BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Mantap : tubektomi dan vasektomi 3. KB Suntik Depo Provera a....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Mantap : tubektomi dan vasektomi 3. KB Suntik Depo Provera a....
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan
sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas (BKKBN, 2015).
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau
alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Pasangan usia subur
menggunakan alat kontrasepsi untuk mengikuti program Keluarga Berencana tersebut
(Affandi, 2012).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Keluarga
Berencana adalah suatu program pemerintah yang dilakukan untuk mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan dengan menggunakan alat kontrasepsi
untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
2. Kontrasepsi
a. Definisi
Kontrasepsi adalah usaha menghindari dan mencegah terjadinya suatu
kehamilan sebagai akibat dari bertemunya sel sperma dan sel telur yang matang dan
dapat mengakibatkan kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula
bersifat permanen. Dapat juga menggunakan berbagai macam cara, baik
menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi. Kontrasepsi
merupakan sebuah alat, obat, efek atau tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah
kehamilan. Masyarakat pada umumnya menyebut kontrasepsi dengan istilah
Keluarga Berencana atau KB (Wiknjosastro, 2009).
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang artinya melawan/mencegah dan
“konsepsi” artinya pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel
sperma tersebut. (BKKBN, 2015).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut kontrasepsi merupakan salah satu
cara untuk mencegah terjadinya konsepsi antara sel sperma dan sel telur yang
matang di tuba falopii sehingga tidak terjadi kehamilan. Kontrasepsi tersebut ada
yang bersifat sementara dan permanen, dapat pula dilakukan secara alamiah,
hormon, alat maupun dengan prosedur operasi.
b. Macam-Macam Metode Kontrasepsi
Menurut Affandi (2012) macam-macam metode kontrasepsi adalah sebagai
berikut :
1) Kontrasepsi Non Hormonal : Metode Amenorea Laktasi (MAL), Metode KB
Alamiah (KBA), senggama terputus.
2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
3) Kontrasepsi Hormonal
a) Metode Hormonal Kombinasi (Estrogen dan Progesteron) : Pil kombinasi,
suntik kombinasi
b) Metode Hormonal Progesteron Saja : Pil progestin (minipil), implan, suntikan
progestin
4) Metode Penghalang (Barrier Method) : Kondom dan diafragma
5) Kontrasepsi Mantap : tubektomi dan vasektomi
3. KB Suntik Depo Provera
a. Pengertian
Depo provera ialah KB suntik 3 bulan yang mengandung 150 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat (DMPA), yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuskular di daerah bokong (Sarwono, 2012).
Terdapat 2 jenis suntikan progestin yaitu injeksi Depo Medroksiprogesteron
Asetat (DMPA) yang diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg secara intramuskular
setiap 12 minggu sekali dan Noristerat atau Noretindron Asetat (NET EN) yang
diberikan dalam suntikan tunggal 200 mg secara intramuscular setiap 8 minggu
sekali (Everett, 2008).
Menurut Praptiani (2012) Depo Provera merupakan kontrasepsi suntik yang
mengandung Depo Medroksiprogesteron Asetat 150 mg, yang diberikan setiap 12
minggu, tetapi intervalnya dapat diperpanjang hingga 14 minggu.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut KB suntik Depo Provera merupakan
salah satu alat kontrasepsi hormonal yang mengandung Depo Medroksiprogesteron
Asetat yang diberikan dengan cara disuntik pada daerah bokong secara
Intramuscular (IM) dan diberikan setiap 12 minggu atau 3 bulan sekali.
b. Mekanisme Kerja
Cara kerja kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Manuaba (2010), yaitu:
1) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum.
2) Mengentalkan lender serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa.
3) Menganggu suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk implantasi
hasil konsepsi.
c. Efektivitas
Kontrasepsi Depo Provera menurut Sarwono (2012) memiliki efektifitas
tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Menurut Everett (2008)
kontrasepsi Depo Provera memiliki efektivitas antara 99% dan 100% dalam
mencegah kehamilan. Sehingga kontrasepsi suntik Depo Provera adalah bentuk
kotrasepsi yang sangat efektif karena angka kegagalan penggunaannya lebih kecil.
