BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB...

38
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang, dari mulai Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan sampai dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Winataputra (Winarno, 2014:7) mengartikan: “Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu bidang kajian yang mempunyai objek telaah kebijakan dan budaya kewarganegaraan, menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang relevan, yang secara koheren, diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultur kewarganegaraan, dan kajian ilmiah kewarganegaraan”. Dengan kata lain, pada dasanya Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan politik. Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa sebagai individu anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Winarno (2014:6) menyatakan civic education atau Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan

sejarah yang sangat panjang, dari mulai Civic Education,

Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila Dan

Kewarganegaraan sampai dengan Pendidikan Kewarganegaraan.

Winataputra (Winarno, 2014:7) mengartikan:

“Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu bidang kajian

yang mempunyai objek telaah kebijakan dan budaya

kewarganegaraan, menggunakan disiplin ilmu pendidikan

dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok

serta disiplin ilmu lain yang relevan, yang secara koheren,

diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler

kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultur kewarganegaraan,

dan kajian ilmiah kewarganegaraan”.

Dengan kata lain, pada dasanya Pendidikan

Kewarganegaraan merupakan pendidikan politik. Pendidikan

Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang

berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat

diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa

sebagai individu anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Winarno (2014:6) menyatakan civic education atau

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

11

Pendidikan Kewarganegaraan dinyatakan sebagai upaya

menerapkan civics (ilmu kewarganegaraan) dalam proses

pendidikan. Artinya, Pendidikan Kewarganegaraan di sini

merupakan program pendidikan yang materi pokoknya adalah

demokrasi politik yang ditujukan khususnya pada siswa ataupun

masyarakat Indonesia pada umumnya.

Masyarakat sangat mendambakan generasi mudanya

dipersiapkan untuk menjadi warga negara yang baik dan dapat

berpartisipasi dalam kehidupan kemasyarakatan. Keinginan itu

tumbuh secara terus menerus khususnya dalam masyarakat yang

demokratis. Maka dari itu, civic education sangat penting untuk

mempertahankan kelangsungan hidup berdemokrasi. Demokrasi

bukanlah mesin yang akan berjalan dengan sendirinya, tetapi harus

selalu diproduksi dari suatu generasi ke generasi selanjutnya secara

berkesinambungan. Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan

seharusnya menjadi perhatian utama. Karena tidak ada tugas yang

lebih penting dari pengembangan warga negara yang bertanggung

jawab dan terdidik. Hal ini sesuai dengan pendapat Wuryan

(2008:9) yang mengatakan bahwa:

“Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sarana untuk

membekali peserta didik dengan pengetahuan dan

kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga

negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela

negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan

oleh bangsa “

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

12

Pendapat di atas menjelaskan bahwa PKn memiliki peran

yang penting karena PKn menggiring peserta didik dan

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memiliki

pengetahuan untuk menjadi warga negara yang cerdas dan

terampil.

b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting untuk

menumbuhkan sikap Kewarganegaraan generasi penerus bangsa.

Tentunya dengan pendidikan ini sangat mendukung untuk

membentuk mental dan kepribadian individu menjadi mental yang

berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian Maftuh

(2008:137) menjelaskan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

(civic education atau citizenship education) secara teoritis adalah

untuk mendidik para siswa menjadi warga negara yang baik dan

bertanggung jawab yang dapat berpartisipasi secara aktif dalam

masyarakat yang demokratis.

Berdasarkan hal tersebut, maka dari tujuan PKn inilah

diharapkan dapat mempersiapkan generasi bangsa yang

bertanggung jawab dan akif dalam lingkungannya. Sedangkan

tujuan umum PKn menurut Somantri (2001:279) ialah mendidik

warga negara agar menjadi warga negara yang baik, yang dapat

dilukiskan ”warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap

bangsa dan negara, beragama, demokratis pancasila sejati”. Dari

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

13

penjelasan tersebut dapat digambarkan bahwa tujuan PKn sangat

luas, maka untuk mempermudah tujuan PKn dapat tercapai di

sekolah-sekolah maka diperlukannya penanaman, pemupukan dan

pengembangan rasa beragama, saling menghormati, dan

mengembangkan sifat-sifat yang demokratis di setiap individu.

Upaya agar tujuan PKn tidak hanya sebagai slogan saja,

maka harus dirinci menjadi tujuan kurikuler (Somantri, 2001:280),

yang meliputi:

1) Ilmu pengetahuan, meliputi hiraraki: fakta, konsep dan

generalisasi teori

2) Ketrampilan intelektual

a) Dari ketrampilan yang sederhana sampai ketrampilan yang

kompleks seperti mengingat, menafsirkan, mengaplikasikan,

menganalisis, mensintesiskan, dan menilai;

b) Dari peneyelidikan sampai kesimpulan yang sahih:

ketrampilan bertanya dan mengetahui masalah, ketrampilan

merumuskan hipotesis, ketrampilan mengumpulkan data,

ketrampilan menafsirkan dan menganalisis data, ketrampilan

menguji hipotesis, ketrampilan merumuskan hipotesis,

ketrampilan merumuskan generalisasi dan ketrampilan

mengkomunikasikan kesimpulan.

3) Sikap: nilai, kepekaan dan perasaan. Tujuan PKn banyak

mengandung soal-soal efektif, karena itu tujuan PKn yang

seperti slogan harus dijabarkan.

4) Ketrampilan sosial: tujuan umum PKn harus bisa dijabarkan

dalam ketrampilan sosial yaitu ketrampilan yang dapat

memberikan kemungkinan kepada siswa untuk secara terampil

dapat melakukan dan bersikap cerdas serta bersahabat dalam

pergaulan hidup sehari-hari.

