Bab II Tinjauan Pustaka

download Bab II Tinjauan Pustaka

of 23

Transcript of Bab II Tinjauan Pustaka

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2004). ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004) ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi (WHO, 2001). 2. Manfaat ASI dan Menyusui Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan, keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI sampai dua tahun. a. Manfaat ASI untuk bayi ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga melindungi infeksi27

gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding) (Gupte, 2004). b. Manfaat ASI untuk ibu Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan kehidupan kepada bayinya dan hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak. Dengan menyusui, rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran sebelum hamil serta mempercepat berhentinya pendarahan post partum. Dengan menyusui kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa bulan dan dapat menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang (Gupte, 2004).

3. Komposisi ASI

Keadaan yang menguntungkan dari ASI meliputi asam amino dan kandungan protein yang optimal untuk bayi normal. Asam lemak esensial dalam jumlah yang berlimpah tetapi tidak berlebihan, kandungan natrium yang relatif rendah tetapi adekuat, beban solut yang rendah dibandingkan dengan susu sapi, dan absorbs yang sangat baik untuk zat besi, kalsium dan seng, yang menyediakan jumlah yang adekuat dari zat-zat nutrisi ini untuk bayi yang disusui ASI secara penuh selama 4-6 bulan (Merenstein, 2001). ASI tidak saja mengandung makronutrien, vitamin,dan mineral tatapi juga faktor pertumbuhan, hormon, dan faktor protektif. Paling sedikit terdapat 100 komponen pada ASI, termasuk zat yang belum teridentifikasi dan belum jelas perannya. Dalam alquran, ASI disebut sebagai darah putih. Hal ini merupakan penjelasan yang sangat tepat karena susu awal memiliki lebih banyak sel darah putih daripada darah sendiri. Sifat khas manusia adalah otak yang besar dan rumit, yang mengalami banyak perkembangan selama 2 tahun pertama. ASI menyediakan laktosa, sistein, kolestrol, dan tromboplastin yang diperlukan untuk sintesis jaringan system syaraf pusat. Namun, karena ASI merupakan nutrisi yang sempurna, analisis komponenya memungkinkan kita memproduksi pengganti untuk ditambahkan kedalam susu formula. Maka dari itu, susu formula tidak akan secara sempurna menyerupai ASI. Walaupun ASI mungkin dapat dianggap nutrisi yang sempurna, komposisinya bervariasi. Komposisi ASI bervariasi dari orang ke orang, dari satu periode laktasi ke periode lain, dan setiap jam dalam sehari. Adapun komposisi ASI antara lain mengandung protein, lemak, karbohidrat, garam mineral, air, Vitamin seperti pada kolostrum (Melvyn, 2006).Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin dan masakan pralaktal (sebelum ASI lancar diproduksi) lain harus dihindari (Depkes RI, 2005). Kolostrum merupakan sekresi payudara yang bersifat alkali, yang mungkin mulai dihasilkan selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan pada 2- 4 hari pertama setelah melahirkan. Mempunyai berat jenis yang lebih besar (1,040 - 1,060), kandungan protein yang lebih tinggi, vitamin larut lemak, mineral, kandungan karbohidrat, dan lemak yang lebih rendah daripada ASI biasa. Kolostrum mengandung IgA sekretori, leukosit, dan zat-zat imun lainnya yang berperan dalam mekanisme pertahanan neonatus (Merenstein, 2001).

4. Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Refleks Let Down atau refleks ejeksi susu , dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, Di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus kedalam mulut bayi (Bobak, 2005). Laktasi dapat dianggap terdiri atas dua fase, laktogenesis, inisiasi laktasi, dan galaktopoiesis, pemeliharaan sekresi air susu. Inisiasi laktasi berkaitan dengan penurunan estrogen, progesteron, dari sirkulasi saat persalinan. Dua hormon terpenting yang berperan dalam laktasi adalah prolaktin yang merangsang produksi air susu, dan oksitosin yang berperan dalam penyemprotan (ejeksi) susu (Melvyn, 2006). Menurut (Arifin, 2004), berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi. Komposisi colostrum dari hari ke hari dapat berubah, dan merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature. ASI juga merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. Dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein pada colostrum protein yang utama adalah globulin, Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature. Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam. 2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi minggu ke 3 ke 5. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi serta volume semakin meningkat.