Menurut beberapa pendapat tersebut kontrasepsi Depo Provera memiliki
efektifitas tinggi sekitar 99% asalkan penyuntikannya dilakukan teratur sesuai
jadwal yang telah ditentukan.
d. Keuntungan Depo Provera
Keuntungan kontrasepsi Depo Provera menurut Handayani (2010), yaitu :
1) Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan).
2) Cepat efektif (< 24 jam) jika dimulai pada hari ke 7 dari siklus haid.
3) Metoda Jangka Waktu Menengah (Intermediate-term).
4) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan untuk memulai pemakaian.
5) Tidak menganggu hubungan seks.
6) Tidak mempengaruhi pemberian ASI.
7) Efek sampingnya sedikit.
8) Klien tidak memerlukan suplai (pasokan) bahan.
9) Bisa diberikan oleh petugas non-medis yang sudah terlatih.
10) Tidak mengandung estrogen.
e. Keterbatasan Depo Provera
Keterbatasan kontrasepsi Depo Provera menurut Affandi (2012), yaitu :
1) Sering ditemukan gangguan haid sebagai efek samping dari kontrasepsi Depo
Provera, seperti:
a) Siklus haid yang memendek atau memanjang,
b) Perdarahan yang banyak atau sedikit,
c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting),
d) Tidak haid sama sekali.
2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan).
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
4) Menimbulkan efek samping masalah berat badan.
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan pada organ
genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari
deponya (tempat suntikan).
8) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
9) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang.
10) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat.
f. Keadaan yang boleh menggunakan kontrasepsi suntik Depo Provera menurut
Handayani (2010) dan Affandi (2012) yaitu :
1) Usia reproduksi.
2) Nulipara dan yang telah memiliki anak.
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6) Setelah abortus atau keguguran.
7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
8) Perokok.
9) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah
atau anemia bulan sabit.
10) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin).
11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
13) Anemia defisiensi besi.
14) Mendekati usia menopaus yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi.
g. Kontraindikasi kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Everett (2008) dan
Affandi (2012), yaitu :
1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran).
2) Perdarahan pervaginam yang tidak terdiagnosis.
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorhea.
4) Kanker bergantung steroid seks, misalnya kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.
5) Diabetes mellitus disertai komplikasi.
h. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan Depo Provera menurut Handayani
(2010) dan Affandi (2012) yaitu :
1) Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid.
2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3) Suntikan pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,
dengan syarat ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
4) Penyuntikan pada ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan dapat diberikan bila ibu tersebut telah
menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut
tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu
sampai haid berikutnya datang.
5) Keadaan apabila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain, kontrasepsi suntikan
yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang
sebelumnya.
6) Aturan penyuntikan pada ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan
ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat
segera diberikan, dengan syarat ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak
perlu menunggu haid berikutnya datang. Jika ibu disuntik setelah hari ke-7 haid,
maka ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
7) Keadaan pada ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.
Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus
haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja
yakin ibu tersebut tidak hamil.
8) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat
diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
9) Pasca bersalin < 6 bulan jika menggunakan MAL
10) Pasca keguguran segera atau dalam waktu 7 hari siklus haid
i. Informasi lain yang perlu disampaikan menurut Affandi (2012) yaitu :
1) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(Amenorhea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali
mengganggu kesehatan.
2) Efek samping yang biasa ditimbulkan seperti peningkatan berat badan, sakit
kepala, dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan
cepat hilang.
3) Terlambat kembalinya kesuburan bisa saja terjadi, penjelasan ini perlu diberikan
pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang
merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.
4) Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang kembali
pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi
kehamilan. Setelah 3-6 bulan jika tidak terjadi haid, klien harus kembali ke
dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid
tersebut.
5) Apabila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan
dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2
minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien
tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau
menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Apabila perlu dapat
juga menggunakan kontrasepsi darurat.
6) Penggunaan pada klien yang sedang menggunakan salah satu kontrasepsi
suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan
yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Apabila terpaksa juga dilakukan,
kontrasepsi yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadwal
suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.
