BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diri
1. Pengertian
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Tarwoto & Wartonah, 2006). Konsep diri
menurut Potter dan Perry (2005) adalah citra mental seseorang terhadap
dirinya sendiri, mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan
kelemahan pada seluruh aspek kepribadiannya.
Menurut Beck, Willian dan Rawlin (1993) menyatakan bahwa
konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik
fisikal, emosional intelektual, sosial dan spiritual. Konsep diri adalah
semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Individu dengan konsep diri positif
dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal,
kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang
negatif dapat dilihat dari hubungan sosial yang maladaptif (Keliat, 1992).
2. Komponen Konsep Diri
Konsep diri terdiri dari lima komponen, antara lain:
a. Citra diri (body image)
Citra diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan
tentang ukuran dan bentuk tubuh, fungsi, penampilan dan potensi
tubuh saat ini dan masa lalu (Keliat, 1992). Menurut Stuart dan
Sundeen (1998) gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap
tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi
6
dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi
tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu.
Citra diri dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan
perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti
pubertas dan penuaan terlihat jelas terhadap citra diri dibandingkan
dengan aspek-aspek konsep diri yang lain. Selain itu, citra diri juga
dipengaruhi oleh nilai sosial budaya. Budaya dan masyarakat
menentukan norma-norma yang diterima luas mengenai citra diri dan
dapat mempengaruhi sikap seseorang, misalnya berat tubuh yang ideal,
warna kulit, tindik tubuh serta tato dan sebagainya (Alimul, 2008).
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat
menunjukkan tanda dan gejala seperti:
1) Syok psikologis
Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.
2) Menarik diri
Individu menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari
kenyataan tetapi karena tidak mungkin maka individu akan lari
atau menghindar secara emosional.
3) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah individu sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan
atau berduka muncul setelah fase ini individu mulai melakukan
realisasi dengan gambaran diri yang baru (Stuart dan Sundeen,
1998). Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas
adalah proses yang adaptif, jika tampak tanda dan gejala berikut
secara menetap maka respon individu dianggap maladaptif
sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu: a) menolak untuk
melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah; b) tidak dapat
menerima perubahan-perubahan struktur dan fungsi tubuh; c)
mengurangi kontak sosial sehingga individu menarik diri; d)
7
perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh; e) preokupasi
dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang; f)
mengungkapkan keputusan; g) mengungkapkan ketakutan ditolak;
h) dipersonalisasi dan menolak penjelasan tentang perubahan
tubuh.
b. Ideal diri
Menurut Keliat (1992) Ideal diri adalah persepsi individu
tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi.
Standar dapat berhubungan dengan tipe seseorang yang diinginkan
atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai. Ideal diri
adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu
(Stuart dan Sundeen, 1998).
Ideal diri terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai dan standar perilaku
yang dianggap ideal dan diupayakan untuk dicapai. Diri ideal berawal
dalam tahun prasekolah dan berkembang sepanjang hidup. Diri ideal
dipengaruhi oleh norma masyarakat dan harapan serta tuntutan dari
orang tua dan orang terdekat (Potter dan Perry, 2005).
c. Harga diri
Harga diri menurut Alimul (2008), adalah penilaian individu
tentang dirinya dengan menganalisis kesesuaian antara perilaku dan
ideal diri yang lain. Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan
dari diri sendiri maupun dari orang lain. Harga diri adalah penilaian
pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998).
Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu diri sendiri dan orang
lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Harga
diri mencakup penerimaan diri sendiri karena nilai dasar, meski lemah
dan terbatas. Seseorang yang menghargai dirinya dan merasa dihargai
oleh orang lain biasanya mempunyai harga diri yang tinggi. Seseorang
yang merasa tidak berharga dan menerima sedikit respek dari orang
8
lain biasanya mempunyai harga diri yang rendah (Potter dan
Perry, 2005).
Menurut Mars (1990) dalam Potter dan Perry (2005) harga diri
juga dipengaruhi oleh sejumlah kontrol yang mereka miliki terhadap
tujuan dan keberhasilan dalam hidup. Seseorang dengan harga diri
yang tinggi cenderung menunjukkan keberhasilan yang diraihnya
sebagai kualitas dan upaya pribadi. Ketika berhasil, seorang individu
dengan harga diri rendah cenderung mengatakan bahwa keberhasilan
yang diraihnya adalah keberuntungan dan atau atas bantuan orang lain
dari pada kemampuan pribadi. Coopersmith (dikutip oleh Stuart dan
Sundeen, 1998) menguraikan empat cara meningkatkan harga diri pada
anak yaitu memberi kesempatan berhasil, menanamkan gagasan,
mendorong aspirasi, membantu membentuk koping.
