Bab II Tinjauan Pustaka
-
Upload
naryanda-napoleon -
Category
Documents
-
view
150 -
download
2
Transcript of Bab II Tinjauan Pustaka
2
TINJAUAN PUSTAKA
Domba Garut
Domba garut merupakan bangsa domba tersendiri yang dikenal baik dan
banyak digemari oleh masyarakat. Domba ini dikenal oleh juga dengan sebutan
domba priangan. Populasinya di propinsi Jawa Barat pada tahun 2010 sebanyak
509.025 ekor (Pemkab Garut, 2011). Mansjoer et al. (2007) menambahkan bahwa
domba garut memiliki tingkat kesuburan yang tinggi (prolifik) sehingga mempunyai
potensi yang baik bila dikembangkan sebagai sumber daging.
Gambar 1. Domba Garut
Domba garut yang dipelihara oleh masyarakat secara umum dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu domba tipe tangkas dan domba tipe pedaging. Mansjoer et
al. (2007) menyatakan bahwa domba tipe pedaging memiliki tubuh kompak, wol
halus dengan warna dasar dominan putih, serta paha belakang yang cukup besar.
Selanjutnya Riwantoro (2005) menambahkan bahwa domba garut pedaging jantan
maupun betina memiliki ciri-ciri garis muka lurus, bentuk mata normal, garis
punggung lurus, bentuk telinga hiris dan rubak. Domba garut memiliki berbagai
keunggulan seperti cepat mencapai dewasa kelamin, performa baik, memiliki
pertambahan bobot badan harian yang tinggi, lebih mudah beradaptasi, dan tahan
terhadap berbagai parasit dan penyakit.
3
Otot Longissimus thoracis et lumborum
Otot Longissimus thoracis et lumborum menempati sudut yang terbentuk
oleh thoracis, lumbar vertebrae, rusuk, dan processus transverses, seperti yang
terlihat pada Gambar 2. Otot ini berperan sebagai ekstensor utama pada dorsum dan
fleksor lateral di sisi otot kontraksi. Karena menyisip pada cervical vertebrae, otot
ini juga berfungsi untuk mengangkat leher (Getty, 1975). Longissimus thoracis et
lumborum banyak digunakan untuk menganalisis kualitas daging dan menaksir
komposisi karkas (Silva et al., 2007).
semispinalis capitis longissimus captis
longissimus captis
semispinalis cervicis
longissimus cervicis iliocostalis cervicis
longissimus lumborum
semispinalis thoracis
iliocostalis thoracis
iliocostalis lumborum
longissimus thoracis
Gambar 2. Skema Otot Dorsal pada Domba Sumber: Getty (1975)
4
Daging Domba
Daging domba adalah bagian otot skeletal dari karkas domba yang
disembelih secara halal, aman, layak, dan lazim dikonsumsi oleh manusia (BSN,
2008). Lawrie (2003) menyatakan bahwa daging domba memiliki bobot jaringan
muskuler atau urat daging, berkisar 46% - 65% bobot karkas. Daging domba banyak
dikonsumsi dengan berbagai alasan diantaranya adalah tradisi, nilai gizi, mudah
didapat, menyehatkan, dan sebagai variasi makanan (Forrest et al., 2001).
Kandungan gizi daging domba dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gizi yang Terkandung pada Daging Domba (per 100 g)
Zat gizi Kandungan
Muda Dewasa
Air (g) 72,9 73,2
Protein (g) 21,9 21,5
Lemak (g) 4,7 4,0
Karbohidrat (g) - -
Mineral : Ca (mg) 7,2 6,6
P (mg) 194 290
Vitamin : A (µg) 8,6 7,8
Thiamin (mg) 0,12 0,16
Ribovlafin (mg) 0,23 0,25
Niacin (mg) 5,2 8,0
C (mg) - -
Sumber: William (2007)
Daging domba juga disukai karena memiliki flavor yang khas. Flavor khas
daging domba disebabkan adanya komponen yang mengandung sulfur, fenol, dan
produk oksidasi lemak (Duckett dan Kuber, 2001). Young et al. (1997)
menambahkan bahwa komponen volatil golongan asam lemak rantai menengah
mempunyai keterikatan yang kuat dengan flavor daging domba. Kelebihan daging
domba muda antara lain lebih empuk, juiciness tinggi, serta rendah lemak. Daging
domba yang dipotong pada usia dewasa memiliki flavor domba yang lebih kuat. Hal
5
tersebut erat kaitannya dengan komposisi dan komponen asam lemak yang
dihasilkan pada umur potong domba (Rousset-Akrim et al., 1997).