7) Klien yang lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil.
j. Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Handayani
(2010) dan Affandi (2012), yaitu :
1) Masa haid yang tertunda setelah beberapa bulan siklus teratur, harus dipikirkan
adanya kemungkinan kehamilan
2) Nyeri perut bagian bawah yang hebat kemungkinan gejala kehamilan ektopik
terganggu
3) Perdarahan hebat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih
banyak dalam satu periode masa haid
4) Abses atau perdarahan pada tempat suntikan
5) Migraine (vaskuler), sakit kepala yang berat dan terus berulang atau pandangan
yang kabur
Bila terjadi hal-hal yang disebutkan di atas, hubungi segera tenaga kesehatan, atau
klinik.
4. KB suntik Depo Provera dengan spotting
a. Pengertian
Depo Provera merupakan metode kontrasepsi suntik yang memiliki dua efek
samping utama yang mempengaruhi semua wanita yang menerima suntikan Depo
Provera, yaitu perubahan menstruasi dan tertundanya untuk kembali subur (Varney,
2007). Di masyarakat sering ditemukan gangguan menstruasi, seperti siklus
menstruasi sering memanjang atau memendek, perdarahan yang banyak atau sedikit,
perdarahan tidak teratur atau spotting, atau tidak terjadi menstruasi sama sekali atau
amenorche (Kurniawati, 2013).
Spotting merupakan bercak darah yang keluar dari jalan lahir (Kurniawati,
2013). Keluarnya bercak darah selama penggunaan kontrasepsi hormonal
merupakan efek samping yang sering terjadi jika ringan atau tidak terlalu
mengganggu tidak perlu diberi obat. Tetapi jika bercak darah yang terjadi tidak
dapat diatasi maka harus diselidiki kemungkinan adanya penyakit lain (Irianto,
2014).
b. Etiologi
Penyebab terjadinya spotting adalah adanya ketidakseimbangan hormon. Hal
tersebut juga dapat terjadi karena erosi porsio, pemakaian awal KB suntik 3 bulanan
dan stress (Kurniawati, 2013).
c. Keluhan Subjektif
Sebagian besar alat kontrasepsi pasti memiliki beberapa efek samping.
Begitupun KB suntik depo provera, keluhan utama yang biasa dikemukakan pasien
akseptor KB suntik depo provera adalah keluarnya bercak-bercak darah dan
kebanyakan hal tersebut membuat ibu merasa cemas (Affandi, 2012). Hal tersebut
kadang-kadang dipakai sebagai alasan oleh wanita untuk tidak ingin melanjutkan lagi
penggunaan kontrasepsi hormonal seperti KB suntik depo provera (Baziad, 2008).
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk kasus KB suntik dengan spotting
salah satunya melihat ada tidaknya tanda-tanda anemia (konjungtiva pucat atau ujung
kuku yang pucat, rendahnya hematokrit atau hemoglobin). Selain melihat ada
tidaknya tanda anemia, pemeriksaan abdomen dan uterus perlu dilakukan meliputi
nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembengkakan, dan benjolan atau massa serta
pemeriksaan anogenital meliputi luka, varises, pembengkakan, massa, dan
pengeluaran cairan. Pemeriksaan pengeluaran pervaginam dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan inspekulo, pemeriksaan ini digunakan untuk memastikan bahwa
pengeluaran berupa darah yang sedikit-sedikit tersebut memang benar keluar melalui
jalan lahir (Affandi, 2012 ; Hidayat, 2008).
e. Patofisiologi
Penyebab terjadinya perdarahan bercak (spotting) dimulai dari disuntikkannya
depo-provera secara intramuscular di daerah bokong. Kemudian terjadi
ketidakseimbangan hormon-hormon di dalam tubuh yaitu hormon estrogen dan
progesterone. Akibat dari ketidakseimbangan hormon-hormon didalam tubuh
terjadilah pelebaran pembuluh vena kecil di endometrium. Pelebaran pembuluh vena
kecil di endometrium menyebabkan pembuluh vena menjadi rapuh, sehingga terjadi
perdarahan lokal. Perdarahan lokal yang terjadi di endometrium menyebabkan
keluarnya bercak-bercak darah. Apabila efek gestagen kurang, stabilitas stroma
berkurang, yang pada akhirnya terjadi perdarahan (Baziad, 2008).
