BAB II TINJAUAN PUSTAKA A....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A....
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendesak darah untuk beredar
keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Kekuatan ini bersumber pada kerja
jantung secara langsung dipengaruhi oleh darah itu sendiri. Faktor yang secara
tidak langsung mempengaruhi fisik, dan ketegangan. Hipertensi itu sendiri
merupakan peningkatan normal yang dapat diterima, yaitu: diatolik diatas
90mmHg.( Smith 1984)
2. Kualifikasi
Suatu badan penelitian di USA menentukan batasan yang berbeda pada
laporan di tahu 1993 lalu lebih tinggi dikenal dengan INC tekanan darah pada
orang dewasa berumur diatas 18 tahun di klasifikasikan sebagi berikut:
TABEL 1
KRITERIA PENYAKIT HIPERTENSI
Tekanan Darah(mmHg)
No
Kriteria Sistosik Diastolik
1 Normal 130 85
2 Perbatasan 130-139 85-89
3 Hipertensi
Derajat 1 = ringan (mild ) 140-159 90-99
Derajat 2 = Sedang (moderat ) 160-179 100-109
Derajaf 3 = Berat (sarve ) 180-209 110-119
Derajat 4.= Sangat berat (Very serve) 210 120
Sumber : INC-V, 1993
3. Etiologi
Meningkatkan tekanan darah tergantung pada beberapa mekanisme
kimiawi yang berhubungan dengan satu diantaranya tidak seimbang lagi. Akan
tetapi perubahan yang menyebabkan masalah tekanan darah pada setiap individu
sulit untuk dilacak dan masih belum diketahui dengan jelas. Namun para ahli
mengungkapkan bahkan paling tidak , ada dua factor yang memudahkan
seseorang terkena hipertensi yaitu:Faktor yang tidak dapat dikontrol dan factor
yang dapat di kontrol.
a. Faktor yang tidak dapat dikontrol
Beberapa faktor yang tidak dikontrol antarnya adalah:
1) Keturunan
Dari hasil penelitian dari boedhi darmojo, diungkapkan bahwa jika
seorang mempunyai orang tua yang salah satunya menderita hipertensi
maka orang tersebut mempunyai resiko lebih besar untuk terkena
hipertensi daripada orang-orang yang ke dua orang tuanya normal (tidak
menderita hipertensi). Namun demikian, bukan berarti bahwa semua yang
mempunyai keturunan hipertensi pasti akan menderita penyakit hipertensi.
(Darmojo,1988)
2) Jenis Kelamin
Angka survey yang dikumpulkan oleh Boedhi Darmojo baik dari jawa
tengah maupun angka-angka lndonesia lainya, menunjukan angka
prevalensi yang lebih tinggi pada wanita, berbeda diantanya dengan
perbedaan yang jelas dibandingkan dengan angka-angka pada pria.
Kemungkinan sebab-sebab yang dianjurkan ntara lain : kehamilan yang
sering, infeksi saluran kencing dan lain sebagainya. (Darmojo,1988)
3) Umur
Batasan hipertensi dengan memprhatikan perbedan usia dan jenis kelamin
dinjurkan sbagai berikut ini :
a) Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apa bil tekanan darh pada
waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90 mmhg.
b) wanita usia > dari 45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan
diatas 145/95 mmhg.
Pada khususnya wanita memperlihatkan suatu pingkatan tekanan
darah yang batas sistoliknya ditas 160mmhg, setelah usia 50 tahun
dinytakan hipertensi. (Darmojo,1988)
b. Faktor yang dapat di kontrol
Faktor penyebab hipertensi yang dapat di kontrol pada umumnya berkaitan
dengan perilaku dan pola makanan. Faktor - faktor tersebut antara lain.
1) Konsumi alkohol dan merokok
Alkohol sesungguhnya dapat membantu menurunkan tekanan darah.
Manfaatnya berasal dari kerja alkohol untuk membuka pembuluh darah
oleh karena itu dapat menurunkn ketahanan terhadap aliran darah, dan
menurunkn tekanan distolik, kan tetapi bahaya mulai mengancam apabila
minum setiap hari pada suatu tingkat yang lebih dari pada 20 minum
standar , minuman standar adalah : segelas anggur yang di perkuat.
