BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembangunan …

24
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembangunan Ekonomi Menurut Sukirno (2006:423) pembangunan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur untuk menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, tetapi lebih dari itu pembangunan memiliki perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat tempat yang strategis dalam pembangunan. Kemudian, menurut Arsyad (2010:11) pembangunan ekonomi bersifat multidimensi yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat, bukan hanya salah satu aspek (ekonomi) saja. Pembangunan ekonomi merupakan proses yang menyebabkan pendapatan per kapita dalam suatu negara mengalami peningkatan dalam jangka waktu panjang dan disertai dengan perbaikan sistem kelembagaan. Indikator keberhasilan pembangunan dikelompokkan menjadi tiga indikator (Arsyad, 2010:32) :

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembangunan …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembangunan Ekonomi

Menurut Sukirno (2006:423) pembangunan ekonomi merupakan

salah satu tolak ukur untuk menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi

suatu daerah. Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi

pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, tetapi lebih dari itu

pembangunan memiliki perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang

sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru

mendapat tempat yang strategis dalam pembangunan.

Kemudian, menurut Arsyad (2010:11) pembangunan ekonomi

bersifat multidimensi yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan

masyarakat, bukan hanya salah satu aspek (ekonomi) saja. Pembangunan

ekonomi merupakan proses yang menyebabkan pendapatan per kapita

dalam suatu negara mengalami peningkatan dalam jangka waktu panjang

dan disertai dengan perbaikan sistem kelembagaan.

Indikator keberhasilan pembangunan dikelompokkan menjadi tiga

indikator (Arsyad, 2010:32) :

9

a. Indikator Moneter

1) Pendapatan per kapita

Pendapatan per kapita merupakan indikator yang paling sering

digunakan sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraan ekonomi

penduduk suatu negara. Pendapatan per kapita adalah indikator

moneter dari setiap kegiatan ekonomi penduduk dalam suatu

negara.

2) Indikator Kesejahteraan Ekonomi Bersih

Pendekatan ini dikemukakan oleh William Nordhaus & James

Tobin (1973). Pendekatan ini adalah penyempurnaan dari

perhitungan GNP dalam upaya memperoleh suatu indikator

pembangunan ekonomi yang lebih baik. Penyempurnaan metode

perhitungan GNP dilakukan dengan dua cara yaitu melakukan

koreksi positif dan koreksi negatif.

b. Indikator Non-Moneter

1) Indikator Sosial

Indikator sosial adalah indikator yang membahas tentang tingkat

kesejahteraan masyarakat di suatu negara.

2) Indeks Kualitas Hidup

Indeks Kualitas Hidup (IKH) atau Physical Quality of Life Index

diperkenalkan oleh Morris D (1979). IKH menggunakan tiga

indikator utama sebagai acuan, yaitu harapan hidup pada usia satu

tahun, tingkat kematian bayi, dan tingkat melek huruf.

10

c. Indikator Campuran

1) Indikator Susenas Inti

Indikator Susenas Inti (Core Susenas) merupakan indikator

campuran karena terdiri dari indikator sosial dan ekonomi.

Indikator Susenas Inti meliputi aspek-aspek: (a) Pendidikan; (b)

Kesehatan; (c) Perumahan; (d) Angkatan Kerja; (e) Keluarga

Berencana dan Fertilitas; (f) Ekonomi; (g) Kriminalitas; (h)

Perjalanan wisata; dan (i) Akses ke media massa.

2) Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development

Index dikembangkan oleh United Nations for Development

Program (UNDP) sejak tahun 1990. Sama seperti IKH, IPM juga

digunakan untuk melakukan pemeringkatan terhadap kinerja

pembangunan berbagai negara di dunia. Nilai IPM diukur

berdasarkan tiga indikator sebagai acuannya yaitu tingkat harapan

hidup, tingkat melek huruf, dan pendapatan riil per kapita

berdasarkan paritas daya beli.

Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad

suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian

kombinasi proses sosial, ekonomi, dan institusional demi mencapai

kehidupan yang serba lebih baik (Todaro, 2006:28). Proses pembangunan

di semua masyarakat paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti sebagai

berikut:

11

a. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang

kebutuhan hidup yang pokok, sepeti pangan, sandang, papan,

kesehatan, dan perlindungan keamanan.

b. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan

pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan

kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas

nilai-nilai kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya tidak hanya

untuk memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga

menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan.

c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu

serta bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka

dari belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya

terhadap orang atau negara-bangsa lain, namun juga terhadap setiap

kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan

mereka.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menurut Kuznet dalam Todaro (2003:99)

adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara bersangkutan

untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.

