BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1...

28
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi usia 0-6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004). Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Lingakes, 2002). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan memberikan manfaat kepada bayi yang meliputi : a. Melindungi dari infeksi gastrointestinal a. Bayi yang mendapat ASI ekslusif selama enam bulan tingkat pertumbuhannya sama dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya empat bulan.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1...

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi usia 0-6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan

dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004). Pedoman internasional

yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup

bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi

dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya.

Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang

disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti

diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan

membantu menjarangkan kelahiran (Lingakes, 2002).

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan memberikan manfaat

kepada bayi yang meliputi :

a. Melindungi dari infeksi gastrointestinal

a. Bayi yang mendapat ASI ekslusif selama enam bulan tingkat

pertumbuhannya sama dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif

hanya empat bulan.

11

b. ASI eksklusif enam bulan ternyata tidak menyebabkan kekurangan zat

besi

Bayi yang dilahirkan sangat sehat, pada umur 6 bulan akan

mencapai pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada

waktu dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat yang

sangat dibutuhkan adalah (Notoatmodjo, 2003):

a. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan.

b. Calsium (Cl).

c. Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada di daerah tropis, maka hal

ini tidak menjadi masalah.

d. Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal.

e. Fe (zat besi) diperlukan, karena di dalam proses kelahiran sebagian Fe

ikut terbuang.

Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung di

dalam ASI. Oleh sebab itu apabila gizi makanan ibu cukup baik, dan bayi

diberi ASI hingga 6 bulan, zat-zat tersebut sudah dapat mencukupi.

Pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan lain sampai usia 6 bulan ini

disebut ASI eksklusif, disamping itu ASI juga mempunyai keunggulan

yakni mengandung immunoglobin yang memberi daya tahan tubuh pada

bayi, yang berasal dari tubuh ibu. Immunoglobin ini dapat bertahan pada

anak sampai dengan bayi berusia 6 bulan (Notoatmodjo, 2003).

12

2. Keunggulan dan Manfaat ASI

Keuanggulan dan manfaat ASI menurut Buku Panduan Manajemen

Laktasi Ditjen Gizi Masyarakat Depkes RI (2001) menyatakan bahwa

keunggulan dan manfaat menyusui dapat dirasakan oleh bayi, ibu dan

keluarga, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:

a. Aspek Gizi.

1) Manfaat Kolostrum

a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari

hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun

sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

c) Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan

mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai

dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang

pertama berwarna hitam kehijauan.

2) Komposisi ASI

a) ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang

sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan

zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.

13

b) ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna

untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.

c) Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki

perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi.

Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan

ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey

lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein

ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi

mempunyai perbandingan Whey : Casein adalah 20 : 80,

sehingga tidak mudah diserap.

3) Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

a) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam

ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan

penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada

binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat

terjadinya gangguan pada retina mata.

b) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)

adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated

fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak

yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat

mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan

anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat

dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor)

14

yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan

Omega 6 (asam linoleat).

b. Aspek Imunologik

1) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

2) Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya

cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat

melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada

saluran pencernaan.

3) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat

kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

4) Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli

dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali

lebih banyak daripada susu sapi.

5) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000

sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated

Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated

Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan

Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan

payudara ibu.

6) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,

menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini

menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat

pertumbuhan bakteri yang merugikan.

15

c. Aspek Psikologik

1) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu

menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi.

Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap

bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang

pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

2) Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan

psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

3) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi

terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to

skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi

merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung

ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

d. Aspek Kecerdasan

1) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan

untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan

kecerdasan bayi.

2) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI

memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6

point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada

usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

16

e. Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap

dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

f. Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan

biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan

demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli

susu formula dan peralatannya.

g. Aspek Penundaan Kehamilan

Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan

kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah

yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

Banyak hal yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan

khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia, hal ini kemungkinan dipengaruhi

oleh (Siregar, 2004).

a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.

Hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan menjadi

renggang setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh orang tua seperti

nenek, kakek, mertua dan orang terpandang dilingkungan keluarga

secara berangsur menjadi berkurang, karena mereka itu umumnya

17

tetap tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam merawat

makanan bayi tidak dapat diwariskan.

b. Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya. Kenaikan tingkat partisipasi

wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi wanita dalam hal

segala bidang kerja dan kebutuhan yang semakin meningkat, sehingga

ketersediaan menyusui untuk bayinya berkurang.

c. Ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-

tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam

pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan dirumah.

d. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai

salah satu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yan lebih tinggi,

terdidik dan mengikuti perkembangan zaman.

e. Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya

akan hilang.

f. Kurangnya dukungan dari keluarga khususnya suami sehingga

sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi

sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama

menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.

Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena

faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang

mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka

pada putting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada

putting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria

18

yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya.

Demikian juga ibu yang gizinya tidak baik akan menghasilkan ASI dalam

jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan ibu yang sehat dan gizinya

baik. Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir

sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang

sangat rendah yang mungkin masih telalu lemah apabila mengisap ASI

dari payudara ibunya, serta bayi yang dalam keaadaan sakit.

Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu

mengenai cara-cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek

kehidupan kota telah membawa pengaruh terhadap ibu untuk tidak

menyusui bayinya, padahal makanan penganti yang bergizi tinggi jauh

dari jangkauan mereka. Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu

tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu-ibu mudah

terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula).

Kesehatan atau status gizi bayi serta kelangsungan hidupnya akan

lebih buruk pada ibu-ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini karena

seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang

luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi. Pada

penelitian di Pakisttan dimana tingkat kematian anak pada ibu–ibu yang

lama pendidikannya 5 tahun adalah 50 % lebih rendah daripada ibu-ibu

yang buta huruf. Demikian juga di Indonesia bahwa pemberian makanan

padat yang terlalu dini. Sebagian besar dilakukan oleh ibu-ibu yang

19

berpendidikan rendah, jadi faktor ketidaktauanlah yang menyebabkannya

(Siregar, 2004).

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap

ibu terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana para ibu ini

dididik. Apabila pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan dan

memerlukan, maka “let down reflex” (reflex keluar) akan terhambat. Sama

halnya suatu kebudayaan tidak mencela menyusui, maka pengisapan akan

tidak terbatas dan “du demand” (permintaan) akan menolong pengeluaran

ASI. Selain itu kemampuan ibu yang usianya lebih tua juga amat rendah

produksi ASInya, sehingga bayi cenderung mengalami malnutrisi. Alasan

lain ibu – ibu tidak menyusui bayinya adalah karena ibu tersebut secara

tidak sadar berpendapat bahwa menyusui hanya merupakan beban bagi

kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk penampilannya. Kendala

lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah

sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak

bergairah mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan.

Konsep baru tentang pemberian ASI dan mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui dan bayi baru

lahir. Disamping itu juga sikap sementara penanggung jawab ruang

bersalin dan perawatan di rumah sakit, rumah bersalin yang berlangsung

memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau

mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta

belum diterapkannya pelayanan perawatan bagi ibu yang tidak bisa

20

memberikan ASInya disebagian besar rumah sakit atau klinik bersalin

(Siregar, 2004).

B. Perilaku Kesehatan

a. Pengertian

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas daripada

manusia itu sendiri, untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan

bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisasi tersebut, baik

dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo,

2007).

Menurut Skiner dikutip dari Notoatmojo (2007) bahwa perilaku

merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan

(respon) yang dibedakan adanya dua respon, yaitu :

1) Responden respon ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-

rangsangan tertentu dan menimbulkan rangsangan tetap.

2) Operant respon yaitu respon yang timbul dan perkembangannya diikuti

oleh perangsang tertentu dan diperkuat oleh respon yang telah

dilakukan oleh organisme.

b. Prosedur Pembentukan Perilaku

Notoatmojo, (2003) mengemukakan bahwa sebagian besar perilaku

manusia adalah operant respon, sehingga untuk membentuk jenis respon

atau perilaku ini diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut

21

operant conditing. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant

conditing ini menurut Skiner adalah sebagai berikut :

1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau

reinforcer berupa hadiah atau reward bagi perilaku yang akan

dibentuk.

2) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil

yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian komponen

tersebut dengan disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada

terbentuknya perilaku yang dimaksud.

3) Menggunakan secara urut komponen itu sebagai tujuan sementara,

mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing

komponen tersebut.

4) Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan

komponen yang telah disusun itu. Apabila komponen pertama telah

dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan

komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering

dilakukan. Kalau perilaku itu sudah terbentuk, maka dilakukan

komponen (perilaku) yang kedua yang diberi hadiah (komponen

pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ulang,

sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan

komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku

yang diharapkan terbentuk.

22

c. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green, dalam Notoatmojo (2005), mengemukakan bahwa

untuk mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan orang

dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam perilaku dan

faktor dari luar perilaku. Perilaku terbentuk dari tiga faktor yaitu :

1) Faktor Predisposisi

Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada cognitive domain

dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa,

sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut,

selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subyek

terhadap pengetahuan. Pengetahuan dan sikap subyek terhadap

diharapkan akan membentuk perilaku (psikomotorik) subyek. Di

bawah ini akan diuraikan tentang pengetahuan, sikap dan praktek.

a). Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil

“tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap pengetahuan ini. Selain pengindraan ini, juga dengan

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan ini juga

merupakan domain (kawasan) yang penting untuk terbentuknya

perilaku yaitu pengetahuan.

23

b). Sikap

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak

dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu dalam kata lain

fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan)

atau reaksi tertutup.

c). Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau

nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan

keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d). Keyakinan

Keyakinan merupakan kepercayaan seseorang terhadap

sesuatu hal tanpa ada yang mempengaruhi.

e). Nilai

Dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai – nilai

yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan

hidup masyarakat.

f). Tradisi

Tradisi adalah suatu kebiasaan yang diyakini oleh

masyarakat dan menjadi suatu kebiasaan.

g). Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam

memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar,

24

seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan

memberikan respon lebih rasional daripada mereka yang

berpendidikan lebih rendah atau sedang. Rendahnya tingkat

pendidikan seseorang sangat berpengaruh juga terhadap

peningkatan derajat kesehatan. Oleh karena sikap masyarakat yang

belum terbuka dengan hal – hal atau inovasi baru (Notoatmodjo,

2005).

h). Pekerjaan

Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehari – hari yang

dilakukan oleh seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh

penghasilan (Notoatmodjo, 2007).

2) Faktor Pendukung atau Pemungkin

Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktek kaitannya dalam

suatu materi kegiatan biasanya mempunyai angapan yaitu adanya

pengetahuan tentang manfaat sesuatu hal yang akan menyebabkan orang

mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap positif ini

akan mempengaruhi untuk ikut dalam kegiatan ini. Niat ikut serta dalam

kegiatan ini akan menjadi tindakan apabila mendapatkan dukungan sosial

dan tersedianya fasilitas kegiatan ini disebut perilaku. Berdasarkan teori

WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku ada

tiga alasan diantaranya adalah sumber daya (resource) meliputi fasilitas,

pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga.

25

3) Faktor Penguat

Faktor yang mendorong untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan

yang terwujud dalam peran keluarga terutama orang tua, guru dan petugas

kesehatan untuk saling bahu membahu, sehingga tercipta kerjasama yang

baik. Lingkungan sebagai pusat yang akan mendorong proses belajar

melalui penjelajah dan penemuan untuk terjadinya suatu perilaku. Hak-hak

orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit sendiri maupun orang

lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku orang sakit.

a) Dukungan keluarga

Dengan kemajuan teknologi, dukungan keluarga pengaruh modernisasi,

mengakibatkan menyusui dipandang kuno dan menganggap susu

formula sebagai simbol kedudukan. Faktor ini yang berpengaruh

terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif adalah :

Lingkungan fisik

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme

tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan

lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan

lingkungan ini merupakan perilaku makhluk hidup termasuk perilaku

umumnya. Lingkungan fisik adalah lahan fisik untuk perkembangan

perilaku yang meliputi iklim, cuaca, manusia dan lain-lain.

