BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf ·...

25
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwa 1. Pengertian Gangguan Jiwa Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) II dalam Maslim (2001) mendefinisikan gangguan jiwa atau gangguan mental (mental disorder) adalah sindrom atau pola perilaku dan atau psikologik seorang individu yang secara klinik memiliki arti dan secara khas berkaitan dengan suatu distress atau gejala penderitaan dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari seorang individu. Menurut Ardani (2007) yang dimaksud dengan gangguan jiwa adalah sekumpulan keadaan-keadaan yang tidak normal baik yang berhubungan dengan keadaan secara fisik maupun secara mental. Namun, ketidaknormalan tersebut bukan disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian anggota badan tertentu meskipun terkadang gejalanya dapat terlihat dengan keadaan fisik. Sedangkan menurut Yosep (2011) gangguan jiwa adalah sekumpulan gejala patologik dominan yang berasal dari unsur jiwa. Meskipun begitu hal tersebut bukan berarti bahwa unsur yang lain tidak mengalami gangguan sebab seseungguhnya yang sakit dan Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Jiwa

1. Pengertian Gangguan Jiwa

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

(PPDGJ) II dalam Maslim (2001) mendefinisikan gangguan jiwa

atau gangguan mental (mental disorder) adalah sindrom atau pola

perilaku dan atau psikologik seorang individu yang secara klinik

memiliki arti dan secara khas berkaitan dengan suatu distress atau

gejala penderitaan dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari

seorang individu. Menurut Ardani (2007) yang dimaksud dengan

gangguan jiwa adalah sekumpulan keadaan-keadaan yang tidak

normal baik yang berhubungan dengan keadaan secara fisik

maupun secara mental. Namun, ketidaknormalan tersebut bukan

disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian anggota badan tertentu

meskipun terkadang gejalanya dapat terlihat dengan keadaan fisik.

Sedangkan menurut Yosep (2011) gangguan jiwa adalah

sekumpulan gejala patologik dominan yang berasal dari unsur jiwa.

Meskipun begitu hal tersebut bukan berarti bahwa unsur yang lain

tidak mengalami gangguan sebab seseungguhnya yang sakit dan

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

13

menderita ialah manusia secara utuh bukan hanya badan, jiwa atau

lingkungannya.

2. Penyebab Gangguan Jiwa

Ada banyak teori dan pendapat ahli mengenai penyebab gangguan

jiwa. Menurut Yoseph (2011) penyebab gangguan jiwa dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang secara terus menerus saling terkait dan

saling mempengaruhi, yaitu:

a. Faktor-faktor somatik atau organobiologis, seperti neroanatomi,

nerofisiologi, nerokimia, tingkat kematangan dan perkembangan

organik, dan faktor-faktor pre dan peri-natal.

b. Faktor-faktor psikologik atau psikoedukatif, seperti interaksi ibu

dan anak, persaingan yang terjadi antara saudara kandung,

hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari, kehilangan yang

menyebabkan depresi atau rasa malu/rasa bersalah, pola adaptasi

dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya, dan tingkat

perkembangan emosi.

c. Faktor-faktor sosial-budaya atau sosiokultural, seperti kestabilan

keluarga, tingkat ekonomi, masalah kelompok minoritas yang

meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan

kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan

keagamaan.

Sementara untuk faktor presipitasi (faktor yang bersumber dari

individu itu sendiri), antara lain kondisi lingkungan yang kurang baik,

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

14

interaksi dengan orang lain, kondisi fisik pasien, putus asa, dan

percaya diri yang kurang, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan

pekerjaan, dan kritikan yang mengarah kepada penghinaan.

3. Patogenesis dan Patofisiologi Gangguan Jiwa

a. Patogenesis Gangguan Jiwa

Kondisi saat sebelum sakit pada pasien gangguan jiwa

berlangsung kurang lebih selama 1 bulan. Gangguan yang terjadi

dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi,

disorganisasi proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku

yang terkadang disertai dengan kelainan neurokimiawi. Penderita

gangguan jiwa biasanya mengalami minimal 2 gejala, yaitu

gangguan afek dan gangguan peran. Serangan yang terjadi pada

gangguan jiwa biasanya terjadi secara berulang (Yoseph, 2011).