Kenaikan kapasitas ditentukan oleh kemajuan atau penyesuaian teknologi,

institusional, dan ideologis terhadap tuntutan keadaan yang ada.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh empat faktor

utama (Arsyad, 2010:269), yaitu:

12

a. Akumulasi Modal

Akumulasi modal akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan pada

masa sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk

dapat memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi

modal yang dimaksud termasuk semua investasi baru yang berwujud

tanah (lahan), peralatan fisik (mesin-mesin), dan sumberdaya manusia

(human resources).

b. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan

kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional

dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan

ekonomi.

c. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi menurut para ekonom merupakan faktor yang

paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi

disebabkan oleh adanya cara-cara baru atau mungkin cara-cara lama

yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.

d. Sumber Daya Institusi (sistem kelembagaan)

Negara-negara dengan institusi yang lebih mampu mengalokasikan

sumberdaya secara lebih efisien, sehingga perekonomiannya bisa

bekerja lebih baik. Institusi yang kuat juga akan melahirkan kebijakan

ekonomi yang tepat dan kredibel, sehingga berbagai bentuk kegagalan

pasar bisa teratasi.

13

3. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan ekonomi biasanya ditandai dengan

adanya upaya untuk memenuhi berbagai kriteria tertentu serta adanya

tujuan yang bersifat membangun. Karakteristik perencanaan

pembangunan ekonomi (Arsyad, 2010:159) sebagai berikut:

a. Adanya upaya yang tercermin dalam suatu rencana untuk mencapai

pertumbuhan sosial ekonomi yang mantap (steady social economic

growth).

b. Adanya upaya yang tercermin dalam suatu rencana untuk

meningkatkan pendapatan per kapita.

c. Adanya upaya yang bertujuan untuk mengadakan perubahan struktur

ekonomi.

d. Adanya upaya yang bertujuan untuk perluasan kesempatan kerja.

e. Adanya upaya yang bertujuan untuk pemerataan pembangunan atau

sering disebut dengan istilah keadilan distributif (distributive justice).

f. Adanya upaya yang bertujuan untuk pembinaan lembaga-lembaga

ekonomi masyarakat agar lebih menunjang kegiatan-kegiatan

pembangunan.

g. Adanya upaya yang secara terus-menerus menjaga stabilitas ekonomi

dalam negeri.

14

Selain itu, setiap perencanaan pembangunan harus mengandung

beberapa unsur pokok yaitu:

a. Adanya kebijakan atau strategi dasar dalam perencanaan

pembangunan.

b. Adanya kerangka perencanaan di tataran makro.

c. Adanya perkiraan mengenai sumber-sumber pembangunan, khususnya

sumber-sumber pembiayaan pembangunan.

d. Adanya uraian mengenai kerangka kebijakan yang konsisten,

misalnya kebijakan fiskal, penganggaran, moneter, harga serta

kebijakan sektoral lainnya.

e. Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang

dilaksanakan secara sektoral.

f. Perencanaan pembangunan adalah administrasi pembangunan yang

mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

tersebut.

4. PembangunanPertanian

Dalam pembangunan nasional, sektor pertanian menempati

prioritas penting. Menurut Kuncoro (2010:289) Pembangunan pertanian

diarahkan untuk dapat meningkatkan kesempatan kerja mendorong

pemenuhan kebutuhan pangan, peningkatan pendapatan petani, perluasan

kesempatan berusaha, pemenuhan kebutuhan industri serta meningkatkan

ekspor.

