BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1...
-
Upload
nguyenphuc -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1...
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Susu Ibu (ASI)
1. Pengertian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi usia 0-6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan
dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004). Pedoman internasional
yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup
bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi
dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya.
Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang
disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti
diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan
membantu menjarangkan kelahiran (Lingakes, 2002).
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan memberikan manfaat
kepada bayi yang meliputi :
a. Melindungi dari infeksi gastrointestinal
a. Bayi yang mendapat ASI ekslusif selama enam bulan tingkat
pertumbuhannya sama dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif
hanya empat bulan.
11
b. ASI eksklusif enam bulan ternyata tidak menyebabkan kekurangan zat
besi
Bayi yang dilahirkan sangat sehat, pada umur 6 bulan akan
mencapai pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada
waktu dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat yang
sangat dibutuhkan adalah (Notoatmodjo, 2003):
a. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan.
b. Calsium (Cl).
c. Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada di daerah tropis, maka hal
ini tidak menjadi masalah.
d. Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal.
e. Fe (zat besi) diperlukan, karena di dalam proses kelahiran sebagian Fe
ikut terbuang.
Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung di
dalam ASI. Oleh sebab itu apabila gizi makanan ibu cukup baik, dan bayi
diberi ASI hingga 6 bulan, zat-zat tersebut sudah dapat mencukupi.
Pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan lain sampai usia 6 bulan ini
disebut ASI eksklusif, disamping itu ASI juga mempunyai keunggulan
yakni mengandung immunoglobin yang memberi daya tahan tubuh pada
bayi, yang berasal dari tubuh ibu. Immunoglobin ini dapat bertahan pada
anak sampai dengan bayi berusia 6 bulan (Notoatmodjo, 2003).
12
2. Keunggulan dan Manfaat ASI
Keuanggulan dan manfaat ASI menurut Buku Panduan Manajemen
Laktasi Ditjen Gizi Masyarakat Depkes RI (2001) menyatakan bahwa
keunggulan dan manfaat menyusui dapat dirasakan oleh bayi, ibu dan
keluarga, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:
a. Aspek Gizi.
1) Manfaat Kolostrum
a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun
sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
c) Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai
dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hitam kehijauan.
2) Komposisi ASI
a) ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang
sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan
zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
13
b) ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna
untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
c) Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki
perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi.
Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan
ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey
lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein
ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi
mempunyai perbandingan Whey : Casein adalah 20 : 80,
sehingga tidak mudah diserap.
3) Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
a) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam
ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan
penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada
binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat
terjadinya gangguan pada retina mata.
b) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated
fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan
anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor)
14
yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan
Omega 6 (asam linoleat).
b. Aspek Imunologik
1) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
2) Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya
cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat
melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada
saluran pencernaan.
3) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
4) Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli
dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali
lebih banyak daripada susu sapi.
5) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000
sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated
Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated
Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan
Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan
payudara ibu.
6) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini
menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan.
15
c. Aspek Psikologik
1) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu
menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi.
Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap
bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang
pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
2) Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan
psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
3) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi
terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to
skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi
merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung
ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
d. Aspek Kecerdasan
1) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan
untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan
kecerdasan bayi.
2) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI
memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6
point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada
usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
16
e. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap
dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
f. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan
demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli
susu formula dan peralatannya.
g. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan
kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah
yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
Banyak hal yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan
khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia, hal ini kemungkinan dipengaruhi
oleh (Siregar, 2004).
a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.
Hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan menjadi
renggang setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh orang tua seperti
nenek, kakek, mertua dan orang terpandang dilingkungan keluarga
secara berangsur menjadi berkurang, karena mereka itu umumnya
17
tetap tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam merawat
makanan bayi tidak dapat diwariskan.
b. Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya. Kenaikan tingkat partisipasi
wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi wanita dalam hal
segala bidang kerja dan kebutuhan yang semakin meningkat, sehingga
ketersediaan menyusui untuk bayinya berkurang.
c. Ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-
tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam
pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan dirumah.
d. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai
salah satu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yan lebih tinggi,
terdidik dan mengikuti perkembangan zaman.
e. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya
akan hilang.
f. Kurangnya dukungan dari keluarga khususnya suami sehingga
sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi
sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama
menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.
Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena
faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang
mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka
pada putting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada
putting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria
18
yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya.
Demikian juga ibu yang gizinya tidak baik akan menghasilkan ASI dalam
jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan ibu yang sehat dan gizinya
baik. Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir
sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang
sangat rendah yang mungkin masih telalu lemah apabila mengisap ASI
dari payudara ibunya, serta bayi yang dalam keaadaan sakit.
Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu
mengenai cara-cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek
kehidupan kota telah membawa pengaruh terhadap ibu untuk tidak
menyusui bayinya, padahal makanan penganti yang bergizi tinggi jauh
dari jangkauan mereka. Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu
tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu-ibu mudah
terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula).
Kesehatan atau status gizi bayi serta kelangsungan hidupnya akan
lebih buruk pada ibu-ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini karena
seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang
luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi. Pada
penelitian di Pakisttan dimana tingkat kematian anak pada ibu–ibu yang
lama pendidikannya 5 tahun adalah 50 % lebih rendah daripada ibu-ibu
yang buta huruf. Demikian juga di Indonesia bahwa pemberian makanan
padat yang terlalu dini. Sebagian besar dilakukan oleh ibu-ibu yang
19
berpendidikan rendah, jadi faktor ketidaktauanlah yang menyebabkannya
(Siregar, 2004).
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap
ibu terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana para ibu ini
dididik. Apabila pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan dan
memerlukan, maka “let down reflex” (reflex keluar) akan terhambat. Sama
halnya suatu kebudayaan tidak mencela menyusui, maka pengisapan akan
tidak terbatas dan “du demand” (permintaan) akan menolong pengeluaran
ASI. Selain itu kemampuan ibu yang usianya lebih tua juga amat rendah
produksi ASInya, sehingga bayi cenderung mengalami malnutrisi. Alasan
lain ibu – ibu tidak menyusui bayinya adalah karena ibu tersebut secara
tidak sadar berpendapat bahwa menyusui hanya merupakan beban bagi
kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk penampilannya. Kendala
lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah
sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak
bergairah mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan.
Konsep baru tentang pemberian ASI dan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui dan bayi baru
lahir. Disamping itu juga sikap sementara penanggung jawab ruang
bersalin dan perawatan di rumah sakit, rumah bersalin yang berlangsung
memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau
mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta
belum diterapkannya pelayanan perawatan bagi ibu yang tidak bisa
20
memberikan ASInya disebagian besar rumah sakit atau klinik bersalin
(Siregar, 2004).
B. Perilaku Kesehatan
a. Pengertian
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas daripada
manusia itu sendiri, untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan
bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisasi tersebut, baik
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo,
2007).
Menurut Skiner dikutip dari Notoatmojo (2007) bahwa perilaku
merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan
(respon) yang dibedakan adanya dua respon, yaitu :
1) Responden respon ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan tertentu dan menimbulkan rangsangan tetap.
2) Operant respon yaitu respon yang timbul dan perkembangannya diikuti
oleh perangsang tertentu dan diperkuat oleh respon yang telah
dilakukan oleh organisme.
b. Prosedur Pembentukan Perilaku
Notoatmojo, (2003) mengemukakan bahwa sebagian besar perilaku
manusia adalah operant respon, sehingga untuk membentuk jenis respon
atau perilaku ini diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut
21
operant conditing. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant
conditing ini menurut Skiner adalah sebagai berikut :
1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforcer berupa hadiah atau reward bagi perilaku yang akan
dibentuk.
2) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil
yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian komponen
tersebut dengan disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada
terbentuknya perilaku yang dimaksud.
3) Menggunakan secara urut komponen itu sebagai tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing
komponen tersebut.
4) Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan
komponen yang telah disusun itu. Apabila komponen pertama telah
dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan
komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering
dilakukan. Kalau perilaku itu sudah terbentuk, maka dilakukan
komponen (perilaku) yang kedua yang diberi hadiah (komponen
pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ulang,
sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan
komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku
yang diharapkan terbentuk.
22
c. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Green, dalam Notoatmojo (2005), mengemukakan bahwa
untuk mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan orang
dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam perilaku dan
faktor dari luar perilaku. Perilaku terbentuk dari tiga faktor yaitu :
1) Faktor Predisposisi
Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada cognitive domain
dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa,
sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut,
selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subyek
terhadap pengetahuan. Pengetahuan dan sikap subyek terhadap
diharapkan akan membentuk perilaku (psikomotorik) subyek. Di
bawah ini akan diuraikan tentang pengetahuan, sikap dan praktek.
a). Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil
“tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap pengetahuan ini. Selain pengindraan ini, juga dengan
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan ini juga
merupakan domain (kawasan) yang penting untuk terbentuknya
perilaku yaitu pengetahuan.
