BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pendidikan 1. Hakikat ...eprints.uny.ac.id/53338/3/3. BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pendidikan 1. Hakikat ...eprints.uny.ac.id/53338/3/3. BAB...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pendidikan
1. Hakikat Pembelajaran Biologi
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari objek dan persoalan
gejala alam. Semua benda dan kejadian alam merupakan sasaran yang
dipelajari dalam biologi. Proses belajar biologi merupakan perwujudan dari
interaksi subjek (anak didik) dengan objek yang terdiri dari benda dan
kejadian, proses dan produk (Djohar, 1987: 1). Pendidikan biologi harus
diletakkan sebagai alat pendidikan, bukan sebagai tujuan pendidikan,
sehingga konsekuensinya dalam pembelajaran hendaknya memberi
pelajaran kepada subyek belajar untuk melakukan interaksi dengan obyek
belajar secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi dan menemukan
konsep. Konsep belajar mengajar biologi memiliki tiga persoalan utama,
yaitu hakekat mengajar, kedudukan materi meliputi arti dan peranannya
serta kedudukan siswa (Djohar, 1984: 7).
Hakekatnya, dalam pendidikan biologi menekankan adanya
interaksi antara siswa dengan obyek yang dipelajari. Interaksi ini memberi
peluang kepada siswa untuk berlatih belajar dan mengerti bagaimana
belajar, mengembangkan potensi rasional pikir, ketrampilan, dan
kepribadian serta mengenal permasalahan biologi dan pengkajiannya
(Djohar, 1974: 4). Proses belajar mengajar pada diri siswa, akan
berkembang tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
(Wuryadi, 1971: 88).
12
Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk
membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan
membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran
(Suprihatiningrum, 2013: 75). Istilah belajar dan pembelajaran merupakan
suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau
memberikan pelayanan agar siswa belajar. Belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku individu (siswa) untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Perbedaan antara belajar dan pembelajaran terletak pada
penekanannya. Pembahasan masalah belajar lebih menekankan pada
bahasan tentang siswa dan proses yang menyertai untuk melakukan
perubahan perilaku terhadap seseorang.
Pembelajaran biologi di sekolah menengah diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar
serta proses pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan
sehari-hari. Penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya
tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan bimbingan dan
menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Oemar
Hamalik, 2010).
Proses pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan
guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, dan juga
pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah, dan bertujuan oleh
13
seseorang atau sekelompok orang agar orang lain dapat memperoleh
pengalaman yang bermakna. Dalam proses pembelajaran terkandung pesan
afektif, kognitif, dan psikomotorik. Pesan akan mudah ditangkap oleh siswa
apabila tersajikan melalui media empiris yang beraneka ragam. Dari media
inilah siswa terpacu untuk mengeluarkan ide, konsep, atau membantu
mereka mencerna sesuatu yang abstrak. Media belajar yang baik yaitu
media yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses kegiatan belajar.
2. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan lembar kerja yang
berisikan informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar dapat
mengerjakan sendiri suatu aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan
hasil-hasil belajar untuk mencapai tujuan instruksional. Menurut Suhardi
(2012 : 47), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan panduan belajar
yang berfungsi untuk meningkatkan keterlibatan dan aktivitas dalam proses
pembelajaran. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dapat dimanfaatkan untuk
mengoptimalkan tercapainya hasil pembelajaran, khususnya hasil belajar
siswa. Manfaat LKS yang strategis adalah memudahkan guru untuk
mengelola proses pembelajaran yaitu dari kondisi pembelajaran “berpusat
kepada guru” (teachers center) berubah menjadi “berpusat pada siswa”
(student center). LKS mengubah ketergantungan siswa kepada guru
menjadi keaaktifan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber
belajar, misal dari perpustakaan, internet, dari luar sekolah, atau melakukan
pengamatan sendiri.
14
Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R.E Kaligis (1992: 40)
mendefinisikan LKS merupakan sarana yang dapat digunakan guru untuk
meningkatkan keterlibatan siswa/aktifitas siswa dalam proses belajar
mengajar. Lembar Kegiatan Siswa merupakan bagian dari perangkat
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan
beberapa pengertian diatas maka LKS dapat diartikan sebagai panduan
belajar yang dibuat oleh guru untuk mendampingi siswa melakukan praktik
sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran lebih meningkat dan
optimal.
Menurut Suhardi (2012: 47), manfaat LKS adalah memudahkan
guru mengelola proses pembelajaran, yaitu dari kondisi pembelajaran
berpusat pada guru berubah menjadi berpusat kepada siswa. LKS mengubah
ketergantungan siswa kepada guru menjadi keaktifan siswa untuk mencari
informasi dari berbagai sumber belajar, missal dari perpustakaan, internet,
dari luar sekolah atau melakukan pengamatan sendiri. LKS dapat
membantu guru untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam
menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau belajar secara
kelompok serta memantau kegiatan belajar siswa untuk mencapai sasaran
belajar. LKS dapat pula digunakan untuk mengembangkan keterampilan
proses, mengembangkan sikap ilmiah, dan mengembangkan minat siswa
terhadap alam sekitarnya.
a. Komponen-komponen LKS
15
Sistematika penyajian panduan belajar ini mengcu pada
Depdiknas tahun 2008 meliputi bagian sebagai berikut:
1) Halaman judul
2) Kata pegantar
3) Petunjuk penggunaan/panduan praktikum
4) Informasi pendukung
5) Lembar Kegiatan yang meliputi :
a) Judul kegiatan, berisi topik kegiatan sesuai dengan KD.
b) Tujuan, adalah tujuan belajaran sesuai dengan KD
c) Alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan pengamatan.
d) Prosedur kerja, berisi petunjuk kerja untuk siswa yang berfungsi
mempermudah siswa melakukan kegiatan pengamatan.
e) Tabel data, berisi tabel di mana siswa dapat mencatat hasil
pengematan atau pengukuran. Kegiatan yang tidak memerlukan
data dapat diganti dengan kotak kosong dimana siswa dapat
menulis, menggambar, atau berhitung.
f) Bahan diskusi, berisi pertanyaan pertanyaan yang menuntun siswa
melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi.