15

Mosher dalam Hanafie (2010:12) mengemukakan bahwa dalam

membangun atau mengembangkan pertanian, ada 5 syarat pokok/mutlak

(essentials) dan 5 syarat tambahan/pelancar (accelerators). Kelima syarat

pokok/mutlak adalah sebagai berikut:

a. Pasar untuk hasil-hasil pertanian

Untuk meningkatkan produksi hasil usaha tani perlu adanya pasar,

serta harga yang cukup tinggi untuk membayar kembali biaya-biaya

tunai dan daya upaya yang telah dikeluarkan petani pada saat

memproduksikannya.

b. Teknologi yang senantiasa berubah lebih maju

Teknologi usaha tani merupakan cara-cara melakukan pekerjaan usaha

tani, termasuk didalamnya cara menyebar benih, memelihara tanaman,

memungut hasil, dan memelihara ternak. Agar pembangunan

pertanian dapat terus berjalan maka harus selalu terjadi perubahan.

Meningkatnya produksi pertanian merupakan akibat dari pemakaian

teknik-teknik atau metode-metode dalam usaha tani yang senantiasa

berubah.

c. Ketersediaan sarana produksi dan alat-alat pertanian lokal

Pembangunan pertanian menghendaki ketersediaan sarana produksi

dan alat-alat pertanian secara lokal atau di dekat pedesaan dalam

jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan petani yang

mau menggunakannya.

16

d. Insentif produksi untuk petani

Perangsang yang dapat secara efektif mendorong petani meningkatkan

produksinya adalah yang bersifat ekonomi. Misalnya perbandingan

harga yang menguntungkan, bagi hasil yang wajar, dan tersedianya

barang atau jasa yang ingin dibeli oleh petani.

e. Pengangkutan atau Transportasi

Tanpa pengangkutan yang murah dan efisien, keempat syarat pokok

lainnya tidak dapat diadakan secara efektif. Pentingnya pengangkutan

berkaitan dengan produksi pertanian yang harus tersebar luas. Oleh

karena itu, dibutuhkan jaringan pengangkutan yang menyebar luas

untuk membawa sarana dan alat produksi ke tiap-tiap usaha tani, serta

untuk membawa hasil usaha tani ke konsumen.

Disamping kelima syarat pokok/mutlak, Mosher juga

mengemukakan 5 syarat yang mampu mempercepat dan memperlancar

perkembangan pertanian. Kelima syarat tersebut adalah:

a. Pendidikan untuk pembangunan

Alih teknologi membutuhkan tingkat pengetahuan dan keterampilan

tetentu dari pihak produsen. Dengan tingkat pengetahuan dan

keterampilan yang rendah, alih teknologi akan berjalan lambat dan

seringkali harus dilakukan berdasarkan trial and error. Dengan

ditingkatkannya pengetahuan dan keterampilan, maka alih teknologi

bisa dipercepat.

17

b. Kredit Produksi

Untuk meningkatkan produksinya, petani harus mengeluarkan uang

lebih banyak. Pengeluaran-pengeluaran itu harus dibiayai dari

tabungan atau meminjam. Untuk itu, hambatan-hambatan dalam

penggunaan kredit harus dihapuskan, agar petani bisa lebih mudah

mendapatkan pinjaman untuk meningkatkan produksinya.

c. Kegiatan kelompok untuk petani

Kerja sama kelompok dalam proyek-proyek yang bersifat membangun

membutuhkan ketermpilan-keterampilan khusus yang mungkin perlu

dipelajari terlebih dahulu. Oleh karena itu, dorongan dan bantuan yang

sistematis akan kegiatan berkelompok merupakan faktor pelancar

penting bagi pengembangan pertanian.

d. Penyempurnaan dan perluasan lahan pertanian

Disamping meningkatkan produksi, untuk dapat mempercepat

pembangunan pertanian bisa dicapai dengan memperbaiki mutu tanah

yang telah diusahakan saat ini dan mengusahakan tanah baru untuk

pertanian.

e. Perencanaan nasional pembangunan pertanian

Perencanaan nasional merupakan proses pengambilan keputusan oleh

pemerintah tentang apa yang hendak dilakukan dan tindakan yang

mempengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu.

Perencanaan nasional harus bersifat kontinu, serta menampung

18

perubahan-perubahan dalam kebijakan dan program nasional agar

tetap serasi dengan kebutuhan pertanian yang senantiasa berubah.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah mencanangkan

empat target utama pembangunan pertanian (Winarso, 2013), yaitu:

1) Mewujudkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan.

2) Mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan.

3) Mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor.

4) Mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani.