Serangan yang terjadi pada gangguan jiwa biasanya berupa

perasaan khawatir berlebihan terhadap hampir semua aspek

kehidupan, perasaan lelah berlebihan yang tidak disebabkan karena

faktor kelelahan fisik, iritable atau mudah tersinggung, dan gejala

fisik seperti kaku otot, pegal-pegal, gangguan tidur atau sulit

merasa santai. Ketika penderita mengalami gangguan tersebut

terkadang penderita mengabaikannya yang berakibat pada

bertambah parahnya gangguan yang dialami oleh penderita. Pada

penderita gangguan jiwa, biasanya mengalami gangguan terhadap

tingkat kesadaran dan kognisi, emosi atau perasaan, perilaku

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

15

motorik, proses berpikir, persepsi atau penginderaan, dan

kemampuan bicara dan bahasa.

Pada proses pemulihan yang terjadi pada penderita gangguan

jiwa terdapat 5 tahapan, antara lain:

(1) Tahap I: Perasaan terjebak (stuck) dimana penderita merasa

tidak mau atau tidak mampu dalam menerima bantuan ataupun

menghadapi masalah.

(2) Tahap II: Bersedia menerima bantuan. Pada tahap ini penderita

ingin menjauh atau menghindar dari masalah dan berharap

orang lain akan bisa membantu dalam mengatasi masalah.

(3) Tahap III: Percaya. Pada tahap ini penderita mulai percaya

bahwa mereka dapat membuat perubahan atau perbaikan

dalam hidupnya. Penderita mulai melihat ke masa depan

tentang apa yang diinginkan serta menjauh dari hal-hal yang

tidak diinginkan. Penderita mulai melakukan hal-hal atas

keinginan sendiri untuk mencapai tujuan mereka dan tetap

bersedia menerima bantuan orang lain.

(4) Tahap IV: Belajar mengenai bagaimana membuat pemulihan

diri penderita dapat menjadi suatu kenyataan. Ini adalah proses

trial and error dimana dukungan dan semangat merupakan hal

yang dibutuhkan dalam tahap ini.

(5) Tahap V: Kemandirian yang dicapai secara bertahap dari

proses belajar hingga pada akhirnya mencapai suatu titik

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

16

dimana mereka mampu mengelola sesuatu tanpa bantuan dari

orang lain (Tirtojiwo, 2012).

Ketika pada penderita gangguan jiwa yang telah melalui

proses pemulihan, mereka akan memasuki tahap recovery dimana

mereka mampu menerima dan mengakui dirinya sendiri sebagai

mana adanya. Selain itu, penderita gangguan jiwa juga sudah

mampu untuk bersikap terbuka dan sportif, memiliki semangat dan

motivasi, percaya diri, mampu mengendalikan emosi, mampu

bersosialisasi dengan masyarakat dan tidak takut untuk menghadapi

tantangan serta berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasi

masalah yang dihadapi (Tirtojiwo, 2012).

b. Patofisiologi Gangguan Jiwa

Penderita yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri

biologis yang khas terutama pada susunan dan struktur saraf pusat,

dimana penderita biasanya mengalami pembesaran ventrikel ke III

bagian kiri. Ciri lainnya pada penderita yakni memiliki lobus

frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang yang normal.

Penderita yang mengalami gangguan jiwa dengan gejala takut serta

paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala sedangkan

pada penderita skizofrenia memiliki lesi pada area Wernick’s dan

area Brocha bahkan terkadang disertai dengan Aphasia serta

disorganisasi dalam proses berbicara.

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

17

Kelainan pada struktur otak atau kelainan yang terjadi pada

sistem kerja bagian tertentu dari otak juga dapat menimbulkan

gangguan pada kejiwaan. Sebagai contoh, masalah komunikasi di

salah satu bagian kecil dari otak dapat mengakibatkan terjadinya

disfungsi secara luas. Hal ini akan diikuti oleh kontrol kognitif,

tingkah laku, dan fungsi emosional yang diketahui memiliki

keterkaitan erat dengan masalah gangguan kejiwaan. Beberapa

jenis gangguan pada struktur otak yang berakibat pada gangguan

jiwa, antara lain:

(1) Gangguan pada cortex cerebral yang memiliki peranan penting

dalam pengambilan keputusan, pemikiran tinggi, dan penalaran

dapat dilihat pada penderita waham.

(2) Gangguan pada sistem limbik yang berfungsi mengatur

perilaku emosional, daya ingat, dan proses dalam belajar

terlihat pada penderita perilaku kekerasan dan depresi.