Limbah Tauge
Limbah tauge adalah limbah dari kecambah kacang hijau berupa kulit atau
tudung yang lebih dikenal dengan angkup tauge. Ketersediaannya cukup banyak
karena tidak dimanfaatkan oleh manusia. Hasil survei potensi ketersediaan limbah
tauge di Kotamadya Bogor yang telah dilakukan oleh Rahayu et al. (2010)
menunjukkan bahwa ketersediaan limbah tauge di Kota Bogor sebesar 1,5 ton/hari.
Gambar 3. Limbah Tauge
Setiap kilogram kacang hijau dapat menghasilkan 5 kg tauge, 20% – 40%
merupakan kulit kecambahnya. Kulit kecambah kacang hijau menjadi bahan pakan
ternak yang potensial digunakan sebagai salah satu bahan pakan penyusun
konsentrat. Kandungan nutrien yang terdapat dalam kulit kecambah kacang hijau
adalah protein kasar 13% - 14%, serat kasar 49,44%, lemak dan TDN 64,65%
(Rahayu et al., 2010). Penggunaan limbah tauge hingga 50% dalam ransum domba
menghasilkan pertambuhan bobot badan harian sebesar 145 g/ekor/hari. Per-
tambahan bobot badan ini lebih besar bila dibandingkan dengan hanya diberi
konsentrat yaitu sebesar 96 g/ekor/hari (Rahayu et al., 2011).
Air
Air merupakan komponen kimia utama pada makhluk hidup. Air berfungsi
melarutkan berbagai molekul organik dan anorganik pada tubuh (Murray et al.,
6
2009). Semua komponen kimia pada daging meningkat seiring bertambahnya umur
kecuali air. Tubuh ternak muda mengandung lebih banyak air daripada ternak yang
lebih tua (Lawrie, 2003).
Kadar air menentukan daya terima konsumen, kesegaran, dan daya tahan
daging. Menurut Forrest et al. (2001) daging mengandung 75% air dengan kisaran
60% - 80%. Kadar air berbanding terbalik dengan kadar lemak, semakin tinggi kadar
lemak maka kadar airnya semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah kadar lemak,
maka kadar air semakin tinggi (Gaman et al., 1998).
Protein
Bagian yang penting dalam jaringan urat daging adalah serat yang terdiri atas
bentukan elemen-elemen protein. Protein merupakan zat makanan yang sangat
penting sebagai pembangun dan pengatur tubuh. Menurut Lawrie (2003) secara
umum protein yang ada dalam urat daging dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu (1)
protein larut air atau larutan garam encer (sarkoplasma); (2) protein yang larut dalam
larutan garam pekat (protein-protein myofibril); dan (3) protein yang tidak larut
dalam larutan garam pekat pada suhu rendah (tenunan pengikat dan struktur-struktur
bentuk lain).
Daging domba merupakan sumber protein yang tinggi. Menurut Linder
(2006) konsumsi protein diperlukan sebagai sumber nitrogen tubuh untuk
pembentukan zat-zat yang mengandung N (nitrogenous) dan sebagai sumber asam
amino esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh. Protein juga dapat berperan
sebagai sumber energi dalam jumlah kecil. Kadar protein pada daging berkisar 16%
- 22%. Kandungan protein meningkat seiring pertambahan umur ternak (Lawrie,
2003).
Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa polihidroksi aldehida atau keton atau senyawa
yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisa (Lehninger, 1982). Secara
umum karbohidrat mempunyai rumus empiris (CH2O)n (Davis et al., 2002).
Berdasarkan jumlah unit gulanya, terdapat tiga golongan karbohidrat yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
7
Ternak dapat menyintesis karbohidrat dari asam amino, tetapi sebagian besar
karbohidrat ternak berasal dari pakan. Senyawa ini menjadi sumber energi utama
pada tubuh (Murray et al., 2009). Karbohidrat dalam tubuh ternak disimpan dalam
bentuk glikogen pada otot dan hati. Kadar karbohidrat normal pada otot adalah
sebesar 0,5% - 1% (Sorensen et al., 1983). Kadar karbohidrat pada daging
dipengaruhi umur, semakin bertambah umur maka terjadi peningkatan kandungan
karbohidrat daging (Lawrie, 2003).