5. Komoditas Unggulan

Menurut Rachman (2003) dalamHidayah (2010), komoditas

unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk

dikembangkan di suatu wilayah. Posisi strategis ini didasarkan pada

pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim), sosial ekonomi dan

kelembagaan. Penentuan ini penting dengan pertimbangan bahwa

ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan manusia)

untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat

diproduksi di suatu wilayah secara simultan relatif terbatas.

Secara lebih sederhana yang dimaksud komoditas unggulan adalah

komoditas yang layak diusahakan karena memberikan keuntungan kepada

petani baik secara biofisik, sosial, dan ekonomi. Komoditas tertentu

dikatakan layak secara biofisik jika komoditas tersebut diusahakan sesuai

zona agroekologi, layak secara sosial jika komoditas tersebut memberi

peluang berusaha, bisa dilakukan dan diterima oleh masyarakat setempat

19

sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Sedangkan layak

secara ekonomi artinya komoditas tersebut menguntungkan (Hidayah,

2010).

Menurut Hendayana (2003) penentuan komoditas unggulan

nasional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan

pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan

komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.

Menurut Alkadri (2001) dalam Juarsyah, dkk (2015)

mengemukakan beberapa kriteria dalam penentuan suatu komoditas

unggulan, antara laian:

a. Komoditas unggulan tersebut dapat memberikan kontribusi yang

signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan dan pengeluaran.

b. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar

nasional dan internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi

dan kualitas pelayanan.

c. Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain, baik dalam hal pasar

(konsumen) maupun pemasokan bahan baku.

d. Memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui

inovasi teknologi.

e. Mampu menyerap tenaga kerja yang berkualitas secara optimal sesuai

dengan skala produksinya.

f. Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu, mulai dari fase

kelahiran, pertumbuhan, hingga fase kejenuhan atau penurunan.

20

g. Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.

h. Pengembangan harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan,

misalnya keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar,

kelembagaan, fasilitas insentif / disinsentif dan lain-lain.

i. Pengembangan berorientasi pada kelestarian sumberdaya dan

lingkungan.

6. Pangan dan Kebijakan pangan

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan,

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk

pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan

air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai

makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan

tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan

dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau

minuman.

Penyelenggaraan pangan bertujuan untuk (Undang-Undang Nomor

18 Tahun 2012):

a. Meningkatkan kemampuan memproduksi pangan secara mandiri;

b. Menyediakan pangan yang beraneka ragam dan memenuhi

persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi konsumsi masyarakat;

c. Mewujudkan tingkat kecukupan pangan, terutama pangan pokok

dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan

masyarakat;

21

d. Mempermudah atau meningkatkan akses pangan bagi masyarakat,

terutama masyarakat rawan pangan dan gizi;

e. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pangan di pasar

dalam negeri dan luar negeri;

f. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pangan

yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat;

g. Meningkatkan kesejahteraan bagi petani, nelayan, pembudi daya ikan,

dan pelaku usaha pangan; dan

h. Melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya pangan

nasional.

Kebijakan pangan adalah suatu pernyataan tentang kerangka pikir

dan arahan yang digunakan untuk menyusun program pangan guna

mencapai situasi pangan dan gizi yang lebih baik (Hanafie, 2010:269).

Program peningkatan ketahanan pangan tercantum dalam RPJMN 2004-

2009. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program tersebut meliputi

(Hanafie, 2010:270):

a. Penanganan ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri, antara

lain melalui pengamanan lahan sawah di daerah irigasi, peningkatan

mutu intensifikasi, serta optimalisasi dan perluasan areal pertanian.

b. Peningkatan distribusi pangan melalui penguatan kapasitas

kelembagaan pangan dan peningkatan infrastruktur pedesaan yang

mendukung sistem distribusi pangan untuk menjamin keterjangkauan

masyarakat atas pangan.

22

c. Peningkatan pascapanen, pengolahan hasil melalui optimalisasi

pemanfaatan alat dan mesin pertanian untuk pascapanen dan

pengolahan hasil, serta pengembangan dan pemanfaatan tekologi

pertanian untuk menurunkan kehilangan hasil (looses).

d. Diversifikasi pangan melalui peningkatan ketersediaan pangan

hewani, buah dan sayuran, perekayasaan sosial terhadap pola

konsumsi pangan masyarakat menuju pola pangan dengan mutu yang

semakin meningkat, serta peningkatan minat dan kemudahan

konsumsi pangan alternatif/pangan lokal.

e. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan melalui peningkatan

bantuan pangan kepada keluarga miskin atau rawan pangan,

peningkatan pengawasan mutu dan kemanan pangan, serta

pengembangan sistem antisipasi dini terhadap kerawanan pangan.

