BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter...

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxon Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang diperkenalkan oleh Frank Wilcoxon dalam tahun 1945 merupakan penyempurnaan dari “Uji Tanda” yakni di samping memperhatikan tanda positif dan negatif, besarnya perbedaan juga diperhatikan. Uji ini digunakan untuk menguji kondisi (variabel) pada sampel yang berpasangan dengan skor data yang minimal berskala ordinal atau juga untuk penelitian dengan data sebelum dan sesudah. Anggapan yang diperlukan dalam penggunaan uji bertanda Wilcoxon adalah bahwa pasangan data diambil secara acak dan tiap-tiap perbedaan antara pasangan skor (d i ) (distribusi populasi) yang simetris (Djarwanto, 1996). Asumsi-asumsi uji ini adalah : a. Data untuk analisis terdiri atas n buah beda D i = Y i – X i . Setiap pasangan hasil pengukuran (X i , Y i ) diperoleh dari pengamatan terhadap subjek yang sama atau terhadap subjek-subjek yang telah dijodohkan menurut suatu variabel atau lebih. Pasangan-pasangan (X i , Y i ) dalam sampel ini diperoleh secara acak. b. Selisih variabel (Y i – X i ) mewakili hasil-hasil pengamatan terhadap suatu variabel acak yang kontinu. c. Distribusi populasi (d i ) tersebut setangkup (simetri). Hipotesis nihil (H 0 ) yang akan diuji mengatakan bahwa dua populasi identik. Apabila H 0 benar dapatlah diharapkan bahwa jumlah jenjang yang bertanda positif kira-kira akan seimbang dengan jumlah jenjang yang bertanda negatif. Jika dua Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Wilcoxon

Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang diperkenalkan oleh Frank Wilcoxon dalam

tahun 1945 merupakan penyempurnaan dari “Uji Tanda” yakni di samping

memperhatikan tanda positif dan negatif, besarnya perbedaan juga diperhatikan. Uji

ini digunakan untuk menguji kondisi (variabel) pada sampel yang berpasangan

dengan skor data yang minimal berskala ordinal atau juga untuk penelitian dengan

data sebelum dan sesudah. Anggapan yang diperlukan dalam penggunaan uji bertanda

Wilcoxon adalah bahwa pasangan data diambil secara acak dan tiap-tiap perbedaan

antara pasangan skor (di) (distribusi populasi) yang simetris (Djarwanto, 1996).

Asumsi-asumsi uji ini adalah :

a. Data untuk analisis terdiri atas n buah beda Di = Yi – Xi . Setiap pasangan hasil

pengukuran (Xi , Yi) diperoleh dari pengamatan terhadap subjek yang sama

atau terhadap subjek-subjek yang telah dijodohkan menurut suatu variabel atau

lebih. Pasangan-pasangan (Xi , Yi) dalam sampel ini diperoleh secara acak.

b. Selisih variabel (Yi – Xi) mewakili hasil-hasil pengamatan terhadap suatu

variabel acak yang kontinu.

c. Distribusi populasi (di) tersebut setangkup (simetri).

Hipotesis nihil (H0) yang akan diuji mengatakan bahwa dua populasi identik.

Apabila H0 benar dapatlah diharapkan bahwa jumlah jenjang yang bertanda positif

kira-kira akan seimbang dengan jumlah jenjang yang bertanda negatif. Jika dua

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

jumlah jenjang tersebut sangat berbeda antara yang satu dengan yang lain dapatlah

disimpulkan bahwa dua populasi itu tidak identik, dan dengan demikian kita menolak

H0. Dengan perkataan lain H0 ditolak jika salah satu jumlah jenjang positif atau

negatif sangat kecil (Djarwanto, 1996).