Abu
Kadar abu menggambarkan jumlah mineral anorganik yang ada pada suatu
bahan pangan. Kadar abu dalam daging pada umumnya terdiri atas kalsium, fosfor,
potasium, sulfur, sodium, klorin, magnesium dan besi (Lawrie, 2003). Forrest et al.
(2001) menyatakan bahwa kadar abu umumnya sedikit bervariasi. Kadar abu ternak
meningkat dengan laju paling rendah dibandingkan dengan komposisi kimia lainnya
(Berg et al., 1983). Menurut Gaman et al. (1998) kadar abu yang baik dalam daging
domba sebesar 0,7%.
Lipida
Lipida adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut di
dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti
kloroform atau eter (Lehninger, 1982). Beberapa lipida berfungsi sebagai komponen
pembentuk membran, yang lain sebagai bentuk penyimpanan bahan bakar. Lipida
yang berperan sebagai pembentuk membran terdiri atas kolesterol dan ester
kolesterol, gliserofosfolipida, dan spingolipida, sedangkan lipida yang paling banyak
didepositkan adalah trigliserida (Sorensen et al., 1983).
Trigliserida merupakan senyawa lipida utama yang terkandung dalam bahan
makanan. Trigliserida yang juga sering dinamakan triasilgliserol adalah ester dari
alkohol gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Trigliserida adalah molekul
hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus
fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger, 1982). Proses metabolisme lipida
sebagai komponen bahan makanan yang masuk dalam tubuh hewan dimulai dengan
proses pencernaannya dalam usus halus. Enzim yang paling berperan dalam
pemecahan lipida adalah lipase. Enzim lipase yang dikeluarkan oleh kantung
empedu, pankreas, dan sel usus halus mengkatalisis proses hidrolisis ikatan ester
8
pada trigliserida menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol (Wirahadikusumah,
1985).
Asam Lemak
Asam lemak merupakan suatu senyawa yang terdiri atas rantai panjang
hidrokarbon yang berikatan dengan gugus karboksilat pada ujungnya. Asam lemak
memiliki peranan fisiologis yang penting bagi tubuh. Pertama, asam lemak berperan
sebagai satuan pembentuk fosfolipid dan glikolipid yang merupakan molekul
amfipatik komponen membran biologi. Kedua, asam lemak berperan sebagai
molekul sumber energi (Wirahadikusumah, 1985).
Asam lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel
atau jaringan, tertapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada
berbagai kelas lipida yang berbeda. Asam lemak terdiri atas dua jenis, yaitu asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang
hanya mengandung ikatan tunggal. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang
memiliki satu atau lebih ikatan ganda.
Gambar 4. Struktur Asam Lemak Jenuh dan Asam Lemak Tak Jenuh Sumber: Purves et al. (1995)
Asam Lemak Jenuh Asam Lemak Tak Jenuh
9
Demirel et al. (2006) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa asam
lemak yang ada pada daging domba dipengaruhi oleh perlakuan pakan dan
perbedaan bangsa. Daging domba umumnya kaya akan asam lemak jenuh dan
miskin asam lemak tak jenuh rantai panjang sehingga cenderung meningkatkan
kadar kolesterol (Manso et al., 2005). Komposisi asam lemak juga mempengaruhi
flavor daging domba (Duckett dan Kuber, 2001). Lawrie (2003) menyatakan bahwa
asam lemak yang terdapat pada daging domba antara lain palmitat, stearat, oleat,
linoleat, arakhidonat. Komposisi asam lemak domba dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Asam Lemak Domba Asam Lemak Presentase dalam lemak(%)
Palmitat (C 16:0) 25
Stearat (C 18:0) 25
Oleat (C 18:1) 39
Linoleat (C 18:2) 4
Linolenat (C 18:3) 0,5
Arakhidonat (C20:4) 1,5
Sumber : Lawrie (2003)
Biosintesis Asam Lemak
Biosintesis asam lemak merupakan suatu proses metabolisme yang penting
bagi ternak. Mengingat jaringan hewan mempunyai keterbatasan kemampuan untuk
menyimpan energi dalam bentuk karbohidrat. Asam lemak disintesis oleh sistem di
luar mikondria yang bertanggungjawab untuk menyintesis palmitat dari asetil-KoA
di sitosol. Keberadaan asetil-KoA dikatalisis oleh ATP-sitrat liase, namun pada
hewan pemamah biak, jumlah ATP-sitrat liase atau enzim malat sangat sedikit
sehingga asetat diaktifkan menjadi asetil-KoA di luar mitokondria. Substrat utama
dalam lipogenesis pada hewan pemamah biak adalah asetat (Murray et al., 2009).
