BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembangunan …
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembangunan …
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembangunan Ekonomi
Menurut Sukirno (2006:423) pembangunan ekonomi merupakan
salah satu tolak ukur untuk menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi
suatu daerah. Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi
pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, tetapi lebih dari itu
pembangunan memiliki perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang
sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru
mendapat tempat yang strategis dalam pembangunan.
Kemudian, menurut Arsyad (2010:11) pembangunan ekonomi
bersifat multidimensi yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan
masyarakat, bukan hanya salah satu aspek (ekonomi) saja. Pembangunan
ekonomi merupakan proses yang menyebabkan pendapatan per kapita
dalam suatu negara mengalami peningkatan dalam jangka waktu panjang
dan disertai dengan perbaikan sistem kelembagaan.
Indikator keberhasilan pembangunan dikelompokkan menjadi tiga
indikator (Arsyad, 2010:32) :
9
a. Indikator Moneter
1) Pendapatan per kapita
Pendapatan per kapita merupakan indikator yang paling sering
digunakan sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraan ekonomi
penduduk suatu negara. Pendapatan per kapita adalah indikator
moneter dari setiap kegiatan ekonomi penduduk dalam suatu
negara.
2) Indikator Kesejahteraan Ekonomi Bersih
Pendekatan ini dikemukakan oleh William Nordhaus & James
Tobin (1973). Pendekatan ini adalah penyempurnaan dari
perhitungan GNP dalam upaya memperoleh suatu indikator
pembangunan ekonomi yang lebih baik. Penyempurnaan metode
perhitungan GNP dilakukan dengan dua cara yaitu melakukan
koreksi positif dan koreksi negatif.
b. Indikator Non-Moneter
1) Indikator Sosial
Indikator sosial adalah indikator yang membahas tentang tingkat
kesejahteraan masyarakat di suatu negara.
2) Indeks Kualitas Hidup
Indeks Kualitas Hidup (IKH) atau Physical Quality of Life Index
diperkenalkan oleh Morris D (1979). IKH menggunakan tiga
indikator utama sebagai acuan, yaitu harapan hidup pada usia satu
tahun, tingkat kematian bayi, dan tingkat melek huruf.
10
c. Indikator Campuran
1) Indikator Susenas Inti
Indikator Susenas Inti (Core Susenas) merupakan indikator
campuran karena terdiri dari indikator sosial dan ekonomi.
Indikator Susenas Inti meliputi aspek-aspek: (a) Pendidikan; (b)
Kesehatan; (c) Perumahan; (d) Angkatan Kerja; (e) Keluarga
Berencana dan Fertilitas; (f) Ekonomi; (g) Kriminalitas; (h)
Perjalanan wisata; dan (i) Akses ke media massa.
2) Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development
Index dikembangkan oleh United Nations for Development
Program (UNDP) sejak tahun 1990. Sama seperti IKH, IPM juga
digunakan untuk melakukan pemeringkatan terhadap kinerja
pembangunan berbagai negara di dunia. Nilai IPM diukur
berdasarkan tiga indikator sebagai acuannya yaitu tingkat harapan
hidup, tingkat melek huruf, dan pendapatan riil per kapita
berdasarkan paritas daya beli.
Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad
suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian
kombinasi proses sosial, ekonomi, dan institusional demi mencapai
kehidupan yang serba lebih baik (Todaro, 2006:28). Proses pembangunan
di semua masyarakat paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti sebagai
berikut:
11
a. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang
kebutuhan hidup yang pokok, sepeti pangan, sandang, papan,
kesehatan, dan perlindungan keamanan.
b. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan
pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan
kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas
nilai-nilai kultural dan kemanusiaan, yang kesemuanya tidak hanya
untuk memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga
menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan.
c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu
serta bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka
dari belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya
terhadap orang atau negara-bangsa lain, namun juga terhadap setiap
kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan
mereka.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menurut Kuznet dalam Todaro (2003:99)
adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara bersangkutan
untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.