(3) Gangguan pada hipotalamus yang berperan dalam mengatur

hormon dalam tubuh dan perilaku seperti makan, minum, dan

seks dapat terlihat pada penderita bulimia, anoreksia, dan

disfungsi seksual.

Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada bagian otak tertentu

juga dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Kerusakan tersebut,

antara lain:

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

18

(1) Kerusakan pada lobus frontalis yang menyebabkan kesulitan

dalam proses pemecahan masalah dan perilaku yang mengarah

pada tujuan, berfikir abstrak, perhatian dengan manifestasi

gangguan psikomotorik.

(2) Kerusakan pada Basal Gangglia dapat menyebabkan distonia

dan tremor.

(3) Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan

kewaspadaan, distractibility, gangguan memori (short time).

4. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Tanda-tanda umum yang sering dijumpai pada pendertita dengan

gejala gangguan jiwa menurut Yoseph (2011), yaitu:

a. Gangguan Kognisi

Gangguan kognisi yang meliputi gangguan sensasi dan gangguan

persepsi. Gangguan sensasi terdiri dari hiperestesia (suatu keadaan

dimana gangguan kepekaan terhadap proses penginderaan baik

panas, dingin, nyeri atau perabaan mengalami peningkatan),

anestesia (suatu keadaan dimana tidak adanya perasaan pada

penginderaan/mati rasa), hiperkinestesia (suatu keadaan dimana

kepekaan terhadap perasaan gerak tubuh mengalami peningkatan

secara berlebih), dan hipokinestesia (suatu keadaan dimana

kepekaan terhadap gerak perasaan tubuh mengalami penurunan).

Sedangkan gangguan persepsi terdiri dari ilusi (persepsi yang

salah/palsu yang biasanya ada atau pernah ada rangsangan dari

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

19

luar), dan halusinasi (suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai

adanya rangsangan dari luar).

b. Gangguan perhatian

Beberapa jenis gangguan perhatian yaitu distraktibiliti (perhatian

yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti),

aproseksia (ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun

terhadap situasi atau keadaan), dan hiperproseksia (keadaan yang

memusatkan perhatian yang berlebihan).

c. Gangguan ingatan

Gangguan ingatan terdiri dari amnesia (ketidakmampuan

mengingat kembali pengalaman yang ada atau kondisi

sebelumnya), hipernemsia (keadaan dimana seseorang dapat

menjelaskan kembali kejadian yang telah lalu dengan sangat

terperinci), dan paramnesia (gangguan penyimpangan terhadap

ingatan yang telah lalu yang dikenal secara baik).

d. Gangguan pikiran

Beberapa jenis gangguan pikiran yaitu gangguan bentuk pikiran

(pemikiran yang mengalami penyimpangan, tidak rasional dan

logis, dan terarah pada suatu tujuan), gangguan arus termasuk cara

dan laju proses asosiasi dalam pemikiran, dan gangguan isi pikiran

baik secara verbal maupun non verbal.

e. Gangguan kesadaran

Beberapa macam gangguan kesadaran, antara lain:

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

20

(1) Kesadaran kuantitatif, yang terdiri dari dua jenis, yaitu:

a) Kesadaran yang menurun (tingkat kesadaran dimana

kemampuan persepsi, perhatian, dan pemikiran yang

berkurang secara keseluruhan)

b) Kesadaran yang meninggi (keadaan reaksi yang

meningkat akibat adanya suatu rangsang).

(2) Kesadaran kualitatif dimana terjadinya perubahan dalam

kualitas kesadaran, baik yang disebabkan oleh toksik, organik

atau psikogen.

f. Gangguan kemauan

Beberapa macam gangguan kemauan yaitu abulia (keadaan

seseorang yang tidak sanggup dalam membuat keputusan maupun

memulai suatu perbuatan), negativisme (ketidaksanggupan

seseorang dalam bertindak/melakukan sesuatu, kekakuan atau

ketidakmampuan dalam memutuskan untuk mengubah suatu

tingkah laku), dan kompulsi (keadaan seseorang yang merasa

didorong dalam melakukan suatu tindakan).

g. Gangguan emosi dan afek

Gangguan emosi dan afek diantaranya euforia (emosi

menyenangkan atau bahagia secara berlebihan sehingga apabila

tidak sesuai dengan keadaan maka hal ini menunjukkan adanya

gangguan), afek yang kaku (pendirian yang tetap dipertahankan

sehingga menyebabkan reaksi emosional yang berlebihan), emosi

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

21

labil (ketidakstabilan yang berlebihan dan emosional), cemas dan

depresi (gejala yang dapat dilihat dari ekspresi wajah atau tingkah

laku), dan emosi yang tumpul dan datar (pengurangan atau tidak

ada sama sekali tanda-tanda ekspresi afektif).