f. Penatalaksanaan Depo Provera dengan spotting
Penatalaksanaan kontrasepsi suntik depo provera dengan efek samping
spotting yaitu dengan memperhatikan keadaan umum pasien terlebih dahulu,
kemudian menginformasikan kepada akseptor bahwa perdarahan ringan sering
dijumpai sebagai efek samping dari kontrasepsi yang digunakan, tetapi hal ini
bukanlah masalah serius, biasanya tidak memerlukan pengobatan, minta ibu untuk
menjaga asupan nutrisi dan minta ibu untuk istirahat. Apabila spotting yang terjadi
mengancam kesehatan ibu atau ibu tidak bisa menerima spotting yang terjadi,
suntikan dapat tidak dilanjutkan lagi atau pilih jenis kontrasepsi lain. Untuk
mencegah anemia perlu diberi preparat besi atau makanan yang banyak mengandung
zat besi. Sekarang sebagian besar para ahli tidak mengajurkan pemakaian rutin dari
suplemen estrogen pada kontrasepsi suntikan, karena ia akan mengurangi sebagian
keuntungan dari kontrasepsinya serta keharusan ibu untuk selalu mengingat untuk
minum tabletnya serta di samping efek samping dari estrogennya. Jadi pada
umumnya spotting tidak perlu diobati secara rutin yang terpenting adalah konseling
sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi suntikan (Hartanto, 2010 ; Sulistyawati,
2011)
g. Prognosis
Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak berbahaya.
Apabila spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid namun kemudian terjadi
perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan tersebut. Obatilah penyebab
perdarahan dengan cara yang sesuai, bila tidak ditemukan penyebab terjadinya
perdarahan, tanyakan kepada klien masih ingin melanjutkan suntikan atau tidak, jika
tidak suntikan jangan dilanjutkan lagi, dan mencari kontrasepsi jenis lain (Affandi,
2012).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Proses Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan, dan tahapan yang logis untuk pengambilan
suatu keputusan yang berfokus pada klien (Kurniadewi, 2013). Proses manajemen yang
dipakai bidan mengacu pada 7 langkah Varney (2007), yang terdiri atas:
a. Langkah I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap
Data dasar secara lengkap pada kasus KB Suntik Depo Provera dengan
spotting dapat diperoleh melalui:
1) Data Subjektif
Pada kasus KB Suntik Depo Provera dengan spotting, data subjektif yang
dikumpulkan berupa:
a) Identitas Diri
Informasi mengenai diri pasien meliputi nama, umur, agama, suku atau
bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat akseptor suntik depo provera
dengan spotting (Norma, 2013).
b) Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa dikemukakan pasien akseptor KB suntik depo
provera adalah keluarnya bercak-bercak darah (Affandi, 2012).
c) Riwayat Menstruasi
Pengkajian riwayat menstruasi ini meliputi umur menarche, siklus menstruasi,
lama menstruasi, jumlah darah yang keluar, jenis dan warna darah menstruasi,
nyeri haid (dismenorhea) dan keluhan lain sewaktu menstruasi. Pengkajian ini
juga digunakan untuk mengetahui apakah ibu mengalami kelainan gangguan
reproduksi atau tidak. Informasi ini didapatkan dengan mengkaji kapan
pertama kali ibu mengalami haid, lamanya haid, siklus haid, banyaknya ganti
pembalut per hari (normalnya 2-5 kali ganti pembalut per hari), sifat darah dan
adanya rasa nyeri atau tidak pada saat menstruasi (Yulifah, 2013 ; Dwi, 2013 ;
Manuaba, 2010).
d) Riwayat Obstetri
Riwayat obstetri berisi riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu yang
meliputi jumlah kehamilan, jumlah anak hidup, jenis persalinan, keadaan masa
nifas, masalah atau kelainan lain (Hidayat, 2008).
e) Data Kesehatan
(1) Data Kesehatan Sekarang
Berhubungan dengan masalah atau alasan datang (Yulifah, 2013). Ibu
mengeluhkan mengeluarkan bercak-bercak darah yang membuatnya
terganggu (Affandi, 2012).