(Slamet Suyanto, dkk., 2011: 3).
b. Bentuk LKS berdasarkan formatnya
Secara umum LKS dapat dikemas dalam 3 bentuk sesuai dengan
yang dikatakan Surachman (1998: 46-47) yaitu tertutup, semi terbuka
dan terbuka.
16
1) Lembar Kegiatan Siswa tertutup
Lembar Kegiatan Siswa tertutup merupakan LKS yang
dikemas guru sedemikian ketatnya, sehingga tidak memberi peluang
kepada siswa untuk mengembangkan daya nalar, kreativitas, minat,
dan daya imajinasinya. Menurut Suhardi (2012 : 47), LKS tertutup
adalah jenis LKS yang sudah mengakomodasi semua keperlua
siswa, artinya semua bahan atau materi belaja sudah dikemas dalam
LKS tersebut.
2) Lembar Kegiatan Siswa Semi Terbuka
Lembar Kegiatan Siswa semi terbuka merupakan jenis LKS
dengan beberapa bagiannya sengaja diberikan kepada siswa untuk
dikembangkan. Bagian-bagian yang akan diserahkan kepada siswa
umumnya telah dirancang dan untuk mengembangkan kemampuan
spesifik pada diri siswa. Lembar Kegiatan Siswa semacam ini biasa
digunakan siswa untuk belajar secara mandiri atau belajar dalam
kelompok kecil. Lembar Kegiatan Siswa semi guided umumnya
berisikan langkah kerja yang harus diikuti siswa. Peluang yang
diberikan guru kepada siswa kepada siswa adalah pengembangan
keterampilan melakukan pengamatan, menyusun tabel pengamatan,
dan merumuskan kesimpulan. Menurut Suhardi (2012 : 47), LKS
semi terbuka adalah jenis LKS yang memberi peluang siswa untuk
mengembangkan kreativitas secara terbatas, artinya guru sudah
17
memberikan pengarahan atau panduan terbatas kepada siswa dalam
memperoleh sumbernya.
3) Lembar Kegiatan Siswa terbuka
Lembar Kegiatan Siswa ini memberikan peluang besar bagi
siswa mengembankan kreativitasnya. Arahan yang diberikan guru
biasanya lebih bersifat sebagai stimulus bagi siswa yang
mengerjakan sesuatu kegiatan belajar. Penyajian masalah yang
harus dipecahkan siswa lewat kajian eksperimental atau studi kasus
merupakan contoh stimulus tersebut. Desain dan pelaksanaan
dikerjakan oleh siswa, sedangkan guru lebih banyak berperan
sebagai motivator dan fasilitator selama kegiatan berlangsung.
Menurut Suhardi (2012 : 47), LKS terbuka adalah jenis LKS yang
memberikan kebebasan siswa untuk mencari bahan atau materi
belajar dari berbagai sumber belajar. LKS ini mengembangkan
kreativitas bepikir siswa seluas-luasnya, dan mengembangkan sikap
kemandirian siswa dalam proses belajar untuk mencari sumbernya.
c. Syarat penyusunan LKS
Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R.E Kaligis (1992: 41-46)
dan Suhardi (2012: 48-49) dalam penyusunan LKS harus memenuhi
berbagai syarat sebagai berikut:
1) Syarat konstruksi
Syarat kontruksi adalah syarat-syarat yang berhubungan
dengan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan
18
kejelasan kalimat dalam LKS. Syarat-syarat kontruksi tersebut
adalah sebagai berikut:
a) LKS menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat
kecerdasan anak.
b) LKS menggunakan struktur kalimat yang jelas.
c) LKS memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik, artinya hal-hal yang sederhana
menjadi hal-hal yang kompleks.
d) LKS menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka.
e) LKS mengacu pada buku standar dalam kemampuan
keterbatasan peserta didik.
f) LKS menyediakan ruang yang cukup untutk memberikan
keluasan pada peserta didik untuk menulis maupun
menggambarkan hal-hal yang peserta didik ingin sampaikan.
g) LKS menggunaan kalimat yang sederhana dan pendek.
h) LKS lebih banyak menggunakan ilustrasi dari pada katakata.
i) LKS dapat digunkan untuk anak-anak, baik yang lamban
maupun yang cepat dalam hal penguasaan materi.
j) LKS memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat sebagai
motivasi.
2) Syarat teknik
Lembar Kegiatan Siswa perlu memperhatikan beberapa
syarat teknis sebagai berikut:
19
a) Tulisan
Tulisan dalam LKS diharapkan memperhatikan beberapa hal,
seperti menggunakan huruf cetak dan tidak menggunkan huruf
tebal yang agak besar untuk topik, menggunakan maksimal
sepuluh kata dalam baris, menggunakan bingkai untuk
membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik
serta memperbandingkan antara huruf dan gambar dengan
serasi.
b) Gambar
Gambar yang baik adalah gambar yang menyampaikan pesan
secara efektif pada pengguaan LKS.
c) Penampilan
Penampilan LKS dibuat menarik sehingga akan membangkitkan
semangat belajar peserta didik.
d. Manfaat LKS
1) Bagi guru
Manfaat penggunaan LKS dalam kegiatan pembelajaran
(Hendro Darmodjo dan Jenny Kalingis, 1992: 40) antara lain :
a) Memudahkan guru untuk mengelola kegiatan pembelajaran,
misalnya mengubah kondisi belajar dari suasana “berpusat
kepada guru” berubah menjadi ”berpusat kepada siswa”.
