BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili...

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1. Pengertian Kondisi Sosial Menurut Dalyono ( 2005 ) dalam Basrowi dan Juariyah ( 2010 ) Kondisi Soial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Kondisi sosial yang mempengaruhi individu melalui dua cara yaitu langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu seperti dalam pergaulan sehari hari baik dari keluarga, teman dan pekerjaan. Secara tidak langsung melalui media masa baik cetak, audio maupun audio visual. Selanjutnya juga dijelaskan lingkungan sosial yang sangat berpengaruh pada proses dan hasil pendidikan adalah teman bergaul, lingkungan tetangga dan aktivitas dalam masyarakat. Linton (2000) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) mengatakan kondisi sosial masyarakat mempunyai lima indikator yaitu : umur dan jenis kelamin, pekerjaan, prestise, family atau kelompok rumah tangga,dan keanggotaan dalam kelompok perserikatan. Dari kelima indikator tersebut, hanya indikator umur dan kelamin yang tidak terpengaruh oleh proses pendidikan, sehingga hanya empat indikator yang perlu diukur tingkat perbaikannya, guna mengetahui tingginya manfaat sosial bagi masyarakat. Menurut Ihsan (2003) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) kondisi masyarakat di mana memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga lembaga pendidikan dan sumber belajar didalamnya akan memberikan pengaruh positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi muda. 7 Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Sosial Ekonomi

1. Pengertian Kondisi Sosial

Menurut Dalyono ( 2005 ) dalam Basrowi dan Juariyah ( 2010 ) Kondisi

Soial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Kondisi

sosial yang mempengaruhi individu melalui dua cara yaitu langsung dan tidak

langsung. Secara langsung yaitu seperti dalam pergaulan sehari – hari baik dari

keluarga, teman dan pekerjaan. Secara tidak langsung melalui media masa baik

cetak, audio maupun audio visual. Selanjutnya juga dijelaskan lingkungan sosial

yang sangat berpengaruh pada proses dan hasil pendidikan adalah teman bergaul,

lingkungan tetangga dan aktivitas dalam masyarakat.

Linton (2000) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) mengatakan kondisi

sosial masyarakat mempunyai lima indikator yaitu : umur dan jenis kelamin,

pekerjaan, prestise, family atau kelompok rumah tangga,dan keanggotaan dalam

kelompok perserikatan. Dari kelima indikator tersebut, hanya indikator umur dan

kelamin yang tidak terpengaruh oleh proses pendidikan, sehingga hanya empat

indikator yang perlu diukur tingkat perbaikannya, guna mengetahui tingginya

manfaat sosial bagi masyarakat.

Menurut Ihsan (2003) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) kondisi

masyarakat di mana memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat

lembaga – lembaga pendidikan dan sumber belajar didalamnya akan memberikan

pengaruh positif terhadap semangat dan perkembangan belajar generasi muda.

7 Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

8

Dalam hal ini di mana kondisi sosial ini berpengaruh secara negatif

terhadap pendidikan, maka kondisi ini menjadi pembatas pendidikan. Orang tua

sebagai pendidik secara kodrati harus mampu mengantisipasi pengaruh yang ada

karena tidak semua pengaruh kondisi sosial merupakan pengaruh yang baik. Hal

ini berarti bahwa lingkungan sosial juga mempengaruhi pencapaian pendidikan

anak. Kondisi sosial masyarakat mempengaruhi proses dan hasil pendidikan.

2. Status Sosial

Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu) memiliki apa

yang dinamakan Status Sosial. Status Sosial merupakan kedudukan seseorang

(individu) dalam suatu kelompok pergaulan hidupnya. Status seorang individu

dalam masyarakat dapat dilihat dari dua aspek yakni :

a. Aspek statis

Status kedudukan dan derajat seseorang di dalam suatu kelompok yang

dapat dibedakan dengan derajat atau kedudukan individu lainnya.Seperti : petani

dapat dibedakan dengan nelayan, pegawai negeri, pedagang dan lain-lain.

b. Aspek dinamis

Yaitu berhubungan erat dengan peranan sosial tertentu yang berhubungan

dengan pengertian jabatan, fungsi, dan tingkah laku yang formal serta jasa yang

diharapkan dari fungsi dan jabatan tersebut.