5. Jenis-jenis Gangguan Jiwa

Menurut International Classification of Diseases (ICD) seperti

yang tercantum dalam Depkes (2003) menggolongkan gangguan jiwa

menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Gangguan mental organik

Gangguan mental organik adalah suatu kelompok gangguan jiwa

yang disebabkan oleh adanya gangguan yang terjadi pada organ

lain diluar otak tetapi gangguan tersebut mempengaruhi fungsi dan

kerja otak (Admin, 2011).

b. Gangguan mental dan perilaku akibat gangguan mental

simptomatik yang merupakan komponen psikologi yang diikuti

gangguan fungsi secara badaniah.

c. Skizofrenia

Skizofrenia menurut PPDGJ III adalah gangguan psikosis yang

ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas

serta afek yang tidak wajar atau tumpul (Maslim, 2001). Patel

(2001) menyebutkan beberapa ciri khas dari skizofrenia, antara

lain: depresi dan tidak ada keinginan dalam menjalani hidup, sering

mengeluhkan dan melakukan hal-hal yang aneh, gelisah, agresif,

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

22

kurang merawat diri dan menjaga kebersihan diri, dan sering

berhalusinasi.

d. Gangguan suasana perasaan (Depresi)

Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan kejiwaan yang

mendapat perhatian khusus karena jumlah penderitanya yang

bertambah setiap waktunya. WHO memprediksikan pada tahun

2020 di negara-negara berkembang depresi akan menjadi penyakit

mental yang paling banyak dialami dan depresi berat akan menjadi

penyebab kedua terbesar kedua setelah serangan jantung (Lubis,

2009). Beberapa ciri yang khas pada penderita depresi, antara lain

tidak ingin bersosialisasi dengan orang lain (menarik diri),

kehilangan semangat hidup dan tidak ada harapan akan masa

depan, merasa bersalah dan rendah diri, dan terkadang merasa lebih

baik mati sehingga sering mencoba melakukan tindakan bunuh diri

(Patel, 2001).

e. Ansietas atau kecemasan

Kecemasan adalah keadaan seseorang yang bereaksi terhadap

adanya ancaman atau kondisi yang menganggu baik secara nyata

maupun khayal, dan biasanya seseorang yang mengalami

kecemasan disebabkan adanya ketidakpastian dimasa mendatang

(Lubis, 2009). Ciri khas kecemasan menurut Patel (2001), antara

lain: jantung berdetak lebih cepat dan tubuh gemetar, merasa takut

dan terlalu khawatir terhadap sesuatu, pikirannya seolah-olah mati

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

23

sehingga terkadang kehilangan kontrol diri, menghindari penyebab

cemas, sulit tidur, dan cenderung memikirkan kecemasan tersebut

dalam waktu yang lama.

f. Gangguan makan, gangguan tidur, dan disfungsi seksual

g. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa

h. Retardasi mental

Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan kejiwaan

seseorang yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai

dengan terjadinya hendaya keterampilan selama masa

perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan

secara keseluruhan, seperti kemampuan kognitif, bahasa, motorik,

dan sosial.

i. Gangguan brevaza, gangguan membaca, gangguan berhitung, dan

autisme.

j. Gangguan hiperkinetik dan gangguan tingkah laku.

6. Dampak Gangguan Jiwa

Menurut Admin (2010), dampak yang ditimbulkan oleh gangguan

jiwa cukup besar, baik bagi pasien, bagi keluarga maupun bagi

masyarakat dan lingkungan. Dampak tersebut, antara lain:

a. Sebagai penyebab paling utama dari disabilitas kelompok usia

produktif.

b. Penderita mengalami penolakan, pengucilan, dan diskriminasi.

c. Penderita gangguan jiwa menjadi tidak produktif dan menganggur.

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

24

d. Biaya perawatan yang tinggi.