23
b). Sikap
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu dalam kata lain
fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan)
atau reaksi tertutup.
c). Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau
nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan
keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
d). Keyakinan
Keyakinan merupakan kepercayaan seseorang terhadap
sesuatu hal tanpa ada yang mempengaruhi.
e). Nilai
Dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai – nilai
yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan
hidup masyarakat.
f). Tradisi
Tradisi adalah suatu kebiasaan yang diyakini oleh
masyarakat dan menjadi suatu kebiasaan.
g). Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam
memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar,
24
seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan
memberikan respon lebih rasional daripada mereka yang
berpendidikan lebih rendah atau sedang. Rendahnya tingkat
pendidikan seseorang sangat berpengaruh juga terhadap
peningkatan derajat kesehatan. Oleh karena sikap masyarakat yang
belum terbuka dengan hal – hal atau inovasi baru (Notoatmodjo,
2005).
h). Pekerjaan
Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehari – hari yang
dilakukan oleh seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh
penghasilan (Notoatmodjo, 2007).
2) Faktor Pendukung atau Pemungkin
Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktek kaitannya dalam
suatu materi kegiatan biasanya mempunyai angapan yaitu adanya
pengetahuan tentang manfaat sesuatu hal yang akan menyebabkan orang
mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap positif ini
akan mempengaruhi untuk ikut dalam kegiatan ini. Niat ikut serta dalam
kegiatan ini akan menjadi tindakan apabila mendapatkan dukungan sosial
dan tersedianya fasilitas kegiatan ini disebut perilaku. Berdasarkan teori
WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku ada
tiga alasan diantaranya adalah sumber daya (resource) meliputi fasilitas,
pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga.
25
3) Faktor Penguat
Faktor yang mendorong untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan
yang terwujud dalam peran keluarga terutama orang tua, guru dan petugas
kesehatan untuk saling bahu membahu, sehingga tercipta kerjasama yang
baik. Lingkungan sebagai pusat yang akan mendorong proses belajar
melalui penjelajah dan penemuan untuk terjadinya suatu perilaku. Hak-hak
orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit sendiri maupun orang
lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku orang sakit.
a) Dukungan keluarga
Dengan kemajuan teknologi, dukungan keluarga pengaruh modernisasi,
mengakibatkan menyusui dipandang kuno dan menganggap susu
formula sebagai simbol kedudukan. Faktor ini yang berpengaruh
terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif adalah :
Lingkungan fisik
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan
lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan
lingkungan ini merupakan perilaku makhluk hidup termasuk perilaku
umumnya. Lingkungan fisik adalah lahan fisik untuk perkembangan
perilaku yang meliputi iklim, cuaca, manusia dan lain-lain.
Lingkungan non fisik
26
Lingkungan non fisik adalah kondisi selain fisik atau merupakan lahan
non fisik untuk perkembangan perilaku, yang meliputi sosial, ekonomi,
kebudayaan dan lain-lain.
b) Pelayanan kesehatan
Kurangnya bimbingan dan persiapan saat awal menyusui, kurangnya
informasi serta penyuluhan tentang pentingnya ASI,pemberian
informasi yang kurang baik petugas kesehatan, serta keterbatasan
fasilitas pelayanan kesehatan dapat menyebabkan terjadinya penurunan
cakupan pemberian ASI
c) Dukungan suami
Dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri untuk memberikan
ASI selama 6 bulan pertama tanpa makanan pendamping lain.
C. Pendidikan
1. Pengertian
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ditinjau dari sudut dan tingkatnya.
27
2. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan
berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik serta kelulusan dan kedalaman bahan pengajaran (UU RI No.20
Tahun 1989 bab I, pasal 5). Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara
berjenjang yang terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi.
1) Jenjang pendidikan dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan
sikap, pengetahuan dan ketrampilan dasar. Disamping itu juga berfungsi
mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti
pendidikan menengah.
2) Jenjang pendidikan menengah
Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan
dasar, diselenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjut Tingkat Atas) atau satuan
pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan
kebawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar.
Dalam hubungan keatas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.
3) Jenjang pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah,
yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
28
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan ataupun profesional
yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian. (Tirtarahardja, 2008)
jalur pendidikan terdiri dari : (UU No.20 tahun 2003)
a. Pendidikan Dasar
1) SD/MI
2) SMP/MTS
b. Pendidikan Menengah
1) SMU dan Kejuruan
2) Madrasah Aliyah
c. Pendidikan Tinggi
1) Akademik
2) Institusi
3) Sekolah Tinggi
4) Universitas
3. Menurut sifatnya pendidikan dibagi menjadi : (Ahmadi dan Unbiyati,
2007)
1) Pendidikan informal
Yaitu pendidikan yang di peroleh seseorng dari pengajaman sehari –
hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat.
2) Pendidikan formal
Yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan
mengikuti syarat – syarat tertentu secara ketat.
29
3) Pendidikan non formal
Yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi
tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat.
Pendidikan ibu umumnya berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan
anak. Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru
dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan profesional
karena manfaat pelayanan kesehatan mereka sadari sepenuhnya.
D. Pekerjaan
1. Pengertian
Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan oleh
seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. Setiap
apapun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan otot
atau pemikiran, adalah beban bagi yang melakukan. Semakin tinggi
ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan
(anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam melaksanakan
pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti
beban kerjanya relative rendah (Notoatmodjo, 2007).