Peranan Sosial, adalah suatu cara atau perbuatan atau tindakan seseorang

individu dalam usahanya memenuhi tanggung jawab hak-hak dari status

sosialnya. Maka seseorang akan terlihat menjalankan kegiatan atau tidak yang

sesuai dengan status sosialnya masing-masing, dapat dilihat dari peranannya.

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

9

Pada prinsipnya setiap individu dalam pergaulan hidupnya memiliki status

sosial yang pokok (key status) yang berupa :

1) Pekerjaan seseorang (merupakan status yang terpenting)

2) Status dalam sistem kekerabatan

3) Status religius dan status politik

3. Pengertian Kondisi Ekonomi

Menurut Sumardi dan Evers (2001) dalam Basrowi dan Juariyah (2010)

keadaan ekonomi adalah suatu kedudukan yang secara rasional dan menetapkan

seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat. Pemberian posisi itu disertai

pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si

pembawa status.

4. Status Ekonomi

Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan

harga barang pokok (Kartono, 2006) dalam (Suparyanto, 2010). Status ekonomi

kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan

keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua

dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder

(Soetjiningsih, 2004) dalam (Suparyanto, 2010).

Arsyad dalam Kholidah (2010) melihat bahwa kelengkapan perabot rumah

tangga yang meliputi kepemilikan barang – barang mebeler, alat komunikasi

elektronika, sarana transportasi serta peralatan dapur yang ada, sangat berkaitan

dengan gaya hidup pemiliknya dan juga akan menumbuhkan kualitas kedudukan

ekonomi dan kedudukan sosial tersendiri dalam masyarakat. Marx dalam (Salim,

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

10

2002) melihat bahwa economic structure adalah sebagai awal dari semua kegiatan

manusia. Economic structure adalah penggerak perubahan yang akan memimpin

perubahan termasuk proses perubahan sosial.

Susanto (1983) menyebutkan penilaian sebyektif seseorang mengenai

lapisan masyarakat, yaitu :

a. Bentuk rumah, ukuran, kondisi, perawatan rumah dan tata kebun.

b. Wilayah tempat tinggal atau lingkungan dapat menentukan status.

c. Pekerjaan atau profesi yang dipilih seseorang menunjukkan keinginan dengan

lapisan masyarakat tertentu.

d. Sumber pendapatan dapat menentukan status sosial ekonomi seseorang.

5. Kondisi Sosial Ekonomi

Menurut Mubyarto (2001) dalam Basrowi dan Juariyah (2010)

berpendapat tinjauan Sosial Ekonomi penduduk meliputi aspek sosial, aspek

sosial budaya, dan aspek Desa yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek

peluang kerja. Aspek ekonomi Desa dan peluang kerja berkaitan erat dengan

masalah kesejahteraan masyarakat Desa. Kecukupan pangan dan keperluan

ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila pendapatan rumah tangga mereka

cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga dan pengembangan usaha –

usahanya.

Menurut Sumardi dan Evers (2002) dalam Basrowi dan Juariyah (2010)

keadaan Sosial Ekonomi yaitu sebagai berikut.

a. Lebih berpendidikan.

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

11

b. Mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat kehidupan, kesehatan,

pekerjaan, pengenalan diri terhadap lingkungan.

c. Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar.

d. Mempunyai ladang luas.

e. Lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk.

f. Mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit.

g. Pekerjaan lebih spesifik.

Kondisi Sosial Ekonomi menurut Sastropradja (2000) dalam Basrowi dan

Juariyah (2010) adalah keadaan atau kedudukan seseorang dalam masyarakat

sekelilingnya.