Lehninger (1982) menjelaskan bahwa ada tiga hal utama dalam biosintesis
asam lemak. Pertama, molekul tunggal asetil-KoA di dalam sintesis asam lemak
bertindak sebagai unit pemulai. Kedua, senyawa antara asil di dalam proses ini
adalah senyawa tioester, bukan KoA seperti yang terjadi pada oksidasi asam lemak,
tetapi merupakan protein dengan berat molekul rendah yang disebut protein
pembawa asil (ACP) yang mempunyai gugus SH-esensial. Ketiga, biosintesis asam
10
lemak terjadi di dalam sitosol sel eukariotik, sedangkan oksidasi asam lemak terjadi
terutama di dalam mitokondria.
Wirahadikusumah (1985) menjelaskan bahwa ada tiga tahapan biosistesis
asam lemak. Biosintesis asam lemak dimulai dengan penggiatan asetil-KoA menjadi
malonil-KoA. Tahapan kemudian dilanjutkan dengan proses pemanjangan rantai
secara kontinyu (de novo). Proses terakhir adalah pemanjangan rantai sam lemak
secara bertahap. Biosintesis asam lemak secara ringkas dipaparkan pada Gambar 5.
I. Penggiatan asetil-KoA, pembentukan malonil-KoA
II. Pemanjangan rantai secara kontinyu (de novo)
III. Pemanjangan rantai secara bertahap
Gambar 5. Biosintesis Asam Lemak Sumber: Wirahadikusumah (1985)
Asetil-KoA Asetil-KoA karboksilase
HOOC-CH2-CO-SCoA Malonil-KoA
CO ATP
Biotin
ADP+Pi
7 Malonil-KoA
ACP-SH KoA-SH
7 Malonil-S-ACP
Asetil-KoA
ACP-SH KoA-SH
Asetil-S-ACP
Komplek enzim sintase asam lemak
Palmitoil-S-ACP
KoA-SH ACP-SH
Palmitoil-S-KoA
Palmitoil-S-KoA
Asetil-S-KoA
Stearoil-S-KoA
Asetil-S-KoA
dan seterusnya
11
Asam lemak jenuh menempati komposisi paling besar dalam daging domba.
Proses pembentukan asam lemak dengan bantuan enzim sintase asam lemak hanya
berhenti sampai palmitoil-S-KoA yang akan menjadi asam palmitat. Proses
pembentukan asam lemak lainnya terjadi karena adanya pemanjangan rantai asam
palmitat, namun proses pemanjangan ini hanya berhenti pada asam oleat saja. Asam
linoleat dan linolenat bersifat esensial bagi ternak, dan harus didapatkan pada pakan
(Lehninger, 1982).
Kolesterol
Kolesterol adalah lipida amfipatik dan merupakan komponen struktural
esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma. Kolesterol merupakan
prekursor semua steroid lain seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan
vitamin D. Kolesterol dalam tubuh berikatan dengan protein membentuk lipoprotein
yang terdiri atas dua jenis yaitu low density lipoprotein (LDL) dan high density
lipoprotein (HDL). LDL plasma merupakan kendaraan untuk membawa kolesterol
dan ester kolesterol ke banyak jaringan. HDL plasma bertugas mengeluarkan
kolesterol bebas dan membawanya ke hati untuk dieleminasi baik sebelum maupun
sesudah diubah menjadi asam empedu (Murray et al., 2009).
Gambar 6. Struktur molekul kolesterol Sumber: Murray et al. (2009)
Linder (2006) dan Murray et al. (2009) menyatakan bahwa kolesterol
mempunyai beberapa peranan penting bagi tubuh untuk pembentukan beberapa zat
esensial yaitu: (1) asam empedu yang dibuat oleh hati, (2) hormon-hormon steroid,
12
(3) vitamin D3 dan (4) pembentukan semua jaringan sel tubuh hewan dan manusia.