Sejalan dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di atas,

maka Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia perlu memiliki

tiga fungsi pokok dalam pengembangan warganegara yang

demokratis yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

14

intelligence), membina tanggung jawab warganegara (civic

responsibility), dan mendorong partisipasi warganegara (civic

participation) (Maftuh, 2008:139). Intinya, fungsi dari pelajaran

PKn adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang

cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan

negara indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan

berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD

1945.

c. Visi, Misi dan Manfaat Pendidikan Kewarganegaraan

Civic education secara umum memiliki visi formal-

pedagogis untuk mendidik warga negara yang demokratis dalam

konteks pendidikan formal, seperti secara adaptif diterapkan di

Amerika serikat (CCE dalam Winarno 2014:11). Sedangkan

menurut Winataputra (Winarno, 2014:11), visi Pendidikan

Kewarganegaraan dalalm arti luas yakni sebagai sistem Pendidikan

Kewarganegaraan yang berfungsi dan berperan sebagai program

kurikuler dalam konteks pendidikan formal dan non-formal,

program aksi sosial-kultural dalam konteks kemasyarakatan, dan

sebagai bidang kajian ilmiah dalam wacana pendidikan disiplin

ilmu pengetahuan sosial. Dari visi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pedoman dalam

penyelenggaraan proses pembelajaran guna mengantarkan siswa

menjadi manusia seutuhnya.

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

15

Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki misi

sosio-pedagogis, sosio-kultural, dan substantif-akademis. Winarno

(2014:12) menejelaskan bahwa:

“misi sosio-pedagosis adalah mengembangkan potensi

individu sebagai insan Tuhan dan makhluk sosial menjadi

warga negara yang cerdas, demokratis, taat hukum,

beradab,dan religius. Misi sosio-kultural adalah

memfasilitasi perwujudan cita-cita, sisitem/nilai, konsep,

prinsip, dan praksis demokrasi dalam konteks pembangunan

masyarakat madani Indonesia melalui pengembangan

partisispasi warga negara secara cerdas dan bertanggung

jawab melalui berbagai kegiatan sosio-kultural secara

kreatif yang bermuara pada tumbuh kembangnya komitmen

moral dan sosial kewarganegaraan. Sedangkan misi

substantif-akademis adalah mengembangkan struktur atau

pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan, termasuk

didalamnya konsep, prinsip, dan generalisasi mengenai dan

yang berkenaan dengan civic virtue atau kebijakan

kewarganegaraan dan civic culture atau budaya

kewarganegaraan melalui kegiatan penelitian dan

pengembangan dan memfasilitasi praksis sosio-pedagogis

dan sosio-kultural dengan hasil penelitian dan

pengembangannya itu”.

Artinya, Pendidikan Kewarganegaraan berguna untuk

membantu individu memantapkan kepribadiannya agar secara

konsisten dan mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa

kebangsaan dan cita tanah air. Selain visi dan misi tersebut,

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki manfaat yang tidak kalah

penting diantaranya:

1) Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya sekedar melayani

kebutuhan-kebutuhan warga dalam memahami masalah-

masalah sosial politik yang terjadi, tetapi memberikan

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

16

informasi dan wawasan tentang berbagai hal yang menyangkut

cara penyelesaian masalah.

2) Pendidikan Kewarganegaraan dirasakan sebagai kebutuhan

yang mendesak karena merupakan sebuah proses yang

mempersiapkan partisipasi rakyat untuk terlibat secara aktif

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara demokratis.

d. Komponen Dasar Civic Education

Menurut Margaret Stiman Branson (Winarno, 2014:26)

terdapat tiga komponen utama yang perlu dipelajari dalam

Pendidikan Kewarganegaraan. Dikatakan sebagai berikut:

“What are essential competens of a goodcivic education?

There are three essential components: civic knowladge,

civic skill, and civic disposition. The firs essental

component of civic education is civic knowladge that

concerned with the content or what citizen ought two know;

the subject matter, if you will. The second essential

component of civic education in a democratic society is

civic skills, intelectual, and participatory skills. The third

essential component of civic education, civic disposition,

refers to the traits of private and public character essential

to the maintenance and improvement of constitusional

democracy.”

Intinya, ketiga komponen utama Pendidikan

Kewarganegaraan adalah pengetahuan kewarganegaraan (civic

knowladge), ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), dan sikap

kewarganegaraan (civic disposition).

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

17

1) Civic knowladge (pengetahuan Kewarganegaraan)

Winarno (2014:107) pengetahuan Kewarganegaraan (civic

knowladge) bisa disejajarkan dengan domain atau ranah

kognitif. Maka pengetahuan kewarganegaraan (civic

knowladge) berkaitan dengan materi substansi yang seharusnya

diketahui oleh warga negara barkaitan dengan hak dan

kewajibannya sebagai warga negara. Civic knowladge disini

berarti berkaitan dengan ilmu apa yang seharusnya dimiliki

atau diketahui oleh warga negara ataupun apa yang seharusnya

dipahami oleh warga negara secara umum. Dalam

pembelajarannya, civic knowladge yang terkait dengan materi

inti Pendidikan Kewarganegaraan antara lain demokrasi, hak

asasi manusia dan masyarakat madani.

2) Civic skills (ketrampilan Kewarganegaraan)

Civic skills meliputi keterampilan intelektual(intelectual

skills) dan keterampilan berpartisipasi(participatory skills)

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara misalnya

berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan.

3) Civic Disposition (sikap Kewarganegaraan)

Komponen ini sesungguhnya merupakan dimensi yang

paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn.

Dimensi watak Kewarganegaraan dapat dipandang sebagai

muara dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya.

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

18

Kecakapan dan kemampuan sikap Kewarganegaraan antara

lain pengakuan kesetaraan, toleransi, kebersamaan, pengakuan

keragaman, kepekaan terhadap masalah warga negara.

2. Hakikat Implementasi Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan

Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

seseorang dalam hal ini guru PKn, pejabat-pejabat, atau kelompok-

kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya

tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

a. Materi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Materi pembelajaran merupakan komponen penting dalam

semua proses pembelajaran termasuk proses pembelajaran PKn.

Untuk menyampaikan sebuah materi, guru memiliki tugas yang

penting dalam mengembangkan dan memperkaya materi

pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu faktor penting dalam

menentukan keberhasilan pembelajaran. Dalam Standar Isi PKn

2006, materi pembelajaran PKn sekolah disebut sebagai ruang

lingkup PKn. Winarno (2014:28) menjelaskan terdapat delapan

ruang lingkup PKn:

1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam

perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa

Indonesia, sumpah Pemuda, keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, partisipasi dalam pebelaan Negara, sikap

positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,

keterbukaan dan jaminana keadilan.

2) Norma, hukum, dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan

berkeluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

19

masyarkat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan

peradilan nasional, hukum danperadilan internasional.