Coopersmith (1998) membagi harga diri kedalam empat aspek:
1) Kekuasaan (power)
Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang
lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat
yang diterima individu dari orang lain.
2) Keberartian (significance)
Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari
orang lain.
3) Kebajikan (virtue)
Ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan
untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.
4) Kemampuan (competence)
Sukses memenuhi tuntutan prestasi.
Menurut Burn (1993) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
gangguan harga diri seperti:
1) Perkembangan individu
Faktor presdiposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti
penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak diantar dan
9
mengakibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk
mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak
mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan
orang terdekat atau penting baginya, ia merasa tidak adekuat
karena selalu tidak percaya untuk mandiri, memutuskan sendiri
akan tanggung jawab terhadap perilakunya.
2) Ideal diri tidak realistis
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa
tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat
standar yang tidak dapat dicapai seperti cita-cita yang terlalu tinggi
dan tidak realistis.
3) Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa
rendah diri.
4) Sistem keluarga yang tidak berfungsi
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak
mampu membangun harga diri dengan baik. Orang tua memberi
umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan terganggu jika
kemampuan penyesuaian masalah tidak adekuat. Akhirnya anak
memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan
dilingkungannya.
5) Penanganan traumatik yang berulang-ulang misalnya
akibat penganiayaan fisik, emosi dan seksual.
d. Peran diri
Peran diri adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Beck,
dkk, 1993). Peran diri adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
oleh masyarakat yang sesuai dengan fungsi yang ada dalam
masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat
(Alimul, 2008).
10
Sebagian besar individu mempunyai lebih dari satu peran.
Peran yang umum termasuk peran sebagai ibu atau ayah, istri atau
suami, anak perempuan atau anak laki-laki, pekerja atau majikan,
saudara perempuan atau laki-laki, dan teman. Setiap peran mencakup
pemenuhan harapan tertentu dari orang lain. Pemenuhan harapan ini
mengarah pada penghargaan. Ketidakberhasilan untuk memenuhi
harapan ini menyebabkan penurunan harga diri atau terganggunya
konsep diri seseorang (Potter dan Perry, 2005).
e. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang
bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari
semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. Menjadi
“diri-sendiri” adalah hal yang terpenting dari identitas (Keliat, 1992).
Identitas sering didapat dari observasi diri seseorang dan dari
apa yang kita katakan tentang diri kita (Stuart & Sundeen, 1998).
Menurut Erikson (1963) dalam Potter dan Perry (2005), selama masa
remaja tugas emosional utama adalah perkembangan rasa diri atau
identitas. Banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif, dan
sosial. Jika remaja tidak dapat memenuhi harapan dorongan diri
pribadi dan sosial yang membantu mereka mengidentifikasikan tentang
diri, maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitas.
Seseorang dengan rasa identitas yang kuat akan merasa terintregasi
bukan terbelah.
3. Rentang respon konsep diri
Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu perubahan dalam
citra diri, idealdiri, harga diri, peran diri dan identitas personal. Rentang
individu terdapat konsep diri berfluktuasi sepanjang rentang respon
konsep diri yaitu adaptif sampai maladaptif.
11
Gambar 2.1 Rentang respon konsep diri (Sumber: Stuart dan Sundeen, 1998)
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman sukses.
b. Konsep diri yang positif apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam mewujudkan dirinya.
c. Harga diri yang rendah adalah transisi antara respon konsep diri
adaptif dan maladaptif.
d. Kerancauan identitas adalah kegagalan individu mengintregasikan
aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan tidak
dapat membedakan diri dengan orang lain.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), ada beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri. Faktor tersebut terdiri dari:
a. Teori perkembangan
Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir seperti
mulai mengenal diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembangan
melalui kebiasaan eksplorasi atau pengenalan tubuh, nama panggilan,
pengalaman budaya dan hubungan interpersonal dan kemampuan pada
area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta
aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
RENTANG RESPON KONSEP DIRI
Respon adaptif Respon maladaptif
Aktualisasi diri konsep diri Harga diri kerancuan Depersonali-Positif rendah identitas sasi
12
Remaja dipaksa untuk mengubah gambaran mental mereka
tentang diri mereka. Perubahan fisik dalam ukuran dan penampilan
menyebabkan perubahan dalam persepsi diri dan penggunaan tubuh.
Remaja menghabiskan banyak waktu di depan cermin untuk hygiene,
berdandan dan berpakaian dimana mereka mencari perbaikan dari
penampilan mereka sebanyak mungkin. Distres yang besar dirasakan
tentang ketidak sempurnaan yang diserap (Perry dan Potter, 2005).
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat
dengan pembentukan identitas (Erikson, 1963 dalam Potter dan Perry,
2005). Pengalaman yang positif pada masa kanak-kanak
memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka.
Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri
yang buruk.
b. Significant other (orang yang terpenting atau orang yang terdekat)
Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan
orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan
cara pandangan diri merupakan interpretasi diri pandangan orang lain
terhadap diri, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat
dengannya dan pengaruh orang terdekat atau orang penting sepanjang
siklus kehidupan.
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman
sebayanya secara khas yaitu dengan cara berkumpul untuk melakukan
aktifitas bersama dengan membentuk kelompok. Ketika remaja
mengalami masalah kulit (jerawat) mereka seringkali merasa kurang
percaya diri ketika berhadapan dengan temannya. Banyaknya
informasi serta interaksi yang dilakukan oleh remaja dengan temannya,
maka akan mengakibatkan remaja tersebut tidak merasa tersingkirkan
dari lingkungannya. Interaksi yang terjadi antara remaja dengan
lingkungannya mempuyai kualitas yang berbeda-beda. Suatu interaksi
dikatakan berkualitas, jika mampu memberikan kesempatan kepada
13
individu untuk mengembangkan diri dengan segala kelebihan dan
kekurangan yang dimilikinya.
c. Self Perception (persepsi diri sendiri)
Persepsi individu terhadap diri sendiri, serta pengalamannya
mengenai masalah fisik (jerawat) yang mereka alami, antara lain:
1) Life Style (gaya hidup)
Gaya hidup yang dimiliki oleh kebanyakan dari remaja
sekarang lebih cenderung pada gaya hidup yang serba instan dan
modern misalnya dalam perawatan muka. Pada remaja putri bagian
wajah seringkali dipoles dengan kosmetik, tujuannya selain untuk
mempercantik diri juga untuk melindungi kulit dari sinar matahari.
Namun pada sore hari kosmetik yang tidak segera dihapus dan
dibersihkan akan menjadi populasi bersama keringat dan debu
yang menempel di wajah sehingga bisa menyebabkan terjadinya
jerawat.
2) Tipe kepribadian
Kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran, emosi
dan perilaku yang berbeda serta mempunyai karakteristik yang
menentukan gaya personal individu dan mempengaruhi
interaksinya dengan lingkungan (Farozin, 2004). Orang dengan
kepribadian tipe A (introvert) lebih mudah mengalami gangguan
akibat adanya stress dari pada orang dengan kepribadian tipe B
(ekstrovert).
Ciri-ciri orang dengan kepribadian tipe A (introvert) yaitu
tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, mudah
gelisah, mudah bermusuhan dan mudah tersinggung, sedangkan
orang dengan kepribadian tipe B (ekstrovert) mempunyai ciri-ciri
yang berlawanan dengan orang berkepribadian tipe A (introvert).
Remaja putri yang mempunyai kepribadian introvert sering kali
sulit bergaul, hati tertutup dan sulit berhubungan dengan orang lain
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Hal ini
14
mengakibatkan remaja putri tersebut tidak ada keinginan untuk
mencari tahu tentang penyelesaian masalah dari orang lain dan
cenderung berfikir dengan pengalaman yang mereka dapatkan
(Ahmadi, 2005).
Remaja putri yang mempunyai kepribadian ekstrovert
seringkali mudah bergaul, hatinya terbuka, hubungan dengan orang
lain lancar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar. Hal ini menyebabkan remaja putri tersebut selalu mencari
solusi dari masalah jerawatnya yaitu dengan bertanya dan
cenderung tidak ingin berprasangka dengan pemikiran mereka
sendiri.
3) Bentuk Anatomi Tubuh
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit dapat dengan
mudah dilihat dan diraba dan menjamin kelangsungan hidup. Kulit
dapat menyokong penampilan dan kepribadian seseorang. Dengan
demikian, kulit pada manusia mempunyai peranan yang sangat
penting. Selain fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup,
kulit juga mempunyai fungsi lain yaitu estetik, ras dan sarana
komunikasi non verbal antara individu satu dengan yang lain.
Menurut Dwikarya (2003), terdapat empat jenis kulit wajah
yaitu:
a) Kulit kering
Pada jenis kulit kering, kelenjar sebasea dan keringat
hanya dalam jumlah sedikit. Jenis kulit kering
mempunyai ciri penampakan kulit kusam.
b) Kulit berminyak
Pada jenis kulit berminyak, kelenjar sebasea dan keringat
terdapat dalam jumlah yang banyak. Jenis kulit
berminyak mempunyai ciri kulit dahi, dagu dan hidung
tampak berminyak, tekstur kulit terasa kasar, pori-pori
15
cenderung besar dan terlihat jelas, make-up cenderung
cepat luntur sehingga tidak bertahan lama, kulit
cenderung berkomedo dan berjerawat. Pada jenis kulit ini
populasi bakteri atau jamur yang senang memakan lemak
(lipofibik) mudah mengalami peningkatan. Masalah yang
sering terjadi pada jenis ini adalah jerawat dan reaksi
gatal diwajah saat berkeringat.