Seoorang yang sering mengkonsumsi rokok mudah terserang penyakit
hipertensi, Nikotin yang terkandung di dalam rokok akan menaikan
tekanan darah dan meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh
darah dan juga menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. (
Smith,1988)
2) Ketegangan
Menurut keyakinan yang sudah tersebar luas semua jenis ketegangan
dapat menyebabkan penyakit hipertensi. Kecemasan yang berhubungan
dengan pekerjaan, status sosial, kegaduhan, kemarahan, pergoloakan batin
dan semua pengaruh dari emosi negative ini dianggap menyebabkan
tekanan darah tinggi yang kronis. ( Pwol,1984 )
4. Gejala Hipertensi
Perjalanan Penyakit hipertensi berkembang secara perlahan tetapi secara potensial
sangat membahayakann kadang - kadang seseorang tidak mengetahui setelah
hipertensi dideritanya menyebabkan komplikasi
Gejala hipertensi yang sering muncul adalah : Sakit kepala, secara akan
pingsan,penglihatan menjadi kabur , rasa sakit pada tengkuk. Dikatakan
seseorang menderita hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg
dan normal bila tekanan darahnya kurang dari 130/80 mmHg.( William, 2007)
5. Komplikasi Hipertensi
a. Arteri
Pembuluh darah mendapat pukulan paling berat, jika tekanan darah
terus menerus tinggi dan berubah. Dinding pembuluh darah menebal,
sehingga diameter saluran yang halus dan dilalui darah menebal, sehingga
saluran darah tersebut menjadi sempit dan aliran darah menjadi tidak lancar.
Dan menjadi lebih lengket ketika didorong oleh tekanan melalui pembuluh
darah yang menyempit. dan cenderung jauh lebih besar, kalau hal itu terjadi
pada cabang areteri koroner yang penting, maka akibatnya adalah serangan
jantung. Jika penyumbatan di otak, maka akibatnya adalah stroke.(Pwol,1984)
b. Jantung
Jantung dapat di rusak oleh darah tinggi yang tidak diobati. Pada
awalnya jantung mengatasi ketegangan karena harus menghadapi teknan
darah tinggi dengan meningkanya kerja otot sehingga membesar agar dapat
memompa lebih kuat. Pompa jantung mula macet, tidak lagi mendorong
darah untuk beredar ke seluruh tubuh, sebagian darah menumpuk pada
jaringan. Gejala yang utama adalah : sesak nafas dan kaki bengkak dengan
bekas berupa lekukan kecil ditekan dengan jari.(Pwol,1984)
c. Ginjal
Hipertensi yang berkelanjutan menyebabkan pembuluh darah pada
ginjal sehingga mengganggu mekanisme yang sangat halus yang menghsilkan
urin. Salah satu gejala utama kerusakan ginjal yang disebabkan oleh darah
tinggi adalah: Kemampuan menahan kencing.(Pwol,1984)
6. Kriteria Hipertensi
a. Primer
Sebab-sebab belum diketahui, secara primer sederhana dapat dikatakan
hipertensi primer yaitu : suatu gangguan fungsional dari system syaraf yang
mengontrol tekanan darah.
b. Sekunder
Sebab yang diketahui antara lain : sebagai akibat dari penykit ginjal,
kelainan atau gangguan hormonal, kelainan anatomi pembuluh darah dan lain-
lain. Dari sluruh penderita tekanan darah tinggi, ternyata sekitar 90-95%
belum dapat diterangkan secara tepat, tidak diketahui bagaimana mereka
terkena penyakit darah tinggi. (Smith,1988)
B. Peran NatriumTerhadap Hipertensi
1. Definisi Natrium
Natrium memegang peran terpenting terhadap hipertensi, Natrium klorida
merupakan ion utama cairan ekstraseluler. Konsumsi garam yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya, cairan intraseluler ditarik keluar sehingga volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak timbulnya Hipertensi.
Fungsi
Natrium dan kalium mengatur keseimbangan asam basa darah, mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh, mengatur kontraksi otot-otot, dan merangsang
fungsi syaraf. Natrium juga mengatur agar garam–garam mineral lain larut dalam
darah supaya jaringan mengendap pada dinding pembuluh darah.
Natrium bekerja sama dengan elorin mengatur kesehatan sel-sel dan cairan
darah, membuang karbondioksida dari dlam tubuh, dan mengatur produksi asam
lambung untuk pencernan garam Na. (Hanna,2008)
2. Penyerapan dan penyimpanan
Natrium diserap lambung dan usus, kemudian dihantarkan kedalam darah.
Kelebihan natrium dibuang melalui urin, Hormon Aldosteron mengatur
metabolisme natrium
3. Pengaruh terhadap Penyakit
Orang yang mempunyai penyakit hipertensi perlu mengurangi sumber
bahan makanan yang mengandung natrium pada khususnya garam dapur.