(2) Riwayat kesehatan yang lalu
Data yang diambil untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita
penyakit kronis atau tidak seperti penyakit jantung, hati dan stroke,
apabila ibu memiliki riwayat penyakit tersebut maka ibu memerlukan
perhatian khusus. Pada kasus ini penting untuk diketahui apakah ibu
pernah mengalami infeksi pada saluran genetalia atau mengalami
perdarahan dan mengganggu sebelum memakai alat kontrasepsi suntik
Depo Provera atau tidak (Affandi, 2012).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, data kesehatan sangat diperlukan
pada kasus KB suntik dengan spotting sebelum memberikan terapi, karena
untuk mendeteksi penyakit-penyakit yang menjadi kontraindikasi terhadap
penggunaan esterogen sebagai terapi dari spotting.
f) Riwayat Keluarga Berencana
Riwayat keluarga berencana meliputi jenis KB yang pernah digunakan, alasan
pemakaian, lama pemakaian, alasan berhenti, atau ganti cara, dan rencana KB
selanjutnya. Pada kasus KB suntik dengan spotting, riwayat KB diperlukan
untuk mengetahui metode kontrasepsi yang sebelumnya digunakan baik tipe
kontrasepsi, lama penggunaan kontrasepsi, jadwal kontrasepsi, efek samping
yang pernah terjadi dari kontrasepsi juga alasan penghentian kontrasepsi
sebelumnya (Varney dkk, 2007 ; Norma, 2013).
2) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum yang dikumpulkan untuk kasus KB suntik dengan spotting
terdiri atas penilaian keadaan umum, kesadaran dan pengukuran tanda-tanda
vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi (Yulifah, 2013). Pada
akseptor KB suntik depo-provera yang paling utama adalah pemeriksaan
tekanan darah, pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa klien tidak
dalam keadaan tekanan tinggi. Penggunaan kontrasepsi hormonal yang
mengandung gestagen seperti minipil dan depo tidak meningkatkan tekanan
darah, namun pada seseorang yang sudah menderita hipertensi yaitu lebih dari
>140/90 mmHg dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Baziad,
2008).
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk kasus KB suntik dengan spotting
salah satunya melihat ada tidaknya tanda-tanda anemia (konjungtiva pucat
atau ujung kuku yang pucat, rendahnya hematokrit atau hemoglobin). Selain
melihat ada tidaknya tanda anemia, pemeriksaan abdomen dan uterus perlu
dilakukan meliputi nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembengkakan, dan
benjolan atau massa serta pemeriksaan anogenital meliputi luka, varises,
pembengkakan, massa, dan pengeluaran cairan (Affandi, 2012 ; Hidayat, 2008
; Saiffudin, )
c) Pemeriksaan Khusus
Pada kasus suntik Depo Provera dengan spotting pemeriksaan khusus yang
dilakukan yaitu pemeriksaan inspekulo. Pemeriksaan inspekulo ini digunakan
untuk memastikan bahwa pengeluaran berupa darah yang sedikit-sedikit
tersebut memang benar keluar melalui jalan lahir (Affandi, 2012).
b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar
Langkah kedua dilakukan dengan cara mendiagnosa masalah yang ditegakkan
berdasarkan data subyektif dan objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan (Dwi,
2013).
1) Diagnosis Kebidanan
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus ini adalah Ny.S P2A0 akseptor
KB suntik Depo Provera dengan spotting (Varney, 2009).
2) Masalah
Masalah yang terjadi pada kasus akseptor KB suntik Depo Provera dengan
spotting adalah :
a) Keluarnya bercak darah dari jalan lahir diluar siklus haid (Affandi, 2012).
b) Ibu merasa cemas dan tidak nyaman karena adanya bercak darah yang keluar
dari jalan lahir diluar siklus haid (Affandi, 2012).
3) Kebutuhan
Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu (Sari, 2012).
Kebutuhan yang mungkin diperlukan pada kasus akseptor KB suntik Depo
Provera dengan spotting ini yaitu :
a) KIE agar ibu selalu menjaga kebersihan alat genitalnya (vulva hygiene) dengan
mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari atau setiap saat apabila ibu sudah
merasa tidak nyaman (Manuaba, 2010).
b) Motivasi serta informasi tentang kasus dan penatalaksanaan spotting (Manuaba,
2010).
c. Langkah III. Mengidentifikasikan Diagnosis atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya.