c) Kulit normal
Pada jenis kulit normal, jumlah kelenjar sebasea dan
keringat tidak terlalu banyak karena tersebar secara
merata. Ciri jenis kulit normal adalah kulit tampak
lembut, cerah dan jarang mengalami masalah.
d) Kulit kombinasi
Pada jenis kulit kombinasi, penyebaran kelenjar sebasea
dan keringat tidak merata. Jenis kulit kombinasi
mempunyai ciri kulit dahi, hidung dan dagu tampak
mengkilap, berjerawat, tetapi kulit dibagian pipi tampak
lembut.
5. Kriteria Kepribadian yang Sehat
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006) kriteria kepribadian yang
sehat sebagai berikut:
a. Citra tubuh yang positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan
perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini
dan masa lalu.
b. Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai
tujuan hidup yang dapat dicapai.
c. Konsep diri yang positif
Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan
sesuai dalam hidup.
16
d. Harga diri tinggi
Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang
dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang
dirinya sama dengan apa yang ia inginkan.
e. Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat
berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan.
Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain serta membina
hubungan interdependen.
f. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah
kehidupan dalam mencapai tujuan.
6. Karakteristik Konsep Diri Rendah
Menurut Carpenito, 1995 dalam Taylor, 1997 (dalam Tarwoto dan
Wartonah) karakteristik konsep diri rendah sebagai berikut:
a. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu
b. Tidak mau berkaca
c. Menghindari diskusi tentang topik dirinya
d. Menolak usaha rehabilitasi
e. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
f. Mengingkari perubahan pada dirinya
g. Meningkatkan ketergantungan pada orang lain
h. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan dan menangis
i. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
j. Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan
alkohol
k. Menghindari kontak sosial
l. Kurang bertanggung jawab.
7. Faktor Resiko Gangguan Konsep Diri
Faktor resiko gangguan konsep diri menurut Tarwoto dan
Wartonah (2006) antara lain:
17
a. Gangguan identitas diri meliputi: perubahan perkembangan, trauma,
jenis kelamin yang tidak sesuai, budaya yang tidak sesuai
b. Gangguan citra tubuh meliputi: hilangnya bagian tubuh, perubahan
perkembangan, kecatatan
c. Gangguan harga diri meliputi: hubungan interpersonal yang tidak
harmonis, kegagalan perkembangan, kegagalan mencapai tujuan
hidup, kegagalan dalam mengikuti aturan moral
d. Gangguan peran meliputi: kehilangan peran, peran ganda, konflik
peran, ketidakmampuan menampilkan peran.
B. Jerawat
1. Pengertian
Akne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikuler umum yang
mengenai folikel pilosebasea (folikel rambut) yang rentang dan paling
sering ditemukan di daerah muka (Smeltzer, 2001). Menurut Price dan
Wilson (1995), jerawat merupakan suatu proses peradangan kronik
kelenjar-kelenjar polisebasea. Akne vulgaris adalah penyakit peradangan
menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan
dapat sembuh sendiri (Djuanda, 2002).
2. Etiologi
Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun
menurut Harahap (2000) ada berbagai faktor yang berkaitan dengan
patogenesis penyakit akne vulgaris antara lain:
a. Kenaikan ekskresi sebum
Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu
kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak.
Aktifitas kelenjar sebasea diatur oleh androgen yang berperan dalam
proses ini. Pada penderita akne terdapat peningkatan konversi hormon
androgen yang normal beredar dalam darah (testoteron) ke bentuk
metabolit yang lebih aktif (5-alfa dihidrotestoteron). Hormon ini
18
mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan
proliferasi sel penghasil sebum.
Meningkatnya produksi sebum disebabkan oleh organ akhir
yang berlebihan (end-organ hyperresponse) pada kelenjar sebasea
terhadap kadar normal androgen dalam darah. Terbukti bahwa pada
kebanyakan penderita lesi akne hanya ditemukan di beberapa tempat
yang kaya akan kelenjar sebasea.
b. Adanya keratinisasi folikel
Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya
penumpukan korneosit dalam saluran pilosebasea. Hal ini dapat
disebabkan oleh bertambahnya produksi korneosit pada saluran
pilosebasea, pelepasan korneosit yang tidak adekuat.