3) Hak Asasi Manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan

kewajiban anggota masyarakat, instrumen penghormatan, dan

perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara mliputi: hidup gotong royong, harga

diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,

kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan

bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

5) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan

konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah

digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan

konstitusi.

6) Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan

kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah

pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya

demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan,

pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara

dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar

negara, pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan

sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar

negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi,

hubungan internasional dan organisasi internasional, dan

mengevaluasi globalisasi.

Dalam perkembangannya, materi PKn sering menimbulkan

gejolak, karena sifatnya yang substansi maka sangat erat kaitannya

dengan kondisi kehidupan sehari-hari. Walaupun kehadiran PKn

dalam kurikulum sekolah di Indonesia dapat dikatakan masih muda

bila dibandingkan dengan pelajaran Civics di Amerika Serikat.

Namun dinamika perkembangan PKn di Indonesia semakin

abstrak, karena materi PKn lebih berkembang sebagai pendidikan

politik, pendidikan hukum, dan pendidikan nilai. Somantri

(2001:167) menjelaskan kurikulum jurusan PKn sebagai berikut:

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

20

Tabel 2.1 Kurikulum PPKn

Pend.

Pancasila

Pend.

Kewarga-

negaraan

Pend.

Politik

Pend.

Hukum

Pend.

Nilai

Moral

Pancasila

Pengetahuan

kewarganega

raan,

hubungan

warga negara

dengan

negara,

patriotisme

bela negara,

ketahanan

nasional.

Pengetahu

an yang

berkenaan

kehidupan

politik

dalam

negara,

sistem

kekuasaan,

mengatur

kehidupan,

demokrasi

politik,

dan

demokrasi

ekonomi.

Pengetahu

an yang

berkenaan

dengan

filsafat

hukum,

rule of

lawa,

dengan

tujuan

untuk

mengguna

kan

keadailan.

Pengetah

uan yang

bermuata

n nilai

yang

bermuara

pada

nilai

sentral

(central

value).

Pada tabel tersebut dapat dilihat secara menyeluruh

keterkaitan kurikulum PKn dengan pendidikan politk, pendidikan

hukum dan pendidikan nilai yang digambarkan cakupan dan

perbedaan dalam penekanannya. Semua materi tersebut, harus

bersumber pada pendidikan pancasila yaitu moral pancasila. Maka

dari itu terlihat jelas dalam pembelajarannya, materi tersebut saling

berkaitan satu sama lain untuk saling menguatkan. Namun Gross

and Zelany (Somantri, 2001:285) menjelaskan:

“...yang dapat mengelirukan pengetahuan PKn adalah

bahan/isi pelajarannya yang terlalu luas. Apabila kita

bertitik tolak dari arti civics pertama-tama adalah demokrasi

politiknya seperti: (a) teori-teori tentang demokrasi politik,

(b) konstitusi negara, (c) sistem politik, (d) partai politik, (e)

pemilihan umum, (f) lembaga-lembaga pengambil

keputusan, (g) Presiden, lembaga yudikatif dan legislatif,

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

21

(h) output dari sitem demokrasi politik, (i) kemakmuran

umum dan pertahanan negara, dan (j) perubahan sosial”.

Isi pelajaran yang terlalu luas tersebut seharusnya dapat

disesuaikan dengan tingkat kebutuhan siswa disekolah. Karena

apabila bahan pembelajaran PKn memperhatikan hal tersebut,

maka dapat memungkinkan guru membuat kerangka acuan PKn

yang lebih sederhana. Sehingga konsep-konsep yang disusun dalam

pembelajaran dapat dipertanggung jawabkan.

b. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan

Sebagai guru sudah sepantasnya menyadari apa yang

sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi pembelajaran di

dalam kelas maupun di luar kelas yang dapat mengantarkan siswa

ke tujuannyaan. Disini tentunya guru berusaha menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan dengan mempertimbangkan

strategi dan metode pembelajaran yang akan digunakan. Strategi

pembelajaran PKn disetiap jenjang sekolah (SD, SMP/MTS,

SMA/MA) bahkan di perguruan tinggi sangatlah penting (Winarno,

2014:71). Karena dengan adanya strategi pembelajaran maka akan

mempermudah proses serta tujuan pebelajaran.

Seperti halnya pembelajaran PKn yang selama ini hanya

menitiberatkan pada hafalan siswa. Pada dasarnya, pembelajaran

muncul dari konsep belajar. Hal ini sesuai dengan pemikiran

Komalasari (2013:55) yang mengemukakan bahwa strategi

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

22

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus

dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif dan efesien. Sedangkan Winarno (2014,72)

menjelaskan bahwa pembelajaran bukan hanya terbatas pada

kegiatan yang dilakukan guru, seperti halnya dengan konsep

mengajar. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pembelajaran

mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh

langsung pada proses belajar manusia. Oleh karena itu, diperlukan

perubahan dari guru-guru dalam menyikapi hal tersebut. Seperti

guru lebih bersifat terbuka, merubah pandangan terhadap strategi

pembelajaran bahwa siswa tidak hanya belajar PKn melainkan

bagaimana cara mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Guru profesional harus memiliki pengetahuan dan

ketrampilan dasar pengajaran (Murdiono, 2016:24). Guru

hendaknya memusatkan kegiatan pembelajaran siswa dimana guru

tidak berperan sebagai yang tahu segalanya melainkan sebagai

pemberi kemudahan pembelajaran bagi siswa. Karena pada

dasarnya, pembelajaran tidak hanya berdasarkan buku teks dan

berada di dalam ruang kelas saja, namun memanfaatkan sumber

belajar lain yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.