Diagnosis potensial yang dapat muncul pada kasus suntik Depo Provera
dengan spotting yaitu anemia apabila perdarahan terus berlanjut dan bertambah
banyak. Antisipasi penanganan yang dapat dilakukan bidan terhadap diagnosa yang
muncul yaitu melakukan observasi keadaan umum ibu, vital sign, pengeluaran
pervaginam, memberikan terapi tablet zat besi, minta ibu untuk menjaga asupan
nutrisi dan minta ibu untuk istirahat (Varney, 2007 ; Sulistyawati, 2011).
d. Langkah IV. Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera.
Kebutuhan untuk pasien pada kasus Ny.S P2A0 akseptor KB suntik Depo
Provera dengan spotting adalah sebelum melakukan pengobatan memastikan
terlebih dahulu apakah pengeluaran berupa darah yang sedikit-sedikit tersebut
memang benar keluar melalui jalan lahir (Affandi, 2012).
Tindakan segera pada kasus Ny.S P2A0 akseptor KB suntik Depo Provera
dengan spotting adalah kolaborasi dengan dokter SpOG untuk penatalaksanaan
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu (Sulistyawati, 2011 ; Affandi, 2012).
e. Langkah V. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Rencana asuhan yang terpenting adalah pendidikan kesehatan, konseling dan
petunjuk untuk klien yang berkaitan dengan Depo Provera diberikan selama proses
pemilihan metode kontrasepsi ini. Konseling ini dilakukan bertujuan untuk
memastikan klien tidak menghentikan metode tersebut karena ia mengalami
perubahan menstruasi (Varney dkk, 2007).
Asuhan kebidanan yang direncanakan pada akseptor suntik Depo Provera
dengan spotting adalah sebagai berikut :
1) Berikan informasi hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada ibu (Varney,
2007)
2) Berikan informasi pada ibu tentang keadaan yang dialaminya agar pasien
mengetahui keadaannya (Varney, 2007)
3) Berikan KIE pada ibu tentang efek samping dari alat kontrasepsi Depo Provera
yang digunakan agar pasien lebih memahami efek samping alat kontrasepsi yang
digunakan (Varney, 2007 ; Sulistyawati, 2011 ; Handayani, 2010)
4) Pastikan kembali apakah ibu akan melanjutkan suntik KB Depo Provera lagi
atau tidak (Affandi, 2012)
5) Berikan pelayanan KB suntik Depo Provera (Affandi, 2012)
6) Berikan terapi berupa tablet zat besi agar ibu tidak mengalami anemia (Hartanto,
2010 ; Sulistyawati, 2011)
7) Rencanakan untuk kunjungan ulang pada jadwal suntik berikutnya (Varney,
2007)
8) Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat genitalnya (vulva hygiene) dengan
mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari atau setiap saat apabila ibu sudah
merasa tidak nyaman dan membersihkan daerah kewanitaan dari arah depan ke
belakang untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi dan komplikasi lain,dan beri
dukungan psikologis agar pasien merasa lebih tenang (Varney, 2007 ;
Sulistyawati, 2011 ; Handayani, 2010).
9) Beritahu ibu untuk banyak makan sayuran hijau, menganjurkan kepada ibu untuk
istirahat yang cukup agar tidak menjadi lemas karena adanya bercak darah yang
keluar (Affandi, 2012)
10) Motivasi ibu agar selalu memperhatikan keadaanya (Varney, 2007)
11) Dokumentasikan tindakan (Varney, 2007)
f. Langkah VI. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh secara efisien,
efektif, dan aman. Pelaksanaannya dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
bersama anggota tim kesehatan lainnya. Bila diputuskan bidan berkolaborasi dengan
dokter untuk menangani klien yang mengalami kompilkasi, maka keterlibatan bidan
dalam pelaksaan asuhan adalah tetap menjadi tanggung jawab bidan. Penatalaksaan
yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan
asuhan klien. Pelaksanaan asuhan dalam kasus suntik Depo Provera dengan
spotting, dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya dan dalam
pelaksanaannya dicantumkan waktu tindakan (Varney dkk, 2007 ; Dewi, 2013).
g. Langkah VII. Evaluasi
Langkah terakhir evaluasi adalah salah satu langkah mengevaluasi keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi rencana perawatan, kebutuhan, masalah
dan diagnosis. Rencana dianggap efektif jika terlaksana dan tidak efektif jika tidak
terlaksana (Varney dkk, 2007 ; Dewi, 2013).