Kenaikan kapasitas ditentukan oleh kemajuan atau penyesuaian teknologi,
institusional, dan ideologis terhadap tuntutan keadaan yang ada.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh empat faktor
utama (Arsyad, 2010:269), yaitu:
12
a. Akumulasi Modal
Akumulasi modal akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan pada
masa sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk
dapat memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi
modal yang dimaksud termasuk semua investasi baru yang berwujud
tanah (lahan), peralatan fisik (mesin-mesin), dan sumberdaya manusia
(human resources).
b. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan
kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional
dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi.
c. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi menurut para ekonom merupakan faktor yang
paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi
disebabkan oleh adanya cara-cara baru atau mungkin cara-cara lama
yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.
d. Sumber Daya Institusi (sistem kelembagaan)
Negara-negara dengan institusi yang lebih mampu mengalokasikan
sumberdaya secara lebih efisien, sehingga perekonomiannya bisa
bekerja lebih baik. Institusi yang kuat juga akan melahirkan kebijakan
ekonomi yang tepat dan kredibel, sehingga berbagai bentuk kegagalan
pasar bisa teratasi.
13
3. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
Perencanaan pembangunan ekonomi biasanya ditandai dengan
adanya upaya untuk memenuhi berbagai kriteria tertentu serta adanya
tujuan yang bersifat membangun. Karakteristik perencanaan
pembangunan ekonomi (Arsyad, 2010:159) sebagai berikut:
a. Adanya upaya yang tercermin dalam suatu rencana untuk mencapai
pertumbuhan sosial ekonomi yang mantap (steady social economic
growth).
b. Adanya upaya yang tercermin dalam suatu rencana untuk
meningkatkan pendapatan per kapita.
c. Adanya upaya yang bertujuan untuk mengadakan perubahan struktur
ekonomi.
d. Adanya upaya yang bertujuan untuk perluasan kesempatan kerja.
e. Adanya upaya yang bertujuan untuk pemerataan pembangunan atau
sering disebut dengan istilah keadilan distributif (distributive justice).
f. Adanya upaya yang bertujuan untuk pembinaan lembaga-lembaga
ekonomi masyarakat agar lebih menunjang kegiatan-kegiatan
pembangunan.
g. Adanya upaya yang secara terus-menerus menjaga stabilitas ekonomi
dalam negeri.
14
Selain itu, setiap perencanaan pembangunan harus mengandung
beberapa unsur pokok yaitu:
a. Adanya kebijakan atau strategi dasar dalam perencanaan
pembangunan.
b. Adanya kerangka perencanaan di tataran makro.
c. Adanya perkiraan mengenai sumber-sumber pembangunan, khususnya
sumber-sumber pembiayaan pembangunan.
d. Adanya uraian mengenai kerangka kebijakan yang konsisten,
misalnya kebijakan fiskal, penganggaran, moneter, harga serta
kebijakan sektoral lainnya.
e. Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang
dilaksanakan secara sektoral.
f. Perencanaan pembangunan adalah administrasi pembangunan yang
mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
tersebut.
4. PembangunanPertanian
Dalam pembangunan nasional, sektor pertanian menempati
prioritas penting. Menurut Kuncoro (2010:289) Pembangunan pertanian
diarahkan untuk dapat meningkatkan kesempatan kerja mendorong
pemenuhan kebutuhan pangan, peningkatan pendapatan petani, perluasan
kesempatan berusaha, pemenuhan kebutuhan industri serta meningkatkan
ekspor.
15
Mosher dalam Hanafie (2010:12) mengemukakan bahwa dalam
membangun atau mengembangkan pertanian, ada 5 syarat pokok/mutlak
(essentials) dan 5 syarat tambahan/pelancar (accelerators). Kelima syarat
pokok/mutlak adalah sebagai berikut:
a. Pasar untuk hasil-hasil pertanian
Untuk meningkatkan produksi hasil usaha tani perlu adanya pasar,
serta harga yang cukup tinggi untuk membayar kembali biaya-biaya
tunai dan daya upaya yang telah dikeluarkan petani pada saat
memproduksikannya.
b. Teknologi yang senantiasa berubah lebih maju
Teknologi usaha tani merupakan cara-cara melakukan pekerjaan usaha
tani, termasuk didalamnya cara menyebar benih, memelihara tanaman,
memungut hasil, dan memelihara ternak. Agar pembangunan
pertanian dapat terus berjalan maka harus selalu terjadi perubahan.
