensasi
nyeri yang tajam kemudian diikut dengan nyeri yang lebih difusi (menyebar).
Reson nyeri (serabut delta A dan C) akan bereaksi menimbulkan nyeri
jika distimulioleh beberapa faktor menurut Zakiyah, 2015: 8 diantaranya:
a) Faktor mekanis
Berespons terhadap kerusakan akibat trauma sehingga
reseptornyadisebut sebagai “mekanosensitif”.
Contoh: pada saat kita jatuh dan luka, maka kita akan merasakan nyeri
pada daerah yang luka karena reseptor terstimulasi oleh trauma mekanik.
22
b) Faktor termis
Berespon terhadap suhu yang ekstrem, baik karena panas yang berlebih
atau suhu dingin yang berlebihan, sehingga reseptor ini disebut
“termoreseptor/termosensitif”.
Contoh: ketika seseorang memegang es batu beberapa menit, atau
tangannya tersiram air panas, maka akan terasa nyeri. Hal tersebut dikarenakan
reseptor yang terdapat pada tanganterstimulasioleh suhu yang ekstrem.
c) Faktor kimia
Zat kimiayang merangsangreseptor ini adalah bradikini, histamin, ion
K, dan asetilkolin. Reseptor ini disebut sebagai “kemoreseptor atau polimodal”.
d) Listrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
3. Mekanisme Nyeri
Suatu rangkaian proses elektrofisiologisterjadi antara kerusakan
jaringan sebagai sumber rangsang nyeri sampai dirasakan sebagai nyeri yang
secara kolektif disebut nosiseptif. Menurut Zakiyah. 2015:11 terdapat empat
proses yang terjadi pada suatu nosiseptif, yaitu sebagai berikut.
a. Proses transduksi
Proses transduksi (transduction) merupakan proses dimana suatu
stimuli nyeri (noxious stimuli) diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan
23
diterima ujung-ujung saraf (nerve ending). Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik
(tekanan), suhu (panas), atau kimia (substansi nyeri).
b. Proses transmisi
Transmisi (transmission) merupakan fase dimana stimulus dipindahkan
dari saraf perifer melalui medula spinalis (spinal cord) menuju otak.
c. Proses modulasi
Proses modulasi (modulation) adalah proses dari mekanisme nyeri
dimana trjadi interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh
tubuh kitadengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medula spinalis. Jadi,
proses ini merupakan proses desenden yang dikontrol oleh otak. Sistem analgesik
endogen ini meliputi enkefalin, endorfin, serotonin dan noradrenalin; memiliki
efek yang dapat menekan implus nyeri pada kornu posterior medula spinalis.
Kornu posterior dapat diibaratkan sebagai pintu yang dapat tertutup atau terbuka
yang dipengaruhi oleh sistem analgesik endogen tersebut diatas. Proses modulasi
ini juga mempengaruhi subjektivitas dan derajat nyeri yang dirasakan seseorang.
d. Persepsi
Hasil dari proses interaksi yang kompleksyang unik yang dimulai dari
proses transduksi dan transmisi pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan
subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri. Pada saat klien menjadi sadar akan
nyeri, maka akan terjadi reaksi yang kompleks. Faktor-faktor psikologis dan
kognitif akan bereaksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam
mempersepsikan nyeri. Mainhart dan Mac Caffery (1983) dalam buku Zakiyah
2015 menjelaskan tiga sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori
24
diskriminatif, motivasi efekti, dan kognitif evaluasi. Persepsi menyadarkan klien
dan mengartikan nyeri hingga klien dapat beraksi atau berespons.
4. Klasifikasi Nyeri
a. Berdasarkan lama keluhan atau waktu kejadian menurut Zakiyah, 2015;
18
1) Nyeri akut merupakan respons fisiologis normal yang diramalkan terhadap
rangsangan kimiawi, panas ataumekanik menyusul suatu pembedahan,
traumadan penyakit akut.
2) Nyeri kronis merupakan nyeri yang menetap melampaui waktu
penyembuhan normal yakni enam bulan.
b. Berdasarkan lokasi nyeri menurut Zakiyah, 2015; 18
1) Somatic plain merupakan nyeri timbul karena gangguan bagian luar tubuh
nyeri ini dibagi menjadi tiga yaitu
a) Nyeri superfisial
Biasanya timbulpada bagian permukan tubuh akibat stimulasi kulit
seperti laserasi, luka bakar dan sebagainya.
b) Nyeri somatik dalam
Nyeri yang terjadi pada otot dan tulang serta struktur penyokong
lainnya
c) Nyeri viseral
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ internal.