Komalasari (2013:56) berpendapat bahwa strategi pembelajaran

sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya

digunakan metode pembelajaran tertentu. Dalam penerapannya,

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

23

strategi pembelajaran terdiri atas metode dan teknik yang menjamin

bahwa siswa akan mencapai tujuannya. Riyanto (Taniredja,

2014:1) menegaskan bahwa metode pembelajaran adalah

seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal

untuk kualitas pembelajaran. Jadi pada dasarnya, strategi

pembelajaran tidak dapat lepas dari metode pembelajaran. Berikut

skema hubungan strategi dengan metode pembelajaran menurut

Winarno (2014:75):

Bagan 2.1 Hubungan strategi dengan metode pembelajaran

Dalam strategi pembelajaran ekspositoris dikemukakan

banyak sekali model pembelajaran yang dapat diterapkan. Model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh

guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus

atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik

pembelajaran. Berdasarkan bagan tersebut, berikut beberapa

metode yang paling sering digunakan guru dalam proses

pembelajaran:

Diskusi Studi Kasus Tanya Jawab

Ceramah Resitasi Penyelesaian Masalah Eksperimen

Ekspositori Discovery

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

24

a. Tanya Jawab

Metode tanya jawab ini memiliki peran yang tinggi karena

pertanyaan akan menggugah dan mengundang potensi diri

siswa.

b. Diskusi

Diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih

individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan

muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah ditentukann

melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan

pendapat, atau pemecahan masalah (Taniredja, 2014:23). Ciri

khas dari metode diskusi ini yaitu demokratis dimana setiap

individu dibebaskan mengemukakan pendapatnya.Wuryan

(2008:40) menegaskan, lewat diskusi ini akan mendorong atau

memacu siswa untuk memahami, menganalisis, menyeleksi,

membandingkan, mengaplikasikan faktor-faktor dan prinsip-

prinsip dalam pemecahan masalah. Dalam kegiatan diskusi,

siswa dibina untuk mengontrol emosinya, sehingga akan dapat

mencapai tujuan dengan proses yang sistematis, logis dan

demokratis.

Diskusi juga memiliki keunggulan lain seperti yang

dijelaskan oleh Djamarah (2010:237) sebagai berikut:

1) menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan

dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban

saja).

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

25

2) menyadarkan anak didik bahwa berdiskusi mereka saling

mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat

diperoleh keputusan yang lebih baik.

3) membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat

orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri

dan membiasakan bersikap toleran.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat

digambarkan bahwa melalui metode diskusi siswa dapat lebih

mudah mempraktekan dalam kelompok dan memberikan

pemahaman kepada siswa lain bahwa masalah dapat

diselesaikan bersama-sama sehingga siswa dapat saling

mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat orang

lain.

c. Ceramah

Metode yang paling banyak digunakan dalam proses

mengajar adalah metode ceramah. Biasanya metode ini

dijadikan sebagai pengantar sebelum metode lain digunakan

dalam pembelajaran. Ada beberapa keunggulan dalam metode

ceramah menurut Taniredja (2014:45) yaitu: (1) cepat untuk

menyampaikan informasi, (2) dapat menyampaikan informasi

dalam jumlah banyak dengan waktu singkat kepada sejumlah

besar pendengar.

c. Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Berbicara tentang media pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan, perlu ditekankan bahwa media sangat penting

untuk keberhasilan suatu proses pembelajaran. Media harus

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

26

dibedakan dengan sumber pengajaran. Wuryan (2008:61)

menjelaskan bahwa media pembelajaran tidak hanya bersifat

material atau berhubungan dengan benda atau alat peraga tertentu

saja, melainkan bisa yang bersifat inmaterial seperti cerita-cerita,

kasus-kasus, legenda buatan, atau kisah nyata, ataupun yang

bersifat personal seperti nama atau foto atau gambar atau tokoh

masyarakat, pahlawan dan sebagainya, media yang bersifat tingkah

laku (behavioral).

Selain itu, Djamarah dan Zain (2010:122) menjelaskan

bahwa media adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar, dan

gurulah yang mempergunakannya untuk membelajarkan anak didik

demi tercapainya tujuan pengajaran. Media yang digunakan oleh

guru dapat dikatakan sebagai jalan keluar ketika guru kurang

memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik.

Dengan bantuan media ini, diharapkan akan menghasilkan proses

pembelajaran yang lebih baik.

Jenis dan bentuk media yang dikemukakan oleh Djamarah

dan Zain (2010:124) antara lain:

1) Dilihat dari jenisnya, media dibagi kedalam:

a) Media Auditif

b) Media Visual

c) Media Audiovisual

2) Dilihat dari Daya Liputnya, Media dibagi dalam:

a) Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak

b) Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan

Tempat

c) Media untuk Pengajaran Individual

3) Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media dibagi dalam:

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

27

a) Media sederhana

b) Media kompleks

Penggunaan media harusnya dapat menjadi pertimbangan

dari guru ketika akan menggunakan media pembelajaran yang

tepat. Sebuah media pembelajaran tidak harus mahal, yang

sederhana namun guru dapat memanfaatkan dan menggunakannya

dapat menghasilkan proses pembelajaran yang lebih baik.

d. Sumber Belajar

Menurut Winataputra dan Ardiwinata (Djamarah dan Zain,

2010:48) sumber belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat

dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat

atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar

diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan

orang yang mengundang informasi dapat digunakan sebagai

wahana peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah

laku.

Roestiyah (Djamarah dan Zain, 2010:49) mengatakan

bahwa sumber belajar itu adalah:

1) Manusia (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat).

2) Buku/perpustakaan.

3) Media massa (majalah, surat kabar, radio,televisi, dan lain-

lain).

4) Dalam lingkungan.

5) Alat pengajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape,

papan tulis, kapur, spidol, dan lain-lain).

6) Museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno).

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

28

Sumber belajar sebaiknya dirancang sedemikian rupa

sehingga sumber belajar dapat bermakna dan bermanfaat baik bagi

guru maupun siswa.

e. Evaluasi Pembelajaran

Menurut Wand and Brown (Djamarah dan Zain, 2010:50),

evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan

nilai dari sesuatu. Evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan pada

akhir kegiatan dalam bentuk refleksi. Dalam mengevaluasi

pembelajaran, guru sebaiknya mengadakan berbagai macam

penilaian. Mulai dari ulangan harian, ulangan tengah semester

maupun ulangan akhir semester.

Pasaribu dan Simanjuntak (Djamarah dan Zain, 2010:51),

menegaskan bahwa tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi

yaitu:

1) Tujuan umum dari evaluasi adalah:

a) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan

murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

b) Memungkinkan pendidik/guru menilai aktifitas/pengalaman

yang didapat.

c) Memulai metode mengajar yang dipergunakan.