7. Komoditas Tanaman Pangan

Komoditas pangan diartikan sebagai segala hal yang dapat

dikonsumsi berasal dari tanah dan memerlukan bantuan air serta sumber

hayati yang terdapat didalamnya dan dapat digunakan oleh manusia

sebagai bahan makanan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tanaman

pangan terdiri dari 7 (tujuh) komoditas, yaitu:

a. Padi

Padi merupakan sumber pangan yang ideal bagi masyarakat di

Indonesia. Itulah sebabnya padi menjadi sangat penting bagi bangsa

Indonesia. Padi dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu

23

1) Padi sawah

Padi sawah ditanam di sawah, yaitu lahan yang cukup memperoleh

air. Padi sawah pada waktu-waktu tertentu memerlukan genangan

air, terutama sejak musim tanam sampai mulai berbuah.

2) Padi kering

Sejenis padi yang tidak membutuhkan banyak air sebagaimana

padi sawah (Anonim, 2014dalam Wowor, 2014).

b. Jagung

Jagung merupakan komoditas pangan sumber karbohidrat kedua

setelah beras. Keunggulan komparatif dari tanaman jagung banyak

diolah dalam bentuk tepung, makanan ringan atau digunakan untuk

bahan baku pakan ternak (Anonim, 2014dalam Wowor, 2014).

c. Kedelai

Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati, umumnya

dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu: tahu, tempe, kecap,

tauco, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto

dan Swastika, 2007dalam Rante, 2013).

d. Kacang Tanah

Kacang tanah atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeaeL

adalah salah satu tanaman polong-polongan yang banyak

dibudidayakan di Indonesia. Kacang tanah merupakan tanaman semak

dengan tinggi sekitar 30 cm (Anonim, 2014dalam Wowor, 2014).

24

e. Kacang Hijau

Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan cabang menyamping

pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu warna batang dan

cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu (Adrianto dan Indarto,

2004dalam Syafrina, 2009).

f. Ubi Kayu

Ubi kayu atau ketela pohon adalah salah satu komoditas pertanian

jenis umbi-umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai

sumber pangan maupun sumber pakan (Anonim, 2014dalam Wowor,

2014).

g. Ubi Jalar

Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan tanaman pangan

dan golongan ubi-ubian yang berasal dari Amerika Latin (Martin dan

Leonard, 1967). Di Indonesia tanaman ini disenangi petani karena

mudah pengelolaannya dan tahan terhadap kekeringan. Disamping itu,

dapat tumbuh pada berbagai macam tanah (Zuraida, 2014dalam

Wowor, 2014).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian

terdahulu yang pernah dilakukan sebagai perbandingan dan kajian. Berikut ini

adalah penelitian terdahulu yang menjadi acuan atau pertimbangan dalam

penelitian ini:

25

1. Kajian Komoditas Unggulan

a. Analisis Location Quotient (LQ)

1) Penelitian yang dilakukan oleh Pangerang (2014) dalam penelitian

yang berjudul “Analisis Location Quotient (LQ) Dalam Penentuan

Komoditas Unggulan Kecamatan di Kabupaten Maros”. Dengan

menggunakan analisis Location Quotient,Hasil penelitiannya

adalah berdasarkan rata-rata produksi lima tahun terakhirkomoditi

unggulan dengan urutan nilai LQ tertinggi adalah: 1) Kecamatan

Mandai: padi ladang dan padi sawah. 2) Kecamatan Moncongloe:

ubi kayu, ubi jalar, dan jagung. 3) Kecamatan Maros Baru: kacang

hijau, padi sawah, dan ubi jalar. 4) Kecamatan Marusu: ubi jalar,

padi ladang, ubi kayu, dan padi sawah. 5) Kecamatan Turikale:

kacang hijau dan padi sawah. 6) Kecamatan Lau: kacang hijau dan

padi sawah. 7) Kecamatan Bontoa: padi sawah. 8) Kecamatan

Bantimurung: padi sawah. 9) Kecamatan Simbang: kedelai dan

padi sawah. 10) Kecamatan Tanralili: ubi jalar, ubi kayu, jagung,

kedelai, dan padi ladang. 11) Kecamatan Tompobulu: padi ladang,

jagung, kedelai, ubi kayu, kacang tanah, dan ubi jalar. 12)

Kecamatan Camba: kacang tanah, jagung, ubi jalar, dan padi

ladang. 13) Kecamatan Cenrana: kacang tanah dan padi sawah.