Meningkatnya produksi pertanian merupakan akibat dari pemakaian
teknik-teknik atau metode-metode dalam usaha tani yang senantiasa
berubah.
c. Ketersediaan sarana produksi dan alat-alat pertanian lokal
Pembangunan pertanian menghendaki ketersediaan sarana produksi
dan alat-alat pertanian secara lokal atau di dekat pedesaan dalam
jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan petani yang
mau menggunakannya.
16
d. Insentif produksi untuk petani
Perangsang yang dapat secara efektif mendorong petani meningkatkan
produksinya adalah yang bersifat ekonomi. Misalnya perbandingan
harga yang menguntungkan, bagi hasil yang wajar, dan tersedianya
barang atau jasa yang ingin dibeli oleh petani.
e. Pengangkutan atau Transportasi
Tanpa pengangkutan yang murah dan efisien, keempat syarat pokok
lainnya tidak dapat diadakan secara efektif. Pentingnya pengangkutan
berkaitan dengan produksi pertanian yang harus tersebar luas. Oleh
karena itu, dibutuhkan jaringan pengangkutan yang menyebar luas
untuk membawa sarana dan alat produksi ke tiap-tiap usaha tani, serta
untuk membawa hasil usaha tani ke konsumen.
Disamping kelima syarat pokok/mutlak, Mosher juga
mengemukakan 5 syarat yang mampu mempercepat dan memperlancar
perkembangan pertanian. Kelima syarat tersebut adalah:
a. Pendidikan untuk pembangunan
Alih teknologi membutuhkan tingkat pengetahuan dan keterampilan
tetentu dari pihak produsen. Dengan tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang rendah, alih teknologi akan berjalan lambat dan
seringkali harus dilakukan berdasarkan trial and error. Dengan
ditingkatkannya pengetahuan dan keterampilan, maka alih teknologi
bisa dipercepat.
17
b. Kredit Produksi
Untuk meningkatkan produksinya, petani harus mengeluarkan uang
lebih banyak. Pengeluaran-pengeluaran itu harus dibiayai dari
tabungan atau meminjam. Untuk itu, hambatan-hambatan dalam
penggunaan kredit harus dihapuskan, agar petani bisa lebih mudah
mendapatkan pinjaman untuk meningkatkan produksinya.
c. Kegiatan kelompok untuk petani
Kerja sama kelompok dalam proyek-proyek yang bersifat membangun
membutuhkan ketermpilan-keterampilan khusus yang mungkin perlu
dipelajari terlebih dahulu. Oleh karena itu, dorongan dan bantuan yang
sistematis akan kegiatan berkelompok merupakan faktor pelancar
penting bagi pengembangan pertanian.
d. Penyempurnaan dan perluasan lahan pertanian
Disamping meningkatkan produksi, untuk dapat mempercepat
pembangunan pertanian bisa dicapai dengan memperbaiki mutu tanah
yang telah diusahakan saat ini dan mengusahakan tanah baru untuk
pertanian.
e. Perencanaan nasional pembangunan pertanian
Perencanaan nasional merupakan proses pengambilan keputusan oleh
pemerintah tentang apa yang hendak dilakukan dan tindakan yang
mempengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu.
Perencanaan nasional harus bersifat kontinu, serta menampung
18
perubahan-perubahan dalam kebijakan dan program nasional agar
tetap serasi dengan kebutuhan pertanian yang senantiasa berubah.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah mencanangkan
empat target utama pembangunan pertanian (Winarso, 2013), yaitu:
1) Mewujudkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan.
2) Mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan.
3) Mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor.
4) Mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani.
5. Komoditas Unggulan
Menurut Rachman (2003) dalamHidayah (2010), komoditas
unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk
dikembangkan di suatu wilayah. Posisi strategis ini didasarkan pada
pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim), sosial ekonomi dan
kelembagaan. Penentuan ini penting dengan pertimbangan bahwa
ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan manusia)
untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat
diproduksi di suatu wilayah secara simultan relatif terbatas.