Menurut Ahmed (2001) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) manfaat

dalam konteks Sosial Ekonomi bagi masyarakat dari suatu program pendidikan

adalah berupa perbaikan dalam hal penghasilan, produktivitas, kesehatan, nutrisi,

kehidupan keluarga, kebudayaan, rekreasi, dan partisipasi masyarakat. Perbaikan

penghasilan dan sebagian produktivitas adalah merupakan manfaat ekonomi bagi

masyarakat. Perbaikan dari sebagian produktivitas, kesehatan, makanan,

kehidupan keluarga, kebudayaan, rekreasi, dan partisipasi adalah merupakan

manfaat sosial bagi masyarakat.

Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang baik maka orang tua harus

pandai mengarahkan agar anaknya tidak terpengaruh apabila kondisi sosial

mereka tidak mendukung tercapainya pendidikan dengan baik. Orang tua juga

harus mengusahakan agar lingkungan sosial di sekitar dapat dijadikan sebagai

pendukung tercapainya pendidikan yang maksimal.

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

12

6. Ukuran Sosial Ekonomi

Menurut Hermana dan Ruskandi (2001), kriteria yang biasa dipakai untuk

menggolongkan anggota masyarakat ke suatu lapisan adalah sebagai berikut :

a. Ukuran kekayaan

Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk lapisan

teratas. Kekayaan tersebut, biasanya dapat dilihat pada bentuk rumahnya, mobil

pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian serta bahan yang dipakainya,

kebiasaan berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

b. Ukuran kekuasaan

Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar,

menempati lapisan teratas.

c. Ukuran kehormatan

Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran

kekayaan dan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,

mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat

tradisional, seperti golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.

d. Ukuran ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang

menghargainya. Ukuran ini kadang-kadang berakibat negatif karena ternyata

bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar

sarjananya. Hal ini akan memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar

walaupun tidak halal.

e. Klasifikasi Tingkat ekonomi

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

13

Menurut Hermana dan Ruskandi (2001), lapisan yang ada dalam

masyarakat ada tiga macam, yaitu :

1) Lapisan atas (upper clas)

2) Lapisan menengah (middle class)

3) Lapisan bawah (lower class)

B. Sektor Informal

Evers dan Korff (2002) mengemukakan sektor informal didevinisikan

sebagai bidang dimana produksi barang atau jasa pada umumnya berada di luar

kontrol pemerintah dan tidak terdaftar. Pedagang kaki lima, usaha kecil yang

tenaga kerjanya anggota keluarga sendiri, tukang becak, tukang semir sepatu dan

pemulung dianggap sebagai perwujudan sektor informal ini.

Devas dan Rakodi (1992) dalam Ginting (2004) menulis sektor informal

muncul akibat persaingan pasar yang tidak fair dan merata bahkan bersifat

kapitalistik. Sektor informal pertama kali didokumentasikan tahun 1970-an dan

segera menjadi program di ILO. Awalnya sektor informal dianggap illegal,

berbahaya bagi persaingan bisnis ‘legal’, tidak baik bagi kesehatan, dan

sebagainya. Kemudian diyakini bahwa sekor informal memberi sumbangan besar

bagi ekonomi kota dan melarangnya adalah ibarat killing the goose that laying the

golden egg.

Mulyadi (2003) menuliskan sektor informal mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut :

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

14

1. Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, karena timbulnya unit

usaha tidak mempergunakan fasilitas/ kelembagaan yang tersedia di sektor

formal.

2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.

3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.

4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan

ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.

5. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu subsektor ke lain subsektor.

6. Teknologi yang dipergunakan bersifat primitive.

7. Modal perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil.

8. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one-man-enter prises dan kalau

mengerjakan buruh berasal dari keluarga.

9. Sumber dan Modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau

dari lembaga keuangan yang tidak resmi.

10. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan masyarakat

kota/desa yang berpenghasilan menengah.

C. Pedagang

1. Pengertian pedagang

Perdagangan adalah semua tindakan yang tujuannya menyampaikan

barang untuk tujuan hidup sehari – hari, prosesnya berlangsung dari produsen

kepada konsumen (Akhinayasrin, 2011). Menurut Anonim (2007) pedagang

adalah orang yang mencari nafkah dengan cara berdagang. Sulistyo dan Suprobo

(2007) mendefinisikan pedagang adalah individu maupun kelompok yang

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

15

melaksanakan proses saluran distribusi dengan cara berinteraksi (membeli dan

menjualnya kembali) dari produsen atau pedagang lainnya kepada konsumen

untuk memperoleh keuntungan.