Uji jenjang bertanda Wilcoxon dapat didasarkan pada sampel kecil (n ≤ 25) atau

didasarkan pada sampel besar (n ≥ 25). Untuk sampel kecil, pengujian didasarkan

pada nilai T. Nilai T adalah jumlah yang lebih kecil antara jumlah jenjang positif

dengan jumlah jejang negatif. Nilai T dapat dilihat pada tabel harga kritis T dalam tes

ranking bertanda data berpasangan Wilcoxon dengan taraf signifikasi 0.05, 0.02, dan

0.01 untuk pengujian satu sisi atau dua sisi. Untuk sampel besar, pengujiannya

dilakukan dengan pendekatan distribusi normal, dimana mean dan standar deviasi

dari distribusi sampling nilai T dihitung dengan rumus (Djarwanto, 1996):

Mean = 4

)1( +=

nnTµ

Standar Deviasi : 24

)12)(1( ++=

nnnTσ

Harga uji statistik Z = T

TTσµ−

Z =

24)12)(1(

4)1(

++

+−

nnn

nnT

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

Langkah- langkah untuk uji jenjang bertanda Wilcoxon diringkaskan sebagai

berikut : (Djarwanto, 1996)

1. Untuk setiap pasangan skor hitunglah beda atau selisihnya (di). Beda ini bisa

positif dan bisa negatif.

2. Berikan jenjang harga-harga di tanpa memperhatikan tandanya, dari yang

terkecil sampai yang terbesar. Bila ada harga-harga d yang sama maka

hitunglah jenjang rata-ratanya.

3. Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap-tiap beda sesuai

dengan tanda dari beda itu. Beda 0 tidak diperhatikan. Bila terdapat beda 0,

tetapkan kembali n yaitu banyak total harga d yang memiliki tanda.

4. Tetapkan nilai T yaitu jumlah yang lebih kecil dari dua kelompok jejang

yang memiliki tanda yang sama, positif atau negatif.

5. Prosedur yang digunakan dalam menetapkan signifikansi harga T sampel,

tergantung pada besarnya n :

a. Apabila n ≤ 25, tabel harga-harga nilai kritis T menyajikan harga-

harga T untuk berbagai ukuran n (n≤25). Jika harga T observasi <

nilai T tabel maka H nol ditolak.

b. Apabila n > 25, harga H0 diuji dengan menggunakan pendekatan kurve

normal.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

2.2 Uji Walsh

Uji Walsh berlaku untuk dua sampel berpasangan dengan data yang berskala

interval. Anggapan dari uji ini adalah bahwa skor-skor selisih (di) yang terobservasi

dalam dua sampel yang berpasangan berasal dari populasi yang simetris, atau bahkan

tidak harus dari populasi yang sama. Karena dianggap populasinya simetris, maka

nilai mean, merupakan gambaran yang akurat dari nilai tengah, dan sama dengan nilai

median (Djarwanto, 1996).

Beda/selisih masing-masing n pasangan (di) diurutkan berdasarkan besarnya.

Dimulai dengan d1 = skor beda yang terendah (mungkin negatif), d2 = skor beda

kedua dari yang terendah, dan seterusnya. Dengan demikian d1 ≤ d2 ≤ d3 ≤ .....dn.

Hipotesis nihil yang akan diuji mengatakan bahwa harga-harga di itu ditarik dari

suatu populasi yang nilai mediannya = 0 (atau dari sekelompok populasi yang

memiliki “median bersama” sama dengan nol). Uji Walsh menganggap bahwa

sejumlah di itu adalah dari populasi dengan distribusi simetris. Dalam distribusi yang

simetris, nilai mean dan median berimpit, maka H Nol mengatakan bahwa µ0 = 0, dan

H1 mengatakan bahwa µ1 ≠ 0 (uji dua sisi) atau µ1 > 0 atau µ1 < 0 (uji satu sisi).

Untuk menentukan signifikansi berbagai hasil dengan uji Walsh dapat diperiksa

tabel nilai kritis untuk uji Walsh yaitu Tabel harga-harga kritis untuk uji Walsh. Tabel

ini menyajikan harga-harga signifikansi baik untuk uji satu sisi maupun dua sisi.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

Langkah-langkah dalam menggunakan uji Walsh adalah sebagai berikut

(Djarwanto,1996) :

1. Tentukan pasangan skor beda dengan tanda (di) untuk masing-masing

pasangan yang dijodohkan.

2. Tentukan n yakni banyaknya pasangan yang dijodohkan.

3. Urutkan harga-harga di berdasarkan besarnya ( dari di hingga dn ). Tanda

beda diperhatikan sehingga di adalah d negatif yang terbesar dan dn adalah d

positif yang terbesar.

4. Periksa tabel nilai kritis Uji Walsh untuk menentukan apakah H0 ditolak dan

menerima H1 dengan harga-harga d1, d2, d3,........, dn yang terobservasi.