25
2) Nyeri pantom merupakan nyeri khusus yang dirasakan klien yang
mengalami amputasi, oleh klien nyeri dipersepsikan berada ada organ yang
diamputasi seolah-olah organ yang diamputasi masih ada.
3) Nyeri menjalar merupakan sensai nyeri yang meluas dari tempat awal
cedera ke bagian tubuh yang lain. Nyeri seakan menjalar ke bagian tubuh
bawah atau sepanjang bagian tubuh, nyeri dapat bersifat intermitten atau
konstan.
4) Nyeri alih merupakan nyeri yang timbl akibat adanya nyeri viseral yang
menjalar ke organ lain sehingga nyeri dirasakan pada beberapa tempat.
c. Berdasarkan etiologi nyeri menurut Zakiyah, 2015; 19
1) Nyeri fisiologi atau nyeri organik merupakan nyeri yang diakibatkan oleh
kerusakan organ tubuh. Penyebab nyeri umumnya mudah dikenali sebagai
akibat adanya cedera, penyakit atau pembedahan salah satu atau beberapa
organ.
2) Nyeri psikogenik merupakan penyebab fisik nyeri sulit diidentifikasi karena
nyeri ini disebabkan oleh berbagai faktor psikologis. Nyeri ini terjadi karena
efek-efek psikogenik seperti cemas dan takut yang dirasakan klien.
3) Nyeri neurogenik timbul akibat ganguan pada neuron, misalnya pada kasus
neurogia.
5. Stimulus Nyeri
Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri (Pain tolerance), atau
dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri ( pain
26
threshold). Terdapat beberapa jenis stimulasi nyeri, menurut Uliyah, 2009: 123 di
antaranya:
a. Trauma pada jaringan tubuh. Misalnya karena bedah, akibat terjadinya
kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
b. Gangguan pada jaringan tubuh. Misalnya karena edema, akibat adanya
penekanan pada reseptor nyeri.
c. Tumor, dapat juga menekan reseptor nyeri
d. Iskemia pada jaringan. Misalnya terjadi blokade pada arteria koronaria
yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
e. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Zakiyah,2015:23
a. Usia
Usia mempengaruhi persepsi dan ekspresi seseorang terhadap nyeri.
Perbedaan perkembangan pada orang dewasa dan anak sangat mempengaruhi
bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan
dalam menginterprestasikan nyeri, anak akan kesulitan mengungkapkan secara
verbal dan mengespresikan nyeri pada orang tua atau petugas kesehatan.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
nyeri. Secara umum pria dan wanita tidak berbeda dalam berespon terhadap nyeri,
akan tetapi beberapa kebudayaan mempengaruhi pria dan wanita dalam
mengeskspresikan nyeri. Misalnya seorang pria tidak boleh menangis dan harus
27
berani sehingga tidak boleh menangis sedangkan wanita boleh menangis pada
situasi yang sama.
c. Kebudayaan
Pengaruh kebudayaan dapat menimbulkan anggapan pada orang bahwa
meperlihatkan tanda-tanda kesakian berarti memperlihatkan kelemahan
pribadinya, dalam hal seperti itu maka sifat tenang dan pengendalian diri
merupakan sifat yang terpuji. Pada beberapa kebudayaan lain justru sebaliknya,
memperlihatkan nyeri merupakan suatu hal yang alamiah. Nyeri juga dikaitkan
dengan hukuman sepanjang sejarah kehidupan.
d. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan peningkatan nyeri,
sedangkan upaya untuk mengalihkan perhatian dihubungkan dengan penurunan
sensasi nyeri. Pengalihan perhatian dilakukan dengan cara memfokuskan
perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain sehingga sensasi yang
dialami klien dapat menurun. Berkurangnyasensasi nyeri disebabkan oleh opiat
endogen, yaitu endorfin dan enkefalin yang merangsang kerja serabut berdiameter
besar (beta A) sehingga menghambat transmisi nyeri oleh serabut berdiameter
kecil (delta A dan C).
e. Makna nyeri
Makna seseorang yang dilkaitkan dengan nyeri dapat memengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Tiap klien akan
memberikan respons yang berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberi kesan
suatu ancaman, kehilangan, hukuman atau suatu tantangan.
28
f. Ansietas
Hubungan antara ansietas dengan nyeri merupakan suatu hal yang
kompleks. Ansietas dapat meningkatkan persepsi nyeri dan sebaliknya, nyeri
jugadapat menyebabkan timbulnya ansietas bagi klien yang mengalami nyeri.