Sosiologi ekonomi membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan

pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungannya

dengan ekonomi keluarga.

Berdasarkan studi sosiologi ekonomi tentang pedagang yang telah

dilakukan oleh Geertz (1963), Mai dan Buchholt, dan lain-lain (dalam Damsar,

1997) dapat disimpulkan bahwa pedagang dibagi atas :

a. Pedagang profesional yaitu pedagang yang menganggap aktivitas perdagangan

merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga.

b. Pedagang semi profesional adalah pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk

memperoleh uang, tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber

tambahan bagi ekonomi keluarga. Derajat tambahan tersebut berbeda pada

setiap orang dan masyarakat.

c. Pedagang subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk atau barang

dari hasil aktivitas atas substensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga.

d. Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena

hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu luang.

Pedagang jenis ini tidak mengharapkan kegiatan perdagangan sebagai sarana

untuk memperoleh uang, malahan mungkin saja sebaliknya ia akan

memperoleh kerugian dalam berdagang.

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

16

D. Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Menurut Soekadijo (2000) pariwisata ialah segala kegiatan dalam

masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Dan dalam Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2009 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Ada beberapa pengertian pariwisata menurut para ahli, diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Hans Buchi

Pariwisata adalah peralihan tempat untuk sementara waktu dan mereka

yang mengadakan perjalanan tersebut memperoleh pelayanan dari perusahaan-

perusahaan yang bergerak dalam industri pariwisata.

b. Robert Mc. Intosh Shashi Kant Cupta

Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari

interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah serta masyarakat tuan rumah dalam proses

menarik dan melayani wisatawan ini serta penunjang lainnya (Musanef, 1996

dalam Listiana, 2005).

c. Burkat dan S. Medlik

Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam waktu

pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan

bekerja, dan kegiatan-kegiatan selama mereka tinggal di tempat-tempat tujuan itu

(Soekadijo, 2000).

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

17

d. Hunziger dan Krapft

Pariwisata adalah keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan

dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak

tinggal disitu untuk melakukan suatu pekerjaan penting yang memberi

keuntungan yang bersifat permanen mupun sementara (Soekadijo, 2000).

Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses ke-pergian sementara

seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Istilah

pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai

suatu perubahan tempat tinggal tinggal sementara seseorang diluar tempat

tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang

menghasilkan upah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan

suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara

lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui

sesuatu (Suwantoro, 1997).

2. Obyek Wisata

Obyek wisata menurut Musanef (1996) ialah tempat atau keadaan alam

yang memiliki sumber daya wisata yang di bangun dan dikembangkan sehingga

mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan

(Listiana, 2005). Obyek wisata yang disebut juga daya tarik wisata merupakan

potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan

wisata.

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

18

E. Hasil Penelitian Yang Relevan

Tabel 2.1 Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis

No Penulis dan Judul Tujuan

Penelitian

Metodologi

Penelitian

Hasil Penelitian

1. Rangga Wardhana

yang berjudul

“Analisis

Pendapatan

Pedagang Kaki

Lima Di Jalan HR

Bunyamin

Purwokerto

Kabupaten

Banyumas,

Departemen

Pendidikan

Nasional, Fakultas

Ekonomi,

Universitas Jendral

Soedirman

Purwokerto 2009

Untuk

mengetahui

variabel-

variabel yang

dapat

mempengaruhi

pendapatan

PKL di Jalan

HR Bunyamin

Purwokerto

Sampel :

Purposive

Sampling

Pengumpulan

data :

Koesioner

Analisi data:

Tabulasi

Silang dan

Chisqure

Jam kerja dan

tingkat

pendidikan tidak

mempengaruhi

pendapatan, yang

berpengaruh

adalah modal

kerja, umur dan

lamanya

berdagang.