20
b) Membantu guru mengarahkan siswa untuk menemukan
konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau daalam
kelompok kerja.
c) Dapat digunakan untuk mengembangkan sikap ilmiah serta
membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya.
d) Memudahkan guru memantau keberhasilan siswa untuk
mencapai sasaran belajar.
2) Bagi siswa
Menurut Surachman, (1998: 47) dalam kegiatan praktis,
khususnya untuk keperluan belajar IPA (di sini dapat diartikan Biologi),
LKS umumnya dikembangkan untuk membantu siswa:
a) Memahami bahan bacaan siswa (misal: membantu siswa dalam
mengembangkan kesiapan belajar atau memahami bahan
pengayaan).
b) Mengikuti kegiatan di kelas (ceramah, demonstrasi, dsb).
c) Kegiatan belajar di laboratorium atau lapangan.
Menurut Suhardi (2012: 49), penampilan LKS diusahakan
menarik bagi penggunanya. Kombinasi antara tata tulis (tipe, bentuk,
ukuran) dan tata gambar (utuh, sebagian, bagan/skema) serta warna
(homogeni, heterogen, kadar warna) disesuaikan sesuai dengan tujuan
LKS dan sasaran penggunanya. Menurut ahli materi dan media, guru
biologi serta peserta didik LKS ini sudah cukup menarik.
21
B. Kajian Keilmuan
1. Indra Penglihatan
Sistem regulasi adalah sistem pengaturan dalam tubuh, sistem ini
terdiri dari sistem saraf, hormon dan indra. Sistem saraf melalui transmisi
impuls yang cepat, umumnya mengkoordinasi aktivitas-aktivitas tubuh
yang cepat, sedangkan sistem hormon mengontrol aktivitas metabolism dan
aktivitas lain yang memerlukan waktu lama. Sistem indra merupakan
saluran komunikasi antara reseptor rangsangan dari luar dan sistem saraf
pusat. Sistem indra terdiri dari 5 indra, yaitu indra penglihatan (mata),
pendengaran (telinga), peraba (kulit), pengecap (lidah), dan pembau
(hidung). Indra berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan,
baik yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Indra yang ada pada
makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah
yang berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi.
Mata merupakan indra penglihatan, yang mengandung fotoreseptor.
Mata berbentuk suatu bola yang terletak dalam rongga mata yang dibatasi
oleh tulang-tulang kepala. Bagian-bagian mata dapat dilihat pada Gambar 1
dan Gambar 2. Bola mata dibagi menjadi dua ruang yaitu anterior dan
posterior (Soewolo, dkk., 2005: 138).
Lapisan pelindung luar bola mata, yaitu sklera, dimodifikasi di
bagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang, dan akan
dilalui berkas sinar yang masuk ke mata. Bagian dalam sklera terdapat
koroid, lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi
22
makan struktur-struktur dalam bola mata. Lapisan di dua pertiga posterior
koroid adalah retina, jaringan saraf yang mengandung sel-sel reseptor
(Ganong, W.F., 2002 :143).
Gambar 1. External anatomy of the eye and accessory structures. (a)
Lateral view; some structures shown in sagittal section. (b)
Anterior view with lacrimal apparatus.) (Marieb, E.N., 2014 :
360).
23
Gambar 2. Internal anatomy of the eye. (a) Diagram of sagittal section of
the eye. The vitreous humor is illustrated only in the bottom half
of the eyeball. (b) Photograph of the human eye. (c) Posterior
view of anterior half of the eye (Marieb, E.N., 2014 : 362).
24
Menurut Soewolo, dkk., (2005: 138), bola mata diikat dan
digerakkan oleh enam otot mata ekstrinsik, yaitu otot lurus atas dan bawah,
samping dan tengah, serta otot serong atas dan bawah (Gambar 3). Isi bola
mata adalah media refraksi yang terdiri dari akuos humor, korpus vitreous
dan lensa.
Gambar 3. Extrinsic muscles of the eye. (a) Lateral view of the right eye. (b)
Superior view of the right eye. (c) Summary of actions of the
extrinsic eye muscles and cranial nerves that control them
(Marieb, E. N., 2014 : 361).
Lensa kristalina adalah suatu struktur tembus pandang yang
difiksasi oleh ligamentum sirkular lensa (zonula zinii). Zonula melekat di
bagian anterior koroid yang menebal, yang disebut korpus siliaris. korpus
siliaris mengandung serat-serat otot melingkar dan longitudial yang melekat
25
dekat dengan batas korneosklera. Bagian depan lensa terdapat iris yang
berpigmen dan tidak tembus pandang, yaitu bagian mata yang berwarna. Iris
mengandung serat-serat otot sirkular yang menciutkan dan serat-serat radial
yang melebarkan pupil.perubahan garis tengah pupil dapat mengakibatkan
perubahan sampai 5 kali lipat dari jumlah cahaya yang mencapai retina
(Ganong, W.F., 2002 :143). Iris terutama berfungsi untuk meningkatkan
jumlah cahaya yang memasuki mata selama keadaan gelap dan menurunkan
cahaya yang memasuki mata dalam keadaan terang.
Ruang antara lensa dan retina sebagian besar terisi oleh zat
gelatinosa jernih yang disebut korpus vitreus (vitreous humor). Aqueous
humor, suatu cairan jernih yang memberi makan kornea dan lensa,
dihasilkan di korpus siliaris melalui proses difusi dan transporaktif dari
plasma. Cairan ini menglir melalui pupil untuk mengisi kamera okuli
anterior (ruang anterior mata) dalam keadaan normal, cairan ini diserap
kembali melalui cairan trabekula masuk ke dalam kanalis schlemm, suatu
saluran venosa di batas antara iris dan kornea (sudut ruang anterior).
Sumbatan saluran keluar ini menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.