7. Rehabilitasi Gangguan Jiwa

Rehabilitasi adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial

dan latihan vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan

penyesuaian diri secara optimal serta mempersiapkan p;enderita

gangguan jiwa secara fisik, mental, sosial dan vokasional untuk suatu

kehidupan penuh sesuai dengan kemampuannya. Tujuan dilakukannya

rehabilitasi yaitu untuk mencapai perbaikan baik secara fisik maupun

secara mental seoptimal mungkin, penyaluran dalam pekerjaan dengan

kapasitas maksimal dan penyesuaian diri dalam hubungan

perseorangan dan sosial sehingga bisa berfungsi sebagai anggota

masyarakat yang mandiri (Nasution, 2006).

Keterampilan penting dalam rehabilitasi pasien gangguan jiwa

menurut Abroms dalam Stuart (2006) menekankan pada 4

keterampilan, yaitu:

a. Orientation (Orientasi)

Orientation adalah pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran

terhadap keadaan yang lebih baik. Orientasi berhubungan dengan

pengetahuan dan pemahaman penderita terhadap waktu, tempat,

dan tujuan, sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui interaksi

dan aktifitas pada semua klien.

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

25

b. Assertion

Assertion adalah kemampuan penderita dalam mengekspresikan

perasaannya sendiri secara benar dan tepat. Hal ini dapat dilakukan

dengan mendorong penderita untuk mengekspresikan diri secara

efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan

dan masyarakat.

c. Accuption

Accuption adalah kemampuan penderita untuk mendapatkan rasa

percaya diri dan berprestasi melalui keterampilan membuat

kerajinan tangan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan

aktifitas kepada penderita dalam bentuk kegiatan sederhana untuk

mengembangkan keterampilan fisik seperti menyulam, membuat

bunga, melukis dan sekaligus untuk meningkatkan manfaat

interaksi sosial.

d. Recreation (Rekreasi)

Recreation merupakan kemampuan dalam menggunakan dan

membuat aktifitas yang menyenangkan sebagai relaksasi. Hal ini

bertujuan untuk relaksasi dan membantu penderita dalam

menerapkan keterampilan yang telah ia pelajari sebelumnya.

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

26

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

Penerimaan masyarakat terhadap gangguan jiwa dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain pengetahuan masyarakat, persepsi masyarakat,

dan sikap masyarakat (Sears, 1999 dalam Adilamarta, 2011).

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai haisl

penggunaan panca inderanya, yang berbeda dengan kepercayaan, takhayul

dan penerangan lain yang keliru (Soekanto, 2006). Pengetahuan adalah

merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang yang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2007)

tingkat pengetahuan dalam domain kognitif meliputi 6 tahapan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah dimana

tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk pula mengingat kembali (recall) sesuatu

yang bersifat spesifik dari seluruh materi yang telah dipelajari atau

rangsangan yang diterima. Kata kerja yang digunakan untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

diantaranya menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan

menyatakan.

b. Memahami (Comprehention)

Seorang individu dapat dikatakan memahami apabila individu

tersebut memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu objek yang

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

27

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi dan obyek tersebut

secara benar. Individu ini mampu untuk menjelaskan, memberikan

contoh, menyimpulkan, dan meramalkan obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang

sebenarnya.

d. Analisa (Analysis)

Analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi atau obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih berkaitan

antara satu dengan yang lain.

e. Sintesis (Sintesys)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang

bersifat keseluruhan sehingga dapat membentuk formulasi yang

baru dari formulasi yang telah ada sebelumnya.

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan individu untuk melakukan

justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau obyek dimana

penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

28

Dalam memahami sesuatu perlu adanya pengetahuan yang mana

pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

Notoatmodjo (2003) faktor-faktor tersebut, yaitu:

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam mempengaruhi tingkat

pengetahuan seorang individu, meskipun tidak bersifat mutlak

namun semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka akan se

makin tinggi pula tingkat pengetahuannya.

b. Sosial Ekonomi

Hal ini masih memiliki kaitan dengan tingkat pendidikan

seseorang. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi seseorang maka

semakin besar kemungkinan orang tersebut dalam mendapatkan

pendidikan sehingga pengetahuan yang didapatkan bertambah

dengan baik.

c. Sumber informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberi pengaruh terhadap individu tersebut,

sehingga menghasilkan perubahan dalam meningkatkan

pengetahuannya. Selain itu, semakin pesatnya tekhnolgi secara

tidak langsung akan memberi pengaruh terhadap ketersediaan

sumber informasi yang menjadi bermacam-macam jenisnya. Sarana

komunikasi seperti media massa, televisi, radio, surat kabar, dan

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

29

majalah juga dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang

hal-hal baru.

d. Pengalaman

Pengalaman dalam hal ini bisa berarti pengalaman hidup maupun

pengalaman kerja yang bisa dijadikan sebagai sumber pengetahuan.