14) Kecamatan Mallawa: kacang tanah, ubi jalar, jagung, dan padi

sawah.

26

2) Penelitian yang dilakukan oleh Fafurida (2009) dalam penelitian

yang berjudul “Perencanaan Pengembangan Sektor Pertanian Sub

Sektor Tanaman Pangan di Kabupaten Kulonprogo”. Dengan

menggunakan Location Quotient (LQ),Hasil penelitiannya adalah

komoditas tanaman pangan yang memiliki keunggulan komparatif

berdasarkan analisis Location Quotient berdasarkan rata-rata luas

panen tahun 2002-2006 tiap kecamatan adalah sebagai berikut:

Kecamatan Temon adalah padi, kacang tanah, dan kacang hijau;

Kecamatan Wates adalah padi, ketela rambat, kacang tanah dan

kacang hijau; Kecamatan Panjatan adalah padi, dan Ketela

Rambat; Kecamatan Galur adalah padi dan kedelai; Kecamatan

Lendah adalah jagung, dan kedelai; Kecamatan Sentolo adalah

jagung; Kecamatan Pengasih adalah jagung, ketela pohon, ketela

rambat, kacang tanah, dan kacang hijau; Kecamatan Kokap adalah

ketela pohon, ketela rambat, dan kacang tanah; Kecamatan

Girimulyo adalah ketela pohon, ketela rambat, dan kacang tanah;

Kecamatan Nanggulan adalah padi dan kedelai; Kecamatan

Kalibawang adalah ketela pohon dan kedelai; Kecamatan

Samigaluh adalah jagung dan ketela pohon.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Juarsyah, dkk (2015) dalam

penelitian berjudul “Kajian Pengembangan Agribisnis Komoditas

Unggulan Buah-buahan di Kabupaten Kubu Raya”. Dengan

menggunakan analisis Location Quotient (LQ), Hasil

27

penelitiannya adalah berdasarkan analisis Location Quotient (LQ)

yang menggunakan data jumlah produksi pada 9 kecamatan di

wilayah Kabupaten Kubu Raya diketahui bahwa durian, manggis,

nangka, dan pisang merupakan komoditas unggulan dengan

persebaran paling banyak yaitu tersebar di 4 kecamatan, dan buah

salah dengan persebaran paling sedikit yaitu hanya di 1 kecamatan

yaitu di Kecamatan Kubu.

b. Analisis Shift-Share

1) Penelitian yang dilakukan oleh Demmatadju (2012) dalam

penelitian berjudul “Analisis Komoditas Unggulan Regional

Sektor Pertanian di Sulawesi Selatan Tahun 2000-2009” dengan

menggunakan analisis shift-share. Hasil penelitiannya adalah,

berdasarkan analisis shift-sharemenunjukkan bahwa sektor

pertanian yang mempunyai keunggulan kompetitif yang

berpengaruh positif adalah subsektor peternakan yang memiliki

pertumbuhan yang cepat dengan daya saing wilayah sangat kuat,

subsektor perkebunan dan subsektor perikanan memiliki

pertumbuhan yang cepat tetapi daya saing wilayah yang lemah,

adapun yang memiliki pertumbuhan lambat dan daya saing tinggi

adalah subsektor kehutanan, sedangkan subsektor tanaman pangan

memiliki pertumbuhan yang lambat dan daya saing wilayah yang

lemah.

28

2) Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2010) dalam penelitian

berjudul “Analisis Komoditi Unggulan Sektor Pertanian

Kabupaten Sukoharjo Sebelum dan Selama Otonomi Daerah”.