Secara lebih sederhana yang dimaksud komoditas unggulan adalah
komoditas yang layak diusahakan karena memberikan keuntungan kepada
petani baik secara biofisik, sosial, dan ekonomi. Komoditas tertentu
dikatakan layak secara biofisik jika komoditas tersebut diusahakan sesuai
zona agroekologi, layak secara sosial jika komoditas tersebut memberi
peluang berusaha, bisa dilakukan dan diterima oleh masyarakat setempat
19
sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Sedangkan layak
secara ekonomi artinya komoditas tersebut menguntungkan (Hidayah,
2010).
Menurut Hendayana (2003) penentuan komoditas unggulan
nasional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan
pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan
komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.
Menurut Alkadri (2001) dalam Juarsyah, dkk (2015)
mengemukakan beberapa kriteria dalam penentuan suatu komoditas
unggulan, antara laian:
a. Komoditas unggulan tersebut dapat memberikan kontribusi yang
signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan dan pengeluaran.
b. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar
nasional dan internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi
dan kualitas pelayanan.
c. Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain, baik dalam hal pasar
(konsumen) maupun pemasokan bahan baku.
d. Memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui
inovasi teknologi.
e. Mampu menyerap tenaga kerja yang berkualitas secara optimal sesuai
dengan skala produksinya.
f. Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu, mulai dari fase
kelahiran, pertumbuhan, hingga fase kejenuhan atau penurunan.
20
g. Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.
h. Pengembangan harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan,
misalnya keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar,
kelembagaan, fasilitas insentif / disinsentif dan lain-lain.
i. Pengembangan berorientasi pada kelestarian sumberdaya dan
lingkungan.
6. Pangan dan Kebijakan pangan
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan,
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau
minuman.
Penyelenggaraan pangan bertujuan untuk (Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2012):
a. Meningkatkan kemampuan memproduksi pangan secara mandiri;
b. Menyediakan pangan yang beraneka ragam dan memenuhi
persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi konsumsi masyarakat;
c. Mewujudkan tingkat kecukupan pangan, terutama pangan pokok
dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan
masyarakat;
21
d. Mempermudah atau meningkatkan akses pangan bagi masyarakat,
terutama masyarakat rawan pangan dan gizi;
e. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pangan di pasar
dalam negeri dan luar negeri;
f. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pangan
yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat;
g. Meningkatkan kesejahteraan bagi petani, nelayan, pembudi daya ikan,
dan pelaku usaha pangan; dan
h. Melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya pangan
nasional.
Kebijakan pangan adalah suatu pernyataan tentang kerangka pikir
dan arahan yang digunakan untuk menyusun program pangan guna
mencapai situasi pangan dan gizi yang lebih baik (Hanafie, 2010:269).
Program peningkatan ketahanan pangan tercantum dalam RPJMN 2004-
2009. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program tersebut meliputi
(Hanafie, 2010:270):
a. Penanganan ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri, antara
lain melalui pengamanan lahan sawah di daerah irigasi, peningkatan
mutu intensifikasi, serta optimalisasi dan perluasan areal pertanian.
b. Peningkatan distribusi pangan melalui penguatan kapasitas
kelembagaan pangan dan peningkatan infrastruktur pedesaan yang
mendukung sistem distribusi pangan untuk menjamin keterjangkauan
masyarakat atas pangan.
22
c. Peningkatan pascapanen, pengolahan hasil melalui optimalisasi
pemanfaatan alat dan mesin pertanian untuk pascapanen dan
pengolahan hasil, serta pengembangan dan pemanfaatan tekologi
pertanian untuk menurunkan kehilangan hasil (looses).
d. Diversifikasi pangan melalui peningkatan ketersediaan pangan
hewani, buah dan sayuran, perekayasaan sosial terhadap pola
konsumsi pangan masyarakat menuju pola pangan dengan mutu yang
semakin meningkat, serta peningkatan minat dan kemudahan
konsumsi pangan alternatif/pangan lokal.
e. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan melalui peningkatan
bantuan pangan kepada keluarga miskin atau rawan pangan,
peningkatan pengawasan mutu dan kemanan pangan, serta
pengembangan sistem antisipasi dini terhadap kerawanan pangan.