Pengalaman dapat memberikan pelajaran dan pengetahuan tentang

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi.

e. Umur

Semakin bertambah usia seorang individu maka akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2. Persepsi

Persepsi dapat diartikan sebagai kemampuan dalam mengenal

sesuatu yang hadir berupa hal yang bersifat konkrit jasmaniah, bukan

yang bersifat batiniah, seperti benda, barang, kualitas atau perbedaan

antara dua hal atau lebih yang diperoleh melalui proses melalui proses

mengamati, mengetahui, dan mengartikan setelah panca indera

mendapatkan rangsangan (Baihaqi, dkk, 2007). Persepsi memiliki dua

fungsi yang berbeda, yakni fungsi secara kognitif sebagai alat untuk

kontak utama antara manusia dan dunia, dan fungsi secara emosional

untuk membangkitkan perasaan dan merangsang tindakan-tindakan

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

30

tertentu (Baihaqi dkk, 2007). Menurut Maramis (2004) persepsi

seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

a. Kepercayaan

b. Sikap

c. Pendidikan atau pengetahuan

d. Lingkungan

e. Budaya

Proses terjadinya persepsi pertama kali dimulai dari objek yang

menimbulkan stimulus yang ditangkap oleh alat indera atau reseptor,

dimana proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang

diterima oleh alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf sensorik

menuju otak sehinggan proses ini dinamakan proses fisiologi.

Kemudian rangsangan yang telah diterima tersebut di proses di dalam

otak sehingga individu dapat menyadari sesuatu yang diterima dengan

reseptor itu, sebagai akibat dari stimulus yang diterima. Proses yang

terjadi di otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses

psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari persepsi adalah

individu menyadari tentang sesuatu yang diterima melalui alat indera

atau reseptor (Sunaryo, 2004).

Dalam perkembangan yang terjadi di masyarakat, ada beberapa

keadaan yang merupakan bentuk persepsi untuk individu dengan

gangguan jiwa (Soewadi, 1997 dalam Mubin, 2008). Persepsi tersebut

adalah:

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

31

a. Keyakinan atau kepercayaan yang menganggap bahwa gangguan

jiwa itu disebabkan oleh guna-guna, tempat dan benda pusaka

yang bersifat keramat, roh jahat, kutukan, dan kekuatan gaib atau

supranatural.

b. Keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupaknan

penyaki seumur hidup yang tidak dapat disembuhkan.

c. Keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupakan

penyakit yang tidak termasuk dalam urusan medis.

d. Keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupakan

penyakit yang selalu diturunkan.

3. Sikap

Sikap adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap objek

(masalah kesehatan, termasuk penyakit) atau stimulus yang ada. Sikap

yang terdapat pada seseorang akan memberikan dampak pada tingkah

laku ataupun perbuatan dari seseorang tersebut. Sikap merupakan

reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap objek

atau stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan definisi lain

menyebutkan bahwa sikap adalah sebuah penentu dari perilaku

dimana sikap dan perilaku memiliki kaitan dengan persepsi,

kepribadian, perasaan, dan motivasi. Sikap merupakan keadaan mental

yang dapat dipelajari dan diorganisasikan melalui pengalaman yang

menghasilkan pengaruh secara spesifik terhadap respon seseorang

terhadap orang lain, objek atau situasi yang berhubungan. Sikap juga

disebut sebagai respon evaluatif dimana respon hanya akan timbul bila

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

32

seseorang dihadapkan dengan suatu stimulus yang menghendaki

adanya reaksi dari orang tersebut. Reaksi evaluatif merupakan bentuk

reaksi yang dinyatakan sebagai munculnya sikap didasari oleh proses

evaluasi yang terjadi dalam diri individu segingga akan menghasilkan

kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk dan nilai baik-buruk,

positif-negatif atau menyenangkan-tidak menyenangkan yang

kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap

(Azwar, 2005).