Pedagang

kebutuhan sehari-

harinya terpenuhi

karena mereka

biasa bergaya

hidup hemat, rata-

rata dari

mayoritas biasa

menyisihkan

pendapatannya

untuk ditabung.

2. Aulia Insani

Yunus "Potret

Kehidupan Sosial

Ekonomi

Pedagang Kaki

Lima Di Kota

Makasar (Kasus

Penjual Pisang Epe

Di Pantai Losari)”,

Program Studi

Sosiologi, Fakultas

Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik,

Universitas

Hasanudin

Makasar 2011

Untuk

mengetahui

factor-faktor

pendatang

bekerja sebagai

penjual pisang

Epe dan untuk

mengetahui

kehidupan

social ekonomi

penjual pisang

epe

Sampel

:Simple

Random

Sampling.

Pengumpulan

data: Observasi

dan Angket

Analisi Data:

Menggunakan

deskriptif

kualitatif,

Keadaan sosial

ekonomi penjual

pisang epe di

pantai losari

cukup memadai,

alas an mereka

menjual pisang

epe karena

mereka tidak

mempunyai

pendidikan

tinggi/ketrampilan

khusus.

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

19

3. Gatot Ervan

Santoso, “Kajian

Kondisi Sosial

Ekonomi Pedagang

Kaki Lima di Jalan

Perintis

Kemerdekaan

Kecamatan

Purwokerto

Selatan”, Fakultas

Keguruan dan Ilmu

Pendidikan,

Universitas

Muhammadiyah

Purwokerto 2013

Untuk

mengetahui

kondisi sosial

ekonomi

Pedagang Kaki

Lima di Jalan

Perintis

Kemerdekaan

Kecamatan

Purwokerto

Selatan

Sampel:

Quota

Sampling

Pengumpulan

data:

Observasi dan

Angket

Analisis Data:

Deskriptif

Kualitatif

Kondisi Sosial

Ekonomi yang

diharapkan

adalah tinggi.

4. Uniek Yuniar Vili

Hastuti, “Kajian

Kondisi Sosial

Ekonomi Pedagang

Makanan di Obyek

Wisata Pantai

Indah

Widarapayung

Kecamatan

Binangun

Kabupaten

Cilacap”, Fakultas

Keguruan dan Ilmu

pendidikan,

Universitas

Muhammadiyah

Purwokerto 2015

untuk

mengetahui

kondisi sosial

ekonomi

Pedagang

Makanan di

Obyek Wisata

Pantai Indah

Widarapayung

Kecamatan

Binangun

Kabupaten

Cilacap

Sampel: Total

Sampling

Pengumpulan

Data:

Observasi dan

wawancara

Analisis Data:

Deskriptif

Kulalitatif

Kondisi sosial

ekonomi

pedagang

makanan di

Obyek Wisata

Pantai Indah

Widarapayung

Kecamatan

Binangun

Kabupaten

Cilacap lebih

dari 50%

berkategori

sedang.

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Sosial Ekonomi 1 ...repository.ump.ac.id/1291/3/Uniek Yuniar Vili Hastuti_BAB II.pdf · Status Sosial Dalam pembagian kelompok atau masyarakat (individu)

20

F. Kerangka Pikir

Untuk memudahkan kegiatan yang akan dilakukan serta memperjelas

akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut ini adalah kerangka fikir yang

sistematis.

Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pikir

G. Hipotesis

Kondisi sosial ekonomi pedagang makanan di Obyek Wisata Pantai Indah

Widarapayung Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap lebih dari 50%

berkategori sedang.

Kondisi Sosial Ekonomi

Pedagang Makanan di

Obyek Wisata Pantai

Indah Widarapayung

Kondisi Sosial

Pendidikan

Umur

Jenis

Kelamin

Keluarga

Mobilitas

Organisasi

Sosialisasi

Kondisi Ekonomi

Pendapatan

Kesehatan

Status

kepemilikan

rumah tinggal

Kepemilikan

sarana

transportasi/alat

elektronik

Kajian Kondisi Sosial ..., Uniek Yuniar Vili Hastuti, FKIP UMP, 2015