2) Tujuan khusus dari evaluasi adalah:

a) Merangsang kegiatan siswa.

b) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

29

c) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan,

perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.

f. Profesionalisme Guru PKn

Avicenna memandang “education as a precise practice and

planning for the purpose of child growth, goodness of family and

social affairs managements, and finally mans attainment of earthly

perfection and divine salvation” (Arani, dkk. 2014:115), yang

berarti bahwa pendidikan memang sebagai suatu praktek yang tepat

dan terencana serta terus mengalami perkembangan. Salah satu

pembelajaran dalam dunia pendidikan yang semakin berkembang

yaitu Pendidikan Kewarganegaraan dimana materi

pembelajarannya semakin mudah untuk diakses akibat dari

kemajuan teknologi. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki

ontologi dasar ilmu politik, khususnya terkait dengan konsep

political democracy. Dari dasar ontologi inilah kemudian

berkembang menjadi civics yang kemudian diakui secara akademis

sebagai embrio dari civic education dan di Indonesia di adaptasi

menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Ruang lingkup kajian Pendidikan Kewarganegaraan sangat

luas, tidak hanya sebatas persoalan hak dan kewajiban warga

negara. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki akar keilmuan dari

ilmu politik, ilmu hukum, ilmu kewarganegaraan, dan ilmu

pendidikan serta filsafat. Mengembangkan pembelajaran

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

30

Pendidikan Kewarganegaraan yang memuat ruang lingkup kajian

sangat luas, diperlukan guru PKn yang profesional. Menurut pasal

1 ayat (4) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, yaitu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan dalam

mengembangkan kompotensi kewarganegaraan.

Prakay dan Standford (Murdiono, 2016:24) mengemukakan

bahwa banyak asosiasi yang mengembangkan standar bagi suatu

profesi (guru), seperti standar yang dikeluarkan oleh The National

Bard for Teaching Standars (NBPTS). Setidaknya ada lima standar

yang harus dipenuhi oleh guru di abad ke 21, meliputi: (1) memiliki

komitmen terhadap siswa dan pembelajaran, (2) memiliki

pengetahuan tentang mata pelajaran yang diajarkan dan bagaimana

mengajarkan mata pelajaran itu kepada siswa, (3) bertanggung

jawab untuk mengatur dan memonitoring belajar siswa, (4) mampu

berpikir sistematis mengenai tugas mengajar dan bisa belajar dari

pengalaman, (5) menjadi anggota dari asosiasi atau komunitas

bidang keilmuan.

Guru profesional harus memiliki pengetahuan dan

ketrampilan dasar pengajaran. Pengetahuan dasar pengajaran

meliputi: pengetahuan tentang diri dan siswa, pengetahuan tentang

mata pelajaran yang diajarkan, dan pengetahuan tentang penelitian

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

31

dan teori pendidikan. Sementara ketrampilan dasar dalam

pengajaran meliputi ketrampilan teknik mengajar dan ketrampilan

interpersonal. Hal ini sejalan dengan pemikiran Arani, dkk

(2014:116) sebagai berikut:

“there are several common aspects in these educators about

the role and position of teachers. They consider the followings

as the characteristics of a good teachers: discovering students

talents and capabilities, focusing on students individual

differences, and getting interested in teaching profession.”

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru yang

profesional harus dapat menemukan bakat dan kemampuan dari

muridnya. Profesionalisme membutuhkan kompetensi-kompetensi

tertentu yang menjadi syarat utama dalam pelaksanaan tugas

profesi yang dimiliki seseorang. Profesionalisme mempersyaratkan

kecakapan yang diperoleh melalui program pendidikan khusus

keprofesian. Guru PKn yang profesional, harus memiliki

kecakapan khusus, berupa pengetahuan dan ketrampilan di bidang

Pendidikan Kewarganegaraan.Guru PKn yang profesional harus

mampu mendidik siswa disekolah menjadi warga negara Indonesia

yang cerdas, terampil dan berkarakter. Siswa perlu memiliki

ketrampilan untuk menghadapi perubahan yang terjadi di era

sekarang ini.

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

32

3. Hakikat Toleransi

a. Pengertian Toleransi

Sikap toleransi perlu ditanamkan sejak dini, dikarenakan

individu hidup di dalam suatu negara yang diwarnai dengan

berbagai ragam suku, agama, ras, dan antar golongan.

Keberagaman ini harus selalu dijaga agar masing-masing individu

dengan berbagai perbedaan itu bisa tetap bersatu, berdampingan,

dan saling melindungi. Di Indonesia, dasar dari toleransi yaitu

sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945 pasal 29 ayat 2 yaitu “Negara menjamin kemerdekaan

tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan

untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”.

Semua itu dapat terjadi jika setiap masyarakat memiliki sikap

toleran yakni saling menghormati dan menghargai. Hayun

(2016:405) menjelaskan bahwa toleransi berasal dari kata toleran,

kata itu sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang

(menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat,

pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda

dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Jadi, dalam

kehidupan di masyarakat toleransi berarti menghargai sikap orang

lain, membiarkan, membolehkan kepercayaan atau agama yang

berbeda itu tetap ada, walaupun berbeda dengan agama dan

kepercayaan seseorang. Tanpa adanya sikap toleran, keberagaman

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

33

itu akan memunculkan konflik, permasalahan dan pertentangan

yang sangat merugikan.

Rusydiyah (2015:291) menjelaskan bahwa toleransi

merupakan sebuah sikap yang memiliki kesetaraan dan tujuan bagi

mereka yang memiliki pemikiran, ras, dan keyakinan berbeda-beda.

Toleransi adalah sesuatu yang membuat dunia setara dari berbagai

bentuk perbedaan. Jadi toleransi disini berarti adanya sebuah sikap

yang menunjukan rasa saling menghargai dan menghormati

perbedaan-perbedaan yang ada dilingkungan sekitar. Toleransi

ditunjukan dengan kehidupan yang rukun dan tenang ditengah

sebuah perbedaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman

(2013:82):

“Tolerance is not only the recognition and respect towards

beliefs, but also demands respect for the individuals who

belong in the society. In contrary, tolerance as planned by

the West is tolerance without borders that gives absolute

freedom to human rights. For instance, an individual who

wants to practice free sex, then his wish should be given

based on tolerance.”