(Ganong, W.F., 2002 :143-144).
Retina merupakan bagian mata peka cahaya dan mengandung
kerucut, yang terutama bertanggung jawab untuk penglihatan warna, dan
batang yang terutama bertanggung jawab untuk melihat ditempat gelap.
Batang dan kerucut yang terangsang oleh cahaya akan mengirimkan isyarat
melalui euron-euron yang berturut-turut di dalam retina itu sendiri dan
26
akhirnya kedalam serabut nervus optirkus dan korteks serabri. Hal ini
bertujuan untuk menjelaskan secara khusus mekanisme batang dan kerucut
mendeteksi cahaya putih dan berwarna (Guyton dan Hall, 2008 : 535).
Menurut Ganong W.F., (2002 :144), retina melebar ke depan dan hampir
mencapai korpus siliaris. struktur ini tersusun dalam 10 lapisan dan
mengandung sel batang dan sel kerucut (fotoreseptor), yang merupakan
reseptor penglihatan, dan 4 jenis neuron: sel bipolar, sel ganglion, sel
horizontal, dan sel amakrin (Gambar 4 dan 5).
Gambar 4. Microscopic anatomy of the retina. (a) Diagram of cells of the
neural retina. Note the pathway of light through the retina.
Neural signals (output of the retina) flow in the opposite
direction. (b) Photomicrograph of the retina (140×) (Marieb, E.
N., 2014 : 363).
27
Gambar 5. Bagan Neuron Retina (Guyton dan Hall, 2008 : 635).
Fotoreseptor bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu sel batang dan sel
konus (kerucut). Reseptor batang berespons terhadap cahaya remang-
remang, dan reseptor konus berespons dalam keadaan terang dan mampu
membedakan warna merah, hijau, atau biru. Reseptor batang dan konus
terdapat di bagian dalam retina, dan cahaya harus berjalan melalui sejumlah
lapisan sel untuk mencapai fotoreseptor ini. Setiap fotoreseptor memiliki
molekul pigmen visual ( batang: rodopsin; konus: eritrolabe (merah),
klorolabe (hijau), sianolabe (biru)); pigmen-pigmen ini menyerap cahaya
dan memicu potensial reseptor yang tidak seperti sistem reseptor lainnya,
28
menyebabkan hiperpolarisasi sel dan bukan depolarisasi (Pearce, E.C.,
2006: 120).
Menurut Sherwood, L., (2011 : 218-219), fotoreseptor terdiri dari
tiga bagian yaitu:
a. Segmen luar, yang terletak paling dekat dengan eksterior mata,
menghadap ke koroid. Bagian ini mendeteksi rangsangan cahaya.
b. Segmen dalam, yang terletak di bagian tengah fotoreseptor. Bagian ini
mengandung perangkat metabolik sel.
c. Terminal sinaps, yang terletak paling dekat dengan bagian interior mata,
menghadap ke sel bipolar. Bagian ini menyalurkan sinyal yang
dihasilkan fotoreseptor karena stimulasi cahaya ke sel-sel selanjutnya di
jalur penglihatan.
Mata terlindung baik dari cidera oleh adanya dinding orbita yang
terdiri dari tulang. Kornea dibasahi dan dijaga tetap jernih oleh air mata dari
kelenjar lakrimalis dibagian atas orbita, yang mengalir dipermukaan mata
dan masuk kedalam hidung melalui duktus lakrimalis. Berkedip membantu
kornea tetap basah.
Sifat yang terpenting dari sistem penglihatan adalah
kemampuannya untuk berfungsi pada intensitas cahaya yang luas. Bila
seseorang berpindah dari keadaan hampir gelap gulita kedalam matahari
yang terang benderang, intensitas cahaya meningkat 10 unit logarita, atau
10 miliyar kali. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengaruh naik
turunya intensitas ialah diameter pupil.(lihat dibawah); bila diameter
29
berkurang dari 8 menjadi 2 mm, daerah pupil berkurang sebesar menjadi 16
kali dan intensitas cahaya yang mencapai retina berkurang lebih dari 1 unit
logaritma.
A. Pembentukan Bayangan
Mata mengubah energi dalam spektrum yang dapat dilihat
menjadi potensial aksi di n. Optikus. Panjang gelombang cahaya yang
dapat dilihat berkisar dari 397nm sampai 723 nm. Bayang benda
disekitar difokuskan di retina. Berkas cahaya yang mencapai retina
akan mencetuskan potensial didalam sel kerucut dan batang. Implus
yang timbul di retina dihantarkan ke konteks serebrum, untuk dapat
menimbulkan kesan penglihatan (Gambar 6 dan Gambar 7).
Gambar 6. Refraction and real images. The refraction of light in the
eye produces a real image (reversed, inverted, and reduced)
on the retina (Marieb, E. N., 2014 : 372).
30
Bayangan yang jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal
saraf dalam mozaik fotoreseptor di bagian lain dari retina. Selanjutnya
retina mengirim bayangan dua dimensi ke otak untuk direkonstruksi
(menyusun kembali) menjadi tiga dimensi. Sinar dari objek akan
melalui sejumlah media transparan sebelum sampai di retina. Media ini
membantu refraksi (pembiasan ) dan konvergensi (kecenderungan ) ke
arah satu titik sinar sehingga bayangan bayangan tepat jatuh di retina.
Media ini dinamakan kornea lensa, menangkap cahaya dari objek
sebagai cahaya sejajar pada jarak lebih 6 meter. Cahaya ini akan di
kumpulkan masuk ke dalam titk api yang berjarak normal dalam
keadaan istirahat, dari lensa cahaya diteruskan sepanjang aksisi\ optik
ke cairan humor vitreus. Cahaya ini mempertahankan bentuk bulat bola
mata (Syaifuddin, 2011 : 619).