3. Air Susu mature merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan. ASI matur ini juga merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi. Air susu matur merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflavin dan karotin.Tidak menggumpal bila dipanaskan.Volume: 300 850 ml/24 jam. Terdapat anti microbaterial factor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus, Enzim (lysozime, lactoperoxidese), Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein), Faktor resisten terhadap staphylococcus, Complecement ( C3 dan C4).

5. Pola pemberian ASI Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan makanan lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali menyusui. Disamping itu, posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu harus baik yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk kemulut bayi. Apabila payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih (Depkes RI, 2005). Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan psikologi selama kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan, membuang rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI-nya mencukupi untuk kebutuhan bayi (Depkes RI, 1996). 6. Masalah Pemberian ASI

Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan kekurangan jumlah sel otak sebanyak 15% 20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya. Ada beberapa masalah menyusui terkait dengan ibu yaitu : 1. Pembengkakan Payudara Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-hormon laktasi dan adanya air susu. Payudara mambengkak dan menekan saluran air susu, sehingga bayi tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat menjalar ke aksila. Perawatan yang lebih baik dapat dilakukan dengan menggunakan es yang diletakkan di payudara. Es akan mengurangi pembengkakan,sehingga sejumlah air susu yang cukup dapat dikeluarkan untuk membuat areola menjadi lunak (Bobak, 2005). Payudara dapat menjadi sangat bengkak jika bayi tidak sering menyusu atau kurang efisien dalam mengisap selama beberapa hari pertama setelah ASI keluar. Payudara memang sedikit bengkak disaat sedang mulai menyusui, bengkak yang ekstrem menyebabkan pembengkakan dari duktus susu dalam payudara dan pembuluh daerah di area dada (Juwono, 2004). 2. Putting yang luka Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting yang luka dapat dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar dan dengan menghindari pembengkakan sebelum hal ini terjadi (Bobak, 2005).

3. Saluran Yang Tersumbat Kadang-kadang saluran air susu tersumbat, menimbulkan nyeri di payudara, yang terlihat bengkak dan panas. Saluran yang tersumbat ini dapat di sebabkan oleh pengosongan payudara yang tidak baik, pemakaian bra yang terlalu ketat, posisi menyusui yang tidak benar, atau selalu menggunakan posisi yang sama (Bobak, 2005). 4. Affterpains Ibu yang menyusui dapat mengalami affterpains. Affterpains lebih sering terjadi pada ibu multipara daripada ibu primipara. Affterpains Ini dapat cukup kuat sehingga ibu merasa tidak nyaman dan ketegangannya dapat mengganggu proses pemberian makan pada bayi (Bobak, 2005). 5. Persepsi Tentang Jumlah Susu Yang Tidak Adekuat Suplai air susu yang tidak cukup jarang menjadi masalah, karena isapan menstimulasi aliran susu dalam waktu cukup lama seharusnya dapat memberikan suplai susu dan jumlah besar (Bobak, 2005). 6. Mastitis Mastitis merupakan suatu infeksi payudara yang disebabkan oleh bakteri dalam sisstem duktus. Mastitis menyebabkan bengkak, panas, dan nyeri, biasanya hanya pada satu payudara, dan juga menyebabkan ibu menyusui merasa demam dan sakit (Juwono, 2004). 7. Masalah pada Bayi. Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui pada bayi, salah satu diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria. kelainan sumbing bibir atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut sehingga bayi tidak dapat menghisap dengan baik. 7. Manajemen Laktasi Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Menurut (Arifin, 2004), Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pada masa Kehamilan (antenatal) Memberikan penerangaan dan penyuluhan tentang manfaat keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara / keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. Lakukan perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya. 2. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal).Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara ibu. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. Ibu nifas dapat diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan. 3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal) Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan keberhasilan menyusui. Menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASsI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI 8.1. Makanan Ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan (Arifin, 2004). Makanan yang harus dihindari oleh ibu menyusui adalah alkohol, merokok, dan juga hindari makanan pedas seperti sambal dan makanan beraroma keras karena dapat membuat bau tertentu pada ASI dan akan mengganggu bayi. Ini juga bisa membuat bayi sakit perut (Gupte, 2004). 8.2. Ketentraman Jiwa dan Pikiran Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah reflek Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Jumlah prolaktin yang di sekresi dan jumlah susu yang di produksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi mengisap. Ejeksi susu dari alveoli dan duktus susu terjadi akibat refleks let-down. Akibat stimulus isapan, hipotalamus melepaskan oksitosin dari hipofisis posterior. Refleks letdown dapat terjadi selama aktifitas seksual karena oksitosin dilepas selama orgasme (Bobak, 2005) Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex (jurnal Arifin, 2004).