Pada penderita akne terjadi hiperkeratosis duktus pilo-sebasea
yang secara klinis tampak sebagai komedo. Penyebab terjadinya
hiperkeratosis adalah androgen selain menstimulasi kelenjar sebasea
juga berpengaruh pada hiperkeratosis saluran kelenjar, dan pada
penderita akne komposisi sebum menunjukkan penurunan konsentrasi
asam linoleat yang signifikan dan terdapat hubungan yang terbalik
antara produksi sebum dan konsentrasi asam linoleat. Hal ini secara
teori dikatakan dapat menginduksi hiperkeratosis folikel serta
penurunan fungsi barier epitel (Soetjiningsih, 2004).
c. Bakteri
Tiga macam mikrobia yang terlibat dalam patogenesis akne
adalah Corynebacterium Acne (Propionibacterium Acne),
Staphylococus epidermidis dan Pityrosporum ovale (Malassezia
furfur). Tampaknya ketiga macam bakteri bukanlah penyebab primer
pada proses patologi akne. Beberapa lesi disebabkan oleh
mikroorganisme yang memegang peranan penting, sedangkan pada lesi
yang lain timbul tanpa ada mikroorganisme.
Bakteri yang berdiam di dalam folikel (resident bacteria)
mengadakan eksaserbasi tergantung pada lingkungan mikro dalam
19
folikel tersebut. Menurut hipotesis Saint-Leger skualen yang
dihasilkan oleh kelenjar palit dioksidasi didalam folikel dan hasil
oksidasi ini menjadi penyebab terjadinya komedo.
d. Proses inflamasi (peradangan)
Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk yang
dihasilkan oleh Corynebacterium Acne, seperti lipase, hialuronidase,
protease, lesitinase, dan neuramidase, memegang peranan penting pada
proses peradangan.
Faktor kemotaktik yang berberat molekul rendah (tidak
memerlukan komplemen untuk bekerja aktif), bila keluar dari folikel
dapat menarik lekosit nukleus polimorfi (PMN) dan limfosit. Bila
masuk ke dalam folikel, PMN dapat mencerna Corynebacterium Acne
dan mengeluarkan enzim hidrolitik yang bisa menyebabkan kerusakan
dari folikel pilosebasea. Limfosit merupakan pencetus terbentuknya
sitokin.
Bahan keratin yang sukar larut, yang terdapat didalam sel
tanduk, serta lemak dari kelenjar palit dapat menyebabkan reaksi
nonspesifik, yang disertai oleh makrofag dan sel-sel raksasa.
Pada fase permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh
Corynebacterium Acne, juga terjadi aktivasi jalur komplemen klasik
dan alternatif (classical and alternative complement pathways).
Respon pejamu terhadap mediator juga amat penting. Selain itu
antibodi terhadap Corynebacterium Acne juga meningkat pada
penderita akne hebat.
3. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Akne (Jerawat):
a. Faktor genetik
Faktor genetik memegang peranan penting terhadap
kemungkinan seseorang menderita akne. Penelitian di Jerman
menunjukkan bahwa akne terdapat pada 45% remaja yang salah satu
atau ke dua orang tuanya menderita akne, dan hanya 80% bila ke dua
20
orang tuanya tidak menderita akne. Ada hubungan antara sindrom
XYY dengan akne yang berat (Soetjiningsih, 2004).
b. Faktor ras
Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne
dibandingkan dengan yang berkulit hitam dan akne yang diderita lebih
berat dibandingkan dengan orang jepang (Soetjiningsih, 2004).
c. Hormonal
Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat
mempengaruhi akne. Pada wanita, 60-70% akne yang diderita menjadi
lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai
seminggu setelah menstruasi(Soetjiningsih, 2004).
Menurut Harahap (2000), hormon androgen memegang
peranan penting karena kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon
ini. Pada wanita, kadar testoteron plasma sangat meningkat pada
penderita akne. Berbeda dengan konsentrasi testosterone pada
penderita akne pria tidak berbeda dengan yang tidak menderita akne.
Progesteron dalam jumlah fisiologik, tak mempunyai efek
terhadap aktifitas kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus
menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat
menyebabkan akne premenstrual.
d. Diet
Beberapa pengarang terlalu membesar-besarkan pengaruh
makanan terhadap akne akan tetapi dari penyelidikan terakhir ternyata
diet sedikit atau tidak, berpengaruh terhadap akne (Harahap, 2000).
Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan
total kalori dan jenis makanan, walaupun beberapa penderita
menyatakan akne bertambah parah setelah mengkonsumsi makanan
tertentu, seperti coklat dan makanan berlemak (Soetjiningsih, 2004).
e. Iklim
Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi
pada stratum korneum epidermis dapat merangsang terjadinya akne,
21
misalnya pada akne tropikal atau akne akibat kerja, sebagai contoh,
pekerjaan ditempat yang lembab dan panas seperti di dapur atau di
tempat cuci pakaian. Pajanan sinar matahari yang berlebihan dapat
memperburuk akne (Soetjiningsih, 2004).