Pengolahan informasi penglihatan diretina melibatkan
pembentukan 3 bayangan. Bayangan pertama, yang dibentuk oleh
pengaruh cahaya pada fotoreseptor, akan diubah menjadi bayangan
kedua di sel bipolar, dan kemudian diubah menjadi bayangan ketiga di
sel ganglion. Pembentukan bayangan kedua, potensial yang terbentuk
mengalami perubahan oleh sel horisontal, dan pada pembentukan
bayangan ketiga, potensial akan dirubah oleh sel amakrin. Perubahan
pola imprus di korpus genikulatum lateral hanya sedikit, sehingga
bayangan ketiga lah yang mencapai konteks oksipitalis (Ganong, W.F.,
2002, 2002 : 154-155).
31
Gambar 7. Inferior views of the visual pathway to the brain. (a)
Diagram. Note that fibers from the lateral portion of each
retinal field do not cross at the optic chiasma. (b)
Photograph. Right side is dissected to reveal internal
structures (Marieb, E. N., 2014 : 366).
Sel ganglion dan sel bipolar (serta sel genikulatum lateral dan
sel dilapisa 4 korteks penglihatan) memiliki sifat memberi
32
jawabanterbaik terhadap ransang lingkungan yang kecil, dan dalam
daerah reseptifnya, suatu anulus (cincin cahaya sekitar bagian tengah
(penerangan sekitar) akan menghambat respon terhadap titik tengah.
Bagian tengah dapat bersifat eksitatorik dengan sekitarnya inhibitorik
(sel “on-center”). Hambatan respon dibagian tengah oleh sekelilingnya
mungkin disebabkan oleh umpan balik inhibisi dari satu fotoreseptor
ke fotoreseptor yang lain melalui sel horizontal. Pengaktifan
fotoreseptor-fotoreseptor disekitar akibat adanya anulus akan
mencetuskan hiperpolarisasi sel horizontal, yang kemudian
menghambat respon fotoreseptor-fotoreseptor aktif yang terletak di
tengah. Hambatan respon terhadap penerangan di tengah akibat
peningkatan penerangan disekitarnya adalah salah satu contoh inhibisi
lateral atau inhibisi aferan dengan pengaktifan neuron tetentu berkaitan
dengan inhibisi neuron-neuron didekatnya. Hal ini merupan fenomena
yang sering dijumpai pada sistem sensorik mamalia dan membantu
mempertajam batas-batas rangsang dan meningkatkan daya
diskriminasi (Ganong, W.F., 2002 : 155).
Mata mengubah tenaga di dalam spektrum yang dapat terlihat
menjadi potensial aksi di dalam nervus optikus. Bayangan objek di
dalam lingkungan di fokuskan dalam retina. Sinar cahaya yang
membentur retina membentuk potensial di dalam bayangan kerucut.
Impuls yang dimulai di dalam retina dihantarkan ke dalam korteks
serebri pada tempat menghasilkan sensasi (rangsangan) penglihatan.
33
Gambar 8. Mekanisme pembentukan Bayangan (Syaifuddin, 2011:
620).
B. Respon Bola Mata pada Benda
Proses meningkatnya pelengkungan lensa disebut akomodasi.
Ketegangan lensa pada saat istirahat dipertahankan oleh tarikan
legamentum lensa. Bahan lensa mudah dibentuk dan kelenturan kapsul
lensa cukup tinggi, karena dapat ditarik menjadi gepeng. Bila
pandangan diarahkan ke benda yang dekat, otot siliaris akan
berkontraksi sehingga mengurangi jarak antara tepi-tepi korpus siliaris
dan melemaskan legamentum lensa yang mengakibatkan lensa
mengerut membentuk benda yang lebih cembung. Perubahan bentuk
ini dapat meningkatkan daya bias mata hingga 12 dioptri pada orang
yang usianya muda. Lemasnya legamentum lensa akibat kontraksi otot
34
siliaris sebagian disebabkan oleh seratotot sirkular korpus siliaris yang
seperti sfingter dan sebagian oleh kontraksi serat otot longitudinal yang
melekat ke antoriror, dekat batas kornea-sklera. Serat-serat tersebut
akan berkontraksi, sehingga seluruh korpus siliaris tertarik kedepan
dan kecalam. Gerakan ini menyebabkan tepi-tepi korpus siliaris saling
mendekat. Seberapa besar kelengkungan lensa dapat ditingkatkan tentu
saja terbatas, dan bekas sinar dari suatu benda yang terletak sangat
dekat tidak dapat difokuskan diretina walaupun telah dilakukan
akomodasi maksimum. Titik terdekat ke mata yang masih dapat
memfokuskan suatu benda dengan jelas oleh akomodasi disebut titik
dekat akomodasi (Ganong, W.F., 2002 : 149).
Menurut Sherwood, L., (2011 : 217) ketika otot siliaris
suspensorium menegang, dan ligamentum ini menarik lensa menjadi
bentuk gepeng dan kurang refraktif (Gambar 4). Sewaktu otot
berkontraksi, kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada
ligamentum suspensorium berkurang. Ketika tarikan tarikan
ligamentum suspensorium pada lensa berkurang, lensa menjadi lebih
bulat karena elastisita inherennya. Meningkatnya kelengkungan karena
lensa menjadi lebih bulat akan meningkatkan ukuran lensa dan lebih
membelokkan berkas sinar. Pada mata normal, otot siliaris melemas
dan lensa memipih untuk melihat jauh, tetapi otot berkontraksi agar
lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat. Otot
siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom, dengan stimulasi
35
menyebabkan relaksasi dan stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi
dan stimulasi parasimpatis menyababkan berkontraksi.
Gambar 9. Mekanisme akomodasi (Guyton dan Hall, 2008 : 617)
C. Mekanisme Fotoreseptor
Syaifuddin, (2011: 623-624), Potensial aksi dalam retina
dibentuk oleh kerja cahaya atas senyawa fotosensitif di dalam batang
dan kerucut bila sinar.