8.3. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan (Arifin, 2004). 8.4. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI (Arifin, 2004). 8.5. Perawatan Payudara Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu memeriksa putting susu, mempersiapkan payudara dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga 9. Faktor- faktor Kegagalan Pemberian ASI Ada 2 hal yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal Adapun yang termasuk kedalam faktor Internal yaitu: a. Pengetahuan Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang dipahami dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif. Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang diperoleh dari hasil belajar secara formal, informal dan non formal (Notoatmodjo,2005). Dalam hal ini, banyak sekali alasan kenapa orang tua memberikan MPASI < 6 bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meski tidak ada relevansinya banyak beranggapan ini benar. Karena, belum sempurnanya sistem pencernaan sehingga harus bekerja lebih keras untuk mengolah dan memecah makanan. Kadang anak yang menangis terus menerus dianggap sebagai anak yang tidak kenyang. Padahal menangis bukan semata-mata tanda anak yang kelaparan. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan orang tua masih sangat rendah (Nurafifa, 2009).

b. Pendidikan Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengembangan sumberdaya manusia. Menurut Martoyo (1996) pendidikan adalah suatu proses pendidikan jangka panjang yang dilakukan secara sistematis dan prosedurnya diorganisisr melalui konsep belajar manajerial perorangan dan pengetahuan teoritis untuk tujuan umum (Nurafifa, 2009). Sciartino (1999) mengemukakan bahwa pendidikan yang cukup merupakan dasar dalam pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk dimotivasi serta turut menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu proses belajar yang memberikan latar belakang berupa mengajarkan kepada manusia untuk dapat berpikir secara obyektif dan dapat memberikan kemampuan untuk menilai apakah budaya masyarakat dapat diterima atau mengakibatkan seseorang merubah tingkah laku (Nurafifa, 2009). Dalam hal ini, banyak ahli pendidikan setempat mempunyai program pendidikan yang lebih jelas meliputi modal pendidikan untuk hidup sebagai subjek (mata pelajaran) akademik tambahan. Kapanpun dan dimana mungkin, bidan harus dengan yakin menerima kesempatan untuk ikut berperan dalam kelas Pendidikan Kesehatan, kursus perawatan Anak dan Persiapan Menjadi Orang Tua yang sekarang dilaksanakan di banyak sekolah dan pendidikan lanjut. Dapat terjadi pertukaran pikiran dan gagasan yang bermanfaat dengan orang-orang muda yang merupakan generasi berikutnya setelah orang tua mereka. Selain dari itu semua, mendengarkan mereka, bersikap peka terhadap sesuatu yang tidak ingin mereka katakan; mendorong mereka untuk menyatakan gagasan dan tanggapan mereka, membantu mereka untuk mengungkapkan hambatan dan emosi mereka. Apabila mungkin, izinkan mereka bertemu dengan seseorang ibu yang baru melahirkan bersama bayinya, dan membicarakan sikap ibu tersebut terhadap bayinya terutama dalam hubungannya dengan pemberian air susu ibu (Sylvia, 1997). c. Pekerjaan Ibu Beberapa wanita karier mempunyai kecemasan lain, yaitu bahwa memberikan air susu kepada bayi selama 4 sampai 6 bulan akan mempengaruhi kegagalan profesi dan kemasyarakatan mereka dan mungkin akan merusak prospek peningkatan karier. Ini semua merupakan masalah besar yang telah berkembang pada kebudayaan dan masalah ini sangat nyata bagi para wanita yang menghadapinya (Sylvia, 1997). Ibu menyusui yang bekerja tidak perlu khawatir. Mereka tidak perlu berhenti menyusui anaknya. Sebaiknya ibu bekerja tetap harus memberi ASI eksklusif kepada bayinya hingga umur 6 bulan. Hal ini dikarenakan banyaknya keuntungan yang diperoleh dibandingkan jika anak disusui dengan susu formula. Tidak sulit untuk tetap menyusui bayi saat bekerja. Jika memungkinkan, bayi dapat dibawa ke kantor ibu untuk disusui. Hal tersebut akan sedikit terkendala jika di tempat bekerja atau di sekitar tempat bekerja tidak tersedia sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila tempat bekerja dekat dengan rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui bayi pada waktu istirahat atau bisa juga meminta bantuan seseorang untuk membawa bayi ketempat bekerja. Lokasi kantor ibu yang jauh dari rumah juga bukanlah penghalang untuk tetap memberikan ASI ekslusif. Walaupun ibu bekerja dan tempat bekerja jauh dari rumah, ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sebelum pergi bekerja, ASI tersebut bisa dikeluarkan dan dititipkan pada pengasuh untuk diberikan pada bayi. Di tempat bekerja, ibu dapat memerah ASI 2-3 kali (setiap 3 jam). Pengeluaran ASI dapat membuat ibu merasa nyaman dan mengurangi ASI menetes. ASI simpan di lemari es dan dibawa pulang dengan termos es saat ibu selesai bekerja. Ibu juga bisa menyimpannya dalam termos yang diberi es batu atau blue ice. Kegiatan menyusui dapat dilanjutkan pada malam hari, pagi hari sebelum berangkat, dan waktu luang ibu. Keadaan ini akan membantu produksi ASI tetap tinggi (Surabaya, eHealth 2008).