30
2. Jenis – jenis pekerjaan
Jenis-jenis pekerjaan antara lain : (Rahmawati, 2008)
a) Service occupation
Termasuk didalamnya adalah semua jenis pekerjaan yang
mengutamakan pelayanan. Contoh pelayanan toko, pelayanan
dirumah makan, kurir, pramugari dan bagian keamanan.
b) Professional
Dalam kelompok ini, pendidikan tertentu setelah SMA sangatlah
diperlukan.
Pendidikan yang dimaksud disisni sangatlah mendukung pekerjaan
seseorang pada masa yang akan datang. Misalnya jika ingin
menjadi guru, harus kuliah di IKIP atau mengambil FKIP atau
yang setara dengannya. Contoh pekerjaan lainnya adalah dokter,
perawat dan arsitek.
c) Management position
Termasuk kelompok ini adalah mereka yang bergerak dalam
bidang pengelolaan. Misalnya manager, direktur dan supervisor.
d) Office work
Pekerjaan-pekerjaan dalam kelompok ini umumnya tidak
memerlukan sekolah khusus, tetapi hanya jenis kursus singkat.
Contoh receptionis, customer sevice officer, namun ada juga
perusahaan yang meminta karyawannya agar semua karyawannya
didalam kelompok ini minimal memiliki ijazah D III.
31
Dengan berbagai macam pekerjaan dan waktu bekerja dari
pagi sampai petang membuat para i bu tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya.
E. Dukungan Suami
1. Pengertian
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).
Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk
mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih
sayang antara anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang
merupakan dasar keluarga yang harmonis (Soetjiningsih, 2004).
Hubungan kasih sayang dalam kelaurga merupakan suatu rumah tangga
yang bahagia. Dalam kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih sayang
maka semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan,
saling tolong menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling membina
pengertian dan damai dalam rumah tangga (Soetjiningsih, 2004).
Pola keluarga tradisional pada saat ini dimana suami sebagai pencari
nafkah, sedangkan istri yang mengurus rumah tangga dan anak-anak,
sudah banyak berubah. Pada saat ini banyak istri yang bekerja, disamping
32
bertujuan untuk membantu perekonomian keluarga juga untuk
mengembangkan kariernya. Hal ini akan menyebabkan tanggung jawab
istri menjadi sangat berat baik fisik maupun mental, tetapi hal tersebut
dapat diatasi dengan cara suami ikut membantu dengan penuh kesadaran
untuk ikut serta mengatasi tugas istri (Soetjiningsih, 2004).
2. Fungsi dukungan
Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu:
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator
(penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian
saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu
masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya
suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan
aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan
ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan
support, penghargaan, perhatian.
33
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, saran
atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi
seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi
masalah dengan mudah
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan
minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek
dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam
bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan
didengarkan.
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan
nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga
individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini sangat
penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat
dikontrol. Berdasarkan Setiawan 2010, kategori dukungan suami dapat
digolongkan menjadi tidak mendukung jika kategori jawaban benar
antara 20-29 dan mendukung jika kategori jawaban benar antara 30-
40.
34
3. Sumber dukungan
Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang
dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan
untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial
keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan
dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial
keluarga eksternal (Friedman, 1998).
4. Manfaat dukungan
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi
sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda
dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam
semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat
keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai
akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga
(Friedman, 1998).
Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik
efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari
stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara
langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan.
Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial
35
terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan.
Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti
berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari
sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi
(Ryan dan Austin dalam Friedman, 1998).
5. Faktor yang mempengaruhi dukungan
Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada
bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar
dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-
pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil
menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang
besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga
dipengaruhi oleh usia. Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda
cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan
anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya
adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini
meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat
pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih
demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah,
hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua
dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan
36
keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial
bawah.
F. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : L. Green dalam Notoatmodjo (2003)
Perilaku Pemberian ASI
eksklusif
Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Kepercayaan 5. Nilai-nilai 6. Tradisi 7. Pendidikan 8. Pekerjaan
Faktor Enabling 1. Fasilitas 2. Sarana dan prasarana kesehatan
Faktor Reinforcing 1. Dukungan keluarga 2. Pelayanan kesehatan 3. Dukungan Suami
37
G. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
H. Variabel penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu
dan dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI eksklusif.
2. Variabel terikat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemberikan ASI eksklusif.
I. Hipotesis penelitian
1. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang.
2. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang.
3. Ada hubungan antara dukungan suami dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang.
Dukungan suami
Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif
Variabel bebas Variabel terikat
Pendidikan ibu
Pekerjaan ibu