1. Pembentukan Respons Listrik. Perubahan potensial yang
menimbulkan potensial aksi di retina dibentuk oleh pengaruh
cahaya pada senyawa-senyawa fotosensitif di sel batang dan
kerucut. Bila cahaya diserap oleh senyawa-senyawa tersebut,
36
struktur senyawa-senyawa itu akan berybah dan hal ini akan
mencetuskan serangkaian peristiwa yang memulai kegiatan saraf
(Ganong, 2002: 151).
2. Dasar ion potensial: saluran Na+ di dalam segmen luar batang dan
kerucut terbuka di dalam gelap sehingga aliran arus listrik dari
segmen dalam keluar (Syaifuddin, 2011: 623). Kanal Na+ di
segmen luar sel batang dan kerucut akan terbuka pada keadaan
gelap, sehingga arus mengalir dari segmen bagian dalam ke bagian
luar. Arus juga mengalir ke ujung sinaps fotoreseptor. Na+-K+
ATPase disegmen bagian dalam memepertahankan imbangan ion.
Dalam keadaan gelap, pelepasan transmiter sinaps terjadi terus-
menerus. Bila cahaya mengenai segmen bagian luar, sebagian kanal
Na+ tertutup, dan timbul reseptor yang bersifat hiperpolarisasi.
Hiperpolarisasi menurunkan pelepasan transmiter sinaps dan hal ini
akhirnya memungkinkan pembentukan potensial aksi di sel
ganglion. Potensial aksi dihantarkan ke otak (Ganong, W.F., 2002:
151).
3. Senyawa fotopigmen terdiri dari dua komponen yaitu opsin (suatu
protein yang merupakan bagian integral dari membran diskus) dan
retinen (suatu turunan vitamin A yang terikat di bagian dalam
molekul opsin. Retinen adalah bagian fotopigmen yang menyerap
cahaya. Terdapat empat fotopigmen berbeda, satu di sel batang dan
masing-masing satu di ketiga sel kerucut. Keempat fotopigmen ini
37
menyerap panjang gelombang sinar yang berbeda-beda. Rodopsin,
fotopigmen sel batang, menyerap semua panjang gelombang
cahaya tampak. Dengan menggunakan masukan visual dari sel
batang, otak tidak dapat membedakan antara berbagai panjang
gelombang dalam spektrum sinar tampak, sehingga sel batang
hanya memberi bayangan abu-abu dengan mendeteksi perbedaan
intensitas, bukan perbedaan warna. Fotopigmen di ketiga jenis sel
kerucut yaitu sel kerucut merah, hijau dan biru beresponsecara
selektif terhadap berbagai panjang gelombang cahaya,
menyebabkan kita dapat melihat warna (Sherwood, L., 2011 : 219).
4. Rodopsin. Pigmen fotosensitif yang mempunyai sensitivitas
puncak terhadap cahaya, dalam gelap retinin berada dalam
konfigurasi (bentuk) satu-satunya kerja cahaya dalam mengubah
bentuk retinin (opsin membentuk pigmen visual) ke isomer
(senyawa kimia).
D. Fotokimia Penglihatan
Batang dan kerucut mengandung zat kimia yang terurai bila
terkena cahya dan dalam proses tersebut merangsang serabut saraf yang
berasal dari mata. Zat kimia dalam sel batng disebut rodopsin, dan zat
kimia peka cahaya di dalam sel kerucut mempunyai komposisi yang
sedikit sedikit berbeda dari komposisi rodopsin. Cahaya yang masuk
ke mata akan menguraikan rodopsin. Segmen luar sel batang yang
menonjol ke dalam lapisan pigmen retina mempunyai konsentrasi kira-
38
kira 40 persen, pigmen peka cahya yang disebut rodopsin. Zat ini
merupakan gabungan dari protein skotopsin dan pigmen karotenoid
retinal (retinen). Selanjutnya, retinal tersebut merupakan suatu jenis
khusus yang disebut 11-cis retinal. Bentuk cis dari retinal ini penting
karena hanya bentuk inilah yang dapat bergabung dengan skotopsin
untuk mensintesis rodopsin (Guyton dan Hall, 2008: 538).
Energi cahaya diabsorpsi oleh rodopsin, rodopsin tersebut
segera terurai, seperti pada Gambar 8. Penyebabnya adalah fotoaktivasi
electron dalam bagian retinal rodopsin yang menyebabkan suatu
perubahan segera dari bentuk cis retinsuatu bentuk trans semula. Ia
masih mempunyai struktur kimia sama seperti bentuk cis tetapi
mempunyai struktur fisis berbeda (suatu molekul lurus bukannya
bengkok). Karena orientasi tiga dimensi tempat-tempat reaktif retinal
trans ssemua tidak cocok lagi cocok dengan orientasi tempat reaktif
protein skotopsin, ia mulai bergerak meninggalkan skotopsin. Produk
dekatnya adalah batorodopsin (juga dinamai “prelumirodopsin”), yang
merupakan pemecahan sebagian kombinasi retinal trans total dan
skotopsin, tetapi batorodopsin merupakan senyawa yang sangat tak
stabil dan hancur dalam bagian kecil kedua menjadi lumirodopsin,
kemudian ke metarodopsin I, kemudian metarodopsin II, dan akhirnya
terpecah sebagian untuk membentuk skotopsin dan retinal trans total.
Selama proses pembedahan itu, batang terangsang dan isyarat
dikirimkan kedalam susunan saraf pusat.
39
Gambar 10. Fotokimia siklus visual rodopsin-retinal vitamin A
(Guyton dan Hall, 2008 : 629).
Menurut Guyton dan Hall (2008: 539), adanya penguraian
rodopsin menyebabkan membrane luar berubah dan menurunkan
konduktas membrane untuk ion natrium.