7. Komoditas Tanaman Pangan
Komoditas pangan diartikan sebagai segala hal yang dapat
dikonsumsi berasal dari tanah dan memerlukan bantuan air serta sumber
hayati yang terdapat didalamnya dan dapat digunakan oleh manusia
sebagai bahan makanan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tanaman
pangan terdiri dari 7 (tujuh) komoditas, yaitu:
a. Padi
Padi merupakan sumber pangan yang ideal bagi masyarakat di
Indonesia. Itulah sebabnya padi menjadi sangat penting bagi bangsa
Indonesia. Padi dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu
23
1) Padi sawah
Padi sawah ditanam di sawah, yaitu lahan yang cukup memperoleh
air. Padi sawah pada waktu-waktu tertentu memerlukan genangan
air, terutama sejak musim tanam sampai mulai berbuah.
2) Padi kering
Sejenis padi yang tidak membutuhkan banyak air sebagaimana
padi sawah (Anonim, 2014dalam Wowor, 2014).
b. Jagung
Jagung merupakan komoditas pangan sumber karbohidrat kedua
setelah beras. Keunggulan komparatif dari tanaman jagung banyak
diolah dalam bentuk tepung, makanan ringan atau digunakan untuk
bahan baku pakan ternak (Anonim, 2014dalam Wowor, 2014).
c. Kedelai
Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati, umumnya
dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu: tahu, tempe, kecap,
tauco, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto
dan Swastika, 2007dalam Rante, 2013).
d. Kacang Tanah
Kacang tanah atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeaeL
adalah salah satu tanaman polong-polongan yang banyak
dibudidayakan di Indonesia. Kacang tanah merupakan tanaman semak
dengan tinggi sekitar 30 cm (Anonim, 2014dalam Wowor, 2014).
24
e. Kacang Hijau
Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan cabang menyamping
pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu warna batang dan
cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu (Adrianto dan Indarto,
2004dalam Syafrina, 2009).
f. Ubi Kayu
Ubi kayu atau ketela pohon adalah salah satu komoditas pertanian
jenis umbi-umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai
sumber pangan maupun sumber pakan (Anonim, 2014dalam Wowor,
2014).
g. Ubi Jalar
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan tanaman pangan
dan golongan ubi-ubian yang berasal dari Amerika Latin (Martin dan
Leonard, 1967). Di Indonesia tanaman ini disenangi petani karena
mudah pengelolaannya dan tahan terhadap kekeringan. Disamping itu,
dapat tumbuh pada berbagai macam tanah (Zuraida, 2014dalam
Wowor, 2014).
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan sebagai perbandingan dan kajian. Berikut ini
adalah penelitian terdahulu yang menjadi acuan atau pertimbangan dalam
penelitian ini:
25
1. Kajian Komoditas Unggulan
a. Analisis Location Quotient (LQ)
1) Penelitian yang dilakukan oleh Pangerang (2014) dalam penelitian
yang berjudul “Analisis Location Quotient (LQ) Dalam Penentuan
Komoditas Unggulan Kecamatan di Kabupaten Maros”. Dengan
menggunakan analisis Location Quotient,Hasil penelitiannya
adalah berdasarkan rata-rata produksi lima tahun terakhirkomoditi
unggulan dengan urutan nilai LQ tertinggi adalah: 1) Kecamatan
Mandai: padi ladang dan padi sawah. 2) Kecamatan Moncongloe:
ubi kayu, ubi jalar, dan jagung. 3) Kecamatan Maros Baru: kacang
hijau, padi sawah, dan ubi jalar. 4) Kecamatan Marusu: ubi jalar,
padi ladang, ubi kayu, dan padi sawah. 5) Kecamatan Turikale:
kacang hijau dan padi sawah. 6) Kecamatan Lau: kacang hijau dan
padi sawah. 7) Kecamatan Bontoa: padi sawah. 8) Kecamatan
Bantimurung: padi sawah. 9) Kecamatan Simbang: kedelai dan
padi sawah. 10) Kecamatan Tanralili: ubi jalar, ubi kayu, jagung,
kedelai, dan padi ladang. 11) Kecamatan Tompobulu: padi ladang,
jagung, kedelai, ubi kayu, kacang tanah, dan ubi jalar. 12)
Kecamatan Camba: kacang tanah, jagung, ubi jalar, dan padi
ladang. 13) Kecamatan Cenrana: kacang tanah dan padi sawah.