Menurut Cunliffe, 1989 (dalam Harahap, 2000), pada musim
panas didapatkan 60% perbaikan akne, 20% tidak ada perubahan, dan
20% bertambah hebat. Bertambah hebatnya akne pada musim panas
bukan disebabkan oleh sinar U. V., melainkan oleh banyaknya keringat
pada keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut.
f. Lingkungan
Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di
daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.
Berbagai faktor mungkin berparan antara lain: genetik, iklim, polusi
dan lain-lain (Soetjiningsih, 2004).
g. Stress
Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita
dengan stress emosional (Soetjiningsih, 2004).
Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat
menyebabkan eksaserbasi akne. Kecemasan menyebabkan penderita
memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan
pada dinding folikel dan timbul lesi beradang yang baru. Teori lain
mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya
produksi hormon androgen dari kelenjar anak ginjal dan sebum,
bahkan asam lemak dalam sebum pun meningkat (Harahap, 2000).
4. Epidemiologi
Akne merupakan kelainan kulit yang paling sering terjadi pada
remaja. Insiden akne bervariasi antara 30-60% dengan insiden terbanyak
pada umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria. Kligman
melaporkan 15% remaja mempunyai akne klinis (akne major) dan 85%
akne fisiologis (akne minor), yaitu akne yang hanya terdiri dari beberapa
komedo (Soetjiningsih, 2004).
22
5. Manifestasi Klinis
Lesi jerawat terutama terdapat di wajah, punggung, dada dan
lengan atas. Akne vulgaris ditandai oleh lesi yang polienorfi, walaupun
dapat terjadi salah satu bentuk lesi yang dominan pada suatu saat atau
sepanjang perjalanan penyakit. Manifestasi klinik jerawat dapat berupa
lesi non inflamasi (komedo terbuka dan komedo tertutup) lesi inflamasi
superficial (papul, pustul0 dan lesi inflamasi dalam (nodul).
a. Komedo
Komedo adalah suatu tanda awal dari jerawat, sering muncul 1-2
tahun sebelum pubertas. Lesi dapat berupa komedo terbuka atau
komedo tertutup.
Komedo terbuka tampak sebagai lesi yang dasar atau sedikit
meninggi dengan sunbu folikel yang berwarna gelap, berisi keratin dan
lipid. Ukuran bervariasi antara 2-3mm, biasanya bahan keratin terlepas
dan tidak terjadi inflamasi kecuali bila terjadi trauma.
Komedo tertutup berupa papul kecil, biasanya kurang dari 1mm,
berwarna pucat, mempunyai potensi yang lebih besar untuk mengalami
inflamasi sehingga dianggap lebih penting secara klinis.
b. Papul
Papul merupakan reaksi radang dengan diameter < 5mm. papul
superficial sembuh dalam 5-10 hari dengan sedikit jaringan parut,
tetapi dapat terjadi hiperpigmentasi pasca inflamasi, terutama pada
remaja dengan kulit yang berwarna gelap. Papul yang lebih dalam,
penyembuhannya memerlukan waktu yang lebih lama dan dapat
meninggalkan jaringan parut.
c. Pustul
Pustul jerawat merupakan papul dengan puncak berupa pus atau
nanah. Biasanya usia pustul lebih pendek dari pada papul.
23
d. Nodul
Merupakan lesi radang dengan diameter 1cm atau lebih, disertai
nyeri dan lesi dapat bertahan sampai beberapa minggu atau bulan. Lesi
bentuk inilah biasanya yang menyebabkan jaringan parut
(Soetjiningsih, 2004).
6. Patofisiologi
Jerawat berasal dari folikel sebasea dan lesi awal berupa komedo.
Pemberitahuan komedo dimulai dari bagian tengah folikel akibat
masuknya bahan keratin sehingga dinding felikel menjadi tipis dan
menggelembung. Secara bertahap akan terjadi penumpukan keratin
sehingga dinding folikel menjadi bertambah tipis dan dilatasi
(Soetjiningsih, 2004).
Pada waktu yang bersamaan kelenjar sebasea menjadi atropi dan
diganti dengan sel epitel yang tidak berdiferensiasi. Komedo yang telah
terbentuk sempurna mempunyai dinding yang tipis, komedo terbuka
mempunyai lubang patulous dan bahan keratin tersusun dalam bentuk
lamelar yang konsentris dengan rambut sebagian pusatnya. Komedo
tertutup mempunyai keratin yang tidak padat dan lubang folikelnya
sempit. Komedo terbuka jarang mengalami inflamasi, kecuali bila sering
terkena trauma. Mikrokomedo dan komedo tertutup merupakan sumber
timbulnya lesi yang inflamasi.