d. Penyakit ibu Pilihan untuk menyusui tidak terbuka untuk setiap ibu. Beberapa ibu tidak bisa atau tidak boleh menyusui bayi mereka. Alasanya bisa emosional atau fiscal, berkaitan dengan kesehatan ibu atau bayi, bisa sementara (dimana kadang-kadang ibu bisa menyusui sesudahnya) atau jangka panjang. Beberapa faktor yang paling sering bisa mencegah atau menghalangi seorang ibu dari menyusui termasuk: Penyakit serius yang melumpuhkan (misalnya gagal jantung atau gagal ginjal, atau anemia yang parah) atau kekurangan berat badan yang ekstrem meskipun beberapa ibu bisa mengatasi masalah ini dan menyusui bayinya. Infeksi yang serius, misalnya tuberculosis (TBC) aktif yang tidak dirawat (setelah dirawat selama dua minggu, ibu boleh menyusui); untuk sementara waktu, payudara bisa dipompa dan air susunya dibuang agar cadangan air susu sudah ada ketika tindakan menyusui dimulai. Penyakit yang menahun yang memerlukan obat yang akan memasuki air susu ibu dan membahayakan bayi, misalnya obat-obat anti tiroid, antikanker, antihipertensi atau obat-obat yang bisa mengubah suasana hati, misalnya lhitium, penenang, atau sedatif. Jika anda menggunakan obat-obat saperti ini, tanyakan terlebih dahulu kepada dokter anda sebelum anda mulai menyusui. Pada beberapa kasus, perubahan obat atau jarak makan obat bisa memungkinkan anda untuk menyusui. Kontak dengan beberapa bahan kimia tertentu di tempat kerja. Infeksi AIDS atau HIV, yang bisa ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk air susu ibu. Penyalahgunaan obat-obatan termasuk penggunaan obat penenang, kokain, heroin, metadon, marijuana, atau penyalahgunaan alkohol. penolakan yang mendalam terhadap menyusui. Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui, tatapi bukan tidak mungkin untuk mencobanya (dengan dukungan medis yang benar). Termasuk diantaranya adalah kelainan-kelainan seperti tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria (PKU), di mana susu manusia maupun susu sapi tidak bisa dicerna. Sumbing bibir dan atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut lainya yang mengganggu penghisapan. Meskipun keberhasilan menyusu sebagian tergantung dari jenis cacatnya, tetapi dengan bantuan khusus, tindakan menyusui msih bisa dimungkinkan (Murkoff, 2006). Faktor eksternal Adapun hal yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu : a. Promosi Susu Formula Bayi Tempat melahirkan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah tetap memberikan bayinya ASI Eksklusif atau memberikan susu formula yang diberikan oleh petugas kesehatan maupun non kesehatan sebelum ASI-nya keluar. Meskipun ada kode etik internasional tentang pengganti ASI (susu formula), pemasaran susu formula langsung ke rumah sakit saat ini semakin gencar dan sangat mengganggu keberhasilan program ASI Eksklusif. (Nurafifa, 2009). Selain itu adanya promosi susu formula juga bisa menjadi kemungkinan gagalnya pemberian ASI walaupun mindset awal sebenarnya ASI, promosi bisa berasal dari petugas kesehatan misalnya pada saat pulang dibekali susu formula, ataupun dari iklan-iklan di beberapa media baik cetak maupun elektronik (jurnal Hikmawati, 2008). b. Penolong Persalinan Menurut Depkes RI, 1998 tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) dan dukun bayi (terlatih dan tidak terlatih) (sugiarto, 2003) Kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI adalah sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru tentang pemberian ASI dan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui dan bayi baru lahir. Disamping itu juga sikap sementara penaggung jawab ruang bersalin dan perawatan dirumah sakit, rumah bersalinn yang berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta belum diterapkannya pelayanan rawat disebahagian besar rumah sakit atau klinik bersalin (Arifin, 2004).