Lingkungan non fisik

26

Lingkungan non fisik adalah kondisi selain fisik atau merupakan lahan

non fisik untuk perkembangan perilaku, yang meliputi sosial, ekonomi,

kebudayaan dan lain-lain.

b) Pelayanan kesehatan

Kurangnya bimbingan dan persiapan saat awal menyusui, kurangnya

informasi serta penyuluhan tentang pentingnya ASI,pemberian

informasi yang kurang baik petugas kesehatan, serta keterbatasan

fasilitas pelayanan kesehatan dapat menyebabkan terjadinya penurunan

cakupan pemberian ASI

c) Dukungan suami

Dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri untuk memberikan

ASI selama 6 bulan pertama tanpa makanan pendamping lain.

C. Pendidikan

1. Pengertian

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Ditinjau dari sudut dan tingkatnya.

27

2. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan

berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta

didik serta kelulusan dan kedalaman bahan pengajaran (UU RI No.20

Tahun 1989 bab I, pasal 5). Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara

berjenjang yang terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi.

1) Jenjang pendidikan dasar

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar

yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat berupa pengembangan

sikap, pengetahuan dan ketrampilan dasar. Disamping itu juga berfungsi

mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti

pendidikan menengah.

2) Jenjang pendidikan menengah

Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan

dasar, diselenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjut Tingkat Atas) atau satuan

pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan

kebawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar.

Dalam hubungan keatas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti

pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.

3) Jenjang pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah,

yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota

28

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan ataupun profesional

yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu

pengetahuan, teknologi dan kesenian. (Tirtarahardja, 2008)

jalur pendidikan terdiri dari : (UU No.20 tahun 2003)

a. Pendidikan Dasar

1) SD/MI

2) SMP/MTS

b. Pendidikan Menengah

1) SMU dan Kejuruan

2) Madrasah Aliyah

c. Pendidikan Tinggi

1) Akademik

2) Institusi

3) Sekolah Tinggi

4) Universitas

3. Menurut sifatnya pendidikan dibagi menjadi : (Ahmadi dan Unbiyati,

2007)

1) Pendidikan informal

Yaitu pendidikan yang di peroleh seseorng dari pengajaman sehari –

hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat.

2) Pendidikan formal

Yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan

mengikuti syarat – syarat tertentu secara ketat.

29

3) Pendidikan non formal

Yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi

tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat.

Pendidikan ibu umumnya berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan

anak. Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru

dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan profesional

karena manfaat pelayanan kesehatan mereka sadari sepenuhnya.

D. Pekerjaan

1. Pengertian

Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan oleh

seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. Setiap

apapun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan otot

atau pemikiran, adalah beban bagi yang melakukan. Semakin tinggi

ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan

(anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam melaksanakan

pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti

beban kerjanya relative rendah (Notoatmodjo, 2007).

30

2. Jenis – jenis pekerjaan

Jenis-jenis pekerjaan antara lain : (Rahmawati, 2008)

a) Service occupation

Termasuk didalamnya adalah semua jenis pekerjaan yang

mengutamakan pelayanan. Contoh pelayanan toko, pelayanan

dirumah makan, kurir, pramugari dan bagian keamanan.

b) Professional

Dalam kelompok ini, pendidikan tertentu setelah SMA sangatlah

diperlukan.

Pendidikan yang dimaksud disisni sangatlah mendukung pekerjaan

seseorang pada masa yang akan datang. Misalnya jika ingin

menjadi guru, harus kuliah di IKIP atau mengambil FKIP atau

yang setara dengannya. Contoh pekerjaan lainnya adalah dokter,

perawat dan arsitek.

c) Management position

Termasuk kelompok ini adalah mereka yang bergerak dalam

bidang pengelolaan. Misalnya manager, direktur dan supervisor.

d) Office work

Pekerjaan-pekerjaan dalam kelompok ini umumnya tidak

memerlukan sekolah khusus, tetapi hanya jenis kursus singkat.