Pada awalnya lemak keluar melalui dinding komedo yang udem
dan kemudian timbul reaksi selular pada dermis. Ketika pecah, seluruh isi
komedo masuk ke dermis, reaksi yang timbul lebih hebat dan terdapat sel
raksasa sebagai akibat keluarnya bahan keratin. Pada infiltrate ditemukan
bakteri difteroid gram positif dengan bentuk khas P.Acnes di luar dan
didalam sel lekosit.
Lesi yang pecah nampak sebagai pustul, nodul atau nodul dengan
pustul diatasnya, tergantung letak dan luasnya inflamasi. Selajutnya
kontraksi jaringan fibrus yang terbentuk dapat menimbukan jaringan parut
(Soetjiningsing, 2004).
24
7. Klasifikasi
Menurut bagian ilmu penyakit dan kelamin FKUI / RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo dikutip dari Djuanda (2002), klasifikasi jerawat
yaitu:
a) Ringan : Terdapat 5-10 komedo putih, komedo hitam dan papul
pada jerawat atau terdapat <5 pustul dan nodul pada wajah.
b) Sedang : Terdapat >10 komedo putih, komedo hitam dan papul
atau terdapat 5-10 pustul dan nodul pada wajah.
c) Berat : Terdapat >10 pustul dan nodul pada wajah.
8. Diagnosis
Diagnosis jerawat pada umumnya mudah ditegakkan. Keluhan
penderita dapat berupa rasa gatal atau sakit, tetapi pada umumnya keluhan
penderita lebih bersifat kosmetik. Pada pemeriksaan kulit didapatkan
erupsi kulit pada tempat predileksi yang bersifat polimorfi, yang terdiri
dari komedo (tanda patognomonik akne vulgaris), papul, pustul dan nodul.
Salah satu dari tipe lesi ini dapat lebih menonjol, sehingga diagnosis yang
ditegakkan berdasarkan atas lesi yang dominan, misalnya akne vulgaris
komedonal bila lesi yang dominan adalah komedo (Soetjiningsih, 2004).
9. Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penatalaksanan ini adalah untuk mengurangi
koloni bakteri, menurunkan aktivitas kelenjar sebasea, mencegah agar
folikel tidak tersumbat, mengurangi inflamasi, memerangi infeksi
sekunder, meminimalkan pembentukan jaringan parut dan mengeliminasi
faktor-faktor predisposisi terjadinya akne (Smelter, 2001).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan akne,
yaitu:
a. Perhatian terhadap keadaan emosional remaja tidak boleh
diabaikan
b. Pengobatan perlu waktu beberapa bulan dan pengobatan topikal
sering menyebabkan akne lebih parah dalam 3-4 minggu
25
c. Diet makanan tidak meningkatkan keparahan akne sehingga
pembatasan diet tidak diperlukan, kecuali pada penderita yang
mengeluhkan penyakitnya memburuk setelah mengkonsumsi
makanan tertentu
d. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Penderita wanita perlu diperiksa adanya histurisme, alopsia dan
obesitas. Perlu ditanyakan tentang siklus menstruasi dan
penggunaan pil kontrasepsi oral (Soetjiningsih, 2004).
C. Remaja
Adolesens (remaja) adalah periode perkembangan selama dimana
individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
biasanya antara usia 13-20 tahun (Potter dan Perry, 2005).
Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang
besar dari penduduk dunia. WHO menetapkan batasan usia 10-20 tahun
sebagai batasan usia remaja dan membagi kurun usia tersebut dalam dua
bagian yaitu awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Menurut
Sarwono (2001), pedoman umum remaja Indonesia menggunakan batasan usia
11-24 tahun dan belum menikah. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik
(1999) kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22% yang terdiri dari
50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Nancy P. , 2002 dalam
Soetjiningsih, 2004).
Masa remaja ditandai dengan perubahan jasmani dan perubahan
kejiwaan, sehingga berpengaruh terhadap perilaku, cara berfikir, perasaan,
hubungan dalam bergaul dan minat, berbagai perubahan tersebut membuat
remaja menjadi mudah bergejolak, sehingga masa ini sering disebut sebagai
masa strom dan stress, artinya masa yang penuh badai dan tekanan (BKKBN,
2000). Awal masa remaja disebut sebagai masa puber atau pubertas, atau awal
masa akil balaigh (Sarwono, 2001).
Hurlock (1999) menyatakan bahwa pada masa ini ada beberapa
perubahan yang bersifat universal, yaitu meningkatnya emosi, perubahan fisik,
26
perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan
sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Berikut ini dijelaskan satu persatu
dari ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa remaja.