Intinya, toleransi tidak hanya pengenalan dan hormat ke arah

kepercayaan, tapi menghormati perorangan yang pantas pada

masyarakat. Berbeda dengan toleransi di Barat dimana toleransi

adalah tanpa perbatasan yang memberi kebebasan absolut ke hak

azasi. Sebagai contoh, seseorang yang mau mempraktekkan jenis

kelamin gratis, kemudian keinginannya harus diberikan

berlandaskan toleransi. Selain itu, Hasyim (1978:22) mengartikan

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

34

toleransi sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia

atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan

keyakinannya atau mengatur hidupnya dan nasibnya masing-

masing di dalam menjalankan sikap itu tidak melanggar dan tidak

bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan

perdamaian dalam masyarakat. Di dalam toleransi pada dasarnya

masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan

antar umat beragama. Selain itu, masyarakat harus saling

menghormati satu sama lain, misalnya dalam hal beribadah,

kepercayaan agama, mengemukakan pendapat dan menerima

perbedaan yang ada.

Hal ini sesuai dengan syariat islam yang mengartikan

toleransi (tasamuh) adalah mengambil kemudahan (kelonggaran)

dalam pengalaman agama sesuai dengan nash-nash syariat,

sehingga pengalaman tersebut tidak sampai pada tasyadud (ketat),

tanfir (menyebabkan orang menjauhi islam) dan tasabul

(menyepelekan) (Yahya, 2016:18). Artinya, adanya kelonggaran

terhadap toleransi yang tidak mengekang dengan harapan agar

manusia tidak menjauhi dan menyepelekan islam. Sebagai makhluk

sosial, manusia tentunya harus hidup dalam sebuah masyarakat

yang kompleks yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras,

dan antar golongan. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan yang

ada maka dibutuhkan adanya toleransi. Dengan toleransi ini maka

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

35

hidup bermasyarakat akan lebih tentram, terciptanya persatuan dan

kesatuan bangsa, dan pembangunan negara akan lebih mudah.

Berikut keuntungan yang diperoleh dari sikap toleransi menurut

Aly (Nashir, 2013:94) sebagai berikut:

1) Membuat orang terbuka untuk mengenal orang lain

2) Mengembangkan kemampuan untuk menerima kehadiran

orang lain yang berbeda-beda dengan tujuan dapat hidup

secara damai

3) Mengakui individualitas keberagaman

4) Mudah menghilangkan topeng-topeng kepalsuan yang

memecah belah dan mengatasi ketegangan akibat

kemasabodohan

5) Memberikan kesempatan untuk menemukan dan

mengenyahkan prasangka negatif dan stigma mengenai orang-

orang yang berbeda bangsa, agama, budaya maupun warisan

etniknya.

Berdasarkan konsep-konsep mengenai toleransi yang telah

dipaparkan di atas, maka toleransi dapat mencangkup dua kategori

yaitu toleransi pasif dan toleransi aktif. Apriliani (2016:6)

menjelaskan kategori toleransi sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kategori Toleransi

No Toleransi aktif Toleransi pasif

1 Menerima dan

menghormati perbedaan

Menerima dan menghormati

perbedaan

2 Berdasarkan kesadaran

sendiri.

Berdasarkan kesadaran

sendiri

3 Memberikan dukungan

kepada pemeluk agama

lain untuk beribadah

dengan suatu tindakan

nyata.

Memberikan kesempatan

pemeluk agama lain untuk

beribadah namun tidak

melakukan suatu tindakan

nyata

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa toleransi pasif

merupakan kemampuan untuk menerima dan menghormati

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

36

perbedaan pendapat, pandangan, perilaku, dan kebiasaan serta

memberikan kesempatan tanpa melakukan suatu tindakan nyata

yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan praktik peribadatan

agama lain, namun tetap berusaha untuk menciptakan hubungan

sosial yang baik dan hidup bersama dengan damai dengan

kesadaran pribadi. Sedangkan toleransi aktif adalah kemampuan

untuk menerima dan menghormati perbedaan pendapat, pandangan,

perilaku, kebiasaan dan memberikan kesempatan serta mendukung

kelompok agama yang berbeda untuk menjalani praktik keagamaan

dengan suatu tindakan nyata yang berbeda yang bertujuan

menciptakan hubungan sosial yang baik dan hidup bersama dengan

damai dengan kesadaran sendiri.

Di lingkungan sosial seperti sekolah juga diperlukan adanya

toleransi. Seperti penjelasan Endang (2009:101) yang mengatakan

bahwa agar sikap toleransi dan kebersamaan dapat dikembangakan

dikalangan siswa, maka guru hendaknya dapat merancang kegiatan

belajar yang mengarah pada pengembangan sikap tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kegiatan pembelajaran di

sekolah hendaknya harus diarahkan sesuai dengan sikap toleransi

yang ingin dikembangkan dikalangan siswa.

b. Tujuan Toleransi

Jurhanudin (Khotimah, 2013:217) menjelaskan bahwa tujuan

kerukunan umat beragama adalah sebaga berikut:

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

37

1) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan masing-masing agama.

Masing-masing agama dengan adanya kenyataan agama lain,

akan semakin mendorong untuk menghayati dan sekaligus

memperdalam ajaran-ajaran agamanya serta semakin berusaha

untuk mengamalkan ajaran-ajaran agamanya.

2) Mewujudkan stabilitas nasional yang mantap. Dengan adanya

toleransi umat beragama secara praktis ketegangan-ketegangan

yang ditimbulkan akibat perbedaan paham yang berpangkal

pada keyakinan kegamaan dapat dihindari. Apabila kehidupan

beragama rukun dan saling menghormati maka stabilitas

nasional akan strategis.

3) Menjungjung dan menyukseskan pembangunan. Usaha

pembangunan akan suskses apabila didukung oleh segenap

lapisan masyarakat.

4) Memelihara dan mempercepat rasa persaudaraan.

Selain itu, tujuan dari toleransi yaitu agar manusia tidak

bersikap menyamakan keyakinan agama lain dengan keyakinan

sendiri. Dengan adanya toleransi diharapkan manusia dapat saling

menghargai pendapat orang lain serta memiliki pendirian yang

tidak bertentangan dengan yang lainnya.

c. Kesadaran Toleransi Siswa SMP

Toleransi yang dipandang sebagai pemberian kebebasan

kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

38

untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dapat

lebih mudah dipahami melalui indikator-indikator toleransi sebagai

berikut:

Tabel 2.3 Indikator Toleransi

Nilai Deskripsi Indikator

Toleransi Sikap dan tindakan

yang menghargai

perbedaan agama,

suku, etnis,

pendapat, sikap, dan

tindakan orang lain

yang berbeda dari

dirinya

Tidak menggangu teman

yang berbeda pendapat.