Sikap mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan,

yaitu komponen kognitif yang merupakan kepercayaan seseorang

mengenai hal yang berlaku atau benar, komponen afektif yang

berkaitan dengan keadaan emosional seseorang terhadap suatu hal,

dan komponen perilaku yang menunjukkan kecenderungan perilaku

seseorang yang berkaitan dengan objek atau hal yang sedang dihadapi

(Azwar, 2005). Sedangkan Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa

sikap mempunyai 4 tingkatan, yaitu:

a. Menerima yang berarti mau memperhatikan dan memahami

stimulus yang ada secara otomatis.

b. Merespon stimulus saat diberikan rangsangan seperti menjawab

bila ditanya atau mengerjakan sesuatu saat diperintah.

c. Menghargai dengan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan stimulus yang diberikan.

d. Bertanggung jawab dan menerima resiko atas segala sesuatu yang

telah dipilih oleh orang yang bersangkutan.

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

33

C. Penerimaan

1. Pengertian Penerimaan

Penerimaan adalah hubungan yang terjalin antara dua belah

pihak atau lebih dimana pihak-pihak tersebut saling menerima satu

sama lain dengan baik sehingga tercipta suasana yang hangat, nyaman,

dan tentram serta pemenuhan kebutuhan saling menghargai terpenuhi

(Surya, 1998 dalam Soleh, 2011).

2. Unsur-unsur Penerimaan

Soleh (2011) menyebutkan beberapa hal yang merupakan unsur

dari penerimaan, antara lain:

a. Perhatian

b. Perlakuan yang baik dan positif

c. Pemberian kesempatan

3. Prinsip-prinsip Penerimaan

Prinsip-prinsip penerimaan dapat dilihat dari kemampuan

seseorang dalam mengungkapkan kebutuhan dalam kepercayaan

dirinya, memberikan pujian positif, dan keramahan yang tidak

berlebihan yang ditunjukkan melalui ekspresi dan rasa saling

memahami dan menghargai antar individu dengan segala karakteristik

baik secara positif maupun negatif. Selain ekspresi, penerimaan juga

dapat ditunjukkan melalui sikap seperti perhatian yang terpusat,

mendengarkan dengan penuh konsentrasi, memberikan dukungan dan

semangat, menerima kondisi individu dengan kelebihan dan

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

34

kekurangannya, dan mau memberi pertolongan saat dibutuhkan

(Siporin, 1975 dalam Soleh, 2011).

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

35

D. Kerangka Teori

Bagan 2. 1 Kerangka Teori modifikasi dari Yoseph (2011) dan Sears (1999)

Faktor-faktor penerimaan:

1. Pengetahuan 2. Persepsi masyarakat 3. Sikap masyarakat

Penerimaan masyarakat

Faktor Predisposisi (Bio-psiko-sosio-spiritual), antara lain neroanatomi, nerofisiologi, nerokimia, persaingan antara saudara kandung, hubungan sosial di kehidupan sehari-hari, tingkat perkembangan emosi, tingkat ekonomi, pendidikan, masalah kelompok minoritas, dan pengaruh buruk organisasi keagamaan.

Faktor Presipitasi, antara lain kondisi lingkungan yang kurang baik, interaksi dengan orang lain, kondisi fisik pasien, putus asa, dan percaya diri yang kurang, rasa kehilangan, dan kritikan yang mengarah kepada penghinaan.

Psikopatologi Gangguan Jiwa

Dampak Gangguan Jiwa

1. Disabilitas kelompok usia produktif. 2. Penderita mengalami penolakan, pengucilan, dan

diskriminasi. 3. Penderita menjadi tidak produktif dan menganggur. 4. Biaya perawatan yang tinggi.

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Jiwarepository.ump.ac.id/5235/3/Haniva Hanum_BAB II.pdf · dapat berupa gejala psikotik, antara lain halusinasi, delusi, disorganisasi proses berfikir,

36

E. Kerangka Konsep

Bagan 2.2. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

1. Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan masyarakat Desa

Kedondong tentang gangguan jiwa dengan penerimaan masyarakat

terhadap penderita gangguan jiwa.

2. Ada pengaruh antara persepsi masyarakat Desa Kedondong tentang

gangguan jiwa dengan penerimaan masyarakat terhadap penderita

gangguan jiwa.

3. Ada pengaruh antara sikap masyarakat Desa Kedondong terhadap

gangguan jiwa dengan penerimaan masyarakat terhadap penderita

gangguan jiwa.

Faktor-faktor penerimaan:

1. Pengetahuan

2. Persepsi masyarakat

3. Sikap masyarakat

Penerimaan masyarakat

Analisis Faktor-Faktor..., Haniva Hanum, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013