Adanya bukti bahwa sistem limbik yang diyakini dapat mengendalikan emosi
seseorang khususnya ansietas juga dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri
yaitu dengan memperburuk atau menghilangkan nyeri. Nyeri juga tidak kunjung
sembuh dapat mengakibatkan psikosis dan gangguan kepribadian.
g. Mekanisme koping
Gaya koping dapatmempengaruhi klien dalam mengatasi nyeri. Klien
yang mempunyai lokus kendali internal mempersiapkan diri merka sebagai klien
yang dapat mengendalikan lingkungan mereka serta hasil akhir suatu peristiwa
seperti nyeri, klien tersebut jugamelaporkan bahwa dirinya mengalami nyeri yang
tidak terlalu berat. Sebaliknya, klien yang mempunyai lokus kendali eksternal,
mempersiapkan faktor-faktor lain di dalam lingkungan seperti perawat sebagai
klien yang bertanggung jawab terhadaphasil akhir mereka.
h. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan peningkatan sensasi nyeri dan dapat
menurunkan kemampuan koping untuk mengatasi nyeri, apabila kelelahan
disertaidengan masalah tidur makasensasi nyeri terasa bertambah berat.
i. Pengalaman sebelumnya
Seorang klien yang tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi
pertama dapat menganggu mekanisme koping terhadap nyeri, akan tetapi
29
pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berati bahwa klien tersebut akan
dengan mudah menerima nyeri pada masa yang akan datang, apabila klien sejak
lama mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita
nyeri yang berat maka ansietas atau rasatakut akan muncul. Sebaliknyaapabila
seseorang klien mengalami nyeri dengan jenis yang sama dan berhasil
menghilangkannya, maka akan lebih mudah bagi klien tersebut untuk
menginterprestasikan sensasi nyeri dan klien tersebut akan lebih siap untuk
melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri.
j. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang terdekat dan bagaimanasikap merekaterhadap klien
dapat mempengaruhi respon terhadap nyeri. Klien yang mengalami nyeri sering
kali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat untuk mendapatkan
dukungan, bantuan atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap dirasakan tetapi
kehadiran orang terdekat dapat meminimalkan rasa kesepian dan ketakutan. Bagi
anak-anak kehadiran orang tua ketika mereka mengalami nyeri sangat penting
.
7. Interpretasi Skala Nyeri
Salah satu karakteristik yang paling subjektif dan paling berguna dalam
pelaporan nyeri adalah “kehebatannya” atau intensitasnya. Variasi sekala nyeri
telah tersediabagi klien untuk mengomunikasikan intensitas nyeri mereka.
Sebagai contoh, skala intensitas nyeri mencakup skala penjelasan secara verbal,
skala dengan scor angka dan skala analog visual (Potter, 2010: 233).
30
a. Skala intensitas nyeri deskriptif
Gambar 1. Skala intensitas nyeri deskriptif
Ketika menggunakan skala angka, skala 0-3mengindikasikan nyeri
ringan, 4-6 nyeri sedang dan 7-10 nyeri hebat, dianggap sebagai keadaan darurat
pada nyeri. Sekala ini berfungsi dengan sangat baik ketika mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik diberikan (Potter, 2010: 233).
b. Skala identitas nyeri numerik
Gambar 2. Skala identitas nyeri numerik
Keterangan:
1) Tidak nyeri 0
2) Nyeri ringan 1-3
3) Nyeri sedang 4-6
4) Nyeri berat 7-9
5) Nyeri sangat berat 10
(Judha ,2012;36).
31
Tabel 1.
Skala intensitas nyeri numerik 1-10
Skala Karakteristik nyeri
0 Tidak nyeri
1 Sangat sedikit gangguan, kadang terasa seperti tusukan kecil
2 Sedikit gangguan, terasa seperti tusukan yang lebih dalam
3 Gangguuan cukup dihilangkan dengan pengalihan perhatian
4 Nyeri dapat diabaikan dengan beraktifitas/melakukan pekerjaan, masih
dapat dialihkan
5 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan lebih dari 30 menit
6 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan untuk waktu yang lama, tapi masih bisa
bekerja
7 Sulit untuk berkonsentrasi, dengan diselangi istirahat/tidur anda masih bisa
bekerja/berfungsi dengan sedikit usaha
8 Beberapa aktifitas fisik terbatas. Anda masih bisa membaca dan berbicara
dengan usaha. Merasakan mual dan pusing kepala/pening.
9 Tidak bisa berbicara, menangis, mengerang dan merintih tak dapat
dikendalikan, penurunan kesadaran, mengigau.