Sebagai produk tipikal metabolisme hewan, kolesterol terdapat dalam makanan yang
berasal dari hewan misalnya kuning telur, daging, hati, dan otak. Menurut Chizzolini
et al. (1999) kadar kolesterol daging domba lebih rendah dibandingkan sapi maupun
babi. Kadar kolesterol daging dari beberapa jenis ternak disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kadar Kolesterol Daging Beberapa Jenis Ternak
Jenis Ternak Kadar Kolesterol (mg/100 g)
Ayam 81,00
Kalkun 74,00
Domba 75,00
Sapi 99,00
Babi 93,00
Sumber: Chizzolini et al. (1999)
Kolesterol umumnya terdapat di dalam semua macam jaringan hewan dan
manusia. Sebagian besar sintesa kolesterol terjadi di hati kemudian disebarkan ke
jaringan serta plasma darah (Murray et al., 2009). Masukan energi yang berlebihan
baik energi yang berasal dari karbohidrat, lemak, maupun protein dapat
meningkatkan trigliserida dan kolesterol dalam darah (Linder, 2006). Astuti (2006)
menyatakan bahwa perbedaan umur mempengaruhi kadar kolesterol domba. Kadar
kolesterol dalam daging meningkat seiring dengan meningkatnya umur domba.
Biosintesis Kolesterol
Sekitar separuh kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis (sekitar 700
mg/hari). Hampir semua jaringan yang mengandung sel berinti mampu membentuk
kolesterol, yang berlangsung di retikulum endoplasma dan sitosol (Murray et al.,
2009). Jaringan dan organ yang aktif mensintesis kolesterol antara lain hati, kortek
adrenal, kulit, usus, testis, dan aorta. Bioesintesis kolesterol di dalam tubuh berasal
dari asetil-KoA yang diubah menjadi asam mevalonat dengan bantuan enzim
hidroksimetilglutaril-KoA reduktase (HMG-KoA reduktase), kemudian diubah
menjadi squalen baru terakhir menghasilkan kolesterol (Wirahadikusumah, 1985).
Skema biosintesis kolesterol dapat dilihat pada Gambar 7.
13
Ada sebuah mekanisme umpan balik untuk menghambat pembentukan
kolesterol di hati, yaitu dengan cara menghambat kerja enzim HMG-KoA reduktase
sehingga menghambat pembentukan 3-hidroksi-3-metil-glutaril-KoA. Apabila ada
masukan makanan dengan kolesterol tinggi, maka hati akan menurunkan sintesis
kolesterol demikian pula sebaliknya. Mekanisme ini bertujuan untuk memper-
tahankan kadar kolesterol normal dalam tubuh. Insulin atau hormon tiroid
H2O + Asetil-KoA
H+ + KoA-SH
Hidroksimetilglutaril-KoA sintase (HMG-KoA sintase)
3-Hidroksi-3-metil-glutaril-KoA
2 H+ + 2 NADPH Hidroksimetilglutaril-KoA reduktase (HMG-KoA redukatse)
2 NADP+ + KoA-SH
Squalen
Kolesterol
Mevalonat
Asetil-KoA
KoA tiolase
Asetoasetil-KoA
Gambar 7. Biosintesis Kolesterol Sumber: Murray et al. (2009)
14
meningkatkan aktivitas HMG-KoA reduktase sementara glukagon atau
glukokortikoid menurunkannya (Ness dan Chambers, 2000).
Keseimbangan kolesterol dalam jaringan diatur oleh faktor yang
menyebabkan bertambahnya kolesterol (sintesis, penyerapan melalui reseptor
scavenger atau LDL) dan faktor yang menyebabkan berkurangnya kolesterol
(sintesis steroid, pembentukan ester kolesteril, ekskresi). Aktivitas reseptor LDL
dimodulasi oleh kadar kolesterol di dalam sel agar mencapai keseimbangan. Proses
transpor kolesterol terbalik, HDL menyerap kolesterol dari jaringan dan LCAT
mengesterifikasikannya serta mengendapkannya di bagian tengah partikel. Ester
kolesteril pada HDL diserap oleh hati, baik secara langsung maupun setelah
berpindah ke VLDL, IDL, atau LDL melalui proses transfer ester kolesteril.
Kelebihan kolesterol diekskresikan dalam bentuk empedu. Sebagian asam empedu
direabsorpsi, sisanya didegradasi usus besar dan dibuang melalui feces (Murray et
al., 2009).