4. Program Pemantauan ASI eksklusifPusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah suatu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Yang dimaksud dengan puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pengembangan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu. Puskesmas memiliki beberapa program yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada seluruh masyarakat di wilayah puskesmas di wilayah kerjanya. Salah satu programnya adalah pemantauan ASI eksklusif sebagai bagian dari pengembangan program gizi.Program pemantauan ASI eksklusif adalah salah satu bagian dari program gizi puskesmas dan merupakan strategi teknis peningkatan status gizi anak yang juga berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, yang pelaksanaannya sesuai dengan kebutuhan. Program gizi yang menaungi program pemantauan ASI eksklusif sendiri menetapkan salah satu indikator kinerja program ini yaitu 80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif. Dalam rangka mencapai indikator kinerja yang telah ada, maka ditetapkan beberapa kegiatan pokok dan pendukung yang terdiri dari advokasi dan sosialisasi peningkatan pemberian ASI serta kampanye peningkatan ASI eksklusif, pelatihan dan penyelenggaraan konseling menyusui untuk mencegah dan mengurangi timbulnya masalah gizi, dan pemberdayaan masyarakat yang lingkup kegiatannya meliputi operasional posyandu menggunakan Biaya Operasional Kesehatan (BOKs), yang terdiri dari: PMT penyuluhan, pertemuan lintas program dan sektoral terkait peningkatan fungsi posyandu, pembinaan dan pelatihan ulang kader posyandu, serta penggerakan kelompok pendukung ASI dan Makanan Pendamping (MP)-ASI.Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 131/MENKES/SK/II/2004 tentang SKN, dinyatakan bahwa upaya kesehatan dilaksanakan dan dikembangkan berdasarkan suatu bentuk atau pola upaya kesehatan puskesmas, peran serta masyarakat, dan rujukan upaya kesehatan. Selain itu ditunjang juga dengan program pemerintah yaitu Menuju Indonesia Sehat 2010. Tujuan pembangunan kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 yang mengacu pada Undang-undang No. 23 tahun 1992 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, Bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2010).1. Analisis Sistem Program Pemantauan ASI eksklusifSistem merupakan suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan yang jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari masukan, proses, keluaran, efek, hasil, dan mekanisme umpan baliknya. Hubungan antara komponen sistem ini berlangsung secara aktif dalam suatu tatanan lingkungan. Mekanisme dan hubungan antar komponen sebuah sistem dapat dijelaskan dengan gambar 2.1

OUTCOME (IMPACT)PENGAWASANINPUT (6M)DATAINFORMASIPERENCANAANEFEKOUTPUTPROGRAM PUSKESMASMEKANISME UMPAN BALIKPENGORGANISASIANPENGGERAKANDAN PELAKSANAANLINGKUNGANSEKTOR-SEKTOR LAIN

Gambar 2.1 Mekanisme dan Hubungan Antar Komponen Sebuah Sistem (Muninjaya, A. A. , Gde,2004)