E. Adaptasi Gelap dan Terang
Setiap retina mengandung kurang lebih 150 juta reseptor dan
lebih dari satu milyar molekul fotopigmen. Fotopigmen mengalami
perubahan kimiawi ketika diaktifkan oleh sinar. Melalui serangkaian
tahap, perubahan yang dipicu oleh cahaya ini dan pengaktifan
fotopigmen yang kemudian terjadi menyebabkan terbentuknya
potensial reseptor yang akhirnya menghasilkan potensial aksi.
40
Potensial aksi menyalurkan informasi ini ke otak untuk pemrosesan
visual.
Fototranduksi, proses pengubahan rangsangan cahaya
menjadi sinyal listrik, pada dasarnya sama untuk semua fotoreseptor,
tetapi mekanismenya bertentangan dengan cara biasa reseptor berespon
terhadap stimulas adekuatnya. Reseptor biasanya mengalami
depolarisasi jika dirangsang, tetapi fotoreseptor mengalami
hiperpolariasi ketika menyerap cahaya.
Seseorang berada cukup lama dilingkungan yang terang
kemudian pindah ke remang-remang, retina secara bertahap menjadi
lebih peka terhadap cahaya sewaktu orang menjadi “terbiasa dalam
gelap”. Penurunan ambang penglihatan ini dikenal sebagai adaptasi
gelap. Adaptasi ini hampir maksimal sekitar 20 menit, walaupun
setelah ini menjadi penurunan lebih lanjut. Sebaliknya apabila
seseorang tiba-tiba pindah dari ruangan yang remang-remang
berpindah ke ruangan yang terang, cahaya akan menyilaukan bahkan
tidak menyenangkan, sampai mata beradaptasi terhadap peningkatan
penerangan dan ambang penglihatan meningkat. Adaptasi ini
berlangsung pada periode sekitar 5 menit dan disebut adaptasi terang,
walaupun sebenarnya ini hanya merupakan hilangnya adaptasi gelap
(Ganong, W.F., 2002: 160).
Seseorang yang telah berada didalam cahaya yang terang
untuk waktu lama, sebagian besar zat fotokimia di dalam batang dan
41
kerucut telah direduksi menjadi retinal dan opsin. Kebanyakan retinal
batang dan kerucut telah diubah menjadi vitamin A sehingga
konsentrasi zat kimia peka cahaya sangat berkurang, dan kepekaaan
mata terhadap cahaya lebih berkurang lagi, ini disebut adaptasi terang
(Guyton dan Hall, 2008 : 541).
Terdapat 2 komponen untuk respons adaptasi gelap.
Penurunan ambang penglihatan yang pertama, yang cepat tetapi kecil,
disebabkan oleh adaptasi gelap sel kerucut karena hanya bagian fovea
retina (tidak mengandung sel batang) yang di uji, tidak terjadi
penurunan lebih lanjut akibat adaptasi sel batang. Rentang perubahan
ambang antara mata yang beradaptasi terang dengan mata yang
beradaptasi gelap penuh sangat besar (Ganong, W.F.,, 2002: 160).
Menurut Guyton dan Hall (2008: 541), seseorang yang berada
di tempat terang untuk waktu lama, maka retinal dan opsin di dalam sel
batang dan kerucut diubah menjadi pigmen peka cahaya, selanjutnya
sejumlah vitamin A diubah menjadi retinal yang kemudian diubah
menjadi pigmen peka cahaya tambahan yang ditentukan oleh jumlah
opsin dalam sel batang dan kerucut. Kedua efek ini mengakibatkan
reseptor visual secara berangsur-angsur menjadi sedemikian peka
sehingga bahkan cahaya yang paling sedikit pun sudah menyebabkan
perangsangan, ini disebut adaptasi gelap. Manfaat adaptasi gelap dan
terang adalah pengaturan kepekaan retina selalu disesuaikan sehingga
reseptor bereaksi terhadap daerah gelap dan terang.
42
Sensitivitas mata terhadap cahaya bergantung pada jumlah
fotopigmen peka cahaya yang ada di sel batang dan sel kerucut.
Seseorang yang pergi ketempat gelap, mula-mula tidak dapat melihat
apa-apa tetapi secara perlahan mulai dapat membedakan bnda-benda
berkat proses adaptasi gelap. Penguraian fotopigmen selama pejanan
ke sinar matahri menurunkan sensitivitas fotoreseptor. Dalam keadaan
gelap, fotopigmen yang terurai sewaktu pajanan sinar matahari
dibentuk kembali. Akibatnya, sensitivitas mata perlahan mulai
kembali, namun hanya sel batang yang sangat sensitif dan dapat
dihidupkan oleh cahaya temaram.
F. Gangguan Penglihatan
Bila sistem penglihatan pada mata masih normal, maka kita
dapat melihat benda jauh maupun dekat dengan jelas. Mata yang
berpenglihatan normal disebut mata emetrop. Kelainan refraksi yaitu
akibat kerusakan pada akomodasi visual, entah itu sebagai akibat
perubahan pada mata maupun kelainan pada lensa mata.
1. Strabismus
Strabismus disebut juga mata juling adalah kelainan yang terjadi
karena otot-otot penggerak bola mata kerjanya tidak serasi. Tipe-
tipe dasar strabismus meliputi strabismus horizontal, vertikal, dan
torsional (kombinasi dari dua tipe dan sering terjadi). Pola
pergerakan gabungan mata dalam kendali sel-sel saraf menjadi
43
abnormal sehingga mata tidak pernah berdifusi (menyatu).
Kelainan ini dapat diperbaiki dengan jalan operasi mata.