Dengan menggunakan analisis shift-share, hasil penelitiannya

adalah berdasarkan perhitungan analisis shift-share metode klasik,

diketahui bahwa pada masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah

tahun 1997-2000 dan selama pelaksanaan otonomi daerah tahun

2000-2007 besarnya pertumbuhan daya saing dan pertumbuhan

ekonomi nasional mempengaruhi perubahan komoditi Kabupaten

Sukoharjo, sedangkan besarnya pengaruh pertumbuhan

proporsional menyebabkan menurunnya komoditi Kabupaten

Sukoharjo.

2. Kajian Keragaman (Diversitas) Komoditas TanamanPangan

a. Indeks Entropi

Penelitian yang dilakukan oleh Siska, dkk (2015) dalam penelitian

berjudul “Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah Berbasis

Agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan Kalimantan Selatan”.

Dengan menggunakan analisis entropi, hasil penelitiannya adalah nilai

entropi subsektor pada tahun 2009 sampai dengan 2013 sebesar 2,52

sudah mendekati nilai maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

penyebaran aktivitas setiap subsektor di seluruh wilayah Kawasan

Andalan Kandangan relatif merata. Nilai entropi dari 3 subsektor

29

pertanian pada tahun 2009 lebih tinggi yaitu sebesar 2,52 dan

menurun pada tahun 2013 menjadi sebesar 2,51.

3. Kajian Tingkat Konsentrasi dan Spesialisasi

a. Localization Index (LI)

Penelitian yang dilakukan oleh Baskoro (2007) dalam penelitian

berjudul “Analisis Perwilayahan, Hirarki, Komoditas Unggulan dan

Partisipasi Masyarakat Pada Kawasan Agropolitan”. Dengan

menggunakan analisis Localization Index (LI), hasil penelitiannya

adalah berdasarkan hasil analisis LI terdapat dua komoditas yang

mempunyai nilai LI mendekati satu, yaitu lada dan melati gambir.

Komoditas melati gambir mempunyai nilai LI sebesar 0,85 sedangkan

komoditas lada mempunyai nilai LI sebesar 0,71. Hal ini

mengindikasikan produksi melati gambir dan lada terkonsentrasi di

kawasan agropolitan Bungakondang. Sedangkan komoditas lain

mempunyai nilai LI mendekati 1, yang berarti produksinya relatif

merata di Kabupaten Purbalingga.

b. Specialization Index (SI)

Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2007) dalam penelitian

berjudul “Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten

Semarang”. Dengan menggunakan analisis Kuosien Spesialisai (KS)

atau Specialization Index (SI), hasil penelitiannya adalah secara

keseluruhan wilayah Kabupaten Semarang mempunyai nilai KS rata-

rata sebesar 0,33398. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan

30

Kabupaten Semarang tidak ada spesialisasi terhadap kegiatan

pertanian sehingga tidak terspesialisasi pada komoditi pertanian

tertentu.

C. Kerangka Pemikiran

Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi

strategis, berdasarkan baik pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim)

maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi,

kemampuan sumber daya manusia, infrastruktur, dan kondisi soaial budaya

setempat), untuk dikembangkan di suatu wilayah.

Kabupaten Ponorogo merupakan kabupaten yang mengandalkan

sektor pertanian sebagai sektor utama penopang perekonomian. Di dalam

sektor pertanian terdapat subsektor antara lain hortikultura, kehutanan,

perikanan, perkebunan, peternakan dan tanaman pangan. Dalam penelitian ini

difokuskan pada subsektor tanaman pangan, karena selain memberikan

kontribusi paling besar dalam sektor pertanian, su sektor tanaman pangan

juga memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Maka identifikasi terhadap

komoditas unggulam tanaman pangan merupakan hal penting untuk

dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat suatu kerangka pemikiran

sebagai berikut (Gambar 2.1):

31

Gambar 2.1.

Kerangka Pemikiran

Komoditas Tanaman Pangan

Kabupaten Ponorogo

Tahun 2011-2014

Komoditas

UnggulanTanam

an Pangan

Analisis Location

Quotient (LQ) dan

Shift-Share (SS)

Analisis

Indeks Entropi

Strategi Pengembangan

Komoditas Tanaman Pangan

Kabupaten Ponorogo

Tingkat

Spesialisasi

Komoditas

Tanaman Pangan

Tingkat

Konsentrasi

Komoditas

Tanaman Pangan

Tingkat Keragaman

(Diversitas)

Komoditas

Tanaman Pangan

Analisis

Localization

Index

Analisis

Specialization

Index