Menghormati teman yang

berbeda adat-istiadatnya

Bersahabat dengan teman

dari kelas lain

(Kemendiknas, 2010:40)

Indikator toleransi di lingkup Sekolah Menengah Pertama

tersebut mengandung unsur-unsur yang dapat dijadikan sebagai

pedoman. Dengan adanya indikator tersebut pihak sekolah dan

siswa dapat mengatur waktu, energi dan pemusatan perhatiannya

terhadap sikap toleransi mereka dengan baik. Dengan adanya

toleransi maka individu diharapkan dapat menghargai dan

memberikan perlakuan yang sama kepada siapa saja tanpa melihat

agama, suku, ras ataupun yang lainnya.

Hal ini sejalan dengan kriteria toleransi menurut Hasyim

(1978:23) sebagai berikut:

1) Mengakui hak setiap orang

Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di

dalam menentukan sikap-laku dan nasibnya masing-masing.

Tentu saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak

melanggar hak orang lain, karena kalau demikian, kehidupan di

dalam masyarakat akan kacau.

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

39

2) Menghormati keyakinan orang lain

Landasan keyakinan di atas adalah berdasarkan

kepercayaan, bahwa tidak benar ada orang atau golongan yang

berkeras memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang lain.

3) Agree in Disagreement (setuju didalam perbedaan)

Perbedaan tidak harus ada permusuhan, karena perbedaan

selalu ada di dunia ini dan perbedaan tidak harus menimbulkan

pertentangan.

4) Saling mengerti

Tidak akan terjadi saling menghormati antara sesama orang

bila mereka tidak ada saling mengerti. Saling anti dan saling

membenci, saling berebut pengaruh adalah salah satu akibat dari

tidak adanya saling mengerti dan saling menghargai antara satu

dengan yang lainnya.

5) Kesadaran dan kejujuran

Toleransi menyangkut sikap jiwa dan kesadaran batin

seseorang. Kesadaran jika menimbulkan kejujuran dan

kepolosan sikap-laku.

6) Jiwa falsafah Pancasila

Dari semua segi-segi yang telah disebutkan di atas, falsafah

Pancasila telah menjamin adanya ketertiban dan kerukunan

hidup bermasyarakat.

Dengan adanya karakteristik toleransi diatas, diharapkan

dapat memilki kedudukan yang sama sehingga dapat berjalan dan

dihayati setiap siswa agar terciptanya toleransi dikalangan sekolah.

Karena negara Indonesia adalah negara yang unik yaitu negara

pancasila dimana konsep negara yang tetap berlandaskan agama

berpadu dengan norma. Maka sebagai mayoritas, umat muslim

memiliki tanggung jawab memadu toleransi di negeri ini. Disinilah

pentingnya pengetahuan toleransi secara benar yaitu toleransi yang

tidak melanggar konstitusi negara dan tidak pula melanggar syariat

agama.

Toleransi ditunjukkan dengan kehidupan yang rukun dan

tenang ditengah perbedaan. Maka jika dilihat dari berbagai

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

40

karakteristik toleransi diatas, dapat disimpulkan bahwa

karakteristik toleransi siswa di SMP adalah mengakui hak dan

kewajiban orang lain, menghormati keyakinan orang lain tanpa

paksaan, dapat menerima sebuah perbedaan, saling mengerti satu

sama lain, dan adanya kesadaran dan kejujuran dari dalam diri

siswa.

d. Konflik Sosial terkait Toleransi

Secara umum konflik sosial berarti memukul seseorang.

Namun sebenarnya konflik sosial tidak hanya terkait pada

pertentangan fisik saja, konflik sosial juga dapat terjadi karena

adanya perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat. Sumartias

(203:15) mengatakan bahwa persamaan dan perbedaan pada

tingkat tertentu, ketika satu sama lain saling bertemu dan

bergesekan, berpotensi menimbulkan konflik. Sedangkan menurut

Supriyadi (2015:6) konflik sosial merupakan efek dari

berlangsungnya proses sosial yang dinamis namun bersifat

antagonistik, dalam wujud pertentangan antarindividu atau

individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Dari

kedua pernyataan tersebut dapat digambarkan latar belakang

konfliksosial biasanya dikarenakan adanya perbedaan yang sulit

ditemukan kesamaannya baik itu perbedaan pendapat, adat istiadat,

keyakinan, pengetahuan dan lain sebagainya.

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

41

Menurut Sumartias (2013:18) ada sejumlah prasyarat yang

memungkinkan konflik sosial dapat berlangsung, antara lain:

1. Ada isu-kritikal yang menjadi perhatian bersama (commonly

problematized) dari para pihak berbeda kepentingan;

2. Ada inkompatibilitas harapan/kepentingan yang bersangkut

paut dengan sebuah objek perhatian para pihak bertikai;

3. Gunjingan, gosip atau hasutan serta fitnah merupakan tahap

inisiasi konflik sosial yang sangat menentukan

arahperkembangan konflik sosial menuju wujud real di dunia

nyata;

4. Ada kompetisi dan ketegangan psikososial yang terus

dipelihara oleh kelompok-kelompok berbeda kepentingan

sehingga memicu konflik sosial lebih lanjut;

5. Masa kematangan untuk perpecahan;

6. Clash yang bisa disertai dengan violence (kerusakan dan

kekacauan).

Berdasarkan prasyarat yang dapat memicu adanya konflik

sosial, maka ada beberapa macam konflik sosial berdasarkan

sumber konflik:

1. Konflik tujuan yaitu konflik yang terjadi karena adanya

perbedaan individu, organisasi atau kelompok yang

memunculkan konflik.

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

42

2. Konflik peranan yaitu konflik yang terjadi karena terdapat

peran yang lebih dari satu.

3. Konflik nilai yaitu konflik yang terjadi karena adanya

perbedaan nilai yang dianut oleh seseoorang yang berbeda

dengan nilai yang dianut oleh organisasi atau kelompok.

4. Konflik kebijakan yaitu konflik yang terjadi karena individu

atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang

diambil organisasi.