2. Buta senja
Buta senja terjadi pada defisiensi vitamin A yang berat, bila jumlah
total vitamin A di dalam darah menjadi sangat berkurang maka
jumlah vitamin A di retina dan rodopsin didalam sel batang juga
berkurang. Zat kimia peka cahaya berwarna di dalam sel kerucut
semuanya berkurang sehingga menurunkan kepekaan sel batang
dan kerucut (Syaifuddin, 2011 : 625-626).
3. Miopi atau rabun jauh
Gangguan penglihatan dimana mata tidak dapat melihat dengan
jelas benda yang jauh. Karena lensa mata terlalu cembung,
sehingga bayangan benda jatuh di depan retina. gangguan mata ini
dapat ditolong dengan menggunakan lensa cekung atau lensa
negatif (Gambar 12 (b)).
4. Hipermetrop atau rabun dekat
Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh karena lensa mata
terlalu pipih sehingga bayangan benda jatuh di belakang retina.
Gangguan ini dapat ditolong dengan menggunakan lensa cembung
atau lensa positif (Gambar 12 (c)).
44
Gambar 11. Problems of refraction. (a) In the emmetropic (normal)
eye, light from both near and far objects is focused
properly on the retina. (b) In a myopic eye, light from
distant objects is brought to a focal point before reaching
the retina. It then diverges. Applying a concave lens
focuses objects properly on the retina. (c) In the
hyperopic eye, light from a near object is brought to a
focal point behind the retina. Applying a convex lens
focuses objects properly on the retina. The refractory
effect of the cornea is ignored here (Marieb, E. N., 2014 :
373).
5. Astigmatisma
Kesalahan refraksi yang terjadi karena berkas-berkas cahaya jatuh
pada garis-garis di atas retina, bukan pada titik-titik tajam. Hal ini
disebabkan oleh berubahnya bentuk lengkungan lensa. Keadaan ini
dapat ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa cembung,
guna menambahkan bagian yang kurang cembung pada lensa mata
yang abnormal itu.
45
6. Blefaritis
Peradangan mata dimana kelopak mata berwarna merah, perih dan
gatal.
7. Glaukoma
Glaukoma disebabkan oleh adanya penambahan tekanan dalam
mata, yang dapat akut maupun kronik. Cairan dalam bilik anterior
yang belum sempat disalurkan keluar, sehingga tegangan yang
ditimbulkannya dapat menghilangkan daya penglihatan pada mata.
Peningkatan tekanan akan memperberat glaukoma, dan
pengobatannya ditujukan untuk menurunkan tekanan. Salah satu
penyebab peningkatan tekanan adalah penurunan permeabilitas
trabekula (glaukoma sudut terbuka), dan penyebab yang lain adalah
bergeraknya iris ke depan sehingga menutupi sudut (glaukoma
sudut tertutup). glaukoma dapat diobati dengan obat penghambat
(B-adrenergik atau inhibitor anhidrase karbonat), keduanya
menurunkan pmbentukan humor aqueous, atau dengan obat agonis
kolinergik, yang meningkatkan mengalirnya aqueous keluar
(Ganong, W.F.,, 2002 :143).
8. Katarak
Suatu pengeruhan dari lensa mata yang disebabkan oleh proses
ketuaan, sinar-X, diabetes mellitus, dan pemberian obat kortison
dalam waktu lama. Pengobatannya dengan penggantian lensa
kacamata selama masih mungkin dan pengangkatan lensa katarak
46
melalui operasi, kemudian lensa diganti dengan kacamata atau
dengan lensa buatan yang ditanam di dalam bola mata.
9. Keratitis
Merupakan peradangan dari kornea. Konjungtivitis sering disertai
oleh keratitis karena secara histologi konjungtiva bulbi
melanjutkan melapisi bagian terluar kornea. Keratitis sering
menimbulkan kerusakan dan mengeruhkan kornea dan
menimbulkan kebutaan.
10. Buta warna
Gangguan penglihatan dimana seseorang tidak dapat membedakan
warna. Orang yang mengalami buta warna total, ia hanya dapat
mengenal warna putih dan hitam. Buta warna ini merupakan
kelainan penglihatan yang menurun, sehingga tidak dapat
disembuhkan.
11. Dakriosistis
Infeksi yang timbul sebagai akibat macetnya kantong air mata.
Gejala yang timbul berupa pembengkakan berwarna kemerah-
merahan yang terasa sakit sekali.
12. Ektropion
Gangguan penglihatan dimana terlipat keluarnya kelopak mata,
yang disebabkan oleh luka, sehingga bulu mata menusuk mata yang
menimbulkan sakit.
47
13. Herdeolum
Merupakan infeksi pada piggiran kelopak mata sehingga bulu mata
harus dicabut.
14. Trakhoma
Salah satu bentuk peradangan konjungtiva, sebagai akibat infeksi
virus. penyakit ini sangat banyak terdapat di negara-negara sedang
berkembang. Trakhoma adalah penyebab utama terjadinya
kebutaan yang menimpa sebagian umat manusia di seluruh dunia
(Kus Irianto, 2004 : 266-267).
15. Kekurangan vitamin A
Kekurangan vitamin A terjadi secara bertahap, mula-mula
seseorang yang kekurangan vitamin A akan mengalami rabun
senja. bila tidak segera diobati, orang itu akan mengalami bitnik
putih, kemudian kornea mongering, akhirnya bola mata pecah dan
dapat mengakibatkan kebutaan.
Memelihara kesehatan mata kunci kepada kesehatan mata dan
penglihatan yang terang adalah pengobatan yang tepat hasil diagnosis
dokter ahli mata. Satu-satunya jalan ialah dengan menjalani
pemeriksaan mata secara berkala. Dokter ahli akan menggunakan
sebuah alat yang bernama optalmoskop untuk mendiagnosis kehadiran
glaukoma dan katarak. Kedua jenis penyakit mata ini adalah penyebab
kebutaan potensial, jika jenis-jenis penyakit tidak segera ditemukan
dan diobati akan membutakan mata.