14) Kecamatan Mallawa: kacang tanah, ubi jalar, jagung, dan padi
sawah.
26
2) Penelitian yang dilakukan oleh Fafurida (2009) dalam penelitian
yang berjudul “Perencanaan Pengembangan Sektor Pertanian Sub
Sektor Tanaman Pangan di Kabupaten Kulonprogo”. Dengan
menggunakan Location Quotient (LQ),Hasil penelitiannya adalah
komoditas tanaman pangan yang memiliki keunggulan komparatif
berdasarkan analisis Location Quotient berdasarkan rata-rata luas
panen tahun 2002-2006 tiap kecamatan adalah sebagai berikut:
Kecamatan Temon adalah padi, kacang tanah, dan kacang hijau;
Kecamatan Wates adalah padi, ketela rambat, kacang tanah dan
kacang hijau; Kecamatan Panjatan adalah padi, dan Ketela
Rambat; Kecamatan Galur adalah padi dan kedelai; Kecamatan
Lendah adalah jagung, dan kedelai; Kecamatan Sentolo adalah
jagung; Kecamatan Pengasih adalah jagung, ketela pohon, ketela
rambat, kacang tanah, dan kacang hijau; Kecamatan Kokap adalah
ketela pohon, ketela rambat, dan kacang tanah; Kecamatan
Girimulyo adalah ketela pohon, ketela rambat, dan kacang tanah;
Kecamatan Nanggulan adalah padi dan kedelai; Kecamatan
Kalibawang adalah ketela pohon dan kedelai; Kecamatan
Samigaluh adalah jagung dan ketela pohon.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Juarsyah, dkk (2015) dalam
penelitian berjudul “Kajian Pengembangan Agribisnis Komoditas
Unggulan Buah-buahan di Kabupaten Kubu Raya”. Dengan
menggunakan analisis Location Quotient (LQ), Hasil
27
penelitiannya adalah berdasarkan analisis Location Quotient (LQ)
yang menggunakan data jumlah produksi pada 9 kecamatan di
wilayah Kabupaten Kubu Raya diketahui bahwa durian, manggis,
nangka, dan pisang merupakan komoditas unggulan dengan
persebaran paling banyak yaitu tersebar di 4 kecamatan, dan buah
salah dengan persebaran paling sedikit yaitu hanya di 1 kecamatan
yaitu di Kecamatan Kubu.
b. Analisis Shift-Share
1) Penelitian yang dilakukan oleh Demmatadju (2012) dalam
penelitian berjudul “Analisis Komoditas Unggulan Regional
Sektor Pertanian di Sulawesi Selatan Tahun 2000-2009” dengan
menggunakan analisis shift-share. Hasil penelitiannya adalah,
berdasarkan analisis shift-sharemenunjukkan bahwa sektor
pertanian yang mempunyai keunggulan kompetitif yang
berpengaruh positif adalah subsektor peternakan yang memiliki
pertumbuhan yang cepat dengan daya saing wilayah sangat kuat,
subsektor perkebunan dan subsektor perikanan memiliki
pertumbuhan yang cepat tetapi daya saing wilayah yang lemah,
adapun yang memiliki pertumbuhan lambat dan daya saing tinggi
adalah subsektor kehutanan, sedangkan subsektor tanaman pangan
memiliki pertumbuhan yang lambat dan daya saing wilayah yang
lemah.
28
2) Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2010) dalam penelitian
berjudul “Analisis Komoditi Unggulan Sektor Pertanian
Kabupaten Sukoharjo Sebelum dan Selama Otonomi Daerah”.
Dengan menggunakan analisis shift-share, hasil penelitiannya
adalah berdasarkan perhitungan analisis shift-share metode klasik,
diketahui bahwa pada masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah
tahun 1997-2000 dan selama pelaksanaan otonomi daerah tahun
2000-2007 besarnya pertumbuhan daya saing dan pertumbuhan
ekonomi nasional mempengaruhi perubahan komoditi Kabupaten
Sukoharjo, sedangkan besarnya pengaruh pertumbuhan
proporsional menyebabkan menurunnya komoditi Kabupaten
Sukoharjo.