Konflik sosial terkait perbedaan merupakan sesuatu yang

wajar dalam masyarakat maupun lingkungan sekolah. Bahkan tidak

ada satu masyarakat atau satu siswa pun yang tidak pernah

mengalami konflik, baik konflik yang terkecil atau bahkan konflik

yang bersekala besar.Mengingat begitu banyak masalah konflik

sosial pada remaja atau siswa, maka pemerintah menggalakkan

adanya pendidikan karakter terkait toleransi di sekolah-sekolah,

antara lain bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

mental yang kuat untuk menghindari atau menghilangkan bibit-

bibit persemaian konflik sosial yang merusak.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Pembelajaran PKn

Berdasarkan penelitian Elly Hasan Sadeli, S.Pd, M.Pd dan Hj.

Ratna Kartikawati, S.H, M.Hum (2013) yang berjudul “Peran

Pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan dalam Meningkatkan

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

43

Berpikir Kritis Pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto”

mengungkapkan bahwa penilaian ketercapaian siswa terhadap

kompetensi pembelajaran PKn tercapai pada seluruh aspek

kompetensi, penilaian dilakukan melalui tugas-tugas LKS, ulangan

harian, Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester

(UAS), serta penilaian pada perilaku dan keterampilan siswa pada saat

proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan

bahwa penelitian tersebut menganalisis tentang kontribusi hasil

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadapketerampilan

berpikir kritis siswa di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto. Selain itu,

berdasarkan penelitian dan pembahasan hasil dapat diambil

kesimpulan yaitu dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan

berpikir kritis siswa, perlu membangun sarana dan prasarana di

sekolah, pengetahuan yang harus dimiliki guru Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan dan kemauan yang harus lebih ditingkatkan

oleh guru PKn.

2. Bentuk Toleransi

Berdasarkan penelitianAstri Dayanti (2015) yang berjudul

“Pengembangan Sikap Toleran Terhadap PerbedaanPendapat Siswa

Melalui Discovery Learning DalamPembelajaran IPS (Penelitian

Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-CSMP Negeri 44

Bandung)”. Mengungkapkan bahwa untuk mencapai tujuan dalam

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

44

pengembangan sikap toleran di kelas VII-C SMP Negeri 44 Bandung,

maka diperlukan cara serta langkah yang harus peneliti tempuh. Maka

dalam hal ini peneliti menggunakan pembelajaran

DiscoveryLearningdalam pembelajaran IPS untuk mengembangkan

sikap toleransi siswa. Dengan menggunakan pembelajaran Discovery

Learning maka pesertadidik dituntut untuk menganalisis masalah yang

ada disekitarnya terkait dengan mutlikultural yang ada di

lingkungannya.Dengan begitu peserta didik diajak untuk menggali dan

memecahkan permasalahan yang ada sehingga pembelajaran lebih

meaningful dan bermakna bagi peserta didik.

Mengacu pada hasil penelitian yang dijelaskan, maka dapat

disimpulkan bahwa perlunya pembelajaran Discovery Learning

diajarkan kepada siswa guna agar terwujudnya sikap toleransi

siswa.Selain itu juga tergambar pada peningkatan hasil belajar siswa

yang terdiri dari penilaian LKS, penilaian presentasi maupun kegiatan

observasi, serta penilaian pencapaian indikator pengembangan sikap

toleran terhadap perbedaan pendapat siswa.

Berbeda dengan kedua penelitian diatas, penelitian ini lebih

menekankan pada pengembangan kesadaran toleransi siswa melalui

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraannya yang akan digali lebih

mendalam sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan

yang telah dirumuskan sebelumnya dan diharapkan dapat

mengembangkan kesadaran toleransi siswa pada umumnya.

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

45

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan suatu kerangka untuk menunjukan

antara variabel-variabel yang diteliti.

1. Kerangka Teoritis

Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti berusaha membahas

permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Pembahasan tersebut

dijelaskan dengan menggunakan konsep dan teori yang ada

hubungannya untuk membantu menjawab masalah penelitian. Adapun

permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai implementasi

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan

kesadaran toleransi siswa di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto.

2. Kerangka Konseptual

Bagan 2.2 Kerangka Berfikir

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Studi Literatur

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang

meliputi tujuan, materi, metode, media, sumber

belajar, dan evaluasi pembelajaran.

Indikator Toleransi:

1. Mengakui hak setiap orang

2. Menghormati keyakinan orang lain

3. Setuju didalam perbedaan

4. Saling mengerti

5. Kesadaran dan kejujuran

6. Tidak menggangu temanyang berbeda pendapat

7. Menghormati teman yangberbeda adat-

istiadatnya

8. Bersahabat dengan temandari kelas lain

Kepala Sekolah

Guru PPKn

Siswa

Diharapkan dapat mengembangkan

kesadaran toleransi siswa

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

46

Untuk mengkonstruksi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

salah satunya dengan menggunakan indikator-indikator toleransi yaitu

tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, menghormati teman

yang berbeda adat-istiadatnya, dan bersahabat dengan teman dari kelas

lain. Peneliti melakukan wawancara terhadap para narasumber sebagai

informan yang banyak menaruh perhatian yang tinggi terhadap Pendidikan

Kewarganegaraan. Selain itu peneliti melakukan wawancara kepada siswa

dengan harapan sesuai tidaknya informasi-informasi yang diberikan

narasumber sebelumnya sehingga dalam penelitian ini diharapkan dapat

mengembangkan kesadaran toleransi siswa.

D. Pertanyaan Penelitian

Dari faktor masalah yang diuraikan, dapat dirinci beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terjadi di

lingkungan sekolah khususnya di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Pendidikan

Kewarganegaraan di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?

3. Bagaimana implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di SMP

Muhammadiyah 1 Purwokerto?

4. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar mengakui hak setiap

orang di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?

5. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar dapat menghormati

keyakinan orang lain di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Hakikat Pendidikan ...repository.ump.ac.id/3538/3/Eva Feriyanti_BAB II.pdf · Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

47

6. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar dapat setuju didalam

perbedaan di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?

7. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar dapat saling mengerti di

SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?

8. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar dapat memiliki

kesadaran sehingga memunculkan kejujuran siswa di SMP

Muhammadiyah 1 Purwokerto?

9. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar tidak menggangu teman

yang berbeda pendapat di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?

10. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar dapat menghormati

teman yangberbeda adat-istiadatnya dalam lingkup sekolah?

11. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar dapat bersahabat dengan

temandari kelas lain?

Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017