2.3 Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Gizi yang

diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk

kehidupan anak tersebut. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu

adanya suatu pengaturan pola makan yang benar dalam usaha memenuhi kebutuhan

zat gizi yang diperlukan sesuai dengan tingkat usianya (Arnita, 2007).

Pemberian Makanan Tambahan merupakan salah satu komponen penting Usaha

Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan program yang dirancang oleh pemerintah.

PMT sebagai sarana pemulihan gizi dalam arti kuratif, rehabilitatif dan sebagai sarana

untuk penyuluhan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian gizi berupa

makanan dari luar keluarga, dalam rangka program UPGK. PMT ini diberikan setiap

hari, sampai keadaan gizi penerima makanan tambahan ini menunjukkan perbaikan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

dan hendaknya benar-benar sebagai penambah dengan tidak mengurangi jumlah

makanan yang dimakan setiap hari di rumah (Arnita, 2007).

Makanan sapihan atau Weaning Foods juga diberikan pada bayi sebagai

persiapan menghadapi penyapihan atau penghentian pemberian ASI. Makanan

sapihan penting untuk mempersiapkan agar bayi tidak kaget dan sudah terbiasa

memakan makanan yang bermacam-macam dengan demikian bila sewaktu-waktu

pemberian ASI dihentikan sama sekali tidak akan terjadi kesuliatan (Moehji, 1992).

Menurut World Health Organization (2003) dalam Arnita (2007), pemberian

makanan tambahan berarti memberikan makanan lain selain ASI, oleh karena ASI

merupakan makanan alami pertama untuk bayi, dan harus diberikan tanpa makanan

tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan, dan jika mungkin sampai usia 6

bulan. Meskipun demikian setelah periode ini dibutuhkan makanan tambahan atau

makanan pelengkap. Selama periode pemberian makanan tambahan, seorang bayi

perlahan-lahan terbiasa memakan makanan keluarga.

Pemberian makanan tambahan dapat juga bertujuan untuk memperbaiki

keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan

diberikan dengan kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik

timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis merah

(Arnita, 2007).

Di masyarakat dikenal pola makan atau kebiasaan makan yang ada pada

masyarakat di mana seorang anak hidup. Pola makan masyarakat tersebut tentu juga

menjadi pola makan anak. Seorang anak dapat memiliki kebiasaan makan dan selera

makan yang terbentuk dari pola masyarakatnya. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan kemampuan mengelola

makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang penting (Arisman, 2004)

Anak yang sehat adalah anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira,

makannya teratur, bersih, dan dapat menyesuiakan diri dengan lingkungannya

(Moehji, 1992).

Menurut Lenz seperti yang dikutip oleh Theodor Hellbrugge (1988) dalam

Arnita (2007) pertumbuhan anak pada tahun ke-3 begitu cepat. Pertumbuhan dalam

hal ini mencakup pertumbuhan dalam fisik, mental, dan juga pertumbuhan otak

dimana volume otak anak mencapai 80% otak dewasa pada usia 2 tahun pertama dan

berangsur-angsur menurun sehingga pada periode pra-sekolah dan masa sekolah

kurva kecepatan pertumbuhan akan membentuk kurva yang hampir datar.

Atas dasar tersebut maka usia 3 tahun pertama anak disebut sebagai periode

emas sekaligus juga sebagai periode kritis karena pada usia ini sangat menentukan

masa depan seorang anak. Jika pada periode ini anak memperoleh asupan makanan

dan zat gizi yang mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangannya maka dapat

dipastikan masa depan yang baik bagi anak dari segi fisik dan mental dan tinggal

mengisinya dengan ilmu dan pengetahuan yang baik dan jika anak tidak mendapatkan

asupan makanan dan zat gizi yang dibutuhkannya maka yang terjadi adalah

sebaliknya (Sunita,2001 ).

Pada umumnya keluarga telah memiliki pengetahuan dasar mengenai gizi.

Namun demikian, sikap dan keterampilan serta kemauan untuk bertindak

memperbaiki gizi keluarga masih rendah. Sebagian keluarga menganggap asupan

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

makanannya selama ini cukup memadai karena tidak ada dampak buruk yang mereka

rasakan. Sebagian keluarga juga mengetahui bahwa ada jenis makanan yang lebih

berkualitas, namun mereka tidak ada kemauan dan tidak mempunyai keterampilan

untuk penyiapannya (Depkes RI, 2007).