10 Tidak sadarkan diri/pingsan
Sumber : Poter Perry, 2010; .
c. Skala analog visual
Gambar 3. Skala analog visual
32
Menurut Wong-Bakers :
Gambar 4. Skala nyeri wajah
Wong-Bakers menggambarkan sekala wajah untuk mengkaji nyeri pada
anak yang dapat mengungkapkan dengan kata-kata. Skala tersebut terdiri dari
enam wajah kartun mulai dari wajah tersenyum sampai meningkatnya wajah yang
tidak bahagia/gembira, kepada kesedihan yang amat sangat, wajah menangis
(“nyeri sangat hebat”). Anak-anak sebagaimana anak usia 3 tahun dapat
menggunakan skala tersebut (Potter, 2010: 234).
8. Penatalaksanaan Nyeri
a. Farmakologis
Semua obat yang yang mempunyai efek analgesik biasanya efektif untuk
mengatasi nyeri.hal tersebut dimungkin karena nyeri akan mereda atau hilang
seiring dengan lajupertumbuhan jaringan yang rusak atau sakit. Penatalaksanaan
nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan opiat(narkotik),
nonopiat/obatanti-inflamasi non steroid(AINS), obat-obat adjuvan atauko-
analgesik mengikuti WHO Pain Relief ladder (Zakiyah,2015:85-91).
Berdasarkan aksinya menurut Zakiyah,2015:85-91, obat-obat analgesik dibagi
menjadi dua golongan
33
1) Analgesik Non-Opioid
Mekanisme umum dari analgesik jenisini adalah memblokir
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah
lukasehingga mengurangi pembentukan mediator nyeri. Obat-obat jenis analgesik
ini antara lain Asetaminofen, Aspirin, Celecoxib, Diclofenac, Etodolac,
Fenoprofen, Flurbiprofen, Ibuprofen, Indomethacin, Ketoprofen, Ketorolac,
Meclofenamete, Mefanamic acid, Nabumetone, Naproxen, Oxaprozin,
Oxyphenbutazone, Phenylbutazone, Piroxicam, Rofeco xib, Sulindac, Tolmetin.
2) Aalgesik Opioid
Mekanisme umum analgesik ini yaitu terikatnya opioid pada reseptor
menghasilkan pengurangan masuknya ion Ca2+
kedalam sel, selain itu
mengakibatkan pula hiperpolarisasi dengan meningkatkan masuknya ion K+ ke
dalam sel. Hasil dari berkurangnya kadar ion kalsium dalam sel adalah terjadinya
pengurangan terlepasnya dopamin, serotonin dan peptida penghatar nyeri, seperti
subtansi P, dan mengakibatkan transmisi rangsang nyeri terhambat.
Obat –obat analgesik jenis ini yaitu Alfentanil, Benzonatate,
Buprenorphine, Butorphanol, Codeine, Dextromethorphan Dezocine, Difenoxin,
Dihydrocodeine, Diphenoxylate, Fentanyl, Heroin Hydrocodone,
Hydromorphone, LAAM, Levopropoxyphene, Levorphanol Loperamide,
Meperidine, Methadon, Morphine, Nalbuphine, Nalmefene, Naloxone,
Naltrexone, nascapine oxycodone, Oxymorphone, Pentazocine, Propoxyphene,
Sufentanil.
34
b. Non Farmakologis
Penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari berbagai tindakan
penanganan nyeri seperti stimulasi pada area kulit, masase, akupuntur, distraksi,
relaksasi, reframing, hipnotis, biofeedback dan pemberian plasebo (Zakiyah,2015;
71).
1) Stimulasi pada areakulit
a) Komres panas dan dingin
Area pemberan kompres panas dan dingin dapat menimbulkan respons
sistemik dan respon lokal.stimulasi ini mengirimkan impuls-implus dari perifer
kehipotalamus yang kemudian menjadi sensasi temperatur tubuh secara normal.
b) Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
Merupakan alat yangdigunakan untuk menurunkan nyeri dengan
menggunakan gelombang bifasik melalui elektroda pada kulit, umumnya berupa
stimulator mesin kecil yang dioprasikan dengan arus keluaran 0-50 mA.
Pemasangan elektroda ini tidak membutuhkan anestesi karena tidak akan ada
stimulasi yang akan mempengaruhi saraf sensorik.
c) Masase
Beberapa macam masase yang dapat dilakukan untuk merangsang saraf
berdiameter besar (serabut beta A) yaitu
Efflurage yaitu teknik masase di mana pasien dalam posisi setengah
duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan
digerakkan melingkar dari arah pusat ke simfisis atau dapat juga menggunakan
35
satu telapak tangan dengan gerakan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat
dilakukan sendri oleh pasien.