Penelitian klinik menunjukan bahwa diet rendah garam sangat baik mencegah dan
meningkatkan odema. (Riadi,2008)
C. Penatalaksanaan Diet Bagi Penderita Hipertensi
1. Terapi Dietetik bagi Penderita hipertensi
Pembatasan jumlah cairan ataupun pemberian air minum lebih dari
biasanya kepada penderita, ternyata tidak ada pengaruhnya pada tekanan darah.
Diet rendah garam dianjurkan bagi penderita darah tinggi, akan tetapi ahli
kedokteran yang masih meragukan efek diet rendah garam itu terhadap penurunan
tekanan darah. Lebih - lebih jika kandungan Natrium dalam diet penderita diatas
250 gr dalam sehari. Jadi agar diet rendah garam itu membwa pengaruh
penurunan tekanan, maka kandungan natrium dalam diet harus berkisar 200-250
mg sehari.
2. Macam Diet Rendah Garam I (Penuntun Diit 2004)
a. Diet Garam Rendah (200-400)
Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur, dihindari
makanan tinggi natrium dan diet ini diberikan pada pasien dengan odema,
asitesis, dan hipertensi berat.
b. Diet Rendah Garam II (600-800)
Dalam pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sendok teh garam
dapur (2 gr) dan diet ini berlaku kepda pasien odema, asitesis, dn hipertensi
tidak tterlalu berat.
c. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Dalam pengolahan makananya boleh menggunakan garam 1 sendok teh (4 gr)
garam dapur dan diet ini diberikan pada pasien dengan odema atau hipertensi
ringan. ( Sunita, 2004 )
3. Pengobatan
Tujuan dari pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan tekanan
darah batas normal, tanpa mengganggu aktifitas sehari-hari. Obat-obat yang
digunakan untuk mengobati hipertensi meliputi: diuretic, obat penghambat enzim
konvensi angiotensin, antagonis kalium, dan penghambat reseptor angiotesin II.
(William, 2007 )
D. Pola Konsumsi Makanan
1. Pola Konsumsi sumber natrium
Pola konsumsi sumber natrium adalah gambaran konsumsi sumber natrium
seseorang yang meliputi jenis, jumlah gram dan frekuensi makan, yang berasal
dari makanan sumber natrium baik bahan makanan ataupun garam dapur yang
dikonsumsi setiap hari yang sudah merupakan kebiasaan yang berlaku dalam
suatu kelompok masyarakat tertentu. (Wardana,2008)
a. Pendidikan keluarga
Kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan
adalah umum dijumpai setiap Negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan
persedian pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah
kekurangan gizi.
Peningkatan tingkat pendidikan akan meningkatkan pengetahuan
kesehatan dan gizi yang selanjutnya akan menimbulkan sikap dan prilaku
positif. Keadaan ini dapat mencegah timbulnya perubahan budaya makan dan
gaya hidup negativ terhadap kesehatan dan timbulnya gizi yang tidak
diinginkan. (Darmojo,1988)
b. Besar Keluarga
Hubungan antara jumlah keluarga yang tinggi dan kurang gizi, sangat
nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga, terutama
mereka yang sangat miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhannya, jika
yang harus di beri makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu
keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga tersebut, tetapi tidak
cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga besar. (Darmojo,1988)
c. Sosial Budaya
Kegitan Budaya suatu keluarga, suatu msyarakat suatu Negara atau
bangsa mempunyai pengaruh yang kuat dan lestari terhadap apa, kapan, dan
bagimana penduduk makan. Pola kebudayaan mempengaruhi jenis pangan apa
yang harus di produksi, bagaimana diolah, disalurkan,disiapkan dan disajikan.
(Darmojo,1988)
d. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia
dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan
dan pemlihan makanan. Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah terbiasa
untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit
menerima makanan yang agak tawar.
Budaya menggunakan MSG sudah sampai taraf yang
mengkhawatirkan.Hampir semua menggunakan tanpa takaran yang jelas.
Sehingga kebiasaan kebiasan mengkonsumsi garam dapur yang berlebihan
akan berdampak pada timbulnya hipertensi. (Darmojo,1988)
e. Perilaku
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.
Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain,
misalnya keluarga. (Notoatmodjo, 2005)
Menurut Notoatmodjo (2005), perilaku kesehatan adalah respon
seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,
penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan,
makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain, perilaku
kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat
diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukkan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku adalah
merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai
penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Pengukuran perilaku
dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang
lalu. (Notoatmodjo, 2005)
E. Kerangka Teori
Hipertensi
Tidak Terkontrol Keturunan Jenis kelamin Umur
Terkontrol Alkohol Rokok Ketegangan
Konsumsi Na