Oleh sebab itu pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan menerbitkan 17

strategi dalam upaya perbaikan kesehatan masyarakat dimana salah satunya adalah

seluruh keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). KADARZI adalah suatu

keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap

anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang

baik yang dicirikan minimal dengan: (Depkes RI, 2007).

a. Menimbang berat badan secara teratur.

b. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur

enam bulan (ASI eksklusif).

c. Makan beraneka ragam.

d. Menggunakan garam beryodium.

e. Minum suplemen gizi sesuai anjuran.

Pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan preventif dan promotif sangat

diperlukan dalam mewujudkan keluarga yang sadar gizi. Namun demikian kajian saat

ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan masih menitikberatkan pada upaya

kuratif dan rehabilitatif. Di lapangan saat ini kegiatan dan ketersediaan media

promosi masih sangat terbatas. Oleh sebab itu untuk mencapai keberhasilan dalam

usaha tersebut diperlukan dukungan dari semua aspek yang bersangkutan (Arnita,

2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

2.4 Usia Pemberian Makanan Tambahan

Setelah pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai berusia 6 bulan baru

dapat diberikan makanan tambahan pada anak sesudah 6 bulan. Setelah usia 6 bulan

baru bayi siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah

tidak lagi menolak makanan setengah padat. Disamping itu, lambung juga telah baik

menerima zat tepung (Arisman, 2004).

Pemberian makanan yang terlalu dini bagi anak dapat mengakibatkan bahaya

bagi anak tersebut, oleh karena itu dianjurkan agar pemberiannya sesudah usia 4 atau

6 bulan. Pemberian makanan tambahan harus bertahap dan bervariasi. Bahaya yang

mungkin timbul jika makanan diberikan terlalu dini adalah : (Arisman, 2004)

a. Makanan tersebut dapat menggantikan ASI sehingga anak akan lebih

sedikit minum ASI dan ibupun memproduksi lebih sedikit ASI sehingga

akan sulit untuk memenuhi nutrisi anak.

b. Bayi mempunyai kemungkinan besar untuk diare karena makanan

tambahan tidak sebersih ASI.

c. Anak mendapat faktor perlindung dari ASI lebih sedikit, sehingga risiko

infeksi meningkat.

d. Ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang

menyusui.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

e. Akan memberikan nutrien lebih sedikit daripada ASI jika salah dalam

pengolahan makanan sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi.

Memulai pemberian makanan tambahan terlalu lambat juga berbahaya, karena :

a. Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi

kesenjangan energi dan nutrien.

b. Anak akan tumbuh lambat bahkan dapat berhenti pertumbuhannya.

c. Risiko mallnutrisi dan defisiensi mikoronutrien meningkat pada anak.

Menjelang usia 9 bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk

memasukkan benda kedalam mulut. Jelaslah bahwa pada saat tersebut bayi sudah siap

mengkonsumsi makanan setengah padat. Jika kemudian bayi disapih pada usia 4-6

bulan, tidak berarti karena bayi telah siap menerima makanan selain ASI, tetapi juga

karena kebutuhan gizi bayi tidak lagi cukup dipasok hanya oleh ASI. Memang ada

sebagian bayi yang terus tumbuh dengan memuaskan meskipun tidak diberi makanan

tambahan. Namun di lain pihak, banyak sekali bayi yang membutuhkan zat gizi dan

energi lebih dari sekedar yang tersedia didalam ASI (Arisman, 2004).

2.5 Jenis dan Bentuk Makanan Tambahan

Makanan tambahan yang ideal harus mengandung (1) makanan pokok ( pangan

yang paling banyak dikonsumsi oleh keluarga, biasanya makanan yang mengandung

tepung, seperti beras, gandum, kentang, tepung maizena) ditambah dengan makanan

lainnya misalnya (2) kacang, sayuran berdaun hijau atau kuning, (3) buah, (4) daging

hewan, (5) minyak atau lemak (Arisman, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

Cameron dan Hofvander (1983) dalam Arnita (2007) mengatakan, campuran

bahan makanan untuk bayi terdiri dari 2 jenis :

a. campuran dasar (basic mix) terdiri dari serealia (biji-bijian) atau umbi-

umbian dan kadcang-kacangan. Campuran ini belum memenuhi

kandungan zat gizi sehingga masih perlu pendamping zat gizi lainnya,

terutama kebutuhan zat vitamin dan mineral.