Deep Back Massage yaitupasien berbaring miring, kemudian perawat
atau keluarga pasien menekan daerah sakrum dengan telapak tangan, pepaskan
dan tekan lagi, begitu seterusnya.
Firm Caunter Pressure yaitu pasien dalam posisi duduk kemudian
perawat atau keluargapasien menekan sakrum secara bergantian dengan tangan
yang dikepalkan secara beraturan.
Abdominal Lifting yaitu dengan cara membaringkan pasien pada posisi
terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada
pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang
berlawanan ke arah puncak perut tanpa menekan ke arah dalam,
kemudianulangilagi begitu seterusnya.
2) Acupressure
Merupakan salah satu cara pengobatan tradisional tiongkok yang sudah
lama dikenal keberadaannya dengan cara penekanan-penenkanan pada titik
pengaktif (trigger point), dimana dalam hal nyeri titik pengaktif adalah sama
dengan titik akupuntur. Dengan tujuan memperlancar sirkulasisehingga tercapai
keseimbangan energi,dengan indikasi utama untuk nyeri dan ganguan
neuromuskular.
36
3) Distraksi
Merupakan strategi penglihatan nyeri yang memfokuskan perhatian klien
kestimulus yang lain daripada terhadap rasa nyeri dan emosi negatif. Jenis-jenis
ditraksi menurut Zakiyah,2015;77 antara lain
a) Distraksi visual
Meliputi melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, serta
melihat pemandangan dan gambar.
b) Distraksi pendengaran
Dapat dilakukan dengan cara mendengarkan musik yang disukai atau
suara burung serta gemercik air, klien dianjurkan untuk memilih musik yang
disukai dan musk tenang seperti musik klasik.
c) Distraksi pernapasan
Klien dianjurkan untuk fokus memandang pada satu objek atau
memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan
hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan napas melalui mulut
secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati).
d) Distraksi intelektual
Mengisi teka-teki silang bermain kartu, melakukan kegemaran (di tempat
tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita merupakan beberpa contoh
distraksi intelektual.
4) Relaksasi
Metode yang dapat digunakan untukmenurunkan kecemasan dan
ketegangan otot (muscle tension)
37
a) Imajinasi terbimbing
Kegiatan klien membayangkan hal-hal yang menyenangkan dan
mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur
membebaskan diri dari perhatian terhadap nyeri.
b) Progressive Muscle relaxation (PMR)
Merupakan strategi untuk membantu relaksasi memalui peregangan dan
pelepasan otot (Zakiyah,2015:79).
c) Relaksasi maditas keyakinan (Benson)
Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan ransangan
dengan perhatian langsung padasuatu rangsangan yang berulang atau tetap.
Menurut Benson komponen relaksasi sangat sederhana, yaitu : (1) ruang yang
tenang, (2) posisi yang nyaman, (3)sikap mau menerima, dan (4) fokus perhatian.
Dia menggambarkan meditasi sebagai suatu proses yang dapat digunakan semua
orang untuk menenangkan diri, beradaptasi dengan stres, dan untuk semua dengan
inklinasi spiritual, merasa sebagai kesatuan dengan Tuhan atau alam semesta
(Potter & Perry,2010 : 547).
5) Reframing
Teknik yang mengajarkan tentang cara memonitoring atau mengawasi
pikiran negatifdan menggatinya dengan salah satu pikiran yang lebih positip.
6) Hipnotis
Teknik terapi dimana klinis (ahli psikologi,dokter,perawat, dst.) membuat
saran atau sugesti kepada individuyangtelah menjalani prosedur yang dirancang
agar santai dan fokus pada pikiran mereka.
38
7) Biofeedback
Cara lain untuk membantu klien ketika mengalami nyeri, khususnya bagi
seseorang yang sulit merelaksasi ketegangan otot. Dan merupakan sebuah proses
klien untuk belajar mempengaruhi respons psikologis diri dengan mengubah
pengalaman tentang rasa nyeri yang sedang dirasakan.
8) Plasebo
Bahan-bahan tanpa sifat farmakologis, misalnya gula atau pil palsu dan
biasanya digunakan secaraluas sebagaikontrol dalam eksperimen untuk menguji
efek sebuah obat.