Hasil yang diharapkan dari manajemen kebidanan pada akseptor KB suntik
Depo Provera dengan spotting adalah dapat menghentikan perdarahan bercak-
bercak (spotting) dan klien tetap dapat menggunakan KB suntik Depo Provera
(Varney, 2007 ; Sulistyawati, 2011).
C. Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Klien
Menurut KepMenKes RI No : 938/MenKes/SK/VII/2007 tujuh langkah
Varney disarikan menjadi empat langkah yaitu, SOAP (Subjektif, Objektif,
Assesment, dan Planning). SOAP diperoleh dari proses pemikiran penatalaksanaan
kebidanan sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan pasien.
S : Subjective
Data subjektif ialah catatan kualitatif dan kuantitatif dari segala sesuatu yang
berhubungan dengan masalah. Data ini mencakup perasaan, reaksi atau pengamatan
terhadap masalah. Data yang terpercaya diperoleh dari pasien sendiri dengan
melakukan wawancara langsung pada akseptor suntik depo provera tentang keluhan
adanya bercak darah keluar dari kemaluan atau keluhan lain yang dirasakan. Data ini
menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis
sebagai langkah I Varney (Hidayat, 2008).
Dalam kasus akseptor suntik Depo Provera dengan spotting, data subjektif ini
merupakan data perkembangan dari data 7 langkah Varney diatas. Keluhan utama
akan mengarah pada perdarahan yang berupa tetesan atau perdarahan bercak sudah
berkurang karena telah diberikan terapi sesuai penatalaksanaan KB suntik Depo
Provera dengan spotting (Affandi, 2012).
O : Objective
Data objektif didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik sebelum
atau selama pemakaian KB (Hidayat, 2008). Data objektif menggambarkan hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan hasil tes diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney
(Varney 2007).
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh data objektif untuk kasus KB
suntik dengan spotting yaitu pemeriksaan umum terdiri atas penilaian keadaan
umum, kesadaran, berat badan pengukuran tekanan darah (Yulifah, 2013),
pemeriksaan tekanan darah ini dilakukan untuk memastikan bahwa klien tidak dalam
keadaan hipertensi, sebab pada seseorang yang sudah menderita hipertensi yaitu
lebih dari >140/90 mmHg dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Baziad,
2008). Pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk memastikan bahwa pengeluaran
berupa darah yang sedikit-sedikit tersebut memang benar keluar melalui jalan lahir
(Affandi, 2012).
A : Assesment
Assesment menggambarkan pendokumentasian data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial,
serta perlu tidaknya tindakan segera sebagai langkah 2 Varney (Hidayat, 2008 ;
Varney, 2007).
Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan berdasarkan data subjektif dan
objektif adalah Ny. S P2A0 akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting.
P : Plan
Plan mencakup penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera,
tindakan segera komprehensif yang meliputi penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi atau follow up dari rujukan sebagai langkah 3, 4, 5, 6 dan 7 Varney (2007).
Pada kasus suntik Depo Provera dengan spotting beberapa hal yang perlu
direncanakan menurut Sulistyawati (2011) yaitu mengobservasi keadaan umum dan
tanda-tanda vital, mengobservasi perdarahan pervaginam, menjelaskan keadaan yang
dialami oleh ibu, memotivasi ibu untuk banyak makan sayuran hijau, menganjurkan
kepada ibu untuk istirahat yang cukup dan motivasi agar tetap memakai kontrasepsi
suntik. Pemberian asuhan kebidanan yang optimal diharapkan dapat mengurangi atau
menghentikan spotting yang dialami oleh klien dan tidak terulang kembali pada
siklus berikutnya. Perencanaan tersebut kemudian dilaksanakan secara efektif dan
aman kemudian dilakukan evaluasi pada kasus KB suntik Depo Provera dengan
spotting.