b. Campuran ganda (multi mix) terdiri dari 4 kelompok bahan pangan yaitu :

1. Makanan pokok sebagai bahan pangan utama dan merupakan sumber

karbohidrat lebih dianjurkan berupa serealia

2. Lauk-pauk (nabati maupun hewani) sebagai sumber protein, misalnya

susu, daging sapi, ayam, ikan, telur, dan kacang-kacangan

3. Sumber vitamin dan mineral, berupa sayur-sayuran dan buah-buahan

yang berwarna (terutama hijau dan jingga)

4. Pendamping energi berupa lemak, minyak atau gula yang berfungsi

untuk meningkatkan kandungan energi makanan campuran.

Adapun tahapan pemberian makanan tambahan pada bayi adalah sebagai

berikut (Arnita 2007):

1. Makanan Lumat

Makanan lumat adalah nasi tim atau sering disebut nasi tim halus yang

dimasak dan diberikan dalam bentuk halus atau setengah cair yang dapat

ditambahkan dengan lauk-pauk, sayur dan buah yang dilumatkan. Contoh nasi

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

tim saring atau nasi tim halus, bubur tepung beras, biskuit yang dilumatkan

dengan air atau pisang yang dihaluskan/ dikerik dengan sendok.

2. Makanan Lembik

Makanan lembik adalah nasi tim atau nasi lembik yang dapat ditambahkan

dengan lauk-pauk dan sayuran yang berganti, makanan ini merupakan peralihan

dari makanan lumat menjadi makanan keluarga. Contoh : nasi tim bayi saring,

nasi lembek, bubur beras, bubur kacang hijau, biskuit atau pisang dan pepaya.

3. Makanan Padat

Makanan padat atau sering disebut makanan keluarga adalah makanan

lengkap berbentuk padat dan diselingi dengan makanan selingan contoh: nasi,

dadar telur, tempe, sayur dan buah, makanan selingan kue nagasari, bubur

kacang hijau atau pisang rebus.

2.6 Status Gizi

Status gizi menurut Jahari seperti yang dikutip oleh Sukardji (2003) adalah

tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan

antara pemasukan gizi di satu pihak, serta pengeluaran oleh organisme di lain pihak

yang terlihat melalui variabel-veriabel tertentu, yaitu melalui suatu indikator status

gizi. Penilaian suatus gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi

seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif

maupun subjektif, untuk kemudian dibandingakan dengan buku yang telah tersedia

(Supariasa, 2002).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu (Arnita, 2007) :

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

1. Faktor eksternal merliputi : keadaan infeksi, konsumsi makanan, budaya,

sosial dan ekonomi, pendidikan kesehatan, sarana kesehatan, dan produksi

pangan.

2. Faktor Internal meliputi : genetik dan individual.

2.7 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan

tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian

yaitu : pemeriksaan klinis, antropometri, biokimia, dan biofisik. Penilian secara tidak

langsung dapat dibagi menjadi 3 yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan

faktor ekologi (Arnita, 2007).

Setiap metode penelitian status gizi terdapat kelebihan dan kekurangannya.

Berbagai contoh penggunaan penilaian status gizi seperti antropometri digunakan

untuk mengukur karakteristik fisik seseorang dan zat gizi yang penting untuk

pertumbuhan. Sedangkan pemeriksaan klinis dan biokimia dipergunakan untuk

merlihat atau mengukur satu aspek dari status gizi seperti kadar mineral atau vitamin

( Supariasa, 2002).

2.8 Pemeriksaan Antropometri

Antropometri berarti ukuran dari tubuh manusia. Antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Digunakan untuk melihat ketidak-

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

seimbangan asupan protein dan energi. Jika dilihat dari tujuan pemerikasaan

antropometri dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu :

a. Untuk ukuran massa jaringan dengan ukuran : berat badan, tebal lemak bawah

kulit, lingkar lengan atas, berat jenis. Ukuran massa jaringan ini sifatnya

sensitif, cepat berubah, mudah naik turun dan menggambarkan keadaan

sekarang.

b. Untuk ukuran linear : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar

dada. Ukuran linear sifatnya spesifik, perubahannya relatif lambat, ukuran

tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat gizi masa lalu.