2. Kajian Keragaman (Diversitas) Komoditas TanamanPangan
a. Indeks Entropi
Penelitian yang dilakukan oleh Siska, dkk (2015) dalam penelitian
berjudul “Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah Berbasis
Agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan Kalimantan Selatan”.
Dengan menggunakan analisis entropi, hasil penelitiannya adalah nilai
entropi subsektor pada tahun 2009 sampai dengan 2013 sebesar 2,52
sudah mendekati nilai maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
penyebaran aktivitas setiap subsektor di seluruh wilayah Kawasan
Andalan Kandangan relatif merata. Nilai entropi dari 3 subsektor
29
pertanian pada tahun 2009 lebih tinggi yaitu sebesar 2,52 dan
menurun pada tahun 2013 menjadi sebesar 2,51.
3. Kajian Tingkat Konsentrasi dan Spesialisasi
a. Localization Index (LI)
Penelitian yang dilakukan oleh Baskoro (2007) dalam penelitian
berjudul “Analisis Perwilayahan, Hirarki, Komoditas Unggulan dan
Partisipasi Masyarakat Pada Kawasan Agropolitan”. Dengan
menggunakan analisis Localization Index (LI), hasil penelitiannya
adalah berdasarkan hasil analisis LI terdapat dua komoditas yang
mempunyai nilai LI mendekati satu, yaitu lada dan melati gambir.
Komoditas melati gambir mempunyai nilai LI sebesar 0,85 sedangkan
komoditas lada mempunyai nilai LI sebesar 0,71. Hal ini
mengindikasikan produksi melati gambir dan lada terkonsentrasi di
kawasan agropolitan Bungakondang. Sedangkan komoditas lain
mempunyai nilai LI mendekati 1, yang berarti produksinya relatif
merata di Kabupaten Purbalingga.
b. Specialization Index (SI)
Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2007) dalam penelitian
berjudul “Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten
Semarang”. Dengan menggunakan analisis Kuosien Spesialisai (KS)
atau Specialization Index (SI), hasil penelitiannya adalah secara
keseluruhan wilayah Kabupaten Semarang mempunyai nilai KS rata-
rata sebesar 0,33398. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan
30
Kabupaten Semarang tidak ada spesialisasi terhadap kegiatan
pertanian sehingga tidak terspesialisasi pada komoditi pertanian
tertentu.
C. Kerangka Pemikiran
Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi
strategis, berdasarkan baik pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim)
maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi,
kemampuan sumber daya manusia, infrastruktur, dan kondisi soaial budaya
setempat), untuk dikembangkan di suatu wilayah.
Kabupaten Ponorogo merupakan kabupaten yang mengandalkan
sektor pertanian sebagai sektor utama penopang perekonomian. Di dalam
sektor pertanian terdapat subsektor antara lain hortikultura, kehutanan,
perikanan, perkebunan, peternakan dan tanaman pangan. Dalam penelitian ini
difokuskan pada subsektor tanaman pangan, karena selain memberikan
kontribusi paling besar dalam sektor pertanian, su sektor tanaman pangan
juga memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Maka identifikasi terhadap
komoditas unggulam tanaman pangan merupakan hal penting untuk
dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat suatu kerangka pemikiran
sebagai berikut (Gambar 2.1):
31
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran
Komoditas Tanaman Pangan
Kabupaten Ponorogo
Tahun 2011-2014
Komoditas
UnggulanTanam
an Pangan
Analisis Location
Quotient (LQ) dan
Shift-Share (SS)
Analisis
Indeks Entropi
Strategi Pengembangan
Komoditas Tanaman Pangan
Kabupaten Ponorogo
Tingkat
Spesialisasi
Komoditas
Tanaman Pangan
Tingkat
Konsentrasi
Komoditas
Tanaman Pangan
Tingkat Keragaman
(Diversitas)
Komoditas
Tanaman Pangan
Analisis
Localization
Index
Analisis
Specialization
Index