Masukan (input) terdiri dari enam M, yaitu: Sumber Daya Manusia (SDM/man); pembiayaan (money); peralatan (material) yaitu: logistik, alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang program; metode (method) yaitu keterampilan, prosedur kerja, peraturan, kebijaksanaan; waktu (minute) yakni jangka waktu pelaksanaan program; dan sasaran (market) yang akan diberikan pelayanan program kesehatan. Proses (process) terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pelaksanaan program, pengawasan dan pengendalian untuk kelancaran program. Keluaran (output) merupakan hasil langsung suatu sistem. Serta hasil (outcome) merupakan dampak tidak langsung dari proses suatu sistem.2. Masukan Program Pemantauan ASI EksklusifMasukan pada program pemantauan ASI eksklusif terdiri dari 6 (enam) M, yakni:1. Sumber Daya Manusia (SDM/man)Sumber daya manusia (SDM) dalam program pemantauan ASI eksklusif memiliki kriteria tertentu. Kriteria tersebut antara lain adanya tenaga puskesmas yang ditugaskan menjadi penanggung jawab program pemantauan ASI eksklusif; menjadi pemegang program pemantauan ASI eksklusif, dan menjadi tenaga pelaksana program ASI eksklusif yang bertugas melakukan penyuluhan, konseling, dan pemantauan ASI eksklusif di tiap pustu dan poskesdes. Kriteria tersebut memiliki arti jika tidak ada tenaga pemantau ASI eksklusif, maka tugas tersebut diserahkan kepada tenaga kesehatan lain yang telah dilatih tentang ASI eksklusif. Adapun tenaga pelaksana lainnya adalah kader-kader dari masyarakat yang telah dilatih dan dipersiapkan dalam bidang ASI eksklusif. Pengembangan teknologi dan pembinaan serta peningkatan keterampilan tenaga pemantau ASI eksklusif dilakukan secara berkelanjutan.1. Gambar 2.2 Mekanisme dan hubungan antar komponen sebuah sistem (Muninjaya, A. A. Gde, 2004)Pembiayaan (money)Biaya operasional untuk program pemantauan ASI eksklusif seperti dana pembinaan petugas serta biaya transportasi untuk petugas, atau sumber biaya kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua macam, yaitu seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah dan sebagian ditanggung oleh masyarakat. 1. Peralatan (material)Pemantauan ASI eksklusif harus ditunjang dengan sarana yang minimal dapat menunjang pelaksanaan prevensi primer dan secara bertahap akan ditingkatkan sesuai dengan mutu pelayanan. Adapun beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain: tersedianya blangko pelaporan, dan alat peraga seperti poster, lembar balik, flashcard buatan percetakan maupun buatan sendiri, disesuaikan dan dikembangkan dengan kondisi setempat.1. Metode (method)Strategi dan prosedur pelaksanaan program pemantauan ASI eksklusif sesuai dengan kebijaksanaan yang sudah ada pada program gizi yang disesuaikan dengan kemampuan dan sumber daya puskesmas. Adapun strategi tertulis tentang pelaksanaan pemantauan ASI eksklusif dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan menurut Buku Pedoman Gizi Puskesmas Tahun 2010 dengan deskripsi tugas yakni:1. Pemegang program pemantauan ASI eksklusifBagi pemegang program pemantauan ASI eksklusif dalam hal ini merupakan tenaga kesehatan tingkat puskesmas memiliki kegiatan berupa: 1) Menyusun rencana kegiatan pemantauan ASI eksklusif minimal sekali dalam satu tahun yang terdiri dari mengumpulkan data ASI eksklusif serta penunjangnya dalam rangka menyusun rencana bulanan dan rencana tahunan, mengumpulkan data literatur dalam rangka menyusun rencana dan pedoman kerja pemantauan ASI eksklusif, mengumpulkan data pasangan usia subur (PUS), bumil, dan buteki untuk penyusunan perencanaan, menyusun kebutuhan sarana dan prasarana pemantauan ASI eksklusif, menyiapkan pertemuan lintas program dan lintas sektor; 2) Pengorganisasian dan penggerakan tenaga pelaksana pemantauan ASI eksklusif dengan kegiatan antara lain menyusun alur koordinasi dan pembagian tugas sesuai dengan ketetapan dari kabupaten, mensosialisasikan rencana kegiatan pemantauan ASI eksklusif kepada seluruh tenaga pelaksana, mensosialisasikan kebijakan-kebijakan mengenai kegiatan secara berkesinambungan kepada tenaga pelaksana, melakukan pengembangan dan pembinaan bagi tenaga pelaksana di lapangan, melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral; 3) Monitoring dan evaluasi dengan kegiatan yaitu mencatat dan melaporkan penerimaan dan penggunaan sarana prasarana kegiatan pemantauan ASI eksklusif, melakukan rekapan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pemantauan ASI eksklusif ke Dinas Kabupaten Bangli minimal dua kali dalam jangka waktu satu tahun.1. Pelaksana program