Beberapa indeks antropometri dapat digunakan untuk menentukan keadaan gizi

seseorang :

2.8.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan salah satu antropometri yang memberi gambaran

tentang massa tubuh (otot dan lemak). Karena massa tubuh sangat sensitif terhadap

perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,

menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi, maka

berat badan merupakan antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal,

dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan gizi

terjamin, serta badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam

keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat

berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan sifat-

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

sifat inilah maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah

satu indikator status gizi, dan karena sifat berta badan yang labil, maka indek BB/U

lebih menggambarkan status gizi seseorang saat kini (current nutritional status).

Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan

kelemahan yang perlu mendapat perhatian.

Kelebihan indeks BB/U yaitu :

a. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum,

b. Sensitif untuk melihat perubahan satatus gizi jangka pendek dan dapat

mendeteksi kegemukan (overweight),

c. Berat badan dapat berfluktuasi.

Kelemahan indeks BB/U yaitu :

a. Dapat mengakibatkan interpensi status gizi yang keliru bila terdapat

endema maupun asites,

b. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk kalompok anak

dibawah usia lima tahun (balita). Ketepatan umur untuk kelompok umur

ini masih merupakan masalah bagi negara-negara berkembang termasuk

Indonesia,

c. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial

budaya setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau

menimbangkan anaknya karena dianggap seperti barang dagangan.

2.8.2 Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan yang skletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan

dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap

masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi

terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama (Arnita, 2007).

Berdasarkan sifat ini indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lalu.

Indeks TB/U disamping dapat memberikan gambaran tentang status gizi pada masa

lalu, juga erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi. Oleh karena itu indeks

TB/U sering digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial ekonomi

masyarakat (Arnita, 2007).

2.8.3 Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (TB/TB)

Berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan

normal perkembangan berat badan akan searah dengan percepatan tertentu. Indeks

BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi saat kini,

terlebih bila data umur yang akurat sulit diperoleh, oleh karena itu indeks BB/TB

disebut pula indikator yang independen terhadap umur. Karena indeks BB/TB dapat

memberikan gambaran tentang proporsi berat badan relatif terhadap tinggi badan,

maka dalam penggunaannya, indeks ini merupakan indikator kekurusan. Seperti

halnya dengan indeks BB/TB memiliki beberapa keuntungan dan kekurangan,

terutama bila digunakan untuk pengukuran anak balita (Arnita, 2007).

Keuntungan penggunaan indeks BB/TB yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

a. Tidak memerlukan data umur

b. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, dan kurus)

Kelemahan penggunaan indeks BB/TB yaitu :

a. Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup

tinggi badan, atau kelebihan tinggi badan, karena faktor umur tidak

diperhatikan dalam hal ini

b. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran

panjang badan pada kelompok anak balita

c. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan angka hasil pengukuran,

terutama bila dilakukan oleh kelompok non profesional

d. Membutuhkan dua macam alat ukur

e. Pengukuran relatif lebih lama

Untuk memperoleh gambaran status gizi KEP masa kini maupun masa

lampau, WHO merumuskan penggunaan gabungan beberapa indeks antropometri

yaitu : BB/U, TB/U, dan BB/TB standar yang digunakan adalah NCHS (National

Center for Health Statistics, USA). Distribusi data berat badan,tinggi badan dan berat

badan menurut tinggi badan yang dipublikasikan WHO meliputi data anak umur 0

sampai 18 tahun. Data baku rujukan WHO-NCHS disajikan dalam dua versi yaitu

persentil (Percentile) dan skor simpangan baku (Standart deviation Score = Z-

Score).

2.9 Alur Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Wilcoxonrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26221/3/Chapter II.pdf · 2.1 Uji Wilcoxon . Uji jenjang bertanda ... 2.3 Pemberian Makanan Tambahan

Gambar 2.1 Alur penelitian kesesuaian uji Wilcoxon dan uji Walsh studi kasus pada data berat badan sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan pada BATITA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang periode Oktober- Desember tahun 2009

Uji Wilcoxon

Uji Walsh

Data Berat badan BATITA

(12-36 bulan)

Hasil dengan

beda

Hasil dengan

beda

Kesesuaian Uji

Universitas Sumatera Utara