Contoh receptionis, customer sevice officer, namun ada juga

perusahaan yang meminta karyawannya agar semua karyawannya

didalam kelompok ini minimal memiliki ijazah D III.

31

Dengan berbagai macam pekerjaan dan waktu bekerja dari

pagi sampai petang membuat para i bu tidak memberikan ASI

eksklusif pada bayinya.

E. Dukungan Suami

1. Pengertian

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).

Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk

mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih

sayang antara anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang

merupakan dasar keluarga yang harmonis (Soetjiningsih, 2004).

Hubungan kasih sayang dalam kelaurga merupakan suatu rumah tangga

yang bahagia. Dalam kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih sayang

maka semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan,

saling tolong menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling membina

pengertian dan damai dalam rumah tangga (Soetjiningsih, 2004).

Pola keluarga tradisional pada saat ini dimana suami sebagai pencari

nafkah, sedangkan istri yang mengurus rumah tangga dan anak-anak,

sudah banyak berubah. Pada saat ini banyak istri yang bekerja, disamping

32

bertujuan untuk membantu perekonomian keluarga juga untuk

mengembangkan kariernya. Hal ini akan menyebabkan tanggung jawab

istri menjadi sangat berat baik fisik maupun mental, tetapi hal tersebut

dapat diatasi dengan cara suami ikut membantu dengan penuh kesadaran

untuk ikut serta mengatasi tugas istri (Soetjiningsih, 2004).

2. Fungsi dukungan

Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga

memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu:

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator

(penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian

saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya

suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan

aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan

ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

b. Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan

validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan

support, penghargaan, perhatian.

33

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, saran

atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi

seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi

masalah dengan mudah

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan

minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

d. Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek

dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam

bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan

didengarkan.

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan

nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh keluarga sehingga

individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini sangat

penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat

dikontrol. Berdasarkan Setiawan 2010, kategori dukungan suami dapat

digolongkan menjadi tidak mendukung jika kategori jawaban benar

antara 20-29 dan mendukung jika kategori jawaban benar antara 30-

40.

34

3. Sumber dukungan

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang

dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan

untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota

keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial

keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan

dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial

keluarga eksternal (Friedman, 1998).

4. Manfaat dukungan

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi

sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda

dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam

semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat

keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai

akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga

(Friedman, 1998).

Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik

efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari

stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara

langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan.

Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial

35

terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan.

Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti

berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari

sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi

(Ryan dan Austin dalam Friedman, 1998).

5. Faktor yang mempengaruhi dukungan

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada

bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar

dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-

pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil

menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang

besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga

dipengaruhi oleh usia. Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda

cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan

anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya

adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini

meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat

pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih

demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah,

hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua

dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan

36

keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial

bawah.

F. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : L. Green dalam Notoatmodjo (2003)

Perilaku Pemberian ASI

eksklusif

Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Kepercayaan 5. Nilai-nilai 6. Tradisi 7. Pendidikan 8. Pekerjaan

Faktor Enabling 1. Fasilitas 2. Sarana dan prasarana kesehatan

Faktor Reinforcing 1. Dukungan keluarga 2. Pelayanan kesehatan 3. Dukungan Suami

37

G. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

H. Variabel penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu

dan dukungan suami kepada istri dalam pemberian ASI eksklusif.

2. Variabel terikat.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemberikan ASI eksklusif.

I. Hipotesis penelitian

1. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan perilaku pemberian ASI

eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang.

2. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan perilaku pemberian ASI

eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang.

3. Ada hubungan antara dukungan suami dengan perilaku pemberian ASI

eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Semarang.

Dukungan suami

Perilaku Pemberian ASI

Eksklusif

Variabel bebas Variabel terikat

Pendidikan ibu

Pekerjaan ibu