pemantauan ASI eksklusifBagi pelaksana program dalam hal ini petugas kesehatan setingkat puskesmas pembantu, memiliki tugas pokok dan fungsi yakni: 1) Merancang persiapan kegiatan pemantauan ASI eksklusif seperti mengumpulkan data PUS, bumil, dan buteki di wilayahnya; menentukan sasaran penyuluhan, konseling, dan pemantauan; 2) Melaksanakan kegiatan pemantauan ASI eksklusif antara lain menentukan metode dan teknik penyuluhan dan konseling, menyusun materi penyuluhan dan konseling, menentukan media penyuluhan dan konseling, melaksanakan penyuluhan, konseling dan pemantauan ASI eksklusif sesuai jadwal pelaksanaan yang disepakati, melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral; 3) Mengevaluasi hasil kegiatan pemantauan ASI eksklusif dengan kegiatan mencatat dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada pemegang program.1. Waktu (minute)Pelaksanaan program pemantauan ASI eksklusif dilakukan secara berkesinambungan dan disesuaikan dengan jadwal yang telah ditetapkan masing-masing daerah binaan. Dalam hal ini, penyuluhan dan konseling individu dapat dilaksanakan sesuai dengan daerah binaan masing-masing. Kegiatan pemantauan pemberian ASI eksklusif dilaksanakan satu kali dalam jangka waktu satu bulan. Dan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dilakukan minimal dua kali dalam jangka waktu satu tahun.1. Sasaran (market)Sasaran program pemantauan ASI eksklusif adalah pasangan usia subur (PUS), ibu hamil, serta ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tembuku I.3. Proses Program Pemantauan ASI EksklusifProgram pemantauan ASI eksklusif harus dilaksanakan dalam koordinasi fungsional yang berarti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dilaksanakan secara terpadu dengan unit penanggung jawab pelayanan kesehatan masyarakat mulai dari puskesmas, kabupaten, sampai tingkat propinsi. Koordinasi tersebut harus dilakukan secara berjenjang dan terus menerus. Adapun kriteria dalam pelaksanaan program ini adalah adanya penanggung jawab program ASI eksklusif pada setiap jenjang administrasi kesehatan. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, diperlukan suatu wadah bina tunggal yang berfungsi dalam pembinaan, perencanaan, pengorganisasian/koordinasi, penggerakan, pengawasan, dan pengendalian dan diharapkan wadah ini terdapat pada setiap tingkat administrasi kesehatan, yaitu sebagai berikut:1. Pada tingkat pusat/nasional: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI,1. Pada tingkat propinsi: dinas kesehatan tingkat propinsi,1. Pada tingkat kabupaten/kotamadya: dinas kesehatan tingkat kabupaten/kotamadya,1. Pada tingkat puskesmas: kepala puskesmas, petugas kesehatan gizi atau tenaga kesehatan lainnya yang terkait.Adapun kriteria lainnya untuk administrasi dan pengelolaan yakni adanya koordinasi fungsional yang dilaksanakan melalui pertemuan berkala (setiap bulan), supervisi terpadu dan planning of action (POA) dan adanya dokumen perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, lengkap dengan pelaksanaan kegiatan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009, pengawasan pelaksanaan program ini dilakukan dalam beberapa tingkat yakni pada tingkat puskesmas, tingkat kabupaten/kotamadya, dan tingkat pusat dengan rincian sebagai berikut yaitu :1. Di tingkat puskesmas, diperlukan rencana kerja, catatan harian, catatan keikutsertaan, dan pemetaan jumlah Pustu dan poskesdes yang telah menjalankan kegiatan pemantauan ASI eksklusif,1. Pada tingkat kabupaten/kota madya: diperlukan gambaran puskesmas berdasarkan pencapaian kegiatan pemantauan ASI eksklusif,1. Pada tingkat propinsi, diperlukan gambaran tingkat kabupaten/kotamadya berdasarkan pencapaian program pemantauan ASI eksklusif.

4. Keluaran Program Pemantauan ASI EksklusifKeluaran merupakan hasil langsung suatu sistem. Adanya target atau sasaran jangka panjang terukur dengan mengacu pada indikator tingkat pemberian ASI eksklusif nasional yang disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Adapun indikator dan target nasional pemantauan ASI eksklusif sejak tahun 2006 adalah peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif yaitu 80% bayi yang berusia 0-6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif. Laporan kegiatan yang sesuai dengan stratifikasi puskesmas dalam hal pemantauan ASI eksklusif meliputi: persentase ibu yang dapat menyelesaikan pemberian ASI eksklusif, jumlah ibu yang dapat menyelesaikan pemberian ASI eksklusif, dan kunjungan petugas kesehatan (frekuensi pembinaan) ke masyarakat baik melalui penyuluhan maupun konseling.