C. Relaksasi Benson
1. Pengertian Relaksasi Benson
Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi
dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menenangkan diri,
beradaptasi dengan stres,dan untuk semua dengan inklinasi spiritual, merasa
sebagai kesatuan dengan Tuhan atau alam semesta (Benson, 2000). Berikut ini
pendapat menurut ilmuan mengenai relaksasi benson dalam buku Benson, 2000 :
130 yaitu :
a. Martin luther mengatakan bahwa keyakinan individu dapat secara langsung
berkomunikasi dengan tuhan jika orang tersebut berada dalam keheningan
yang sempurna.
b. Rudolph Otto mengatakan bahwa untuk mempersiapkan doa-doa renungan
batin, bahasa hati sejati, saat manusia berkonsentrasi semata-mata
39
keadaantuhan, dia harus mencapai sifat pasif dengan cara berkonsentrasi pada
suatu objek.
c. Santo Agustinus mengatakan bahwa catatan sejarah yang menggambarkan
pengalaman pribadinya yang mendalam. Disamping untuk memotret berbagai
pengalaman subjektif meraka, para mistikus kristen kemudian merancang
berbagai komponen kontemplasi yang mereka anggap akan mengantar para
pembaca pada keadaan kesadaran khas ini.
2. Meditasi
Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan rangsangan
dengan perhatian langsung pada suatu rangsangan yang berulang atau tetap (Rakel
dan Fass,2006) dalam potter (2010). Ini merupakan terminasi umum untuk
jangkauan luas dari praktik yang melibatkan relaksasi tubuh dan ketenangan
pikiran. Asal kata meditari berarti mempertimbangkan atau memperhatikan
sesuatu. Dr. Herbert Benson (2000) menulis buku the relaxation response, yang
menggambarkan perhatian pada praktisi pelayanan kesehatan Eropa tentang
manfaat fisik dan psikologis dari relaksasi. Menurut Benson, komponen relaksasi
sangat sederhana, yaitu
a. Ruang yang tenang
b. Posisi yang nyaman
c. Sikap mau menerima
d. Fokus perhatian
40
Benson menggambarkan meditasi sebagai suatu proses yang dapat
digunakan semua orang untuk menenangkan diri, beradaptasi dengan stres,dan
untuk semua dengan inklinasi spiritual, merasa sebagai kesatuan dengan Tuhan
atau alam semesta. Meditasi tidak memerlukan perubahan dalam sistem
kepercayaan dan sesuai dengan sebagian besar praktik keagamaan. Individu atau
kelompok dapat dipraktikannya dan mudah dipelajari. Praktik meditasi tidak
membtuhkan seseorang pengajar, banyak individu mempelajari prosesnya dari
buku atau kaset dan mudah untuk diajarkan. Sebagian besar teknik meditasi
melibatkan pernapasan, biasnya pernapasan perut yang dalam, relaks dan perlahan
(Potter, 2010:547).
3. Manfaat relaksasi benson
Relaksasi dengan memanfatkan faktor keyakinan secara efktif menurut
Benson,2000: 36 dapat :
a. Menghilangkan rasa sakit
b. Mengurangi sakit angina pektoris dan bahkan mungkin meniadakan kebutuhan
bedah bypass (kira-kira 80% nyeri akibat penyakit ini dapat diobati dengan
keyakinan positif)
c. Mengurangi tekanan darah dan membatu dalam mengendalikan masalah-
masalah hipertensi
d. Mempertajam kreativitas, terutama saat mengalami suatu”hambatan mental”
e. Mengatasi insomnia (sulit tidur)
f. Mencegah serangan hiperventilasi
41
g. Membantu mengurangisakit punggung
h. Meningkatkan terapi kanker
i. Mengendalikan serangan panik
j. Menurunkan kadar kolesterol
k. Mengurangi gejala-gejala kecemasan, termasuk mual, muntah, diare, sembelit,
cepat marahdan ketidakmampuan untuk bergaul denggan orang lain
l. Mengurangi stres secara keseluruhan dan meraih kedamaian diri dan
keseimbangan emosional yang lebih tinggi.
4. Mekanisme relaksasi benson menurut Benson, 2000: 161
Pentingnya pembangkitan respons relaksasi salah satunya yaitu faktor
keyakinan yang saling mendukung. Pada saat stres, cemas atau terlalu
khawatirmengenai kesehatan atau gejala penyakit yang dirasakan makan akan
mengalami kecemasan. Kecemasan ini akan menjadi penyebab”daur kecemasan”
yang terus menerus berputar.