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anatomi dan aspek
fisiologi, dimasa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan
mengeluarkan beberapa hormon. Dalam usia puber, hormon androgen
menstimulasi kelenjar sebasea dan menyebabkan kelenjar tersebut
membesar serta mensekresi suatu minyak alami, yaitu sebum yang
merembas naik hingga puncak folikel rambut dan mengalir pada
permukaan kulit. Pada remaja yang berjerawat stimulasi androgenik akan
meningkatkan daya responsif kelenjar sebasea sehingga akne terjadi ketika
duktus pilosebasea tersumbat oleh tumpukan sebum (Smeltzer, 2001).
2. Perubahan emosional
Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi masa
kanak-kanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin
tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada
ransangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam
mengekspresikan emosi. Remaja umumnya memiliki pengalaman emosi
yang ekstrim dan selalu merasa mendapatkan tekanan (Hurlock, 1999).
Bila pada akhir masa remaja mampu menahan diri untuk tidak
mengekspresikan emosi secara ekstrim dan mampu mengekspresikan
emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dan
dengan cara yang diterima masyarakat, dengan kata lain remaja yang
mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil
(Hurlock, 1999). Ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang
ditandai dengan sikap sebagai berikut : (a) tidak bersikap kekanak-
kanakan, (b)bersikap rasional, (c) bersikap obyektif, (d) dapat menerima
kritikan orang lain sebagai pedoman untuk bertindak lebih lanjut, (e)
bertanggung jawab terhadap tindakan yang telah dilakukan, (f) mampu
menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi.
27
3. Perubahan sosial
Perubaan fisik dan emosi pada masa remaja juga mengakibatkan
perubahan dan perkembangan remaja, Monks dkk (1999) menyebutkan
dua bentuk perkembangan remaja yaitu memisahkan diri dari orang tua
dan menuju kearah teman sebaya. Remaja berusaha melepaskan diri dari
otoritas orang tua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih
banyak berada diluar rumah dan dan berkumpul bersama teman sebayanya
dengan membentuk kelompok dan mengekspresikan segala potensi yang
dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap pengaruh
teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku. Perubahan yang
paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan
memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis
menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan, dan dicintai
oleh lawan jenis dan kelompoknya.
Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran, karena
selama periode ini individu mempunyai tugas perkembangan sebelum menjadi
individu dewasa yang matang. Tugas-tugas ini bervariasi sesuai budaya
individu itu sendiri dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas perkembangan ini
terdiri dari: 1) menerima citra tubuh; 2) menerima identitas seksual; 3)
mengembangkan sistem nilai personal; 4) membuat persiapan untuk hidup
mandiri; 5) menjadi mandiri atau bebas dari orang tua; 6) mengembangkan
ketrampilan mengambil keputusan; 7) mengembangkan identitas seseorang
yang dewasa (Bobak, 2004). Salah satu tugas penting remaja ialah
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Keputusan yang
berkenaan dengan aktivitas seksual, kehilangan dan menjadi orang tua.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu
berintegerasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa
di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada di dalam tingkatan
yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1999).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah
masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa yang berkisar antara
28
usia 10-24 tahun dimana pada masa ini terjadi perubahan psikologis dan
fisiologis.
Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi ini sering kali menghadapkan
individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan, disatu
pihak ia masih kanak-kanak, tetapi dilain pihak ia harus bertingkah laku
seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik seperti ini,
sering kali menyebabkan perilaku-perilaku aneh, canggung dan kalau tidak
terkontrol bisa menjadikan kenakalan (Purwanto, 1998).
Dalam usahanya untuk mencari identitas dirinya sendiri, seseorang
remaja sering membantah orang tuanya karena ia mulai punya pendapat-
pendapat sendiri, cita-cita serta nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang
tuanya (Purwanto, 1998). Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat
berkaitan erat dengan pembentukan identitas. Pengalaman yang positif pada
masa kanak-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri
mereka. Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri
yang buruk. Anak-anak yang memasuki masa remaja dengan perasaan negatif
menghadapi periode yang sulit ini bahkan lebih menyulitkan lagi.
29
B. Kerangka TeoriFaktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri:
Gambar 2.2 Kerangka Teori
[Sumber; dimodifikasi dari Keliat (1992); Ahmadi (2005); Djuanda, Adhi (2007)]
30
Significan Other (Orang yang terpenting atau terdekat)
Teori Perkembangan
Self Perception (Persepsi diri sendiri)
Konsep Diri
Remaja
Life Style (Gaya Hidup)Tipe Kepribadian
Bentuk Anatomi tubuh (Jenis kulit berminyak / berjerawat)
Jerawat
Gambaran DiriIdeal DiriHarga DiriPeranIdentitas