Bila seseorang mengalami kecemasan maka akan merangsang sistem
saraf simpatik-bagian dari sistem saraf yang menjadi semakin aktif dalam keadaan
darurat atau stres. Pada gilirannya, sistem saraf simpatik ini akan meningkatkan
dan memperburuk dampak stres, termasuk gejala-gejala emosional dan fisik suatu
penyakit. Memburuknya gejala-gejala ini memperbesar kecemasan sebelumnya.
Efek sistemsaraf simpatik terjadi akibat adanya hormon adrenalin dan
noradrenalin atau epinefrin dan norepinefrin. Jumlah berlebihan zat-zat ini
dikaitkan dengan berkembangnya sejumlah penyakit : kecemasan, hipertensi,
42
gangguan irama jantung, nyeri punggung, sakit kepala akibat ketegangan,
insomnia, dan nyeri otot.
Untuk mengobati masalah kesehatan yang disebabkan oleh zat-zat
tubuh penghasil stres, dokter mungkin meresepkan obat yang disebut dengan obat
pemblokir-beta yang sebagian akan menghambat dampak hormon-hormon
tersebut. Namun ada jalan lain untuk mencapai hasil serupa yaitu respon relaksasi.
Berbagai penelitian telah memperlihatkan bahwa respons relaksasi tidak
mengurangi jumlah hormon norepinefrin yang dilepaskan oleh jaringan saraf,
tetapi cenderung merubah respons terhadan hormon sehingga berkurang efeknya.
Oleh karena itu, respons relaksasi memutuskan lingkaran tersebut dengan cara
menghalangi kerja hormon sistem saraf simpatik. Pemutusan lingkaran ini
mencegah timbulnya kecemasan dan efek membahayakan lainnya. Sehingga
membuat respons relaksasi sangat efektif ialah bahwa respons ini dapat bekerja
samadengan kekuatan bermanfaatan dari keyakinan seperti sang Pencipta.
5. Prosedur Relaksasi Benson
Langkah-langkah relaksasi yang mengunakan faktor keyakinan
a. Pilihlah satu kata atau frase singkat yang mencerminkan keyakinan
anda seperti kata untuk Tuhan, Allah atau kalimat-kalimat untuk
berzikir, seperti alhamdulillah, subhanallah, Allahu Akbar.
b. Atur posisi yang nyaman
c. Pejamkan mata
d. Lemaskan otot-otot
43
e. Perhatikan nafas dan mulailah mengunakan kata fokus yang berakar
pada keyakinan anda
f. Pertahankan sikap pasif
g. Praktikan teknik ini selama sepuluh atau dua puluh menit saja
h. Praktikan teknik ini dua kali sehari (pagi dan malam).
(Benson,2000:166).
D. Pengaruh relaksasi benson terhadap nyeri Haid
Berbagai penelitian telah memperlihatkan bahwa respons relaksasi tidak
mengurangi jumlah hormon norepinefrin yang dilepaskan oleh jaringan saraf,
tetapi cenderung merubah respons terhadan hormon sehingga berkurang efeknya.
Oleh karena itu, respons relaksasi memutuskan lingkaran tersebut dengan cara
menghalangi kerja hormon sistem saraf simpatik. Pemutusan lingkaran ini
mencegah timbulnya kecemasan dan efek membahayakan lainnya. Yang membuat
respons relaksasi sangat efektif ialah bahwa respons ini dapat bekerja sama
dengan kekuatan bermanfaatan dari keyakinan seperti sang Pencipta (Benson,
2000: 161).
Penelitian Nur Aidha, 2018 tentang Pengaruh Relaksasi Benson
Terhadap Nyeri Menstruasi Pada Siswi SMA Negeri 1 Tongas – Probolinggo
menyatakan bahwa hasil Independent Sample Test didapatkan p=0,000 yang
artinya ada pengaruh relaksasi benson terhadap nyeri menstruasi pada siswi SMA
Negeri 1 Tongas – Probolinggo.Berdasarkan hasil penelitian relaksasi benson
dapat mengurangi nyeri menstruasi pada siswi, sehingga penelitian ini diharapkan
44
agar siswi membiasakan diri untuk menangani nyeri menstruasi dengan
menggunakan metode tersebut.
Menurut penelitian Dwi Rahayuningsih, dkk 2018 yang Menganalisa
perbedaan metode musik klasik dan relaksasi benson dalam menurunkan
dismenorea primer pada siswi di SMP Negeri 1 Boyolali.Jenis penelitian adalah
kuantitatif, menggunakan Quasy Experimental Design,dengan rancangan Pretest-
Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel denganteknik Purposive
Sampling, dengan menetapkan jumlah sampel sebanyak 15 respondenpada
masing-masing kelompok. Instrumen penelitian menggunakan lembar
observasi.Analisa data dengan uji Wilcoxon math pair test dan uji beda
menggunakan uji MannWhitney test. Dengan hasil nilai median kelompok musik
klasik dan relaksasi benson, nampakbahwa nilai post test kelompok musik klasik
dan relaksasi benson sama yaitu 2,00, yang berarti bahwatidak ada perbedaan
yang signifikan antara metode musik klasik dan relaksasi benson terhadap
penurunan dismenorea primer pada siswi di boyolali.
Menurut penelitian Dewi Sinta dkk, 2014 tentang. Efektifitas Relaksasi
Benson Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Luka Post Seksio Sesaria Studi
Dilakukan Di Ruang Bakung Timur RSUP Sanglah Denpasar Menurut analisis
Hasil uji statistik perbedaan perubahan intensitas nyeri pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol menggunakan independent sample t-test, diperoleh nilai
Sig. (2-tailed) sebesar 0,023 yang lebih kecil dari α penelitian (0,05), yang berarti
terdapat efektifitas relaksasi Benson terhadap penurunan intensitas nyeri luka post
seksio sesaria di Ruang Bakung Timur RSUP Sanglah Denpasar.
45
E. Kerangka Teori
Menurut Notoatmodjo, 2018 kerangka teori penelitian pada dasarnya
merupakan penjelasan mengenai pemikiran dan temuan-temuan yang mendasari
penelitian. Kerangka teori penelitian ini seperti digambarkan pada diagram berikut
ini :
A.
B.
C.
D.
E.
Gambar 5.Kerangka Teori
Zakiyah,2015. Potter & Perry,2000. Anurogo, 2011.
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka
teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh karena itu
kerangka konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel satu
dengan yang lain sehingga dapat mengarahkan peneliti menganalisis hasilpenelitin
(Notoatmodjo, 2018). Berdasarkan tinjauan pustaka maka dibuat kerangka
konsep sebagai berikut :
Penanganan Nyeri Menstruasi
1. Farmakologis
a. Analgesik Non-Opioid
b. Analgesik Opioid
2. Non- farmakologis
a. Stimulasi pada area kulit
b. Acupressure
c. Distraksi
d. Relaksasi
1) Imajinasi Terbimbing
2) Progressive Muscle
3) Relaksasi Benson
e. Reframing
f. Hipnotis
g. Biofeedback
h. Plasebo
Penurunan Nyeri Menstruasi
46
Gambar 6. Kerangka konsep
G. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga atau
hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara
empiris (Notoatmodjo, 2018). Hipotesis penelitian ini adalah Ada pengaruh
relaksasi bensonterhadap penurunan intensitas nyeri menstruasi (dismenore) pada
siswi SMAN 6 Metro usia 15-16 tahun.
H. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
atau ukuran yang dimilikiatau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu yang mempunyai bermacam-macam nilai
(Notoatmodjo,2018:103). Berdasarkan hubungan fungsionalnya atau perannya
variabel diebedakan menjadi variabel terikat (dependent) dan variabel bebas
(independent) dan variabel penganggu (confounding) (Notoatmodjo,208:104).
Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah nyeri menstruasi
(dismenore) sedangkan variabel independent yaitu teknik relaksasi benson.
I. Definisi Operasional
Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat
ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi yang operasional atau
“definisi operasional variabel”. Definisi operasional ini penting dan diperlukan
Relaksasi Benson Penurunan Nyeri Menstruasi
47
agar pengukuran variabel atau pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara
sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain (Notoatmodjo,
2018:111).
Adapun dalam penelitian ini variabel yang akan didefinisikan secara
oprasional dapat dijelaskan sebagai berikut
Tabel 2
Definisi Oprasional
Variabel Definisi
Oprasional
Cara ukur Alat
ukur
Hasil ukur Skala
Nyeri
Menstruasi
(dismenore)
Sakit yang
dirasakan
responden
pada perut
bagian bawah
seperti kram,
menjelang dan
atau saat haid
berlangsung.
Wawancara Kuisioner Intensitas
nyeri
menstruasi 0-
10
Rasio
Relaksasi
Benson
Relaksasi
pernafasan
dengan
melibatkan
keyakinan
spiritual
selama 10 atau
20menit dalam
dua kali sehari
(pagi dan
malam). Pada
remaja putri
usia 15-16
tahun.
Wawancara
dan
Observasi
Check
List
Dilakukan
teknik
relaksasi
benson
Nominal